• Tidak ada hasil yang ditemukan

16.00 s/d selesai : 1. Bank Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "16.00 s/d selesai : 1. Bank Indonesia"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUHLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT PANITIA KHUSUS DPR-RI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23/1999

TENTANG BANK INDONESIA

Tahun Sidang Maso Persidangan Jenis Rapat Sifat Rapat Hari/tanggal Waktu Deng an Tempat Nusantara II Ketua Rapat Sekretaris Acara Anggota Hadir : 2000-2001 : 111 :RapatDengarPendapatUmum : Terbuka · Komis, , 10 Mei 2001

· 16.00

s/d selesai

: 1.

Bank Indonesia

2. Pemerintah ( Menteri Keuangan, Dep. Kehakiman don

HAM

· Ruang Rapat Pansus C, Gedung

DPR RI, Senayan

: Ir. Daryatmo Mardiyanto : Ors. lskandar Nasution

- Pembukaan Ketua Pansus , - Penjelasan Menteri Koordinator

Perekonomian mengenai masukan Tim Panel Amandemen Undang-Undang Bank Indonesia,

(2)

KETUA RAPAT :

Saudara-saudara sekalian, barangkali kita mulai kita berunding dulu ini tentang apa yang akan kita kerjakan dan dari mana kita memulai. Pertama mengenai, sebelum kita mulai mitra kita ada dari Pemerintah saya kira hadir Pak Dipo, Pak Rizal Ramli berhalangan, ya artinya mungkin datingnya lebih malam yak arena masih ada tugas ya. Dari Bl sudah di informasikan Pak, ya kemudian dari Departemen Keuangan , oh ya lupa sudah dating ya lalu dari Kehakiman dan HAM Pak Abdullah Gani belum hadir. Dari Panitia kerja saya kira cukup banyak. Apakah kita mulai ataukah kita mengatur dulu pembahasan kita. Saya mohon pertimbangan bapak-bapak sekalian.

lbu-ibu d8n bapak, jadi ini belum dimulai tapi kita ada pertimbangan tentang mekanisme pembahasan kita malam hari ini, ada pemikiran yang pertama bahwa kita mulai dengan membahas pada 4 sampai 5 pasal yang tertunda dan kemudian membahas itu apabila memang ada masukan-masukan dari Pemerintah. Setelah ini selesai atau setelah ini terlewatkan dengan keputusan-keputusan apapun bentuknya, lalu kita akan memasuki usulan-usulan yang disampaikan oleh Pemerintah, usulan-usulan baru itu pemikiran pertama.

Sementara pemikiran yang kedua berlangsung sebaliknya yaitu kita mulai dari masalah-masalah yang diusulkan oleh Pemerintah, sebagai pemancing untuk menyegarkan ingatan kita bersama. Lalu memasuki pada butir-butir atau masalah-masalah yang pending.

Sementara itu yang sedang dibagikan ada rangkuman dari padal-pasal yang ditunda atau mengalami pending seperti yang akan segera diterima oleh bapak-bapak sekalian. Jadi rapat belum dimulni, saya minta pertimbangan apakah bisa lengsung dibuka saja rapatnya atau masih berbincang-bincang ya, oke Pak Daniel biasanya ada usulan tai ini Pak Dirman ada usulan.

SUDIRMAN (F. TNI) :

Ya, terima kasih . Jadi kalau formalnya kita berangkat dari Jakarta kita kesini ini membawa hal-hal yang pending

4

pasal itu formal tapi kalau informalnya nanti kita rencananya kalau tidak salah itu akan membahas dari Pemerintah usu Ian-usu Ian tambahan. Jadi kalau tadi pimpinan rapat mengusulkan 2 alternatif kami lebih cenderung kepada alternatif ke 2 yaitu kita mulai pasal4 sekalian kita pemanasan karena kita tahu 4 pasal yang pending itu cukup berat, jadi ibaratnya itu warming up dulu, sehingga nanti kalau sudah panas kita masuk ke barang itu. lni usul, jadi kita cari enteng-enteng dulu nanti kalau sudah panas baru kita, toh nanti hasilnya sama saja. Terima kasih. KETUA RAPAT:

Makasih Pak Dirman, apakah ada usulan lain, kalau tidak ada 3 usulan tadi yang terakhir Pak Dirman, memulai dari pasal

4

artinya memulai pasal-pasal pemanasan di luar

4

pasal yang ada.

FX.

SU MITRO

(F

.KKI) :

lnterupsi ketua, barangkali dulukan yang terakhir itu, Pemerintah sebelum mengadakan sebelum diskors itukan ditugasi untuk menyusun beberapa pasal yak an. Apa tidak lebih bagus itu di dahulukan itu loh. Jadi sebab Pemerintah kan ada beberapa pasal, ini kan sampai ada dokumen 4, ada dokurnen 3, ada dokumen 2, ada dokumen 5 ya 6 ini ka nada banyak, saya kira mestinya itu ya kan disepakati gak artinya itu dibahas dulu pekerjaan itu. Nah, kalau itu sekaligus menyangkut di dalam hasil dari Tim Panel ya itu masuk langsung saja kalau umpama ada diantara pasal itu. Jadi kita gak mutar bolak balik gitu loh Pak.

Bahwa nanti pasal

4

pasal

7

tujuan mau dirombak , wong itu sudah diketok palu itu gak masalah nanti kita bicarakan kalau ini yang sudah selesai baru kita kembali coba, kita apa itu kita sisir kembali deh, ini loh Panel pendapat demikian boleh gak ini kita masuk kalau kita setuju oke setuju, kalau gak setuju nanti di Pansus sudah, kan kita membahasnya begitu Pak, jadi gak walau kita puter dari awal lagi wah untuk sampai keterakhir ini saya gak tau Pak kapan itu. Terima kasih Pak.

(3)

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Selamat malam dan salam sejahtera

lbu dan Bapak sekalian, anggota panitia kerja dan pemerintah kita memulai pambahasan pada hcni ini kamis 10 Mei tahun 2001 dan mengambil tempat diluar DPR dengan rnernpertimbangkan hasil-hr1sil kesimpulan rapat sebelumnya yaitu ingin melakukan pembahasan panitia kerja dengan lebih efektif dan lebih intensif. Tempat yang dipilih dan disepakati adalah disini dan tempat pelaksanaan diluar gedung sesuai dengan ketentuan tata tertib kita sudah meminta ijin kepada pimpinan DPR yaitu wakil Ketua bidang KOREKU sudah memenuhi ijin dan kita bisa segera akan laksanakan pada hari ini.

Kemudian kami ingin menawarkan agenda mulai rapat hari ini sampai dengan rapat panitia kerja berikutnya yaitu yang pertama adalah membahas 4 pasal yang tertunda pada pembahasan yang lalu secara intensif dan mendalam dan pada keseampatan itu apabila memang ada bagian usul Pemerintah yang terkait dengan pasal-pasal tersebut sekaligus akan dapat dibahas ataupun dipaparkan untuk mencari solusi ataupun mencari titik temu dan kalau bisa sekaligus diambil keputusan-keputusan ditingkat Panitia Kerja.

Kemudian pada agenda berikutnya setelah melewati 4 pasal ini akan masuk pada pembahasan usulan-usulan Pemerintah yang akan secara rinci dijelaskan kemudian akandiletakkan yang terkait dengan pasal-pasal yang menjadi pernbahasan maupun pasal-pasal yang mungkin sudah disetujui pada bagian sebelumnya

Untuk agenda kerja tentu nanti akan ada pembahasan dan pertimbangan-pertimbangan seandainya usulan-usulan tersebut mencapai atau berkaitan dengan pasal-pasal yang sudah disetujui.

Kemudian acara yang ketiga tentunya setelah menyelesaikan acara panitia kerja akan dilanjutkan dengan pekerjaan yang namanya Tim Sinkronisasi ya, kemudian dan beserta Tim Kecil. Prinsipnya aadalah semi parallel karena ada beberapa pekerjaan yang bisa dilakukan tetapi setidak-tidaknya apabila dilakukan secara serial setelah selesai Panja akan dilakukan penyempurnaan pekerjaan dari Tim Sin dan Tim Kecil. Dengan demikian target yang optimis sekali bisa kita dilakukan agar dicapai hasil yang maksimal yaitu konsinyir ini menghasilkan rumusan-rumusan yang semaksimal mungkin dicapai dari hasil Panitia Kerja.

Saya kira disetujui dua agenda ini. Ketok Palu. Saya kira demikian Bapak, ibu dan saudara sekalian. Kita akan masuki agenda yang pertama dan untuk itu dihadapan Barak dan lbu sekalian sudah tersajikan table ringkasan yang mencakup pasal-pasal yang masih pending beserta usul tambahan atau perubahan dari Pemerintah.

Sebenarnya ini ada dua versi karena ini terdiri dari 4 kolom, kolom DIM, kolom Undang-undang 23, kolom hasil pembahasan, kolom usul tambahanperubahan. Dua versi itu adalah kolom terakhir bisa kosong, mungkin nanti akan juga dibagikan lalu versi yang kedua sudah ada usulan perubahan dari Pemerintah. Apabila sudah didepan Bapak dan lbu sekalian pasal-pasal yang masih pending adalah terdiri dari pasal 56, pasal58, pasal60, pasal75. Pasal 56 aadalah mulai dari DIM 299 sampai 304 dan seterusnya. Untuk itu kita bisa mulai pasal 56 sekaligus barangkali bisa dipaparkan dilayar. Mahon bantuannya. Jadi pasal 56 aadalah terdiri dari dua ayat Undang-undang nomor 23 menuliskan bahwa ayat satu Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada Pemrintah, kemudian ayat satu perjanjian pemberian kredit kepada Pemerintah tersebut batal demi hokum.

Hasil pembahasan adalah pending dan dapat diingatkan bahwa usul perubahan dari Pemerintah adalah tetap seperti rumusan ini sementara pending itu karena ada usu! dari salah satu Fraksi FPG yang mengusulkan aadanya prinching adanya dana talangan dengan rumusan 5 % dan seterusnya.

