Komalasari , 2013
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Variabel Penelitian ... 6
G. Definisi Operasional ... 6
BAB II PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN READING INFUSION DAN KETERKAITANNYA DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS A. Pembelajaran Inquiry ... 9
B. Reading Infusion ... 19
C. Kemampuan Kognitif ... 26
D. Kemampuan Berpikir Logis ... 29
E. Kaitan Pembelajaran Inquiry dan Reading Infusion dengan Kemampuan Kognitif ... 34
Komalasari , 2013
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 38
C. Instrumen ... 39
D. Alur Penelitian ... 42
E. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Tes ... 42
F. Teknik Pengolahan Data ... 47
G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 54
B. Pembahasan ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74
Komalasari , 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hierarki Pembelajaran Sains Berorientasi Inquiry... 11
Tabel 2.2 Level of Inquiry dan Primary Pedagogical Purpose ...12
Tabel 2.3 Kriteria Pembaca Teks Sains yang Efektif dan Berhasil ...24
Tabel 2.4 Membaca SQ3R pada Materi Pokok Gerak Lurus ...25
Tabel 2.5 Keterkaitan Reading Infusion dengan Kemampuan Kognitif ... 35
Tabel 2.6 Keterkaitan Pembelajaran Inquiry dengan Kemampuan Kognitif ... 36
Tabel 3.1 Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design ... .... 38
Tabel 3.2 Pola Persebaran Instrumen Kemampuan Kognitif tiap Aspek... 40
Tabel 3.3 Pola Persebaran Instrumen Kemampuan Berpikir Logis ... 41
Tabel 3.4 Klasifikasi Validitas Butir Soal 45 Tabel 3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi untuk Reliabilitas ... 46
Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal... ... 47
Tabel 3.7. Kategori Tingkat Kesukaran…………...48
Tabel 3.8 Klasifikasi Nilai Gain yang Dinormalisasi ... 51
Tabel 3.9 Pedoman Skor Tes Kemampuan Berpikir Logis...51
Tabel 3.10 Kategori Tingkatan Kemampuan Berpikir Logis...52
Tabel 3.11 Tingkat Keberhasilan Keterlaksanaan...53
Tabel 3.12 Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran...54
Tabel 4.1 Skor Tes Kognitif Siswa ... 56
Komalasari , 2013
Tabel 4.3 Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Logis... 59
Tabel 4.4 Skor Rata-rata Kemampuan Berpikir Logis tiap Aspek ... 60
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Observasi Keterlaksanaan Inquiry ... 63
Komalasari , 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian ... 43
Gambar 4.1 Diagram Skor Rata-rata Pretest-Posttest ... 57
Gambar 4.2 Skor Rata-rata Pretest-Postest Tiap Aspek... 58
Gambar 4.3 Skor Rata-rata Tiap Aspek Kemampua Berpikir Logis ... 60
Gambar 4.4 Persentase Keterlaksanaan Aktivitas Guru dan Siswa ... 63
Gambar 4.5 Diagram Nilai Gain Ternormalisasi Aspek C2, C3, dan C4 ... 67
Komalasari , 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A. Perangkat Pembelajaran ... 77
A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 78
A.2. Skenario Pembelajaram ... 80
A.3. Lembar Kegiatan Siswa ... 91
A.4. Artikel Bacaan (Modul) ... 99
B. Instrumen Penelitian ... 110
B.1. Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Kognitif ... 111
B.2. Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Logis ... 122
B.3. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif ... 132
B.4. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 139
B.5. Lembar Jawaban Tes Kemampuan Kognitif ... 144
B.6. Lembar Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 145
B.7. Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran Inquiry ... 146
B.8. Lembar Keterlaksanaan Reading Infusion... 148
C.Analisis Uji Coba ... 150
C.1. Analisis Instrumen Uji Coba ... 151
C.2. Lembar Judgment Instrumen ... 154
D.Analisis Data Penelitian ... 158
D.1. Distribusi Data Tes Kemampuan Kognitif ... 159
Komalasari , 2013
D.3. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 166
D.4. Rekapitulasi Hasil Observasi Reading Infusion ... 168
E. Dokumentasi Penelitian ... 171
E.1. Foto-Foto Penelitian ... 172
Komalasari , 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad ke 21 dikenal dengan abad ilmu pengetahuan dan teknologi karena
keduanya berubah dan berkembang sangat pesat. Perubahan yang pesat
membuat tuntutan pada abad ini akan lebih rumit dan menantang serta membawa
manusia memasuki era globalisasi. Pada abad 21 ini kemampuan-kemampuan
berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif sangat dibutuhkan dalam kehidupan,
maka pendidikan sains diharapkan dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pemahaman, sehingga siswa mempunyai
kemampuan-kemampuan menghadapi tantangan tersebut.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan studi mengenai alam sekitar, dan
dalam hal ini berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara
sistematis, sehingga Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Artinya proses
pembelajaran yang dilakukan memiliki fungsi untuk membimbing siswa
membangun pengetahuan melalui proses penemuan oleh siswa yang berasal dari
pengalaman-pengalaman selama pembelajaran berlangsung.
