Hana Widyastuti Wiratmoko, 2015. Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Pokok Bahasan Gaya Kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan prestasi belajar fisika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada pokok bahasan gaya kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2013/1014. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari : (1) kuesioner motivasi belajar siswa, (2) tes prestasi yang terdiri dari pre test dan post test, (3) lembar wawancara motivasi belajar siswa, (4) alat dokumentasi. Data hasil kuesioner motivasi belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menentukan skor total dan persentase yang diperoleh masing-masing siswa, kemudian berdasarkan hasil persentase tersebut ditentukan kriteria motivasi belajar siswa secara individu maupun keseluruhan. Data hasil wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai penguatan dari hasil kuesioner motivasi belajar siswa. Data tes prestasi belajar siswa yaitu pre test dan post test dianalisis mengunakan uji t untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat menumbuhkan motivasi belajar fisika siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil analisis kuesioner motivasi belajar fisika siswa, yaitu 48,57% siswa memiliki motivasi yang cukup baik, 42,85% siswa memiliki motivasi yang baik, dan 8,57% siswa memiliki motivasi yang sangat baik. (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa. Hasil analisis data skor pre test dan post test menggunakan uji t diperoleh nilai t sebesar -18,77. Nilai thitung =
-18,77< ttabel = 2,042,. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan prestasi belajar yang
ABSTRACT
Hana Widyastuti Wiratmoko, 2015. The Motivation and Physics Learning Achievement Through Cooperative Learning Model Application Type Numbered Heads Together (NHT) in Class VIIIF Pangudi Luhur 1 Junior High School Yogyakarta. Thesis. Physics Education Studies Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher’s Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to understanding the increase in motivation and achievement through the application of cooperative learning model Numbered Heads Together in the subject of force in class VIIIF Pangudi Luhur 1 Junior High School Yogyakarta academic year 2013/2014.
The subject of this research was eight grade students of Pangudi Luhur 1 Junior High Shcool Yogyakarta academic year 2013/2014. This research applied quantitative analysis. Research instruments used in data collection, consist of : (1) Students motivation questionnaires, (2) Students academic achievement test in the form of pre test and post test, (3) Students motivation interview sheet, and (4) documentation tools. Data of students motivation questionnaires were analyzed quantitatively by determine the total score and the percentage of the students motivation indvidually and overall. Data of interview were analized qualitative descriptively as the strengthening of the result of students motivation questionnaires. Data of academic achievement tests are the result of pre test and post test were analyzed using t test to know enhancement of students academic achievement.
The result of the research showed that (1) The application of cooperative learning model type Numbered Heads Together that can motivate students to learn physics. It was shown from the result of questionnaires that the students motivation in the overall height criteria. (2) The application of cooperative learning model type Numbered Heads Together was increase to improving students achievement. The result from analyzed of score pre test and post test with t test calculations obtained tcount = -18,77 < ttable = 2,042. Therefore, it can be conclude that there
MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA POKOK BAHASAN GAYA KELAS VIIIF SMP
PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
Hana Widyastuti Wiratmoko
NIM: 081424021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA POKOK BAHASAN GAYA KELAS VIIIF SMP
PANGUDI LUHUR I YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh:
Hana Widyastuti Wiratmoko
NIM: 081424021
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
KATA MOTIVASI
"Banyak orang berhenti berupaya, saat sebetulnya mereka
sudah hampir sampai. Sabarlah, selangkah lagi.”
"Satu ide sederhana yang menjadi kenyataan, lebih baik
daripada banyak ide yang hanya dalam khayalan.”
(Mario Teguh)
Kegagalan dapat disebabkan oleh dua hal :
1.
Berpikir tapi tak pernah bertindak
2.
Bertindak tapi tak pernah berpikir
ABSTRAK
Hana Widyastuti Wiratmoko, 2015. Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Pokok Bahasan Gaya Kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan prestasi belajar fisika melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together pada pokok bahasan gaya kelas VIIIF SMP Pangudi
Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2013/1014. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data terdiri dari : (1) kuesioner motivasi belajar siswa, (2) tes prestasi yang terdiri dari pre test dan post test, (3) lembar wawancara motivasi belajar siswa, (4) alat dokumentasi. Data hasil kuesioner motivasi belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menentukan skor total dan persentase yang diperoleh masing-masing siswa, kemudian berdasarkan hasil persentase tersebut ditentukan kriteria motivasi belajar siswa secara individu maupun keseluruhan. Data hasil wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai penguatan dari hasil kuesioner motivasi belajar siswa. Data tes prestasi belajar siswa yaitu pre test dan post
testdianalisis mengunakan uji tuntuk mengetahui peningkatan prestasi belajar
siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat menumbuhkan motivasi belajar fisika siswa. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil analisis kuesioner motivasi belajar fisika siswa, yaitu 48,57% siswa memiliki motivasi yang cukup baik, 42,85% siswa memiliki motivasi yang baik, dan 8,57% siswa memiliki motivasi yang sangat baik. (2) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar fisika siswa. Hasil analisis
ABSTRACT
Hana Widyastuti Wiratmoko, 2015. The Motivation and Physics
Learning Achievement Through Cooperative Learning Model Application Type Numbered Heads Together (NHT) in Class VIIIF Pangudi Luhur 1 Junior High School Yogyakarta. Thesis. Physics Education Studies Program,
Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher’s Training and Education. Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to understanding the increase in motivation and achievement through the application of cooperative learning model Numbered Heads Together in the subject of force in class VIIIF Pangudi Luhur 1 Junior High School Yogyakarta academic year 2013/2014.
The subject of this research was eight grade students of Pangudi Luhur 1 Junior High Shcool Yogyakarta academic year 2013/2014. This research applied quantitative analysis. Research instruments used in data collection, consist of : (1) Students motivation questionnaires, (2) Students academic achievement test in the form of pre test and post test, (3) Students motivation interview sheet, and (4) documentation tools. Data of students motivation questionnaires were analyzed quantitatively by determine the total score and the percentage of the students motivation indvidually and overall. Data of interview were analized qualitative descriptively as the strengthening of the result of students motivation questionnaires. Data of academic achievement tests are the result of pre test and post test were analyzed using t test to know enhancement of students academic achievement.
