• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 menggunakan metode inkuiri terbimbing.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 menggunakan metode inkuiri terbimbing."

Copied!
331
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1 MENGGUNAKAN METODE

INKUIRI TERBIMBING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh: Uswatun Khasanah

NIM : 091134110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1 MENGGUNAKAN METODE

INKUIRI TERBIMBING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh: Uswatun Khasanah

NIM : 091134110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

Allah SWT, untuk segala karunia yang telah membuat rencana yang terbaik untuk

hambaNYA

Rosul Muhammad SAW, sebagai cahaya terang dikala gelap menyapa

Ibu, Bapak, Adik dan seluruh keluarga, kalian mukjizat yang dikirim Allah, kalian

yang terbaik, bahkan teramat terbaik untukku

Almamaterku Universitas Sanata Dharma

(6)

v

HALAMAN MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”

(Q.S Alam Nasyrah: 6-7)

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S Ar-Rahman: 60-61)

“Saat tersesat dalam gelap dan harapan seolah tak menemukan jalannya, seketika

ada setitik embun yang menjelma cahaya, cahaya yang menjadikan terbukanya

(7)
(8)
(9)

viii

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1 MENGGUNAKAN METODE

INKUIRI TERBIMBING

ABSTRAK

Uswatun Khasanah 091134110

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1, (2) penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1.

Subjek dari penelitian ini 18 siswa kelas IV SDN Plaosan 1 yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Objek dari penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 menggunakan metode inkuiri terbimbing. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan hasil tes serta rubrik. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif untuk data kuantitatif dan mendeskripsikan situasi saat pembelajaran IPA berlangsung untuk memperoleh gambaran.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode inkuiri terbimbing merangsang keaktifan dan berdampak pada prestasi belajar IPA yang lebih baik bagi siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1. Hasil tersebut terbukti dari adanya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA. Peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa pada indikator 1 keaktifan yang meningkat dari kondisi awal sebesar 33,33% menjadi 50%, indikator 2 keaktifan meningkat dari kondisi awal sebesar 27,78% menjadi 61,11%, dan indikator 3 keaktifan meningkat dari kondisi awal sebesar 33,33% menjadi 55,56%. Sedangkan peningkatan prestasi belajar IPA dapat dilihat dari peningkatan persentase siswa yang lulus KKM dari kondisi awal sebesar 64,75% menjadi 94,44% dan rata-rata nilai siswa juga mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 63,18 menjadi 82,01. Dengan demikian penggunaan metode inkuiri terbimbing dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1.

(10)

ix

THE RAISING OF BEING ACTIVE AND LEARN ACHIEVEMENT THE NATURAL SCIENCE FOR IV GRADE STUDENT IN PLAOSAN 1

ELEMENTARY SCHOOL USING GUIDE INQUIRY METHOD ABSTRACT

Uswatun Khasanah 091134110

This research is classroom action research, the purposes of this research were to knew: (1) using guide inquiry method in effort to raise of being active in learn natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school, (2) using guide inquiry method in effort to raise of learn achievement the natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school.

The subject of the research was of 18 IV grade student of Plaosan 1 elementary school and the object of the research was being active, learn achievement of natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school using guide inquiry method. The data collection of the research is sheet paper of observation and the result of test and column in process. The data analysis of the research used statistic descriptive method for quantitative data and describe the situation of learning natural science for qualitative data.

The result of the research showed that used guide inquiry method can motive of being active and caused for better learn achievement of science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school. The result is evidence from the raising of being active and learn achievement of natural science. The raising can see by the of raising being active percentage in indicator 1 of being active is raise from the beginning condition in 33,33% become 50%, indicator 2 of being active is raising from the beginning condition in 27,78% becompe 61,11%, and indicator 3 of being active from the beginning condition in 33,33% become 55,56%. And the raising of learn achievement can see by the raising of learn achievement percentage from student was pass of the limit pass score in the classroom from beginning condition in 64,75% become 94,44% and the average of student score is raising too from beginning condition in 63,18 become 82,01. So, the guide inquiry method can used for raise of being active and learn achievement of natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan untuk kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa karena berkat karuniaNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri

Plaosan 1 Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing”. Skripsi ini disusun dalam

rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan studi tingkat strata satu (S-1)

pada prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Penyusunan

skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak.

