• Tidak ada hasil yang ditemukan

Suatu Penelitian Mengenai Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Self-Esteem Remaja Panti Asuhan "X" di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Suatu Penelitian Mengenai Kontribusi Pola Asuh Orang Tua Terhadap Self-Esteem Remaja Panti Asuhan "X" di Bandung."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul suatu penelitian mengenai kontribusi pola asuh orang tua terhadap self esteem remaja panti asuhan “X” di Bandung. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling, dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 orang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian kontribusi.

Alat ukur yang digunakan merupakan modifikasi dari kuesioner pola asuh orang tua yang disusun oleh peneliti berdasarkan teori Diana Baumrind (Maccoby, 1980) dan terdiri dari 35 item. Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur self esteem adalah kuesioner self esteem yang merupakan modifikasi dari Self Esteem Inventory (SEI) dari Coopersmith (1967). Data yang diperoleh diolah menggunakan multiple regression linear dengan program spss 17.0. Data penunjang terdiri dari faktor pengalaman, lingkungan, dan sosial ekonomi yang mempengaruhi self esteem di proses menggunakan crosstabulation.

Melalui pengolahan data menggunakan program spss 17.0, diketahui bahwa validitas dan reliabilitas (Alpha Cronbach) dari alat ukur pola asuh orang tua dengan dimensi kontrol berkisar antara 0,3 – 0,591 dan dimensi afeksi berkisar antara 0,301 – 0, 653 dengan α= 0,615 dan α= 0,763. Sedangkan alat ukur self esteem berkisar antara 0,306 – 0,569 dengan α= 0,835. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pola asuh orang tua memiliki kontribusi dalam pembentukkan self esteem. Melalui multiple regression pada spss 17.0 didapat bahwa kontribusinya yaitu sebesar -13% untuk dimensi kontrol dan 24, 7% untuk dimensi afeksi.

(2)

vii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Lembar Judul Lembar Pengesahan

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Bagan/Skema ... xii

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Kegunaan ilmiah ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9

1.5 Kerangka Pikir ... 9

1.6 Asumsi ... 17

1.7 Hipotesis ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Asuh ... 19

(3)

viii Universitas Kristen Maranatha

2.1.2 Dimensi Tingkah Laku Orang Tua ... 20

2.1.3 Dimensi Pola Asuh Orang Tua ... 21

2.1.4 Tipe-Tipe Pola Asuh ... 26

2.1.5 Ciri-Ciri Pola Asuh dan Kaitannya dengan Anak ... 29

2.2 Self Esteem ... 33

2.2.1 Definisi Self Esteem ... 33

2.2.2 Aspek - Aspek Self Esteem ... 35

2.2.3 Komponen Self Esteem ... 36

2.2.4 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Self Esteem ... 37

2.3 Remaja ... 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 53

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 53

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 54

3.3.1 Variabel Penelitian ... 54

(4)

ix Universitas Kristen Maranatha

3.5 Populasi Sasaran dan Karakteristik Populasi ... 66

3.5.1 Populasi Sasaran ... 66

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 66

3.6 Teknik Analisis ... 67

3.7 Hipotesa Statistik ... 67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden ... 68

4.1.1 Gambaran Usia ... 68

4.1.2 Pola Asuh Orang Tua pada Remaja panti asuhan ”X” ... 69

4.1.3 Gambaran Self Esteem ... 70

4.1.4 Gambaran Pola Asuh terhadap Self Esteem ... 70

4.2 Hasil Penelitian ... 72

4.2.1 Pola Asuh Orang Tua ... 72

4.2.1.1 Kontribusi Pola Asuh Orang Tua (Kontrol dan Afeksi) terhadap Self Esteem Remaja Panti Asuhan “X” ... 72

4.2.1.2 Kontribusi Pola Asuh Orang Tua terhadap Self Esteem ... 73

(5)

x Universitas Kristen Maranatha

4.3.1 Pola Asuh Orang Tua Terhadap Self Esteem ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 83

5.2 Saran ... 84

5.2.1 Saran Bagi Peneliti Lain ... 84

5.2.2 Saran Guna Laksana ... 84

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RUJUKAN

(6)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penilaian Jawaban Kuesioner Pola Asuh ... 60 Tabel 3.2 Penilaian Jawaban Kuesioner Self Esteem Inventory ... 61 Tabel 4.1 Gambaran responden berdasarkan

usia remaja awal dan akhir ... 68 Tabel 4.2 Gambaran Pola Asuh Orang Tua

pada Remaja Panti Asuhan “X” ... 69 Tabel 4.3 Gambaran Self Esteem Berdasarkan

Usia Remaja Awal dan Akhir ... 70 Tabel 4.4 Gambaran Pola Asuh Orang Tua dengan Self Esteem ... 70 Tabel 4.5 Hasil Multiple Regression pola asuh orang tua

(kontrol dan afeksi) terhadap self esteem ... 72 Tabel 4.6 Hasil Multiple Regression pola asuh orang tua

(7)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR SKEMA/BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pikir ... 16 Skema 3.1 Rancangan Penelitian ... 54

     

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(8)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Pola Asuh Orang Tua dan Self Esteem

Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas Pola Asuh Orang Tua dan Self Esteem Lampiran 3 Multiple Regression

Lampiran 4 Crosstabulation data penunjang

(9)
(10)

Lampiran 1 Kuesioner Pola Asuh Orang Tua dan Self Esteem

DATA PRIBADI

1. Nama : ……….(Inisial)

2. Usia : ………. Tahun

(berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan diri

saudara)

DATA PENUNJANG

1. Apakah saudara merasa bahwa pengalaman masa lalu saudara sangat mempengaruhi kehidupan saudara saat ini?

a. Mempengaruhi b. Tidak mempengaruhi

2. Apakah hidup di dalam panti asuhan menjadi pengalaman yang bermakna bagi saudara?

a. Bermakna b. Tidak bermakna

3. Apakah pengasuh di panti asuhan membantu saudara ketika saudara mengalami kesulitan?

a. Membantu b. Tidak membantu

4. Apakah saudara menyukai tempat tinggal saudara pada saat ini?

a. Menyukai b. Tidak menyukai

5. Apakah saudara merasa puas atas uang yang saudara dapatkan dari pihak panti asuhan?

(11)
(12)

KATA PENGANTAR

Dalam rangka pengambilan data untuk penelitian, peneliti meminta kesediaan dari saudara agar berkenan meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner pola asuh,

self esteem dan data penunjang yang akan peneliti berikan.

