• Tidak ada hasil yang ditemukan

AIN SEPTYA AMININ Subject : Ibu hamil, hiperemesis gravidarum DESCRIPTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AIN SEPTYA AMININ Subject : Ibu hamil, hiperemesis gravidarum DESCRIPTION"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI KLINIK UMUM DAN BERSALIN

MEDIKA UTAMA KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO

AIN SEPTYA AMININ 1211010093

Subject : Ibu hamil, hiperemesis gravidarum DESCRIPTION

Mual muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah ke jaringan terlambat.Jika hal itu terjadi, maka konsumsi oksigen dan makanan ke jaringan juga ikut berkurang. Kekurangan oksigen dan makanan ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat mengurangi kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya. Kasus semacam ini memerlukan penanganan yang serius

Metode penelitian yang diterapkan dalam studi kasus ini menggunakan manajemen 5 langkah yaitu terdiri dari pengkajian, penentuan diagnose kebidanan, perencanaan, implementasi dan evaluasi dan disertai catatan perkembangan SOAP.

Hasil penelitian yangdidapatkan pada Ny. “R” GIIIP100II usia kehamilan 9minggu 3 hari dengan hiperemesis gravidarumsebagaiberikut: keadaan umum: lemah, kesadaran: composmentis, tanda-tanda vital: tekanan darah: 90/60 mmHg, nadi:89x/menit, suhu:37,9°C, HPHT : 20 – 03 – 2015,TP: 27 – 12 – 2015 ,UK: 9 minggu 3 hari.Muka pucat, konjungtiva pucat, kedua mata cekung, mukosa bibir kering, nyeri tekan epigastrium,turgor kulit kurang dari 2-3 detik dan akral hangat. Asuhan yang dilakukan yaitu: melakukan hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, memberikan informasi tentang pemeriksaan tanda-tanda vital, serta tanda-tanda dehidrasi, mengkaji dan melaporkan warna, jumlah, dan frekuensi emesis, memberitahukan pada pasien untuk makan sedikit tapi sering, memberikan obat antimuntah seperti antiemetik jika pasien mual dan muntah,memasang paranteral untuk mengganti cairan yang hilang, melakukan isolasi terhadap klien, dengan membatasi pengunjung, memberikan terapi psikologik berupa motivasi terhadap klien.

Hasil penelitian menunjukkan ketidaksesuaian antara teori dan asuhan kebidanan serta evaluasi.Saran untuk bidan/ tenaga kesehatan yaitusegera melakukan tindakan segera dalam menangani ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum, agar tidak terjadi komplikasi baik dalam segi ibu dan janin.

(2)

ABSTRACT

Excessive nausea and vomiting lead to body fluid reduced, so that the blood becomes thick (hemoconcentration) and blood circulation to the tissues late. If that happens, then the consumption of oxygen and nourishment to the tissues also reduced. Lack of oxygen and food to the network will cause tissue damage that could reduce the health of the mother and fetus development. Such cases require a serious treatment.

The research method applied in this case study used 5-steps management which consists of assessment, the determination of midwifery diagnosis, planning, implementation and evaluation and SOAP progress notes.

Research results obtained in Mrs "R" GIIIP100II 9 weeks 3 days of gestational age with hyperemesis gravidarum as follows: general state: weak, consciousness: composmentis, vital signs examination: blood pressure: 90/60 mmHg, pulse: 89x / min, body temperature: 37.9 ° C, HPHT: 20 - 03-2015, TP: 27 - 12-2015, 9 weeks 3 days of gestational age. Pallor, pale conjunctiva , sunken eyes, dry lips mucosa, epigastric tenderness, skin turgor less than 2-3 seconds and warm akral. Midwifery care that implented were: did the therapeutic relationship with patients and families, provide information about the vital signs examination, and signs of dehydration, assess and report the color, number, and frequency of emesis, tell the patient to eat little but often, giving medication of-vomiting as antiemetic if the patient experienced nausea and vomiting, parenteral installed to replace lost fluids, isolation of the client by limiting visitors, providing psychological therapy in the form of motivation to clients.

The results showed an incompability between theory and midwifery care and evaluation. Suggestions for Midwives / health workers are immediately take immediate action in dealing with pregnant mothers with hyperemesis gravidarum, in order to avoid complications both in the mother and fetus.

Keywoards: pregnant mothers, hyperemesis gravidarum Contributor : 1. Ferilia Adiesti, S.ST., MM.