Seiring dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J.S.S., BST., M.A. selaku ketua

program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. dan Ibu Wahyu Wido Sari, S.Si.,

M.Biotech selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang

telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan

bimbingan, bantuan, masukan, nasehat serta arahan yang sangat berguna

bagi penulis.

4. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan guru Sekolah

(12)

xi

Dharma Yogyakarta yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini

berlangsung.

5. Bapak Sumarjoko, S.Ag selaku kepala sekolah SD Negeri Plaosan 1 yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di

sekolah.

6. Bapak Juwadi, BA selaku wali kelas IV SD Negeri Plaosan 1 yang telah

membantu sehingga penelitian dapat berlangsung.

7. Seluruh siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 yang telah membantu selama

penelitian berlangsung.

8. Ibu, Bapak, dan Adik tersayang yang telah mendukung, membantu,

memberi semangat serta menyertakan untaian-untaian do’a yang tidak henti-hentinya.

9. Semua sahabat-sahabat yang telah membantu dan mendukung

penyelesaian skripsi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, 6 Juni 2013

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERTETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Batasan Masalah ... 9

1.3 Rumusan Masalah ... 9

1.4 Tujuan Peneitian ... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Definisi Operasional ... 11

BAB II. TINJAUAN LITERATUR 2.1 Kajian Teori ... 12

(14)

xiii

2.1.2 Prestasi Belajar ... 15

2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme ... 18

2.1.4 Inkuiri ... 20

2.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 28

2.1.6 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 32

2.2 Penelitian yang Relevan ... 33

2.3 Skema Penelitian yang Relevan ... 38

2.4 Kerangka Berpikir ... 39

2.5 Hipotesis Tindakan ... 40

BAB III. METODOLOGI 3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Setting Penelitian ... 44

3.3 Rancangan Tindakan ... 45

3.4 Indikator dan Pengukurannya ... 49

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.6 Instrumen Pengumpulan Data ... 51

3.7 Tabel Instrumen Pengumpulan Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.8 Taraf Kesukaran, Validitas dan Reliabilitas ... 59

3.9 Teknik Analisis Data ... 82

3.10 Jadwal Penelitian ... 85

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 87

(15)

xiv

4.1.1.1Perencanaan ... 87

4.1.1.2Tindakan ... 89

4.1.1.3Observasi ... 91

4.1.1.4Refleksi ... 93

4.1.2Hasil Penelitian ... 98

4.1.2.1 Kualitas Proses ... 98

4.1.2.2 Kualitas Hasil ... 107

4.2 Pembahasan ... 113

BAB V. PENUTUP 5.1Kesimpulan ... 145

5.2Saran ... 147

5.3Keterbatasan Penelitian ... 148

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator dan Pengukuranya ... 49

Tabel 2. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 53

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Objektif ... 54

Tabel 4. Rubrik Penilaian Kognitif ... 55

Tabel 5. Rubrik Penilaian Psikomotor ... 56

Tabel 6. Rubrik Penilaian Produk ... 57

Tabel 7. Tabel Instrumen Pengumpulan Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 58

Tabel 8. Kualifikasi IK ... 60

Tabel 9. Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran (IK) 30 Soal Objektif ... 61

Tabel 10. Penilaian Silabus ... 70

Tabel 11. Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 72

Tabel 12. Indikator dan Nomor Soal Tes Objektif Sebelum Divalidasi Empiris ... 75

Tabel 13. Hasil Perhitungan Validitas Menggunakan SPSS 16 ... 77

Tabel 14. Tabel Hasil Validitas Empiris ... 78

Tabel 15. Indikator dan Nomor Soal Tes Objektif Setelah Divalidasi Empiris ... 79