The result of the research showed that (1) The application of cooperative learning model type Numbered Heads Together that can motivate students to learn physics. It was shown from the result of questionnaires that the students motivation in the overall height criteria. (2) The application of cooperative learning model type Numbered Heads Together was increase to improving students achievement. The result from analyzed of score pre test and post test with
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan kasih karunia dan rahmat-Nya, sehingga skripsi dengan
judul “Motivasi dan Prestasi Belajar Fisika Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Pokok
Bahasan Gaya Kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta” ini dapat
terselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Fisika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama proses penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu,
mendukung, membimbing, dan memotivasi penulis. Oleh karena itu, melalui
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa M.S sebagai Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika.
3. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ign. Antang Hartoko, S.Pd., selaku Kepala Sekolah di SMP Pangudi
Luhur I Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan ijin untuk
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Pembatasan Masalah ... 5
F. Pembatasan Istilah ... 5
G. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II DASAR TEORI ... 9
A. Pengertian Belajar ... 9
B. Pembelajaran Kooperatif ... 13
C. Numbered Heads Together (NHT) ... 17
E. Prestasi Belajar Siswa ... 22
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 39
A. Pelaksanaan Penelitian ... 39
B. Analisis Data dan Pembahasan ... 48
1. Analisis Kuesioner Motivasi Siswa ... 48
2. Analisis Prestasi Belajar Siswa ... 52
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif ... 16
Tabel 3.1 Peta konsep Kuesioner ... 33
Tabel 3.2 Pedoman Skor Kuesioner ... 35
Tabel 4.1 Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 48
Tabel 4.2 Kategori Hasil Analisis Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 50
Tabel 4.3 Presentase Setiap Kategori Hasil Analisis Kuesioner ... 51
Tabel 4.4 Analisis Hasil Skor Pretest dan Postest ... 52
Tabel 4.5 Paired Samples Statistics ... 54
Tabel 4.6 Paired Samples Correlations ... 54
Tabel 4.7 Paired Samples Test ... 54
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN A
A.1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran .... 65
A.2 Distribusi Soal Pretest Menurut Konsep dan Indikator Pembelajaran .... 66
A.3 Konsep, Aspek yang Diukur, Soal Pretest Pilihan Ganda dan Skor Maksimal ... 68
A.4 Konsep, Aspek yang Diukur, Soal Pretest Uraian dan Skor Maksimal . 70 A.5 Distribusi Soal Postest Menurut Konsep dan Indikator Pembelajaran .... 71
A.6 Konsep, Aspek yang Diukur, Soal Postest Pilihan Ganda dan Skor Maksimal ... 72
A.7 Konsep, Aspek yang Diukur, Soal Postest Uraian dan Skor Maksimal .. 74
A. 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 75
A. 9 Daftar Nama Kelompok ... 91
LAMPIRAN B
B.1Hasil Kerja Siswa Pretest ... 122
B.2 Hasil Kerja Siswa LKS 1 ... 126
B.3 Hasil Kerja Siswa LKS 2 ... 129
B.4 Hasil Kerja Siswa LKS 3 ... 135
B.5 Hasil Kerja Siswa LKS 4 ... 139
B.6 Hasil Kerja Siswa Postest ... 143
B.7 Hasil Kerja Siswa Kuesioner ... 149
B. 8 Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 158
B. 9 Surat Keterangan Penelitian ... 159
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika (bahasa Yunani : fysikos, “alamiah”, dan fysis, “alam”)
adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas
(http://id.wikipedia.org/wiki/Fisika).Sudah bukan menjadi rahasia lagi bahwa mata pelajaran fisika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Karakteristik
fisika yang bersifat abstrak dan harus menghafal rumus membuat
kebanyakan siswa beranggapan bahwa fisika itu sulit dan rumit. Disinilah
tugas dari seorang guru fisika benar-benar harus ditunjukkan. Guru harus
terus berlatih bagaimana membantu siswa belajar fisika. Hendaknya guru
fisika melakukan pendekatan terhadap siswa, sehingga siswa tidak merasa
takut dengan guru fisika.
Tugas guru fisika bukan hanya menyampaikan materi
pembelajaran, namun juga harus bisa membuat siswa menyukai fisika. Salah
satunya adalah dengan cara menggunakan metode pembelajaran yang
berbeda. Guru fisika dituntut menguasai banyak metode pembelajaran,
dimaksudkan agar siswa tidak merasa bosan saat proses belajar mengajar
berlangsung. Banyaknya metode pembelajaran yang ada membuat guru
harus lebih selektif untuk menggunakannya saat mengajar, agar tidak terjadi
Unsur penting dalam pembelajaran yang baik adalah (1) Siswa
yang belajar, (2) Guru yang mengajar, (3) Bahan pelajaran, (4) Hubungan
antara guru dan siswa. Dalam belajar fisika yang penting adalah siswa yang
aktif belajar fisika. Maka semua usaha guru harus diarahkan untuk
membantu dan mendorong agar siswa mau mempelajari fisika itu sendiri.
Dari pihak guru diharapkan menguasai bahan yang mau diajarkan, mengerti
keadaan siswa sehingga dapat mengajar sesuai dengan keadaan dan
perkembangan siswa, dapat menyusun bahan sehingga mudah ditangkap
siswa. (Paul Suparno,2007:2).
Menurut Winkel (1987), pembelajaran berlangsung di dalam kelas,
dapat ditemukan beberapa komponen yang bersama-sama mewujudkan
proses tersebut. Komponen-komponen tersebut antara lain prosedur didaktif,
media pengajaran, pengelompokan siswa dan materi pelajaran. Peranan
dalam membimbing pada dasarnya ikut dalam prosedur didaktif. Prosedur
didaktif menunjuk pada kegiatan-kegiatan guru dalam mengelola
pembelajaran di dalam kelas. Untuk mencapai keberhasilan tersebut,
disamping harus memahami sepenuhnya materi yang diajarkan guru juga
dituntut untuk mengetahui secara tepat posisi pengetahuan siswa sebelum
mengikuti pelajaran tertentu.
Pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together merupakan suatu metode pembelajaran yang mengedepankan pada aktivitas dan interaksi siswa dalam mencari,
depan kelas. Pada metode pembelajaran ini setiap siswa dibagi dalam
kelompok kecil dan masing-masing diberi nomor kepala. Setiap anggota
kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama, karena pada saat
presentasi guru akan memanggil nomor kepala siswa sebagai wakil
kelompok. Selain itu keunggulan dari metode Numbered Heads Together
adalah adanya kerja sama dalam kelompok dan dalam menentukan
keberhasilan kelompok tergantung keberhasilan individu, sehingga setiap
anggota kelompok tidak bisa menggantungkan pada anggota yang lain
namun setiap anggota dapat saling membantu dalam memahami suatu
materi demi tercapainya keberhasilan dalam kelompok.
Proses pembelajaranbiasanya menggunakan metode konvensional
ceramah dalam menyampaikan materi sehingga siswa cepat bosan. Oleh
karena itu, peneliti dan guru kelas mencari penyelesaian masalah tersebut
untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa yaitu dengan
menggunakan metode pembelajaran Numbered Heads Together.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan
penelitian untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap motivasi dan prestasi
belajar siswa pada pokok bahasan Gaya kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi beberapa masalah
yang lebih spesifik sebagai berikut:
1. Banyak siswa beranggapan bahwa fisika itu sulit dan rumit karena
bersifat abstrak dan terdiri dari berbagai macam rumus.
2. Pembelajaran di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta masih
menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang termotivasi
dalam belajar yang mengakibatkan nilai hasil belajar rendah.
3. Adanya kemungkinan keberhasilan penerapan model pembelajaran
koopertif Numbered Heads Together untuk menumbuhkan motivasi
belajar siswa dan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam belajar
fisika.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa SMP
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
1. Mengetahui motivasi dan prestasi belajar siswa dengan cara
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together pada siswa SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta kelas VIIIF
pada materi Gaya.
E. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut serta mempertimbangkan
kemampuan, pengetahuan, dan waktu maka pada penelitian ini penulis
membatasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Populasi dan sampel penelitian adalah siswa kelas VIIIF SMP
Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
2. Penelitian ini hanya membahas mengenai penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together pada pokok
bahasan Gaya di kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta.
3. Hasil penelitian diterapkan sebatas untuk kelas VIIIF SMP Pangudi
Luhur I Yogyakarta.
F. Pembatasan Istilah
Dalam penelitian ini, dijelaskan beberapa istilah agar penelitian ini
1. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada
dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda.
Pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha
memanfaatkan teman sejawat sebagai sumber belajar, disamping guru
dan sumber belajar lainnya.
2. Numbered Heads Together
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
merupakan suatu metode pembelajaran yang mengedepankan pada
aktivitas dan interaksi siswa dalam mencari, mengolah dan
melaporkan informasi yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.
Pada metode pembelajaran ini siswa dibagi dalam kelompok kecil dan
masing-masing diberi nomor. Setiap anggota kelompok mempunyai
tanggung jawab yang sama, karena pada saat presentasi guru akan
memanggil nomor siswa sebagai wakil kelompok.
3. Motivasi Belajar
Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan daya
penggerak yang ada dalam tubuh seseorang untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapai suatu tujuan. Motivasi
belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual.
Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa
kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan
belajar (Sardiman, 2008:75).
4. Prestasi Belajar
Secara umum prestasi belajar adalah bukti usaha yang dapat dicapai,
atau perubahan yang terjadi pada siswa dalam bidang pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sebagai hasil dari proses belajar (Winkel,
1986).
5. Gaya
Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan, yang mengakibatkan
perubahan gerak benda atau bentuk benda. Satuan dari gaya dalam
MKS adalah Newton (N) dan dalam cgs adalah dyne.
Berdasarkan uraian pembatasan istilah, maka pada penelitian ini
akan dibahas mengenai keberhasilan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap motivasi dan prestasi
belajar siswa pada pembelajaran fisika dengan pokok bahasan gaya.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Guru
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai penambahan
wawasan dalam mengelola pembelajaran fisika dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together untuk
2. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat melatih siswa untuk mengembangkan
keterampilam sosial siswa antara lain; belajar kerjasama,
bertanggungjawab dan berinteraksi dengan teman sebaya.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan bekal bagi
penulis dalam mengelola pembelajaran fisika dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together saat
BAB II
DASAR TEORI
A. Pengertian Belajar
Menurut Sardiman (2008) belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya
yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Menurut Winkel (1987) belajar adalah suatu aktivitas
mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
ketrampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan
berbekas.
Agar pengertian belajar tidak melenceng pada hakikat belajar
sendiri, maka akan dikemukakan definisi tentang belajar menurut para pakar
pendidikan (Suparjo, A., 2009:2) sebagai berikut :
1. Menurut Gagne, belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan
yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut
bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara
alamiah.
2. Menurut Harold Spears,learning is to observe, to read, to imitate, to
lain, bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba
sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).
3. Menurut Morgan,learning is any relatively permanent change in
behavior that is a result of past experience. (Belajar adalah perubahan
perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman).
Dari uraian definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan perubahan tingkah laku secara keseluruhan pribadi siswa dan
bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman siswa.
Sistematika lima jenis belajar menurut Robert M. Gagne antara lain:
1. Informasi verbal (verbal information) adalah pengetahuan yang
dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan
dan tertulis.
2. Kemahiran intelektual (intellectual skill) adalah kemampuan untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam
bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai
lambang/simbol (huruf, angka, kata, gambar).
3. Pengaturan kegiatan kognitif (cognitive strategy) adalah suatu cara
menangani aktivitas belajar dan berpikirnya sendiri.