Kalau kita sapakat akan memulai dari pasal 56 sesuai dengan mekanisme yang kita lakukan bahwa pembahasan ini akan kita mulai dengan urut-urutan yaitu satu kali putaran keseluruhan yang bermaksud untuk memberikan kesempatan pada peserta menyampaikan pikirannya, kemudian pimpinan mencoba mencari rumusan-rumusan kesimpulan umum dari satu putaran dan apabila belum di peroleh akan dilanjutkan pada putaran kedua.

Saya kira itu mekanisme standar kita, mohon apakah ada pertimbangan lain khusus ini, pengusul dulu.

(4)

Betul itu akan saya sampaikan, jadi dalam putaran pertama itu kita berikan kepada pengusul dulu, baru setelah itu tanggapan pertama.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Sudirman, jadi Pak Dirman sangat segar mengingatkan itu satu putaran dua pitaran itumamang dimulai dari pengusul jadi karena ini pengusulnya sudah mempersiapkan diri secara pisik dan material, saya persilahkan . Kalau inii sependapat kita mulai dari pengusul dulu dan mungkin ada tanggapan.

PASKAH SUZETTA (F.PG):

Saudara Ketua, Bapak Menko beserta jajaran dan teman-teman anggota Panja, saya hanya ingin mengingatkan kembali apa yang menjadi pokok-pokok pembahasan dan telah ditanggapi baik oleh Pemerintah dan teman-teman anggota Panja. Sayang malam ini dari Departemen Keuangan fidak hadir, Darmin Nasution biasanya, Pak Darmin.

Pada saat Fraksi kami mengusulkan DIM maupun secara lisan tentang perlunya dana talangan ini mendapat respon kita waktu itu dari Departemen Keuangan dengan menceritakan berbagai hal tentang kesulitan dalam hal pra APBN mendapatkan dana. Sampai-sampai bahwa Pemerintah rnernakai dana komersil yang memang bunganya tinggi, itu sampai ditempuh demikian. Maka atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut, Faraksi kami berpendapat bvahwa hal tersebut yang dilakukan oleh Pemerintah itu tetap akhirnya akan menjadi beban APBN, bunga komersil dan sebagainya akan menjadi beban APBN.

Untuk itu Fraksi kami ingin mengajak kepada anggota Panja maupun kepada Pemerintah untuk membrikan perhatian khususu kepada Fraksi kami bahwa perlunya dana talangan terhaadap APBN tapi tentunya Fraksi kami juga telah melakukan berbagai koridor terhadap penggunaan dana talangan tersebut. Antara lain koridor yang telah kami sampaikan bahwa dana tersebut setingi-tinginya 5 % dari APBN dan jangka waktunya juga kita batasi tidak boleh berlama-lama kalau tidak salah satu bulan, kalau tidak salah maaf soalnya ini sudah kira-kira enam bulan yang lalu kita bicara, jadi satu bulan setelah APBN itu disahkan itu harus segera ditutupi dana talangan terseabut.

Jadi saya mengajak kepaada Pemerintrh maupun Panja untuk melihat ini secara obyektif karena ini dalam rangka kelancaran APBN itu sendiri. ltu yang ingin saya sampaikan pada awalnya, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih pengusul Pak Paskah dari FPG mengingatkan usulannya itu, saya kira secara singkat sudah kita dengar semua, dan kita mulai saja pada putaran pertama, silah kan Pak Mitro. FX. SU MITRO (F. REFORMASI) :

Terima kasih saudara ketua dan Pak Menko, sebetulnya ini pengusul pertama kali Pak wong di DIM juga ada itu dari FKKI juga usu!, maaf Pak , untung yang dilupa ingat sendiri, ini mengalah untuk yang muda Pak.

Jadi begini Pak, bahwa kita kembali kepada masa lalu dengan asumsi mengapa kok Bl tidak boleh memherikan pinjaman karena disalah gunakan Pemerintah, bukan DPR yang menyalah gunakan oleh karena itu didalam usulan Saudara Paskah dari FPG maupun dari kami, sepanjang bahwa DPR itu menyetujui untuk memberikan kredit kenapa kok gak boleh itu loh, yang punya Negara ini rakyat kok, rakyat gak boleh menyetujui tempo hari kita tanya ama Bl itu, di Jerman girnana di Jerman juga disetujui Pak, asal ada persetujuan dari Pcuklemen kan dibalik disana juga boleh kok kita gak boleh , mengapa IMF itu begitu ya memang Negara Indonesia itu supaya hancur kok 200 juta penduduk kan bisa jadi pasar kalau jadi industri raksasa kan musuh dia besar kok gak sadar sih kita digituin, nah ini Nasionalis Pak, muncul ini.

Jridi krimi usulkan Pak bukan kami mohon kami usulkan dengan sangat suraya Pemerintah dapi dapat memberikan kredit kepada pemerintah sepanjang disetujui oleh DPR melalui dalam

(5)

proses APBN Pak, misalnya didalam penyusunan APBN kamu itu minusnya bernpa sih, oh segini kebutuhannya ini oke kalau begitu kasih kredit sepeti yana Pak Paskah tiga bulan deh kasih kredit segini deh, dari pajak masuk selesai ban kan eek and balanc kan jalan Pak gak mungkin ini disalah gunakan itu loh, gak mungkin disalah gunakan nah ini saya usul yak an kalau nanti IMF gak setuju gimana gak apa-apa Pak mereka pergi juga gak apa-apa saya gak butuh yang 400 juta itu dari pada minta IMF keluarkan aja Bob Hasan dari nusakambanganmintai segitu juga dapat Pak.

Jadi saya mohon bener-bener Pak supaya tidak seperti yang dikatakan Pak Paskah tadi, Pak Darmin untung gak ada utang Pemerintah bunga tinggi APBN melonjak begini kan babak belur Pak kalau harus nyetak duit gimana kalo rakyat rakyat menghendaki untuk sementara nyetak duit dulu mau apa, malasahnya yang punya Negara ini rakyat, rakyat yang nyatur kok, kecuali kita akan menyalah gunakan ya itu ceritanya lain lagi. lni di dalan APBN kan jelas Pak kebutuhannya untuk apa, kekurangan nya berapa, ini berapa terus utang ini dari mana, ya kan. Dari pada kita merengek-rengek utang kepada luar misalnya, mengapa untuk sementara kita gak utang dalam negeri dulu, diprioritaskan utang dalam negeri termasuk utang 81.

Pernah saya katakana mengapa bisa utang kepada 81 karena Bl itu menyimp<m dana 5% dari yang disebut GWM Pak, Giro Wajib Minimal, kalau sekarang itu saldo di bank itu katakan dana pihak ketiga di bank itu katakan sekitar 600 triliun. Kalau 5% dari 500 triliun kan dibagi 20 kan 30 triliun Pak, kita pinjamkan 15 triliun lah untuk tiga bulan ini supaya Pemerintah gak klepek-klepek lah, toh dana tersiap disitu kok, Giro wajib minimal itu kan ada di Bl Pak ditahan di Bl, jadi sumber dananya bisa dari situ tidak harus mencetak uang, maksud saya begitu, jadi sekaligus kita ada sumber dana yang bisa dipergunakan untuk itu sehingga Pemerintah gak harus dengan bunga tinggi karena GWM itu adalah nol bunganya, Pemerintah mungkin 3% bunganya jadi murah jadi APBN bebannya gak berat, lah kalau APBN bebannya gak berat yang untung kan juga rakyat Pak bebannya juga gak berat karena memang raktyatlah yang harus menikmati dia yang punya Negara.

Saya kira itu aja Pak jadi saya mendukung usul dari Pak Paskah bagaimana rumusan yang bagus yaitu marilah terserah kepada Pemerintah atau kepada siapa saja mana rumusan yang bagus saya akan ngikutin yang penting bahwa ditentukan dengan persetujuan DPR dan dikaitkan dengan pelaksanaan APBN Pak, jadi tidak ada penggunaan nanti untuk impor rnobil terus mau utang jangan yang penting untuk kepentingan APBN, saya kira itu. Terirna kasih.

KETUA RAPAT:

T erima kasih Pak Mitro, jadi itu adalah penjelaasan Pak Mitro bukan menanggapinya tapi rnemang juga sebagai pengusul juga jadi dua dari FPG dan dari FKKI. Saya kira kami teruskan putarannya sekarang putaran para penanggap, Pak Dirman sudah mendaftarkan, selahkan Pak.

SUDIRMAN (FI TNI) :

Terima kasih, kami menghargai usulan dua rekan terdahulu dengan alasan-alasan yang dapat kita pahami, namun kami betul ndak ada blank disini namun dalam menanggapi ini kami ingin menyarnpaikan beberapa informasi antara lain kebetulan ini Pak Paskah dan teman-teman yang lama dalam menyusun undang-undang 23 perbedaan yang prinsip dengan Undang-undang nomor 13 ten tang Bank Sentral ad al ah dihentikannya kredit program, kredit program KLB itu yang sang at prinsip waktu itu saya ingat sekali, jadi kalau kita tolelir sekarang ini kfa berikanlagi ke Pemerintah ya sama saja kita menganulir lagi kembali lagi ke Undang-undang nomor 13 tentang Bank Sentaral, itu yang pertama.

Yang kedua lebih prinsip lagi walaupun dalih apapun menurut kami belurn tentu benar apakah reariil APBN kernudian harus disetujui DPR dan lain sebagainya, tetapi disitu rnasih ada celah bcihwasanya kesetabilan moneter itu akan susah dikendalikan dan berarti fungsi kuasi fiscal itu dimunculkan sehingga independensi dari paada bank itu sendiri itu terganggu. Ah, disini masalahnya tu disitu jadi kalau kita tetap konsekwaen merubah rnakna dari pada undang-undang 13 sebagaimana dimunculkan di undang-undang 23 kita harus konsekwen apapun yang terjadi pertama itu, yang lebih berat lagi kestabilan moneter ya janganlah diutik-utik walaupun nanti dalihnya untuk APBN ada apa harus keluar DPR itu kalau dalam kasarannya ya selarna kita masih memberi toleransi demikian itu selama itu juga kestabilan rnoneter, menurut saya belum tentu

(6)

benar akan susah dikendalikan dan berarti fungsi kuasi fiscal dimunculkan sehingga DPR dan Bank Indonesia jelas akan terganggu ini untuk dipertimbangkan. Terima kasih. Sehingga dengan demikian kami tetap pada usul semula, Bank Indonesia dilarang memberi kredit kepada Pemerintah dalam hal dan seterusnya, jadi tetap dalam posisi yang demikian, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Dirman, perlu dikoreksi tetap seperti Undang-undang demikian Pak, silahkan Pak Di rm an sud ah barangkali pembicaraan berikutnya Pak Sukowaluyo silahkan.

