1
HUBUNGAN ANTARA JARAK DAN KUALITAS PELAYANAN
DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
JATIPURO KARANGANYAR
ARTIKEL ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh:
Nova Agung Nugraha NIM: ST.142044
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2016
1
PROGRAM S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2016
Hu
bungan Antara Jarak dan Kualitas Pelayanan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar1)
Nova Agung Nugraha, 2)Ika Subekti Wulandari, 3)Galih Setia Adi
1)
Mahasiswa SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta 2) 3)
Dosen Prodi SI Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
Posyandu lansia merupakan salah satu program Puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat yang ditujukan pada masyarakat setempat, khususnya lansia. Pelayanankesehatan di posyandu lanjut usia metiputi pemeriksaan kesehatan fisik danmental emosional. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara jarak dan kualitas pelayanan dengan pemanfaatan posyandu lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar.
Penelitian ini merupakan deskriptif korelatif yaitu mengkaji hubungan antar variabel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 92 responden. Teknik pengambilan sampel menggungkan tekniksampling purposive
samplingTempat penelitian diPosyandu Lansia Puskesmas Jatipuro
Karanganyar.Waktu penelitian pada bulan Februari 2016 sampai Maret 2016. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik univariat dan bivariat.
Berdasarkah hasil penelitian diketahui bahwamayoritas Lansia berusia antara 56-54 tahun sebanyak 73 orang (79,3%). Jenis kelamin mayoritas Lansia adalah perempuan yaitu sebanyak 56 orang (60,9%). Mayoritas responden yang merupakan Lansia dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 85 orang (92,4).Terdapat hubungan yang signifikan antara jarak dengan pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,517 dan p= 0,000. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan dengan pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,405 dan p= 0,000.
Kesimpulan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jarak dan kualitas pelayanan mempunyai hubungan dengan pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar.
2
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA 2016 Relationship Between Distance and Quality of Service with Utilization
of Posyandu Elderly in Puskesmas Jatipuro Karanganyar
1)
Nova Agung Nugraha, 2) Ika Subekti Wulandari, 3) Galih Setia Adi
1)
Student in Nursing Study STIKES Kusuma Husada Surakarta 2) 3)
Lecturer of Study Program of Nursing STIKES Kusuma Husada Surakarta
ABSTRACT
Posyandu Elderly is one of the program through community participation activities aimed at local people, particularly the elderly. Health services in Posyandu elderly metiputi physical and mental health screening emotional. The purpose of this study was to determine the relationship between distance and quality of service with the use of Posyandu in Puskesmas Jatipuro Karanganyar.
This study is a descriptive correlative which examines the relationship between variables. The sample used in this study were 92 respondents. The sampling technique menggungkan sampling purposive sampling technique study place at Puskesmas Posyandu Elderly Jatipuro Karanganyar. When the study in February 2016 to March 2016. Data analysis was performed using univariate and bivariate techniques.
Berdasarkah results show that the majority of elderly aged between 56-54 years as many as 73 people (79.3%). Gender majority of the elderly are women that as many as 56 people (60.9%). The majority of respondents who are elderly with primary education level as many as 85 people (92.4). There is a significant correlation between the distance to the utilization of Posyandu elderly in Puskesmas Jatipuro Karanganyar with a correlation coefficient of 0.517 and p = 0.000. There is a significant relationship between service quality and utilization of Posyandu elderly in Puskesmas Jatipuro Karanganyar with a correlation coefficient of 0.405 and p = 0.000.
Conclusion of this research is that distance and quality of service have a relationship with the utilization of Posyandu elderly in Puskesmas Jatipuro Karanganyar.
3
PENDAHULUAN
Pertambahan usia
menyebabkan kemampuan fisik dan mental,termasuk kontak sosial otomatis berkurang. Aspek kesehatan pada lansiaseyogyanya lebih diperhatikan mengingat kondisi anatomi dan fungsi organ-organ tubuhnya sudah tidak sesempurna seperti ketika berusia muda,hubungan horisontal atau kemasyarakatan juga tidak kalah pentingnya karenaperawatan dan perhatian terhadap diri sendirisemakin menurun kualitas dankuantitasnya (Nurkusuma, 2010).Permasalahan kesehatan merupakan salah satu permasalahan utama penduduk lansia, karena terkait dengan kemunduran fisikmanusia yang terjadi secara alamiah serta menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup (KomNas RI,2010).
