• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN READING INFUSION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS SISWA SMA."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Komalasari , 2013

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Variabel Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 6

BAB II PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN READING INFUSION DAN KETERKAITANNYA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS A. Pembelajaran Inquiry ... 9

B. Reading Infusion ... 19

C. Kemampuan Kognitif ... 26

D. Kemampuan Berpikir Logis ... 29

E. Kaitan Pembelajaran Inquiry dan Reading Infusion dengan Kemampuan Kognitif ... 34

(2)

Komalasari , 2013

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38

C. Instrumen ... 39

D. Alur Penelitian ... 42

E. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Tes ... 42

F. Teknik Pengolahan Data ... 47

G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54

B. Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(3)

Komalasari , 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hierarki Pembelajaran Sains Berorientasi Inquiry... 11

Tabel 2.2 Level of Inquiry dan Primary Pedagogical Purpose ...12

Tabel 2.3 Kriteria Pembaca Teks Sains yang Efektif dan Berhasil ...24

Tabel 2.4 Membaca SQ3R pada Materi Pokok Gerak Lurus ...25

Tabel 2.5 Keterkaitan Reading Infusion dengan Kemampuan Kognitif ... 35

Tabel 2.6 Keterkaitan Pembelajaran Inquiry dengan Kemampuan Kognitif ... 36

Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design ... .... 38

Tabel 3.2 Pola Persebaran Instrumen Kemampuan Kognitif tiap Aspek... 40

Tabel 3.3 Pola Persebaran Instrumen Kemampuan Berpikir Logis ... 41

Tabel 3.4 Klasifikasi Validitas Butir Soal 45 Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi untuk Reliabilitas ... 46

Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal... ... 47

Tabel 3.7. Kategori Tingkat Kesukaran…………...48

Tabel 3.8 Klasifikasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 51

Tabel 3.9 Pedoman Skor Tes Kemampuan Berpikir Logis...51

Tabel 3.10 Kategori Tingkatan Kemampuan Berpikir Logis...52

Tabel 3.11 Tingkat Keberhasilan Keterlaksanaan...53

Tabel 3.12 Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran...54

Tabel 4.1 Skor Tes Kognitif Siswa ... 56

(4)

Komalasari , 2013

Tabel 4.3 Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Logis... 59

Tabel 4.4 Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Logis tiap Aspek ... 60

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan Inquiry ... 63

(5)

Komalasari , 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian ... 43

Gambar 4.1 Diagram Skor Rata-rata Pretest-Posttest ... 57

Gambar 4.2 Skor Rata-rata Pretest-Postest Tiap Aspek... 58

Gambar 4.3 Skor Rata-rata Tiap Aspek Kemampua Berpikir Logis ... 60

Gambar 4.4 Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Guru dan Siswa ... 63

Gambar 4.5 Diagram Nilai Gain Ternormalisasi Aspek C2, C3, dan C4 ... 67

(6)

Komalasari , 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A. Perangkat Pembelajaran ... 77

A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 78

A.2. Skenario Pembelajaram ... 80

A.3. Lembar Kegiatan Siswa ... 91

A.4. Artikel Bacaan (Modul) ... 99

B. Instrumen Penelitian ... 110

B.1. Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Kognitif ... 111

B.2. Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Logis ... 122

B.3. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif ... 132

B.4. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 139

B.5. Lembar Jawaban Tes Kemampuan Kognitif ... 144

B.6. Lembar Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 145

B.7. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Inquiry ... 146

B.8. Lembar Keterlaksanaan Reading Infusion... 148

C.Analisis Uji Coba ... 150

C.1. Analisis Instrumen Uji Coba ... 151

C.2. Lembar Judgment Instrumen ... 154

D.Analisis Data Penelitian ... 158

D.1. Distribusi Data Tes Kemampuan Kognitif ... 159

(7)

Komalasari , 2013

D.3. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 166

D.4. Rekapitulasi Hasil Observasi Reading Infusion ... 168

E. Dokumentasi Penelitian ... 171

E.1. Foto-Foto Penelitian ... 172

(8)

Komalasari , 2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Abad ke 21 dikenal dengan abad ilmu pengetahuan dan teknologi karena

keduanya berubah dan berkembang sangat pesat. Perubahan yang pesat

membuat tuntutan pada abad ini akan lebih rumit dan menantang serta membawa

manusia memasuki era globalisasi. Pada abad 21 ini kemampuan-kemampuan

berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif sangat dibutuhkan dalam kehidupan,

maka pendidikan sains diharapkan dapat membantu siswa untuk

mengembangkan pemahaman, sehingga siswa mempunyai

kemampuan-kemampuan menghadapi tantangan tersebut.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan studi mengenai alam sekitar, dan

dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara

sistematis, sehingga Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Artinya proses

pembelajaran yang dilakukan memiliki fungsi untuk membimbing siswa

membangun pengetahuan melalui proses penemuan oleh siswa yang berasal dari

pengalaman-pengalaman selama pembelajaran berlangsung.

