• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Lahir, tumbuh dan berkembangnya POLRI tidak lepas dari sejarah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi.Kemerdekaan Indonesia, POLRI telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks. Selain menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, POLRI juga terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai opersai militer bersama -sama satuan angkatan bersenjata yang lain 43. Kondisi seperti ini dilakukan oleh POLRI karena POLRI lahir sebagai satu-satunya satuan bersenjata yang relatif lebih lengkap. Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 21 Agustus 1945, secara tegas pasukan polisi segera memproklamirkan diri sebagai Pasukan Polisi Republik Indonesia dipimpin oleh Inspektur Kelas I (Letnan Satu) Polisi Mochammad Jassin di Surabaya, langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-satuan bersenjata yang sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang.

43

Djamin Awaloeddin.2007. Sejarah Perkembangan Kepolisian di Indonesia .Jakarta : Yayasan Brata Bhakti POLRI.Hal 12

(2)

Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang didalamnya juga terdapat ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan dalih ingin melucuti tentara Jepang.Pada kenyataannya pasukan sekutu tersebut justru ingin membantu Belanda menjajah kembali Indonesia.Oleh karena itu perang antara sekutu dengan pasukan Indonesiapun terjadi dimana -mana.Klimaksnya terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945, yang dikenal sebagai "Pertempuran Surabaya". Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai hari Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh bangsa Indonesia Pertempuran 10 Nopember 1945.di Surabaya menjadi sangat penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu karena semangat heroiknya mampu menggetarkan dunia dan PBB akan eksistensi bangsa dan negara Indonesia di mata dunia.

Andil pasukan Polisi dalam mengobarkan semangat perlawanan rakyat ketika itupun sangat besar.alam menciptakan keamanan dan ketertiban didalam negeri, POLRI juga sudan banyak disibukkan oleh berbagai operasi militer, penumpasan pemberontakan dari DI & TII, PRRI, PKI RMS RAM dan G 30 S/PKI serta berbagai penumpasan GPK. Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern dan global, POLRI bukan hanya mengurusi keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan tetapi juga terlibat dalam masalah -masalah keamanan dan ketertiban regional maupun internasional, sebagaimana yang di tempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta pasukan-pasukan polisi, termasuk

(3)

Indonesia, untuk ikut aktif dalam berbagai operasi kepolisian, misalnya di Namibia (Afrika Selatan) dan di Kamboja (Asia ).

Lambang Polisi bernama Rastra Sewakottamayang berarti " POLRI adalah Abdi Utama dari pada Nusa dan Bangsa."Sebutan itu adalah Brata pertama dari Tri Brata yang diikrarkan sebagai pedoman hidup POLRI sejak 1 Juli 1954.

POLRI yang tumbuh dan berkembang dari rakyat, untuk rakyat, memang harus berinisiatif dan bertindak sebagai abdi sekaligus pelindung dan pengayom rakyat.Harus jauh dari tindak dan sikap sebagai "penguasa".Ternyata prinsip ini sejalan dengan paham kepolisian di semua Negara yang disebut new modern police philosophy, "Vigilant Quiescant" (kami berjaga sepanjang waktu agar masyarakat tentram).

Prinsip itu diwujudkan dalam bentuk logo dengan rincian makna sebagai berikut:

1. Perisai bermakna pelindung rakyat dan negara .

2. Tiang dan nyala obor bermakna penegasan tugas POLRI, disamping memberi sesuluh atau penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar akan perlunya kondisi kamtibmas yang mantap.

(4)

3. Pancaran obor yang berjumlah 17 dengan 8 sudut pancar berlapis 4 tiang dan 5 penyangga bermakna 17 Agustus 1945, hari Proklamasi Kemerdekaaan yang berarti POLRI berperan langsung pada proses kemerdekaan dan sekaligus pernyataan bahwa POLRI tak pernah lepas dari perjuangan bangsa dan negara.

4. Tangkai padi dan kapas menggambarkan cita-cita bangsa menuju kehidupan adil dan makmur, sedangkan 29 daun kapas dengan 9 putik dan 45 butir padi merupakan suatu pernyataan tanggal pelantikan Kapolri pertama 29 September 1945 yang dijabat oleh Jenderal Polisi Raden Said Soekanto Tjokrodiatmodjo.

5. 3 Bintang di atas logo bermakna Tri Brata adalah pedoman hidup POLRI. Sedangkan warna hitam dan kuning adalah warna legendaris POLRI.

6. Warna hitam adalah lambang keabadian dan sikap tenang mantap yang bermakna harapan agar POLRI selalu tidak goyah dalam situasi dan kondisi apapun; tenang, memiliki stabilitas nasional yang tinggi dan prima agar dapat selalu berpikir jernih, bersih, dan tepat dalam mengambil keputusan.

4.1.1 Sejarah Divisi Humas Mabes POLRI

Dimasa awal berdirinya, Divisi Humas POLRI tidak langsung menggunakan nama humas namun sempat berganti-ganti nama terlebih beberapa kali sebelum akhirnya menggunakan nama Divisi Humas seperti sekarang ini. Walaupun mengalami pergantian nama beberapa kali n amun pada dasarnya tetap

(5)

memiliki satu tugas yaitu seperti yang telah diletakkan pada dasarnya Publik Relations.

Secara kronologis maka pendirian sejarah dinas penerangan POLRI dapat diuraikan sebagai berikut : Enam tahun sejak penunjukan kepalas Kepolisia n Negara Republik Indonesia yang pertama yaitu R.S. Soekanto oleh presiden RI pada masa itu, maka oleh pimpinan Kepolisian dirasa perlu untuk membentuk suatu eselon yang berada ditingkat pusat dan daerah yang memiliki tanggung

Public Relations

maka diterbitkanlah order tanggal 30 Oktober 1951 no. 65/IV/1951 dan tanggal 29 Desember 1951 dengan no. Pol 4/11/18/Um, yang ditandatangani oleh Kepala Jawatan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Pusat) yaitu Bapak R.S Soekanto.

Berdasarkan order diatas, pada masa ini lapangan pekerjaan Public Relations bagi anggota POLRI pada saat itu merupakan suatu hal yang baru dan asing, yang hanya diketahui dan dikuasai oleh beberapa orang saja. Oleh karena itu, dengan bimbingan teknis dari pusat, Kapolri juga berusaha untuk memberikan pengarahan yang seperlunya kedaerah-daerah agar para eselon-eselon yang ada di daerah dapat mengerti dan memahami dengan apa yang dimaksud dan menjadi tujuan diadakan Public Relations ini.

Dalam order tanggal 29 Desember 1951 No. pol 4/11/18/Um antara lain menegaskan bahwa dalam melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan

Public Relations haruslah memegang prinsip : menggunakan segala sesuatu

(6)

dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa betapa seriusnya Kapolri dalam penanganan masalah Public Relations ini.Walaupun pada awal berdirinya, tahun 1951, bidang ini masih dibawah bagian secretariat namun pada t ahun-tahun berikutnya bagian ini berkembang menurut kebutuhan dan tuntutan jaman.