Peneliti sangat berharap agar saudara dapat mengisi kuesioner ini dengan sungguh-sungguh sehingga data yang diberikan dapat berguna bagi hasil akhir penelitian ini serta dapat benar-benar menggambarkan permasalahan yang sesuai dengan diri saudara. Peneliti juga akan menjaga kerahasiaan data yang peneliti peroleh dari kuesioner ini.

Atas kesediaan saudara dalam mengisi data pribadi dan kuesioner ini, peneliti ucapkan terima kasih.

Bandung, Juni 2009

(13)

Kuesioner Pola Asuh Orang Tua (Pengasuh)

Petunjuk Pengisian:

Di bawah ini terdapat 35 pernyataan mengenai cara-cara pengasuhan orang tua (pengasuh) terhadap saudara. Orang tua di sini adalah pengasuh yang ada di panti asuhan “X” Bandung. Bacalah setiap pernyataan tersebut dengan cermat kemudian saudara diminta untuk memberikan tanda silang (X) pada salah satu kolom yang sudah disediakan di samping setiap pernyataan SELALU, SERING, JARANG, TIDAK PERNAH sesuai dengan apa yang saudara rasakan. Tidak ada jawaban benar atau salah, semua jawaban benar jika hal itu sesuai dengan yang saudara rasakan. Jangan terlalu lama berpikir, pilihlah jawaban secara spontan. Jangan sampai ada nomor yang terlewatkan.

Contoh:

No Pernyataan SELALU SERING JARANG TIDAK

PERNAH 1. Pengasuh selalu memberikan

pujian apabila saya mendapatkan niai yang baik di sekolah.

X

Bila saudara menjawab SELALU hal ini menyatakan bahwa pengasuh selalu memberikan pujian apabila saudara mendapatkan nilai yang baik di sekolah.

No Pernyataan SELALU SERING JARANG TIDAK

PERNAH 1. Pengasuh selalu memberikan

pujian apabila saya mendapatkan nilai yang baik di sekolah

X

(14)

NO PERNYATAAN SELALU SERING JARANG TIDAK PERNAH 1. Pengasuh tidak akan menegur saya bila

setelah pulang sekolah saya tidak langsung belajar tetapi bermain.

2. Jika saya mendapat masalah, pengasuh berusaha untuk menghibur saya.

3. Pengasuh mendukung seluruh kegiatan yang saya lakukan.

4. Pengasuh tidak suka jika saya menanyakan alasan mengenai peraturan yang telah dibuat.

5. Pengasuh berusaha meluangkan waktu setiap hari untuk dapat mengobrol bersama.

6. Pengasuh tidak memberi kesempatan pada saya untuk bermain dengan teman-teman di dalam panti asuhan setelah pulang sekolah.

7. Ketika saya marah, pengasuh segera menunjukkan perhatian.

8. Pengasuh tidak akan memarahi saya apabila saya tidak menuruti perintahnya. 9. Pengasuh mengharuskan saya mematuhi

aturan-aturan mereka tanpa terkecuali. 10. Pada hari sekolah pengasuh

membebaskan saya untuk bermain meskipun saya memiliki pekerjaan rumah (PR).

11. Pengasuh mengharuskan saya mematuhi jadwal belajar yang sudah dibuat tanpa terkecuali.

12. Semua keputusan dalam hidup saya diputuskan oleh pengasuh.

13. Pengasuh akan menghukum saya bila saya melanggar aturan yang sudah dibuat bersama.

14. Saya merasa kebutuhan fisik saya tidak terpenuhi.

(15)

NO PERNYATAAN SELALU SERING JARANG TIDAK PERNAH 16. Pengasuh membiarkan saya melakukan

apa yang saya suka, baik itu benar atau pun salah.

17. Di panti asuhan, saya harus bertindak sesuai dengan aturan yang ada.

18. Saya merasa pengasuh memberikan kasih sayangnya.

19. Jika saya melanggar peraturan, pengasuh akan menghukum saya.

20. Pengasuh tidak memberi kesempatan pada saya untuk berusaha sendiri jika mengalami kesulitan.

21. Pengasuh dapat melihat perubahan ketika saya memiliki masalah.

22. Pengasuh tidak memiliki waktu untuk menemani saya sewaktu saya sedang mengerjakan tugas sekolah.

23. Ketika saya mendapatkan nilai yang baik maka pengasuh memberi saya pujian.

24. Pengasuh mau mendengarkan apa yang saya katakan.

25. Saya harus mengikuti jadwal kegiatan yang disusun pengasuh.

26. Pengasuh tidak memuji saya ketika saya bersikap baik.

27. Saya bebas melakukan segala kegiatan yang saya sukai.

28. Pengasuh mencintai saya dan menunjukkan kepada saya.

29. Pengasuh mempunyai waktu untuk menanyakan kegiatan-kegiatan saya di sekolah.

(16)

NO PERNYATAAN SELALU SERING JARANG TIDAK PERNAH 31. Saya tidak dapat merubah peraturan

yang telah dibuat oleh pihak panti asuhan.

