• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Enzim Diastase

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Enzim Diastase"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Praktikum

Mengetahui aktivitas enzim diastase pada madu yang menjadi salah satu parameter mutu

madu.

1.2 Latar Belakang

Pada kehidupan sehari-sehari madu merupakan nutrisi ataupun obat yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Selain itu madu juga adalah sebagai bahan usaha bagi para petani madu, maupun pengusaha madu. Dengan dasar itu kami meneliti aktivitas enzim diastase pada madu, karena semakin tinggi enzim diastase pada madu, semakin bagus juga kualitas madu tersebut.

Aktivitas enzim diastase merupakan parameter yang bisa digunakan sebagai indikator kemurnian madu karena enzim tersebut berasal dari tubuh lebah. Enzim diastase adalah suatu enzim yang berfungsi mengubah zat tepung menjadi dekstrin dan maltosa. Enzim ini akan rusak jika berada dalam suhu 60-800C.

Selain dari uraian diatas bisa ditarik bahwa semakin murni madu tersebut maka akan bagus aktivitas madu sebagai obat maupun nutrisi bagi tubuh kita. Untuk menunjang kualitas madu juga harus dilihat dari nutrisi lebah tersebut, karena lebah adalah penghasil madu. Polen dan nektar yang terdapat pada bunga tanaman merupakan pakan lebah yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Nektar dimanfaatkan lebah madu sebagai sumber energi, sedangkan polen diperlukan sebagai sumber protein. Nektar adalah cairan manis mengandung gula yang dihasilkan kelenjar nektar yang terdapat di bunga (floral nektaries) atau bagian lain tanaman (extrafloral nektaries). Polen adalah alat reproduksi jantan tumbuhan dan bagi lebah merupakan bahan pembentuk dan pertumbuhan, serta pengganti sel-sel yang usang.

Pada praktikum kali ini, kami melakukan uji aktivitas enzim diastase pada madu dengan cara penambahan larutan pati 1% dan memanaskannya pada suhu 40oC agar terjadi inkubasi pada madu tersebut, sehingga enzim diastase

pada madu bereaksi untuk memecah pati tersebut.

Landarasn teori

Uji aktivitas enzim diastase pada madu

enzim diastase adalah enzim yang mengubah karbohidrat komplek

(polisakarida) menjadi karbohidrat yang sederhana (monosakarida). Dua

enzim yang mencolok dalam madu yakni enzim diastase dan invertase.

Konsep enzim yang lama menggolongkan enzim amylase menjadi dua

(2)

kelompok yakni α-amilase (amiloklastik atau amilitik) yang menceraikan

rantai pati secara acak menjadi dekstrin dan menghasilkan hanya sedikit

gula tereduksi. Kelompok kedua, β-amilase (sakharogenik) yang

memutuskan gula tereduksi maltosa dari ujung rantai pati. Derajat

keasaman (pH) optimum bagi α-amilase berkisar antara 5,0 pada suhu

22-30

0

C sampai 5,3 pada suhu 45-50

0

C, sedang untuk β-amilase adalah 5,3.

Laporan terbanyak akan pH optimum bagi diastase madu adalah 5,3.

Pemanasan maupun penyimpanan lama terhadap madu mengakibatkan

inaktivasi enzim madu dan data kinetik enzim madu telah diketahui

sehingga waktu paruh hidupnya (half-life) dapat diketahui Lebah madu

tidak dapat memanfaatkan pati mentah atau dimasak atau dektrin.

Sumber diastase dalam madu adalah lebah madu sendiri, meski ada

juga yang menduga nektar sebagai sebagian sumbernya. Enzim invertase

(sukrase, sakharase) berperan mengubah nektar menjadi madu; lebah madu

menambah invertase ke nectar dan aktivitas invertase berlanjut juga dalam

madu yang diekstraksi.