Di dalam order yang sama juga diberi petunjuk tentang beberapa lapangan tugas dunia Public Relations yaitu:

1. Siaran. a. Siaran Radio. b. Surat Kabar. c. Penerbitan. d. Ceramah.

2. Komunikasi, dengan menjalin hubungan dengan; a. Dinas/ Jawatan lain.

b. Pelajar. c. Pramuka.

d. Orang-orang terkemuka dari dunia pers.

e. Mengundang pers dan pelajar untuk menyaksikan demonstrasi keahlian serta keterampilan peralatan POLRI

f. Pertunjukan film Polisi melalui keolahragaan. g. Pemberian informasi tentang ikhwal kepolisian. h. Pamflet dan brosur.

(7)

Meskipun tidak berhubungan langsung dan bukan semata -mata pekerjaan dari Public Relations, maka perlu diberikan perhatian dari setiap perwira pimpinan Kepolisian untuk menanamkan dan memelihara rasa tanggung jawab dan pengertian tentang tugas dan kewajiban seorang anggota POLRI . Dimana hal ini berkaitan dengan sopan santun, terhadap umum, berkelakuan baik di dalam maupun di luar atasan, adalah usaha terbaik untuk membangkitkan rasa percaya masyarakat terhadap kepolisian.

Logo dan Slogan Divisi Humas POLRI

Makna Gambar, Tulisan dan Warna :

1. Lingkaran luar berwarna hitam bertuliskan objektif, dipercaya dan partisipasi berwarna putih, merupakan moto Humas POLRI. Kemampuan Humas POLRI dalam memberikan informasi secara objektif agar dapat membentuk opini dan citra positif terhadap institusi POLRI, guna membangun kepercayaan masyarakat dalam rangka mewujudkan dukungan partisipasi masyarakat dalam melaksanakan

(8)

tugas Kepolisian sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.

2. Lingkaran dalam berwarna merah putih.

1. Melambangkan Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara

terus menerus mengadakan interaksi dengan lingkungan dan selalu waspada terhadap propaganda lawan, untuk mewujudkan kesatuan wilayah, bangsa dan keamanan dalam menciptakan keutuhan NKRI. 3. Garis tengah berwarna hitam

1. Melambangkan garis Khatulistiwa dimana letak Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terletak di antara dua samudra dan dua benua merupakan letak Negara yang strategis. 4. Tiga buah bintang segi lima berwarna putih.

1. Melambangkan Bintang Segi Lima menunjukkan kelima sila "Pancasila" dan sebagai dasar NKRI.

2. Tiga bintang berwarna putih melambangkan Humas POLRI dalam melaksanakan tugas berpedoman kepada "Tribrata" secara tulus dan ikhlas.

5. Tameng berwarna hitam. Melambangkan pengabdian Humas POLRI dalam memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat melalui informasi dan publikasi yang objekt if.

(9)

6. Tulisan Humas POLRI berwarna kuning. Melambangkan keagungan fungsi Humas POLRI yang sangat diperlukan dalam memasyarakatkan kinerja POLRI.

7. Obor berwarna putih.

1. Melambangkan memberikan informasi dan penerangan secara cepat, benar, tepat dan akurat.

2. Memberikan informasi tentang tugas mulia POLRI dalam memelihara Kamtibmas, penegakan hukum dengan melaksanakan perlindungan, pengayoman serta pelayanan masyarakat.

8. Lidah api berwarna merah. Melambangkan bahwa "Catur Prasetya" dijadikan sebagai pedoman kerja da lam bidang kehumasan.

9. Lingkaran bola dunia berwarna biru laut.

1. Melambangkan era globalisasi yang diwarnai oleh transparansi, kebebasan, demokrasi, menghormati Hak Asasi Manusia dan pemeliharaan lingkungan hidup.

2. Dalam tugas dan peran Humas POLRI harus dapat memberi dan menetralisir informasi yang dapat mempengaruhi kehidupan berbangsa dan bernegara baik yang berskala internasional, regional maupun nasional khususnya yang menyangkut bidang keamanan dan budaya patuh hukum.

(10)

10. Enam sinar api berwarna kuning.

1. Melambangkan kegiatan fungsi Humas POLRI dalam rangka membentuk opini positif untuk menciptakan citra POLRI yang baik.

2. Membuat perencanaan kegiatan Humas POLRI dalam upaya mencapai tujuan organisasi.

3. Menyelenggarakan kerja sama dengan media massa dengan menginformasikan dan mengkomunikasikan serta mempublikasikan keberhasilan kinerja POLRI.

4. Menjalin kemitraan dengan intansi terkait, LSM, cendekiawan, Orpol, Ormas.

5. Memberikan informasi dan penerangan kepada Personel POLRI. 6. Menganalisa dan mengevaluasi informasi, berita media massa serta

opini yang berkembang di masyarakat.

7. Mendokumentasikan kegiatan POLRI baik kegiatan operasional maupun pembinaan dalam bentuk VCD dan foto.

11. Satu obor berwarna putih, 7 sinar obor berwarna orange, 4 cincin obo r berwarna hitam, dan 6 sinar obor berwarna kuning.

1. Melambangkan hari Bhayangkara 1 juli 1946.

2. Tiang obor dan nyala obor melambangkan di samping pemberian penyuluhan dan penerangan juga bermakna penyadaran hati nurani masyarakat agar selalu sadar dan patuh hukum guna menciptakan kondisi Kamtibmas yang mantap.

(11)

a. Kedudukan

Berdasarkan keputusan Kapolri No.Polisi : KEP/53/X/2002 pada Bab 1, Pasal 1 menyatakan bahwa : Divisi Hubungan Masyarakat POLRI yang disingkat DivHumas POLRI adalah unsur pelaksanaan staf khusus POLRI yang berada di bawah Kapolri.

b. Tugas

Berdasarkan Keputusan Kapolri No.Polisi : KEP/53/X/2002 pada Bab 1, Pasal 2 menyatakan bahwa : DivHumas bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi hubungan masyarakat dalam l ingkungan POLRI.

c. Fungsi

Berdasarkan keputusan Kapolri No.Polisi ; KEP/53/X/2002 pada Bab 1, pasal 3 menyatakan bahwa : Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2, DivHumas menyelenggarakan fungsi :

1. Pembinaan fungsi humas bagi seluruh jajaran POLRI :

1. Perumusan/ pengembangan sistem dan metode termasuk petunjuk -petunjuk pelaksanaan fungsi divisi humas.

2. Pemantauan dan supervisi staf termasuk pemberian arahan guna menjamin terlaksananya fungsi humas.

a. Perumusan, penyampaian dan penyelenggaraan kerja sama dengan mitra terkait dalam bidang Hubungan Masyarakat.

b. Penyelenggaraan penerangan umum untuk membentuk opini bagi kepentingan pelaksanaan tugas POLRI.

