• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH REWARD TERHADAP PENINGKATAN NILAI ULANGAN SEMESTER DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII MTs NEGERI 2 MAROS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH REWARD TERHADAP PENINGKATAN NILAI ULANGAN SEMESTER DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII MTs NEGERI 2 MAROS"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

ARWINDA 10533764014

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

SEBAGAI ALASAN MENUTUP WAJAH DENGAN SEPULUH JARIMU…



NAMUN…,

JADIKAN KESALAHAN ITU SEBAGAI CAMBUK UNTUK MU

MERAIH MASA DEPAN YANG LEBIH LAYAK…



HINGGA PARA CALON JENAZAH MENGEPAL JARI-JARI

DAN HANYA IBU JARINYA YANG TEGAK MENGARAH KEPADAMU



Kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang selalu menanyakan :

“KAPAN SKRIPSI”

dan terkhusus untuk sosok yang kini tak mampu ku sentuh dengan tangan,

sosok yang dulunya menjadi tempat bersandar dan bertahan dikala badai dunia

menghempaskanku, sosok yang menjadi penyemangat disaat kata “Menyerah” itu datang, dan

sosok terhebat yang tak mungkin digantikan oleh apapun dan siapapun, yakni untuk

almahrumah ibundaku tercinta dan tersayang Hj. Mispa yang akan selalu

ada dan akan hidup di dalam hati ini.

(7)

vii

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Nurdin dan pembimbing II Ratnawati.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen (Experimental Research) yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian atau penerapan reward terhadap nilai ulangan semester siswa kelas VII D MTs Negeri 2 Maros. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 kali tes atau ulangan. Tes awal dilakukan di kelas VII C dan kelas VII D tanpa dijanji reward, sedangkan tes akhir dilakukan dengan cara salah satu kelas yang mendapat nilai ketuntasan terendah akan diterapkan atau diberi perlakuan reward. Tes awal disebut dengan eksperimen I (pre-test) dan tes akhir disebut eksperimen II (post-test). Subjek penelitian ini adalah kelas VII C (32 siswa) dan VII D (29 siswa). Teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan program Excel Worksheet.

Hasil analisis data pre-tes dan post-tes menunjukkan bahwa pemberian reward berpengaruh positif terhadap nilai ulangan semester siswa MTs Negeri 2 Maros. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian nilai ketuntasan kelas kontrol (VII C), pada eksperimen I dan II tidak terlalu jauh berbeda, yakni dari 9 siswa (28.1%) menjadi 10 siswa (31.25%), sedangkan pencapaian nilai ketuntasan kelas eksperimen (VII D), pada eksperimen I dan II terjadi perubahan yang sangat signifikan dan positif yakni dari 7 siswa (24.1%) yang tuntas meningkat menjadi 15 siswa (51.7%). Berdasarkan hasil eksperimen tersebut, dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian reward pada pembelajaran Bahasa Indonesia dapat berpengaruh positif terhadap peningkatan nilai ulangan semester siswa kelas VII D MTs Negeri 2 Maros.

(8)

viii ASSALAMU ALAIKUM Wr. Wb

Puji syukur atas ke hadirat Allah SWT., karena berkat limpahan rahmat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada hamba-Nya, terkhusus selama penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini. Tak lupa pula peneliti kirimkan salam dan salawat kepada Nabi besar kita Muhammad SAW., atas segala kearifan sikap yang menjadi tauladan dan contoh yang baik bagi kita semua, terutama pada diri pribadi.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memeroleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam proses penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini, peneliti telah mendapat begitu banyak sumbangsi dari beberapa pihak, maka dari itu tiada kata yang lebih pantas peneliti ucapkan melainkan ucapan terima kasih kepada kedua orang tua H. Bahtiar, SE., dan Almarhumah Hj. Mispa yang telah berjuang, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan medoakan peneliti, suami yang telah mengizinkankan dan membiayai segala kebutuhan demi meraih masa depan yang bermanfaat. Begitupun saudara-saudara dan seluruh keluarga besar peneliti yang tak henti-hentinya memberi motivasi. Kepada Drs. Nurdin, M.Pd., Pembimbing I dan Ratnawati, S.Pd., M.Pd., Pembimbing II yang senantiasa memberikan arahan

(9)

viii

Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., M.M., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar dan Dr. Munirah, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar. Para Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah banyak memberikan ilmunya sebagai bekal masa depan yang sangat berguna bagi peneliti.

Ucapan terima kasih kepada Abas DM, S.Ag., M.Ag., Kepala Sekolah MTs Negeri 2 Maros serta jajarannya yang telah memberikan izin dan menerima peneliti dengan baik, siswa-siswi MTs Negeri 2 Maros khususnya kelas VII C dan VII D yang senang hati menerima kedatangan peneliti serta semangatnya mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas, serta rekan-rekan mahasiswa dari dalam maupun di luar kampus Universitas Muhammadiyah Makassar, khususnya mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia kelas C Angkatan 2014 atas kerjasama yang dibangun selama ini, sehingga penyusunan skripsi ini dapat terlaksana sesuai harapan dan selesai tepat waktu dan seluruh pihak yang telah ikut serta memberikan bantuannya, yang tidak sempat peneliti sebutkan namanya.

Sebagai manusia biasa, disadari pula bahwa apa yang tertuang dalam skripsi ini belumlah sempurna, oleh karena itu diharapkan saran dan kritik yang

(10)

viii

Maros, Juni 2018 Peneliti

Arwinda

(11)

xi

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS... 10

A. Kajian Pustaka... 10

1. Penelitian Relevan ... 10

2. Teori Belajar Behavioristik ... 11

3. Pemberian Reward dalam Pembelajaran ... 24

4. Ulangan (Evaluasi) dalam Pembelajaran ... 30

(12)

xi

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39

C. Populasi dan Sampel... 40

D. Defenisi Operasional Variabel ... 41

E. Instrumen Penelitian... 41

F. Teknik Pengumpulan Data... 42

G. Teknik Analisi Data... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

B. Pembahasan... 63

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 65

A. Simpulan ... 65

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

A. Lampiran 1 (Daftar Hadir Siswa) B. Lampiran 2 (Instrumen Penelitian

C. Lampiran 3 (Daftar Nilai Hasil Pre-Test dan Post-Test) D. Lampiran 4 (Analisis Ketuntasan NilaiPre-Test dan Post-Test) E. Lampiran 5 (Dokumentasi)

RIWAYAT HIDUP

(13)

xiii

3.1 Desain Penelitian... 39

3.2 Jumlah Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Maros ... 40

4.1 Data Nilai Hasil Pre-test Kelas VII C... 46

4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pre-Test Kelas VII C ... 48

4.3 Persentase Hasil Nilai Pre-Test Kelas VII C ... 50

4.4 Data Nilai Hasil Pre-Test Kelas VII D ... 50

4.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pre-Test Kelas VII D ... 52

4.6 Persentase Hasil Nilai Pre-Test Kelas VII D ... 53

4.7 Data Nilai Hasil Post-Test Kelas Kontrol ... 54

4.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Post-Test Kelas Kontrol... 56

4.9 Persentase Hasil Nilai Post-Test Kelas Kontrol... 57

4.10 Data Nilai Hasil Post-Test Kelas Eksperimen ... 58

4.11 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Post-Test Kelas Eksperimen ... 59

4. 12 Persentase Hasil Nilai Post-Test Kelas Eksperimen ... 61

(14)

xiv

2.1 Kerangka Pikir ... 36

4.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pre-Test Kelas VII C ... 49

4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pre-Test Kelas VII D ... 53

4.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Post-Test Kelas Kontrol... 57

4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Post-Test Kelas Eksperimen ... 60

4.5 Diagram Pengaruh Pemberian Reward dalam Peningkatan Nilai Ulangan

Semester Siswa MTs Negeri 2 Maros... 62

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebuah pembelajaran adalah suatu proses yang pelaksanaannya dilakukan pada setiap individu ataupun kelompok untuk mengubah suatu sikap atau perilaku dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari perilaku buruk menjadi baik dan yang baik menjadi lebih baik lagi. Sedangkan proses belajar mengajar merupakan kegiatan pokok sekolah yang di dalamnya terjadi proses siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif dan terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan dalam diri siswa baik perubahan pada tingkat pengetahuan, pemahaman dan keterampilan ataupun sikap. Melalui proses mengajar tersebut akan dicapai tujuan pendidikan tidak hanya dalam hal membentuk perubahan tingkah laku dalam diri siswa, akan tetapi diharap meningkatkan pengetahuan yang ada dalam diri siswa tersebut.