Menurut Juniardi (2013), faktor-faktor yangmempengaruhi rendahnya kunjungan lansia keposyandu lansia, antara lain pengetahuan, jarakrumah dengan lokasi posyandu, dukungan keluarga, sarana dan prasarana penunjang pelaksanaanposyandu, sikap dan
perilaku lansia, penghasilanekonomi, dukungan petugas kesehatan.Salah satu upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia adalah program posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan salah satu program Puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat yang ditujukan pada masyarakat setempat, khususnyalansia.
Pelayanankesehatan di posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik danmental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat(KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancamansalah satu kesehatan yang dihadapi (Ningsih, 2014).
Jenis pelayanan kesehatan yang diberikandi posyandu lansia antara lain pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari,pemeriksaan status mental, pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanandarah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein dalam urin, pelayananrujukan ke puskesmas dan penyuluhan kesehatan. Kegiatan lain yang sesuaikebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan(PMT)dengan
4 memperhatikan aspek kesehatan dan
gizi lanjut usia dan olahraga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai
untuk meningkatkan
kebugaran (Grahacendikia, 2009).Kegiatan posyandu lansia yang berjalan dengan baik akan memberkemudahan pelayanan kesehatan dasar bagi lansia, sehingga kualitas hidupmasyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Berbagaikegiatan dan program posyandu lansia tersebut sangat baik dan banyakmemberikan manfaat bagi para orang tua di wilayahnya. Seharusnya paralansia berupaya memanfaatkan adanya posyandu tersebut sebaik mungkin,agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal(Grahacendikia, 2009).
Faktor pendukung yang mencakup fasilitas sarana kesehatan, yaitu jarak posyandu lansia dengan tempat tinggal lansia juga mempengaruhi perilaku lansia (Notoatmodjo, 2010). Faktor jarak dan biaya pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan
(Kresno, 2009). Hal ini tidak sesuai dengan teori Green yang menyatakan bahwa jarak tempuh ke fasilitas pelayanan kesehatan merupakan faktor pendukung untuk terjadinya perubahan kesehatan, tetapi hal ini sejalan dengan penelitian oleh Nurhayati (2012) didapatkan hasil distribusi responden berdasarkan jarak posyandu ke tempat tinggal lansia yaitu jauh. Jarak yang jauh akan membuat lansia sulit untuk menjangkau posyandu lansia. Hal ini juga dapat mempengaruhi lansia untuk tidak mengunjungi posyandu lansia.Pebriyanti (2010) mengatakan jarak posyandu lansia adalah rentang lokasi antara tempat tinggal lansia dengan tempat kegiatan pelayanan kesehatan khususnya posyandu lansia. Jarak Posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau Posyandu lansia. Kemudahan dalam menjangkau lokasi Posyandu lansia ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
5 mendorong minat lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu lansia. Berdasarkan data dari Puskesmas Jatipuro menunjukkan bahwa dari total lansia yangterdaftar di Posyandu lansia Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar sebanyak 119 lansia,rata-rata kehadiran tiap bulan sebanyak 46 orang lansia atau 38,91%. Datatersebut juga mempunyai arti bahwa rata-rata tiap bulan jumlah kunjunganlansia ke posyandu kurang dari 50% dari total lansia yang terdaftar diposyandu lansia Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar.Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti, peneliti mengamatibahwa kelengkapan alat pemeriksaan pada posyandu lansia Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar adalah perlu adanya peningkatan, dimana pada saat
pelayanan posyandu
pemeriksaankesehatan bagi para lansia seperti pengukuran tekanan darah, pemeriksaanstatus gizi, dan pemerikasan kadar gula telah dilakukan belum cukup optimal karena keterbatasan alat. Sikapkader posyandu yang kurang empati seperti menyambut dengan senyum diikuti
dengan mempersilahkan lansia untuk diperiksa juga menjadikan salah satu sebab lansia merasa perlu diperhatikan,dengan demikian rasa senang dan rasa kekeluargaaan antara lansia dengankader posyandu dapat dirasakan dimana kedua belah pihak salingberkomunikasi dengan baik mengenai masalah kesehatan.
