• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH hakikat ipa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH hakikat ipa"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MAKALAH

HAKIKAT PENDIDIKAN IPA

HAKIKAT PENDIDIKAN IPA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah DASAR-DASAR PENDIDIKAN IPA Mata Kuliah DASAR-DASAR PENDIDIKAN IPA

DISUSUN OLEH DISUSUN OLEH

KARSONO

KARSONO (0402514026)(0402514026)

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN IPA (BIOLOGI)

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN IPA (BIOLOGI)

2016

2016

▸ Baca selengkapnya: makalah ipa kelas 9 bioteknologi

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hak semua anak. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar,  pendidikan mendapat perhatian khusus dan tercantum secara ekplisit pada alenia keempat. Bahkan, pendidikan sudah dianggap sebagai sebuah hak asasi yang harus secara bebas dapat dimiliki oleh semua anak. Seperti yang tercantum dalam universal Declaration of human right 1948 pasal 26 ayat 1 yang menyatakan bahwa: setiap orang memiliki hak atas  pendidikan. Pendidikan haruslah bebas, paling tidak pada tingkat dasar. Pendidikan tingkat dasar haruslah bersifat wajib. Pendidikan teknik dan profesi harus tersedia dan pendidikan tinggi harus dapat diakses secara adil oleh semua orang. selain itu, mandate  Millenium  Development goals (MMDGs) yang diformulasikan oleh PBB secara tegas juga menyatakan bahwa semua Negara di dunia harus dapat menyediakan pendidikan yang gratis dan sama rata paling tidak pada pendidikan dasar.

Dalam dunia pendidikan pastilah terjadi proses pembelajaran didalam maupun diluar kelas. Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah menolong siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, sikap dan apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku. Dalam hal ini IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Hal ini tentu saja berimplikasi terhadap kegiatan pembelajaran IPA. IPA dan pembelajaran IPA tidak hanya sekedar pengetahuan yang bersifat ilmiah saja, melainkan terdapat muatan IPA, keterampilan proses dan dimensi yang terfokus pada karakteristik sikap dan watak ilmiah. (BSNP, 2006).

Menurut Gagne (1992) belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam suatu kegiatan dimana terjadi interaksi antara guru dan siswa, serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Sementara menurut Hamalik (2013) Belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman,  belajar tidak hanya menghafal, tetapi perlu adanya interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku bisa berupa sikap (afektif) ketrampilan (psikomotorik). Dari

(3)

seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep,  pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan terjadi perubahan perilaku.

Berbagai permasalahan dalam implementasi dalam belajar pendidikan IPA yang sesuai dengan hakikatnya sangat kompleks, karena itu pemikiran-pemikiran masih terus disumbangkan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran IPA. Pendidikan IPA dihadapkan dengan permasalahan diantaranya perangkat pembelajaran IPA yang mampu mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu melalui tema tertentu dalam satu mata pelajaran. Keintergrasian konsep dalam mata pelajaran diperlukan sehingga guru dan peserta didik memiliki bekal kompetensi dari berbagai disiplin ilmu. Permasalahan mendasar adalah  pembelajaran IPA belum berorientasi pada keterampilan proses sains seutuhnya sehingga

kemampuan berpikir dan kemampuan berinkuiri belum optimal. Konsekuensi dari produk  pembelajaran tersebut adalah menurunnya kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Hal ini

akan membentuk generasi konsumeristis dan kurangnya daya saing global.

Keterampilan berinkuiri peserta didik perlu dikembangkan karena karakteristik  pembelajaran IPA harus dilakukan dengan inkuiri ilmiah. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran terintegrasi dikelas yang menekankan pada keterampilan proses dan produk Depdiknas (2008). Kenyataannya pembelajaran IPA di lapangan ditemukan  bahwa kecenderungan pembelajaran IPA di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran hanya berorientasi pada hasil tes/ujian, pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar,

2. Pembelajaran bersifat teacher centered , guru hanya meyampaikan IPA sebagai  produk dan peserta didik menghafal informasi faktual,

3. Peserta didik hanya mempelajari IPA pada domain kognitif yang terendah, peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya, cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan  psikomotor, alasan yang sering dikemukakan guru adalah keterbatasan waktu, sarana,

lingkungan belajar dan jumlah peserta didik disetiap kelas terlalu banyak,

4. Evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk yang berkaitan dengan domain kognitif.

Oleh karena itu, seorang guru perlu dibekali kemampuan pedagogik, kompetensi mengenai hakikat dan nilai-nilai IPA, serta pengetahuan integrasi IPA dalam tataran disiplin itu sendiri maupun relasinya dengan berbagai disiplin ilmu.