Guru adalah salah satu unsur penting yang harus ada sesudah anak didik. Guru merupakan seseorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua anak didik dan bahkan masyarakat. Harus digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua anak didik. Guru harus ditiru artinya guru harus menjadi suri tauladan (panutan) bagi semua anak didiknya.

(16)

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik dalam jalur formal. Dalam menjalankan fungsinya,guru berkewajiban untuk menciptakan suasana pembelajaran aktif, kreatif, afektif, dan menyenangkan (PAKEM) serta harus memberikan motivasi kepada siswa dalam membangun gagasan, prakarsa, dan tanggung jawab siswa untuk belajar.

Guru merupakan faktor penentu terhadap berhasilnya proses pembelajaran disamping faktor pendukung yang lainnya. Guru sebagai mediator dalam mentransfer ilmu pengetahuan terhadap siswa. Di dalam kegiatannya, guru mempunyai metode-metode yang paling sesuai untuk suatu bidang studi. Sehubungan dengan fungsinya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru yang senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya. Penerapan metode mengajar yang tepat diperlukan demi berhasilnya proses pendidikan dan usaha pembelajaran di sekolah.

Tak dapat dipungkiri bahwa kenyataan dalam proses belajar mengajar, guru masih sering mendapatkan kesulitan dalam pembelajaran di dalam kelas. Misalnya; siswa merasa bosan, merasa mengantuk, saling mengganggu antar teman sebangku sehingga perhatian siswa terpecah saat proses pembelajaran berlangsung. Hal demikian terjadi karena adanya rasa jenuh peserta didik saat berlangsungnya kegiatan proses pembelajaran yang kurang bervariasi, apalagi pada pelajaran yang mereka anggap sulit, sehingga meyebabkan kurang aktifnya siswa di dalam kelas.

(17)

Dalam upaya mengatasi dan meningkatkan prestasi belajar peserta didik, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa perlu mendapatkan perhatian serius. Permasalahannya adalah bagaimana membujuk siswa atau peserta didik untuk berusaha mengembangkan semangat belajarnya agar mendapatkan prestasi yang optimal. Semangat bisa timbul dari dalam maupun dari luar individu, sehingga diperlukan suatu penelitian agar dapat memberikan solusi yang tepat bagaimana menumbuhkan semangat belajar yang dapat mendukung tercapainya prestasi belajar yang maksimal atau diinginkan.

Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri yang menimbulkan kegiatan belajar. Menurut Mc. Donald (Oemar Hamalik, 2001:158) motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction (Motivasi adalah perubahan energy dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan).

Seseorang yang mempunyai kecerdasan tinggi bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajar. Motivasi tidak hanya berpengaruh pada siswa saja, tetapi bagi seluruh pendidiknya. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar, sedangkan bagi pendidik motivasi belajar siswa untuk memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa.

Dalam kegiatan belajar mengajar, peran motivasi baik instrinsik maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, mengarahkan dan memelihara

(18)

ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Sekarang ini masih dijumpai guru mengabaikan hal-hal kecil seperti kurangnya memberi suatu penghargaan kepada siswa atau memberikan reward kepada siswa yang berprestasi di dalam kelas, contohnya siswa yang aktif saat proses tanya jawab dilakukan oleh guru, nilai ulangan harian, ulangan tengah semester (UTS) dan ulangan semester yang mencapai dan bahkan jauh lebih tinggi dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan, yaitu 65.

Diantara yang dapat dijadikan solusi terhadap masalah demikian adalah dengan pemberian reward, metode pembelajaran yang digunakan untuk mempengaruhi seseorang untuk meningkatkan prestasi belajar. Metode ini sudah banyak dan terkenal di dunia pekerjaan, tetapi akhir-akhir ini digunakan pula dalam dunia pendidikan. Metode reward diharap dapat mendorong peserta didik untuk meningkatkan kemauan dan kesadaran belajarnya sehingga prestasi belajar siswa dapat diperbaiki di dalam kelas.

Reward merupakan hal yang menggembirakan bagi anak dan menjadi pendorong atau motivasi bagi anak. Reward yaitu segala yang diberikan guru berupa penghormatan, pujian, hadiah yang menyenangkan siswa atas hasil baik yang telah dicapai dan diraih dalam proses pembelajaran di dalam kelas khususnya pelajaran bahasa Indonesia. Cara-cara tersebut antara lain pemberian dalam bentuk tindakan maupun pemberian dalam bentuk perkataan. Contoh pemberian reward dalam bentuk tindakan maupun perkataan antara lain bentuk lisan seperti mengucapkan “semangat” atau “hebat”, tulisan-tulisan dan symbol- simbol yang menarik, pujian, hadiah, kegiatan-kegiatan diluar

(19)

pembelajaran, do’a dari guru, sentuhan-sentuhan fisik, kartu atau sertifikat, dan papan prestasi.

J.P Chaplin (2014: 436-437) memberikan penjelasan bahwa; para psikologi behavioristik lebih menyukai istilah reinforcement (penguatan), karena reward (hadiah/ganjaran) memiliki sedikit konotasi mentalistik dan berasosiasi dengan kepuasan, yaitu satu keadaan batiniah yang tidak dapat diamati. Sebagian besar psikolog, jika menyangkut pribadi anak-anak, khususnya dalam situasi pendidikan, menggunakan istilah reward. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan istilah antara reward (hadiah) dengan reinforcement dalam kegiatan pendidikan tidak menjadi suatu masalah yang krusial.

Menurut Djamarah (2011:164), “pujian adalah bentuk reinforcement (penguatan) yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik”. Menurut (Hasbullah, 2005:30) pujian dan hadiah merupakan tindakan pendidik yang fungsinya memperkuat penguasaan tujuan pendidikan tertentu yang telah dicapai oleh anak didik. Pujian dan hadiah harus diberikan pada saat yang tepat, yaitu setelah anak didik berhasil dan jangan diberikan sebagai janji karena akan dijadikan sebagai tujuan kegiatan yang dilakukan.

Penerapan pemberian reward merupakan strategi yang cukup efektif untuk menggerakkan motivasi belajar siswa. Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 oleh Dian Utami Ningsih yang berjudul “Pengaruh Pemberian Reward Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Materi Menulis Puisi siswa kelas V MI Al-Muawanatul

(20)

Khairiyah Jakarta Barat”. Dalam penelitian tersebut, kesimpulan yang dihasilkan adalah adanya pengaruh positif atas pemberian hadiah kepada siswa terhadap pembelajaran menulis puisi. Penelitian lain yang membuktikan bahwa pemberian reward dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa antara lain penelitian yang dilakukan oleh Nelly Sovia (2017) dengan judul “Pengaruh Pemberian Reward dan Punishment oleh Guru Minat Belajar, Disiplin Belajar terhadap Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 2 Sawahlunto”. Dalam penelitian tersebut, hasil yang didapatkan adalah pemberian reward berpengaruh signifikan terhadap minat belajar siswa mata Pelajaran Ekonomi kelas X SMA Negeri 2 Sawahlunto.