4. Ketrampilan motorik (motor skill) adalah orang yang mampu
melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan-urutan
tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai
5. Sikap (attitude) adalah kemampuan untuk mengambil keputusan
apakah suatu obyek tertentu itu baik/tidak.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, dan menurut
Muhibbin (2005:132), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
antara lain:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
siswa yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor internal
meliputi dua macam yaitu:
a. Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis merupakan aspek yang bersifat
jasmaniah yang menandai tingkat kebugaran organ-organ dan
sendi-sendinya terutama indera pendengaran dan indera
penglihatan siswa yang dapat mempengaruhi semangat dan
intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
b. Aspek Psikologis
Aspek psikologis merupakan aspek yang bersifat
rohaniah yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas
perolehan pembelajaran siswa. Banyak faktor psikologis yang
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dalam hal ini ada
berbagai model klasifikasi faktor psikologis yang diperlukan
(2008) antara lain perhatian, intelegensi siswa, pengamatan,
tanggapan, fantasi, ingatan, berpikir, bakat, minat dan motivasi.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri
siswa yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Faktor eksternal
meliputi dua macam yaitu:
a. Lingkungan Sosial
1) Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf administrasi,
dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat
belajar seorang siswa.
2) Lingkungan sosial siswa yang meliputi masyarakat dan
tetangga juga teman-teman sepermainan disekitar
perkampungan siswa.
3) Lingkungan sosial siswa yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua dan
keluarga.
b. Lingkungan Non-sosial
Faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa,
alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan
c. Faktor pendekatan belajar (Approach to learning)
Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi
pelajaran. Hal ini didukung dengan pernyataan Syaiful dan
Aswan (2010) bahwa kegagalan pengajaran salah satunya
disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Selain itu,
metode pembelajaran berfungsi merupakan salah satu bentuk
motivasi ekstrinsik sebagai alat perangsang dari luar yang dapat
membangkitkan semangat belajar siswa yang dapat
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar.
B. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model
pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip
dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok
kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang
kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat
belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang
membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa
terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggotanya
(Priyanto dalam Made Wena, 2009:189).
Sedangkan menurut Made Wena (2009) pembelajaran
kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan
teman sejawat sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber
belajar lainnya.
2. Unsur-unsur dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di
dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Menurut Lie
(dalam Made Wena, 2009:190) ada berbagai elemen yang merupakan
ketentuan pokok dalam pembelajaran kooperatif antara lain:
a. Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)
Dalam sistem pembelajaran kooperatif, guru dituntut
untuk mampu menciptakan suasana belajar yang mendorong
agar siswa merasa saling membutuhkan dan ketergantungan satu
sama lain. Dalam hal ini kebutuhan siswa tentu terkait dengan
pembelajaran. Suasana saling ketergantungan tersebut dapat
diciptakan melalui berbagai strategi yaitu ketergantungan dalam
pencapaian tujuan, menyelesaikan tugas, bahan atau sumber
belajar, peran dan ketergantungan hadiah.
b. Interaksi Tatap Muka (face to face interaction)
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam
melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga dengan
sesama siswa menerapkan keterampilan bekerja sama untuk
menjalin hubungan dengan sesama anggota kelompok.
c. Akuntabilitas Individual (Individual Accountability)
Mengingat pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran dalam bentuk kelompok, maka setiap anggota
harus belajar dan menyumbangkan pikiran demi keberhasilan
pekerjaan kelompok. Setiap siswa harus bertanggung jawab
terhadap penguasaan materi pembelajaran secara
maksimal,karena hasil belajar kelompok didasari atas rata-rata
nilai anggota kelompok. Kondisi belajar yang demikian akan
menumbuhkan tanggung jawab (akuntabilitas) pada
masing-masing individu siswa.
d. Keterampilan Menjalin Hubungan Antar pribadi atau
keterampilan sosial (Use of collarative/social skill)
Dalam pembelajaran kooperatif dituntut untuk
membimbing siswa agar dapat berkolaborasi, bekerja sama dan
bersosialisasi antaranggota kelompok. Oleh karena itu,
keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap
teman, mengkritik ide, mempertahankan pikiran logis, tidak
mendominasi orang lain, mandiri dapat bermanfaat dalam
3. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
Sintak model pembelajaran kooperatif menurut Agus Suparjo
(2009) terdiri dari 6 fase yaitu:
Tabel 2.1 Sintak Model Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2: Present information Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal Fase 3: Organize students into
learning teams
Mengorganisir peserta didik kedalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and
study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5: Test on the materials Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok
4. Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
Dalam pembelajaran kooperatif, terdapat banyak pendekatan
yang dapat digunakan (Arends, 2008) yaitu Student Teams
C. Numbered Heads Together (NHT)
Numbered Heads Together adalah suatu pendekatan yang
melibatkan banyak siswa dalam menelaah materi pelajaran. Pendekatan ini
bertujuan untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Pendekatan Numbered Heads Together terdiri atas empat langkah yaitu
penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama dan menjawab.
Dikembangkan oleh Spencer Kagan (dalam Arends 2008) untuk
melibatkan lebih banyak siswa dalam review berbagai materi yang dibahas
dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang
isi pelajaran.
Number Head Together adalah suatu model pembelajaran yang
lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan
melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan
di depan kelas.
1. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Numbered Heads Together
a. Numbering
Guru membagi siswa menjadi beberapa tim
beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi nomor
sehingga setiap siswa pada masing-masing tim memiliki nomor
antara 1-5.
b. Questioning
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, bentuk
c. Heads Together
Siswa menyatukan pemikiran mereka untuk
menemukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang
tahu jawabannya.
d. Answering
Guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari
masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat
tangannya dan memberikan jawabannya ke hadapan seluruh
kelas.
2. Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
a. Terjadi interaksi positif antara siswa melalui diskusi dalam
menyelesaikan masalah.
b. Siswa pandai maupun siswa yang lemah sama-sama
memperoleh manfaat melalui aktivitas belajar kooperatif.
c. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi
pengetahuan akan menjadi lebih besar.
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan
keterampilan bertanya, diskusi dan mengembangkan bakat
kepemimpinan.
e. Setiap anggota kelompok dituntut untuk menguasai materi yang
diberikan sebab setiap anggota mempunyai kesempatan yang
sama untuk mempertanggungjawabkan tugas kelompok di depan
3. Kelemahan Model Pembelajaran Numbered Heads Together
a. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat
menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.
b. Proses diskusi tidak dapat berjalan lancar jika ada siswa yang
sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki
pemahaman yang memadai.
c. Dalam membentuk kelompok memerlukan waktu yang cukup
lama karena kelompok disusun secara heterogen.