Blynn dan Muth (Tomo, 2003) menyatakan bahwa siswa agar memahami
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), mereka harus mempunyai kemampuan membaca
Komalasari , 2013
kemampuan menulis untuk mengkomunikasikan pikiran mereka. Kedua aktivitas
tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap cara dan proses berpikir
siswa. Selain itu, membaca juga merupakan suatu kegiatan yang harus dipelajari
(Harjasujana & Damaianti, 2003: 55).
Harapan-harapan di atas ternyata tidak sejalan dengan kenyataan di
lapangan. Penelitian yang dilakukan Karplus (Mirawati, 2011: 4) menunjukkan
bahwa masih banyak siswa SMA yang kesulitan dalam menyelesaikan masalah
yang memerlukan pemikiran abstrak secara efektif. Hal lainnya ialah rendahnya
persentase jawaban benar para peserta Third in International Mathematics and
Science Study (TIMSS) 1999 yang berasal dari Indonesia dalam menyelesaikan
soal mengenai penalaran, yaitu 27% untuk unit aljabar dan 24 % untuk penyajian
data, analisis, dan probabilitas (Mirawati, 2011: 4).
Kurangnya kemampuan siswa tersebut diikuti dengan hasil tes siswa yang
masih rendah. Hasil tes menunjukkan bahwa 64% siswa belum bisa mencapai
nilai KKM (60), dengan nilai rata-rata fisika pada kelas tersebut yaitu 59,2 dari
skor maksimal 100. Hasil observasi di atas menunjukkan masih rendahnya
kemampuan kognitif siswa.
Adapun hasil penelitian yang pernah dilakukan, diantaranya riset
International Association for Evaluation of Educational Achievement (IAEEA)
tahun 1996 menginformasikan bahwa kemampuan membaca siswa usia 9-14
tahun Indonesia berada pada urutan ke-41 dari 49 negara. Data Bank Dunia
tahun 1998 menginformasikan pula kebiasaan membaca anak-anak Indonesia
Komalasari , 2013
Permasalahan-permasalahan di atas tentunya berkaitan dengan metode yang
digunakan dalam pembelajaran dan kegiatan yang dapat meningkatkan
kemampuan membaca siswa. Metode yang digunakan seharusnya dapat
memfasilitasi siswa untuk membangun pengetahuan, sikap serta kemampuan
yang dimiliki oleh siswa, sedangkan kegiatan membaca yang diberikan dapat
memperluas pengetahuan siswa. Sehingga di dalam menentukan metode
pembelajaran yang akan digunakan harus sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai.
Berdasarkan hal-hal tersebut diperlukan metode pembelajaran alternatif
yang lebih dapat meningkatkan kemampuan kognitif. Pembelajaran berbasis
Inquiry dapat diterapkan dalam pembelajaran. Joyce dan Weil dalam Trianto
(2010:167) menyatakan bahwa pembelajaran yang menerapkan inquiry dapat
meningkatkan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif dan siswa
menjadi lebih terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Menurut
Wenning (2005:3) menyatakan bahwa inquiry sering disajikan tidak teratur tapi
saling terkait satu sama lain. Oleh karena itu, sebuah hierarki atau tahapan harus
disediakan untuk mengefektifkan transfer pengetahuan ini.
Hasil penelitian Nina Yarana Simiati (2011) yang berjudul “Analisis
Prestasi Belajar Siswa Kelas X dalam Pembelajaran Fisika dengan
Menggunakan Pembelajaran Sains Berorientasi Inquiry” menyatakan bahwa
prestasi belajar pada ranah kognitif siswa setelah diterapkan pendekatan inquiry
lesson mengalami peningkatan dengan kategori tinggi. Hasil penelitian Fitrianti
Komalasari , 2013
teknik membaca SQ3R dan membuat catatan berbentuk graphic postorganizer
pada model heuristik vee terhadap peningkatan pemahaman konsep dan hasil
belajar. Hasil penelitian Zhihui Fang & Youhua Wei dalam jurnal yang berjudul
“Improving Middle School Students’ Science Literacy Through Reading
Infusion” menyatakan bahwa siswa yang dalam pembelajarannya diterapkan
Inquiry yang diikuti dengan kegiatan Reading Infusion secara intensif signifikan
lebih unggul daripada siswa yang dalam pembelajarannya hanya diterapkan
Inquiry saja.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti akan mengadakan
penelitian yang berjudul, “Penerapan Pembelajaran Inquiry dengan Reading
Infusion untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Mengetahui Profil
Kemampuan Berpikir Logis Siswa SMA”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana peningkatan kemampuan
kognitif dan profil kemampuan berpikir logis siswa SMA setelah diterapkannya
pembelajaran inquiry dengan reading infusion?”
Untuk mempermudah pengkajian secara sistematis terhadap permasalahan
yang akan diteliti, maka rumusan masalah tersebut dirinci menjadi pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan kemampuan kognitif siswa SMA setelah
Komalasari , 2013
2. Bagaimana profil kemampuan berpikir logis siswa SMA?
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang diteliti, maka perlu
dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Kemampuan kognitif yang akan diukur peningkatannya mencakup tiga
jenjang kognitif menurut taksonomi Bloom yaitu pemahaman (C2),
penerapan (C3), dan analisis (C4). Dari hasil ulangan siswa pada materi
Besaran Satuan dan Besaran Vektor menunjukkan hasil yang baik pada
aspek kognitif pengetahuan (C1), sehingga pada penelitian ini tes
kognitif yang dilakukan dimulai dari aspek pemahaman (C2).