Ketidakhadiran para lansia ke posyandu, menurut kader posyandudisebabkan oleh berbagai kondisi fisik yang terjadi pada lansia seperti sedangsakit, tidak adanya anggota keluarga yang mengantarkan ke posyandu, yangmengakibatkan rata-rata tiap bulan lansia yang datang posyandu dapatdikatakan sedikit, meskipun dari keterangan kader posyandu sebenarnyasikap lansia terhadap posyandu adalah baik, dimana ada keinginan lansia yangberkunjung ke posyandu sesuai jadwal pelayanan posyandu.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan antara Jarak dan Kualitas Pelayanan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar”
6
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini telah dilakukan diPosyandu Lansia Puskesmas Jatipuro Karanganyarpada bulan Februari-Maret 2016. Penelitian ini merupakan deskriptif korelatif yaitu mengkaji hubungan antar variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji berdasarkan teori yang ada.
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan adalah
cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach) (Notoatmodjo, 2010).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang terdaftar diposyandu lansia Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar berjumlah 119 orang.Pengambilan sampelmenggunakan tekniksampling
purposive sampling, sehingga
diperoleh 92 lansia Puskesmas Jatipuro Karanganyar.Penelitian ini
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.
Analisis data dalam penelitian terdiri dari univarit dan bivariat. Analisis univariat menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan analisis korelasi Rank
Spearman. Korelasi Rank Spearman
menurut Sugiyono (2010) digunakan untuk mencari hubungan atau untuk menguji spesifikasi hipotesis asosiatif, bila masing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Univariat a. Jarak
Distribusi frekuensi tingkat jarak tempat tinggal responden adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Jarak Tempat Tinggal Responden (n= 92) Jarak f % Dekat Cukup Jauh 1 85 6 1,1 92,4 6,5
7
Total 92 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut persepsi responden, jarak tempat tinggal dengan Posyandu Lansia termasuk dalam kateogori yang cukup. Faktor jarak dan biaya pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Kresno, 2009).Jarak yang jauh akan membuat lansia sulit untuk menjangkau posyandu lansia. Hal ini juga dapat mempengaruhi lansia untuk tidak mengunjungi posyandu lansia.Pebriyanti (2010) mengatakan jarak posyandu lansia adalah rentang lokasi antara tempat tinggal lansia dengan tempat kegiatan pelayanan kesehatan khususnya posyandu lansia.
Jarak Posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau Posyandu lansia. Kemudahan dalam menjangkau lokasi Posyandu lansia ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus
menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Jarak Posyandu merupakan faktor penting dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia, sehingga semakin terjangkau jarak rumah dengan Posyandu Lansia akan semakin meningkatkan minat lansia untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu Lansia.
b. Kualitas Pelayanan
Hasil analisis univariat variabel kualitas pelayanan adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Kualitas Pelayanan Lansia (n= 92) Kualitas Pelayanan f % Kurang Cukup Baik 1 74 17 1,1 80,4 18,5 Total 92 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar termasuk dalam kategori cukup. Unsur-unsur yang mempengaruhi kualitas (mutu) suatu pelayanan dapat diamati dari persepsi penyedia pelayanan,
8 penyelenggara pelayanan maupun
pengguna pelayanan. Azwar (2006) terdapat 4 unsur yang mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan, yaitu: (1) Unsur masukan. Unsur masukan ialah hal yang diperlukan terselenggaranya pelayanan kesehatan, meliputi unsur tenaga (man), dana (money) dan sarana
(material). Apabila tenaga dan
sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan akan berpengaruh pada kualitas pelayanan serta ketersediaan dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan. (2) Unsur Lingkungan. Unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang mempengaruhi pelayanan kesehatan, meliputi unsur kebijakan, organisasi dan manajemen yang baik serta berjalan seimbang sehingga akan memberikan suasana kerja yang baik. Keadaaan ini akan membuat petugas pelayanan memiliki jaminan dari
pekerjaan yang akan
dilaksanakannya. (3) Unsur Proses. Unsur proses adalah semua tindakan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan. Pelaksanaan pelayanan
memerlukan suatu panduan berupa prosedur tetap sehingga kualitas pelayanan dapat diukur, dievaluasi, serta dipertanggungjawabkan. Tindakan tersebut secara umum dapat dibedakan atas dua macam yaitu tindakan medis dan non medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini tidak disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan, maka sulit diharapkan baiknya kualitas pelayanan. (4) Unsur Keluaran. Unsur keluaran adalah yang menunjukkan pada penampilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan (performance). Penampilan yang dimaksud disini banyak macamnya. Pertama, penampilan aspek medis. Kedua, penampilan aspek non medis. Secara umum disebutkan apabila keduanya penampilan ini tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan maka berarti pelayanan kesehatan diselenggarakan bukan yang berkualitas.
c. Pemanfaatan Posyandu Lansia
Hasil analisis univariat variabel pemanfaatan posyandu lansia adalah sebagai berikut:
9 Tabel 3
Pemanfaatan Posyansu Lansia (n= 92) Pemanfaatan Posyandu Lansia f % Kurang Cukup Baik 1 66 25 1,1 71,7 27,2 Total 92 100
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar termasuk dalam kategori cukup.