Perlu diketahui, keduanya juga memiliki efek yang berbeda jika diterapkan dalam suatu permasalahan. Lu, dkk (2013) dalam penelitianya yang berjudul “Effect of Reward and Punishment on Conflict Processing: Same or Different?” menghasilkan suatu kesimpulan yaitu reward dan punishment mampu mempengaruhi secara berbeda pada sebuah proses permasalahan dengan efek-efek yang ditimbulkan dari keduanya tidaklah bersifat tetap tergantung oleh tingkatan kesadaran. Efek-efek yang ditimbulkan bersifat berbeda jika kaitannya dengan hubungan nyata yang dapat diamati, akan tetapi tidak dalam kondisi hubungan yang sulit diamati.

Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Deti Deswati Rahman (2012) dengan judul “Pengaruh Pemberian Ganjaran (Reward) dan Hukuman (Punishment) terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Bidang Studi

(21)

Pendidikan Agama Islam di SMP Terpadu Fataha Kecamatan Tualang Kabupaten Siak”.

Kesimpulannya adalah tidak ada pengaruh yang signifikan pemberian ganjaran (reward) dan hukuman (punishment) terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama terpadu Fataha Kecamatan Tualang Kabupaten Siak.

Peneliti memilih lokasi sekolah MTs Negeri 2 Maros karena pada proses pembelajaran bahasa Indonesia, peneliti melihat dan menemukan kurangnya motivasi belajar yang berdampak buruk pada nilai ulangan atau ujian siswa tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Reward terhadap Peningkatan Nilai Ulangan Semester dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Maros”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pengaruh Reward terhadap peningkatan nilai ulangan semester dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII MTs Negeri 2 Maros?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh Reward terhadap

(22)

peningkatan nilai ulangan semester dalam pembelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VII MTs Negeri 2 Maros.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian kearah pengembangan kompetensi mengajar guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan pemberian hadiah (reward) kepada siswa dalam meningkatkan motivasi belajar terutama pencapaian nilai ujian/ ulangan di dalam kelas. Selain itu, penelitian ini bisa menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian yang lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, dapat memberikan informasi bagi para guru agar meningkatkan kualifikasinya sebagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme dan mengetahui sejauh mana pengaruh pemberian hadiah terhadap nilai siswa.

b. Bagi siswa, dapat memberikan motivasi belajar di dalam kelas melalui pemberian hadiah (reward) sehingga nilai ujian/ ulangan sesuai yang diinginkan.

(23)

c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai temuan awal untuk melakukan penelitian lanjut tentang metode dan strategi yang digunakan untuk meningkatkan minat, motivasi dan keaktifan siswa di dalam kelas sehingga nilai yang dicapai memuaskan.

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dari penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 oleh Dian Utami Ningsih yang berjudul “Pengaruh Pemberian Reward Terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Materi Menulis Puisi siswa kelas V MI Al-Muawanatul Khairiyah Jakarta Barat”. Penelitian ini berbentuk skripsi. Fokus penelitian ini adalah hasil belajar pada materi menulis puisi. Dalam penelitian tersebut menyimpukan adanya pengaruh positif atas pemberian hadiah kepada siswa terhadap pembelajaran menulis puisi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Nelly Sovia (2017) dengan judul “Pengaruh Pemberian Reward dan Punishment oleh Guru Minat Belajar, Disiplin Belajar terhadap Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 2 Sawahlunto”. Dalam penelitian tersebut, hasil yang didapatkan adalah pemberian reward berpengaruh signifikan terhadap minat belajar siswa mata Pelajaran Ekonomi kelas X SMA Negeri 2 Sawahlunto. Fokus penelitian ini adalah meningkatan motivasi belajar dengan pemberian ganjaran dan hukuman pada siswa.

Selain itu, penelitian pemberian hadiah juga pernah dilakukan oleh Richa Puspitasari (2015) dengan judul “Pengaruh Pemberian Hadiah terhadap Kemandirian Belajar Anak di TK Tunas Muda Karas Kabupaten

(25)

Magetan”. Penelitian ini berupa skripsi. Fokus penelitian ini adalah kemandirian belajar anak di TK Tunas Muda. Kesimpulan penelitian ini adalah adanya pengaruh yang sangat positif terhadap kemandirian belajar anak di TK Tunas Muda Karas Kabupaten Magetan.

Penelitian ini relevan dengan ketiga penelitian tersebut, karena subjek penelitian sama-sama mengkaji tentang pengaruh janji guru (reward). Selain itu, teknik penelitian yang digunakan sama-sama menggunakan penelitian eksperimen. Adapun faktor yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada hasil temuan penelitian dan objek yang peneliti teliti.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan sumbangsi bagi peneliti untuk menlakukan penelitian yang serupa namun untuk tingkat SMP/MTs. Peneliti mencoba menggunakan metode pemberian hadiah (reward) dalam pembelajaran bahasa Indonesia terhadap peningkatan nilai ulangan semester siswa kelas VII D MTs Negeri 2 Maros.

2. Teori Belajar Behavioristik

Manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian di dalam lingkungannya, yang kelak akan memberikan pengalaman tertentu kepadanya. Belajar merupakan perubahan tingakah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (Stimulus-respon).

Dengan kata lain, belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respon. Adapun

(26)

akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respon, peserta didik mengalami pengalaman baru, yang menyebabkan mereka mengadakan tingkah laku dengan cara yang baru.

Teori yang dikelompokkan kedalam teori belajar behavioristik, antara lain : Teori belajar koneksionisme dengan tokoh Edward Lee Thorndike, Teori belajar classical conditioning dengan tokoh Pavlov, dan Teori belajar Descriptive behaviorism atau operant conditioning dengan tokoh Skinner.

a. Teori Belajar Koneksionisme

Thorndike, sebagai tokoh dalam teori belajar koneksionisme, adalah pelopor yang mengakui adanya hubungan antara stimulus dan respon. Ekperimen Thorndike yang menyebabkan adanya teori belajar koneksionisme adalah sebagai berikut : kucing lapar dimasukkan ke dalam sangkar (puzzle box) dan di luar diletakkan daging. Kucing lapar ini melakukan berbagai tingkah laku untuk keluar dari sangkar. Pada saat tidak sengaja dia memijak tombol, pintu sangkar terbuka dan kucing keluar dari sangkar untuk makan daging yang telah disediakan.

Setelah percobaan ini dilakukan berkali-kali ternyata tingkah laku kucing keluar dari sangkar menjadi semakin efisien. Ini berarti selama eksperimen, kucing dapat memilih atau menyeleksi respon yang berguna dan respon yang tidak berguna. Respon yag berhasil membuka pintu, yaitu menginjak tombol akan diingat, sedangkan respon yang lain tidak berguna dilupakan. Dari eksperimen ini dapat disimpulkan

(27)

bila belajar dapat terjadi dengan dibentuknya hubungan, atau ikatan, atau bond, atau asosiasi, atau koneksi neural yg kuat antara stimulus dan respon. Dengan ini teori Thorndike disebut teori koneksionisme.

Agar tercapai hubungan antara stimulus dan respon, perlu adanya kemampuan untk mmilih respon yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percoban (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Dengan ini Thorndike mengutarakan bila bentuk paling dasar dari belajar adalah “Trial and error learning atau selecting and connecting lerning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu.

1) Hukum-hukum Belajar dari Thorndike

Thorndike merumuskan hasil eksperimennya kedalam tiga hukum dasar (hukum primer) dan lima hukum tambahan. Adapun hukum dasar dari Thorndike adalah sebagai berikut :

a) Bila seseorang telah siap melakukan sesuatu tingkah laku, dan pelaksanaan tingkah laku tersebut memberi kepuasan baginya, maka ia tidak melakukan tingkah laku lain karena tingkah laku tersebut telah memberi kepuasan baginya. Contoh : seseorang yang sudah benar-benar siap untuk menempuh ujian, maka dia sangat puas bila ujian tersebut benar-benar dilakukan dia akan mantap dan tegang selama mengerjakan ujian, dan tidak berusaha untuk menyontek.