Peningkatan kemampuan kognitif siswa ditunjukkan dengan adanya
peningkatan positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest)
yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang
dinormalisasi menurut Hake (1998).
2. Kemampuan berpikir logis ini didasarkan kepada aspek berfikir formal
Piaget yaitu penalaran konservasi (conservational reasoning), penalaran
proporsional (proportional reasoning), penalaran korelasi
(correlational reasoning), penalaran probabilitas (probabilistic
reasoning), pengontrolan variabel (controlling variables), penalaran
Komalasari , 2013
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif setelah
diterapkannya pembelajaran inquiry dengan reading infusion dan profil
kemampuan berpikir logis siswa SMA.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan
gambaran tentang penerapan pembelajaran inquiry dengan reading infusion
dalam meningkatkan kemampuan kognitif dan profil kemampuan berpikir logis
siswa SMA yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang
berkepentingan, seperti: guru, mahasiswa, praktisi pendidikan dan masyarakat.
F. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian yang akan dilakukan terdiri dari tiga variabel
yaitu pembelajaran inquiry dengan reading infusion, kemampuan kognitif siswa
SMA , dan profil kemampuan berpikir logis siswa SMA.
G. Definisi Operasional
1. Pembelajaran inquiry yang dimaksud adalah suatu rangkaian kegiatan
belajar yang berpusat pada siswa dengan tujuan untuk menemukan konsep
dan prinsip dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis. Pada
Komalasari , 2013
Langkah-langkah pada pembelajaran inquiry lesson meliputi tahapan:
mengajukan pertanyaan, merumuskan variabel, melakukan percobaan, dan
menarik kesimpulan. Namun pada pembelajaran inquiry dengan reading
infusion ada tahapan reading yang dilakukan sebelum pembelajaran
dilaksanakan. Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan metode ini dilihat
dari lembar observasi.
2. Reading Infusion adalah kegiatan membaca modul yang dilakukan sebelum
pembelajaram inquiry dengan diikuti penerapan teknik membaca SQ3R.
Modul yang di dalamnya terdapat materi pokok fisika tentang Gerak Lurus
disusun oleh peneliti berdasarkan beberapa sumber, kegiatan pemberian
modul kemudian diikuti penerapan teknik membaca SQ3R untuk
memahami isi materi yang terdapat pada modul dengan dibimbing oleh
guru. Teknik membaca SQ3R memiliki lima tahapan meliputi (1) Survey:
pengkajian awal pada judul, subjudul pada modul dengan dibimbing guru,
(2) question: membuat pertanyaan sendiri tentang isi bacaan, (3) read:
membaca teks, menggunakan pertanyaan-pertanyaan sebagai pembimbing,
memberi tanda (menggarisbawahi atau menandai konsep yang dianggap
penting dan konsep yang tidak dipahami), (4) recite: menjawab pertanyaan
yang telah dibuat pada tahapan question dan membuat catatan, dan (5)
review: membaca ulang bagian-bagian atau konsep yang dianggap sulit.
Materi dari hasil membaca pada modul digunakan sebagai bekal
pengetahuan siswa dalam melaksanakan kegiatan eksperimen.
Komalasari , 2013
3. Kemampuan kognitif adalah merupakan tingkat penguasaan materi yang
dicapai oleh siswa yang mencakup ranah kognitif berdasarkan taksonomi
Bloom. kemampuan berpikir kognitif siswa yang secara hierarkhis terdiri
dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Adapun pada penelitian ini dibatasi pada apek pemahaman, aplikasi, analisis
saja. Besarnya peningkatan kemampuan kognitif yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah adanya peningkatan positif antara tes awal (pretest) dan
tes akhir (posttest) yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor
gain yang dinormalisasi menurut Hake (1998).
4. Kemampuan berpikir logis yang dimaksudkan oleh peneliti adalah
kemampuan yang dimiliki siswa agar dapat mengemukakan sesuatu yang
benar secara rasional dengan menggunakan dasar pemikiran (fakta) yang
benar, mampu berargumentasi dan dapat menarik kesimpulan. Kemampuan
berpikir logis ini didasarkan kepada aspek berfikir formal Piaget yaitu
penalaran konservasi (conservational reasoning), penalaran proporsional
(proportional reasoning), penalaran korelasi (correlational reasoning),
penalaran probabilitas (probabilistic reasoning), pengontrolan variabel
(controlling variables), penalaran kombinasi (combinatorial reasoning).
Kemampuan berpikir logis diukur menggunakan GALT (Group Assesment
of Logical Thinking) yang dibuat oleh Roadrangka berdasarkan aspek
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian
Terkait dengan tujuan penelitian ini yang mengabaikan variabel luar yang
dapat mempengaruhi hasil eksperimen maka digunakan metode quasi
experiment atau eksperimen semu dengan menggunakan satu sampel penelitian
yaitu kelompok eksperimen saja tanpa ada kelompok kontrol atau kelompok
pembanding. Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah kelompok yang
akan mendapatkan pembelajaran inquiry dengan reading infusion. Adapun
desain penelitiannya adalah one group pretest-posttest design. Desain ini
digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Pretest Treatment Posttest
T1 R X1 X2 X3
T2
L
Keterangan :
T1 = Tes awal kemampuan kognitif (pretest).