32. Saya merasa kesulitan ketika saya meminta dibelikan sesuatu kepada pengasuh.

33. Ketika saya membutuhkan sesuatu, pengasuh langsung memenuhinya.

34. Ketika saya menuruti apa yang dikatakan pengasuh maka saya mendapat pujian.

(17)

Kuesioner Self Esteem

Petunjuk Pengisian :

Dibawah ini terdapat 30 pernyataan mengenai apa yang saudara rasakan atau pikirkan. Bacalah setiap pernyataan dengan cermat kemudian berikan jawaban saudara dengan cara memilih salah satu dari 4 alternatif pilihan jawaban yang telah disediakan dengan cara memberikan tanda silang (X) pada salah satu kolom dari keempat alternatif jawaban yang telah disediakan. Keempat pilihan jawaban tersebut adalah :

ƒ SS : Sangat Sesuai dengan gambaran diri saya ƒ S : Sesuai dengan gambaran diri saya

ƒ TS : Tidak Sesuai dengan gambaran diri saya

ƒ STS : Sangar Tidak Sesuai dengan gambaran diri saya

(18)

No PERTANYAAN SS S TS STS 1. Saya tidak pernah memerintah adik-adik yang ada

di panti asuhan.

2. Teman-teman panti asuhan mengikuti ide-ide yang saya kemukakan.

3. Teman-teman di sekolah meminjamkan alat tulisnya ketika saya membutuhkan.

4. Teman-teman di kelas mau mendengar pendapat saya.

5. Teman-teman panti asuhan tidak pernah memperdulikan saya.

6. Saya tidak menjalankan aturan-aturan yang ada di panti asuhan ini.

7. Pada saat saya piket, teman-teman yang lain tidak mau membantu saya untuk membersihkan kelas. 8. Saya sering mengobrol pada saat pelajaran

berlangsung.

9. Pengasuh mengatakan bahwa saya orang yang baik hati.

10. Pengasuh sering menyatakan rasa sayangnya kepada saya.

11. Teman-teman di panti asuhan tidak mau mendengar pendapat saya.

12. Pengasuh memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan saya.

13. Di panti asuhan anak yang lebih dewasa diwajibkan untuk menjaga adik-adiknya tetapi saya tidak melakukan hal tersebut.

14. Saya memiliki beberapa prestasi, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

15. Menurut teman-teman saya orang yang sulit untuk bergaul.

16. Pengasuh memberikan pujian pada saat saya mendapatkan nilai yang baik di sekolah.

17. Setelah waktu istirahat habis, saya langsung masuk kelas.

(19)

No PERTANYAAN SS S TS STS 19. Di sekolah, teman-teman tidak mengajak saya untuk

ikut bermain.

20. Menurut pengasuh saya adalah orang yang tertutup. 21. Pada saat pelajaran di mulai, saya tidak suka ribut. 22. Di panti asuhan saya tidak memiliki keakraban

dengan pengasuh.

23. Saya melakukan tugas yang diperintahkan oleh pengasuh.

24. Pada saat saya ingin membeli makanan saya dapat menyuruh teman di kelas.

25. Saya dapat mengerjakan tugas sekolah dengan baik. 26. Saya mendapat kesulitan pada saat mengerjakan

tugas-tugas yang sekolah berikan.

27. Ketika saya membantu teman di panti asuhan, mereka tidak menghargai bantuan yang telah saya berikan.

28. Saya tidak memiliki satu pun pelajaran yang saya kuasai.

29. Guru di sekolah tidak mau mendengarkan pendapat saya.

30. Saya tidak mempedulikan aturan yang saya langgar.

(20)

Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas Pola Asuh dan Self Esteem

2.1 Pola Asuh

2.1.1 Validitas dan Reliabilitas Pola Asuh

(21)
(22)
(23)

No Validitas Hasil

(24)

Lampiran 3 Multiple Regression

3.1 Pola Asuh

3.1.1 Dimensi Kontrol

Coefficientsa

122,447 15,030 8,147 ,000

-,715 ,301 -,360 -2,380 ,022

(Constant) 

592,591 1 592,591 5,667  ,022a

3973,784 38 104,573

Squares df Mean Square F Sig. 

(25)

3.1.2 Dimensi Afeksi

Coefficientsa

51,687 10,091 5,122  ,000

,758 ,215 ,497 3,526  ,001

1125,918 1 1125,918 12,436 ,001a

3440,457 38 90,538

Squares df Mean Square F Sig. 

(26)

3.1.3 Pola Asuh Authoritative

Coefficientsa

84,786 1,977 42,885  ,000

6,964 3,610 ,427 2,929  ,012

(Constant) 

407,411 1 407,411 3,722  ,012a

4158,964 38 109,446

Squares df Mean Square F Sig. 

Predictors: (Constant), AUTHORITATIVE

Adjusted Std. Error of

(27)

3.1.4 Pola Asuh Authoritarian

Coefficientsa

90,042 2,085 43,185 ,000

-7,917 3,297 ,363 -2,401  ,021

(Constant) 

601,667 1 601,667 5,767  ,021a

3964,708 38 104,334

Squares df Mean Square F Sig. 

(28)

3.1.5 Pola Asuh Permissive

Coefficientsa

85,889 1,756 48,923 ,000

9,861 5,552 ,277 1,776 ,084

(Constant)

350,069 1 350,069 3,155  ,084a

4216,306 38 110,955

Squares df Mean Square F Sig. 

(29)

3.1.6 Pola Asuh Uninvolved

Coefficientsa

87,438 1,927 45,373 ,000

-2,813 4,309 -,105 -,653 ,518

(Constant)

50,625 1 50,625 ,426 ,518a

4515,750 38 118,836

Squares df Mean Square F Sig. 