(28)

b) Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, tetapi tidak dilakukan tingkah laku tersebut, maka akan timbul kekecewaan baginya sehingga menyebabkan dilakukannya tingkah laku lain untuk mengurangi kekecewaannya. Contoh: seseorang yang sudah belajar tekun sehingga sudah benar-benar siap untuk ujian tetapi jadwal ujian tiba-tiba diundur, maka dia sangat kecewa. Untuk mengurangi kekecewaannya, di membuat gaduh di dalam kelas, atau protes.

c) Bila seseorang belum siap melakukan tingkah laku tetapi ia harus melakukannya, maka dilaksanakannya tingkah laku tersebut akan menimbulkan ketidakpuasan, sehingga ia melakukan tingkah laku lain untuk menghalangi terlaksananya tingkah laku tersebut. Contoh: peserta didik yang tiba-tiba diberi tes atau ulangan tanpa diberitahu terlebih dahulumaka mereka protes supaya tes dibatalkan, karena mereka belum siap.

d) Bila seseorang belum siap melakukian suatu tungkah laku maka tidak dilaknukannya tingkah laku tersebut akan menimbulokan kepuasan. Contoh: peserta didik menjadi sangat puas dan legah setelah ada pengumuman bila ulangan diundur satu minggu, karena dia merasa belum belajar sehingga belum siap untuk menempuh ulangan.

(29)

Hukum ini dibagi dua, yaitu hukum penggunaan (the law of use) dan hukum tidak ada penggunaan (the law of disuse). The law of use menyatakan bahwa dengan latihan berulang-ulang maka hubungan stimulus dan respon makin kuat. The law of disuse menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan rspon melemah bila latihan dihentikan.

Dari hukum ini dapat diambil inti sarinya, bila prinsip utama belajar adalah ulangan. Makin sering suatu pelajaran diulangi, makin dikuasilah pelajaran tersebut, dan makin tidak pernah diulangi, pelajaran tersebut tidak dapat dikuasai.

3) Hukum akibat (The Law Of Effect)

Hukum ini menyatakan bahwa hubungan stimulus respon diperkuat bila akibatnya memuaskan dan diperlemah bila akibatnya tidak memuaskan. Dengan perkataan lain, suatu perbuatan yang diikuti oleh akibat yang menyenangkan, cenderung untuk diulang, dan apabila akibatnya tidak menyenangkan maka akan cenderung dihentikan.

Dalam hal ini terdapat hubungan yang erat anatar hadiah dan hukuman. Tingkah laku yang menghasilkan hadiah akan terus dilakukan, sedangkan yang mengakibatkan hukuman akan dihentikan. Contoh : peserta didik yg menyontek tetapi didamkan saja, justru diberi nilai A, maka pada kesempatan lain akan menyontek lagi. Tetapi peserta didik tersebut ditegur atau

(30)

dipindhkan tmpt duduknya sehingga teman-temannya tahu kalau menyontek, maka dia akan malu dan tidak akan menyontek lagi.

Selanjutnya Thorndike melengkapi hukum-hukum tersebut diatas dgn hukum tambahan yaitu:

a) Multiple Respons atau reaksi yang bervariasi. Merepakan langkah permulaan dalam proses belajar. Melalui proses trial and error seseorang akan terus melakukan respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

b) Set attitude atau sikap adalah situasi di dalam diri individu yang menentukan apakah sesuatu itu menyenangkan atau tidak bagi individu tersebut. Situasi ini ada yang bersifat sementara, misalnya kelelahan, lapar, emosi, dan ada yang lebih bersifat menetap, misalnya latar belakang kebudayaan dan factor keturunan. Proses belajar individu dapat berlangsung dengan baik, lancar bila situasi menyenangkan, dan proses belajar akan terganggu bila situasi tidak menyenangkan.

c) Prinsip aktivitas berat sebelah (partial/prepotency of element) merupakan suatu prinsip yang menyatakan bahwa manusia memberikan respon hanya pada aspek tertentu sesaui dengan persepsinya terhadap keselurahan situasi (respon selektif). Dengan demikan orang dapat memberi respon yang berbeda pada stimulus yang sama. Ini berarti bahwa dalam proses

(31)

belajar, seseorang harus memperhatikan lingkungan yang sangat komplek yang dapat memberi kesan yang berbeda untuk orang yang berbeda.

d) Respons by analogi atau transfer of training. Menurut perinsip ini manusia dapat melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami melalui pemindahan atau transfer unsur-unsur yang telah mereka kenal kepada situasi baru. Prinsip ini dikenal pula dengan sebutan theory of identical elemnts yang menyatakan bahwa makin banyak unsur yang identik, maka proses transfer akan semakin mudah. Contoh : peserta didik di rumah dapat membaca koran walaupun tidak pernah diberi pelajaran membaca koran, karena huruf-huruf yang terdapat dikoran identik dengan huruf-huruf yang dipelajari di sekolah.

Dengan lahirnya konsep transfer of training, Thorndike berharap agar pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh peserta didik di sekolah dapat diterapkan untuk berbagai keperluan sekolah. Dengan kata lain agar ada transfer dari sekolah kemasyarakat. Untuk terlaksanya hal ini, unsur-unsur di sekolah diusahakan sebanyak mungkin identik dengan unsur-unsur dimasyarakat. Misalnya kurikulum di sekolah, suasana kelas dibuat sedemikin rupa sehingga mencakup tugas-tugas dan kemampuan yang diperlukan di luar sekolah.

(32)

Teori belajar koneksionisme dapat diterapkan dalam proses pembelajaran antara lain sebagai berikut:

1. Guru dalam proses pembelajaran, jangan hanya mengharapkan peserta didiknya tahu apa yang telah diberikan, tetapi yang terutama, guru harus tahu apa yang harus diberikan kepada peserta didik.

2. Dalam proses pembelajaran, tujuan pembelajaran yang harus dicapai harus dirumuskan dengan jelas, dan harus masih dalam jangkauan kemampuan peserta didik.

3. Dalam proses pembelajaran, motivasi tidak terlalu penting karena perilaku peserta didik terutama ditentukan oleh external reward, bukan oleh intrinsic motivation. Yang lebih penting ialah adanya respon-respon yang benar terhadap stimulus.

4. Ulangan yang teratur perlu, sebagai umpan balik guru, apakah proses pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai atau belum.

5. Peserta didik yang sudah dapat belajar dengan baik, segera diarahkan.

6. Situasi belajar dibuat mirip dengan kehidupan nyata dalam masyarakat sebagnyak mungkin, sehigga dapat terjaidi transfer dari dalam kelas ke lingkungan luar kelas.

(33)

7. Materi pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik harus digunakan di luar sekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari.

8. Apabila guru memberi masalah yang sulit, melebihi kemampuan peserta didik, tidak akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkna permasalahannya.

b. Teori Belajar Classical Conditioning

Classical Conditioning atau kodisioning klasik, ditemukan oleh Ivan P. Pavlov, seorang ahli fisiologi Rusia. Waktu Pavlov melakukan proses pencernaan ada anjing melihat daging, atau mendengar langkah kaki majikannya mendekat. Berdasarkan penemuan ini, Pavlov mengadakan eksperimen di laboratorium, dengan cara sebagai berikut: Anjing yang telah dioperasi kelenjar ludahnya, supaya diukur sekresi ludahnya, kemudian dilaparkan. Setelah itu bel dibunyikan selama 30 detik, kemudian tepung daging diberikan kepada anjing. Pada saat bel dibunyikan, anjing tidak mengeluarkan air liur, tetapi pada saat daging didekatkan, anjing mengeluarkan air liur. Percobaan ini dilakukan berulang-ulang dengan jarak 15 menit. Setelah diulang sampai 32 kali, baru mendenar bel, anjing sudah mengeluarkan air liur. Setelah daging diberika kepada anjing, keluarnya air liur bertambah banyak.