R = Reading infusion.
X1 = Pembelajaran pertama (treatment) dengan pembelajaran inquiry.
X2 = Pembelajaran kedua (treatment) dengan pembelajaran inquiry.
X3 = Pembelajaran ketiga (treatment) dengan pembelajaran inquiry.
T2 = Tes akhir kemampuan kognitif (posttest).
Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment)
yaitu satu kali kegiatan reading infusion dan tiga kali pembelajaran
pembelajaran berbasis inquiry. Sebelum diberi perlakuan (treatment), sampel
diberi tes awal (pretest) untuk mengetahui kemampuan kognitif, yang kemudian
dilanjutkan kegiatan reading infusion dengan pemberian modul bacaan dengan
melatihkan teknik membaca SQ3R diluar jam pelajaran. Pertemuan selanjutnya
sampel diberikan perlakuan (treatment) pertama. Pertemuan selanjutnya sampel
diberi perlakuan (treatment) kedua, pertemuan selanjutnya sampel diberi
perlakuan (treatment) ketiga. Setelah diberi perlakuan sebanyak 3 kali
pembelajaran, siswa diberi tes akhir (posttest) dengan menggunakan instrumen
tes kemampuan kognitif yang sama seperti pada tes awal (pretest). Kemudian
sampel diberikan tes terstandar kemampuan berpikir logis dari Roadrangka
(1983) yang telah diadaptasi.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di salah satu
SMA Negeri di Kota Bandung. Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah
salah satu kelas X. Banyaknya siswa yang terlibat dalam penelitian ini adalah 30
siswa.
Terkait kondisi di lapangan maka penentuan sampel ini diambil
menggunakan teknik purposive sample (sampel bertujuan). Purposive sample
dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random,
2009:183). Teknik ini biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan. Salah
satu pertimbangan karena selama penelitian berlangsung tidak memungkinkan
untuk mengubah kelas yang sudah ada.
C. Instrumen
Terkait dengan tujuan penelitian maka teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes
Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah berupa tes tertulis yaitu tes
kemampuan berpikir logis dan tes kemampuan kognitif.
a. Tes kemampuan kognitif
Tes hasil belajar aspek kognitif yang digunakan berupa tes objektif dalam
bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan. Dalam penelitian ini aspek
kognitif yang diukur berdasarkan taksonomi Bloom yang meliputi aspek
pemahaman dinyatakan dengan C2, aspek aplikasi dinyatakan dengan C3
dan aspek analisis dinyatakan dengan C4.
Adapun pola persebaran instrumen kemampuan kognitif yang diujikan
sebagai berikut.
Tabel 3.2. Pola Persebaran Intrumen Kemampuan Kognitif Tiap Aspek
Aspek No soal Jumlah soal
C2 1,2,3,5,6,11,12,18,19,22, 24,25 12
C3 4,7,8,9,10,16,17 7
b. Tes kemampuan berpikir logis
Terkait dengan penelitian maka instrumen yang digunakan untuk mengukur
kemampuan berpikir logis siswa pada penelitian ini adalah seperangkat tes
yang dikembangkan oleh Roadrangka (1983) dan telah dimodifikasi yaitu
Group Assessment of Logical Thinking (GALT). Tes kemampuan berpikir
logis ini terdiri atas 12 soal yaitu 10 soal pilihan berganda dengan alasan
dan 2 soal pertanyaan subjektif yang mengukur penalaran konservasi
(conservational reasoning), penalaran proporsional (proportional
reasoning), penalaran korelasi (correlational reasoning), penalaran
probabilitas (probabilistic reasoning), pengontrolan variabel (controlling
variables) dan penalaran kombinasi (combinatorial reasoning). Sebelum
instrumen ini digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu instrumen di
judgment oleh Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Adapun
pola persebaran instrumen kemampuan berpikir logis yang diujikan sebagai
berikut.
Tabel 3.3. Pola Persebaran Instrumen Kemampuan Berpikir Logis
Aspek No soal Jumlah soal
conservational reasoning 1,2 2
proportional reasoning 3,4 2
correlational reasoning 5,6 2
probabilistic reasoning 7,8 2
controlling variables 9,10 2
2. Observasi
Observasi merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati (Sudjana,
2005:156). Dalam penelitian ini observasi digunakan sebagai instrumen ketika
studi pendahuluan untuk mengetahui kemampuan berpikir logis dan hasil
belajar fisika siswa selain itu juga digunakan ketika penelitian dilaksanakan.
Observasi yang dilakukan ketika penelitian meliputi observasi kegiatan reading
infusion dan aktivitas guru selama proses pembelajaran.
a. Observasi Kegiatan Membaca (Reading Infusion)
Observasi aktivitas guru dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui keterlaksanaan kegiatan membaca dengan teknik SQ3R
dengan menggunakan lembar observasi kegiatan membaca. Instrumen
observasi ini berbentuk rating scale, observer hanya memberikan tanda
cek (√) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi.