(12)

d. Penyelenggaraan produksi dan dokumentasi Hubungan Masyarakat

Slogan Divisi Humas POLRI

-OBYEKTIF - DIPERCAYA - PARTISIPASI - Visi dan Misi Organisasi

Visi

Melalui Rencana Kerja Divhumas POLRI tahun 2009, Divhumas POLRI akan mengarahkan setiap langkah kegiatan seluruh b idang Divhumas POLRI sesuai Visi, Misi, Strategi Divhumas POLRI yaitu :

Visi Divisi Humas POLRI : Terwujudnya postur POLRI yang profesional, bermoral dan modern dibidang Kehumasan guna membangun objektifitas, kepercayaan dan partisipasi masyarakat.

Misi

1. Membangun kemampuan kehumasan personel POLRI pada umumnya dengan Divhumas POLRI sebagai penjuru.

2. Membentuk iklim Humas POLRI yang mendukung kebijakan, sistem, metode, struktur dan anggaran, guna menetapkan standarisasi Humas POLRI.

3. Membangun sarana dan prasarana kehumasn POLRI.

4. Menjalin kerjasama dengan komponen masyarakat dari pelaku komunikasi.

5. Mencari, menghimpun, mengolah, menistribusikan, menyimpan informasi dan berita secara menyeluruh, cepat, tepat, dan akurat melalui

(13)

jaringan terbuka dan mudah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menjalin komunikasi dua arah.

6. Mendukung kegiatan Kepolisian dan operasi Kepolisian.

(14)

Unsur Pimpinan

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv humas) 1. Kedudukan

Kadiv humas adalah pimpinan Divisi humas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kapolri.Walaupun dalam pelaksanaanya tugas sehari -seharinya di bawah kendali Wakapolri. 2. Tugas

Kadiv humas bertugas memimpin, membina dan mengawasi atau mengendalikan satuan-satuan organisasi di lingkungan Divhumas, dama rangkap penyelenggaraan fungsi hubungan masyarakat diseluruh jajaran POLRI, serta memberikan saran, pertimbangan dan melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk Kapolri.

Unsur Pembantu Pimpinan dan Pelaksanaan Staf

Bagrenim ( bagian perencanaan dan administrasi) Dalam melaksanakan tugas, Bagrenmin dibantu oleh :

1. Subbagren (Subbagian perencanaan) 2. Subbagsumda ( Subbagian sumberdaya) 3. Subbagbinfug (Subbagian pembinaan fungsi) 4. Taud ( Tata usaha dan urusan dalam)

Unsur Pelaksana Utama

Ropenmas ( biro penerangan masyarakat)

(15)

1. Perencanaan dan melaksanakan kegiatan penerangan umum dalam rangka membentuk opini dan kontra opini masyarakat bagi kepentingan pelaksanaan tugas POLRI.

2. Pelaksanaan kegiatan penerangan satuan dalam rangka pemerataan informasi di kalangan informasi POLRI.

3. Pembangunan hubungan komunikasi yang baik dengan media massabaik cetak maupun eletronik, instansi dan fungsi terkait serta masyarakat luas dalam rangka pencitraan organisasi.

4. Pelaksanaan kerjasama dengan badan-badan kehumasan di dalam dan luar negeri sesuai dengan ketentuan dan system pembinaan kehumasan. 5. Penyampaian pertimbangan dan saran kepada Kadivhumas POLRI

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.

Dalam melaksanakan tugas,Ropenmas dibantu oleh: 1. Bagmitra (Bagian Kemitraan)

Bagmitra bertugas melaksanakan kerjsama dan atau kerjsama dan atau kemitraan dengan kehumasan dalam dan luar negeri sesuai dengan ketentuan dan sistem pembinaan kehumasan.Dalam melaksanakan tugas Bagmitra dibantu oleh :

1) Subbagmitradagri (bagian kemitraan dalam negeri) 2) Subbagmitralugri (bagian kemitraan luar negeri) 3) Bagpenum (bagian Penerangan Umum)

(16)

2. Bagpenum bertugas menyampaikan penerangan umum dan melakukan analisis dan evaluasi terhadap opini publik untuk kepentingan pencitraan POLRI. Dalam melaksanakan tugas Bagpenum menyelenggarakan fungsi:

1) Publikasi, penyebarluasan informasi dan pelayanan pers tentang kegiatan POLRI melalui siaran pers atau keterangan pers, jumpa pers, wawancara eksklusif, talk show, press tour, embadit atau penyertaan media,pencegatan (doorstop) serta pertemuan berkala dengan pers.

2) Perencanaan kegiatan penggalangan dengan media cetak maupun elektronik.

3) Penampungan aspirasi masyarakat yang disampaikan secara perorangan atau kelompok dalam bentuk unjuk rasa, audiens, atau surat.

4) Penampungan aspirasi masyarakat yang disampaikan secara perorangan atau kelompok dalam bentuk unjuk rasa, audiens atau surat.

Dalam melaksanakan tugas, Bagpenum dibantu oleh : 1. Subbagberita (subbagian berita)

2. Subbagopinev (subbagian opini dan analis evaluasi) 3. Umin (unsur pimpinan)

(17)

4) Bagpensat (bagian penerangan pusat)

Bagpensat bertugas menyelenggarakan penerangan dan internal. Dalam melaksanakan tugas Bagpensat dibantu oleh :

1. Subbagprobit ( Subbagian produksi penerbitan) 2. Subbagpenint ( Subbagian penerangan internal ) 3. Umin (Unsur pimpinan)

RO PID ( Biro pengelolaan informasi dan dokumentasi)

Dalam melaksanakan tugas RO PID menyelenggarakan fungsi : 1. Pengumpulan, pengelola dan analisis data, informasi dan atau

dokumentasi yang diperlukan guna penyajian informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk kepentingan internal maupun eksternal POLRI .

2. Pengumpulan informasi dan data yang berkaitan dengan kegiatan POLRI yang dapat diakses oleh publik.

Dalam melaksanakan tugas, RO PID dibantu oleh : Bagprodok ( Bagian produksi dan dokumentasi )

1. Bagprodok bertugas melaksanakan produksi dan dokumentasi terhadap kegiatan pimpinan POLRI dalam kegiatan kepolisian lainnya, termasuk peliputan dan prodok bantuan teknis.

2. Baganev (bagian analisis dan evaluasi)

Baganev bertugas menganalisis dan merumuskan data yang ada termasuk dalam klasifikasi informasi yang dikecualikan dan menyusun jadwal uji konsekuensi terhadap informa si yang dikecualikan tersebut seusai peraturan perundang -undangan.

(18)

3. Urtu ( usaha tata usaha)

Urtu bertugas menyelenggarakan fungsi perencanaan program dan pelayanan ketatausahaan dan urusan dalam,termasuk administrasi personel dan materi.

Program Kerja Divisi Humas POLRI

Kepolisian adalah lembaga negara yang bersifat militer sehingga program kerja yang mereka buat tidak dapat diberikan ataupun diinformasikan kepada publik eksternal.Hal ini dikarenakan di dalam program kerja tersebut banyak terdiri hal-hal yang sifatnya rahasia guna penanganan suatu kasus dalam rangka meningkatkan profesionalitas POLRI. Humas POLRI hanya bisa menginformasikan informasi yang merupakan konsumsi publik/media.