(30)

Correlations

AUTHORITATIVE AUTHORITARIAN PERMISSIVE UNINVOLVED Self_esteem_total

AUTHORITATIVE Pearson Correlation 1 -.535** -.218 -.327* .373*

Sig. (2-tailed) .000 .176 .039 .018

N 40 40 40 40 40

AUTHORITARIAN Pearson Correlation -.535** 1 -.272 -.408** -.287

Sig. (2-tailed) .000 .089 .009 .072

N 40 40 40 40 40

PERMISSIVE Pearson Correlation -.218 -.272 1 -.167 .134

Sig. (2-tailed) .176 .089 .304 .410

N 40 40 40 40 40

UNINVOLVED Pearson Correlation -.327* -.408** -.167 1 -.176

Sig. (2-tailed) .039 .009 .304 .278

N 40 40 40 40 40

Self_esteem_total Pearson Correlation .373* -.287 .134 -.176 1

Sig. (2-tailed) .018 .072 .410 .278

N 40 40 40 40 40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

(31)

Lampiran 4 Crosstabulation Self Esteem (Data Penunjang)

4.1 Pengalaman

Pengalaman

Self Esteem

Tinggi Rendah

Mempengaruhi 18 51,4% 17 48,6%

Tidak mempengaruhi 4 80% 1 20%

Bermakna 4 57,1% 3 42,9%

Tidak bermakna 18 54,6% 15 45,4%

(32)

4.2 Lingkungan

Lingkungan

Self Esteem

Tinggi Rendah

Membantu 20 57,9% 15 42,8%

Tidak membantu 2 40% 3 60%

Menyukai 20 52,6% 18 47,4%

Tidak menyukai 2 100% 0 0%

Dari hasil pengolahan data penunjang berdasarkan faktor lingkungan, dapat dilihat bahwa remaja panti asuhan “X” yang menyatakan lingkungan membantunya dalam menyelesaikan masalah lebih banyak memiliki self esteem tinggi sebanyak 20 orang (57,9%) dan remaja panti asuhan “X” yang menyatakan lingkungan tidak membantunya dalam menyelesaikan masalah lebih banyak memiliki self esteem rendah sebanyak 3 orang (60%).

4.3 Sosial Ekonomi

Sosial ekonomi

Self Esteem

Tinggi Rendah

(33)

Tidak puas 2 20% 8 80%

10.000 – 25.000 15 48,4% 16 51%

26.000 – 50.000 2 66,7% 1 33,3%

51.000 – 75.000 1 50% 1 50%

76.000 – 100.000 4 100% 0 0%

Dari hasil pengolahan data penunjang berdasarkan faktor sosial ekonomi, dapat dilihat bahwa remaja panti asuhan “X” yang menyatakan puas dengan keadaan ekonomi yang didapatnya selama ini lebih banyak memiliki self esteem tinggi sebanyak 20 orang (66,7%) dan remaja panti asuhan “X” yang menyatakan tidak puas dengan keadaan ekonomi yang didapatnya selama ini lebih banyak memiliki self

esteem rendah sebanyak 8 orang (80%).

Lampiran 5 (Hasil Wawancara dengan pihak panti asuhan “X”)

Iter : Selamat siang pak. Itee : Siang

Iter : Kita langsung saja ya pa. Di panti asuhan ini ada berapa banyak pengasuh yang bertugas untuk mengasuh seluruh penghuni panti asuhan ini? Dan pola asuh yang seperti apa yang diterapkan dip anti asuhan ini?

(34)

diwajibkan untuk ikut memantau anak yang lainnya. Sebenarnya kami masih sangat kekurangan dalam memberikan pengasuh. Soalnya dengan jumlah anak asuh yang lumayan banyak tetapi pengasuhnya hanya 7 orang, saya rasa kurang efektif. Sehingga, pengasuh kesulitan untuk mendekatkan diri kepada remaja yang ada disini.

Iter : Jadi, apakah lebih besar pengawasan atau kasih sayang yang diberikan oleh setiap pengasuh yang ada?

Itee : Kita memberlakukan aturan yang ketat. Kami mengusahan memberikan kasih sayang tapi karena pengasuh yang sedikit jadi kami kurang efektif jika satu persatu harus kami perhatikan. Dengan memberikan peraturan yang ketat diharapkan setiap anak dapat terkendali.

Iter : Apakah bapak dapat memberikan contoh, aturan seperti apa yang diberlakukan di panti asuhan ini? Khususnya pada anak remaja?

Itee : Yang pasti mereka harus minta ijin dulu, terus harus ada perjanjian mereka akan pulang jam berapa. Kalau mereka terlambat pulang, berarti mereka melanggar aturannya sendiri. Pengasuh yang bertugas pasti menghukumnya. Iter : Hukuman apa yang diberikan kepada remaja yang melanggar aturan

tersebut?

Itee : macam-macam, ada yang dimarahi, di jewer, ya pokoknya macam-macam, tergantung usianya juga.

Iter : Cara seperti apa pihak panti asuhan lakukan dengan jumlah pengasuh yang bapak bilang masih tidak mencukupi tetapi dapat merawat setiap anak yang ada disini?

(35)

langsung melakukan pengawasan yang ketat bagi seluruh anak panti. Meskipun ada beberapa pengasuh yang selalu otoriter tapi ada juga pengasuh yang suka mengajak ngobrol anak-anak asuhnya. Namun, dikarenakan kurangnya pengasuh yang ada di panti asuhan ini. Tetapi terkadang remaja panti asuhan berperilaku tidak sesuai dengan yang kami inginkan. Berdasarkan laporan dari sekolah “Y” anak-anak remaja ini sering berperilaku tidak baik.

Iter : Perilaku seperti apa yang mereka tampilkan?

Itee : Misalkan di panti asuhan mereka terlihat sangat baik, pendiam tetapi di sekolah mereka berperilaku kasar.