Lembar observasi kegiatan reading infusion selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran halaman 169.
b. Observasi Aktivitas Guru
Observasi aktivitas guru dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui keterlaksanaan pembelajaran inquiry dengan menggunakan
lembar observasi aktivitas guru. Instrumen observasi ini berbentuk rating
scale, observer hanya memberikan tanda cek (√) pada kolom yang sesuai
dengan aktivitas yang diobservasi. Selain itu, instrumen ini memuat
selama pembelajaran terhadap keterlaksanaan metode pembelajaran yang
diterapkan. Lembar observasi aktivitas guru selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran halaman 166.
Lembar observasi yang telah dibuat dikoordinasikan kepada observer yang
akan mengikuti dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman
terhadap lembar observasi tersebut.
D. Alur Penelitian
Alur penelitian dapat digambarkan seperti bagan di bawah ini.
Gambar 3.1. Bagan Alur Penelitian
E. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen Tes
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian terlebih dahulu diuji
coba di salah satu kelas yang berada di sekolah tempat penelitian dilaksanakan. Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan
Telaah Kurikulum
Studi Literatur
Studi Pendahuluan
Menentukan Sampel Penelitian
Menyusun Perangkat Pembelajaran
Menyusun Instrumen Penelitian
Melakukan Uji Coba dan Analisis Instrumen Penelitian
Mengolah dan Menganalisis Data Hasil Penelitian
Membahas Hasil Penelitian
Menarik Kesimpulan dan Saran
Tes Awal Kemampuan Kognitif
Kegiatan reading infusion
Pembelajaran inquiry 1 Pembelajaran inquiry 2
Pembelajaran inquiry 3
Tes Akhir Kemampuan Kognitif
Hal ini dimaksudkan supaya data yang diperoleh adalah data yang benar sehingga
dapat menggambarkan kemampuan subyek penelitian dengan tepat.
1. Analisis Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu tes. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengukur apa
yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat. Nilai validitas dapat ditentukan dengan menentukan koefisien
produk moment. Validitas soal dapat dihitung dengan menggunakan
perumusan :
(Sudijono, 2009:181)
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
X = skor tiap butir soal.
Y = skor total tiap butir soal.
N = jumlah siswa.
Kategori validitas dari setiap butir soal yang telah diujicobakan dapat
Tabel 3.4. Klasifikasi Validitas Butir Soal
Nilai rxy Kriteria
1,00 Sempurna
0,80-0,99 Sangat Tinggi
0,60-0,79 Tinggi
0,40-0,59 Cukup
0,20-0,39 Rendah
0,00-0,19 Sangat Rendah
(Arikunto, 2009: 75)
2. Analisis Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh
mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg atau tidak
berubah-ubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda (Syambasri
Munaf, 2001:59). Nilai reliabilitas dapat ditentukan dengan menentukan
koefisien reliabilitas. Untuk menghitung nilai reliabilitas digunakan
perhitungan reliabilitas dengan metode belah genap-ganjil karena ketika soal
tes kognitif pada penelitian ini dipisahkan antara ganjil dan genap terdapat
keseimbangan. Setelah diketahui nilai reliabilitas sebagian dengan
menggunakan korelasi product moment, kemudian nilai reliabilitas keseluruhan
dihitung dengan rumus dari Spearman-Brown menurut Arikunto (2009:93).
Keterangan :
r11= nilai reliabilitas keseluruhan
r1/2 1/2= nilai reliabilitas sebagian
Setelah dihitung dengan menggunakan rumus Spearman-Brown
selanjutnya nilai tersebut diinterpretasikan berdasarkan koefisien korelasi
menurut Arikunto (2009:75) yang jika disajikan dalam tabel dapat dilihat pada
tabel 3.5.
Tabel 3.5. Interpretasi Koefisien Korelasi untuk Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria
0,80 r < 1,00 Sangat tinggi
0,60 r < 0,80 Tinggi
0,40 r < 0,60 Cukup
0,20 r < 0,40 Rendah
0,00 r < 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 2009: 75)
Dari tabel 3.5 dapat diketahui derajat reliabilitas soal. Setelah diketahui
kriteria derajat reliabilitas, maka soal tersebut diperhitungkan untuk digunakan
atau diganti. Untuk reliabilitas soal yang sangat tinggi, tinggi dan sedang akan
digunakan. Untuk derajat reliabilitas yang rendah dan sangat rendah akan diganti
atau diperbaiki.
3. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
Daya pembeda butir soal dapat ditentukan dengan rumusan sebagai berikut.
(Miller, 2008: 135)
Keterangan:
D = Daya pembeda butir soal
BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
JA = Banyaknya peserta kelompok atas
JB = Banyaknya peserta kelompok bawah
PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Kategori daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan dapat
ditentukan berdasarkan interpretasi daya pembeda butir soal pada Tabel 3.6 di
bawah ini.