1. Media Information . Divhumas POLRI meliputi Media monitoring. Humas melakukan monitoring untuk mengetahui tentang berita-bertita POLRI yang ada di media Televisi.

2. Press Release . Divhumas melakukan Press Release untuk menjelaskan masalah-masalah yang sedang dihadapi POLRI agar berita yang disampaikan tidak keliru.

3. Sosialisasi KIP. Adapun kegiatan Sosialisasi Keterbukaan Informasi Publik dilaksanakan agar personil humas mabes POLRI mendapat pembelajaran kehumasan khususnya dalam hal pelayanan keterbukaan informasi publik. Sosialisasi ini sangat penting karena tidak semua latar belakang personil POLRI mengerti kehumasan, melainkan dari satuan lain misalnya Lalu lintas, Intel, Reserse, Irwasum, Provost, Brimob,dll .

(19)

Sarana Dan Prasarana

Humas membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung program kerja.Mabes POLRI memiliki sarana dan prasarana berupa media internal.Media internal adalah media yang digunakan untuk kepentingan kalangan terbatas dan non komersial serta lazim d igunakan dalam aktivitas Humas. Media Internal ini ada beberapa jenis :

1. Profil Mabes POLRI (Company Profile), laporan tahunan Mabes POLRI (Annual Report), propektus, bulletin, tabloid.

2. Printed Materials, seperti barang cetakan untuk publikasi dan promosi. Berupa kop surat, kartu nama, memo, dan kalender. 3. Spoken and Visual Word, seperti audio visual, video record, tape

record, slide film, perlengkapan radio dan televisi.

4. Media pertemuan, seperti seminar, rapat, persentasi, diskusi, acara forum/khusus (Special event)

Sarana dan prasarana lain yang terdapat dalam divisi humas, selain alat -alat administrasi seperti komputer, scanning, mesin fotokopi, faksimilli, juga adanya

Meeting Room Pers, yang didalamnya tersedia televisi dengan fasilitas Computer Internal Cable, Video dan cable TV. Dan setiap pegawai mempunyai komputer

sendiri yang hanya bisa digunakan oleh Divisi Humas, karena menggunakan

password. Hal ini tak lain dilakukan untuk menghindari bocornya rahasia Mabes

(20)

Hubungan Kerja Divisi Humas POLRI Dengan Satuan Unit Lain

Dalam lingkungan Kepolisian, tidak hanya terdiri dari beberapa bagian saja tetapi lebih merupakan kesatuan dari berbagai unsur yang harus saling mendukung guna pencapaian cita-cita dan tujuan Kepolisian. Unsur-unsur yang ada di lingkungan POLRI ini disebut sebagai satuan organisasi. selain humas, masih banyak satuan-satuan organisasi lainnya yang ada di lingkungan POLRI, dimana diantaranya adalah SdRenbag, SdeOps, SdeSDM dan juga Baresk rim. Tentu saja guna untuk kelancaran tugas dan fungsinya maka humas haruslah mampu untuk menjaga dan menjalin hubungan dengan satuan -satuan organisasi lainnya yang ada dilingkungan POLRI ini.

Divisi humas dalam hubungannya dengan satuan satuan organisasi lainnya berfungsi sebagai sumber informasi dan data yang diperlukan oleh publik internal maupun eksternal POLRI. Selain itu bidang humas juga menyelenggarakan produksi dan dokumentasi materi-materi yang dibutuhkan oleh satuan organisasi lainnya. Salah satu contohnya hal lain yang harus pula diketahui adalah bahwa DivHumas ini bersentuhan secara langsung dengan salah satu publik eksternal DivHumas tersebut yang tidal lain adalah para wartawan se bagai pencari berita. Oleh karenanya, DivHumas membutuhkan informasi dan data guna diolah untuk menjadi bahan dan dasar untuk menjawab, menjelaskan dan menerangkan fakta yang berkaitan dengan suatu masalah atau kasus yang ditan gani oleh pihak kepolisian.

(21)

4.2 Hasil Penelitian

Analisis data merupakan suatu tahapan yang paling penting dalam metode ilmiah. Dengan analisis data hasil sebuah penelitian dapat diberi arti dan makna yang bermanfaat untuk memecaahkan masalah penelitian. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan ku esioner yang disebar di tempat penelitian pada Humas Mabes Polri. Dalam survey ini peneliti mengumpulkan 55 responden untuk mengetahui persepsi personil Humas Mabes Polri terhadap informasi publik yang dikecuaalikan polri. Survey dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sd Desember 2016.

4.2.1 Data Responden

Responden dalam penelitian ini disesuaikan dengan teknik pengambilan sampling accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dijadikan sebagai sampel. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah personil Humas Mabes Polri yang bersangkutan langsung terha dap informasi publik yang dikecualikan oleh polri.

Dari total 122 orang dari personil Humas Mabes Polri yang berusia 18-55 tahun dan yang dijadikan responden adalah sebanyak 55 orang. Pengumpulan data yang dilakukan terhadap 55 responden dilaksanakan pada bulan Oktober 2016 sd Desember 2016, setelah melalui proses identitas responden sebagai berikut :

(22)

Tabel 4.2.1.1 Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi %

1. Laki-laki 19 35%

2. Perempuan 36 65%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan jenis kelamin. Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang berjenis kelamin Laki-laki sebanyak 19 orang atau 35% , dan Perempuan sebanyak 36 orang atau 65%.

Tabel 4.2.1.2 Usia No Usia Frekuensi % 1. 18-24 Tahun 18 33% 2. 25-29 Tahun 12 22% 3. 30-36 Tahun 8 15% 4. 37-41 Tahun 9 16% 5. 42-48 Tahun 5 9% 6. 49-55 Tahun 3 5% Jumlah 55 100%

(23)

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang berusia 18 -24 tahun sebanyak 18 orang atau 33% responden, yang berusia 25 -29 tahun sebanyak 12 orang atau 22% responden, yang berusia 30 -36 tahun sebanyak 8 orang atau 15% responden, yang berusia 37 -41 tahun sebanyak 9 orang atau 16% responden, yang berusia 42-48 tahun sebanyak 5 orang atau 9% responden, yang berusia 49-55 tahun sebanyak 3 orang atau 5% responden . Dan ternyata sampel yang di ambil oleh peneliti mayoritas berusia 18 -24 tahun.

Tabel 4.2.1.3 Pendidikan Terakhir

No Pendidikan Terakhir Frekuensi %

1. SLTA/Sederajat 12 22%

2. S1 ( Sarjana Strata1 ) 32 58%

3. S2 ( Sarjana Strata2 ) 11 20%

4. S3 (Sarjana Strata 3 ) 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan pendidikan terakhir.

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang berpendidikan SLTA/Sederajat sebanyak 12 orang atau 22% responden, yang berpendidikan S1 (Strata Sederajat 1 ) sebanyak 32 orang atau 58% responden, yang berpendidikan S2 (Strata Sarjanan 2 ) sebanyak 11 orang atau 20% responden, yang berpen didikan S3 (Strata Sarjana 3 ) sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang di ambil oleh peneliti mayoritas berpendidikan S1 (Sarjana Strata 1 ).