Berdasarkan eksperimen ini, Pavlov memberi nama stimulus dan respon sebagai berikut :

(34)

1) Daging dapat menimbulkan keluarnya air liur,pada anjing disebut perangsang tak bersyarat, perangsang tak wajar, perangsang alami, atau unconditioned stimulus (US). Disebut demikian karena memang sudah sewajarnya kalau daging dapat merangsang anjing. 2) Air liur yang keluar karena anjing melihat daging atau mencium

bau daginmg, disebut respon tak bersyarat, unconditioned respons (UR), respon alami, respon wajar.

3) Bunyi bel yang menyebabkan anjing mengeluarkan air liur, disebut conditioning stimulus (CS), perangsang tak wajar, perangsang tak alami, perangsang bersyarat.

4) Air liur yang keluar karena anjing mendengar bel, disebut respon bersyarat conditioning respons (CR), respon tak wajar, respon tak alami.

Penerapan teori conditioning dalam belajar. Jika mata pelajaran termasuk CS sikap guru termasuk US, dan respon peserta didik termasuk UR atau CR, maka akan terjadi hal sebagai berikut:

1) Mata pelajaran Bahasa Indonesia (CS) + guru yang baik (US) peserta didik mempunyai respon positif (UR), yang berarti peserta didik senang pada cara guru mengajar Bahasa Indonesia dengan baik. Jika hal ini dilakukan dengan berkali-kali, maka akan terjadi: mata pelajaran Bahasa Indonesia (CS) peserta didik mempunyai respon positif terhadap mata pelajaran Mate-matika (CR).

(35)

2) Mate-matika (CS) + guru otoriter (US) respon peserta didik negatif (UR). Jika hal ini dilakukan berkali-kali maka akan terjadi hal sebagai berikut: mata pelajaran Bahasa Indonesia (CS) respon peserta didik terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia negatif (CR).

c. Teori Belajar Descriptive Behaviorism atau Operant Conditioning Tokoh dari teori ini bernama Burrhus Frederic Skinner, dan lebih terkenal dipanggil Skinner. Seperti Pavlov, Skinner memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dengan respon, tetapi Skinner memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dengan respon, tetapi Skinner membedakan dua macam respon yaitu:

1) Respon yang ditimbulkan oleh perangsang tertentu dan disebut respondent respons. Jadi respon ini timbul karena didahulu perangsang tertentu. Perangsang seperti ini disebut eleciting stimuli, dan hanya menimbulkan respon secara relatif menetap. Misalnya makanan hanya dapat menyebabkan keluarnya air liur. 2) Respon yang timbul dan berkembang diiukuti oleh

perangsang-perangsang tertentu. Respon seperti ini disebut operant respons atau instrumental respon. Perangsangnya disebut reinforce, karena perangsang tersebut memperkuat respon yang telah dilakukan oleh organisme. Fokus teori Skinner pada jenis operant respon sehingga teori belajarnya disebut teori belajar operant conditioning.

(36)

Skinner membuat eksperimen sebagai berikut: dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan, dalam kotak yang disebut “Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik.

Karena dorongan lapar (hunger drive), tikus berusaha keluar untuk mencari makan. Selama tikus bergerak kesana-kemari untuk keluar dari box, tidak sengaja ia menekan tombol. Banyaknya penekan persatuan waktu dihitung sebagai tingkah operant penekan, sebelum terbentuk operant conditioning. Keadaan ini disebut garis dasar (base line), atau level operant. Pada saat itu belum ada makan yang jatuh ditempat penampungan makanan. Selanjutnya langkah-langkah eksperimen dilakukan sebagai berikut:

a) Waktu tikus jauh dari tempat makanan, eksperimenter menjatuhkan makanan pada penampung makanan dan tikus memakannya.

b) Eksperimenter menjatuhkan makanan, setelah tikus bergerak kian kemari.

c) Eksperimenter menjatuhkan makanan, setelah tikus mendekati tombol.

(37)

d) Setelah tikus menginjak tombol, baru ada makanan yang jatuh dipenampungan makanan.

e) Setiap tikus menginjak tombol, ada makanan yang jatuh dipenampungan makanan. Makin lama tikus makin sering menginjak tombol.

Teori-teori Skinner dapat diterapkan dalam proses pembelajaran antara lain sebagai berikut :

1. Hasil belajar harus segera diberitahuakan kepada peserta didik, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat. 2. Proses belajar harus mengikuti irama dari yang mengajar. 3. Materi pelajaran, digunakan sistem modul.

4. Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.

5. Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. 6. Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan

sebaiknya hadiah diberikan dengan menggunakan jadwal. Sebagai ilustrasi, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia menghendaki agar siswa di dalam satu kelas mendapat nilai ulangan di atas kriteria ketuntasan minimal (65). Upaya yang dilakukan oleh guru sebelum membagikan soal ulangan (tes), yakni ia memberi motivasi terlebih dahulu kepada peserta didik agar mereka merasa bersemangat pada saat mengerjakan tes tersebut.

(38)

Selain itu, guru juga berjanji akan memberi hadiah (reward) kepada tiga siswa yang memperoleh nilai tertinggi. Hal ini tentu saja akan membuat peserta didik merasa ingin bersaing mendapat hasil ulangan yang maksimal di dalam kelasnya.

3. Pemberian Reward dalam Pembelajaran a. Pengertian Reward

Reward (ganjaran) merupakan suatu bentuk teori penguatan positif yang bersumber dari teori Behavioristik. Ganjaran menurut bahasa, berasal dari bahasa inggris reward yang berarti penghargaan atau hadiah. Sedangkan reward menurut istilah ada beberapa hal, diantaranya : Menurut Ngalim Purwanto reward adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa reward adalah salah satu alat pendidikan. Sebagai alat yang mempunyai arti penting dalam pembinaan watak anak didik.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa reward adalah segala sesuatu yang berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan kepada siswa karena hasil baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan agar senantiasa melakukan pekerjaan yang positif, terpuji, dan membanggakan.

Peranan reward dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan

(39)

perilaku siswa. Hal ini berdasarkan atas berbagai pertimbangan logis, diantaranya reward ini dapat menimbulkan motivasi belajar siswa dan dapat mempengaruhi perilaku positif dalam kehidupan siswa. Manusia selalu mempunyai cita-cita, harapan, dan keinginan.Inilah yang dimanfaatkan oleh metode reward. Maka dengan metode ini seseorang mengerjakan perbuatan baik atau mencapai suatu prestasi yang tertentu diberikan suatu reward yang menarik sebagai imbalan.

Reward merupakan alat pendidikan yang mudah dilaksanakan dan sangat menyenangkan bagi para siswa. Maka dari itu, reward dalam suatu proses pendidikan sangat dibutuhkan kebenarannya demi meningkatkan motivasi belajar bagi siswa. Maksud dari pendidik memberikan reward kepada siswa adalah supaya siswa menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau mempertinggi prestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain siswa menjadi lebih keras kemauannya untuk belajar lebih baik.

Jadi, diharapkan dengan adanya metode pemberian (reward) siswa akan lebih giat belajar dan termotivasi untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik di dalam kelas sehingga mencapai hasil belajar yang maksimal.

b. Prinsip-prinsip Reward

Dalam pemberian reward ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh orang tua maupun guru. Prinsip-prinsip itu menurut Lukman bin Ma’sa adalah sebagai berikut:

(40)

1) Penilaian berdasarkan perilaku dan pelaku 2) Pemberian reward harus ada batasnya 3) Reward berupa perhatian

4) Dimusyawarahkan kesepakatannya 5) Distandarkan pada proses, bukan hasil.