Tabel 3.6. Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal
Nilai Daya Pembeda Tingkat Kesukaran
Negatif Soal dibuang
0,00-0,19 Jelek
0,20-0,39 Cukup
0,40-0,69 Baik
0,70-1,00 Baik Sekali
(Arikunto, 2009: 218)
4. Analisis Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal
merupakan gambaran mengenai sukar atau tidaknya suatu butir soal. Tingkat
kesukaran dapat juga disebut sebagai taraf kemudahan. Tingkat kesukaran
dihitung dengan menggunakan perumusan :
(Miller, 2008: 131)
Keterangan :
P : indeks kesukaran
B: banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS: Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kategori tingkat kesukaran butir soal yang telah diujicobakan dapat
ditentukan berdasarkan kategori tingkat kesukaran butir soal pada Tabel 3.7 di
bawah ini.
Tabel 3.7. Kategori Tingkat Kesukaran
Nilai P Tingkat Kesukaran
0,00-0,25 Sukar
0,26-0,75 Sedang
0,76-1,00 Mudah
(Arikunto, 2009: 210)
F. Teknik Pengolahan Data
1. Analisis Data Kemampuan Kognitif
a. Penskoran
Skor setiap siswa ditentukan oleh jumlah jawaban yang benar, dengan
diberi skor satu dan jawaban yang salah atau butir soal yang tidak dijawab
diberi skor nol. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan ketentuan:
(Syambasri Munaf, 2001:44)
dengan :
S = Skor siswa
R = Jawaban siswa yang benar
b. Menghitung rata-rata (mean)
Untuk menghitung nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik pretest maupun
posttest, digunakan rumus:
(Sudjana, 2010:109)
dengan :
= rata-rata skor atau nilai x
= skor atau nilai siswa ke i
n = jumlah siswa c. Menghitung Gain Skor
Gain adalah selisih antara skor tes awal dan skor tes akhir. Untuk
menghitung nilai gain skor digunakan persamaan sebagai berikut :
(Hake, 1998)
dengan :
G = gain
Si = skor tes awal (pretest)
d. Menghitung Gain Ternormalisasi
Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain aktual yaitu
skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yaitu skor gain
tertinggi yang mungkin diperoleh siswa (Hake, 1998).
Untuk menghitung nilai gain ternormalisasi digunakan persamaan sebagai
berikut :
a) Gain yang dinormalisasi setiap siswa (g)didefinisikan sebagai:
dengan:
g = gain yang dinormalisasi.
Sf = skor tes akhir (posttest).
Si = skor tes awal (pretest).
b) Rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) dirumuskan sebagai :
Keterangan:
g= rata-rata gain yang dinormalisasi
Sf = rata-rata skor tes akhir (posttest)
Si= rata-rata skor tes awal (pretest)
Nilai <g> yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel 3.8.
Tabel 3.8. Klasifikasi Nilai Gain yang Dinormalisasi
Nilai g Klasifikasi
g 0,7 Tinggi
0,7 > g 0,3 Sedang
(Hake, 1998)
2. Analisis Data Kemampuan Berpikir Logis
Untuk tes kemampuan berpikir logis jawaban benar mendapat nilai satu
yaitu jika jawaban dan alasannya benar atau semua jawaban benar dan lengkap
untuk dua soal subjektif, sedangkan jawaban salah mendapat nilai nol yaitu jika
salah satu atau jawaban dan alasannya salah atau jawaban tidak lengkap untuk
dua soal subjektif.
Pemberian skor dihitung dengan menggunakan ketentuan:
Tabel 3.9. Pedoman Skor Tes Kemampuan Berpikir Logis
No soal Jawaban Alasan Skor
1-10
Benar Salah 0
Salah Benar 0
Salah Salah 0
Benar Benar 1
No soal Jawaban Skor
11-12
Benar Tidak Lengkap 0
Salah Lengkap 0
Salah Tidak Lengkap 0
Benar Lengkap 1
(Roadrangka, 1983)
Nilai skor yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel 3.10.
Tabel 3.10. Kategori Tingkatan Kemampuan Berpikir Logis
Kategori Kemampuan Berpikir logis Skor
Formal 9-12
Transisi 5-8
Konkrit 0-4
(Roadrangka, 1983)
3. Pengolahan Lembar Observasi
Untuk observasi keterlaksanaan pembelajaran dan keterlaksanaan reading
Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk menghitung persentase
keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca adalah sebagai berikut ini :
a. Menghitung jumlah jawaban “ya” yang observer isi pada lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran dan lembar observasi keterlaksanaan
kegiatan membaca.
b. Menghitung persentase keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan
membaca. dengan menggunakan persamaan Presentase Keterlaksanaan.
c. Menafsirkan kategori keterlaksanaan pembelajaran dan kegiatan membaca
[image:30.595.78.523.200.600.2]berdasarkan Tabel 3.11.