(24)

Tabel 4.2.1.4 Lama Bertugas

No Lama Bertugas Frekuensi %

1. 1-12 Tahun 32 58%

2. 13-22 Tahun 13 24%

3. 23-32 Tahun 10 18%

4. 33-40 Tahun 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan lama bertugas.

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang bertugas 1-12 Tahun sebanyak 32 orang atau 58% responden, yang bertugas 13-22 Tahun sebanyak 13 orang atau 24% responden, yang bertugas 23 -32 Tahun sebanyak 10 orang atau 18% responden, yang bertugas 33 -40 Tahun sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang di ambil oleh peneliti mayoritas bertugas selama 1-12 Tahun.

4.2.2 Stimulus Informasi Publik Yang Dikecualikan

Untuk awal tingkat persepsi dalam penelitian ini dapat dilihat dari stimulus Informasi Publik Yang Dikecualikan. Untuk mengetahui bagaimana stimulus tersebut mempengaruhi responden, dapat dijelaskan melalui unsur-unsur yang ditanyakan kepada responden yakni seperti yang dijelaskan pada table -tabel di bawah ini :

(25)

Penafsiran Personil Humas Mabes Polri Terhadap Informasi Publik Yang Dikecualikan Polri.

1. Penafsiran informasi publik yang dikec ualikan Tabel 4.2.3.1

No Penafsiran informasi publik yang dikecualikan Frekuensi % 1. Sangat Setuju 28 51% 2. Setuju 23 41% 3. Netral 4 8% 4. Tidak Setuju 0 0%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan Penafsiran informasi publik yang dikecualikan .

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Penafsiran informasi publik yang dikecualikan sebanyak 28 orang atau 51% responden, yang Setuju dengan Penafsiran informasi publik yang dikecualikan sebanyak 23 orang atau 41% responden, yang Netral dengan Penafsiran informasi publik yang dikecualikan sebanyak 4 orang atau 8% responden, yang Tidak Setuju dengan Penafsiran informasi publik yang dikecualikan sebanyak 0 orang atau 0% responden, yang Sangat Tidak Setuju dengan Penafsiran informasi publik yang dikecualikan sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Sangat Setuju dengan Penafsiran informasi publik yang dikecualikan .

(26)

2. Kehati-hatian dalam memberikan layanan informasi publik. Tabel 4.2.3.2

No

Kehati-hatian dalam memberikan

layanan informasi publik Frekuensi %

1. Sangat Setuju 1 2%

2. Setuju 54 99%

3. Netral 0 %

4. Tidak Setuju 0 0%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan Kehati-hatian dalam memberikan layanan informasi publik

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Kehati-hatian dalam memberikan layanan informasi publik sebanyak 1 orang atau 2% responden, yang Setuju dengan Kehati -hatian dalam memberikan layanan informasi publik sebanyak 54 orang atau 99% responden, yang Netral dengan Kehati -hatian dalam memberikan layanan informasi publik sebanyak 0 orang atau 0% responden, yang Tidak Setuju dengan Kehati-hatian dalam memberikan layanan informasi publik sebanyak 0 orang atau 0% responden, yang Sangat Tidak Setuju dengan Kehati -hatian dalam memberikan layanan informasi publik sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Setuju dengan Kehati-hatian dalam memberikan layanan informasi publik.

(27)

3. Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan bijak. Tabel 4.2.3.3

No Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan bijak

Frekuensi %

1. Sangat Setuju 33 60%

2. Setuju 18 32%

3. Netral 4 8%

4. Tidak Setuju 0 %

5. Sangat Tidak Setuju 0 %

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan bijak.

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan bijak sebanyak 32 orang atau 60% responden, yang Setuju dengan Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan bijak sebanyak 18 orang atau 32% responden, yang Netral d engan Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan bijak sebanyak 4 orang atau 8% responden, yang Tidak Setuju dengan Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan bijak sebanyak 0 orang atau 0% responden, yang Sangat Tidak Setuju dengan Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan bijak sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Sangat Setuju dengan Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan bijak.

(28)

4. Pelaksanaan keterbukaan informasi publik dengan baik. Tabel 4.2.3.4

No

Pelaksanaan keterbukaan

informasi publik dengan baik Frekuensi %

1. Sangat Setuju 23 42%

2. Setuju 21 38%

3. Netral 11 20%

4. Tidak Setuju 0 0%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan pelaksanaan keterbukaan informasi publik dengan baik

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Pelaksanaan keterbukaan informasi publik dengan baik sebanyak 23 orang atau 42% responden, yang Setuju dengan Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan baik sebanyak 21 orang atau 38 % responden, yang Netral dengan Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan baik sebanyak 11 orang atau 20% responden, yang Tidak Setuju dengan Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan baik sebanyak 0 orang atau 0% responden, yang Sangat Tidak Setuju dengan Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan baik sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Sangat Setuju dengan Pelayanan keterbukaan informasi publik dengan baik.

(29)

5. Sikap netral pada informasi publik yang dikecualikan. Tabel 4.2.3.5

No

Sikap netral pada informasi

publik yang dikecualikan Frekuensi %

1. Sangat Setuju 30 54%

2. Setuju 19 35%

3. Netral 6 11%

4. Tidak Setuju 0 0%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan sikap netral pada informasi publik yang dikecualikan

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Sikap netral pada informasi publik yang dikecualikan bagi masyarakat sebanyak 30 orang atau 54 % responden, yang Setuju dengan Sikap netral pada informasi publik yang dikecualikan bagi masyarakat sebanyak 19 orang atau 35% responden, yang Netral dengan Sikap netral pad a informasi publik yang dikecualikan bagi masyarakat sebanyak 6 orang atau 11 % responden, yang Tidak Setuju dengan Sikap netral pada informasi publik yang dikecualikan bagi masyarakat sebanyak 0 orang atau 0% responden, yang Sangat Tidak Setuju dengan Sikap netral pada informasi publik yang dikecualikan bagi masyarakat sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Sangat Setuju Sikap netral pada informasi publik yang dikecualikan bagi masyarakat.

(30)

Pengetahuan Personil Humas Mabes Polri Terhadap Informasi Publik Yang Dikecualikan Polri.

1. Pengetahuan adanya informasi publik yang dikecualikan Tabel 4.2.4.1

No Pengetahuan adanya informasi publik yang dikecualikan

Frekuensi %

1. Sangat Setuju 15 27%

2. Setuju 29 53%

3. Netral 10 18%

4. Tidak Setuju 1 2%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan Pengetahuan adanya informasi publik yang dikecualikan.

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Pengetahuan adanya informasi publik yang dikecualikan sebanyak 15 orang atau 27% responden, yang Setuju dengan Pengetahuan adanya informasi publik yang dikecualikan sebanyak 29 orang atau 53 % responden, yang Netral dengan Pengetahuan adanya informasi publik yang dikecualikan sebanyak 10 orang atau 18% responden, yang Tidak Setuju dengan Pengetahuan adanya informasi publik yang dikecualikan sebanyak 1 orang atau 2 % responden, yang Sangat Tidak Setuju Pengetahuan adanya informasi publik yang di kecualikan ebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Setuju Pengetahuan adanya informasi publik yang dikecualikan.