Blynn dan Muth (Tomo, 2003) menyatakan bahwa siswa agar memahami

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), mereka harus mempunyai kemampuan membaca

(9)

Komalasari , 2013

kemampuan menulis untuk mengkomunikasikan pikiran mereka. Kedua aktivitas

tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap cara dan proses berpikir

siswa. Selain itu, membaca juga merupakan suatu kegiatan yang harus dipelajari

(Harjasujana & Damaianti, 2003: 55).

Harapan-harapan di atas ternyata tidak sejalan dengan kenyataan di

lapangan. Penelitian yang dilakukan Karplus (Mirawati, 2011: 4) menunjukkan

bahwa masih banyak siswa SMA yang kesulitan dalam menyelesaikan masalah

yang memerlukan pemikiran abstrak secara efektif. Hal lainnya ialah rendahnya

persentase jawaban benar para peserta Third in International Mathematics and

Science Study (TIMSS) 1999 yang berasal dari Indonesia dalam menyelesaikan

soal mengenai penalaran, yaitu 27% untuk unit aljabar dan 24 % untuk penyajian

data, analisis, dan probabilitas (Mirawati, 2011: 4).

Kurangnya kemampuan siswa tersebut diikuti dengan hasil tes siswa yang

masih rendah. Hasil tes menunjukkan bahwa 64% siswa belum bisa mencapai

nilai KKM (60), dengan nilai rata-rata fisika pada kelas tersebut yaitu 59,2 dari

skor maksimal 100. Hasil observasi di atas menunjukkan masih rendahnya

kemampuan kognitif siswa.

Adapun hasil penelitian yang pernah dilakukan, diantaranya riset

International Association for Evaluation of Educational Achievement (IAEEA)

tahun 1996 menginformasikan bahwa kemampuan membaca siswa usia 9-14

tahun Indonesia berada pada urutan ke-41 dari 49 negara. Data Bank Dunia

tahun 1998 menginformasikan pula kebiasaan membaca anak-anak Indonesia

(10)

Komalasari , 2013

Permasalahan-permasalahan di atas tentunya berkaitan dengan metode yang

digunakan dalam pembelajaran dan kegiatan yang dapat meningkatkan

kemampuan membaca siswa. Metode yang digunakan seharusnya dapat

memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuan, sikap serta kemampuan

yang dimiliki oleh siswa, sedangkan kegiatan membaca yang diberikan dapat

memperluas pengetahuan siswa. Sehingga di dalam menentukan metode

pembelajaran yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai.

Berdasarkan hal-hal tersebut diperlukan metode pembelajaran alternatif

yang lebih dapat meningkatkan kemampuan kognitif. Pembelajaran berbasis

Inquiry dapat diterapkan dalam pembelajaran. Joyce dan Weil dalam Trianto

(2010:167) menyatakan bahwa pembelajaran yang menerapkan inquiry dapat

meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif dan siswa

menjadi lebih terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Menurut

Wenning (2005:3) menyatakan bahwa inquiry sering disajikan tidak teratur tapi

saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu, sebuah hierarki atau tahapan harus

disediakan untuk mengefektifkan transfer pengetahuan ini.

Hasil penelitian Nina Yarana Simiati (2011) yang berjudul “Analisis

Prestasi Belajar Siswa Kelas X dalam Pembelajaran Fisika dengan

Menggunakan Pembelajaran Sains Berorientasi Inquiry” menyatakan bahwa

prestasi belajar pada ranah kognitif siswa setelah diterapkan pendekatan inquiry

lesson mengalami peningkatan dengan kategori tinggi. Hasil penelitian Fitrianti

(11)

Komalasari , 2013

teknik membaca SQ3R dan membuat catatan berbentuk graphic postorganizer

pada model heuristik vee terhadap peningkatan pemahaman konsep dan hasil

belajar. Hasil penelitian Zhihui Fang & Youhua Wei dalam jurnal yang berjudul

“Improving Middle School Students’ Science Literacy Through Reading

Infusion” menyatakan bahwa siswa yang dalam pembelajarannya diterapkan

Inquiry yang diikuti dengan kegiatan Reading Infusion secara intensif signifikan

lebih unggul daripada siswa yang dalam pembelajarannya hanya diterapkan

Inquiry saja.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengadakan

penelitian yang berjudul, Penerapan Pembelajaran Inquiry dengan Reading

Infusion untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Mengetahui Profil

Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana peningkatan kemampuan

kognitif dan profil kemampuan berpikir logis siswa SMA setelah diterapkannya

pembelajaran inquiry dengan reading infusion?”

Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap permasalahan

yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif siswa SMA setelah

(12)

Komalasari , 2013

2. Bagaimana profil kemampuan berpikir logis siswa SMA?

C. Pembatasan Masalah

Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang diteliti, maka perlu

dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Kemampuan kognitif yang akan diukur peningkatannya mencakup tiga

jenjang kognitif menurut taksonomi Bloom yaitu pemahaman (C2),

penerapan (C3), dan analisis (C4). Dari hasil ulangan siswa pada materi

Besaran Satuan dan Besaran Vektor menunjukkan hasil yang baik pada

aspek kognitif pengetahuan (C1), sehingga pada penelitian ini tes

kognitif yang dilakukan dimulai dari aspek pemahaman (C2).