Tabel 3.11. Tingkat Keberhasilan Keterlaksaan Inquiry dan Reading Infusion
Persentase Kategori
80% atau lebih Sangat Baik
60%-79% Baik
40%-59% Cukup
21%-39% Rendah
0% - 20% Rendah Sekali (Sa’adah Ridwan, 2000)
G. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen aspek kemampuan kognitif digunakan dalam penelitian,
instrumen tes terlebih dahulu diujicobakan di sekolah yang sama dengan tempat
penelitian. Data hasil uji coba instrumen tes kemudian dianalisis untuk
mengetahui layak atau tidaknya instrumen tes dipakai dalam penelitian. Data
hasil uji coba instrumen penelitian yang telah dianalisis validitas, tingkat
Tabel 3.12. Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran
Nomor soal
Validitas
Daya Pembeda Tingkat
Kesukaran Reliabilitas
Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori
1 0,37 Rendah 0,35 Cukup 0,53 Sedang
0,94 Sangat Tinggi 2 0,38 Rendah 0,5 Baik 0,5 Sedang
3 0,27 Rendah 0,25 Cukup 0,48 Sedang 4 0,60 Tinggi 0,1 Jelek 0,85 Mudah 5 0,47 Cukup 0,4 Baik 0,6 Sedang 6 0,64 Tinggi 0,1 Jelek 0,85 Mudah 7 0,53 Cukup 0,25 Cukup 0,73 Mudah 8 0,57 Cukup 0,35 Cukup 0,78 Mudah 9 0,47 Cukup 0,2 Cukup 0,6 Sedang 10 0,76 Tinggi 0,25 Cukup 0,88 Mudah 11 0,52 Cukup 0,2 Cukup 0,8 Mudah 12 0,80 Sangat
Tinggi
0,2 Cukup 0,9 Mudah
13 0,71 Tinggi 0,25 Cukup 0,83 Mudah 14 0,39 Rendah 0,35 Cukup 0,58 Sedang 15 0,64 Tinggi 0,3 Cukup 0,8 Mudah 16 0,68 Tinggi 0,45 Baik 0,78 Mudah 17 0,58 Cukup 0,05 Jelek 0,78 Mudah 18 0,62 Tinggi 0,1 Jelek 0,8 Mudah 19 0,60 Cukup 0,1 Jelek 0,8 Mudah 20 0,89 Sangat
Tinggi
0,2 Cukup 0,9 Mudah
Dari tabel 3.12 di atas diperoleh nilai reliabilitas sebesar 0,94 yang
termasuk kategori sangat tinggi. Artinya instrumen ini sudah menghasilkan skor
yang ajeg yaitu dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten
walaupun diujikan pada kondisi yang berbeda. Dari tabel 3.12 dapat diketahui
bahwa 82% instrumen valid dengan 7,14% kategori sangat tinggi; 46,42%
kategori tinggi; 28,57% kategori cukup, dan 17,85% kategori rendah. Berdasarkan
daya pembeda, instrumen yang memenuhi kriteria untuk digunakan sebagai
instrumen penelitian sebanyak 67,85% dengan 10,71% kategori baik dan 57,14%
kategori cukup, sedangkan 32,14% instrumen mempunyai daya pembeda jelek.
Berdasarkan tingkat kesukaran sebanyak 75% instrumen kategori mudah, 25%
kategori sedang.
Setelah menganalisis hasil uji coba instrumen tes, maka terdapat beberapa
soal yang dibuang dan diperbaiki. Dari 28 soal yang diujikan terdapat 3 soal yang
dibuang yaitu soal nomor 1, 3, dan 21. Sehingga soal yang digunakan untuk
instrumen penelitian adalah 25 soal. Sedangkan soal-soal yang diperbaiki adalah
soal yang memiliki validitas rendah, validitas sangat rendah, tidak valid; soal yang
memiliki daya pembeda jelek; dan soal yang memiliki tingkat kesukaran yang
mudah atau yang sukar.
Adapun untuk instrumen tes kemampuan berpikir logis yang diadaptasi
dan kemudian dimodifikasi dari Group Asessment of Logical Thinking (GALT),
dilakukan uji keterbacaan dan uji kejelasan soal serta pilihan oleh pihak yang
berkompeten dibidangnya, dalam penelitian ini di uji oleh Dosen Jurusan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMA
Negeri di Kota Bandung kelas X semester I mengenai penerapan pembelajaran
inquiry dengan reading infusion dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan
kemampuan kognitif dan kemampuan berpikir logis, diperoleh kesimpulan:
1. Penerapan pembelajaran inquiry dengan reading infusion dapat
meningkatkan kemampuan kognitif yang ditunjukkan oleh nilai gain
ternormalisasi. Dari hasil pretest-posttest dilakukan didapatkan nilai gain
termormalisasi yaitu sebesar 0,68 dan termasuk kategori sedang.
2. Profil kemampuan berpikir logis siswa menunjukkan dari jumlah siswa
sebanyak 30 orang, 4 orang termasuk pada tingkatan formal, 22 orang
termasuk pada tingkatan transisi sedangkan 4 orang termasuk pada
tingkatan konkrit. Ditinjau dari enam aspek kemampuan berpikir logis,
skor pada kemampuan penalaran konservasi (conservational reasoning)
adalah 37, penalaran proporsional (proportional reasoning) adalah 35,
penalaran korelasi (correlational reasoning) adalah 24, penalaran
probabilitas (probabilistic reasoning) adalah 18, pengontrolan variabel
(controlling variables) adalah 24, penalaran kombinasi (combinatorial
B. Saran
Adapun beberapa saran perbaikan bagi penelitian-penelitian selanjutnya
antara lain:
1. Adanya kelas kontrol yang menerapkan pembelajaran inquiry dan kelas
eksperimen yang menerapkan pembelajaran inquiry dengan reading
infusion untuk mengukur peranan dan pengaruh dari reading infusion.