Guru harus memiliki tahapan dari yang sifatnya reward ringan (pujian) sampai reward yang sifatnya materi, dan juga memiliki batasan dalam pemberian reward agar siswanya tidak beranggapan bahwa reward itu adalah upah bagi mereka yang telah berbuat baik atau berprestasi di dalam kelas.

c. Tujuan Reward

Secara garis besar, tujuan reward adalah : 1) Menarik (Attract)

Pemberian reward harus mampu menarik minat peserta didik sehingga ia mampu mengeluarkan segala kompetensi yang dimilikinya.

2) Mempertahankan (Retain)

Reward juga bertujuan untuk memberi dorongan kepada siswa yang berprestasi untuk dapat tetap mempertahankan prestasi yang sudah diraih di sekolah atau di kelas.

(41)

Sistem reward yang baik harus mampu meningkatkan motivasi peserta didik untuk mencapai prestasi yang jauh lebih maksimal.

Mengenai masalah reward, peneliti membahas tentang tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward. Hal ini dimaksudkan, agar dalam berbuat sesuatu bukan karena perbuatan semata-mata, namun ada sesuatu yang harus dicapai dengan perbuatannya, karena dengan adanya bertujuan akan memberi arah dalam melangkah.

Tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward adalah untuk lebih mengembangkan dan mengoptimalkan motivasi yang bersifat intrinsik dan motivasi ektrinsik, dalam artian siswa melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan itu timbul dari kesadaran siswa itu sendiri. Dengan adanya reward, diharapkan dapat membangun suatu hubungan yang positif antara guru dan siswa, karena reward itu adalah bagian daripada penjelmaan dari rasa cinta kasih sayang seorang guru kepada siswanya.

d. Jenis-jenis Pemberian Reward

Reward adalah metode yang bersifat positif terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Reward yang diberikan kepada siswa ada berbagai macam bentuk. Menurut Ag Soejono,pada garis besarnya terbagi empat macam, yaitu:

(42)

Pujian adalah satu bentuk ganjaran yang paling mudah dilaksanakan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus sekali dan sebagainya, tetapi dapat juga berupa kata-kata yang bersifat sugestif. Di samping berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertanda-pertanda. Misalnya dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan dan sebagainya.

2) Penghormatan

Ganjaran berupa penghormatan dapat berbentuk dua macam, yaitu: Pertama, berbentuk semacam penobatan, yaitu anak yang mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan di hadapan teman-temannya, dapat juga di hadapan teman-temannya sekelas, teman-teman sesekolah, atau mungkin juga di hadapan para teman dan para orang tua murid; Kedua, penghormatan berbentuk pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu, misalnya kepada anak yang berhasil menyelesaikan suatu soal yang sulit, disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk dicontoh teman-temannya. Anak yang rajin diserahi wewenang/tugas untuk mengurusi perpustakaan sekolah. Anak-anak yang senang bekerja diberi tugas untuk membantu guru memelihara alat-alat pelajaran, dan sebagainya.

(43)

Hadiah yang dimaksud di sini adalah ganjaran yang berbentuk pemberian baik dari segi barang maupun meteri.

4) Tanda Penghargaan

Jika hadiah merupakan ganjaran berupa barang, maka tanda penghargaan adalah kebalikannya. Tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan barang-barang tersebut seperti halnya hadiah, melainkan tanda penghargaan dinilai dari segi "kesan" atau "nilai kenangannya". Oleh karena itu, ganjaran berupa tanda penghargaan disebut juga ganjaran simbolis. Ganjaran simbolis dapat berupa surat-surat tanda penghargaan, surat tanda jasa, sertifikat, piala dan sebagainya. Tanda penghargaan yang diperoleh anak akan merupakan sumber pendorong bagi perkembangan anak selanjutnya.

Pada penelitian ini, peneliti lebih fokus pada penerapan metode pemberian hadiah di dalam kelas baik dari segi barang maupun meteri. Contohnya yaitu, pemberian bingkisan, buku bermanfaat, makan bersama, nonton bersama, dan sebagainya. e. Kelebihan Metode Pemberian Reward

1) Memicu siswa untuk berkompetisi.

2) Memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif. 3) Memotivasi belajar siswa dapat tumbuh dan berkembang secara

(44)

4) Dapat menjadi pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh pujian dari gurunya; baik dalam tingkah laku, sopan santun ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih baik. Proses ini sangat besar kontribusinya dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan. f. Kekurangan Metode Pemberian Reward

1) Terkadang dapat menjadi beban pisikologis tersendiri bagi siswa pemalas dan miliki mental lemah.

2) Pada umumnya terfokus pada siswa yang aktif.

3) Dapat menimbulkan dampak negatif apabila guru melakukannya secara berlebihan, sehingga siswa menjadi merasa bahwa dirinya lebih tinggi dari teman-temannya.

4) Membutuhkan biaya tambahan untuk menyiapkan hadiah. 4. Ulangan (Evaluasi) dalam Pembelajaran

a. Defenisi Ulangan

Ulangan atau evaluasi prestasi belajar tentunya tidak asing lagi ditelinga perserta didik apalagi tenaga pendidik. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Sedangkan pengertian ulangan yang terlampir dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional “Ulangan adalah

(45)

proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik”.

Selain itu, para ahli mengemukakan pengertian evaluasi prestasi belajar. Menurut Ratumanan (Hamalik, 2011:120), evaluasi prestasi belajar dapat dinyatakan sebagai suatu proses sistematika dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan instruksional pembelajaran. Ralp Tyler (dalam Arikunto, 2011) menyatakan bahwa “Evaluasi prestasi belajar merupakan sebuh proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya, mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai”.

Senada dengan pengertian-pengertian yang telah dikemukan sebelumya, dapat ditarik kesimpulan bahwa ulangan atau evaluasi prrestasi belajar adalah suatu proses sistematika yang mengukur, menelaah, manafsirkan, dan mempertimbangkan sekaligus memberikan umpan balik (feed back) untuk mengetahui tingkat pencapaian terhadap tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan serta digunakan sebagai informasi untuk membuat keputusan

b. Tujuan Ulangan/Evaluasi

Sudijono (Hamalik, 2011:122) menyatakan bahwa secara umum tujuan evaluasi prestasi belajar adalah untuk: (1) menghimpun

(46)

bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu; dan (2) mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.

Kegiatan evaluasi prestasi belajar juga mempunyai tujuan khusus, yaitu :

1) Merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan pendidikan

2) Menemukan factor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.

c. Prinsip-prinsip Evaluasi Prestasi Belajar

Menurut Daryanto (2011:124), terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatiakan dalam melakukan evaluasi prestasi belajar, yaitu: 1) Keterpaduan

Tujuan instruksional, materi, metode, pengajaran, serta evaluasi merupak tiga kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Oleh karena itu, perencanaan evaluasi prestasi belajarharus ditetapkan pada waktu menyusun suatu pengajaran

(47)

sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan instruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.

2) Keterlibatan Peserta Didik

Untuk mengetahui sejauh mana peserta didik berhasil dalam kegiatan belajar-mengajar yang dijalani secara efektif, peserta didik membutuhkan evaluasi. Penyajian evaluasi oleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan peserta didik akan informasi menganai kemajuan dalam program belajar mengajar.

3) Koherensi

Dalam hal ini, tes ulangan atau evaluasi harus berkaitan dan sesuai dengan materi pengajaran yang telah diajarkan di dalam kelas.

4) Pedagogis

Evaluasi dan hasil hendaknya dapat dipakai sebagai alat motivasi untuk para peserta didik dalam kegiatan belajarnya.

5) Akuntabilitas

Evaluasi belajar dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan, sehingga dapat diketahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.