SUKOWALUYO (F.PDIP) :

Ya, saya kira karena ini terbuka diskusi pemikiran, saya ingin menganggapi juga dalam kerangka pemikiran tadi. Kalau alasan untuk tetap itu kerangka mempertahankan independensi Bl dan memisahkan fungsi moneter dan fiscal, tujuannya apakah hanya sekedar untuk mempertahankan independensi atau tujuannya untuk mendukung misi dan fisi Bank Indonesia sesui tujuannya atau didalam rangka menyehatkan keseluruhan sistim perekonomian nasional kita.

Barangkali kita bisa masuk kepada sikap fragmatis yang coba kita lihat dalam kondisi yang sekarang tanpa memahami ekses dan dampak yang terjadi akibat dari Bl sebagai Bank Sentral mempunyai fungsi juga untuk memberikan kredit kepada Pemerintah dengan kredit-kredit program pada waktu yang lalu, yang jelas secara fragmatis praktis akibat dari perubahan pasal ini terhadap kehidupcm perekonomian rakyat itu sangat terasa yaitu akibat dari pada keputusan pasal inii kredit program K~<PA ya semua bentu-bentuk kredit program itu akibatnya masyarakat yanga sebenaarnya pada waktu itu membutuhkan dan memang bermanfaat kemudian tidak dapat dikafer kembali oleh institusi yang kemudian dibentuk.

Jadi ini menjadi satu factor yang menyebabkan rikaferi kita juga mundur terlambat. Jadi sekarang kita mau melihat apakah code ke code kita akan mempertahankan prinsip dalam rangka independensi untuk mendukung fungsi dan misi dari Bank Sentral dan dengan demikian kita bisa memisahkan antara tanggung jawab Pemerintah dan tanggung jawab Bank Indonesia dalam rangka ini ataukah kita melihat dari sisi kepentingan Nasional pada saat sekarang yang memang memerlukan pendekatan yang memang sifatnya fragmatis.

Nah, sekiranya kita bisa jujur untuk membuka keadaan yang sekarang DPR saya kira harus bisa memberikan jawaban sesuai dengan tuntutan riel yang ada dihadapi oleh bangsa saat ini. Nah, kalau kita tidak bisa memberikan jawaban riel terhadap kondisi yang ada saat sekarangl barangkali kita memang tidak menyelesaikan persoalan-persoalan riel yang dihadapi oleh bangsa. Nah, pertanyaan saya menjadi apakah benar bahwa kondisi yang sekarang ini seperti yang dikatakan oleh Pak Paskah bahwa Pemerintah sebenarnya memang membutuhkan adanya breaching untuk jangka waktu tertentu ketika APBN itu dimulai sehingga dengan demikian praktis rnernang dibutuhkan untuk bisa mengelola perekonomian Nasional menjadi pulih kembali.

KAlau mernang itu menjadi satu kebutuhan riel dan itu menolong keadaaan, saya kira kita lrnrus berani memberikan argumentasi terhadaphal ini. Karena Bank sentral ini ya Bank Sentralnya Republik Indonesia. lni Bank Sentral Bank Indonesia bukan Bank anak cabang atau cabang dari IMFuntuk kita mengatakan bahwa kita masih beridaulat di dalam hal penyelenggaraan kesejahteraan rakyat. Mungkin konsekuensinya IMF tidak mengijinkan dan dengan demikian cabut dari Indonesia kalau dia yang cabut biar ajalah gitu loh tapi dari kita jangan mengatakan go to hell gitu loll tapi kalau mereka cabut saya kira biarlah mereka itu cabut gitu

. Nah tapi kita harus punya kalau mereka bisa masih bisa kita DPR dan Pemerintah dalam hal ini rnempunyai argumerntasi yang falid yang akurat saya kira kita kok lebih baik kita memikirkan keoentingan rakyat secara riel pada saat sekarang. Nah, teori yang dulu ketika menyeusaun mengenai ini apakah itu memang benar di dalam kerangka independensi dalam rangka rnengurangi kuasi fiskal dan kuasi fiscal itu mungkin menyebabkan kebangrutan perbankan Ncisional kita kalau alasannya itu benar seperti itu ya kita mesti jawab, saya kira demikian pendapat kami belum sampai pasa mengusulkan setuju tidak setuju tapi kalau boleh kita menyusun argumentasinya dulu baru kita setujui atau tidajk setuju didasarkan atas kondisi obyektif yang dihadapi oleh masyarakat dan bangasa kita saat sekarang, terima kasih

(7)

FX. SUMITRO (F.KKI):

Pak Ketua lnterupsi, boleh, karena ini menyangkut pengertian ya Pak supaya lebih mengkrucut, boleh gak pak, atau saya nunggu nanti,

KETUA RAPAT:

Boleh, boleh

FX.

SUMITRO (F.KKI) :

Begini Pak sebetulnya kredit yang kita usulkan, kami usulkan itu bukan kredit program karena kalau kredit program itu sudah diserahkan kepada BRI, BTN, udah mereka Pak, BUNM ya toh. Jadi ini yang kita usulkan adalah kredit untuk gaji DPR yang pad saat Januari kebingungan gak ada duit knrena pajak belum masuk, gitu loh Pak. lni kenyataannya itu Pemerintah adalah utang kepada Bank Komersiel bukan Bl. Lah kalau kepada Bank komersial juga utang apa kepada Bl gak kalau dikaitkan dengan stabilitas moneter lah Bl kan tau Pak uang yang beredar dari m satu sekian m dua sekian dikasih kreditkan kepada Pemerintah tiga bulan sekian oh kira-kira inflasi segini udah bisa dihitung itu Pak sekarang saya juga bisa ngitung disitu Pak.

Jadi gak kaitan gitu kecuali waktu dingucurkan, eh, kamu minta berapa, ya deh, ya gak gitu dong, dia selalu memperhitungkan sejauh mana dia bisa melepaskan jumlah itu dengan catatan supaya stabilitas moneternya juga terjaga. Jadi mereka juga harus professional Pak, bukan didikte kaya jaman dulu kita gak ada ceritanya gitu lagi.

DPR juga akan menentukan segini dengan pertimbangan dari Bl iniloh kita butuh kredit segini, gimana kira-kira inflasi oh segini Pak gak mungkin ini, ini oh ini harus cari apa di dalam APBN nanti, Bank Indonesia juga dipanggil Pak. Gak kaya sekarang tempo hari Menteri gak pernah di dampingi oleh Bl. Bl gak mau kasih pesuruh aja suruh datang kerena apa sehinnga kacau. Ah, ini nanti jangan Bl itu Gubernur Bl juga harus dating pada saat membahas APBN tadi.

Saya kira itu Pak , jadi bukan kredit program tapi kredit untuk keperluan APBN pada saat fiscal itu belum diterima. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT:

Baik, jadi mohon tidak ada tanggapan terlebih dahulu dari pengusul, jadi selanjutnya yang belum ad al ah FPP.

F.PPP (DANIAL TANDJUNG) :

Saudara Pimpinan , pertama dulu bahwa FPP tidak ada usul karena masih artinya tetap. Yang kedua sebenarnya kita jangan terlalu dipengaruhi oleh kondisi sekarang,sebab undang-undang ini kan bukan dihajatkan untuk lima tahun Tapi untuk satu jangka waktu yang panjang. Kedua jangan juga kita diperngaruhi oleh hal-hal yang diluar sebab kalau itu nanti menjadi bahan-bahan pertimbangan kita, mungkin kita terjebak dalam yang tidak rasional lah.

Untuk itu karena di dalam secara dokumentasi Pemerintah disini ada usulnya, usulnya ilu tambahan. Saya tidak apa itu hasil Panel diskusi saya gak tau tapi bahwa Pemerintah di dalam eh apa ini mengusulkan supaya tetap, artinya tetap dilarang Pemerintah meminta kredit kepada bangsa Indonesia.

Apakah tidak bijaksana kalau kita dengar dulu kenapa ada pendapat demikian, baru nanti kita diskusikan terlepas dari pada kondisi sekarang dan terlepas pula dengan sentimennya kita kepada IMF supaya kita akan mencoba serasional mungkin. Terima kasih ketua.

PASKAH SUZETTA (F. PG) :

Saudara ketua, interupsi sedikit. Terima kasih.

(8)

Kalau interupsi gak panjang, gak kaya tanggapan.

P' AS KAH SUZETT A (F. PG) :

Saya rasa Pemerintah waktu itu Pak Daniel FPP sudah memberikan tanggapan yaitu tanggapan dari Pemerintah itu sebagaimana disampaikan oleh Pemerintah oleh Pak Damin Pemerintah ya Pak Rizal ya Pak Menko Ya.

Saya rasa itu yang tadi saya angkat gitu justru kita saya senang ada respon dari Pemerintah sehingga kita juga mendapatkan data-data demikian gitu. Sekaligus saya ingin menyampaikan bahwa karea tadi saya juga di singgung oleh Pak Dirman bahwa yang menyusun sama-sama Pak Dirman, Pak Daniel Undang-undang Bl yang lalu saya katakan bahwa kalau kita mau merefiu kembnli hak Undang-undang 23 99 kalau mau dikatakan independen, ini tidak independent sepenuhnya, seperti sekarang salah satu contoh di pasal 55, prlsal 55 ayat 4 Bank Indonesia dilmang membeli untuk diri sendiri surat-surat utang Negara sebagaimana pada ayat 1 kecuali di pasar skunder ini, ya sama saja, artinya bisa memberikan kredit kan.

Nah, itu, itu saudara ketua dan sekarang justru setelah diperhalaus itu oleh Pemerintah pasal 55 nya ini sudah diperhalus ini tapi pada dasarnya sama saja gitu. Jadi ini kalau mau bicara soal independensi. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya, jadi kita lanjutkan putaran dulu Pak, nanti anu tadi yang sudah tunjuk jari Pak Abdullah Alwahli.