Glukosa adalah suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstrosa karena

mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan. Dalam

alam glukosa dihasilkan dari reaksi antara karbon dioksida dan air dengan

bantuan sinar matahari dan klorofil dalam daun. Proses ini disebut

fotosintesis dan glukosa yang terbentuk terus digunakan untuk

pembentukan amilum atau selulosa. (Poedjiadi, 1994)

Pati merupakan senyawa polisakarida yang terdiri dari monosakarida

yang berikatan melalui ikatan oksigen. Monomer dari pati yaitu glukosa

yang berikatan dengan ikatan yaitu

(1,4)-glikosidik, yaitu ikatan kimia

yang menggabungkan dua molekul monosakarida yang berikatan kovalen

terhadap sesamanya. Pati merupakan zat tepung dari karbohidrat dengan

(3)

suatu polimer senyawa glukosa yang terdiri dari dua komponen utama,

yaitu amilosa dan amilopektin. Polimer linier dari D-glukosa membentuk

amilosa dengan

(1,4)-glukosa. Sedangkan polimer amilopektin adalah

- (1,4)-glukosida dan membentuk cabang pada ikatan

(1,6) glukosida

struktr pati

Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh asam atau enzim. Jika pati dipanaskan

dengan asam akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil

secara berurutan, dan hasil akhirnya adalah glukosa. Ada beberapa

tingkatan dalam reaksi diatas. Molekul-molekul pati mula-mula pecah

menjadi unit-unit rantaian glukosa yang lebih pendek yang disebut

dekstrin. Dekstrin ini dipecah lebih jauh menjadi maltose (dua unit

glukosa) dan akhirnya maltosa pecah menjadi glukosa.(Murdijati Gardjito,

1992 Proses perubahan pati menjadi glukosa yang dilakukan oleh enzim

diastase pada madu dalam uji aktivitas enzim dengan menggunakan iodin

yang disertai perubahan warna larutannya adalah sebagai berikut : Pati

(Biru )→dekstrin (Biru kecoklatan)

→akrodekstrin (coklat)

→Eritrodekstrin

(4)

Larutan iodin digunakan untuk tes pati,warna biru tua menandai adanya

larutan pati. Diperkirakan bahwa larutan iodin (ion I

3−

dan I

5−

) tersubstitusi

ke dalam pati, tersubstitusinya iodin setelah terputusnya ikatan glukosida

dalam pati oleh enzim dan terurai menjadi molekul molekullebih

sederhana, maka makin banyak terbentuk gugus OH bebas yang dapat

disubstitusi oleh iodin sehingga konsentrasi iodin dalam larutan makin

kecil dan molekul air semakin banyak terbentuk, apabila pati terhidrolisis

sempurna maka gugus iodin yang b akal diabsorbsi semakin banyak

atau dipihak lain konsentrasi molekul air akan bertambah, semakin kecil

konsentrasi iodin bebas maka larutan akaan berubah menjadi jernih.

BAB III METODELOGI PRAKTIKUM Alat : 1 Neraca analitik 2 Pipet ukur 3 Penangas air 4 Tabung reaksi Bahan :

1 Madu berbagai merk

2 Larutan pati dalam air suling 1% 3 Larutan 1-KI

4 Aquadest Cara Kerja :

1 Sediakan 3 tabung reaksi

2 Masukkan 1 gram sampel madu, larutkan dengan aquadest 4 ml, lalu campurkan dengan larutan amilum 1 ml pada tabung pertama 3 Pada tabung kedua, masukkan 1 ml amilum dengan aquadest 4 ml 4 Pada tabung ketiga, masukkan 1 gram madu, larutkan dengan

(5)

5 Panaskan ketiga tabung pada penangas air selama 30 menit

6 Setelah 30 menit, teteskan iod secukupnya ke tiga tabung tersebut 7 Amatilah yang terjadi

Pembahasan

Madu adalah zat alami yang diasilkan lebah dari bahan baku nektar yakni senyawa kompleks yang dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula. Nektar dikumpulkan lebah pekerja untuk diolah dengan mencampurnya dengan air liur kemudian disimpan dalam sel-sel yang terdapat pada sisiran sarang, sehingga menjadi madu yang matang. (Sarwono, 2001).

Kualitas madu ditentukan oleh beberapa hal diantaranya waktu pemanenan madu, kadar air, warna madu, rasa dan aroma madu. Waktu pemanenan madu harus dilakukan pada saat yang tepat, yaitu ketika madu telah matang dan sel-sel madu mulai ditutup oleh lebah. Selain itu kadar air yang terkandung dalam madu juga sangat berpengaruh terhadap kualitas madu. Madu yang baik adalah yang mengandung kadar air sekitar 17-21 persen (Sihombing, 1997).