Dalam merencanakan dan melakukan tes atau evaluasi kepada siswa, seorang guru hendaknya dan dituntut untuk selalu

(48)

berpegang pada prinsip-prinsip tersebut. Hal itu dimaksudkan agar seorang guru dapat bertindak dan berusaha seobjektif mungkin dalam mengadakan dan memberi nilai dari hasil evaluasi pembelajaran.

d. Macam-macam Ulangan atau Evaluasi dalam Dunia Pendidikan Secara garis besar, ulangan di dalam lingkungan sekolah adalah: 1) Ulangan Harian

Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik atau siswa setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.

2) Ulangan Tengah Semester (UTS)

Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 sampai 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.

3) Ulangan Akhir Semester (UAS)

Ujian akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

(49)

Ulangan kenaikan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik diakhir semester genap untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester genap pada satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan KD pada semester tersebut.

5) Ujian Sekolah/Madrasah

Ujian sekolah/madrasah adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk memperoleh pengakuan atas prestasi belajar dan merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan. Mata pelajaran yang diujikan adalah mata pelajaran kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak diujikan dalam ujian nasional dan aspek kognitif dan/atau psikomotorik kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian yang akan diatur dalam POS Ujian Sekolah/Madrasah.

6) Ujian Nasional (UN)

Ujian nasional adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.

(50)

B. Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat 2 kelas, yaitu kelas eksperimen/ treatment dan kelas kontrol. Kelas eksperimen/treatment adalah kelas yang diberikan tindakan (reward), sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang tidak diberikan tindakan (tidak diberi reward). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah pemberian dan tanpa pemberian reward dapat berpengaruh pada ulangan siswa kelas VII D MTs Negeri 2 Maros.

Reward (x)

Tidak Berpengaruh Berpengaruh

Nilai Ulangan Semester siswa Kelas VII D MTs Negeri 2 Maros

(y) Kelas Eksperimen/Treatment (VII D) Kelas Kontrol (VII C)

(51)

C. Hipotesis

Dari uraian kerangka pikir di atas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut: 1) Pemberian rewatd pada pembelajaran Bahasa Indonesia diduga tidak

berpengaruh terhadap peningkatan nilai ulangan semester siswa kelas VII D MTs Negeri 2 Maros.

2) Pemberian reward pada pembelajaran Bahasa Indonesia diduga berpengaruh positif terhadap peningkatan nilai ulangan semester siswa kelas VII D MTs Negeri 2 Maros.

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitan 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen (Experimental Research). Penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari suatu perlakuan/tindakan/treatment yang dikekan pada subjek yang diteliti. Peneletian ini akan membandingkan 2 kelas yakni kelas eksperimen (yang diberi reward) dan kelas kontrol (tidak mendapat reward). Penelitian eksperimen semu (quasy experiment) dalam penelitian ini dievaluasi atau diterapkan untuk melihat peningkatan nilai ulangan semester pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Desain Penelitian

Desain eksperimen dalam penelitian ini adalah Non-Randimize Control Group Postest Design. Pelaksanaan penelitian ini diperlukan 2 kelompok kelas, yaitu :

a) Kelas eksperimen/treatment adalah kelompok siswa yang dijanjikan dengan pemberian hadiah (reward).

b) Kelas kontrol adalah kelompok siswa yang tidak dijanjikan hadiah (reward).

(53)

Tabel 3.1 : Desain Penelitian

Non-Randimize Control Group Postest Design

Kelas Treatment Tes

Eksperimen Pemberian Hadiah (XE) Peningkatan Nilai (Y)

Kontrol Tanpa Pemberian Hadiah (XP) Peningkatan Nilai (Y)

Keterangan :

XE : Treatment yang dilakukan di kelas eksperimen, yaitu penerapan

ulangan dengan pemberian hadiah.

Xp : Treatment yang dilakukan di kelas kontrol, yaitu penerapan ulangan

tanpa pemberian hadiah. Y : Tes akhir.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri 2 Maros, Lingkungan Bonto Puasa, Kelurahan Adatongeng, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Tahun Ajaran 2017-2018

2. Waktu Penelitian

(54)

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Dalam penelitian ini, populasinya adalah siswa-siswi kelas VII MTs Negeri 2 Maros dengan jumlah siswa sebanyak 124 orang (terdiri dari 66 laki-laki dan 58 perempuan). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Maros

No. Kelas Jenis Kelamin Jumlah Ket. Laki-laki Perempuan 1 VII A 16 16 32 2 VII B 18 13 31 3 VII C 18 14 32 4 VII D 14 15 29 Jumlah 66 58 124 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel adalah meneliti keseluruhan populasi. Suharsimi Arikunto (1996:117), menegaskan apabila subjek atau populasi eksperimen kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semuanya, sehingga eksperimen yang dipakai termasuk model eksperimen populasi.

Dalam penelitian ini, dipakai teknik sampling model quota sampling, yang terbagi dalam bentuk populasi (kelas-kelas). Dimana dua

(55)

kelas, satu kelas sebagai kelompok yang tidak diberi perlakuan reward (kelas VII C, berjumlah 32 siswa) dan satu kelas sebagai kelompok yang diberi perlakuan reward (kelas VII D, berjumlah 29 siswa). Dengan demikian, jumlah sampel secara keseluruhan ada 61 siswa.

D. Definisi Operasional Variabel

Sugiyono (2011: 38) menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Arikunto (2006: 118) menyatakan bahwa variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian.

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel ini merupakan variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemberian reward.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan nilai ulangan semester siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang dinyatakan dengan skor hasil tes. E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes atau soal. Walaupun beberapa tes bersifat deskriptif namun yang dihasilkan pasti tetap mengarah kepada karakteristik atau kualifikasi dan hasil pengukuran.

(56)

Tujuan tes ini untuk mengukur pemahaman siswa selama menerima materi di dalam kelas. Namun, sebelum suatu instrumen digunakan, terlebih dahulu harus dilakuakan uji coba yang berguna untuk mengetahui validitas dan reliabilitas alat ukur instrument tersebut. validitas adalah suatu standar ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kesahihan suatu instrumen sedangkan reliabilitas adalah pengukuran atau serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang meskipun dengan tempat yang berbeda.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah ujian atau tes. Teknik ini merupakan salah satu cara untuk mengukur kemampuan seseorang khususnya siswa. Teknik ini dianggap akurat sehingga banyak tenaga pendidik yang memilih teknik ini.

Ujian atau tes yang muncul atau diangkat ke dalam ulangan semester tidak lepas materi-materi yang telah dipelajari siswa. Materi yang diajarkan di kelas VII selama semester genap terdiri 4 bagian/materi, yaitu; Menjelajahi Buku Fiksi dan Nonfiksi, Surat Dinas dan Surat Pribadi, Puisi Rakyat, dan Cerita Fabel.

Soal ulangan yang berupa tes akan dirangkum menjadi 30 butir soal, terdiri dari 25 soal pilihan ganda dan 5 soal essay atau isian (tergantung pada kesepakatan guru mata pelajaran). Soal tes inipun tidak langsung serta merta dibuat oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia, begitupun dengan sistem atau bobot penilaiannya di MTs Negeri 2 Maros ini, akan tetapi melalui

(57)

kesepakatan dan keputusan hasil Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di kabupaten Maros.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan 2 kali tes atau ulangan untuk kelas VII C dan VII D. Tes awal dilakukan di kelas VII C dan kelas VII D tanpa dijanji reward, sedangkan tes akhir dilakukan dengan cara salah satu kelas yang mendapat nilai ketuntasan terendah akan diterapkan atau diberi perlakuan reward, yakni kelas VII D. Tes awal disebut dengan eksperimen I (pre-test) dan tes akhir disebut eksperimen II (post-test).

test dan post-test dilaksanakan dengan waktu yang berbeda. Pre-test dilakukan sebelum jadwal ulangan semester, sedangkan post-Pre-test dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2018 atau sesuai jadwal ulangan semester yang telah ditetapkan dan disepakati oleh pihak MTs se-kabupaten Maros.

Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti sebagai berikut:

1. Peneliti terlebih dahulu menanyakan jadwal ulangan semester kepada guru mata pelajaran.

2. Peneliti dan guru pengawas bersama-sama mengawasi jalannya proses ulangan di dalam kelas, baik di kelas eksperimen/treatment maupun kelas kontrol.

3. Setelah siswa mengumpulkan lembar jawaban, guru pengawas memberi lembar kerja siswa kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah itu, guru mata pelajaran atau peneliti segera memeriksa lembar jawaban siswa (tergantung pada kesepakatan).

(58)

4. Peneliti mengumpulkan data yang berupa nilai pre-test dan post-test yang didapatkan setiap siswa, baik siswa pada kelas treatment maupun kelas kontrol.

5. Setelah peneliti mendapatkan data (nilai) Ulangan Semester siswa, langah terakhir yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan analisis data pada kelas treatment dan kelas kontrol.

G. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif. Teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan program Excel Worksheet dapat memudahkan peneliti dalam membandingkan hasil nilai yang didapatkan siswa melalui ulangan pre-test dan post-test kelas kontrol (VII C) maupun kelas eksperimen (VII D).

Selain itu, penggunaan program Excel ini diharap akan memudahkan peneliti dalam menemukan, menentukan dan menghitung nilai minimal (terendah), maksimal (tertinggi), rata-rata nilai yang didapatkan dalam satu kelas, dan persentase siswa yang mendapat nilai tuntas dan tidak tuntas baik yang diperoleh kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini memuat uraian tentang data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur yang diuraikan dalam Bab III. Paparan data diperoleh dari pengamatan yang terjadi di lokasi penelitian yakni di MTs Negeri 2 Maros, lingkungan Bonto Puasa, Kelurahan Adatongeng, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros dengan melalui tes.

Ulangan semester genap mata pelajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan serentak di kelas VII dan VIII pada tanggal 21 Mei 2018. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sampling model quota sampling, yang terbagi dalam bentuk populasi (kelas-kelas).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelas. Satu kelas sebagai kelas kontrol yakni kelompok yang tidak diberi perlakuan reward (VII C) dan satu kelas sebagai kelas treatment/eksperimen yakni kelompok yang diberi perlakuan reward (VII D). Kelas kontrol terdiri dari 32 siswa dan kelas eksperimen terdiri atas 29 siswa.

Sebelum ulangan semester dilaksanakan, guru mata pelajaran terlebih dahulu mengumumkan di dalam kelas eksperimen bahwa jika ada siswa yang mendapatkan nilai minimal 85 akan diberi reward, sedangkan di kelas kontrol, guru mata pelajaran hanya mengarahkan siswa untuk belajar lebih giat karena akan diadakan ulangan semester kenaikan kelas.

(60)

Materi yang diajarkan di kelas VII selama semester genap terdiri 4 bagian/materi, yaitu; Menjelajahi Buku Fiksi dan Nonfiksi, Surat Dinas dan Surat Pribadi, Puisi Rakyat, dan Cerita Fabel. Selain itu, tes atau soal yang muncul tak lepas dari 4 materi yang telah dipelajari selama semester genap.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes. Tes terdiri atas 25 soal pilihan ganda dan 5 soal essay atau isian. Soal tes inipun tidak langsung serta merta dibuat oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, begitupun dengan bobot penilaian di MTs Negeri 2 Maros ini, akan tetapi melalui kesepakatan dan keputusan hasil Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di Kabupaten Maros.

Teknik analisis data yang digunakan adalah kuantitatif. Teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan program Excel Worksheet dapat memudahkan peneliti dalam membandingkan hasil nilai yang didapatkan siswa melalui ulangan pre-test dan post-test kelas kontrol (VII C) maupun kelas eksperimen (VII D).

1. Data Hasil Pre-Test Kelas VII C dan Kelas D

Data ini diperoleh dari tes awal (ulangan tanpa pemberian reward) yang sudah dilakukan di MTs Negeri 2 Maros.

Tabel 4.1 Data Nilai Hasil Pre-test Kelas VII C

No. Nama Siswa Nilai Pre-Test Ketuntasan

(61)

2 Miftah Hanief 37 Tidak Tuntas

3 Muh. Alam Saputra 50 Tidak Tuntas

4 Muh. Alif Syawal 48 Tidak Tuntas

5 Muh. Ardiansyah 43 Tidak Tuntas

6 Muh. Rifki 68 Tuntas

7 Muh. Rifkih Afrisal 61 Tidak Tuntas

8 Muh. Aidil Rifkih 81 Tuntas

9 Muh. Alief MS. 31 Tidak Tuntas

10 Muh. Arya Saputra 32 Tidak Tuntas

11 Muh. Chaerul Akram 37 Tidak Tuntas

12 Muh. Fadhil 62 Tidak Tuntas

13 Muh. Fathan Mubarak 16 Tidak Tuntas

14 Ramlan Alamsyah 36 Tidak Tuntas

15 Jumrianti 80 Tuntas

16 Karina Nabila 71 Tuntas

17 Kayla Kanzah Azzahrah 90 Tuntas

18 Latifah Turohmah 82 Tuntas

19 Maulidya Meilani 86 Tuntas

20 Musfira Ariani 58 Tidak Tuntas

21 Musfira Syahrani E. 45 Tidak Tuntas

22 Nur Afni Hidayanti 56 Tidak Tuntas

(62)

24 Nur Aulia S. 39 Tidak Tuntas

25 Nur Fadhia Ramadani 44 Tidak Tuntas

26 Nur Fadila 44 Tidak Tuntas

27 Nur Jannah 63 Tidak Tuntas

28 Muh. Zulkifli HY. 29 Tidak Tuntas

29 Muh. Fauzi Ahdi 23 Tidak Tuntas

30 Muzakkir 45 Tidak Tuntas

31 Nasrullah Hasan 65 Tuntas

32 Rifka Adelia 70 Tuntas

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah nilai yang diperoleh kelas VII C MTs Negeri 2 Maros yaitu 1.696, nilai terendah 16, nilai tertinggi 90, dan rata-rata nilai di kelas VII C adalah 53.

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pre-Test Kelas VII C Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)

89 – 100 Sangat Tinggi 1 3.1%

77 – 88 Tinggi 4 12.5%

65 – 76 Sedang 4 12.5%

52 – 64 Rendah 6 18.75%

Gambar

Tabel 3.1 : Desain Penelitian
Tabel 3.2 Jumlah Siswa Kelas VII MTs Negeri 2 Maros
Tabel 4.1 Data Nilai Hasil Pre-test Kelas VII C
Tabel 4. 2  Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Pre-Test Kelas VII C Skor Kategori Frekuensi Persentase (%)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan menggunakan cara

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dengan terlebih dahulu melakukan Pendaftaran pada Panitia

Selanjutnya dalam menghadapi persaingan yang ketat dan tuntutan konsumen yang semakin kritis, maka perlu ditanya lagi seberapa jauh gadai syariah mengelola usahanya

Hal ini sudah dilakukan lembaga pengelola zakat (BAZ/LAZ) di Indonesia dalam medayagunakan zakat profesi secara produktif yang lambat laun dapat meningkatkan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan konsep mengenai pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan PD. BPR Astanajapura dan dapat

Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam yang atas rahmat dan karunia- Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

Berdasarkan hasil wawancara bahwa penempatan pegawai dari segi pendidikan formal di Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Timur ini masih belum sesuai dengan

Konsep an hunian n bagian besa lantai, dan d “Smart Loft n mendapat akan dibu namun akan empat akan d i gross yang : Referensi K sad dan Fa nit Aparteme dihasilkan asitas view