Lansia sering dianggap sebagai golongan yang lemah, tetapi sesungguhnya lansia memiliki peran yang berarti bagi masyarakat. Lansia memiliki penalaran moral yang bagus untuk generasi dibawahnya. Lansia memiliki semacam gairah yang tinggi karena secara alami, manusia akan cenderung memanfaatkan masa-masa akhirnya secara optimal untuk melakukan pewarisan nilai dan norma. Hal ini justru mempermudah kita untuk membina moral anak-anak.
Namun sebelum kita merasakan keberadaan lansia yang sebenarnya dapat membantu
pembelajaran moral ini, kita senantiasa menganggap bahwa lansia adalah simbol yang merepotkan dan kurang kontribusi. Hal ini dikarenakan kita sendiri kurang mengapresiasi para lansia tersebut, sehingga tidak jarang para lansia itu terlantar meskipun mempunyai keluarga. Banyak keluarga yang karena kesibukannya terkesan melalaikan orang tua dan memasukkannya ke panti jompo (Hardin and Hudson, 2005).
Masa lanjut usia adalah masa dimana individu dapat merasakan kesatuan, integritas, dan refleksi dari kehidupannya. Jika tidak, ini akan menimbulkan ketimpangan dan bahkan dapat mengakibatkan patologis, semacam penyakit kejiwaan (Latifah, 2010). Jika ini terjadi maka keadaan masyarakat juga terganggu, dimana lansia sebagai penguat transformator nilai dan norma berkurang, baik secara kualitas dan kuantitas. Banyak contoh yang terjadi dimasyarakat kita, dimana lansia berlaku yang kurang sopan atau bahkan kurang beradab sehingga secara tidak langsung akan mengganggu
10
ketentraman kehidupan
bermasyarakat. Lansia di Indonesia, menurut Depkomindo 2010, pada tahun 2008 berjumlah 23 juta orang, sedangkan lansia yang terlantar mencapai 1,7 juta sampai 2 juta orang.
Dari berbagai kejadian yang ada, kita harusnya sadar bahwa sudah saatnya kita mengapresiasi para lansia dengan bersikap adil, yang tidak dapat disamakan dengan perlakuan kita terhadap anak-anak dan para remaja. Kita seharusnya mempunyai mekanisme untuk memberdayakan lansia sesuai dengan umur mereka, membantunya melalui tahap perkembangan, dan menyertakannya dalam proses transformasi pendidikan moral. Dengan demikian mereka tidak merasa terabaikan.
Seiring dengan meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah berusaha merumuskan berbagai kebijakan untuk usia lanjut tersebut, terutamanya pelayanan dibidang kesehatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Pemanfaatan Posyandu Lansia dapat membantu Lansia untuk memelihara derajat kesehatan dengan memberikan tambahan asupan gizi serta pemeriksaan kesehatan secara berkala yang dapat membantu Lansia untuk mengetahui kondisi kesehatannya dan mencegah timbulnya penyakit yang berbahaya.
2. Analisis Bivariat
a. Hubungan antara Jarak dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia
Hubungan antara jarak dengan pemanfaatan Posyandu Lansia adalah sebagai berikut.
Tabel 4
Hubungan antara Jarak dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia
Keterangan Korelasi Rank spearman rs p value Hubungan antara Jarak dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia 0,517 0,000
Berdasarkan hasil analisis korelasi rank spearman tentang
11 hubungan antara jarak dengan
pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar diperoleh nilai rs = 0,517 dan p = 0,000. Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa nilai p < 0,05, sehingga H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara jarak dengan pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar. Adapun dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,517 yang berada pada interval 0,400 – 0,599 menunjukkan bahwa hubungan antara jarak dengan pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar termasuk dalam kategori sedang, dan dengan melihat parameter menunjukkan nilai positif.