(4)

Menurut Alberta (2012) bahwa inkuiri sebagai inti pembelajaran sains yang memiliki sintaks dimana siswa memiliki kemampuan kesimpulan sebagai suatu hasil dari berbagai kegiatan penyelidikan sederhana dalam pembelajaran sains. Ketrampilan inkuiri  berkembang atas dasar kemampuan siswa dalam menemukan dan merumuskan  pertanyaan-pertanyaan yang bersifat ilmiah dan dapat mengarahkan pada kegiatan  penyelidikan untuk memperoleh jawaban atas pertayaan-pertanyaannya. Marbach & Classen (2009) mengemukakan bahwa dengan melatih pembelajaran membuat petanyaan yang disusun atas dasar kriteri-kriteria yang disusun oleh pengajar dapat meningkatkan inkuiri siswa, sehingga proses pembelajaran dalam IPA dapat menghasilkan sikap-sikap ilmiah, seperti menghargai gagasan orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berfikir kritis, jujur dan kreatif.

B. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami pengertian IPA sebagai produk, IPA sebagai Proses, dan IPA sebagai sikap ilmiah.

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. HAKIKAT IPA 1. Pengertian IPA

IPA (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang berasal dari  bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang  berarti saya tahu. Science terdiri dari dua yaitu social science (Ilmu Pengetahuan Sosial ) dan natural science (IPA). Namun dalam perkembangannya, science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti IPA saja.

Dahulu, saat ini, dan saat yang akan datang IPA memegang peranan penting dan alam kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena kehidupan kita sangat tergantung dari alam, zat terkandung di alam, dan segala jenis gejala yang terjadi di alam. Selain itu IPA merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), namun pada perkembangannya IPA diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Depdiknas (2011) ada dua hal yang berkaitan yang tidak terpisahkan dengan IPA, yaitu IPA sebagai produk, pengetahuan IPA berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dan IPA sebagai Proses yaitu kerja ilmiah.

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam  perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Menurut H.W Fowler (2010), IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan yang berhubungan dengan gelaja-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. Sedangkan Marsetio (2013) mengatakan bahwa IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Adapun menurut Wahana (2012), IPA adalah suatu kumpulan pengetahuaan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang segala kehidupan yang ada di alam baik yang bersifat biotik dan abiotik.

Menurut Gagne (1992) IPA dipandang sebagai cara berpikir dalam pencarian tentang  penertian rahasia alam, sebagai gejala penyelidikan alam, dan sebagai batang tubuh yang

dihasilkan dari inkuiri. Dengan kata lain IPA adalah proses kegiatan yang dilakukan para saintis dalam memperoleh pengetahuan dan sikap terhadap proses.

(6)

a. IPA sebagai Metode Khusus

Metode khusus yang dimaksud merupakan langkah-langkah seorang ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan gejala-gejala alam. Pengetahuan berupa teori yang diperoleh melalui hasil perhitungan atau  pemikiran tidak akan bertahan kalau tidak sesuai dengan hasil observasi, sehingga suatu

teori tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh hasil pengamatan.

Planet Neptunus tidak akan dapat ditemukan secara teoritis jika sebelumnya tidak ada  pengamatan yang menyaksikan suatu keanehan dalam lintasan planet lainya. Atau dapat dikatakan bahwa Planet Neptunus tidak ditemukan berdasarkan hasil observasi melainkan melalui perhitungan-perhitungan.

b. IPA sebagai Metode Ilmiah

Bahwa IPA merupakan suatu jenis pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan cara yang khusus, maka cara tersebut dapat berupa observasi, eksperimentasi,  pengambilan kesimpulan, pembentukan teori, observasi dan seterusnya. Cara yang

demikian ini dikenal dengan metode ilmiah ( scientific method ).

2. Karakteristik IPA

IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi.

Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini. a. IPA mempunyai nilai ilmiah

artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh  penemunya.

Contoh : nilai ilmiah ”perubahan kimia” pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat dikembalikan ke sifat semula.

(7)

b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

c. IPA merupakan pengetahuan teoritis.

Teori IPA diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain

d. IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan.

Dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut (Depdiknas, 2008).

3. Cara berfikir IPA Cara berfikir IPA meliputu

a. Percaya ( Believe)

Kecenderungan para ilmuwan melakukan penelitian terhadap masalah gejala alam dimotovasi oleh kepercayaan bahwa hokum alam dapat dikontruksi dari observasi dan diterangkan dengan pemikiran dan penalaran.

 b. Rasa ingin tahu (curiosity)

Kepercayaan bahwa alam dapat dimengerti didorong oleh rasa ingin tahu untuk menemukannya.

c. Imajinasi (imagination)

Para ilmuan sangat mengandalkan pada kemampuan imajinasinya dalam memecahkan masalah gejala alam.

d. Penalaran (reasoning )

Penalaran setingkat dengan imajinasi para ilmuan juga mengandalkan penalaran dalam memecahkan masalah gejala alam.

e. Koreksi diri ( self examination)

Pemikiran ilmiah adalah sesuatu yang lebih tinggi dari pada sekedar suatu usaha untuk mengerti tentang alam. Pemikiran ilmiah juga merupakan sarana untuk memahami dirinya,untuk melihat seberapa jauh para ahli sampai pada kesimpulan tentang alam.

Dari uraian hakekat IPA diatas, dapat dipahami bahwa pembelajaran IPA merupakan  pembelajaran pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah

(8)

siswa terhadap konsep-konsep IPA sehingga pembelajaran IPA disekolah dilakukan dengan penyeledikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut pembelajaran IPA akan mendapat pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi, dan penyelidikan sederhana. Sehingga menumbuhkan sikap ilmiah siswa yang diindikasikan dengan merumuskan masalah, menarik kesimpulan, sehingga mampu berfikir kritis melalui pembelajaran IPA.

B. HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA

Secara garis besar pada hakikatnya IPA memiliki tiga komponen, yaitu proses ilmiah,  produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Proses ilmiah adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilaksanakan dalam rangka menemukan produk ilmiah. Proses ilmiah meliputi mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, merancang, dan melaksanakan eksperimen. Produk ilmiah meliputi prinsip, konsep, hukum, dan teori. Produk ilmiah berupa pengetahuan- pengetahuan alam yang telah ditemukan dan diuji secara ilmiah. Sikap ilmiah merupakan

keyakinan akan nilai yang harus dipertahankan ketika mencari atau mengembangkan  pengetahuan baru. Sikap ilmiah meliputi ingin tahu, hati-hati, obyektif, dan jujur.

Menurut Marsetio (2013), IPA pada hakikatnya dibangun atas dasar produk ilmiah,  proses ilmiah dan juga sikap ilmiah. Sebagai proses ilmiah diartikan semua kegiatan ilmiah

untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan  pengetahuan baru. Sebagai produk ilmiah diartikan sebagai hasil proses, berupa  pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau diluar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur ilmiah dimaksudkan  bahwa metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu pada umumnya  berupa riset yang lazim disebut metode ilmiah (scientific method).

Selain sebagai proses dan produk, Daud Joesoef (2010) juga menganjurkan agar IPA dijadikan sebagai suatu kebudayaan atau suatu kelompok atau institusi sosial dengan tradisi nilai, aspirasi maupun inspirasi. Sedangkan menurut Prihantoro (2012), IPA pada hakikatnya merupakan suatu produk, proses dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pngetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.

(9)

Secara umum IPA terbagi dalam tiga ilmu dasar yaitu biologi, fisika dan kimia. Fisika sebagai cabang dari IPA merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Jadi dapat dikatakan bahwa hakikat fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip dan teori yang berlaku secara universal.

Fungsi dan tujuan IPA secara khusus berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi Depdiknas (2008) adalah :

a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.  b. Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.

c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan te knologi.

d. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakan dan melanjutkan  pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.