Tabel 16. Koefisien Korelasi dan Kualifikasi Reliabilitas. ... 80

Tabel 17. Reliability Statistic. ... 81

Tabel 18. Jadwal Penelitian. ... 86

Tabel 19. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan 1 ... 99

Tabel 20. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertamuan 2 ... 100

Tabel 21. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan 3 ... 101

(17)

xvi

Tabel 23. Rangkuman Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I (4 kali

Pertemuan) ... 103

Tabel 24. Hasil Keaktifan Siswa pada Siklus I (4 kali Pertemuan) ... 105

Tabel 25. Daftar Hasil Tes Objektif Siklus I ... 108

Tabel 26. Hasil Skor Total Rubrik Penilaian Kognitif, Rubrik Penilaian

Psikomotor dan Rubrik Penilaian Produk) Siklus I (4 kali Pertemuan) ... 110

Tabel 27. Hasil Keseluruhan Prestasi Siswa (Rata-rata Tes Objektif dan Rubrik)... 112

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Putaran Spiral Siklus PTK Menurut Kemmis dan Taggart ... 44

Gambar 2. Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar IPA Siswa Kelas IV ... 118

Gambar 3. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV ... 119

Gambar 4. Contoh 1 Hasil Penempelan Gambar Siswa dalam Kelompok ... 120

Gambar 5. Contoh 2 Hasil Penempelan Gambar Siswa dalam Kelompok ... 120

Gambar 6. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 1 ... 122

Gambar 7. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 1 ... 123

Gambar 8. Contoh 3 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 1 ... 123

Gambar 9. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Erosi pada Pertemuan 2 ... 125

Gambar 10. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Erosi pada Pertemuan 2 ... 125

Gambar 11. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berpasir pada Pertemuan 2 ... 126

Gambar 12.Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berpasir pada Pertemuan 2 ... 126

Gambar 13. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berkarang pada Pertemuan 2 ... 127

Gambar 14. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berkarang pada Pertemuan 2 ... 127

Gambar 15. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Banjir pada Pertemuan 2 ... 128

Gambar 16. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Banjir pada Pertemuan 2 ... 129

(19)

xviii

Gambar 18. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Longsor pada Pertemuan 2 ... 130

Gambar 19. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 3 ... 132

Gambar 20. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 3 ... 132

Gambar 21. Contoh 3 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 3 ... 132

Gambar 22. Contoh 1 Hasil Slogan Sederhana Siswa pada Pertemuan 4... 134

Gambar 23. Contoh 2 Hasil Slogan Sederhana Siswa pada Pertemuan 4... 135

Gambar 24. Contoh 1 Refleksi Kelompok ... 136

Gambar 25. Contoh 2 Refleksi Kelompok ... 136

Gambar 26. Contoh 3 Refleksi Kelompok ... 137

Gambar 27. Contoh 4 Refleksi Kelompok ... 137

Gambar 28. Contoh 1 Refleksi Individu ... 139

Gambar 29. Contoh 2 Refleksi Individu ... 139

Gambar 30. Contoh 3 Refleksi Individu ... 139

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Selesai

Penelitian ... 153

Lampiran 2. Perangkat Pembelajaran Sebelum Divalidasi ... 155

Lampiran 3. Perangkat Pembelajaran Sesudah Divalidasi... 198

Lampiran 4. Instrumen Pengumpulan Data ... 252

Lampiran 5. Indeks Kesukaran (IK), Validitas dan Reliabilitas ... 260

(21)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

nasional mengatakan bahwa pendidikan nasional adalah usaha secara sadar

atau terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memperoleh kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan baik untuk diri

sendiri, masyarakat, bangsa dan negara (Badan Satuan Nasional Pendidikan

[BSNP]: 2006). Usaha secara sadar dan terencana tersebut bertujuan agar

peserta didik memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,

kebiasaan, kecerdasan, dan ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara (BSNP: 2006). Oleh karena itu, proses dalam

pengembangan potensi saat belajar sangat berpengaruh pada prestasi siswa.