(Hasil Wawancara dengan remaja panti asuhan “X”)

Iter : Menurut kamu bagaimana pengasuhan yang kamu dapatkan selama ini? Itee : - (3 orang) mereka terdiam sejenak, selama ini pengasuh telah memberikan

perhatian, saya masih beruntung koq bisa tinggal disini. Ga mau deh kalau saya tidur di kolong jembatan. Benerkan?

- (2 orang) mengatakan, saya tidak suka kalau harus selalu menuruti perintahnya, kan gimana kalau lagi bosen, ini rahasiakan?

(36)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

(37)

2

Universitas Kristen Maranatha

dapat mengakibatkan perubahan dalam memberikan pola asuh kepada anaknya. Untuk hal seperti ini, anaklah yang paling menderita jika tidak dididik dengan benar (http://library.usu.ac.id/download/fk/06009832.pdf).

Menurut Makmur Sunusi, Phd, Direktur Jendral Pelayanan Sosial (Depsos Rl) mengatakan bahwa,

"Indonesia telah mengakui secara jelas bahwa keluarga adalah lingkungan terbaik

bagi anak-anak untuk tumbuh dan penelitian ini merupakan langkah penting untuk

memastikan bahwa kebutuhan anak-anak yang memerlukan pengasuhan alternatif dipenuhi

dengan profesionalitas dan pengasuhan yang berkualitas dan panti asuhan merupakan pilihan

terakhir". (http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=674).

Sesuai dengan hal diatas tersebut maka dapat dikatakan bahwa seorang anak jika tidak dapat tinggal dalam lingkungan keluarga maka pilihan yang terbaik adalah anak tinggal di dalam panti asuhan. Didalam panti asuhan anak dapat tetap tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu maka di panti asuhan diperlukan pengasuhan yang berkualitas.

(38)

3

Universitas Kristen Maranatha

Secara lebih mendalam, pengasuhan adalah sebuah interaksi yang terjadi antara pengasuh (orangtua, orang dewasa) dengan anak yang diasuh (Gunarsa, 2001). Pengasuhan merupakan usaha yang diarahkan untuk mengubah tingkah laku sesuai dengan keinginan pengasuh. Pengasuhan menjadi sangat penting karena melalui proses pengasuhan remaja tumbuh dan berkembang menjadi sebuah sosok individu dengan seperangkat karakteristik sejalan dengan yang ia terima selama proses pengasuhan berlangsung (Abrahi, 1998). Bentuk pola asuh adalah sesuatu yang unik dan berbeda–beda antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan pola asuh yang diberikan oleh para pengasuh di sebuah panti asuhan yang sama (http://www.kabarindonesia.com).

Akan tetapi, menurut pemerintah sistem panti asuhan menunjukkan bahwa dukungan pengasuhan yang ada di Indonesia tidak menghasilkan pengasuhan yang professional dan berkualitas. Kurangnya staf secara umum, termasuk staf yang telah mendapatkan pelatihan professional, berarti bahwa remaja cenderung lebih banyak untuk lebih bersikap mandiri dalam melakukan tugas-tugasnya. Sama halnya yang terjadi di Indonesia mengenai remaja yang berasal dari keluarga miskin yang ditampung di panti asuhan. Setiap petugas mengasuh rata-rata 20 anak, karena para pengasuh sangat sibuk maka tidak jarang remaja yang tinggal di panti asuhan tidak mendapat kasih sayang.

(39)

4

Universitas Kristen Maranatha

Selain itu, dalam penelitian Save The Children yang dilakukan terhadap 37 panti asuhan di Indonesia, dijumpai keadaan panti asuhan yang memiliki kekurangan dalam metode pengasuhan. Selain itu, setiap anak yang berada di panti asuhan tidak pernah diikutsertakan dalam pengambilan keputusan. Menurut hasil penelitian ini, terungkap bahwa panti asuhan di Indonesia belum memiliki standar pola pengasuhan yang baik.

(http://www.mail-archive.com/tamanbintang@yahoogroups.com/msg04221.html).

(40)

5

Universitas Kristen Maranatha

pola asuh uninvolved orang tua memiliki sikap kontol yang rendah dan kehangatan yang diberikan kepada anak pun rendah.

Dikarenakan tipe pola asuh yang diterapkan oleh ibu kepada remaja berbeda-beda maka persepsi remaja tentang pola asuh yang didapatnya pun akan berberbeda-beda-berbeda-beda antara satu remaja dengan remaja lainnya. Dari perbedaan tersebut akan menghasilkan sesuatu yang berbeda pula, salah satunya adalah self esteem karena menurut Coopersmith (1967) mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi

self esteem adalah pola asuh. Self esteem merupakan evaluasi positif ataupun negatif

terhadap diri sendiri (Coopersmith dalam Burns, 1982). Menurut Buss (1973), orang tua merupakan faktor utama dalam pembentukan dan pemberi modal dasar terhadap

self esteem dibandingkan dengan teman sebaya atau orang lain. Orang yang memiliki

self esteem rendah cenderung berpikiran negatif tentang dirinya sendiri dan pesimis.

Sedangkan, orang dengan self esteem tinggi mampu memandang kehidupan dengan positif. Orang tua mampu bersikap optimis, maka akan mudah baginya untuk bersikap positif, terbuka dan memberikan dukungan terhadap perkembangan kedewasaan anak remajanya dan sebaliknya apabila orang tua bersikap pesimis maka akan menghambat perkembangan bagi anaknya.

(http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=124687).

(41)

6

Universitas Kristen Maranatha

selalu menuntut pada remaja panti asuhan maka remaja panti asuhan dapat menilai kalau pengasuhnya menghargai kemampuan yang ada pada dirinya (J. Drost, SJ dalam Rublik Psikologi Pikiran Rakyat, Jumat 13 Desember 1996). Berbeda dengan pengasuh yang tidak menghargai kemampuannya maka remaja ini merasa teman-teman merekalah yang menghargai kemampuannya.