Berdasarkan fungsi dan tujuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA tidak hanya pada dimensi pengetahuan (keilmuan) tetapi juga menekankan pada dimensi nilai kehidupan. Hal ini berarti memperhatikan keteraturan di alam semesta akan semakin meningkatkan keyakinan akan adanya sebuah kekuatan yang Mahadahsyat yang tidak dapat dibantah lagi yaitu kebesaran Tuhan yang Maha Kuasa. Dengan dimensi ini, pada hakikatnya IPA mentautkan antara aspek logika-materiil dengan aspek jiwa-spiritual. Selain itu IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Fowler (2010) bahwa IPA merupakan ilmu yang  berhubungan dengan gejala-gejala dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara

teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. 1. Hakikat IPA Sebagai Proses

IPA sebagai proses yaitu untuk mengawali dan memahami pengetahuan tentang alam. Karena IPA merupakan kumpulan fakta dan konsep, maka IPA membutuhkan proses dalam menemukan fakta dan teori yang akan digeneralisasi oleh ilmuan. Susanto (2016) Adapun proses proses dalam memahami IPA disebut dengan ketrampilan proses ( science  process skill) Ditinjau dari tingkat kerumitan dalam penggunaannya, keterampilan proses

(10)

IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan: proses dasar dan ketrampilan  proses terintegrasi.

keterampilan proses dasar menjadi dasar untuk keterampilan proses terintegrasi yang lebih kompleks. Jenis-jenis ketrampilan proses.

a) Mengamati

Mengamati adalah kegiatan yang melibatkan satu atau lebih alat indera. Pada tahap  pengamatan orang hanya mengatakan kejadian yang mereka lihat, dengar, raba, rasa, dan cium. Pada tahap ini seseorang belajar mengumpulkan petunjuk. Kegiatan inilah yang membedakan antara pengamatan dengan penarikan kesimpulan atau pengajuan pendapat. Contoh : merasakan air gula, meraba permukaan daun, mendengarkan bunyi dari dawai yang dipetik, mengamati daur air, mencium bau tape.

Hasil dari pengamatan ini disebut fakta. Pengamatan dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan kualitatif terjadi apabila pelaksanaan pengamatan hanya menggunakan pancaindera dalam rangka untuk memperoleh informasi. Pengamatan kuantitatif terjadi manakala dalam pelaksanaannya selain menggunakan pancaindera juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat.

b) Menggolongkan / Mengklasifikasi

Menggolongkan adalah memilah berbagai obyek dan/atau peristiwa berdasarkan  persamaan sifat khususnya, sehingga diperoleh kelompok sejenis dari obyek atau  peristiwa yang dimaksud. Dua hal penting yang perlu dicermati dalam mengembangkan keterampilan mengklasifikasi adalah: kegiatan menghimpun hasil pengamatan dan menyajikan dalam bentuk tabel hasil pengamatan, dan kegiatan memilah hasil  pengamatan sesuai sifat khusus yang dimiliki oleh obyek dan/atau peristiwa serta

menyajikannya dalam tabel klasifikasi atau penggolongan atau pengelompokan. c) Mengukur

Mengukur adalah kegiatan membandingkan benda yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk kegiatan mengukur diperlukan bantuan alat-alat ukur yang sesuai dengan benda yang diukur.

d) Mengkomunikasikan

Mengkomunikasikan adalah kegiatan menyampaikan perolehan fakta, konsep dan  prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk audio, visual, dan/atau audio visual. Cara-cara komunikasi yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan selain dengan bahasa tulis

(11)

maupun lisan adalah melalui sajian bentuk grafik, tabel, gambar, bagan, simbol/lambang,  persamaan matematika.

Contoh : mempresentasikan hasil pengamatan, membuat laporan penyelidikan, membacakan peta dan yang lainnya.

e) Mengiterprestasikan data

Menginterpretasi adalah memberi makna pada data yang diperoleh dari pengamatan karena data tidak berarti apa-apa sebelum diartikan. Menginterpretasi berarti memberi arti/makna, misal: mengartikan tabel data, mengartikan grafik data. Menginterpretasi juga diartikan menduga dengan pasti sesuatu yang tersembunyi dibalik fakta yang teramati. f) Memprediksi

Memprediksi ialah menduga sesuatu yang akan terjadi berdasarkan pola-pola  peristiwa atau fakta yang sudah terjadi. Prediksi biasanya dibuat dengan cara mengenal kesamaan dari hasil berdasarkan pada pengetahuan yang sudah ada, mengenal bagaimana kebiasaan terjadinya suatu peristiwa berdasarkan pola kecenderungan.

g) Menyimpulkan

Menyimpulkan adalah keterampilan memutuskan keadaan suatu objek berdasarkan fakta, konsep, prinsip yang diketahui.