2. Elyana Mafticha, S.ST. S.KM., M.P.H Date : 11 Juni 2015

Type Material : Laporan Penelitian Identifier :

-Right : open document Summary :

-LATAR BELAKANG

Komplikasi kehamilan salah satunya adalah mual dan muntah atau dikenal dengan hiperemesis gravidarum. Walaupun kebanyakan kasus ringan dan hilang seiring berjalannya waktu, satu dari seribu kehamilan akan mengalami rawat inap. Kondisi ini terjadi pada 60-80% primigravida, dan 40-60% multigravida (Subinataro, 2013).Mual muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah

(3)

ke jaringan terlambat.Jika hal itu terjadi, maka konsumsi oksigen dan makanan ke jaringan juga ikut berkurang. Kekurangan oksigen dan makanan ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat mengurangi kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya. Kasus semacam ini memerlukan penanganan yang serius (Sulistyowati, 2014).

World Health Organitation (WHO) tahun 2012 memperkirakan bahwa sekitar 15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan, serta dapat mengancam jiwa (Suparmi, 2014) salah satu komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan adalah hiperemesis gravidarum.

Menurut Fraser dan Cooper (2009) menyatakan bahwa 50% wanita hamil mengalami mual dan muntah. Menurut Cunningham et al (2013) dalam studi-studi berbasis populasi dari California dan Nova Scotia, angka rawat inap untuk hiperemesis adalah 0,5 sampai 0,8 persen.

Menurut Gunawan, dkk (2011) pada 0,3-2% kehamilan terjadi hiperemesis gravidarum yang menyebabkan ibu harus ditata laksana dengan rawat inap.

Studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kabupaten Mojokerto pada tanggal 10-11 Maret 2015 bahwa kasus hiperemesis gravidarum rawat inap pada ibu hamil pada tahun 2013 sebanyak 15 orang (1,4%), hal ini meningkat di tahun 2014 menunjukkan angka 17 orang ( 2%), sedangkan bulan januari 2015 sebanyak 3 orang (2%) dan pada Februari 2015 hiperemesis meningkat menjadi 4 orang (2,6%).

Menurut AR (2012) usia ibu merupakan faktor risiko dari hiperemesis gravidarum. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Menurut Widayana dkk (2013) menyatakan hiperemesis nampaknya terkait dengan tingginya atau peningkatan bertahap kadar hormon korionik gonadotropin, estrogen atau kadar keduanya di dalam serum. Selain itu pada beberapa kasus yang berat mungkin terkait dengan faktor psikologis.Namun adanya hubungan dengan serum positif terhadap Helicobacter piylori sebagai penyebab ulkus peptikum tidak dapat dibuktikan oleh beberapa peneliti.Menurut Arum (2013) ensefalopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental, serta payah hati dengan gejala timbulnya ikterus.

Pelayanan antenatal/asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus memberikan pelayanan secara komprehensif atau menyeluruh (Kusmiyati, dkk 2009) salah satunya yaitu memberikan penjelasan dan motivasi mengenai yang dirasakan ibu hamil termasuk didalamnya hiperemesis gravidarum.

Pencegahan pada hiperemesis gravidarum menurut Sofian (2012) dengan memberikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu-ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut.Juga tentang diit ibu hamil, makan jangan sekaligus banyak, tetapi dalam porsi sediki-sedikit namun sering.

Menurt Fraser dan Cooper (2009) bidan dapat menganjurkan kepada ibu untuk memakan biskuit atau cracker dengan segelas air sebelum bangun dari tempat tidur di pagi hari, menghindari makanan yang pedas dan berbau tajam, serta makan sedikit tapi sering. Pola makan sedikit, tetapi sering dapat membantu

(4)

mempertahankan kadar gula darah tubuh, sedangkan minum air diantara waktu makan dapat membantu mempertahankan hidrasi tubuh.

Pernyataan Wei,dkk (2013) menyatakan bahwa wanita dengan hiperemesis gravidarum seharusnya diberikan pengobatan dengan antiemetik, hidrasi, pengganti elektrolit.