Sekolah akan membantu siswa untuk mengembangkan moral, emosi, budaya,

kerjasama, dan keterampilan fisiknya yang dapat ia gunakan untuk

kelangsungan hidup individu maupun di masyarakat selanjutnya (BSNP:

2007).

Dalam jenjang pendidikan sekolah dasar (SD), proses pendidikan

akan sangat berpengaruh pada kelanjutan berkembangnya pengetahuan siswa

ke jenjang yang lebih tinggi. Sediono (dalam Gora dan Sunarto, 2010: 12)

mengungkapkan bahwa PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan

(22)

Menyenangkan) dalam proses pembelajaran dimaksudkan bahwa guru harus

menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,

mempertanyakan dan mengemukakan pendapat. Sekolah dapat mewujudkan

proses belajar secara benar hanya jika melakukan proses Pembelajaran yang

Aktif, Kreatif, Efektif, dang Menyenangkan (PAKEM) (Gora dan Sunarto,

2010: 17). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa

pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat membuat siswa

terlibat dan berproses langsung dalam pembelajaran secara aktif, efektif,

efisien dan menyenangkan. Profesionalisme seorang guru bukanlah pada

kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, melainkan pada

kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan

bermakna bagi siswanya (Sugiyanto, 2010:1). Oleh karena itu guru perlu

mengembangkan perencanaan untuk proses belajar yang dapat mengaktifkan

siswa. Dengan siswa yang aktif dalam suatu pembelajaran maka akan

berpengaruh pada pemaknaan proses pembelajaran yang diharapkan dapat

berpengaruh lebih baik pada prestasi belajarnya.

Berdasarkan dua kali observasi pada tanggal 4 dan 11 Oktober 2012

yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Plaosan 1 pada mata pelajaran IPA,

terlihat bahwa guru kelas IV menggunakan metode ceramah selama pelajaran

IPA berlangsung. Siswa yang terlihat bertanya kepada guru dan atau teman

tentang materi pembelajaran IPA pada saat proses pembelajaran ada 6 orang

siswa dari keseluruhan 18 siswa (33,33%). Siswa yang terlihat mengemukakan

(23)

siswa (27,78%). Kemudian siswa yang terlihat mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran IPA ada 6 orang siswa dari

keseluruhan 18 siswa (33,33%).

Guru kelas IV SD Negeri Plaosan 1 memberikan informasi bahwa

beliau dalam pelaksanaan pembelajaran IPA sebagian besar menggunakan

metode ceramah dan tidak pernah menggunakan media untuk menunjang

pembelajaran. Beliau mengungkapkan bahwa lebih dari 50% siswa kurang

aktif di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung. Di kelas IV terdapat siswa

yang pandai dengan nilai tinggi, tetapi ada juga siswa yang mendapat nilai

rendah dan terpaut jauh dari siswa yang mendapat nilai tinggi tersebut. Siswa

jarang terlibat dalam diskusi kelompok karena guru lebih sering menggunakan

metode ceramah dan penugasan individu setelah materi pelajaran

disampaikan.

Dokumentasi data diperoleh dari guru kelas IV yang memberikan

informasi bahwa KKM mata pelajaran IPA tahun ajaran 2010/2011,

2011/2012 dan 2012/2013 adalah sama, yaitu 60. Hal ini berarti siswa

dikatakan tuntas jika telah mencapai nilai 60 atau lebih. Berdasarkan data

yang diperoleh dari guru kelas IV diketahui bahwa pada tahun pelajaran

2010/2011 siswa sudah mencapai KKM atau lebih pada mata pelajaran IPA

ada 19 dari 24 siswa, dengan persentase 79,17% dan rata-rata nilai IPA adalah

65,54. Pada tahun 2011/2012 siswa yang sudah mencapai KKM atau lebih ada

9 dari 21 siswa, dengan persentase 42,86% dan rata-rata nilai IPA adalah 57,8.