2. Hakikat IPA Sebagai Produk

Produk IPA adalah sekumpulan hasil penelitian yang telah ilmuan lakukan kegiatan empirik dan kegiatan analitis. Bentuk IPA sebagai produk antara lain: fakta-fakta,  prinsip, hukum, dan teori-teori IPA jadi ada beberapa istilah yang dapat diambil dari  pengertian IPA sebagai produk, yaitu:

a) Fakta dalam IPA, pernyataan-pernyataan tentang benda yang benar-benar ada, atau  peristiwa yang benar-benar terjadi dan mudah dikonfirmasi secara objektif

 b) Konsep IPA merupakan suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA . konsep merupakan penghubung antara fakta-fakta yang ada hubungannya.

c) Prinsip IPA yaitu generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep IPA

d) Hukum-hukum alam (IPA) prinsip-prinsip yang sudah diterima meskipun juga  bersikap tentative (sementara), akan tetapi karena telah mengalami pengujian yang  berulang-ulang maka hukum alam bersifat kekal selama ada pembuktian yang lebih

(12)

e) Teori ilmiah merupakan kerangka yang lebih luas dari fakta-fakta, konsep, prinsip yang saling berhubungan.

3. Hakikat IPA sebagai Sikap Imiah

Sikap ilmiah harus dikembangkan dalam pembelajaran sains. Hal ini sesuai dengan sikap yang bharus dimiliki oleh seorang ilmuan dalam melakukan penelitian dan mengkomunikasikan hasil penelitiannya. Sikap ilmiah itu dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan siswa dalam pembelajaran IPA pada saat melakukan diskusi,  percobaan, simulasi, dan kegiatan proyek dilapangan. Pengembangan sikap ilmiah

memiliki kesesuaian dengan perkembangan kognitifnya.

Menurut Sulistiyorini (2006) Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Sikap-sikap ilmiah meliputi :

a) Obyektif terhadap fakta

Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.

Contoh : Seorang peneliti menemukan bukti pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034m3, padahal seharusnya 0,005m3.

 b) Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan

Dalam hal ini pengambilan keputusan tidak dilakukan bila belum cukup data yang mendukung.

Contoh : Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia tidak segera mengatakan semua  burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung

kesimpulan tersebut. c) Berhati terbuka

Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu,  jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka

ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri d) Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat.

(13)

 pada pot A terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan pendapat  bukan fakta.

e) Bersikap hati-hati.

Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai  prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian  berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.

f) Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity)

Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki.

Contoh : Orang menganggap hal yang biasa ketika melihat benda-benda jatuh, tetapi tidak biasa bagi seorang Issac Newton pada waktu itu. Beliau berpikir keras mengapa  buah apel jatuh ketika dia sedang duduk istirahat di bawah pohon tersebut. Pemikiran ini ditindaklanjuti dengan menyelidiki selama bertahun-tahun sehingga akhirnya ditemukannya hukum Gravitasi.

C. Nilai-nilai IPA

 Nilai-nilai IPA adalah sesuatu yang dianggap berharga yang terdapat dalam IPA dan menjadi tujuan yang akan dicapai. Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai nonkebendaan berupa nilai praktis, intelektual, sosial-budaya-ekonomi-politik, pendidikan dan juga nilai keagamaan

a.  Nilai praktis

Penerapan dari penemuan-penemuan IPA telah melahirkan teknologi yang secara langsung dapat dimanfaatkan masyarakat. Teknologi tersebut membantu pula mengembangkan penemuan-penemuan baru yang secara tidak langsung juga bermanfaat  bagi kehidupan. Dengan demikian, sains mempunyai nilai praktis yaitu sesuatu yang  bermanfaat dan berharga dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: penemuan listrik oleh Michael Faraday yang diterapkan dalam teknologi hingga melahirkan alat-alat listrik yang  bermanfaat bagi kehidupan.