Mengingat masih tingginya angka kejadian ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan “Asuhan kebidanan pada ibu dengan hiperemesis gravidarum di klinik umum dan bersalin Medika Utama Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah teknik 5 langkah manajemen kebidanan yaitu pengkajian data, penentuan diagnosa, perencanaan asuhan kebidanan dan pelaksanaan asuhan kebidanan, mengevaluasi, dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.Penelitian ini dilakukan di klinik umum dan bersalin Medika Utama Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengkajian pada Ny. “R” GIIIPI00II usia kehamilan 9 minggu 3 hari dengan hiperemesis gravidarum mengatakan Ibu mengatakan tanggal 21 Mei 2015 ibu mengatakan muntah terus hingga mengganggu aktivitas ibu sehari-hari. Sejak pagi hari tanggal 26 Mei 2015 ibu muntah lebih dari tiga kali dalam sehari. Data objektif keadaan umum lemah, kesadaran composmentis, postur tubuh tegak, tinggi badan sebelum hamil 51 kg, selama hamil 48 kg, Lila 24 cm, pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 89 x/menit, suhu 37,9 C, pernapasan 20 x/menit, muka pucat,mukosa bibir kering, lidah kotor, abdomen nyeri tekan pada epigastrium, pada Leopold I tinggi fundus uteri 2 jari di atas simphisis, teraba ballotemen, ekstrmitas atas turgor kulit kurang dari 2-3 detik, akral hangat. Asuhan kebidanan yang dilakukan yaitu: Lakukan hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, informasikan pada pasien tentang hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, serta tanda-tanda dehidrasi, kaji dan laporkan warna, jumlah, dan frekuensi emesis, beritahukan pada pasien untuk makan sedikit tapi sering, berikan obat antimuntah seperti antiemetic jika pasien mual dan muntah, pasang paranteral untuk mengganti cairan yang hilang, lakukan isolasi terhadap klien, dengan membatasi pengunjung, berikan terapi psikologik berupa motivasi terhadap klien

Teori dan tanda gejala pada hiperemesis gravidarumMenurut Fadlun dan Feryanto (2012:39) menyatakan penyakit hiperemesis gravidarum dibagi dalam beberapa tingkat yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat 1, gejala: lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, nyeri epigastrium, nadi meningkat, turgor kulit berkurang, tekanan darah sistolik menurun, lidah kering, dan mata cekung.

2. Tingkat 2, gejala: apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit ikterik, kadang suhu sedikit meningkat, oliguria, serta aseton tercium dalam hawa pernapasan.

(5)

3. Tingkat 3, gejala :Keadaan umum lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, nadi lebih cepat, tekanan darah lebih turun, komplikasi fatal ensefalopati Wernicke: nistagmus, diplopia, perubahan mental;dan ikterik.

Gejala lain: mual dan muntah yang terus menerus, merasa lemah dan kelelahan, merasa haus dan terasa asam di mulut, serta konstipasi dan demam (Mitayani, 2009).Asuhan kebidanan yang dilakukan yaitu: Lakukan hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga. Tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta yang dikemukakan oleh Fadlun dan Feryanto serta Mitayani.

Diperoleh diagnosa Ny. “R” GIIIPI00II usia kehamilan 9 minggu 3 hari dengan hiperemesis gravidarum. Penatalaksanaan Lakukan hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, informasikan pada pasien tentang hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, serta tanda-tanda dehidrasi, kaji dan laporkan warna, jumlah, dan frekuensi emesis (ibu muntah sehari sebanyak lebih dari tiga kali), beritahukan pada pasien untuk makan sedikit tapi sering, berikan obat antimuntah seperti antiemetik jika pasien mual dan muntah gastrucid 3 × 5 mL, dimenhidrinat 3 × 5 mg, paracetamol 3 × 40 m, ondansentron 3 × 4 mg (IV), pasang paranteral untuk mengganti cairan yang hilang 56 tpm (tetes per menit), lakukan isolasi terhadap klien, dengan membatasi pengunjung, berikan terapi psikologik berupa motivasi terhadap klien.

SIMPULAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan pada Ny. “R” GIIIPI00II usia kehamilan 9 minggu 3 hari dengan hiperemesis gravidarum, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dengan berdasarkan manajemen lima langkah:

1. Pada pengkajian data berdasarkan data subyektif ibu mengatakan mual muntah lebih dari tiga kali dalam sehari hingga mengganggu aktivitas ibu dalam bekerja sebagai karyawan dan ibu rumah tangga, pola nutrisi selama hamil, nafsu makan ibu berkurang karena perut terasa mual dan sesekali muntah, dan ibu hanya minum beberapa gelas ±1-2 gelas air putih dan segelas teh hangat (tidak habis).Data obyektif didapatkan keadaan umum: lemah, kesadaran: composmentis, tanda-tanda vital: Tekanan Darah: 90/60 mmHg, nadi: 89 x/ menit, suhu: 37,9 C, respirasi: 20 x/ menit, muka: pucat, mata: Bentuk simetris, konjungtiva anemis,kedua mata tampak cekung, mukosa bibir kering, pada abdomen nyeri tekan pada epigastrium, ekstremitas atas: turgor kulit kurang dari 2-3 detik, akral hangat.