(24)

semester ganjil pada tahun 2012/2013, siswa yang sudah lulus KKM atau

lebih ada 13 siswa dari 18, dengan persentase 72,22% dan rata-rata nilai IPA

adalah 66,2. Maka, rata-rata untuk keseluruhan nilai yang sudah mencapai

KKM atau lebih adalah 64,75% dan rata-rata nilai IPA adalah 63,18.

Hasil observasi, informasi dari guru dan dokumentasi data yang

diperoleh telah memberi gambaran tentang kondisi siswa kelas IV SD Negeri

Plaosan 1. Dari semua data yang diperoleh tersebut dapat dikatakan bahwa

siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran yang akan berpengaruh pada

prestasi belajar IPA. Hal tersebut dapat dilihat dari presentase siswa yang

bertanya pada guru maupun diskusi yang berpresentase tidak mencapai

separuh kelas. Proses belajar dalam hal ini berdampak pada hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPA. Hakekat belajar itu sendiri adalah suatu proses yang

dilakukan individu untuk memperoleh penguasaan kompetensi baru secara

permanen, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya (Gora dan Sunarto, 2010: 15). Uraian pendapat ahli

tersebut bisa dikatakan bahwa dengan menggunakan pembelajaran yang

menarik dan membuka interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Melalui interaksi secara langsung tersebut diharapkan siswa akan berproses

lebih baik daripada sebatas menggunakan metode ceramah sehingga siswa

akan menemukan makna dan penguasaan kompetensi baru secara permanen

melalui pengalaman dan interaksi belajar siswa.

Berdasarkan uraian masalah di atas, dapat dikatakan bahwa kelas

(25)

akan berpengaruh pada perolehan prestasi belajar siswa. Dengan

menggunakan pembelajaran yang menarik dan bermakna diharapkan siswa

akan berproses lebih baik daripada sebatas menggunakan metode ceramah.

Dibutuhkan langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang bisa dikatakan

sebelumnya kurang menarik menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi

mudah, yang tadinya tidak berarti menjadi bermakna. Pembelajaran yang

inovatif dapat merangsang aktifitas siswa di dalam maupun di luar kelas untuk

berproses dengan lebih baik, sehingga siswa dapat mengembangkan potensi

yang ada dalam dirinya dan bukan hanya sekedar duduk diam mendengarkan

yang sering diilustrasikan sebagai gelas atau botol kosong yang di isi oleh

gurunya.

Rangkaian pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat digunakan

untuk membuat proses belajar siswa lebih aktif dan bermakna serta akan

membuat siswa lebih memahami materi apa yang dipelajari. Model

pembelajaran inovatif tersebut diantaranya adalah Kooperatif atau

Cooperative Learning (CL), yaitu pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan

kondisi belajar untuk mencapai tujuan (Sugiyanto, 2010: 37). Selain

kooperatif, model kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

juga merupakan salah satu model inovatif yang dapat digunakan untuk

membuat siswa belajar dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya.

Kontekstual yaitu konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk

(26)

(Sugiyanto, 2010: 5). Selain model Kontekstual, terdapat metode yang juga

dapat digunakan untuk mendorong siswa berinteraksi dengan lingkungan

sosial maupun lingkungan alam disekitarnya, yaitu metode Inkuiri atau

Inquiry. Inkuiri merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga mereka dapat

menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud

adanya perubahan perilaku (Hanafiah & Suhana, 2009: 77). Menurut Hanafiah

dan Suhana (2009: 77) inkuiri dibagi menjadi 3 yang terdiri dari inkuiri

terpimpin (terbimbing) yaitu pelaksanaan inkuiri atas petunjuk guru, inkuiri

bebas yaitu peserta didik melakukan penelitian secara bebas sebagaimana

seorang ilmuan, dan inkuiri bebas yang dimodifikasi yaitu masalah diajukan

guru didasarkan pada teori yang sudah dipahami peserta didik.