Peningkatan kemampuan kognitif siswa ditunjukkan dengan adanya

peningkatan positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)

yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang

dinormalisasi menurut Hake (1998).

2. Kemampuan berpikir logis ini didasarkan kepada aspek berfikir formal

Piaget yaitu penalaran konservasi (conservational reasoning), penalaran

proporsional (proportional reasoning), penalaran korelasi

(correlational reasoning), penalaran probabilitas (probabilistic

reasoning), pengontrolan variabel (controlling variables), penalaran

(13)

Komalasari , 2013

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif setelah

diterapkannya pembelajaran inquiry dengan reading infusion dan profil

kemampuan berpikir logis siswa SMA.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan

gambaran tentang penerapan pembelajaran inquiry dengan reading infusion

dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan profil kemampuan berpikir logis

siswa SMA yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang

berkepentingan, seperti: guru, mahasiswa, praktisi pendidikan dan masyarakat.

F. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian yang akan dilakukan terdiri dari tiga variabel

yaitu pembelajaran inquiry dengan reading infusion, kemampuan kognitif siswa

SMA , dan profil kemampuan berpikir logis siswa SMA.

G. Definisi Operasional

1. Pembelajaran inquiry yang dimaksud adalah suatu rangkaian kegiatan

belajar yang berpusat pada siswa dengan tujuan untuk menemukan konsep

dan prinsip dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis. Pada

(14)

Komalasari , 2013

Langkah-langkah pada pembelajaran inquiry lesson meliputi tahapan:

mengajukan pertanyaan, merumuskan variabel, melakukan percobaan, dan

menarik kesimpulan. Namun pada pembelajaran inquiry dengan reading

infusion ada tahapan reading yang dilakukan sebelum pembelajaran

dilaksanakan. Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan metode ini dilihat

dari lembar observasi.

2. Reading Infusion adalah kegiatan membaca modul yang dilakukan sebelum

pembelajaram inquiry dengan diikuti penerapan teknik membaca SQ3R.

Modul yang di dalamnya terdapat materi pokok fisika tentang Gerak Lurus

disusun oleh peneliti berdasarkan beberapa sumber, kegiatan pemberian

modul kemudian diikuti penerapan teknik membaca SQ3R untuk

memahami isi materi yang terdapat pada modul dengan dibimbing oleh

guru. Teknik membaca SQ3R memiliki lima tahapan meliputi (1) Survey:

pengkajian awal pada judul, subjudul pada modul dengan dibimbing guru,

(2) question: membuat pertanyaan sendiri tentang isi bacaan, (3) read:

membaca teks, menggunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai pembimbing,

memberi tanda (menggarisbawahi atau menandai konsep yang dianggap

penting dan konsep yang tidak dipahami), (4) recite: menjawab pertanyaan

yang telah dibuat pada tahapan question dan membuat catatan, dan (5)

review: membaca ulang bagian-bagian atau konsep yang dianggap sulit.

Materi dari hasil membaca pada modul digunakan sebagai bekal

pengetahuan siswa dalam melaksanakan kegiatan eksperimen.

(15)

Komalasari , 2013

3. Kemampuan kognitif adalah merupakan tingkat penguasaan materi yang

dicapai oleh siswa yang mencakup ranah kognitif berdasarkan taksonomi

Bloom. kemampuan berpikir kognitif siswa yang secara hierarkhis terdiri

dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Adapun pada penelitian ini dibatasi pada apek pemahaman, aplikasi, analisis

saja. Besarnya peningkatan kemampuan kognitif yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah adanya peningkatan positif antara tes awal (pretest) dan

tes akhir (posttest) yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor

gain yang dinormalisasi menurut Hake (1998).

4. Kemampuan berpikir logis yang dimaksudkan oleh peneliti adalah

kemampuan yang dimiliki siswa agar dapat mengemukakan sesuatu yang

benar secara rasional dengan menggunakan dasar pemikiran (fakta) yang

benar, mampu berargumentasi dan dapat menarik kesimpulan. Kemampuan

berpikir logis ini didasarkan kepada aspek berfikir formal Piaget yaitu

penalaran konservasi (conservational reasoning), penalaran proporsional

(proportional reasoning), penalaran korelasi (correlational reasoning),

penalaran probabilitas (probabilistic reasoning), pengontrolan variabel

(controlling variables), penalaran kombinasi (combinatorial reasoning).

Kemampuan berpikir logis diukur menggunakan GALT (Group Assesment

of Logical Thinking) yang dibuat oleh Roadrangka berdasarkan aspek

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian

Terkait dengan tujuan penelitian ini yang mengabaikan variabel luar yang

dapat mempengaruhi hasil eksperimen maka digunakan metode quasi

experiment atau eksperimen semu dengan menggunakan satu sampel penelitian

yaitu kelompok eksperimen saja tanpa ada kelompok kontrol atau kelompok

pembanding. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelompok yang

akan mendapatkan pembelajaran inquiry dengan reading infusion. Adapun

desain penelitiannya adalah one group pretest-posttest design. Desain ini

digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Pretest Treatment Posttest

T1 R X1 X2 X3

T2

L

Keterangan :

T1 = Tes awal kemampuan kognitif (pretest).