Menurut Juniardi (2013), faktor-faktor yangmempengaruhi rendahnya kunjungan lansia keposyandu lansia, antara lain pengetahuan, jarakrumah dengan lokasi posyandu, dukungan keluarga, sarana dan prasarana penunjang pelaksanaanposyandu, sikap dan perilaku lansia, penghasilanekonomi, dukungan petugas kesehatan.Salah
satu upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan lansia adalah program posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan salah satu program Puskesmas melalui kegiatan peran serta masyarakat yang ditujukan pada masyarakat setempat,
khususnya lansia.
Pelayanankesehatan di posyandu lanjut usia metiputi pemeriksaan kesehatan fisik danmental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat(KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancamansalah satu kesehatan yang dihadapi (Ningsih, 2014).
Faktor pendukung yang mencakup fasilitas sarana kesehatan, yaitu jarak posyandu lansia dengan tempat tinggal lansia juga mempengaruhi perilaku lansia (Notoatmodjo, 2010). Faktor jarak dan biaya pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku penggunaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan (Kresno, 2009). Hal ini tidak sesuai dengan teori Green yang menyatakan bahwa jarak tempuh ke fasilitas pelayanan kesehatan merupakan
12 faktor pendukung untuk terjadinya
perubahan kesehatan, tetapi hal ini sejalan dengan penelitian oleh Nurhayati (2012) didapatkan hasil distribusi responden berdasarkan jarak posyanndu ke tempat tinggal lansia yaitu jauh. Jarak yang jauh akan membuat lansia sulit untuk menjangkau posyandu lansia. Hal ini juga dapat mempengaruhi lansia untuk tidak mengunjungi posyandu lansia.Pebriyanti (2010) mengatakan jarak posyandu lansia adalah rentang lokasi antara tempat tinggal lansia dengan tempat kegiatan pelayanan kesehatan khususnya posyandu lansia. Jarak Posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau Posyandu lansia. Kemudahan dalam menjangkau lokasi Posyandu lansia ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Jarak Posyandu merupakan faktor
penting dalam Pemanfaatan Posyandu Lansia, sehingga semakin terjangkau jarang rumah dengan Posyandu Lansia akan semakin meningkatkan minat lansia untuk memanfaatkan pelayanan Posyandu Lansia.
b. Hubungan antara Kualitas Pelayanan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia
Hubungan antara kualitas pelayanan dengan pemanfaatan Posyandu Lansia adalah sebagai berikut.
Tabel5
Hubungan antara Kualitas Pelayanan dengan Pemanfaatan Posyandu
Lansia Keterangan Korelasi Rank spearman rs p value Hubungan antara Kualitas Pelayanan dengan Pemanfaatan Posyandu Lansia 0,405 0,000
Berdasarkan hasil analisis korelasi rank spearman tentang hubungan antara kualitas pelayanan dengan pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar diperoleh nilai
13 rs = 0,405 dan p = 0,000. Hasil
perhitungan di atas menunjukkan bahwa nilai p < 0,05, sehingga H0 ditolak, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan dengan pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar. Adapun dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,405 yang berada pada interval 0,400 – 0,599 menunjukkan bahwa hubungan antara kualitas pelayanan dengan pemanfaatan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Jatipuro Karanganyar termasuk dalam kategori sedang, dan dengan melihat parameter menunjukkan nilai positif.
Jenis pelayanan kesehatan yang diberikandi posyandu lansia antara lain pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari,pemeriksaan status mental, pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanandarah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein dalam urin, pelayananrujukan ke puskesmas dan penyuluhan kesehatan. Kegiatan lain yang sesuaikebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan
Tambahan(PMT) dengan
memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olahraga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkankebugaran (Grahacendikia, 2009).Kegiatan posyandu lansia yang berjalan
dengan baik akan
memberkemudahan pelayanan kesehatan dasar bagi lansia, sehingga kualitas hidupmasyarakat di usia lanjut tetap terjaga dengan baik dan optimal. Berbagaikegiatan dan program posyandu lansia tersebut sangat baik dan banyakmemberikan manfaat bagi para orang tua di wilayahnya. Seharusnya paralansia berupaya memanfaatkan adanya posyandu tersebut sebaik mungkin,agar kesehatan para lansia dapat terpelihara dan terpantau secara optimal(Grahacendikia, 2009).