4. Cara meminimalisir Kelemahan Model Pembelajaran Numbered
Heads Together.
a. Upaya dari guru dan teman sekelompok untuk memberikan
motivasi pada siswa yang lemah agar dapat berperan aktif dalam
proses pembelajaran.
b. Adanya upaya untuk meningkatkan tanggung jawab individu
untuk belajar bersama-sama.
D. Motivasi Belajar Siswa
1. Pengertian Motivasi
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat
non-intelektual. Peranannya dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang,
dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat
akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
Seseorang yang memiliki intelegensi cukup tinggi, bisa jadi gagal
Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakan
seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang
yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
dorongan dalam dirinya (Hamzah, 2008:1).
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam (Made Wena,
2009: 33) yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang
disebabkan faktor pendorong dari dalam diri individu. Dalam
proses belajar mengajar siswa yang termotivasi secara intrinsik
dapat dilihat dari kegiatan yang tekun dalam mengerjakan
tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan
belajar yang sebenarnya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaanya
karena pengaruh dari luar. Motivasi ekstrinsik bukan merupakan
keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri siswa untuk
belajar; tujuan individu melakukan kegiatan adalah mencapai
tujuan yang terletak diluar aktivitas belajar itu sendiri, atau
tujuan itu tidak terlibat di dalam aktivitas belajar.
Menurut Amir Daien Indrakusuma (1973:162),
yang dapat memberikan dorongan kepada kegiatan belajar
siswa.
Sedangkan menurut Winkel dalam Abd.Rachman Abror
(1993:114), motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak
psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada
kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.
Dari kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian motivasi belajar adalah proses yang memberikan
semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan
lama demi tercapainya suatu tujuan.
2. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi, sebab hasil
belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Oleh karena itu,
menurut Sardiman (2008) ada tiga fungsi motivasi yaitu:
a. Mendorong seseorang untuk berbuat, jadi sebagai penggerak
atau motor yang melepaskan energi dari setiap kegiatan yang
akan dikerjakan
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan
apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
d. Pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dengan kata lain
dengan adanya usaha yang tekun dan didasari adanya motivasi,
maka seseorang yang belajar akan mendapatkan prestasi yang
baik.
Motivasi yang ada pada diri siswa dapat dilihat dari
karakteristik tingkah laku siswa (Made Wena, 2009: 33) yaitu
menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi, ketekunan
dalam kegiatan belajar, keantusiasan dalam belajar, keterlibatan dalam
kegiatan belajar, rasa ingin tahu, selalu berusaha mencoba, dan aktif
mengatasi tantangan yang ada dalam pembelajaran.
E. Prestasi Belajar Siswa
Secara umum prestasi belajar adalah bukti usaha yang dapat
dicapai, atau perubahan yang terjadi pada siswa dalam bidang pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sebagai hasil dari proses belajar (Winkel, 1986).
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami proses
pembelajaran. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman dan
F. Gaya
Gaya adalah suatu tarikan atau dorongan, yang mengakibatkan
perubahan gerak benda atau bentuk benda. Satuan dari gaya dalam
MKS adalah Newton (N) dan dalam cgs adalah dyne.
Gaya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Gaya sentuh, yaitu gaya yang hanya bisa bekerja pada benda
jika terjadi sentuhan antara sumber gaya dan benda. Contoh :
gaya otot, gaya tarik/dorong, gaya gesekan.
b. Gaya tak sentuh, yaitu gaya yang bisa bekerja pada benda tanpa
terjadi sentuhan antara sumber gaya dan benda. Contoh : gaya
gravitasi, gaya listrik, gaya magnet.
Pengaruh gaya pada benda adalah :
a. Benda diam menjadi bergerak, misal: meja yang didorong.
b. Benda bergerak menjadi diam, misal: bola yang ditangkap.
c. Bentuk dan ukuran benda berubah, misal: pegas yang ditarik.
d. Arah gerak benda berubah, misal: bola yang dipukul kemudian
mengenai dinding dan berbalik arah.
Gaya mempunyai besar dan arah. Alat untuk mengukur besar gaya
secara langsung adalah neraca pegas. Besarnya gaya yang diukur
ditunjukkan oleh jarum penunjuk yang ada pada neraca pegas.
Resultan gaya
Jika ada dua gaya, misalnya F1 dan F2 bekerja pada suatu benda, maka
resultan gaya R dituliskan sebagai R = F1 + F2.
Jika dua buah gaya atau lebih arahnya sama, maka
gaya-gayanya dijumlahkan
+ =
Jika dua buah gaya atau lebih arahnya berlawanan, maka
gaya-gayanya dikurangkan
+ =
Dua buah gaya yang saling tegak lurus, resultan gayanya
diperoleh dengan menggunakan rumus Phytagoras
Jika dua buah gaya yang besarnya sama bekerja pada sebuah
benda dengan arah yang berlawanan, maka diperoleh resultan
gaya sama dengan nol. Pada keadaan ini tidak terjadi perubahan
gerak. Artinya benda tersebut tetap berada pada keadaan diam
atau jika bergerak maka akan terus bergerak dengan kecepatan
tetap (gerak lurus beraturan).
+ = 0
Gaya gesek
Gaya gesek adalah gaya yang menghambat gerakan benda. Gaya
gesek bekerja di antara permukaan benda yang saling
Jenis-jenis gaya gesek :
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat
yang tidak bergerak relatif satu sama lainnya. Seperti
contoh, gesekan statis dapat mencegah benda meluncur ke
bawah pada bidang miring.
Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda
bergerak relatif satu sama lainnya dan saling bergesekan.
Karakteristik dari gaya gesek adalah sebagai berikut:
Antara dua buah benda yang bersentuhan terjadi gaya
gesek.
Sebuah benda akan bergerak jika gaya yang bekerja pada
benda lebih besar dari gaya geseknya.
Gaya gesek selalu berlawanan arah dengan arah gerak
benda.
Besarnya gaya gesek antara dua buah benda ditentukan
oleh kekasaran atau kehalusan permukaan-permukaan
yang bersentuhan.