Warna merupakan salah satu kriteria mutu madu. Biasanya warna madu cenderung akan mengikuti tanaman penghasil nektarnya, misalnya madu dari tanaman lobak akan berwarna putih seperti air, madu dari tanaman akasia dan apel akan berwarna kuning terang, sedangkan madu dari tanaman lime akan berwarna hijau terang. Selain itu, madu yang disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama maka warnanya akan cenderung menjadi lebih tua (Hamad, 2007).

Zat-zat yang terkandung dalam madu sangatlah kompleks dan kini telah diketahui tidak kurang dari 181 macam zat yang terkandung dalam madu. Dari jumlah tersebut karbohidrat merupakan komponen terbesar yang terkandung dalam madu, yaitu berkisar lebih dari 75%. Jenis karbohidrat yang paling dominan dalam hampir semua madu adalah dari golongan monosakarida yang biasanya terdiri levulosa dan dekstrosa. Levulosa dan dekstrosa mencakup 85%-90% dari total karbohidrat yang terdapat dalam madu, sisanya terdiri dari disakarida dan oligosakarida (Sihombing, 1997).

Komposisi terbesar kedua setelah karbohidrat adalah air. Jumlahnya biasanya berkisar dari 15%-25%. Bervariasinya kadar air dalam madu disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya kelembapan udara, jenis nektar, proses produksi dan penyimpanan (Suranto, 2007). Selain dua komponen diatas, madu juga mengandung banyak mineral baik yang bersifat esensial maupun non esensial.

Madu mengandung enzim pencernaan pati. Enzim sangat sensitif terhadap panas dan karena itu berfungsi sebagai indikator kualitas madu dan tingkat termal pengolahan. Enzim merupakan substansi yang paling banyak terdapat pada sel-sel hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi kimia. Enzim utama pada madu yaitu invertase (α-glucosidase), diastase (α-amilase) dan glukosa oksidase. Ini adalah nutrisi penting enzim. Diastase hydrolyses karbohidrat untuk mudah dicerna.

Aktivitas enzim diastase menjadi salah satu kriteria untuk

(6)

terhadap madu atau penyimpanan yang terlalu lama. Enzim diastase sangat sensitif terhadap kenaikan suhu. Semakin tinggi suhu, maka semakin rendah aktivitas enzim diastase (White, 1979).

Pada praktikum ini kami melakukan “uji aktifitas enzim diastase pada madu”. Penggunaan aktifitas diastase untuk menentukan kesegaran madu. Pemanasan madu pada suhu tertentu yang konstan selama jangka waktu tertentu dapat mengembalikan nilai diastase yang telah turun. Artinya nilai diastase dapat meningkat kembali dengan meningkatnya waktu pemanasan, kecuali dipanaskan pada suhu 100oC dimana aktifitas diastase sama sekali tidak

dapat kembali. Seperti yang dijelaskan pada literature bahwa enzim diastase dapat memecah karbohidrat kompleks menjadi karbohidrat sederhana yang pada manusia sangat membantu dalam system pencernaan. Di dalam tubuh manusia terdapat enzim diastase alami yang dihasilkan oleh tubuh, tetapi terdapat beberapa bahan makanan alami yang mengandung enzim tersebut, salah satu contohnya madu.