R = Reading infusion.

X1 = Pembelajaran pertama (treatment) dengan pembelajaran inquiry.

X2 = Pembelajaran kedua (treatment) dengan pembelajaran inquiry.

X3 = Pembelajaran ketiga (treatment) dengan pembelajaran inquiry.

T2 = Tes akhir kemampuan kognitif (posttest).

(17)

Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment)

yaitu satu kali kegiatan reading infusion dan tiga kali pembelajaran

pembelajaran berbasis inquiry. Sebelum diberi perlakuan (treatment), sampel

diberi tes awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan kognitif, yang kemudian

dilanjutkan kegiatan reading infusion dengan pemberian modul bacaan dengan

melatihkan teknik membaca SQ3R diluar jam pelajaran. Pertemuan selanjutnya

sampel diberikan perlakuan (treatment) pertama. Pertemuan selanjutnya sampel

diberi perlakuan (treatment) kedua, pertemuan selanjutnya sampel diberi

perlakuan (treatment) ketiga. Setelah diberi perlakuan sebanyak 3 kali

pembelajaran, siswa diberi tes akhir (posttest) dengan menggunakan instrumen

tes kemampuan kognitif yang sama seperti pada tes awal (pretest). Kemudian

sampel diberikan tes terstandar kemampuan berpikir logis dari Roadrangka

(1983) yang telah diadaptasi.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu

SMA Negeri di Kota Bandung. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah

salah satu kelas X. Banyaknya siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah 30

siswa.

Terkait kondisi di lapangan maka penentuan sampel ini diambil

menggunakan teknik purposive sample (sampel bertujuan). Purposive sample

dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random,

(18)

2009:183). Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan. Salah

satu pertimbangan karena selama penelitian berlangsung tidak memungkinkan

untuk mengubah kelas yang sudah ada.

C. Instrumen

Terkait dengan tujuan penelitian maka teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tes

Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah berupa tes tertulis yaitu tes

kemampuan berpikir logis dan tes kemampuan kognitif.

a. Tes kemampuan kognitif

Tes hasil belajar aspek kognitif yang digunakan berupa tes objektif dalam

bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan. Dalam penelitian ini aspek

kognitif yang diukur berdasarkan taksonomi Bloom yang meliputi aspek

pemahaman dinyatakan dengan C2, aspek aplikasi dinyatakan dengan C3

dan aspek analisis dinyatakan dengan C4.

Adapun pola persebaran instrumen kemampuan kognitif yang diujikan

sebagai berikut.

Tabel 3.2. Pola Persebaran Intrumen Kemampuan Kognitif Tiap Aspek

Aspek No soal Jumlah soal

C2 1,2,3,5,6,11,12,18,19,22, 24,25 12

C3 4,7,8,9,10,16,17 7

(19)

b. Tes kemampuan berpikir logis

Terkait dengan penelitian maka instrumen yang digunakan untuk mengukur

kemampuan berpikir logis siswa pada penelitian ini adalah seperangkat tes

yang dikembangkan oleh Roadrangka (1983) dan telah dimodifikasi yaitu

Group Assessment of Logical Thinking (GALT). Tes kemampuan berpikir

logis ini terdiri atas 12 soal yaitu 10 soal pilihan berganda dengan alasan

dan 2 soal pertanyaan subjektif yang mengukur penalaran konservasi

(conservational reasoning), penalaran proporsional (proportional

reasoning), penalaran korelasi (correlational reasoning), penalaran

probabilitas (probabilistic reasoning), pengontrolan variabel (controlling

variables) dan penalaran kombinasi (combinatorial reasoning). Sebelum

instrumen ini digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu instrumen di

judgment oleh Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Adapun

pola persebaran instrumen kemampuan berpikir logis yang diujikan sebagai

berikut.

Tabel 3.3. Pola Persebaran Instrumen Kemampuan Berpikir Logis

Aspek No soal Jumlah soal

conservational reasoning 1,2 2

proportional reasoning 3,4 2

correlational reasoning 5,6 2

probabilistic reasoning 7,8 2

controlling variables 9,10 2

(20)

2. Observasi

Observasi merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkah laku

individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati (Sudjana,

2005:156). Dalam penelitian ini observasi digunakan sebagai instrumen ketika

studi pendahuluan untuk mengetahui kemampuan berpikir logis dan hasil

belajar fisika siswa selain itu juga digunakan ketika penelitian dilaksanakan.

Observasi yang dilakukan ketika penelitian meliputi observasi kegiatan reading

infusion dan aktivitas guru selama proses pembelajaran.

a. Observasi Kegiatan Membaca (Reading Infusion)

Observasi aktivitas guru dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui keterlaksanaan kegiatan membaca dengan teknik SQ3R

dengan menggunakan lembar observasi kegiatan membaca. Instrumen

observasi ini berbentuk rating scale, observer hanya memberikan tanda

cek (√) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi.