(http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/isu-remaja.html).

Menurut Tika Bisono, psikolog. "Self esteem tak datang sendiri, ia dibentuk dan dipupuk, Tika sepakat jika orang tua berperan besar dalam menumbuhkan rasa percaya diri

anak. Orang tua yang terbiasa membangun rasa percaya diri anak, akan meraih manfaatnya

pada masa depan." (http://www.sivalintar.com/pglku3.html)

Self esteem dipengaruhi oleh 4 aspek (Coppersmith,1967). Pertama power,

(42)

7

Universitas Kristen Maranatha

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada 10 orang remaja panti asuhan ”X” Bandung, bahwa 3 orang (30%) diantaranya mengatakan bahwa pengasuh telah memberikan perhatian, merasa dirinya masih beruntung dibanding remaja lainnya yang tidak memiliki tempat untuk tinggal. 2 orang (20%) mengatakan bahwa dirinya tidak menyukai aturan yang ada di panti asuhan ini karena aturan tersebut tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Sedangkan 5 orang (50%) mengatakan bahwa pengasuh yang ada di panti asuhan ini memiliki aturan yang jelas dan mereka masih merasa pengasuh kurang memberikan perhatiannya.

Lembaga panti asuhan ”X” merupakan panti asuhan Kristen yang berbentuk asrama. Visi dan misi dari panti asuhan ini yaitu “Mensejahterakan anak-anak asuh dalam panti dan non panti” dan “ Pelayanan kepada anak asuh yang dimotivasi oleh kasih kepada Allah dan menolong anak asuh dalam kebutuhan tanpa diskriminasi”. Panti asuhan ini hanya diperuntukkan bagi anak laki-laki saja, karena dengan cara seperti ini maka akan mempermudah pengasuh mengasuh anak-anaknya. Panti asuhan ini memiliki 45 orang anak remaja putra. 1 pengasuh diberikan tanggung jawab untuk mengurus 10 anak. Namun, para pengasuh tidak hanya terpaku pada kesepuluh anak tersebut.

Berangkat dari semua konsep yang telah diuraikan diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai kontribusi pola asuh orang tua terhadap

self esteem remaja panti asuhan ”X” di Bandung. Hal ini nantinya dapat digunakan

(43)

8

Universitas Kristen Maranatha

alternatif yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi setiap individu.

1.2 Identifikasi Masalah

Penelitian ini ingin melihat bagaimana kontribusi pola asuh orang tua terhadap self esteem remaja panti asuhan ”X” di Bandung.

1.3 Maksud dan tujuan penelitian

1.3.1 Maksud penelitian

Untuk mengetahui gambaran mengenai kontribusi pola asuh orang tua terhadap self esteem remaja panti asuhan “X” di Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pola asuh mana yang berpengaruh terhadap self esteem.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

(44)

9

Universitas Kristen Maranatha

mendukung perkembangan remaja, terutama dalam pembentukkan self

esteem yang tinggi.

2. Penelitian ini dapat menjadi referensi dan pendorong bagi peneliti lain yang akan meneliti lebih lanjut mengenai pola asuh dan self esteem.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada pengasuh yang bekerja di panti asuhan ”X” dalam perannya untuk memberikan tipe pola asuh mana yang lebih dibutuhkan remaja panti asuhan ”X” dalam pembentukan self esteem yang tinggi.

2. Memberikan informasi kepada lembaga panti asuhan ”X” mengenai self

esteem yang dimiliki remaja panti asuhan ”X” saat ini dan hal apa saja yang

perlu ditingkatkan panti asuhan sehingga self esteem remaja panti asuhan ”X” dapat lebih ditingkatkan.

1.5 Kerangka Pikir

(45)

10

Universitas Kristen Maranatha

tahap ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya terhadap yang terjadi pada saat sekarang maupun masa depan. Remaja merupakan masa yang tidak realistik, ia melihat dirinya dan diri orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya.

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa (Hurlock, 1997). Semua tugas perkembangan tersebut pada masa remaja dipusatkan untuk mempersiapkan setiap remaja agar dapat menjalani kehidupan dimasa yang akan datang sehingga dapat menjalaninya dengan baik. Baik tidaknya kehidupan yang akan dijalankannya dapat dipengaruhi oleh kebutuhan remaja yang menuntut pemenuhan dari orang tua yaitu pengakuan sebagai orang yang mampu untuk menjadi dewasa, mendapatkan perhatian dan kasih sayang (Mappiare, 1982). Oleh karena itu, pola asuh orang tua akan menjadi salah satu bagian yang penting untuk perkembangan remaja.

(46)

11

Universitas Kristen Maranatha

Pola asuh memiliki dua dimensi yang dikemukakan oleh Baumrind (Maccoby,1980) yaitu dimensi kontrol dan dimensi afeksi. Dimensi kontrol ini meliputi pembatasan orang tua terhadap aktivitas remaja, tuntutan orang tua terhadap tanggung jawab remaja dan keterlibatan atau campur tangan orang tua terhadap remaja. Sedangkan dimensi afeksi meliputi perhatian orang tua terhadap kesejahteraan remaja, kepekaan terhadap kebutuhan remaja, kesediaan orang tua untuk meluangkan waktu dan melakukan kegiatan bersama remaja, kepekaan orang tua terhadap keadaan emosi remaja, kesediaan orang tua menanggapi prestasi dan keberhasilan yang dicapai remaja.