(14)

Metode ilmiah yang digunakan dalam IPA banyak dimanfaatkan manusia untuk memecahkan masalah baik alamiah maupun sosial, ekonomi dan sebagainya. Metode ilmiah telah melatih keterampilan, ketekunan dan melatih mengambil keputusan dengan mempertimbangkan yang rasional dan menuntut sikap-sikap ilmiah bagi penggunanya. Keberhasilan memecahkan masalah tersebut akan memberikan kepuasan intelektual. Dengan demikian, metode ilmiah telah memberikan kepuasan intelektual dan inilah yang dimaksud dengan nilai intelektual.

c.  Nilai sosial-budaya-ekonomi-politik

IPA mempunyai nilai-nilai sosial-budaya-ekonomi-politik berarti IPA dan teknologi suatu bangsa menyebabkan bangsa tersebut memperoleh kedudukan yang kuat dalam  percaturan sosial-ekonomi-politik internasional. Contoh: negara-negara maju seperti USA

dan Uni Eropa merasa sadar dan bangga terhadap kemampuan atau potensi bangsanya dalam bidang sosial-politik dan mengklaim diri mereka sebagai negara adidaya. Jepang, dengan kemampuan teknologi produksi merupakan negara yang memiliki stabilitas tinggi dalam bidang sosial masyarakat maupun ekonomi yang mampu menguasai pangsa pasar dunia. Selain itu, Jepang juga dikenal sebagai negara yang mampu memadukan antara teknologi dengan budaya lokal (tradisi) sehingga budaya tradisi tersebut tetap eksis bahkan dikenal di seluruh dunia.

d.  Nilai kependidikan

Perkembangan IPA dan teknologi serta penerapan psikologi belajar pada pelajaran IPA menjadikan IPA bukan hanya sebagai suatu pelajaran melainkan juga sebagai alat  pendidikan. Artinya, pelajaran IPA dan pelajaran lainnya merupakan alat untuk mencapai

tujuan pendidikan. Nilai-nilai tersebut antara lain:

1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut metode ilmiah. 2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan dan mempergunakan

 peralatan untuk memecahkan masalah.

3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah.

Dengan demikian, IPA memiliki nilai-nilai kependidikan karena dapat menjadi alat untuk mencapai tujuan pendidikan.

e.  Nilai keagamaan

Seorang ilmuan yang beragama akan lebih tebal keimanannya, karena ilmu IPA selain ditunjang oleh alam pikiran dari pengamatan terhadap fenomena-fenomena alam sebagai

(15)

 banyak orang yang merasakan bahwa pastilah ada sesuatu yang Mahapintar dibalik kehebatan hukum alam. Hal yang sama dikatakan oleh John Polkinghorne, ahli fisika yang mengatakan bahwa jika anda menyadari bahwa hukum alam telah melahirkan jagad raya yang begitu teratur maka hal itu pastilah tidak terjadi semata-mata karena kebetulan tetapi  pasti ada tujuan dibalik itu semua. Dengan demikian, jelas bahwa IPA mempunyai nilai keagamaan yang sejalan dengan pandangan agama sehingga Albert Einstein mengatakan  bahwa sains tanpa agama adalah buta dan agama tanpa sains adalah lumpuh.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN IPA

Pembelajaran merupakan suatu proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan kepada siswa Wahana (2012). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya Hamalik (2013). Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan  bahwa pembelajaran adalah suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan dan sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang.

Adapun tujuan pembelajaran IPA dalam Badan Nasional Standar Pendidikan (BSNP, 2006) dimasudkan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan,dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidikin alam sekitar, memecahkan masalah, membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

(16)

7. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Berdasarkan hakikat IPA, maka nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam  pembelajaran IPA antara lain:

1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah.

2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan dan mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan. Moedjiono (2006)

Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka  pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu yaitu:

1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan bagaimana  bersikap.

2) Menanamkan sikap hidup ilmiah.

3) Memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan.

4) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai para ilmuwan penemunya.

4) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Asih (2015) Pembelajaran IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum termaktub dalam taksonomi Bloom bahwa diharapkan dapat memberikan  pengetahuan (kognitif) yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Jenis  pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang  bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Pengetahuan secara garis besar tentang fakta yang ada di alam untuk dapat memahami dan memperdalam lebih lanjut dan melihat adanya keterangan serta keteraturannya. Di samping hal itu, pebelajaran sains diharapkan pula memberikan keterampilan (psikomotorik), kemampuan sikap ilmiah (afektif), pemahaman, kebiasaan dan apresiasi dalam mencari jawaban terhadap suatu permasalahan. Karena ciri-ciri tersebut yang membedakan dengan pembelajaran lainnya Moedjiono, (2010).

Dari uraian tersebut, maka hakikat dan tujuan pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan antara lain:

(17)

2) Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan dan hubungan antara sains dan teknologi. 3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan

melakukan observasi.

4) Sikap ilmiah antara lain skeptis, kritis, sensitive, objektif, jujur, terbuka, benar dan dapat bekerja sama.

5) Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam. 6) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan

 perilaku alam serta penerapannya dalam teknologi. Depdiknas (2008).

Dengan demikian, semakin jelas bahwa proses belajar mengajar IPA lebih ditekankan  pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Selama ini proses belajar mengajar hanya menghafalkan fakta, prinsip atau teori saja. Untuk itu perlu dikembangkan suatu model pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya.

(18)

BAB II PENUTUP

Kesimpulan :

1. Secara umum IPA dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sebab dan akibat serta kejadian-kejadian yang ada dialam.

2. Karakteristik IPA meliputi: 1) IPA mempunyai nilai ilmiah, 2) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, 3) IPA merupakan

 pengetahuan Teoritis, 4) IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan 3. Kedudukan IPA sebagai poses, produk, dan sikap ilmiah

4. Tujuan pembelajaran IPA adalah bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep IPA dan keterkaitannya serta mampu mengembangkan sikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari kebesaran dan kekuasaan Pencipta-Nya.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Asih W.W, Sulistiowati. 2015. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: PT. Bumi Aksara Alberta. 2012. Focus on inquiry. Kanada: Alberta

BSNP. 2006. Panduan penyusunan KTSP jenjang pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Daud Joesoef. 2010. Implementasi kurikulum berbasis kompetensi: Model-model  pembelajaran. Bandung: Bina Media Informasi

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA terpadu SMP/MTs. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas.

Depdiknas. 2011. Pembelajaran kontekstual dalam membangun karakter siswa. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan Nasional.

Dimyati., Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hamalik, O. 2013. Proses Belajar Mengajar.Jakarta: Bumi Aksara

H. W, Fowler. 2010. Conceptual Integrated Science. San Francisco: Pearson Education, Inc., publishing as Addison Wesley

Gagne, R. M. 1992. Principle of IntructionalDesign. New York: Holt Rinerhart and Winston

Sulistiyorini. 2007. Model pembelajaran IPA dan Penerapan dalam KTSP . Yogyakarta: Tiara Wacana.

Susanto, A. 2016. Teori belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar . Jakarta: Prenada Media group

Syaiful.2004. Konsep dan Makna Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.  Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Mrbach & Classen. 2001. Students Question: A Potential Resource For Teaching And  Learning Science. Online. http://www.information.com/index/790670358.

Marsetio Donosepoetro. 2013. Pendekatan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Sangga Buana.

Moedjiono dan Moh. Dimyati.2006. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: DEPDIKBUD Wahana, S. 2012. Strategi Pembelajaran Berbasis Standar Proses pendidikan. Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

BAB II PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA KONSEP ISOLATOR DAN KONDUKTOR ………..7. Hakikat

(2011) Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran IPA tentang Materi Sifat-Sifat Cahaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Bandung : Program

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Melalui Pendekatan Keterampilan Proses“adalah benar

Kesiapan Guru Mengajar di Sekolah Dasar Ditinjau dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains (suatu studi iluminatif tentang proses belajar mengajar sains di

Pada hakekatnya pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan kepada keterampilan memperoleh pengetahuan dan

Pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA adalah pendekatan pembelajaran yang memandang bahwa IPA terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah yang juga

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG PEMBENTUKAN TANAH MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MULTIMEDIA PADA SISWA KELAS V SDN 2

langsung dalam meningkatkan hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains peserta didik (Marjan et al. Penggunaan pendekatan saintifik untuk melatih guru IPA MI