Lembar observasi kegiatan reading infusion selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran halaman 169.

b. Observasi Aktivitas Guru

Observasi aktivitas guru dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui keterlaksanaan pembelajaran inquiry dengan menggunakan

lembar observasi aktivitas guru. Instrumen observasi ini berbentuk rating

scale, observer hanya memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai

dengan aktivitas yang diobservasi. Selain itu, instrumen ini memuat

(21)

selama pembelajaran terhadap keterlaksanaan metode pembelajaran yang

diterapkan. Lembar observasi aktivitas guru selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran halaman 166.

Lembar observasi yang telah dibuat dikoordinasikan kepada observer yang

akan mengikuti dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman

terhadap lembar observasi tersebut.

D. Alur Penelitian

Alur penelitian dapat digambarkan seperti bagan di bawah ini.

Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian

E. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Tes

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian terlebih dahulu diuji

coba di salah satu kelas yang berada di sekolah tempat penelitian dilaksanakan. Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan

 Telaah Kurikulum

 Studi Literatur

 Studi Pendahuluan

 Menentukan Sampel Penelitian

 Menyusun Perangkat Pembelajaran

 Menyusun Instrumen Penelitian

 Melakukan Uji Coba dan Analisis Instrumen Penelitian

 Mengolah dan Menganalisis Data Hasil Penelitian

 Membahas Hasil Penelitian

 Menarik Kesimpulan dan Saran

 Tes Awal Kemampuan Kognitif

Kegiatan reading infusion

Pembelajaran inquiry 1 Pembelajaran inquiry 2

Pembelajaran inquiry 3

 Tes Akhir Kemampuan Kognitif

(22)

Hal ini dimaksudkan supaya data yang diperoleh adalah data yang benar sehingga

dapat menggambarkan kemampuan subyek penelitian dengan tepat.

1. Analisis Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu tes. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengukur apa

yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien

produk moment. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan

perumusan :

(Sudijono, 2009:181)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal.

Y = skor total tiap butir soal.

N = jumlah siswa.

Kategori validitas dari setiap butir soal yang telah diujicobakan dapat

(23)

Tabel 3.4. Klasifikasi Validitas Butir Soal

Nilai rxy Kriteria

1,00 Sempurna

0,80-0,99 Sangat Tinggi

0,60-0,79 Tinggi

0,40-0,59 Cukup

0,20-0,39 Rendah

0,00-0,19 Sangat Rendah

(Arikunto, 2009: 75)

2. Analisis Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh

mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak

berubah-ubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda (Syambasri

Munaf, 2001:59). Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan

koefisien reliabilitas. Untuk menghitung nilai reliabilitas digunakan

perhitungan reliabilitas dengan metode belah genap-ganjil karena ketika soal

tes kognitif pada penelitian ini dipisahkan antara ganjil dan genap terdapat

keseimbangan. Setelah diketahui nilai reliabilitas sebagian dengan

menggunakan korelasi product moment, kemudian nilai reliabilitas keseluruhan

dihitung dengan rumus dari Spearman-Brown menurut Arikunto (2009:93).

(24)

Keterangan :

r11= nilai reliabilitas keseluruhan

r1/2 1/2= nilai reliabilitas sebagian

Setelah dihitung dengan menggunakan rumus Spearman-Brown

selanjutnya nilai tersebut diinterpretasikan berdasarkan koefisien korelasi

menurut Arikunto (2009:75) yang jika disajikan dalam tabel dapat dilihat pada

tabel 3.5.

Tabel 3.5. Interpretasi Koefisien Korelasi untuk Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria

0,80  r < 1,00 Sangat tinggi

0,60  r < 0,80 Tinggi

0,40  r < 0,60 Cukup

0,20  r < 0,40 Rendah

0,00  r < 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2009: 75)

Dari tabel 3.5 dapat diketahui derajat reliabilitas soal. Setelah diketahui

kriteria derajat reliabilitas, maka soal tersebut diperhitungkan untuk digunakan

atau diganti. Untuk reliabilitas soal yang sangat tinggi, tinggi dan sedang akan

digunakan. Untuk derajat reliabilitas yang rendah dan sangat rendah akan diganti

atau diperbaiki.

3. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan

antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan

(25)

Daya pembeda butir soal dapat ditentukan dengan rumusan sebagai berikut.

(Miller, 2008: 135)

Keterangan:

D = Daya pembeda butir soal

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Kategori daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan dapat

ditentukan berdasarkan interpretasi daya pembeda butir soal pada Tabel 3.6 di

bawah ini.

Tabel 3.6. Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Nilai Daya Pembeda Tingkat Kesukaran

Negatif Soal dibuang

0,00-0,19 Jelek

0,20-0,39 Cukup

0,40-0,69 Baik

0,70-1,00 Baik Sekali

(Arikunto, 2009: 218)

4. Analisis Tingkat Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal

(26)

merupakan gambaran mengenai sukar atau tidaknya suatu butir soal. Tingkat

kesukaran dapat juga disebut sebagai taraf kemudahan. Tingkat kesukaran

dihitung dengan menggunakan perumusan :

(Miller, 2008: 131)

Keterangan :

P : indeks kesukaran

B: banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS: Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kategori tingkat kesukaran butir soal yang telah diujicobakan dapat

ditentukan berdasarkan kategori tingkat kesukaran butir soal pada Tabel 3.7 di

bawah ini.