(31)

2. Pentingnya informasi publik yang dikecualikan untuk masyarakat.

Tabel 4.2.4.2 No Pentingnya informasi publik yang

dikecualikan untuk masyarakat

Frekuensi %

1. Sangat Setuju 37 67%

2. Setuju 17 31%

3. Netral 1 2%

4. Tidak Setuju 0 0%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan Pentingnya informasi publik yang dikecualikan untuk masyarakat.

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Pentingnya informasi publik yang dikecualik an untuk masyarakat sebanyak 37 orang atau 67% responden, yang Setuju dengan P entingnya informasi publik yang dikecualikan untuk masyarakat sebanyak 17 orang atau 31% responden, yang Netral dengan Pentingnya informasi publik yang dikecualikan untuk masyarakat sebanyak 1 orang atau 2% responden, yang Tidak Setuju dengan Pentingnya informasi publik yang dikecualikan untuk masyarakat sebanyak 0 orang atau 0% responden, yang Sangat Tidak Setuju Pentingnya informasi publik yang dikecualikan untuk masyarakat sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Sangat Setuju Pentingnya informasi publik yang dikecualikan untuk masyarakat.

(32)

3. Pengetahuan bahwa keterbukaan informasi publik ciri negara demokratis

Tabel 4.2.4.3

No

Pengetahuan bahwa keterbukaan informasi publik ciri negara

demokratis Frekuensi %

1. Sangat Setuju 5 9%

2. Setuju 48 87%

3. Netral 2 4%

4. Tidak Setuju 0 0%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan Pengetahuan bahwa keterbukaan informasi publik ciri negara demokratis.

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Pengetahuan bahwa keterbukaan informasi publik ciri negara demokratis sebanyak 5 orang atau 9 % responden, yang Setuju dengan Pengetahuan bahwa keterbukaan informasi publik c iri negara demokratis sebanyak 48 orang atau 87% responden, yang Netral dengan Pengetahuan bahwa keterbukaan informasi publik ciri negara demokratis sebanyak 2 orang atau 4% responden, yang Tidak Setuju Pengetahuan bahwa keterbukaan informasi publik ciri negara demokratis sebanyak 0 orang atau 0% responden, yang Sangat Tidak Setuju dengan Pengetahuan bahwa keterbukaan informasi publik ciri negara demokratis sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Setuju dengan Pengetahuan bahwa keterbukaan informasi publik ciri negara demokratis .

(33)

4. Keterbukaan informasi publik adalah hak publik. Tabel 4.2.4.4

No Keterbukaan informasi publik adalah hak publik

Frekuensi %

1. Sangat Setuju 23 42%

2. Setuju 22 40%

3. Netral 9 16%

4. Tidak Setuju 1 2%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan Keterbukaan informasi publik adalah hak publik.

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Keterbukaan informasi publik adalah hak publik sebanyak 23 orang atau 42% responden, yang Setuju dengan Keterbukaan informasi publ ik adalah hak publik sebanyak 22 orang atau 40 % responden, yang Netral dengan Keterbukaan informasi publik adalah hak publik sebanyak 9 orang atau 16% responden, yang Tidak Setuju dengan Keterbukaan informasi pub lik adalah hak publik sebanyak 1 orang atau 2% responden, yang Sangat Tidak Setuju dengan Keterbukaan informasi publik adalah hak publik sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Sangat Setuju dan Setuju dengan Keterbukaan informasi publik adalah hak publik.

(34)

5. Sikap professional pada pemohon informasi. Tabel 4.2.4.5

No Sikap professional pada pemohon informasi Frekuensi % 1. Sangat Setuju 31 56% 2. Setuju 19 35% 3. Netral 5 9% 4. Tidak Setuju 0 0%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan Sikap proessional pada pemohon informasi

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Sikap professional pada pemohon informasi sebanyak 31 orang atau 56% responden, yang Setuju dengan Sikap professional pada pemohon informasi sebanyak 19 orang atau 35% responden, yang Netral dengan Sikap professional pada pemohon informasi sebanyak 5 orang atau 9% responden, yang Tidak Setuju dengan Sikap professional pada pemohon informasi sebanyak 0 orang atau 0% responden, yang Sangat Tidak Setuju dengan Sikap professional pada pemohon informasi sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Sangat Setuju Sikap professional pada pemohon informasi

(35)

Pemahaman Personil Humas Mabes Polri Terhadap Informasi Publik Yang Dikecualikan Polri.

1. Kemudahan pelayanan informasi publik. Tabel 4.2.5.1

No Kemudahan pelayanan informasi publik Frekuensi % 1. Sangat Setuju 3 5% 2. Setuju 19 35% 3. Netral 12 21% 4. Tidak Setuju 19 35%

5. Sangat Tidak Setuju 2 4%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan Kemudahan pelayanan informasi publik.

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Kemudahan pelayanan informasi publik sebanyak 3 orang atau 5 % responden, yang Setuju dengan Kemudahan pelaya nan informasi publik sebanyak 19 orang atau 35% responden, yang Netral dengan Kemudahan pe layanan informasi publik sebanyak 12 orang atau 21% responden, yang Tidak Setuju dengan Kemudahan pelayanan informasi publik sebanyak 1 9 orang atau 35% responden, yang Sangat Tidak Setuju dengan Kemudahan pelayanan informasi publik sebanyak 2 orang atau 4% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti antara Setuju dan Tidak Setuju hasilnya sama dengan adanya Kemudahan pelayanan informasi publik.

(36)

2. Pemahaman peran dalam pelayanan keterbukaan informasi publik. Tabel 4.2.5.2

No

Pemahaman peran dalam pelayanan keterbukaan informasi

publik Frekuensi %

1. Sangat Setuju 14 25%

2. Setuju 28 51%

3. Netral 10 18%

4. Tidak Setuju 3 6%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan Pemahaman peran dalam pelayanan keterbukaan informasi publik.

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Pemahaman peran dalam pelayanan keterbukaan informasi publik sebanyak 14 orang atau 25% responden, yang Setuju dengan Pemahaman peran dalam pelayanan keterbukaan informasi publik sebanyak 28 orang atau 51% responden, yang Netral dengan Pemahaman peran dalam pelayanan keterbukaan informasi publik sebanyak 10 orang atau 18% responden, yang Ti dak Setuju dengan Pemahaman peran dalam pelayanan keterbukaan informasi publik sebanyak 3 orang atau 6% responden, yang Sangat Tidak Setuju dengan Pemahaman peran dalam pelayanan keterbukaan informasi publik ebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Setuju dengan Pemahaman peran dalam pelayanan keterbukaan informasi publik.

(37)

3.Mendapatkan materi tentang aturan informasi publik yang dikecualikan dengan jelas.

Tabel 4.2.5.3 No Mendapatkan materi tentang

aturan informasi publik yang

dikecualikan dengan jelas. Frekuensi %

1. Sangat Setuju 10 18%

2. Setuju 23 42%

3. Netral 22 40%

4. Tidak Setuju 0 0%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan Mendapatkan materi tentang aturan informasi publik yang dikecualikan dengan jelas.