Berdasarkan fakta dan data yang telah diperoleh dari observasi,

informasi guru, maupun dokumentasi data maka peneliti memutuskan untuk

menggunakan metode inkuiri terbimbing yang diharapkan dapat meningkatkan

keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di SD

Negeri Plaosan 1. Metode Inkuiri terbimbing dipilih karena diharapkan

metode ini dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran IPA

sebagai upaya untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui

proses mentalnya sendiri dengan bimbingan guru. Pengalaman pada saat

berinteraksi dengan lingkungan dan alam sekitar siswa diharapkan dapat

(27)

yang permanen dan bermakna.

Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencapai dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006: 196).

Sedangkan menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 77) inkuiri terpimpin

merupakan proses inkuiri yang dilakukan atas petunjuk dari guru. Inkuiri

terbimbing dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan

yang melacak dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik

kesimpulan yang diharapkan. Siswa melakukan percobaan untuk

membuktikan pendapat yang dikemukakannya. Paparan pendapat ahli tersebut

menunjukan bahwa metode inkuiri terbimbing dapat membuat siswa lebih

terlibat dalam proses pembelajaran karena siswa memperoleh konsep-konsep

dan prinsip-prinsip melalui pengalaman dan proses mentalnya sendiri melalui

petunjuk dari guru. Terlibatnya siswa sebagai pemeran utama menjadikan

siswa lebih aktif dan tertarik dalam menjalani proses pembelajaran dan bukan

hanya duduk diam dan mendengarkan ceramah dari guru, khususnya pelajaran

IPA.

Inkuiri menempatkan siswa sebagai individu yang telah mempunyai

pengetahuan awal yang nantinya akan mereka bangun sendiri selama

berproses. Hasil belajar bukan hanya tergantung pada lingkungan belajar tapi

juga pengalaman belajar, yaitu berbasis kontruktivis (Driver and Bell, 1986).

Inkuiri terbimbing diharapkan dapat merangsang keaktifan siswa dalam proses

(28)

Melalui metode inkuiri terbimbing siswa akan menjadi pemeran

utama dalam pembelajaran sedangkan guru menjadi fasilitator dalam

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran inkuiri akan muncul

pengalaman-pengalaman belajar melalui langkah-langkah ilmiah yang terdiri dari

merumuskan problemanya sendiri, merumuskan hipotesa, mendesain

eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, dan menarik kesimpulan

(Sanjaya, 2006). Terbentuknya pengalaman belajar tersebut akan membantu

siswa untuk menemukan makna dalam pembelajaran, yang pada prosesnya

nanti diharapkan akan berpengaruh pada keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran dan akan berdampak pada hasil belajar yang lebih baik.

Hasil penelitian tentang inkuiri terbimbing telah dilakukan Yuli

Widyaningsih (2010) yang membuktikan bahwa metode inkuiri terbimbing

dapat meningkatkan hasil belajar di SD K Kintelan 1. Skripsi yang disusun

oleh Wiyan Purbatin (2010 ) juga membuktikan bahwa metode inkuiri

terbimbing efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran IPA di SD Kanisius Kalasan. Selanjutnya penelitian Clara Prahestu

(2011) berhasil menggunakan metode penemuan terbimbing untuk

meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPA di SD Negeri

Nyamplung. Sedangkan jurnal penelitian yang disusun oleh Retno Megawati,

Suripto dan Kartika Chrysti Suryandari dari PGSD UNS membuktikan bahwa

penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan belajar

IPA di SDN 1 Kabekelan. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti

(29)

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri

Plaosan 1.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta mengingat terbatasnya tenaga serta

kemampuan yang dimiliki oleh peneliti maka dalam hal ini peneliti hanya

membatasi penelitiannya pada penggunaan metode inkuiri terbimbing sebagai

upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD

Negeri Plaosan 1.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah, maka

rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1.3.1 Bagaimana penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya

meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan

1?