AZHAR MUCHLIS (F. PDIP) :

lnterupsi ketua. Semua menahan emosinya masing-masing memberikan kesempatan, mendengarkan orang, itu sebenarnya lebih baik Pak. Jadi terlalu argumentative, diam itu sikap dan hal yang baik. Jadi semuanya aja biar ajalah semua baru nanti. Tarima kasih.

KETUA RAPAT:

Ya, kita lebih baik kita putar dulu Pak, jadi tidak yang sudah tunjuk jari FPDU, silahkan POU.

ABDULLAH AL WAHLI (F.PDU) :

Terima kasih ketua. Saudara ketua dan Menko dan rekan-rekan anggota dewan yang saya hormati. Fraksi kami memang tidak mengajukan DIM dalam pasal 56 ini tapi kami memahami usul dari pada FPG dan FKKI.

Sebelum kami menyatakan setuju dan tidak setuju kami ingin bertanya dulu tentunya kepada Pemerintah. Apakah setiap ini setiap tahun anggaaran ini Pemerintah selalu mempergunakan briching finance ini dan apabila misalnya saudara FPG tadi menyatakan bahwa Pemerintah sangat rnembutuhkan hal ini, tentunya kami ingin bertanya juga apakah benar jadi bukan tidak percaya kepada FPG.

Akhirnya kita berusahasedemikian rupa pada kenyataannya Pemerintah tidak memerlukan itu, ini juga, oleh karena itu maka tolong di jelaskan dulu Pak melalui saudara ketua, Pemerintah kepada kita tentang usul tentang masalah briching finance ini setiap tahun anggaran ini. Saya ingin itu dulu pertanyaan dulu jadi baru kita menyampaikan satu pendapat terakhir tentang setuju dan tidak setuju tentang pasal 56 ini. Terima kasih saudara ketua.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Abdullah Alwahli, Pak FKB Pak lmang. IMANG MANSUR ( F .PKB) :

(9)

Pak Menko yang saya hormati beserta jajaran dan kawan--kawan terutama adik saya ini Pak Paskah ini. Saya ini bukan untuk bentu pendapatnya FPG atau Pak Mitro ya, tapi saya mernpertanyakan tentang salah satu peran Bl ini sebagai later of the last resort. Jadi itu membantu kesulitan pendanaan jangka pendek yang dihadapi.

Ah, kalau toh umpama di dalam pasal 56 ayat ini kok Bl dilarang memberikan kredit pada hal itu kan masalah bisnis, saya yakin bahwa Bl ini bukan lembaga rugi laba tapi wara laba, ah inilah jadi seolahOolah bersikap munafik ini. Saya mempertanyakan kepada Bank-bank yang BP sampai BPO, BTO, Bl memberikan kredit. Ah, kalau pada Pemerintah itu jaminannya phisikel sekali barangkali itulah saya kira. Terima kasih. Wassalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak lmang dari PKB, yang belum adalah, silahkan

Sebetulnya ini agak terlewat ini, maaf Reformasi dan PBB. Sebetulnya Reformasi ada usulannya walaupun usulannya adalah tetap dituliskan DIM nya kalau yang lain kosong Pak. Sebenarnya harusnya memberikan argument. Silahkan F.PBB dulu apa, giliran berikutnya F.PBB Pak Mawardi.

MAWARDI ABDULLAH (F.PBB) :

Ya, terima kasih. Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Ketua dan rekan-rekan kemudian Pak Menko dan ikutannya, saya tidak bilang jajarannya, ikutannya. Kami menangkap usulan-usulan dari FPG, KKI dan juga setuju bulat ada yang masih setuju tapi minta jawaban dari pertanyaan dengan melemparkan pertanyaan. Kemudian ada juga yang belum setuju dengan pasal 56. Kemudian yang kami juga sebelumnya ingin juga mempertanyakan dulu kepada Bank Sentral kita juga sudah mewajibkan pajak harus dibayar dari sis a apa namanya kelebihan yang diperoleh.

Kemudian kalau briching finance juga kita harapkan dari Bank Sentral untuk membantu APBN di awal-awal bulan yang memang selama ini Pemerintah selalu kesulitan untuk melemparkan d8na-dana APBN ke daerah, sehingga tidak proyek-proyek terlambat. Barangkali ini ada juga benarny8 cumin kernudian dengan briching finance yang kita harapkan disini akan dikenakan bunga.Nah, sebaliknya Pemerintah menitipkan dana di bank dengan tanpa perhitungan bunga, ini juga perlu kita perhitungkan artinya yang membeyar bunganya masyarakat lagi , sebaliknya supaya membayar pajak.

Pad8 intinya sebenarnya ini kami ingin penjelasan sedikit dari Pak Menko, pada intinya kami sepakat cuman apakah saat dua bulan yang lalu saat kita berbincang-bincang masih tetap permint8an Pemerintah supaya Bl memberikan apa bank sentral kalau memberikan brichung fin8nce jangan-jangan sudah bincang-bincang disini Pemerintah tidak lagi butuh itu. ltu barangkali bisa jadi., nah oleh karena itu barangkali sekarang Pemerintah sudah sombong kita kok punya dana untuk itu jangan-jangan karena anggota DPR aja takut gak ada gaji kan begitu bisa juga kan dibalik.

Jadi pada intinya kami sepakat kami sepakat kalau memang ini menjadi masalah kita setiap tahun briching finance untuk APBN untuk mentalangi proyek-proyek dan dana pembangunan termasuk dana-dana barangkali dana-dana alokasi umum, lokasi untuk daerah-daerah otonomi maka kami sangat-sangat sepakat, ya ini perlu diberikan. Selanjutnya kami minta dulu penjelasan yang konkrit tentang pertanyan kami yang pertama demikian dan sekaligus sikap Fraksi kami. T erima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih dari F.PBB, selanjutnya F. Reformasi, silahkan Pak Munawar. MUNAWAR SHOLEH (F. REFORMASI):

Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

SClya kira dari Fraksi Reformasi kemarin gak ada usulan berarti setuju untuk tetap, kmena apa, ketika kita menyusun Undang-undang ini bayangan kita itu Negara kita berjalan normal gitu secara

(10)

normality. l<alau toh ada hal yang bersifat exeption seperti kondisi sekmang barnngkali itu bis a di rembuk lagi itu, saya kira begitu aja, yak an. lni kita bayangannya itu kita gak ada maasalah barangkali begitu.

KETUA RAPAT:

Terima kasih lbu Bapak sekalian saya kira ini adalah penjelasan pengusul, dua pengusul dan kemudian tanggapan, selanjutnya kami persilahkan kepada Pak Rizal.

RIZAL RAMU (MENKO PEREKONOMIAN) :

Terima kasih Bapak Pimpinan, sebelumnya kami ingin memberikan jawaban, klarifikasi dulu yang pertama apakah brejing finance itu diperlukan, dalam prakteknya memang sering diperlukan terutama sebelum penerimaan pajak dan sebagainya masuk tetapi ini bukan hanya khas lndonesirl, seluruh dunia juga biasalah begitu ada kebutuhan terhadap apa pembiayaan jangka pendek dalam rangka budget. Penyelesaiannya biasanya Pemerintah mengeluarkan surat berharga jangka pendek, itu yang lazim yang dilakukan kalau misalnya Pemerintah itu Pemerintah mengeluarkan the bils atau surat apa obligasi tiga bulanan yang jangka pendek itu bisa menutup gitu tentu juga waktu menerbitkan obligasi tingkat bunganya juga Pemerintah bayar.

Nah, dibanyak Negara sebetulnya tidak terlalu aneh juga bahwa bank sentral itu diperkenankan memberikan pinjaman jangka pendek, jadi sebetulnya tidak ada yang terlalu ekstrim di dalam proposal ini. Nah hanya jujur saja apa kalau IMF menilai dalam kondisi kita sekarang ini jangan-jangan nanti Pemerintah, ini Pak Damin yang menjelaskan tentang brejing finance ini, tertawa, pas datangnya persis, tertawa

Pak Damin, saya baru menjelaskan bahwa apakah ada kebutuhan terhadap sooth them financing ya ada biasanya dipakai the bils yang berjangka pendek tiga bulan yang menutup itu tapi di Negara lain ada gak yang Bank Sentralnya memberikan kredit jangka pendek, ada juga, jadi bukan hal yang apa yang aneh atau apa luar biasa begitu.

Tapi dalam konteks Indonesia sekarang IMF menganggap jangan nanti setiap kali ada kekurangan budget Pemerintah minta langsung ini kepada Bank Indonesia, ya jadi pertimbangannya itu kalau tadi ada pertanyaan kok kepada Bank diberikan, memang Bank Sentral fungsinya the leander of resort kepada Bank-bank tetapi bukan kepada Pernerintah. Nah jadi memang ada kekhawatiran bahwa Pemerintahnya tidak responsible yang kedua system pengawasannya apakah lewaat DPR juga belum optimal sehingga nanti bisa-bisa kalau setiap ada kekurangan Pemerintah minta dari, dari apa Bank Indonesia.

Nah, tetrlpi dari segi yang lain saeperti yang sudah dibahas saya sendiri kadang-kc:idang topiknya udah lupa Pak juju aja saking lamanya, jadi kita perlu refrest lagi, Pemerintah menaro banyak uang di Bank Indonesia dan tidak membayar bunga Bank lndonesis karasnya nol persen lah dan sebetulnya ini bukan buat konsumsi korankalau misalnya Paris Club gak dipenuhin bagaimana sebetulnya kita punya sisa uang buat bayar disiitu ya tapi namanya cadangan lah kita ekstra hati-hati konservatif jadi sebetulnya kalau fair ya kalau misalnya Pemerintah dikenakan apa dikenakan bunga maka tentu juga apa namanya ni Pemerintah juga bisa minta kepada Bank Indonesia supaya membayar bunga, ya sebetulnya itu sudah banyak membantu Pemerintah cuma bayar marginnya aja lah kasarnya itu dari itunya terjadi.