Dalam pengujian ini disiapkan dua tabung reaksi, tabung reaksi pertama berisi blanko dan tabung reaksi kedua berisi sampel uji. Blanko berisikan aquadest dicampur larutan pati, sedangkan sampel berisikan madu yang dilarutkan dalam aquadest dan dicampur dengan larutan pati. Tujuan penambahan larutan pati adalah untuk mengetahui seberapa banyak kandungan enzim diastase yang dikandung pada sampel madu kelompok 2 secara kualitatif. Kedua larutan yang telah dibuat kemudian dipanaskan pada suhu 40 C dimana suhu tersebut adalah suhu inkubasi yang merupakan suhu optimum dan suhu yang baik bagi enzim untuk bekerja. Setelah dipanaskan selama 30-60 menit, kedua larutan diteteskan dengan masing-masing 4 tetes larutan KI. Tujuan diteteskan larutan KI untuk menimbulkan perbedaan warna antara blanko dengan sampel. Jika warna blanko menghasilkan biru yang lebih gelap dibandingkan sampel, maka dapat diketahui bahwa kandungan enzim diastase pada madu baik, karena enzim diastase pad madu telah memecah ikatan pada pati sehingga jumlah pati yang bereaksi dengan larutan KI lebih sedikit sehingga warna sampel menjadi lebih terang dibandingkan warna blanko. Sedangkan jika warnaa larutan blanko menghasilkan warna biru yang lebih terang dibandingkan sampel, maka dapat diketahui bahwa kandungan enzim diastase pada madu kurang baik. Semakin terang intesitas warna biru pada sampel, semakin banyak kandungan diastase pada madu uji. Pada pengujian madu kelompok 2, didapatkan hasil bahwa warna biru larutan blanko lebih terang dibandingkan warna biru pada larutan sampel serta terdapat endapan dibawah larutan sampel yang mengindikasikan terdapatnya endapan pati. Hal ini menunjukkan bahwa enzim diastase yang terkandung dalam madu kelompok 2 memiliki kadar yang sedikit secara kualitatif, dan memiliki kualitas yang kurang baik.

Kesimpulan :

- Pengujian enzim diastase merupakan pengujian kualitas madu secara kualitatif.

- Intensitas warna yang timbul (berwarna biru tua) menunjukkan jumlah enzim diastase yang bereaksi terhadap larutan pati.

(7)

Hasil Uji Aktivitas Enzim Diatase Pada Madu N

o Gambar Keterangan

1. Menimbang madu 1,0999

gram

2. Blanko sebelum diberi

pati dan dipanaskan.

3. Dilakukan pemanasan

pada penangas air 400C

selama ½ jam untuk mengoptimalkan kerja enzim yang ada di madu.

4. Warna sampel dan blanko

sesudah dipanaskan sebelum ditambah KI.

5. Warna sampel dan blanko

sesudah dipanaskan setelah ditambah KI tiap blanko dan sampel 4 tetes.

(8)

6. Pada sampel berwarna biru (menandakan masih adanya pati), sedangkan blanko berwarna biru yang lebih terang (menandakan bahwa blanko memiliki pati lebih sedikit dibandingkan sampel.

Kesimpulan : madu yang menjadi sampel memiliki enzim diastase yang sedikit. Hal ini ditunjukkan dengan warna biru (menunjukkan adanya pati) masih berwarna biru pekat (aktivitas enzim diastase yang masih kurang).

Referensi

Dokumen terkait

Jika diuji degan reagen biuret menghasilkan perubahan warna menjadi biru yang menandakan nasi putih mengandung sedikit protein3. Jika diuji dengan reagen benedict

Roti manis glukosa, fruktosa, dan madu (41% fruktosa, 35% glukosa, 1,9% sukrosa) terbukti menghasilkan warna lebih gelap dibandingkan dengan sukrosa karena

Roti manis glukosa, fruktosa, dan madu (41% fruktosa, 35% glukosa, 1,9% sukrosa) terbukti menghasilkan warna lebih gelap dibandingkan dengan sukrosa karena

Dan pada percobaan ke empat, yaitu pencampuran warna merah,dan biru ,dan warna hijau mengguakan filter warna.pencampuran ketiga warna tersebut menghasilkan warna putih,

Sebagai contoh adalah enzim katalase berat molekulnya 248.000 sedang enzim urese beratnya adalah 438.000.Pada enzim terdapat bagian protein yang tidak tahan

Cara kerja enzim dapat dijelaskan dalam dua teori, yaitu: Teori kunci dan gembok (enzim bekerja sangat spesifik. Enzim dan substrat memiliki bentuk geometri komplemen yang sama

Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman

Dokumen ini thảo luận về phương pháp chuẩn độ phức hợp được sử dụng để xác định nồng độ ion kim loại trong dung