2. Kegiatan reading infusion yang dilakukan lebih dari satu kali treatment
namun berkelanjutan.
3. Strategi membaca yang digunakan lebih bervariasi dan disesuaikan dengan
bahan bacaan yang akan dibaca.
4. Adanya program rumah membaca yang menyediakan berbagai jenis buku
Komalasari , 2013
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bloom, Benjamin S. (1978). Taxonomy of Educational Objective: Handbook I Cognitive Domain. Chicago: A Committee College and University Examiner.
Depdiknas. (2006). Kurikulum 2004: Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Fisika, Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Ekawati, Estina. (2011). Mengembangkan Kecakapan Abad ke-21. [Online]. Tersedia: http://p4tkmatematika.org/2011/10/mengembangkan-kecakapan-abad-ke-21/. [1 Februari 2012].
Fang, Zhihui. & Wei, Youhua.(2010). “Improving Middle School Students’ Science Literacy Through Reading Infusion”. The Journal of Educational Research Online, 103 : 262–273 [ 24 Desember 2011].
Fitrianti. (2005). Penerapan SQ3R dengan catatan Graphic Postorganizer pada Model Belajar Heuristik Vee dalam Pembelajaran Biologi. Tesis Magister Program Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.
Hake, Richard. R. (1997). Interactive Engagement Methods In Introductory Mechanics Courses. Tersedia : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf, accessed on. [20 November 2008].
Hake, Richard. R. (1998). Interactive Engagement Methods In Introductory
Mechanic Courses. [Online]. Tersedia:
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf. [22 Oktober 2012].
Hake, Richard. R. (2002). Analyzing Charge / Gain Scores. [online] Tersedia: American Educational Research Association [20 Juli 2012].
Harjasujana, A. S. & Damaianti, V. S. (2003) Membaca dalam Teori dan Praktek. Bandung : Mutiara.
Komalasari , 2013
Miller, Patrick W. (2008). Measurement and Teaching. United Stated of America : Patrick W Miller & Associates.
Mirawati, Riani. (2011). Penerapan Model Pembelajaran STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Ilmiah dan Pemahaman Konsep Siswa SMA pada Konsep Pencernaan. Skripsi Sarjana UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.
Munaf, Syambasri. (2001). Evaluasi Pendidikan Fisika. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Pabichara, Khrisna. (2007). 12 Rahasia Pembelajar Cemerlang. Bandung : Kolbu.
Partnesship for 21st Century Skills. (2009). Kecakapan Abad ke-21. [Online]. Tersedia: www.21stcenturyskills.org. [5 Februari 2012].
Panggabean, Luhut P. (1996). Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP.
Panggabean, Luhut P. (2001). Statistika Dasar. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Ridwan, Sa‟adah. (2000). Identifikasi dan Penanggulangan Kesulitan Belajar Siswa dalam Mempelajari Konsep Cahaya di kelas II-G SLTPN 12 Bandung. Tesis pada Program Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.
Roadrangka, V. (1983). The construction of a Group Assessment of Logical Thinking(GALT).Tersedia:http://www.thaiscience.info/journals/Article/Th e%20construction%20of%20a%20group%20assessment%20of%20logical %20thinking%20(galt).pdf. [11 Oktober 2011].
Saragih, S. (2004). Menumbuhkembangkan Berpikir Logis dan Sikap Positif terhadap Matematika melalui Pendekatan Matematika Realistik. [on line]. Tersedia: http://zainurie.files.wordpress.com(2007/11/261_091.pdf).
Simiati, Nina Y. (2011). Analisis Prestasi Belajar Siswa Kelas X daam Pembelajaran Fisika dengan Menggunakan Pembelajaran Sains Berorientasi Inquiry. Skripsi Sarjana UPI. Bandung: Tidak dipublikasikan.
Sudijono, Anas. (2008). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Komalasari , 2013
Sudrajat. (2006). Penerapan SQ3R pada pembelajaran Tindak Lanjut untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi dalam Matematika Siswa SMU. Tesis & Disertasi Perpustakaan UPI. Bandung : Tidak dipublikasikan.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. (1990). Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Tomo. (2003). Mengintegrasikan Teknik Membaca SQ4R dan membuat catatan Berbentuk Graphic Postoganizer dalam Pembelajaran Fisika. Disertasi Doktor Program Pasca UPI. Bandung : Tidak dipublikasikan.
Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Kencana.
Twining, J.E. (1991). Strategies for Active Learning. Boston: Allyn and Bacon.
Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas pendidikan Indonesia.
Wahyanti, Mega. (2011). Laporan Kajian Jurnal : “Improving Middle School
Students’ Science Literacy Through Reading Infusion”. Makalah Seminar
Pendidikan Fisika UPI, Bandung.
Wenning, Carl J. (2005). Level of inquiry : Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes. Journal Of Physics Teacher Education Online 2, (3), 3-11, [online]. Tersedia : http.//phy.ilstru.edu/jpteo[12 April 2011].