Pembinaan kesehatan dimulai dari kehidupan keluarga, ibu hamil, anak-anak dan yang tidak kalah penting adalah pembinaan kesehatan bagi Lansia yang merupakan kelompok rawan dipandang dari segi kesehatan karena kepekaan dan kerentanan yang tinggi terhadap gangguan kesehatan dan ancaman kematian
14 (Depkes RI, 2010). Pertambahan usia
menyebabkan kemampuan fisik dan mental,termasuk kontak sosial otomatis berkurang. Aspek kesehatan pada lansiaseyogyanya lebih diperhatikan mengingat kondisi anatomi dan fungsi organ-organ tubuhnya sudah tidak sesempurna seperti ketika berusia muda,hubungan horisontal atau kemasyarakatan juga tidak kalah pentingnya karenaperawatan dan perhatian terhadap diri sendirisemakin menurun kualitas dankuantitasnya (Nurkusuma, 2010).Permasalahan kesehatan merupakan salah satu permasalahan utama penduduk lansia, karena terkait dengan kemunduran fisikmanusia yang terjadi secara alamiah serta menyangkut pemenuhan kebutuhan hidup (KomNas RI,2010). Adanya kualitas pelayaan yang baik akan membentuk persepsi lansia tentang kenyamanan dalam memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia, sehingga dengan semakin tingginya tingkat kualitas pelayanan yang dilakukan akan semakin
meningkatkan pemanfaatan Posyandu Lansia.
SIMPULAN
1. Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Jatipuro
Karanganyarberusia antara 54-56 tahun (79,3%).
2. Jenis kelamin Lansia adalah perempuan (60,9%)
3. Tingkat pendidikan SD sebanyak 85 orang (92,4%).
4. Terdapat hubungan yang signifikan antara jarak dengan pemanfaatan Posyandu Lansia (rs = 0,517 dan p= 0,000).
5. Terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan dengan pemanfaatan Posyandu Lansia (rs = 0,405 dan p= 0,000)
Saran
1. Bagi Masyarakat
Masyarakat disarankan melakukan evaluasi terhadap kinerja kader dan melakukan
upaya-upaya untuk
15 pelayanan posyandu lansia
seperti penyuluhan dan sosialisasi tentang manfaat Posyandu Lansia.
2. Bagi instansi pendidikan
Petugas kesehatan hendaknya dapat lebih meningkatkan lagi kesadaran lansia tentang pentingnya dukungan keluarga dengan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan di posyandu lansia. Kader hendaknya selalu memberikan pengetahuan dan kesadaran kepada keluarga lansia agar senantiasa memotivasilansia untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan di posyandu lansia.
3. Bagi Peneliti Lain
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lanjutan dengan mengkaji lebih dalam tentang faktor-faktor lain yang berkaitan dengan keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia.
4. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan bagi peneliti sehingga dapat mengembangkan penelitian dan meningkatkan pelayanan bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 2006. Pengantar Administrasi Kesehatan.Jakarta: Binarupa Aksara.
Grahacendikia 2009. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penurunan
Minat Lansia Terhadap
Posyandu Lansia.
grahacendikia.wordpress.com. Juniardi,F. 2013. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Rendahnya Kunjungan Posyandu Lansia Ke Posyandu Lansia Di Puskesmas Batang Beruh Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi.
Skripsi. Hptt:/jurnal.usu.ac.id/
index.php/ws/article/download/2 132/116.Diakses pada tanggal 1 Maret 2016.
Komisi Nasional Lanjut Usia RI. 2010. Profil penduduk lanjut usia Indonesia 2009. Jakarta: Komisi Nasional Lanjut Usia RI. Kresno. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehadiran Ibu Balita di Posyandu Wilayah
Kerja Puskesmas Labasa
Kecamatan Tengkuno Selatan
Kabupaten Muna. Diperoleh
tanggal 2 Maret 2016 dari digilib.unimus.ac.id/files/disk1/1 12/jtptunimus-gdl-hatikalvit-5593-2- babii.pdf.
16 Ningsih, Shely S. 2014. Gambaran
Perilaku Perawat dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung.Responsitory.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Notoatmodjo. 2010. Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nurkusuma, Dudy D. 2010.
Posyandu Lanjut Usia di
Puskesmas Pare Kabupaten
Temanggung.(http://www.tempo
.co.id/medika/arsip/082001/lap-1.htm. Diakses tanggal 8
Februari 2016).
Nurhayati. K. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lansia Dalam Pemanfaatan Pos Binaan Terpadu (Posbindu). E-Journal on-line. Universitas Riau.
Pebriyanti, Ismawati, Proverawati. 2010. Posyandu & Desa Siaga. Bantul : Nuha Medika.
Sugiyono.2010. MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif & RND.