Gaya gesek yang menguntungkan antara lain:
Gaya gesekan antara kaki dengan lantai pada saat berjalan.
Jika permukaan lantai / telapak kaki licin, maka dapat
Gaya gesekan penggunaan rem pada sepeda / motor /
mobil, yang berfungsi untuk menghentikan kelajuan
kendaraan tersebut.
Gaya gesekan udara saat parasut dikembangkan.
Gaya gesekan antara ban yang dibuat bergerigi dengan
permukaan jalan sehingga kendaraan tidak selip.
Gaya gesek yang merugikan antara lain:
Gaya gesekan pada komponen mesin yang berputar dan
bersentuhan satu sama lain. Merugikan karena akan
menimbulkan panas dan mesin cepat aus sehingga mudah
rusak.
Gaya gesekan antara permukaan ban dengan jalan raya.
Pada jalan raya yang kasar tidak rata, gaya gesekan antara
roda dan jalan sangat besar, sehingga sulit untuk melaju
cepat.
Gaya gesekan udara dengan benda yang bergerak. Contoh
: mobil balap didesain sedemikian rupa supaya gaya
gesekan udara tidak mengurangi kelajuan mobil.
Gaya berat
Gaya berat adalah gaya tarik bumi yang bekerja pada suatu
benda. Satuan berat adalah Newton.
Hubungan antara massa dan berat
w = m. g m =
dengan : w = berat benda (N)
m = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi bumi (N/kg atau m/s2)
Penelitian dengan metode Numbered Heads Together pernah
dilakukan pada bidang Matematika oleh Dewi Puspa Ningrum (2012),
dengan hasil (1) penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together efektif dalam menumbuhkan motivasi belejar siswa. (2)
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
G. Kerangka Berpikir
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together mengedepankan pada aktivitas siswa dalam
kegiatan pembelajaran di kelas. Pada model pembelajaran ini siswa
dikelompok dalam kelompok kecil dan berdiskusi bersama untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru sehingga akan terbentuk
interaksi positif antar siswa. Dengan demikian siswa akan bekerja sama dan
saling membantu dalam memecahkan masalah demi keberhasilan kelompok
tersebut.
Dengan terciptanya aktivitas dan interaksi yang positif antar siswa
dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together, akan tumbuh kemauan dan minat siswa
sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru, dengan demikian
akan tercipta motivasi belajar yang tinggi.
Di sisi lain motivasi sangat besar peranannya terhadap prestasi
belajar. Karena dengan adanya motivasi dapat menumbuhkan minat,
kemauan dan semangat yang tinggi dalam belajar. Dengan motivasi inilah
siswa menjadi tekun dalam proses belajar mengajar sehingga kualitas hasil
belajar siswa dapat terwujud dengan baik dan prestasi belajar meningkat.
Oleh karena itu, dengan pembelajaran Numbered Heads Together
diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa sehingga prestasi
belajarnya meningkat.
H. Hipotesis
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together efektif dalam menumbuhkan motivasi belajar dan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang secara umum
menggunakan data-data yang nantinya akan diskor dalam bentuk angka dan
kemudian model analisisnya menggunakan statistik. Design penelitian ini,
satu kelompok observasi/diukur bukan hanya pada akhir treatment (postest),
tetapi juga sebelum diberi treatment (pretest).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Suparno (2007:43) salah satu unsur yang penting dalam
penelitian adalah bagaimana menentukan sampel dari populasi yang ingin
kita teliti. Sampling adalah proses memilih dan menentukan sampel
penelitian. Sampel adalah suatu kelompok dimana informasi atau data
didapatkan. Populasi adalah kelompok yang lebih besar dimana hasil
penelitian diharapkan berlaku, semua group yang akan diteliti. Sampel
merupakan himpunan dari populasi. Populasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII F SMP Pangudi
C. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together pada mata pelajaran fisika
di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta dengan pokok bahasan Gaya
kelas VIIIF.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi dan prestasi
belajar siswa pada pokok bahasan Gaya.
D. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta.
Pelaksanaan penelitian berlangsung pada bulan Januari tahun 2014 dengan
pokok bahasan Gaya.
E. Bentuk Data Penelitian
1. Data Motivasi Siswa
Data motivasi siswa berupa skor pada kuesioner serta data
hasil pengamatan dan dokumentasi pada saat pembelajaran
berlangsung. Selain itu data juga dalam bentuk wawancara dengan
siswa mengenai tanggapan siswa terhadap penerapan model
2. Data Prestasi Belajar Siswa
Data prestasi belajar siswa diperoleh dari skor hasil tes
prestasi belajar fisika yang berupa soal-soal yang disusun berdasarkan
indikator. Hasil tes prestasi belajar siswa inilah yang akan digunakan
untuk mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together terhadap prestasi belajar siswa pada
pembelajaran fisika pada pokok bahasan Gaya.
F. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data untuk
menunjukan motivasi siswa berupa kuesioner. Sedangkan teknik
pengambilan data prestasi belajar siswa dengan melakukan tes tertulis
berupa pretest dan postest.
1. Data mengenai motivasi siswa pada penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads together dikumpulkan dengan
membagikan kuesioner dan sebagai penguatan dilakukan wawancara.
2. Data mengenai prestasi belajar siswa diperoleh dengan memberikan
soal tes fisikayang terdiri dari pretest dan postest. Hasil belajar inilah
yang akan digunakan untuk mengetahui penerapan model
G. Instrumen Penelitian
Suparno (2007:55) menyatakan bahwa instrumentasi adalah seluruh
proses untuk mengumpulkan data. Sedangkan instrumen adalah alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Bentuknya dapat
berupa tes tertulis, angket, wawancara, dokumentasi, observasi.
Pada penelitian ini ada dua macam instrumen yang digunakan yaitu
instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran.
1. Instrumen Perlakuan
Instrumen perlakuan yang digunakan dalam penelitian berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penyusunan RPP mengacu
pada pembelajaran kooperatif yang menggunakan tipe Numbered
Heads Together, dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
2. Instrumen Pengukuran
Instrumen pengukuran ini berisikan soal Pretest, Postest,
kuesioner.
a. Pretest
Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa. Tes ini berisikan 15 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian.