Dari dua dimensi tersebut, Baumrind (1980) membedakan empat bentuk pola asuh orang tua yaitu, pola asuh authoritative, pola asuh authoritarian, pola asuh

permissive, dan pola asuh uninvolved. Pada orang tua yang menggunakan pola asuh

authoritative, dalam membuat keputusan orang tua terlebih dahulu memberikan

penjelasan, penalaran pada remaja, dan remaja dilibatkan dalam pembuatan keputusan tersebut. Orang tua bersikap terbuka terhadap tuntutan dan pendapat yang dikemukakan oleh remaja dan mendiskusikan hal tersebut bersama-sama. Walaupun orang tua yang menggunakan pola asuh ini menginginkan kepatuhan dari remaja, namun orang tua tetap menghargai kemandirian remaja. Orang tua dengan pola asuh ini juga mempunyai hubungan yang akrab dengan anaknya dan sering melakukan kegiatan bersama.

(47)

12

Universitas Kristen Maranatha

dan mempunyai hubungan yang kurang hangat. Orang tua dengan remaja jarang melakukan kegiatan secara bersama. Orang tua lebih mengandalkan disiplin yang keras, menggunakan power assertion walaupun orang tua mengetahui bahwa anaknya mengharapkan apa yang menjadi keinginannya dipenuhi oleh orang tua. Orang tua juga membatasi tingkah laku dan perasaan remaja. Remaja tidak diperkenankan membantah atau melawan keputusan orang tua, apa yang dikatakan orang tua adalah suatu keharusan. Bila remaja berbuat salah atau bertingkah laku fghfg

tidak sesuai dengan keinginan orang tua tidak jarang orang tua melakukan hukuman fisik. Dalam diri remaja timbul rasa tidak percaya diri, gelisah, penakut, kurang dapat bergaul, membatasi diri dalam berelasi dan mudah putus asa.

Pola asuh permissive, orang tua bersikap menerima terhadap keinginan-keinginan remaja, menggunakan sedikit sekali hukuman bahkan cenderung tidak pernah, dan menghindari sedapat mungkin sikap otoritas atau penggunaan batasan-batasan ketat. Tuntutan terhadap remaja jarang sekali dilakukan, remaja bebas untuk mengatur jadwal sehari-harinya. Orang tua dengan pola asuh seperti ini juga mempunyai hubungan yang kurang hangat. Dalam diri remaja akan timbul rasa kurang percaya diri sendiri, suka melawan, kurang dapat mengendalikan diri sendiri dan suka mendominasi orang lain.

(48)

13

Universitas Kristen Maranatha

perkembangan dari remaja akan kurang diperhatikan. Oleh karena itu, hubungan orang tua dengan remaja akan kurang baik. Remaja akan memberontak terhadap hal-hal yang melibatkan dirinya, memiliki prestasi yang rendah, dan sering terlibat dalam delinquency.

Pengaruh pola asuh terhadap self esteem menurut para ahli berkeyakinan bahwa self esteem bukanlah diperoleh secara instant, melainkan melalui proses dalam kehidupan bersama orang tua. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi self

esteem seseorang, namun faktor pola asuh merupakan faktor yang amat mendasar

bagi pembentukan self esteem.

(http://vita(insani.co.id/bppsdmk/?show=detailnews&kode=97&tbl=infobadan). Sejalan dengan apa yang dikatakan Buss (1973), bahwa orang tua merupakan faktor utama dalam pembentukan dan pemberian modal dasar terhadap self esteem dibandingkan dengan teman sebaya dan orang lain. Coopersmith (1976) juga menekankan pentingnya keluarga khususnya orang tua dalam pembentukan self

esteem. Perbedaan tingkat self esteem sangat berhubungan dengan sikap orang tua

dan pola asuh orang tua, terutama kehangatan dari orang tua dan cara-cara penerapan aturan atau disiplin kepada anaknya. Hal tersebut dapat menimbulkan rasa percaya diri, kemampuan membina hubungan sosial, menghargai dan menerima diri sendiri.

(49)

14

Universitas Kristen Maranatha

dimiliki seseorang sejak lahir tetapi self esteem merupakan suatu komponen kepribadian yang berkembang semenjak awal kehidupan. Perbedaan tingkat self

esteem dipengaruhi oleh sejumlah aspek dalam penerimaan diri pada remaja yaitu

power, significance, virtue, competence.

Aspek pertama adalah power (kekuasaan) yang berarti kemampuan untuk

mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima individu dari orang lain. Kedua,

significance (keberartian), yaitu adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang

diterima individu dari orang lain dan kesuksesan individu umumnya membawa pengenalan individu akan statusnya dalam suatu komunitas. Kesuksesan adalah bentuk dasar yang nyata dari self esteem dan diukur melalui derajat penerimaan sosial terhadap dirinya. Ketiga, virtue (kebajikan) yaitu ketaatan mengikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi tingkah laku yang tidak diperbolehkan. Terakhir adalah competence (kemampuan), yaitu seseorang sukses memenuhi tuntutan prestasi. Jumlah dari penerimaan dan penghargaan yang diterima dari figur yang signifikan. Individu biasanya menilai dirinya sebagaimana orang lain menilai dirinya dan hal ini membuat individu lebih memusatkan pada self image yang dimilikinya.

(50)

15

Universitas Kristen Maranatha

bermakna dan meninggalkan kesan dalam hidup individu. Kedua, lingkungan yaitu kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup lainnya. Ketiga, sosial ekonomi yaitu perbuatan seseorang untuk memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dukungan financial yang berpengaruh pada kebutuhan hidup.

Berdasarkan dari apa yang telah diungkapkan di atas maka peneliti berasumsi bahwa kontribusi pola asuh tersebut akan mempengaruhi tinggi rendahnya derajat self

esteem remaja yang tinggal di panti asuhan ”X” dalam menjalankan kehidupan yang

sedang dijalani maupun kehidupan yang akan datang.