Nah dilihat dari konteks itu saya kira kita menilai bahwa lebih bagus konservatif lah begitu ya sehingga apa dengan kata lain Pemerintah apa tetap menyetujui rumusan pada Undang-undang nomor 23 tahun 99.

Ada yang mau tambahkan, oh ya tadi ada pertanyaan pendapat Pak Paskah soal surat-surat berharga beli di pasar primer di pasar sekunder inisiatifnya hanya boleh diminta dari Bank lndaonesia, di pasal 55 ayat 4 usul perobahan itu, sebelumnya tidak jelas apakah usul itu boleh dmi Pemerintah atau dari Bank Indonesia tetapi dalam usulan perubahan karni mengusulkan supaya lebih spesifik lagi hanya boleh kalau yang mengambil inisistif itu Bank Indonesia dalam rangka stabilisasi moneter, jadi bukan Pemerintah dalam rangka pembiayaan apa jangka pendek. DIPO (PEMERINT AH) :

(11)

Selain itu mungkin dapat juga ditambahkan dengan pas;:il 4 yang kita perkuat arti independensi kenapa Pemerintah kembali pada Undang-undang 23 dapat pula dalam hal ini walupun Pemerintah memerlukan brejing finance, Bank Indonesia memiliki independensinya bisa menolak apa itu permintaan Pemerintah walaupun dikatakan untuk brejing finance. Jadi kalau kembali mempertahankan independensi Bank Indonesia termasuk hal ini dari pada penolakan terjadi begitu sekalian saja memang tidak perlu selain juga dengan apa yang dikatakan Pak Menko tadi.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Rizal, Pak Dipo silahkan apakah ada tambahan lagi, barangkali Pak

DARMIN ( PEMERINTAH ) :

Ya terima kasih Pak Menko, Bapak Pimpinan dan para Anggota Panitia Kerja yang terhormat. Pada waktu kita menyusun RUU Obligasi ada perkembangan baru permintaan Bank Indonesia yang menarik dan itu memerlukan waktu berminggu-minggu untuk menyelesaikannya. Di dalam RUU itu kita rumuskan tujuan penerbitan obligasi Pemerintah baik jangka pendek maupun panjang, itu adalah untuk meredim obligasi yang sudah ada atau menutup defisit anggaran, tiba-tiba Bank Indonesia mengusulkan supaya dimasukan tujuan ketiga yaitu untuk tujuan kebijakan moneter, ah sehinga kit bilang ah ini repot ini kalau tujuan kebijakan moneter diatur di Undang-undang rezim fiscal gitu karena kita menganggap RUU Obligasi itu rezim fiscal bukan rezim moneter, krllau mau memasukan itu masukan saja di Amandemen Undang-undang Bl.

N8h mereka mengatakan gak bisa yang harus diikat ini Pemerintah kalau di Undang-undang kita yang dibuat kalian gak mau keluarkan tetap saja tidak ada gunanya ah tetapi kita bertahan tidak mau karena harus ada kesepakatannya kalau sampai untuk kebijakan moneter jadi terus terang ada scenario begini ini IMF dengan Bl nampaknya sudah sepakat bahwa begitu Undang-undang itu nanti kalau disetujui kemudian obligasi jangka pendek keluar, SBY satu bulan dan tiga bulan serentak diganti was semua sehingga, bahwa instrument moneter berubah dari SBY menjadi obligasi Pemerintah.

Kita mengatakan biayanya bagaimana jangan nanti karena keperluan kebijakan moneter kemudian Pemerintah yang bayar bunganya ah ini gak bener ini gitu mereka nampaknya akan siap untuk buat hitung-hitungan kalau itu tujuan kebijakan moneter maka biayanya ditanggung Bl kalau itu tidak untuk kebijakan moneter biayanya ditanggung Pemerintah walaupun bagaimana teknisnya ini masih belum diketahui saya menyampaikan ini adalah untuk menunjukan bahwa memang ada perkembangan-perkembangan pemikiran betapa pentingnya nanti keluarnya obligasi jangka pendek itu dimana Bank Indonesia juga sangat berkepentingan sayangnya gak ada teman-teman Bank Indonesia disini.

Nah kalau kredit barangkali memang lebih karena sudah dimuat di Undang-undangnya sdemikian lebih baik jangan kita robah artinya brejing apa namanya kredit kepada Pemerintah karena kecurigaannya padti banyak kalau kita robah ini, ini akan sangat dicurigai bahwa nah ini Pemerintah mau kongkalingkong dengan Bank Indonesia sehingga dahulu begitu rupanya, ruranya begitu, tertawa, nah jadi tetapi kalau nanti kita berbicara mengenai pasal obligasi apa pembelian di pasar primer itu memang nampaknya ada yang perlu di apa namanya dibuka, ya asal ditambahkan untuk kebutuhan kebijakan moneter juga barangkali sudah aman begitu.

Saya kira itu Pak tambahannya kalau yang ini lebih baik lebih aman lah untuk dibiarkan saja jangan dirobah kalau dirobah kecurigaannya rasanya bisa banyak begitu,saya kira demikian Pak, Pasal 56, sudah bilang Pemerintah gak perlu kita cape bicara kan, kalau rekan saya Dirjen Anggaran ditanya pasti dia bilang perlu tapi saya pikir kecurigaannya akan tinggi, tertawa, Dirjen Anggaran pasti mengatakan ini perlu karena begini Pak, Pajak itu kan bulan Maret dibayarnya padahal gaji dan DAU ke daerah itu Januari Pebruari dibayar itu ini ada time lake yang memerlukan free financing sebetulnya kalau Pemerintah punya ya masih baik semuanya kalau tidak punya nah disitulah mestinya masuk kalau tidak melalui kredit ya melalui obligasi, sekarang salah satu perlu hidup itu saja salah satu perlu hidup tidak perlu mungkin ke dua-duanya kita curigai terlalu ingin macam-macam gitu, saya kira begitu Pak, terima kasih,

(12)

Terima kasih , jadi satu putaran sudah selesai dan Pemerintah sudah memberikan respon saya kira intinya kita mendengar semua Pemerintah memberikan pertimbangan kalau rumusan DIM ini pasal 56 ini tetap seperti Undang-undang, saya kira kita masih punya kesempatan satu putaran untuk mendiskusikan barangkali ini kita mulai dari pengusul terlebih dahulu.

PASKAH SUZETT A (F. PG) :

Terma kasih Saudara ketua, Pak Menko beserta jajaran, pertama yang saya ingin sampaikan apa yang disampaikan Pak Dipo tentang pasal 55 ini berkaitan dengan independensi bahwa awawl saya sudah mengatakan bahwa Undang-undang 23 99 in kalau mau dikaitkan dengan independensi saya belum melihat bahwa ini independent sepenuhnya. Apa yang disampaikan Pak Dipo bahwa masalahnya sekarang ini obligasi pemeraintah itu kan sudah keluar untuk BL.Bl, untuk Bank Rekap dan lain sebagainya jadi memang sekarang ini kan rnau tidak rnau ini udah keluar dan sekarang kita susun dalam undang-undangnya kalau 81 mau lahseolah-olah begitu kalau Bl gak mau ya gak apa-apa kan begitu tapi ini kan semuanya sudah keluar, ini disini permasalahannya. Nah sekarang permasalahannya apa yang disampaikan Pak Darmin, saya pikir ini kita harus dalam implementasi riil Pak Darmin, karena saya begitu bersemangat FPG karena melihat waktu itu respon Pak Darmin waktu kita dipuncak sebagai yang melaksanakan kebijakan-kebijakan fiskal ini, jadi kalau Pak Darmin sekarang mengatakan bahwa ini akan mengundang kecurigaan kalau ada perubahan ya ini kita hilangkan lah hal-hal itu mari kita kembali kepada esensinya bahwa implementasi memang diperlukan oleh Pemerintah ya kita segabai legislative ya tidak rela kalau melihat Pernerintah sampai terkatung-katung disamping nanti gaji kita gak kebayar ya Pak Darmin ya itu permasalahannya. Jadi FPG berpendapat bahwa apa yang menjadi usulan FPG tetap kita pada usulan, itu saja saudara ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik, selanjutnya pengusul berikutnya Pak Mitro, silahkan.

FX. SUMITRO (F.KKI) :

T erima kasih, saya tidak melihat alasan yang rasional untuk menolak bahwa usu I FPG atau F. KKI di tolak itu gak ada yang kita takut dicurigai, wong yang mencurigai bangsat kok yak an, apa mereka bukan bangsat. Siapa yang bikin hancur Indonesia ini IMF ya kan, konsep yang salah total diterapkan di Indonesia ya kan, saya waktu seminar saya tantang dia IMF. Berapa kerugian Negara dihancurkan oleh mereka datanya ada semua kok ya kan, cuma bangsa Indonesia itu diinjek-injek ya deh, kita udah cape Pak diinjek-injek itu jadi alasan tadi gak rasional Pak apalagi Pak Ramli mengatakan wong dinegara lain itu bukan sesuatu yang aneh kok, ya kalau bukan sesuatu yang aneh mengapa kita mau bikin Negara kita aneh sendiri yak an.

Jadi mengapa kok kita sangat takut yang kita harapkan dari dia apa, yang kita harapkan dari dia kan supaya kita bisa bayar utang dari dia, gak lebih dari itu kok. !tung aja sekarang berapa dalam krisis ini kerugian kita dan berapa yang kredit dikucurkan dia dan berapa yang kita kembalikan ama dia, gali lobang tutup lobang untuk bayar utang kok, rakyat yang menderita kok, mengrlrr. kita, kita saya gak tau harga diri bangsa kita ini lalu dimana kalau saya bilang seakan-akan DPR pun gak dipercaya, bagi saya marah, bagi saya marah karena DPR sekarang dengan DPR dulu lain ya kan. Sekarang yang satu orangpun bisa bersuara mana dulu ada yang bisa, lain kalau orang luar sampai tidak menghargai DPR kita kan kita yang harus tanya ama diri kita sendiri, coba kalau DPR gak bisa ngontrol kan tanya ama diri kita sendiri, apa kita memang gak bisa ngontrol nih, sehingga konsep dari luar ini harus kita terima gak rasional.