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Mendapatkan materi tentang aturan informasi publik yang dikecualikan dengan jelas sebanyak 10 orang atau 18% responden, yang Setuju dengan Mendapatkan materi tentang aturan informasi publik yang dikecualikan dengan jelas sebanyak 23 orang atau 42% responden, yang Netral dengan Mendapatkan materi tentang aturan informasi publik yang dikecualikan dengan jelas sebanyak 22 orang atau 40% responden, yang Tidak Setuju dengan Mendapatkan materi tentang aturan informasi publik yang dikecualikan dengan jelas sebanyak 0 orang atau 0% responden, yang Sangat Tidak Setuju dengan Mendapatkan materi tentang aturan informas i publik yang dikecualikan dengan jelas sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Setuju dengan Mendapatkan materi tentang aturan informasi publik yang dikecualikan dengan jelas.

(38)

4. Kesadaran adanya informasi yang dikecualikan bagi publik. Tabel 4.2.5.4

No

Kesadaran adanya informasi

yang dikecualikan bagi publik Frekuensi %

1. Sangat Setuju 18 33%

2. Setuju 27 49%

3. Netral 9 16%

4. Tidak Setuju 1 2%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan Kesadaran informasi yang dikecualikan bagi publik.

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Kesadaran informasi yang dikecualikan bagi publik sebanyak 18 orang atau 33% responden, yang Setuju dengan Kesadaran informasi yang dikecualikan bagi publik sebanyak 27 orang atau 49% responden, yang Netral dengan Kesadaran informasi yang dikecualikan bagi publik sebanyak 9 orang atau 16% responden, yang Tidak Setuju dengan Kesadaran informasi yang dikecualikan bagi publik sebanyak 1 orang atau 2% responden, yang Sangat Tidak Setuju dengan Kesadaran informasi yang dikecualikan bagi publik sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Setuju dengan Kesadaran informasi yang dikecualikan bagi publik .

(39)

5. Pemahaman kepentingan publik pada keterbukaan informasi publik.

Tabel 4.2.5.5 No Pemahaman kepentingan publik

pada keterbukaan informasi publik Frekuensi % 1. Sangat Setuju 22 39% 2. Setuju 17 31% 3. Netral 13 24% 4. Tidak Setuju 3 6%

5. Sangat Tidak Setuju 0 0%

Jumlah 55 100%

Sumber: Data jawaban kuesioner berdasarkan Pemahaman kepentingan publik pada keterbu kaan informasi publik.

Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang Sangat Setuju dengan Pemahaman kepentingan publik pada keterbukaan informasi publik sebanyak 22 orang atau 39% responden, yang Setuju dengan Pemahaman kepentingan publik pada keterbukaan informasi publik sebanyak 17 orang atau 31% responden, yang Netral dengan Pemahaman kepentingan publik pada keterbukaan informasi publik sebanyak 13 orang atau 24% responden, yang Tidak Setuju dengan Pemahaman kepentingan publik pada keterbukaan informasi publik sebanyak 3 orang atau 6% responden, yang Sangat Tidak Setuju dengan Pemahaman kepentingan publik pada keterbukaan informasi publik sebanyak 0 orang atau 0% responden. Dan ternyata sampel yang diambil oleh peneliti mayoritas Sangat Setuju Pemahaman kepentingan publik pada keterbukaan informasi publik.

(40)

Akumulasi Penafsiran, Pengetahuan, Dan Pemahaman Personil Humas Mabes Polri Terhadap Informasi Publik Yang Dikecualikan Polri.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Akumulasi Penafsiran Personil Humas Mabes Polri Terhadap Informasi Publik Yang Dikecualikan Polri.

Tabel 4.3.1.1

No Akumulasi

Penafsiran Interfal Frekuensi %

1. Sangat Positif 21-25 23 42% 2. Positif 16-20 27 49% 3. Netral 11-15 5 9% 4. Negatif 6-10 0 0% 5. Sangat Negatif 0-5 0 0% Jumlah 55 100%

Sumber: Data berdasarkan coding sheet penafsiran.

Tabel diatas menjelaskan bahwa penafsiran responden terhadap Informasi

responden. Hal ini menunjukan bahwa penafsiran responden terhadap Informasi

(41)

4.3.2 Akumulasi Pengetahuan Personil Humas Mabes Polri Terhadap Informasi Publik Yang Dikecualikan Polri.

Tabel 4.3.2.1

No Akumulasi Penafsiran Interfal Frekuensi %

1. Sangat Positif 21-25 22 40% 2. Positif 16-20 27 49% 3. Netral 11-15 5 9% 4. Negatif 6-10 1 2% 5. Sangat Negatif 0-5 0 0% Jumlah 55 100%

Sumber: Data berdasarkan coding sheet pengetahuan.

Tabel diatas menjelaskan bahwa pengetahuan responden terhadap

dari 55 responden. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan responden terhadap Informasi Publik Yang D

dan layanan yang diberikan oleh polri yang bertujuan untuk mempermudah masyarakatnya.

(42)

4.3.3 Akumulasi Pemahaman Personil Humas Mabes Polri Terhadap Informasi Publik Yang Dikecualikan Polri.

Tabel 4.3.1.1

No Akumulasi Pemahaman Interfal Frekuensi %

1. Sangat Positif 21-25 13 24% 2. Positif 16-20 22 40% 3. Netral 11-15 12 22% 4. Negatif 6-10 5 10% 5. Sangat Negatif 0-5 2 4% Jumlah 55 100%

Sumber: Data berdasarkan coding sheet pemahaman.

Tabel diatas menjelaskan bahwa pemahaman responden terhadap

dari 55 responden. Hal ini menunjukan bahwa penafsiran responden terhadap

dan layanan yang diberikan oleh polri yang bertujuan untuk mempermudah masyarakatnya.

(43)

Akumulasi Persepsi Personil Humas Mabes Polri Terhadap Informasi Publik Yang Dikecualikan Polri.

Tabel 4.3.3.1

No Akumulasi Persepsi Interfal Frekuensi %

1. Sangat Positif 63-75 % 2. Positif 50-62 % 3. Netral 37-49 % 4. Negatif 24-36 % 5. Sangat Negatif 11-23 % Jumlah 55 100%

Sumber: Data berdasarkan coding sheet persepsi.

Tabel diatas menjelaskan bahwa persepsi responden terhadap Informasi

responden. Hal ini menunjukan bahwa persepsi responden terhadap Informasi

yang diberikan oleh polri yang bertujuan untuk mempermudah masyarakatnya.

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan -pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat -alat komuniukasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, televisi, dan internet. Media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan

(44)

bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televise. dan internet yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi, rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relative banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif yang dapat mengubah sikaap, pendapat, perilaku komunikasi.