Tabel 3.7. Kategori Tingkat Kesukaran

Nilai P Tingkat Kesukaran

0,00-0,25 Sukar

0,26-0,75 Sedang

0,76-1,00 Mudah

(Arikunto, 2009: 210)

F. Teknik Pengolahan Data

1. Analisis Data Kemampuan Kognitif

a. Penskoran

Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan

(27)

diberi skor satu dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab

diberi skor nol. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan ketentuan:

(Syambasri Munaf, 2001:44)

dengan :

S = Skor siswa

R = Jawaban siswa yang benar

b. Menghitung rata-rata (mean)

Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik pretest maupun

posttest, digunakan rumus:

(Sudjana, 2010:109)

dengan :

= rata-rata skor atau nilai x

= skor atau nilai siswa ke i

n = jumlah siswa c. Menghitung Gain Skor

Gain adalah selisih antara skor tes awal dan skor tes akhir. Untuk

menghitung nilai gain skor digunakan persamaan sebagai berikut :

(Hake, 1998)

dengan :

G = gain

(28)

Si = skor tes awal (pretest)

d. Menghitung Gain Ternormalisasi

Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain aktual yaitu

skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yaitu skor gain

tertinggi yang mungkin diperoleh siswa (Hake, 1998).

Untuk menghitung nilai gain ternormalisasi digunakan persamaan sebagai

berikut :

a) Gain yang dinormalisasi setiap siswa (g)didefinisikan sebagai:

dengan:

g = gain yang dinormalisasi.

Sf = skor tes akhir (posttest).

Si = skor tes awal (pretest).

b) Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) dirumuskan sebagai :

Keterangan:

g= rata-rata gain yang dinormalisasi

Sf = rata-rata skor tes akhir (posttest)

Si= rata-rata skor tes awal (pretest)

Nilai <g> yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel 3.8.

Tabel 3.8. Klasifikasi Nilai Gain yang Dinormalisasi

Nilai g Klasifikasi

g 0,7 Tinggi

0,7 > g 0,3 Sedang

(29)

(Hake, 1998)

2. Analisis Data Kemampuan Berpikir Logis

Untuk tes kemampuan berpikir logis jawaban benar mendapat nilai satu

yaitu jika jawaban dan alasannya benar atau semua jawaban benar dan lengkap

untuk dua soal subjektif, sedangkan jawaban salah mendapat nilai nol yaitu jika

salah satu atau jawaban dan alasannya salah atau jawaban tidak lengkap untuk

dua soal subjektif.

Pemberian skor dihitung dengan menggunakan ketentuan:

Tabel 3.9. Pedoman Skor Tes Kemampuan Berpikir Logis

No soal Jawaban Alasan Skor

1-10

Benar Salah 0

Salah Benar 0

Salah Salah 0

Benar Benar 1

No soal Jawaban Skor

11-12

Benar Tidak Lengkap 0

Salah Lengkap 0

Salah Tidak Lengkap 0

Benar Lengkap 1

(Roadrangka, 1983)

Nilai skor yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel 3.10.

Tabel 3.10. Kategori Tingkatan Kemampuan Berpikir Logis

Kategori Kemampuan Berpikir logis Skor

Formal 9-12

Transisi 5-8

Konkrit 0-4

(Roadrangka, 1983)

3. Pengolahan Lembar Observasi

Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran dan keterlaksanaan reading

(30)

Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase

keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca adalah sebagai berikut ini :

a. Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi pada lembar observasi

keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan

kegiatan membaca.

b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan

membaca. dengan menggunakan persamaan Presentase Keterlaksanaan.

c. Menafsirkan kategori keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca

[image:30.595.78.523.200.600.2]

berdasarkan Tabel 3.11.

Tabel 3.11. Tingkat Keberhasilan Keterlaksaan Inquiry dan Reading Infusion

Persentase Kategori

80% atau lebih Sangat Baik

60%-79% Baik

40%-59% Cukup

21%-39% Rendah

0% - 20% Rendah Sekali (Sa’adah Ridwan, 2000)

G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen aspek kemampuan kognitif digunakan dalam penelitian,

instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan di sekolah yang sama dengan tempat

penelitian. Data hasil uji coba instrumen tes kemudian dianalisis untuk

mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes dipakai dalam penelitian. Data

hasil uji coba instrumen penelitian yang telah dianalisis validitas, tingkat

(31)
[image:31.595.78.521.131.668.2]

Tabel 3.12. Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran

Nomor soal

Validitas

Daya Pembeda Tingkat

Kesukaran Reliabilitas

Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori

1 0,37 Rendah 0,35 Cukup 0,53 Sedang

0,94 Sangat Tinggi 2 0,38 Rendah 0,5 Baik 0,5 Sedang

3 0,27 Rendah 0,25 Cukup 0,48 Sedang 4 0,60 Tinggi 0,1 Jelek 0,85 Mudah 5 0,47 Cukup 0,4 Baik 0,6 Sedang 6 0,64 Tinggi 0,1 Jelek 0,85 Mudah 7 0,53 Cukup 0,25 Cukup 0,73 Mudah 8 0,57 Cukup 0,35 Cukup 0,78 Mudah 9 0,47 Cukup 0,2 Cukup 0,6 Sedang 10 0,76 Tinggi 0,25 Cukup 0,88 Mudah 11 0,52 Cukup 0,2 Cukup 0,8 Mudah 12 0,80 Sangat