2. Pada langkah diagnosis dan masalah kebidanan diperoleh diagnosa kebidanan yaitu asuhan kebidanan pada Ny. “R” GIIIPI00II usia kehamilan 9 minggu 3 hari dengan hiperemesis gravidarum. Masalah yang muncul pada ibu yaitu dehidrasi. Tahap ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan asuhan yang dilakukan.

3. Perencanaan ynag diberikan pada Ny. “R” GIIIPI00II usia kehamilan 9 minggu 3 hari dengan hiperemesis gravidarum yaitu: lakukan hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, informasikan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital serta tanda-tanda-tanda-tanda dehidrasi, kaji dan laporkan warna, jumlah, dan frekuensi emesis, beritahukan pada pasien untuk makan sedikit tapi sering,

(6)

berikan obat antimuntah seperti antiemetic jika pasien mual dan muntah, pasang parenteral untuk mengganti cairan yang hilang, lakukan isolasi terhadap klien dengan membatasi pengunjung, lakukan pemeriksaan sampel urin untuk mendeteksi keton, berikan terapi psikologik berupa motivasi terhadap klien.

4. Pelaksanaan asuhan pada Ny. “R” GIIIPI00II usia kehmilan 9 minggu 3 hari dengan hiperemesis gravidarum tidak sesuai dengan perencanaan, sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan asuhan yang dilakukan. Kesenjangan tersebut yaitu tidak melakukan pemeriksaan laboratorium, dan pemberian terapi parenteral.

5. Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 24 jam ditemukan hasil keadaan umum: lemah, kesadaran: composmentis, Tanda tanda Vital: Tekanan Darah: 90/60 mmHg, nadi: 84 x/ menit, suhu: 36,0 C, respirasi: 18 x/ menit, muka: pucat, mata: bentuk simetris, konjungtiva anemis, kedua mata tampak cekung, mulut: mukosa bibir kering, abdomen: nyeri tekan pada epigastrium, ekstremitas atas: turgor kulit kurang dari 2-3 detik. Pada evaluasi terdapat kesenjangan pada kriteria hasil. Namun setelah dilakukan perawatan selama 3 hari, keadaan umum dan keluhan pasien membaik. Pada tanggal 29 Mei 2015 pasien diperbolehkan pulang.

6. Hasil dari asuhan kebidanan pada Ny. “R” GIII00II usia kehamilan 9 minggu 3 hari dengan hiperemesis gravidarum terdapat kesenjangan antara perencanaan dan protab di klinik umum dan bersalin Medika Utama.

REKOMENDASI

Diharapkan ibu dapat mengetahui tentang hiperemesis gravidarum untuk segera dilakukan tindakan yang cepat, apabila terdapat keluhan segera mengunjungi bidan, atau tenaga medis terdekat untuk mencegah komplikasi.

Bidan atau tenaga kesehatan dapat segera melakukan tindakan segera dalam menangani ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum, agar tidak terjadi komplikasi baik dalam segi ibu dan janin.

Bagi klinik agar lebih ditingkatkan mutu pelayanannya dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum secara optimal melalui penanganan cepat dan tepat.

Dari segi pendidikan hendaklah laporan tugas akhir ini digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk menambah wawasan khususnya tentang ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum.

ALAMAT CORRESPONDESI:

Email : ainseptyaaminin@gmail.com No.Hp : 082244878631

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kandungan TOC-nya conto batuan lempung yang diambil dari beberapa formasi yang berumur Miosen Bawah dan Paleogen memperlihatkan bahwa batuan sedimen

(. 0imbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. 0imbah cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja

pendapatan dari 20 persen kelompok masyarakat berpendapatan tinggi adalah 1,2 kali lipat dari pendapatan 40 persen masyarakat kelompok berpendapatan rendah. Relatif

telah memberikan dorongan, dukungan dan bantuan selama menimba ilmu di Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya sehingga dapat menyelesaikan

Kebijakan Dividen Menurut Sartono 2001 dalam Ningsih dan Indarti 2012, yang dimaksud dengan kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan

Warna kuning tua (pekat) yang terbentuk akibat degradasi pigmen warna pada belimbing buah akan semakin meningkat seiring dengan lamanya waktu fermentasi dan semakin tinggi

penyediaan Energi serta prioritas pengembangan Energi dan Cadangan Pe.tya.rgga Energi nasional diarahkan untuk menjamin kemanan pasokan Energi nasional melalui pemanfaatan

[r]