Disusun berdasarkan pokok bahasan Gaya.
b. Postest
Tes akhir digunakan untuk mengetahui apakah dengan
Berisikan 15 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian. Disusun
berdasarkan pokok bahasan Gaya.
c. Kuesioner
Kuesioner ini berjumlah 25 item dan terdapat 5 pilihan
yaitu STS (Sangat Tidak Setuju), SS (Sangat Setuju), R (
Ragu-ragu), S( Setuju), TS (Tidak Setuju). Kuesioner ini untuk
mengukur motivasi belajar siswa yang dirancang oleh Dewi Puspa
Ningrum,2012. Berikut peta konsep kuesioner:
Tabel 3.1 Peta Konsep Kuesioner
d. Validitas instrumen
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja
Siswa (LKS), prestest, postest,dan kuesioner motivasi yang
digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui validitasnya
peneliti mengkonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen
pembimbing. Validitas yang digunakan peneliti adalah validitas isi
(Content Validity). Suatu instrumen mempunyai validitas isi
apabila sesuai dengan tujuan penelitian. No. Karakteristik
8. Berusaha mencoba dan aktif mengatasi tantangan
H. Dokumentasi
Cara lain untuk memperoleh data dari aktivitas siswa adalah
dengan menggunakan teknik dokumentasi. Pada penelitian ini menggunakan
rekaman video dan foto kegiatan pembelajaran untuk melengkapi data
aktivitas siswa.
Hal-hal yang akan direkam dalam penelitian ini antara lain:
1. Keadaan kelas ketika guru mengawali kegiatan pembelajaran.
2. Keadaan kelas ketika siswa berdiskusi dalam kelompok kecil dalam
mengerjakan tugas yang diberikan guru pada Lembar Kerja Siswa
(LKS).
3. Kegiatan siswa ketika mempresentasikan hasil diskusi.
I. Metode Analisis data
1. Analisis Validitas Tes Prestasi Belajar
Untuk mengetahui validitas setiap instrumen dilakukan
teknik validitas, yaitu teknik penilaian pakar (expert judgment).
Teknik penilaian pakar (expert judgment) digunakan untuk
mengetahui validitas instrumen kuesioner dan soal tes hasil belajar
siswa.
2. Analisis Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
a. Pretest
�
ℎ � 100%
b. Postest
�
ℎ � 100%
3. Analisis Kuesioner Motivasi Siswa
Data dari kuesioner motivasi siswa diperoleh dengan
menghitung skor yang diperoleh masing-masing siswa. Berdasarkan
skala Linkert pedoman penilaian skor pada kuesioner tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.2 Pedoman Penilaian Skor Kuesioner
Jawaban Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju 5 1
Setuju 4 2
Ragu-ragu 3 3
Tidak Setuju 2 4
Sangat Tidak Setuju 1 5
Seluruh skor hasil kuesioner dimasukan dalam tabel hasil
kuesioner kemudian dihitung skor total yang diperoleh masing-masing
siswa dilanjutkan dengan menghitung presentase skor motivasi belajar
siswa dengan rumus sebagai berikut:
� � ℎ � − �
� ℎ �� � � � 100%
Kemudian menentukan kategorinya dengan ketentuan skor
rata-rata 1,00-1,49 = tidak baik, 1,50-2,49 = kurang baik, 2,50-3,49 =
4. Analisis Wawancara
Hasil wawancara akan dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Tujuan dari wawancara ini adalah agar peneliti dapat menggali
informasi dari siswa mengenai tanggapan terhadap penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
J. Rencana Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini untuk mengetahui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap motivasi dan prestasi
belajar siswa pada pokok bahasan Gaya. Agar penelitian dapat berjalan
dengan lancar, maka dibuat suatu rencana kegiatan penelitian yang nantinya
dapat digunakan sebagai acuan kegiatan yang akan dilaksanakan. Berikut
rencana kegiatan selama penelitian berlangsung:
1. Perencanaan
Pada tahap perencanaan, peneliti menyiapkan hal-hal yang diperlukan
dalam penelitian antara lain:
a. Menentukan materi yang akan diajarkan sesuai dengan SK dan
KD fisika untuk SMP yaitu materi Gaya.
b. Melaksanakan observasi dikelas yang menjadi sampel penelitian
untuk mengetahui karakteristik siswa dan cara guru mengajar.
c. Menyiapkan rencana pembelajaran antara lain Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada
pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe
mengkonsultasikan kepada guru kelas dan dosen pembimbing
agar RPP yang telah dibuat sesuai dengan kondisi kelas dan
tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran berjalan sesuai dengan
tujuan penelitian ini.
d. Menyiapkan alat peraga untuk pelaksanaan pembelajaran.
e. Menyiapkan lembar kerja siswa (LKS) untuk pembelajaran
dikelas meliputi langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang
akan dilaksanakan dan latihan soal pemahaman konsep materi.
f. Menyiapkan kuesioner yang berhubungan dengan motivasi
siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kuesioner yang akan
diberikan kepada siswa sebelumnya dikonsultasikan terlebih
dahulu kepada dosen pembimbing agar setiap pertanyaan yang
terdapat pada kuesioner valid dan sesuai dengan tujuan
penelitian.
g. Menyiapkan alat elektronik untuk dokumentasi saat pelaksanaan
penelitian berlangsung.
h. Menyiapkan soal tes prestasi belajar siswa yaknipretest dan
postestdengan mengkonsultasikan soal pada ahlinya yaitu guru
kelas dan dosen pembimbing.
i. Peneliti mengadakan uji coba soal postestdikelas uji coba dan
mengolah data yang didapat untuk menentukan kevalidan dan
2. Pelaksanaan dan pengamatan
Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan, penulis akan dibantu dengan
observer melakukan kegiatan sebagai berikut:
a. Peneliti mengadakan pretest di kelas VIII F.
b. Peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran.
c. Peneliti mengadakan postes mengenai materi yang telah
diajarkan.
d. Peneliti meminta siswa mengisi kuesioner mengenai pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together .