Kalau kit8 bicara stabilitas rupiah misalnya, among kosong Bl bisa mengatur stabilitas rupiah dengan khusus hanya mempunyai fungsi yang seperti yang diatur sekarang buktinya sekarang ancur gitu kok. Dia kucuri berapa dollar kita, dollar tetep diawang-awang ekonomi tetep terpuruk, mc:ma hisFJ 81 akan netral, tidak sama sekali direngaruhi oleh factor lain gak mungkin dalam kondisi normal itu bisa saja terjadi, kita ini belum normal Pak, kita ini belum normal, dibawah

(13)

normal jauh, yak an.Utangnya sekian banyaknya, pengangguran sekian banyaknyn, ini k8pan1 tadi

Pak Suko anya lah sekarang sebagai Anggota DPR nih bagaimana menyelesaikan ayat itu ya maunya begini gue setuju aja maunya dia ah jadi ini wakil IMF, kalau wakil rakyat kan mikirin rakyat Pak, ya kan.

Saya belum menerima sma sekali rasinalisasi, oh yang sifatnya rasional bahwa memberi kredit yang sifatnya briching tadi adalah salah total. Saya belum terima itu alasan itu kalau ada alasan gak usah dianu saya gak setuju Pak mengapa harus dilakukan salah saya bukan karena Pemerintah gak mau saya berjuang terus karena apa inilah yang harus dilakukan oleh bangsa kita supaya kita bisa selamat. Pemerintah gak mau ya kita paksa harus mau yang punya wewenang Undang-undang itu Pemerintah ama DPR kalau perlu voting, voting. F.KKI satu kalah di Pleno ya gak apa-apa, lebih terhormat dari pada saya ikut yang gak bener.

KETUA RAPAT:

Oke terima kasih, dua pengusul sudah memberikan tanggapan, tadi Pak Dirman sudah mulai dulu, apa Pak Dirman dulu Pak.

SUDIRMAN (F.TNI):

Siapa dulu, ada yang, ya terima kasih.

Jadi kami ingin meluruskan tadi artinya independensi yang ekstrim itu, betul-betul langkah kita sekarang ini yang tepat di mana. Sepengetahuan saya kalau lah nomor 13 tentang Bank Sentral itu ekstrim, katakanlah memihak ke Pemerintah sedangkan Undang-undang nomor 23 yang sekarang kita refisi itu ekstrim yang acuannya kepada Bundhes Bank itu tetapi dalam hal ini independensi mohon tetap itu kita pertahankan, sehinggaa independensi yang over itu yang kita hilangkan seperti kita menghapus pas al 9.

Jadi itu ah jadi walaupun independensi tidak ekstrim seperti Bundhes Bank jangan pulalah kita kembali lagi kepada Undang-undang 13 itu, yang saya maksudkan itu begitu. Jadi independensi moneter itu tetap begitu, saya cuma mengklirkan saja kemudian saya katakana tadi bahwa saya yang dulu itu Bl itu sebagai kas Negara.

Saya ambil contoh tadi kredit program ya bukan semata-mata kredit program, bisa saja apa saja selama dia berpredikat sebagai kas Pemerintah macam-macam bisa dia bisa intervensi dengan dalih gitu jadi yang saya contohkan tadi untuk kredit program itu bukan salah satu bukan itu semata-mata begitu. Sehingga alasan saya pertama kita itu betul-betul menghendaki independens moneter murni memang tidak independens yang seperti Bundhes Bank, sehingga sudah kita apus itu pasal 9 tapi pasal-pasal yang lain berkaitan dengan independent tetap kita pertahankan ya itu yang saya maksudkan.

Ah, jadi kalau diberi lagi toleransi kepada ini ah disitu maksud say a independensi itu akan jadi terganggu. Kalau kita berikan lain Pemerintah memberikan kredit ah itu yang saya maksudkan, dan yang kedua ini udah jelas-jelas Bl ini rezim moneter fiscal itu adalah rezim fiscal itu sudah jelas itu benang ininya sudah jelas.

Jadi kalau ini kita tolelir lagi ini tercampur aduk lagi antara moneter dan fiscal, campur aduk lagi, kita mundur lagi gak maju malah mundur lagi begitu. Jadi yang kedua demikian, jadi maksud saya dengan tetap seperti ini kita tetap pertahankan, bagaimanapun juga rezim moneter sehingga gak ada nanati salah menyalahkan antara Bl dan Pemerintah.Kalau tercampur aduk rezim moneter dan rezim fiscal itu bisa saja Bl nanti tuduh Pemerintah, Pemerintah tuduh Bl konsekuensinya begitu, kalau kita ini kita toleransi ini pasal ini dirubah tidak seperti yang tercantum pasal 56 semula itu, ini yang ketakutan kami itu yang kedua.

Dan yang ketiga ya kita udah mentolelir itu yang konsekuensi itu dengan konsekuensi fiscal itu dengan sendirinya dimunculkan. Ah inilah yang mengganggu kebijaksanaan-kebijaksanaan yang kebijaksanaan itu kebijaksanaan orang lain, begitu. Nah sekarang dengan alasan-alasan kami yang prinsip itu sekarang apa ke ini kan mau dirubah ini apa, tadi dikatakan bahwasanya untuk emergency APBN dalam untuk suatu demi kepentingan bangsa dan sebagainya. Ah sebetulnya itu udah di jawab sama Pemerintah itu sudah gak masalah, dikeluarkan dengan obligasi dengan jangka pendek sudah gak masalah.

Jadi npa lflgi resume kita untuk itunya itu sehingga dengan demikian tidak ada resume kita untuk merubahnya, sedangkan kalau itu dirubah ada tiga hal yang kena. Yang kami tunjukan

(14)

begitu sehingga dengan demikian kami semakin memperkuat pendirian kami pasal ini tetap. Makasih

KETUA RAPAT:

Terima kasih F.TNI, Pak Dirman. Tadi yang sudah tunjuk jari tadi wakil POI yang , ada tiga orang yang berminat itu Pak Suko, Pak Didi dan Pak Theo Tumeon. Pak Theo menarik diri, Pak Suko maupun Pak Didi tinggal dua orang. Pak Suko silahkan, habis ini Pak Didi.

SUKOWALUYO (F.PDIP):

Saya kira saya sudah mendengarkan jawaban dari Pemerintah, kita juga sudah mendengarkan sikap pengusul, kita sudah juga mendengarkan pendapat Fraksi ABRI TNI POLRI berkaitan dengan ini tapi satu hal yang saya masih ingin mendapatkan klarifikasi tentang adanya kecurigaan. Siapa yang curiga? Dan siapa yang di curigai. Nah mungkin tadi disebutkan adanya kongkalikong bahwa kalau ini dibuka kran untuk adanya briching finance ini akan menimbulkan oleh Pemerintah untuk maksud dan tujuan yang sebenarnya memang perlu tetapi diselewengkan kepada tujuan-tujuan yang lain, seperti pada masa yang lalu, Bl diperintahkan untuk memberikan kredit kepada Pemerintah tetapi oleh penguasa pada waktu itu digunakan yang mengalir kepada cengkeh, ya beli cengkeh, beli macem-macem lah mobil timor, mobnas dan sebagainya.

lni saya kira kalau memang yang seperti ini diindikasikan sebagai satu penyimpangan dan tidak benar ininya yang memang harus diawasi pemanfaatannya jangan sampai itu diselewengkan tetc=ipi jangan mengurangi menutup mekanisme yang dimungkinkan yang justru mengebiri independensi Bl. Saya melihat pasal ini dengan free di larang memberi itu berarti Bl sudah tidak independens karena dia sudah dibatasi.

Nah, kalau kita mau mengembalikan kepada independensinya mestinya Bl secara independens boleh dan bisa dan boleh tidak bisa tapi didasarkan atas hak prerogatifnya. Jadi bukcm oleh kewajiban unatuk memberikan atau tidak boleh dikarenakan ada larangan, kalau rumuscm itu bisa diterima kita tidak mengurangi independensinya Bl tetapi kita juga tidak menutup kemungkinan Bl untuk membrikan semacam kebutuhan untuk briching finance itu.

Nah,apakah pikiran ini bisa diterima untuk menjembatani dua hal yang disatu pihak Pernerintah itu juga riel pada saat membutuhkan tetapi tidak mau memasukan memperbolehkan ini karena ada kecurugc=ian dan peluang untuk terjadinya kongkalikong . Nah kita kembalikan kepada independensinya Bl, artinya Bl bisa memberikan kredit atau brict1ing finance bukan oleh karena kewajiban dan bukan oleh karena paksaan dari pihak manapun tetapi oleh karena hak prerogatifnya.

Nah, kalau itu bisa diterima sebagai suatu way out dari ini, kita tinggal rumusannya bagaimana tetapi kita mengembalikan kepada independensinya Bl sendiri dan tidak menutup kemungkinan untuk memberikan kebutuhan akan briching financing itu. lni usulan dari pwercakapan ini kalau bis a sebagai masukan dalam rangka rumusan ini. Makasih.

Ya, jalan keluarnya nanti ini bisa dirumuskan nanti ini bisa dalam independensinya hak prerogatifnya itu bisa memnerikan briching financing atas otoritasnya dia gitu, bukan dipaksakan oleh briching finance dan bukan kewajiban, ya jadi itu, demikian

KETUA RAPAT :

ltu adalah koma dan selanjutnya, silahkan. DIDI SUPRIY ANTO (F .PDIP) :

Tinggal seperempat yang saya teruskan jadi gak setengah-setengah ternyata tiga perempat, seperempat jadi begini saya memang kok masih melihat Bl itu memberikan atau diberikan peluang untuk memm~rikan kredit itu seperti momok, seperti setan yang menakutkan . Kita sudah terlalu apriori dengan Bl kelihatannya, waktu itu tarohlah waktu itu dia sebagai kasir Pemerintah dia

(15)

melakuknn kesalahanitu karena oknum saya kira bukan karena sistim. Jadi sisitim itu kadang bagus dengan kelakuan oknum yang rusak sistim itu akan berubah menjadi rusak .