Tinggi

0,2 Cukup 0,9 Mudah

13 0,71 Tinggi 0,25 Cukup 0,83 Mudah 14 0,39 Rendah 0,35 Cukup 0,58 Sedang 15 0,64 Tinggi 0,3 Cukup 0,8 Mudah 16 0,68 Tinggi 0,45 Baik 0,78 Mudah 17 0,58 Cukup 0,05 Jelek 0,78 Mudah 18 0,62 Tinggi 0,1 Jelek 0,8 Mudah 19 0,60 Cukup 0,1 Jelek 0,8 Mudah 20 0,89 Sangat

Tinggi

0,2 Cukup 0,9 Mudah

(32)

Dari tabel 3.12 di atas diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,94 yang

termasuk kategori sangat tinggi. Artinya instrumen ini sudah menghasilkan skor

yang ajeg yaitu dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten

walaupun diujikan pada kondisi yang berbeda. Dari tabel 3.12 dapat diketahui

bahwa 82% instrumen valid dengan 7,14% kategori sangat tinggi; 46,42%

kategori tinggi; 28,57% kategori cukup, dan 17,85% kategori rendah. Berdasarkan

daya pembeda, instrumen yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai

instrumen penelitian sebanyak 67,85% dengan 10,71% kategori baik dan 57,14%

kategori cukup, sedangkan 32,14% instrumen mempunyai daya pembeda jelek.

Berdasarkan tingkat kesukaran sebanyak 75% instrumen kategori mudah, 25%

kategori sedang.

Setelah menganalisis hasil uji coba instrumen tes, maka terdapat beberapa

soal yang dibuang dan diperbaiki. Dari 28 soal yang diujikan terdapat 3 soal yang

dibuang yaitu soal nomor 1, 3, dan 21. Sehingga soal yang digunakan untuk

instrumen penelitian adalah 25 soal. Sedangkan soal-soal yang diperbaiki adalah

soal yang memiliki validitas rendah, validitas sangat rendah, tidak valid; soal yang

memiliki daya pembeda jelek; dan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang

mudah atau yang sukar.

Adapun untuk instrumen tes kemampuan berpikir logis yang diadaptasi

dan kemudian dimodifikasi dari Group Asessment of Logical Thinking (GALT),

dilakukan uji keterbacaan dan uji kejelasan soal serta pilihan oleh pihak yang

berkompeten dibidangnya, dalam penelitian ini di uji oleh Dosen Jurusan

(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMA

Negeri di Kota Bandung kelas X semester I mengenai penerapan pembelajaran

inquiry dengan reading infusion dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan

kemampuan kognitif dan kemampuan berpikir logis, diperoleh kesimpulan:

1. Penerapan pembelajaran inquiry dengan reading infusion dapat

meningkatkan kemampuan kognitif yang ditunjukkan oleh nilai gain

ternormalisasi. Dari hasil pretest-posttest dilakukan didapatkan nilai gain

termormalisasi yaitu sebesar 0,68 dan termasuk kategori sedang.

2. Profil kemampuan berpikir logis siswa menunjukkan dari jumlah siswa

sebanyak 30 orang, 4 orang termasuk pada tingkatan formal, 22 orang

termasuk pada tingkatan transisi sedangkan 4 orang termasuk pada

tingkatan konkrit. Ditinjau dari enam aspek kemampuan berpikir logis,

skor pada kemampuan penalaran konservasi (conservational reasoning)

adalah 37, penalaran proporsional (proportional reasoning) adalah 35,

penalaran korelasi (correlational reasoning) adalah 24, penalaran

probabilitas (probabilistic reasoning) adalah 18, pengontrolan variabel

(controlling variables) adalah 24, penalaran kombinasi (combinatorial

(34)

B. Saran

Adapun beberapa saran perbaikan bagi penelitian-penelitian selanjutnya

antara lain:

1. Adanya kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran inquiry dan kelas

eksperimen yang menerapkan pembelajaran inquiry dengan reading

infusion untuk mengukur peranan dan pengaruh dari reading infusion.

2. Kegiatan reading infusion yang dilakukan lebih dari satu kali treatment

namun berkelanjutan.

3. Strategi membaca yang digunakan lebih bervariasi dan disesuaikan dengan

bahan bacaan yang akan dibaca.

4. Adanya program rumah membaca yang menyediakan berbagai jenis buku

(35)

Komalasari , 2013

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bloom, Benjamin S. (1978). Taxonomy of Educational Objective: Handbook I Cognitive Domain. Chicago: A Committee College and University Examiner.

Depdiknas. (2006). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Ekawati, Estina. (2011). Mengembangkan Kecakapan Abad ke-21. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/2011/10/mengembangkan-kecakapan-abad-ke-21/. [1 Februari 2012].