(51)

16

Universitas Kristen Maranatha

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Self-esteem Remaja yang

tinggal dipanti

asuhan “X”

Bandung

Pola asuh orang tua Dimensi:

- Kontrol

- Afeksi

Authoritative

Authoritarian

Permissive

Uninvolved

Aspek-aspek: - Power - Significance - Virtue - competence

Faktor-faktor:

- Pengalaman - Lingkungan - Sosial

(52)

17

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi

Tipe pola asuh authoritative memiliki kontribusi dalam meningkatkan self

esteem remaja panti asuuhan ”X”.

Tipe pola asuh authoritarian memiliki kontribusi dalam meningkatkan self

esteem remaja panti asuuhan ”X”.

Tipe pola asuh permissive memiliki kontribusi dalam meningkatkan self

esteem remaja panti asuuhan ”X”.

Tipe pola asuh uninvolved memiliki kontribusi dalam meningkatkan self

esteem remaja panti asuuhan ”X”.

Faktor pengalaman, lingkungan dan sosial ekonomi dapat meningkatkan self

esteem remaja panti asuhan ”X”.

1.7 Hipotesis

Semakin tinggi pola asuh authoritative, maka akan semakin tinggi self esteem remaja panti asuhan ”X”

Semakin tinggi pola asuh authoritarian, maka akan semakin rendah self

esteem remaja panti asuhan ”X”

(53)

18

Universitas Kristen Maranatha

Semakin tinggi pola asuh uninvolved, maka akan semakin rendah self esteem remaja panti asuhan ”X”

(54)

 

83 Universitas Kristen Maranatha  

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini akan dipaparkan kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan penelitian yang telah dilakukan, serta keterbatasan penelitian. Pertama kesimpulan, saran dan keterbatasan penelitian.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dari keempat tipe pola asuh, yang paling berkontribusi terhadap self esteem adalah pola asuh authoritative. Diikuti oleh pola asuh permissive, pola asuh

authoritarian, dan pola asuh uninvolved.

2. Self esteem remaja panti asuhan “X” dipengaruhi juga oleh faktor

(55)

84

 

Universitas Kristen Maranatha 

5.2 Saran

5.2.1 Saran Bagi Peneliti Lain

• Melakukan penelitian mengenai perbandingan pola asuh orang tua terhadap

self esteem remaja panti asuhan putra dan putri “X” Bandung.

Melakukan penelitian mengenai kontribusi pola asuh orang tua terhadap self

esteem remaja panti asuhan lainnya.

Melakukan penelitian mengenai kontribusi pola asuh orang tua terhadap self

esteem remaja yang memiliki keluarga utuh.

5.2.2 Saran Guna Laksana

Berdasarkan penelitian ini dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

• Bagi pengasuh panti asuhan “X” diharapkan dapat lebih menyeimbangkan antara kontrol atau pengawasan yang diberikan dengan kasih sayang, perhatian, dan dukungan kepada remaja panti asuhan “X” sehingga dengan adanya keseimbangan antara kontrol dan afeksi diharapkan akan terbentuknya

self esteem yang lebih tinggi.

(56)

Universitas Kristen Maranatha 

DAFTAR PUSTAKA

Battle, J. (1992). Culture-Free Self-Esteem Inventori. Texas : Pro-ed an International Publisher.

Branden, N. (1992). The Power Of Self-Esteem. Florida : Health Communications, Inc.

Coopersmith, S. (1967). The Antecendent of Self-Esteem, San Fransisco : Freeman Press.

Olson, M (2001). Healing The Dying, Canada: Cengage Learning.

Gunarsa, S. D. (2001). Psikologi Remaja. Jakarta : Gunung Mulia.

Hurlock, E. (1997). Adolecence Development, Mc. Graw Hill, Tokyo, Book Company Kogakusta, Ltd.

Jersild, A. T. (1978). The Psychology of Adolecence. Second Edition. New York : The Macmillan Company.

Maccoby, E. (1980). Social Development : Psycological Growth and The Parent-Child Relationship. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Nazir, Moh. 2003. Metode penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Siegel, S. (1994). Statistik nonparametric untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

(57)

Universitas Kristen Maranatha 

DAFTAR RUJUKAN

Desyanti. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Self-Esteem Pada Homoseksual di Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Susi Elia Darly Marpaung. 2005. Studi Deskriptif Mengenai Self Esteem Pada Remaja Putri Panti Asuhan ”X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Nasution. 1981. Badan Pembina Koordinasi Kesejahteraan Sosial. (Online). (http://203.130.242.190/artikel/2194.shtm).

(http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid=674)

(http://library.usu.ac.id/download/fk/06009832.pdf).

(http://www.whandi.net/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=1627

(http://www.kabarindonesia.com).

(http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=124687).

(http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/isu-remaja.html).

(http://dalilskripsi.com/content/view/40/)

(http://www.mail-archive.com/tamanbintang@yahoogroups.com/msg04221.html).

(http://www.sivalintar.com/pglku3.html)

(http://vita(insani.co.id/bppsdmk/?show=detailnews&kode=97&tbl=infobadan) 

 

Referensi

Dokumen terkait

Can you think of other risks to cultural heritage?.. Examples of different types of events and processes that cause damage and loss of value to heritage assets. Image courtesy

PERBEDAAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TIMELINE TERHADAP KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN MENCIPTA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V.. SD

 Maka Muncul Tampilan menu baru Pilih Options.  Kemudian Pilih

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani (2012) tentang hubungan keaktifan kader dengan motivasi lansia untuk mengikuti posyandu

[r]

Sedangkan bagi mereka yang melangsungkan perkawinan menurut agama dan kepercayaanya di luar agama Islam, maka pencatatan dilakukan pada Kantor Catatan Sipil (Pasal 2

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara faktor pupuk NPK DGW Compaction dengan faktor POC Ratu Biogen berpengaruh nyata sampai berbeda sangat nyata

Catatan tambahan : Spesifikasi produk tergantung pada pengujian, dari data literatur dan informasi dari perusahaan manufaktur sarung tangan atau diturunkan dari produk yang