Nah, kalau tadi dikatakan ditolak seperti tegas-tegas dilarang memberikan kredit kok Bl yang merupakan Bank Sentral kita yang merupakan sendi-sendi perekonomian kita bngian dari sendi perekonomian kita yang menguasai masalah moneter dilarang memberikan kredit sementara kita menerima bahkan minta-minta kepada Bank-bank yang justru dari luar negeri, dari Bank Dunia. Nah bank-bank yang dari luar negeri aja bisa memberikan pinjaman kepada Pemerintah kita tidak rnenolak bahkan kita meminta malah kita merayu sampai sekarang APBN harus dirubah kita bela-belain kita rubah karena permintaanmereka supaya kita dapat pinjaman kenapa Bl sendiri kita punya sendiri kok gak dikasih untuk memberian pinjaman gitu.

Jadi logikanya tuh kayanya gak kena kalau kita mau konsisten kan gak begitu caranya gitu. Saya kira bukan karena sistim sekali lagi masalahnya oknum, sehingaga tadi yang dikatakan Pak Suko itu criteria unsure dari pasal itu nanti itu harus ada memang hak prerogatifnya Bank Indonesia, dia tidak merupakan kewajiban Bank Indonesia tapi dia juga tidak dipaksakan untuk membrikan.

Nah, itu parameter-parameter agar Bl bisa dengan leluasa memberikan bantuan, toh yang dibantu juga Pemerintah sendiri kan Pemerintah Indonesia, Blnya Bank Indonesia, lah wong kita pusing-pusing cari pinjaman keliling-keliling, Pak Rizal, coba cari pinjaman keliling-keliling kan.Nah Bl sendiri gak boleh kasih pinjaman, ini kan lucu.

Saya kira saya masih belum bisa, belum bisa menerima alasan kenapa sih itu harus di tolak atau dilarang kalau hanya dasarnya apriori kecurigaan kita itu saya bukan karena sistimnya tapi justru karena oknumnya. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih, mohon Pak Rizal putarannya belum kita lengkapi dulu Pak, silahkan berikutnya langsung saja atau kita gilir. Kalau kita gilir harus dipaksa bicara, jangan ada artinya independent jug a.

DANIAL TANDJUNG:

Saudara Pimpinan supaya jangan jadi perkara itu ada satu hal tadi dalam keterangan Pemerintah bahwa andaikaataa kita cantumkan ini maka di dalam pengaturan independent nanti Bank Indonesia Pemerintah minta tapi juga Bl bisa menolak, nah sehingga pencantumannya ini apa ada gunanya. Jadi di dalam pasal lain bahwa kalau itu nanti merupakan paksaan maka kena lagi ancaman interfensi tapi kalau bukan paksaan diminta sukarela dia bisa nolak. Nah ini yang harus kalau kita cantumkan konsekuensinya nanti pasal-pasal mengenai ini harus dirobah dan kalau itu dirubah maka cirri independensinya hilang.

Cobalah kita pikirkan itu kita pertimbangkan jangan kita terlalu emosional lah IMF-IMF itu kita lihat dari pasal-pasal produk kita sendiri, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Silahka, ada lagi, kalau tidak ada, baik jadi kalau tidak ada kita langsung ke Pemerintah ini. Baik saya kira tidak ada komentar langsung saja pada Pemerintah, silahkan.

RIZAL RAMU (MENKO PEREKONOMIAN) :

Jadi, sebetulnya saya juga ambifalen kalau secara pribadi gitu, Apa? Jangan ambifalen ya DIDI SUPRIYANTO (F.PDIP):

Ya, masalahnya ini bukan pribadi disini sebagai Menko. RIZAL RAMU (MENKO PEREKONOMIAN) :

(16)

T riri sebelum ~aya menegaskcu1 sikap mumpung kita kesemrr:ltan rliskusi k~rena kr'llau clikoran gak mungkin kita diskusi seperti ini, IMF ini uang yang kita anggap kita perlukan 400 juta dollar sebetulnya kifa gak perlu ya karena itu tidak akan bisa dipakai sampai cadangnn devisa kita habis yaitu 29 miliar dollar. Nah apasih manfaatnya IMF ini kenapa kita takut ituloh istil8hnya Pak Mitro. Satu manfaatnya selama ini didengung-dengungkan dengan ada stem dari IMF ada konsvidens building, pasar percaya.

Dalam penmgalamannya dalam tiga tahun terakhir kita udah tandatangan, loh inikan udah ke sembilan ya kan udah kesembilan kali belum ada juga konsfiden building gitu loh karena sebetulnya yang paling penting kalau mau konsfiden building adalah security dan politik constability rasa aman dan politiknya stabil itu kalau saya capai IMF juga beres konsfidens building ini gak ada, jadi dikasih cap IMF sembilan kali begini-begini aja.

Yang kedua dikatakan bahwa setiap kali IMF setuju LOI rupiah menguat, kami punya data statistic setiap kali ada reshooting IMF dan menandatangani LOI rupiah meng anjlok sembilan kali dari tiga tahun yang lalu, ini media aja yang spin semua.

Yang ketiga argumennya kalau kita tandatangan LOI yang baru Agrimen yang baru infestasi masuk, udah tiga tahun sembilan kali LOI itu infestasi gak masuk karena koncinya kembali adalah stabilitas politik dan rasa aman.

Jadi tiga alasan utama ini sebetulnya tidak ada pengalaman irnpiraid yang kuat, ya dari 100

Negara yang dibantu IMF yang baik itu sekitar 30 % lah itupun kembali lagi biasanya sikelnya, jadi problem country.

Nah yang ke empat, nah ini yang sebetulnya kami takut ya tidak, tidak rnasih betul-betul ekstra hati-hati. IMF ini kan apa ujung tombak editor country dari Negara-negara editor kalau mereka ngegeng stop cade line ama kita nah kita memang bermasalah. Nah tapi coba kita analisa secara lebih cool, pertama apakah betul Negara-negara itu mau menghentikan kredit line ke Indonesia, setiap tahun Indonesia bayar kepada creditor Country 7 miliaran dollar lebih kita terima utang baru sekitar 5,5 miliar dollar, kita pay out 2 miliar dollar net pay out setiap tahun.

Kalau ada Bankir kita selalu bayar on skedul on time ya kan , ada gak Bankir yang mau menyetop yang 5,5 itu, pada dasarnya tidak pernah akan ada karena apa, kalau dia stop itu ya kan dia sebagai Bank juga keganggu karena kita ini kreditor yang besar bukan kreditor yang kecil, kalau yang kecil ya memang gak apa-apa diinjek begitu. Nah jadi memang dalam kyuri dalam public pub ini bahwa dengan ngegeng ini dia bisa neken Negara seperti Indonesia tapi seperti Bapak lbu ketahui Jepang tandatangan sudah sama kita kreditor kita yang paling besar yak an IDB tandatangan ya tadi Mark Bad juga bilang dia akan Juni ini juga akan upayakan !um baru ya jadi sebetulnya itu sudah agak jebol, sudah mulai agak jebol.

Nah yang lain yang dikhawatirkan karena ini pasti kita akan balik lagi pertanyaan yang kaya Pak Mitro ini makanya saya jawab dulu the big, karena nanti pasti ada lagiini kan IMF maunya nih bukan Pemerintah Indonesia atau bagaimana ya, nah yang terakhir adalah Paris Club kalau misalnya Paris Club gak jadi bagaimana kita nambah bayar 2,8 miliar dollar lagi, kalau ada scenario yang paling jelek sebetulnya Pemerintah masih punya cadangan di Bank Indonesia untuk bisa membayar yang 2,8 miliar itu tuh, tapi tentu kita cari supaya kita ada rescheduling secara bilateral.

Nah jadi sebetulnya yang kami khawatirkan ya dan Pemerintah juga selalu kalah disini adalah elitnya yang sangat pro IMF medianya kalangan intelektualnya yang hanya sekedar lot speker dari pada IMF, yak area kadang-kadang kalau kita lihat kebijakan sekarang, ya kalau saya tanya rnisalnya kemarin saya tanya sama anuk, anuk kamu datang kekita budget deficit naik macem-macem begini, kenapa sih naik ini kan cuma tingkat bunga sama nilai tukar dua-duanya harusnya jadi tanggung jawab utama IMF di Indonesia.

Mandatnya IMF, cofungsionnya IMF ad al ah melakukan stabilisasi moneter, saya tanya program kamu apa untuk stabilisasi moneter jawabannya gak ada sama sekali gak bisa jawab kmena memang tidak ada ya jadi yang disecur yang disecur adalah supaya Indonesia bisa bayar utang terus, itu yang paling penting ya, nah didalam agreement yang akan datang diminta kita tandatangan agar cadangan devisa kita tetap 29 miliar dollar, supaya tetap supaya kreditor tuh bisa bayar lah kalau ada apa-apa gitu. Saya tanya sama anuk minta dispensasinya bahwa mara, anuk you are an ecomonic, kamu ahli ekonomi kita ini menganut fleksible eksislake system eksiside ycmg fleksible, perlu gak kita punya cadangan defisa yang terlalu besar, teorinya gak perlu empiresnya gak perlu karena kalau kita fleksible kalau cadangan devisanya gak cukup rupiahnya anjlok kalau cadangan devisanya kuat rupiahnya menguat jadi itu udah otomatic a justmen system.

(17)

Pertanyaan saya punya gak fleksible punya gak apa nr1manyri ni kennpn kita musti r.adnngan devisa sampai 29 miliar dollar itu sekitar berapa ya dibagi tiga ya enam bulan lebih dong kenapa kita rnesti itu. Ya akhirnya tidak ada jawabannya, jawahannya untuk mensecur Apn Indonesia sebagai bisa membayar terus gitu loh. Ya, nah apa to keep our payment current karena kalau sistem betul-betul fleksible acting at system yak an kalau devisanya negativepun ada Negara yang nol dulu negative rupiahnya anjlok kalau itunya kuat menguat begitu.