Komunikasi massa digambarkan oleh Melvin L. DeFleur dan Denis adalah suatu proses dimana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas dan secara terus menerus yang dimana menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. DeFleur menggambarkan sumber (source), pemancar (transmitter), penerima (receiver), dan saran

(destination) sebagai fase-fase terpisah dalam proses komunikasi. Setelah

mengkaji ulang peneliti dapat melihat bahwa proses komunikasi yang tel ah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan gaya tertentu menciptakan makna terhadap suatu peristiwa sehingga dapat mempengaruhi khalayak.

Berkaitan dengan judul peneliti lakukan bahwa penjelasan pada paragraph yang di atas bahwa model teori Stimulus Organisme Response (Rangsangan Tanggapan), atau yang lebih peneliti ketahui dengan sebutan model S -O-R. Kaitan antara teori ini dengan penelitian peneliti adalah karena model teori menjelaskan

(45)

pada dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus (rangsangan) tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh atau efek serta dalam bentuk apa pengaruh atau efek tersebut terjadi tergantung pada isi dan penyajian stimulus yang nantinya akan menimbulkan pendapat dari pihak penerima.

Peniliti ini akan membahas Persepsi Personil Humas Mabes Polri Terhadap Informasi Publik Yang Dikecualikan Polri, yang didapatkan melalui hasil kuesioner.

Pertama akan dibahas mengenai jenis kelamin, yaitu berdasarkan hasil kuesioner dan hasil tabel penelitian mengenai jenis kelamin adalah Perempuan sebanyak 36 orang atau 65% responden, usia adalah 18 -24 tahun sebanyak 18 orang atau 33% responden, pendidikan adalah S1 (Sarjana Strata 1) sebanyak 32 orang atau 58% responden, dan lama bertugas adalah 1 -12 tahun sebanyak 32 orang atau 58%.

Mengenai penafsiran personil humas mabes polri terhadap informasi publik yang dikecualikan polri yang dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu berdasarkan hasil kuesioner dan hasil tabel penelitian mengenai penafsiran terhadap informasi publik yang dikecualikan adalah SANGAT SETUJU sebanyak 28 orang atau 51% responden, penafsiran terhadap kehati -hatian dalam memberikan layanan informasi publik adalah SETUJU sebanyak 54 orang a tau 99% responden, penafsiran terhadap pelayanan keterbukaan informasi publik dengan bijak adalah SANGAT SETUJU sebanyak 33 orang atau 60% responden, pernafsiran terhadap pelaksanaan keterbukaan informasi publik dengan baik

(46)

adalah SANGAT SETUJU sebanyak 23 orang atau 42% responden, penafsiran terhadap sikap netral pada informasi publi k yang dikecualikan bagi masyarakat adalah SANGAT SETUJU sebanyak 30 orang atau 54% responden.

Mengenai pengetahuan personil humas mabes polri terhadap informasi publik yang dikecualikan polri yang dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu berdasarkan hasil kuesioner dan hasil tabel penelitian mengenai pengetahuan terhadap pengetahuan adanya informasi publik yang dikecualikan adalah SETUJU sebanyak 29 orang atau 53% responden, p engetahuan terhadap pentingnya informasi publik yang dikecualikan untuk masyarakat adalah SANGAT SETUJU sebanyak 37 orang atau 67% responden, pengetahuan terhadap bahwa keterbukaan informasi publik ciri negara demokratis adalah SETUJU sebanyak 48 orang atau 87% responden, pengetahuan terha dap keterbukaan informasi publik adalah hak publik adalah SANGAT SETUJU sebanyak 23 orang atau 42% responden, pengetahuan terhadap sikap professional pada pemohon informasi adalah SANGAT SETUJU sebanyak 31 orang atau 56 % responden.

Mengenai pemahaman personil humas mabes polri terhadap informasi publik yang dikecualikan polri yang dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu berdasarkan hasil kuesioner dan hasil tabel penelitian mengenai pemahaman terhadap kemudahan pelayanan informasi publik adalah sama hasilnya antara SETUJU dan TIDAK SETUJU sebanyak 19 orang atau 35% responden, pemahaman terhadap peran dalam pelayanan ketrebukaan informasi publik

(47)

materi tentang aturan informasi publik yang dikecualikan dengan jelas adalah SETUJU sebanyak 23 orang atau 42% responden, pemahaman kesadaran adanya informasi yang dikecualikan bagi publik adalah SETUJU sebanyak 27 orang atau 49% responden, pemahaman terhad ap kepentingan publik pada keterbukaan informasi publik adalah SANGAT SETUJU sebanyak 22 orang atau 39% responden.

Yang terakhir akan dibahas yaitu mengenai persepsi pemahaman personil humas mabes polri terhadap Informasi Publik yang dikecualikan polri, da pat di akumulasikan dengan jumlah keseluruhan dari hasil kuesioner yang dibagi menjadi tiga kategori : Penafsiran, Pengetahuan, Pemahaman. Hasil akumulasi persepsi yakni sebanyak 55 orang atau 100 % responden.

Gambar

Tabel  di  atas  menunjukan  bahwa  dari  55  orang  responden  yang  berjenis kelamin Laki-laki sebanyak  19 orang atau 35% , dan Perempuan  sebanyak  36 orang atau 65%
Tabel di atas menunjukan bahwa dari 55 orang responden yang berusia 18 - -24  tahun  sebanyak    18  orang  atau  33%  responden,  yang  berusia  25 -29  tahun  sebanyak  12  orang  atau  22%  responden,  yang  berusia  30 -36  tahun  sebanyak  8  orang at
Tabel 4.2.1.4  Lama Bertugas
Tabel  di  atas  menunjukan  bahwa  dari  55  orang  responden  yang  Sangat  Setuju dengan  Penafsiran informasi publik  yang  dikecualikan sebanyak 28 orang  atau  51%  responden,  yang  Setuju  dengan  Penafsiran  informasi  publik  yang  dikecualikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Insulasi lapisan kering dinding sebaiknya Kingspan Kooltherm TM K17 Insulated Plasterboard dengan ketebalan _____ mm, yang terdiri dari inti insulasi termoset bebas CFC/HCFC

Dongeng pendidikan kerap dijadikan sarana pembelajaran kepada anak-anak. Pesan yang terkandung dalam setiap dongeng pendidikan dapat melatih perilaku disiplin dan

Demi bertambahnya rasa dharma serta kekuatan seluruh Dewa-dewa pelindung sadharmapundarika sutera seperti: Dewa Maha Brahma, Sakra Devanam Indra, Putera Dewata

Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan mencoba memberikan gaya mengajar melalui media Audiovisual dan gaya mengajar

Pada hasil penelitian ini didapatkan berat badan anak sebagian besar normat tetapi terdapat berat badan kurang 26,4%, gemuk 5,7% dan obesitas 3,8% yang juga

Analisis SWOT dilakukan dari hasil analisis kondisi komunikasi informasi pertanian sayuran organik yang terjadi di lokasi penelitian melalui karakteristik petani, pola

Pemberian strategi/intervensi seperti Pemberian Pengetahuan Pendidikan Kesehatan, pemberian Konseling pada ibu balita, melakukan Perilaku Modivikasi Makanan tambahan

Kepala Sekolah, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk menentukan kebijakan baru dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dengan memberikan arahan dan motivasi