3. Pengolahan data
Dari data-data yang diperoleh selama penelitian, penulis mengolah
data hingga diperoleh kesimpulan.
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
1. Sebelum Penelitian
Sebelum diadakan penelitian di kelas VIIIF SMP Pangudi
Luhur, peneliti mempersiapkan instrumen tes hasil belajar untuk siswa
kelas VIIIF di SMP Pangudi Luhur. Tes hasil belajar diuji terlebih
dahulu validitasnya. Uji validitas yang peneliti pakai adalah uji
validitas pakar atau ahli, sehingga tidak ada uji validitas secara
statistik serta tidak ada perhitungan reliabilitas pada setiap butir
instrumen. Dalam uji validitas pakar atau ahli ini, peneliti memilih
Romo Paul Suparnoselaku dosen di Jurusan Pendidikan Fisika dan
Bapak Bambang selaku guru mata pelajaran Fisika di SMP Pangudi
Luhur, sebagai ahli dalam menganalisa butir-butir instrumen yang
akan peneliti gunakan dalam penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan observasi kelas
karena kurikulum di SMP Pangudi Luhur mata pelajaran fisika tidak
diberikan di semester I. Sedangkan materi pelajaran tentang Gaya
yang akan peneliti sampaikan terdapat pada bab I mata pelajaran
fisika semester 2. Namun demikian, peneliti tetap berkonsultasi
pelajaran fisika belum diberikan, namun pada semester 1 guru tersebut
mengampu mata pelajaran biologi pada kelas yang sama. Sehingga
guru tersebut paham dengan kondisi kelas VIIIF.
2. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur yang
dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2014 sampai dengan 27 Januari
2014 pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa di
kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur adalah 35 orang, dengan jumlah
siswa perempuan 19 orang dan jumlah siswa laki-laki 16 orang.
Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru atau pengajar
dalam pembelajaran pada pokok bahasan gaya. Di sini peneliti dibantu
oleh 1 orang mahasiswa yang berperan sebagai pengamat selama
pembelajaran dalam penelitian serta mendokumentasikan selama
kegiatan penelitian berlangsung.
3. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam 5 kali pertemuan. Berikut akan
dipaparkan secara garis besar mengenai pelaksanaan penelitian dalam
kegiatan pembelajaran dalam pokok bahasan gaya dengan
menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together di
kelas VIIIF SMP Pangudi Luhur Yogyakarta.
a. Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin,
mengawali pertemuan dengan memperkenalkan diri kepada
siswa, dan menyampaikan maksud dan tujuan peneliti untuk
mengadakan penelitian di kelas tersebut. Setelah itu peneliti juga
menjelaskan tujuan dari pembelajaran yang akan dipelajari oleh
siswa bersama-sama dengan peneliti, yaitu memahami materi
gaya. Peneliti juga menjelaskan model pembelajaran yang akan
digunakan selama proses belajar mengajar berlangsung. Model
pembelajaran yang akan digunakan adalah tipe Numbered Heads
Together (NHT).Alokasi waktu yang dibutuhkan untuk
perkenalan dan menyampaikan maksud dan tujuan dari peneliti
adalah 5 menit.
Pada pertemuan ini, guru mengadakan pretest yang
digunakan sebagai tes prasyarat untuk mengetahui seberapa jauh
pemahaman siswa mengenai materi gayayang telah mereka
pelajari sebelumnya. Soal pretest terdiri dari 15 soal pilihan
ganda, dan 5 soal uraian.Peneliti memberikan waktu 50 menit
kepada siswa untuk mengerjakan soal tes awal.Selama siswa
mengerjakan soal tes awal, peneliti bertindak sebagai pengawas
untuk mengawasi jalannya tes awal. Siswa mengerjakan soal
secara individu.
(soal tes awal dapat dan kunci jawaban soal tes awal
Sisa waktu pretes 25 menit dimanfaatkan guru untuk
membagi siswa dalam beberapa kelompok. (hasil pembagian
kelompok dapat dilihat dalam lampiran A)
b. Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, pembelajaran berjalan untuk
pertama kalinya.Dilaksanakan pada hari Rabu, 15 Januari 2014
pukul 07.00 hingga 07.55 WIB.Berikut uraian kegiatan pada
pertemuan kedua secara garis besar.
1) Pendahuluan
Guru masuk kelas dan memberikan salam,
dilanjutkan berdoa bersama yang dipimpin dari ruang
guru. Kemudian guru meminta siswa bergabung dalam
kelompok masing-masing.Setelah siswa berkumpul dalam
kelompok masing-masing, guru membagikan LKS 1.
(LKS 1 dapat dilihat dalam lampiran A)
2) Inti
Siswa diberikan waktu dan kesempatan untuk
berdiskusi dalam kelompok masing-masing. Selama
pembelajaran berlangsung guru selalu mengingatkan siswa
untuk berdiskusi dengan kelompok masing-masing. Tetapi
ada beberapa siswa yang selain berdiskusi dengan
kelompoknya sendiri, juga berdiskusi dengan kelompok
diskusi dikumpulkan kepada guru.Hal ini dikarenakan
keterbatasan waktu yang tidak cukup untuk membahas
jawaban dari pertanyaan diskusi.
3) Penutup
Guru menyampaikan kepada siswa supaya siswa
tetap membawa nomor kepala pada pertemuan-pertemuan
berikutnya. Selain itu guru juga menyampaikan kepada
siswa tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan
pada pertemuan selanjutnya, yaitu siswa dan kelompok
akan melakukan percobaan mengenai cara mengukur gaya
dan mengetahui besar gaya gesek pada benda yang
memiliki kekasaran yang berbeda. Guru meminta setiap
kelompok untuk membawa 3 benda yang sejenis dan
berbeda massa pada pertemuan berikutnya.
c. Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Senin, 20
Januari 2014 pada pukul 07.55 hingga 09.15 WIB. Pada
pertemuan ketiga, siswa melakukan percobaan mengenai cara
mengukur gaya dan mengetahui besar gaya gesek pada benda
yang berbeda kekasarannya.
1) Pendahuluan
Guru masuk kelas, kemudian memberikan salam.