Nah sekarang kan lucu budget kita nih naik kenapa sih karena kita jor-joran pengeluaran enggak karena tingkat bunga naik nilai tukar naik, dua-duanya karena apa namanya nih politik lah kasarnya, apakah obatnya mujarab Bapak kan bisa lihatlah yak an fakta-fakta empiresnya. Nah tetapi kami gak berani karena elite kita, intelektual kita, media kita rata-rata nih pikirannya maaf-maaf lebih konservatif dibandingkan intelektual Amerika sendiri, di Amerika kan banyak kritik tentang IMF baca yakan dari bekas fice presiden Bank Duina dari macem-macem dari Tobin pemenang nobel dara stakewais, fice presiden dari apa bahwa obatnya itu sama sekali tidak efektif, obat generic dan kritik in sangat tajam etrmasuk gara-gara kasus Indonesia saya tahu gak tahu ada hubungannya anuk itu misalnya digeser dari museum Indonesia abis ini, Stanley Fisher bentar lagi akan mengundurkan diri yakan jadi ini upaya perdebatan intelektual sekaligus juda pertanyaan apakah obat ini efektif atau malah bikin kita lebih susah gitu.

N8h tetapi saya juga ikutan kuat harus bertanggung jawab yakan gak bisa kan hanya pendapat pribadi saja, pendapat yang dominant adalah kita yakan harus tetap sama IMF udah kita gak mau konfrontasi, ya dalam kaitan itulah beberapa dari pertanyaan-pertanyaan ini barangkali terkait gitu. Nah ini menjawab pertanyaan Bapak tadi kenapa sih ini tadi, rnemang khawatir kalau apa kredit tadi kemungkinan dikasih kredit tadi disalah gunakan ya dan itu bisa bisa apa bisa terjadilah disalah gunakan itu, nah itu tapi kan karena kelemahan dari pada legal system kita kan sebetulnya kuncinya kan disitu tuh kalau system kita bener, system pengawasan kita bener dengan DPR sebetulnya Bank Sentral ngasih kredit gak apa-apa gitu, tapi karena legal system kita lemah, pengawasan kita lemah, kemungkinan ada yang main-main nanti, oleh karena itu disarankan ditutup aja.

Ya jadi dalam kaitan itu yakan kami memang jujur ajalah memang hukum kita lemah sekali , tadi rapat sidang kabinet misalnya sector kehutanan itu kan pencurian kayu 4 miliar dollar yakan dcm ternyata ya main dari ujung ke ujung gitu udah the cool country itu memang main aja semuanya, ya padahal kalau kita benahin itu 4 miliar dollar kita gak usah ngernis-ngemis nih ya jadi karena kekhawatiran kelemahan terhadap bydel and fostment kita hukum kita terhadap pengawasan yakan oleh karena itu kami setuju dalam konteks yang sekarang itu sebaiknya ini jangan dibuka lagi windownya gitu ya, makasih.

KETUA RAPAT:

Baik, saya kira terakhir itu penjelasan Pemerintah yang dengan lantang yang panjang lebar dan tersirat juga ada pikiran-pikiran yang menggambarkan semangat dari Pak Rizal secara pribadi tapi memang selaku counterpart dari penyusunan Undang-undang ini terakhir menyampaikan sikapnya seperti itu, itu satu pertimbangan agar sebaiknya tetap, jadi saya kira kita sudah memulai dua putaran jadi sebaiknya bisa mengambil kesimpulan , tetapi kalau memang tidak bisa mengambil kesimpulan atas pertimbangan teman-teman masih perlu, ya kita harus pending untuk masuk pada materi berikutnya, saya kira ini perlu menjadi perhatian kita oleh sebab itu kami membuka

SUKOWALUYO (F .PDIP) :

Usul kami mengenai satu way out ya itu bagaimana artinya bukan subjek pada rumusan Unadang-undang yang lama tetapi ada satu fleksibilitas bisa tetapi bukan merupakan keawajiban dan tidak dipaksa oleh pihak manapun melainkan sebagai hak prerogative dari Bank Indonesia, jRdi tetap independens tidak dipengaruhi oleh siapapun tapi bisa memberikan kredit kepada Pemerintah atas otoritas dia, inisiatif dan otoritas dia ini kan independens jadi diberikan tingkat inclependensinya yang demikian tetapi punya kebebasan untuk bisa memberikan kredit kepada Pemerintah tetapi bukan kewajiban, tidak dilarang artinya ini tidak dilarang.

(18)

SayA kira Apa yang diinginkan oleh IMF sah-sah saja ya tapi dalam arti kata kalau kita harus nurut sama mereka saya kira itu jelas kita keberatan, kalaupun ide-ide itu bagus kita ajak debat terbuka aja suruh mereka menjawab alasan-alasan atau kita juga memberi alas8n-alasan apa yang kita usulkan tapi kalau itu memang baik untuk kita saya kira mereka tidak bisa menolak apa yang kif a usulkan, say a kira itu yang paling pen ting Pak jadi kala11pun mereka ada usu I itu harus betul-betul bisa diterima oleh kita dan bermanfaat untuk Negara kita, sekian terima kasih

DIDI SUPRIYANTO (F.PDIP):

Saya menambahkan Pak Suko tadi, jadi tadi penjelasan Pak Menko yang begitu panjang lebar sebetulnya belum menjawab masalah, nampaknya tetap aja masih apriori. Rasa ketakutan tadi yang dikatakan itu, takut kalau diselewengkan artinya kalau itu peluang itu ada, walaupun secara aturannya itu bisa, tapi tetap aja karena apriori takut aja diselewengkan padahal kita kan nantinya akan me bu at satu pengawasan Bl, ini lebih baik.

Nah kalau fungsi pengawasannya lebih baik saya kira ketakutan untuk diselewengkan itu akan berkurang apalagi kalau kita punya komitment sekarang inikan orang-orang yang katanya reformis ya kita punya komitmen baru dong jangan terus dibayangi masa lalu dan dibayangi rasa ketakutan. Saya kira alasan tadi walaupun panjang dan berputar-putar tetapi tetap aja belum menjawab bahwa jelas itu jawabannya apriori dan itu hanya rasa ketakutan, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Pak Paskah silahkan, mohon ada usulan-usulan pertimbangan yang sifatnya solutif ya. PASKAH SUZETTA (F.PG):

T erima kasih Saudara Pimpinan, Pak Menko beserta jajaran merespon apa yang disampaikan Pak Didi dari F.PDIP bahwa memang ada hal yang lain, kalau memang ada kekuatiran terjadi penyimpangan-penyimpangan Bank Indonesia kalau kita melihat pada Undang-undang 13 68 itu Bank Indonesia dibawah Pemerintah artinya apapun yang dilakukan oleh Pemerintah itu harus dilakukan oleh Bank Indonesia kalau kita memang kekuatirrn itu seperti terjadi pada Undang-undang 13 68.

Sekarang dengan Undang-undang 23 99, saya rasa apa lagi sekarang di amandemen dengan pengawasan berlapis, ini berlapis saya pikir dengan adanya di usulan Sadan Pengawas ternyata juga dapat diterima oleh Pemerintah dan juga pengawasan DPR. Pemilihan Dewan Gubernur oleh DPR ini juga menandakan bahwa pengawasan berlapis, jadi kekhawatiran tidak perlu diragukan lagi . Yang kedua saya ,erespon apa yang disampaikan Pak Suko tentang bagaimana bahwa Bank Indonesia itu harus betul-betul independent tapi bisa memberikan kridit artinya bahwa perlu ada satu rumusan. Saya ingin mengingatkan kembali kepada apa yang di usulkan oleh F.PG didalam DIM, dimana perubahan pasal

56

itu pertama adalah Bank Indonesia dapat memberikan dana talangan pada Pemerintah untuk memenuhi anggaran setinggi-tingginya 5% dari penerimaan Pemerintah sebagaimana tercantum dalam RAPBN yang diajukan kepada DPR untuk disetujui akan dapat itu kan bisa aja menolak gitu inikan dapat bisa saja menolak artiannya kira-kira menurut apa persepsi saya demikian tidak wajib ya.

Yang kedua dana talangan sebagaimana dimaksud dcilam ayat 1 sebesar dikenakan bunga sebesar 1 % dibawah SBI yang berlaku dalam periode itu. Yang ketiga dana talangan berikut bungcmya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 wajib dibayar Pemerintah selambat-lambatnya setelah RAPBN disetujui DPR. Yang ke empay dalarn hal Pemerintah tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 bank Indonesia berhak membebankan kepada rekening Pemerintah kepada Bank Indonesia.

lni saya rasa sangsi yang dibebankan, jadi the lost saja Pemerintah rnendapatkan dana talangan tersebut. Memang disini kredit sudah dikemas dengan ostolah talangan, Pak Darmin juga jangan takut akan dicurigai lain kredit dengan talangan gitu. ltu usulan-usulan saya sesuai dengan apa yag disampaikan Pak Suko itu merespon Pak Suko dan Pak Didi. Teri ma kasih.

Referensi

Dokumen terkait

Kita ke makasih juga Mbak Evita. Kita ke sayap kanan, Pak Sonny Danaparamita.. Yang terhormat Pimpinan beserta Anggota Komisi VI yang saya hormati. Pak Menteri Koperasi. Para

Jumlah Waran Yang Ditawarkan Sebanyak-banyaknya sebesar 402.781.000 lembar Waran Seri I (32,22% dari Jumlah Modal Ditempatkan dan Disetor Perseroan pada saat

Ya, Terima kasih Pak Yandri. Silakan Pak Mulyadi. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabakaratuh. Yang Saya hormati Pimpinan beserta seluruh anggota DPR RI,.. Pada kesempatan Paripurna

Maka dari itu sasaran untuk rancangan hunian yang lebih baik dalam konteks ini adalah komunitas yang tinggal di perumahan elit terpagari ketat akan diberikan

Penelitian ini bertujuan mengetahui posisi relatif kabupaten Jember sebagai penghasil beberapa jenis sayuran khususnya kacang panjang; cabe merah; kubis dan bawang

Waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh. Terima kasih Pak John Kenedy Azis. Pak Doni memang besok akan ada Paripurna Prolegnas Pak, yang kemarin kita waktu di Millenium

Terima kasih. Assalaamu'alaikum Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Setelah kita mendengar 3 masukan paling tidak ya Pak ya Pak Ketua, satu dari Kementerian Dalam Negeri, lalu yang

Terima kasih Saudara Pimpinan, Saudara-saudara para Anggota Badan Legislasi yang terhormat, Pemerintah ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas jadwal yang telah