Fang, Zhihui. & Wei, Youhua.(2010). “Improving Middle School Students’ Science Literacy Through Reading Infusion”. The Journal of Educational Research Online, 103 : 262–273 [ 24 Desember 2011].

Fitrianti. (2005). Penerapan SQ3R dengan catatan Graphic Postorganizer pada Model Belajar Heuristik Vee dalam Pembelajaran Biologi. Tesis Magister Program Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Hake, Richard. R. (1997). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. Tersedia : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf, accessed on. [20 November 2008].

Hake, Richard. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory

Mechanic Courses. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [22 Oktober 2012].

Hake, Richard. R. (2002). Analyzing Charge / Gain Scores. [online] Tersedia: American Educational Research Association [20 Juli 2012].

Harjasujana, A. S. & Damaianti, V. S. (2003) Membaca dalam Teori dan Praktek. Bandung : Mutiara.

(36)

Komalasari , 2013

Miller, Patrick W. (2008). Measurement and Teaching. United Stated of America : Patrick W Miller & Associates.

Mirawati, Riani. (2011). Penerapan Model Pembelajaran STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Ilmiah dan Pemahaman Konsep Siswa SMA pada Konsep Pencernaan. Skripsi Sarjana UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Pabichara, Khrisna. (2007). 12 Rahasia Pembelajar Cemerlang. Bandung : Kolbu.

Partnesship for 21st Century Skills. (2009). Kecakapan Abad ke-21. [Online]. Tersedia: www.21stcenturyskills.org. [5 Februari 2012].

Panggabean, Luhut P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP.

Panggabean, Luhut P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ridwan, Sa‟adah. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa dalam Mempelajari Konsep Cahaya di kelas II-G SLTPN 12 Bandung. Tesis pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.

Roadrangka, V. (1983). The construction of a Group Assessment of Logical Thinking(GALT).Tersedia:http://www.thaiscience.info/journals/Article/Th e%20construction%20of%20a%20group%20assessment%20of%20logical %20thinking%20(galt).pdf. [11 Oktober 2011].

Saragih, S. (2004). Menumbuhkembangkan Berpikir Logis dan Sikap Positif terhadap Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik. [on line]. Tersedia: http://zainurie.files.wordpress.com(2007/11/261_091.pdf).

Simiati, Nina Y. (2011). Analisis Prestasi Belajar Siswa Kelas X daam Pembelajaran Fisika dengan Menggunakan Pembelajaran Sains Berorientasi Inquiry. Skripsi Sarjana UPI. Bandung: Tidak dipublikasikan.

Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

(37)

Komalasari , 2013

Sudrajat. (2006). Penerapan SQ3R pada pembelajaran Tindak Lanjut untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi dalam Matematika Siswa SMU. Tesis & Disertasi Perpustakaan UPI. Bandung : Tidak dipublikasikan.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. (1990). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Tomo. (2003). Mengintegrasikan Teknik Membaca SQ4R dan membuat catatan Berbentuk Graphic Postoganizer dalam Pembelajaran Fisika. Disertasi Doktor Program Pasca UPI. Bandung : Tidak dipublikasikan.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.

Twining, J.E. (1991). Strategies for Active Learning. Boston: Allyn and Bacon.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas pendidikan Indonesia.

Wahyanti, Mega. (2011). Laporan Kajian Jurnal : “Improving Middle School

Students’ Science Literacy Through Reading Infusion”. Makalah Seminar

Pendidikan Fisika UPI, Bandung.

Wenning, Carl J. (2005). Level of inquiry : Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Journal Of Physics Teacher Education Online 2, (3), 3-11, [online]. Tersedia : http.//phy.ilstru.edu/jpteo[12 April 2011].

Gambar

Tabel 4.6 Rekapitulasi Siswa tiap Kategori Kemampuan Berpikir Logis .......... 70
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian ....................................................................
gambaran tentang penerapan pembelajaran inquiry dengan reading infusion
Gambar 3.1.  Bagan Alur Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan nilai tekanan darah dan frekuensi nadi antara perokok dan bukan perokok dalam kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran

[r]

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Anak Jalanan Menurut Umur di Kota Medan Tahun 2014 .... Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Kota

Status gizi kurus ditemukan pada anak jalanan yang tingkat kecukupan proteinnya defisit tingkat sedang (28,6% kurus), sementara anak jalanan dengan tingkat kecukupan

Fokus kajian penelitian ini adalah manajemen sistem informasi akademik berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam layanan akademik sekolah menengah atas, kemudian

Jumlah Calon Penyedia Jasa Konsultansi yang LULUS daftar pendek berdasarkan Pembuktian Kualifikasi sebanyak 5 (lima) perusahaan, antara lain :. Jumlah Calon Penyedia Jasa

NAMA PERUSAHAAN ALAMAT NPWP Nilai Teknis1. ARCHI VI L ENGI

CD Interaktif ini dibuat semenarik mungkin dengan tambahan animasi yang dibuat menggunakan Macromedia Flash MX, sehingga para pengguna akan lebih tertarik untuk melihat.