1.3.2 Bagaimana penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya

meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.4.1 Mengetahui penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya

meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1.

1.4.2 Mengetahui penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya

(30)

1.5 Manfaat penelitian

1.5.1 Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengalaman yang sangat bermanfaat begi

peneliti dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pengalaman

tersebut khususnya dalam menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam

upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV

SD Negeri Plaosan 1. Sehingga jika peneliti melaksanakan penelitian lain

selanjutnya dapat melakukan dengan lebih baik.

1.5.2 Bagi Guru

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas proses

dan kualitas hasil belajar siswa. Kualitas proses dan hasil tersebut

khususnya pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri

terbimbing. Guru dapat menggunakan penelitian ini sebagai gambaran

pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing, khususnya

pembelajaran IPA.

1.5.3 Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar

menggunakan inkuiri terbimbing dan mengembangkan diri siswa. Siswa

dapat memperoleh pengalaman berproses dengan interaksi lingkungan

fisik dan sosialnya dalam pembelajaran. Sehingga melalui penggunaan

pengalaman belajar menggunakan metode inkuiri terbimbing dapat

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.

(31)

Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan masukan dalam

rangka mengembangkan dan atau mengoptimalkan potensi guru maupun

siswa. Selain itu, penelitian ini berguna sebagai pertimbangan

pemanfaatan sumber-sumber dan media yang ada di sekitar sekolah untuk

pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan kualitas atau mutu sekolah ke

arah yang lebih baik.

1.6 Definisi Operasional

Supaya tidak menimbulkan suatu pertanyaan dan multi tafsir tentang

suatu istilah yang dikemukakan, maka perlu adanya definisi operasional

untuk menyamakan persepsi. Berikut ini merupakan definisi operasional

yang peneliti ambil, yaitu sebagai berikut:

1.6.1 Metode inkuiri terbimbing atau terpimpin merupakan langkah-langkah

dalam pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat

menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya

sendiri sesuai dengan petunjuk guru.

1.6.2 Keaktifan merupakan keterlibatan siswa secara fisik maupun mental dalam

proses pembelajaran.

1.6.3 Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang

dinyatakan dalam bentuk nilai maupun skor, yang di peroleh dari tes.

1.6.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang

sistem alam semesta, yang diperoleh dari pengumpulan data dan informasi

(32)

BAB II

TINJAUAN LITERATUR 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Keaktifan

2.1.1.2 Pengertian Keaktifan

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi 3

(2005: 23) menyatakan bahwa aktif merupakan giat, bekerja, berusaha.

Sedangkan menurut Silberman M (dalam Gora dan Sunarto, 2009: 10)

menyatakan bahwa keaktifan dalam belajar adalah mempelajari dengan

cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi

untuk mempelajari sesuatu yang baik, harus mendengar, melihat,

menjawab pertanyaan dan mendiskusikannya dengan orang lain.

Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku

seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil

percobaan, ingin tahu hasil dari suatu rekasi kimia, membuat karya tulis,

membuat kliping dan perilaku sejenis lainnya (Dimyati dan Mudjiono,

2006: 51). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa

keaktifan siswa akan muncul ketika guru merencanakan pembelajaran

yang dapat merangsang keterlibatan siswa secara langsung dalam proses

pembelajaran.

Aktivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar

sehingga murid yang harus banyak aktif, sebab murid adalah sebagai

subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang

melaksanakan belajar (Daryanto & Rahardjo: 2012). Dari pernyataan

(33)

tersebut dapat dikatakan jika dalam proses pembelajaran, siswa yang

menjadi subyek, sehingga keaktifan siswa juga merupakan suatu hal

pokok yang harus ada dalam proses pembelajaran demi tercapainya

tujuan pembelajaran sesuai dengan hakekat belajar.

Berdasarkan uraian diatas secara umum dapat disimpulkan

bahwa keaktifan merupakan segala keterlibatan siswa baik secara fisik

maupun mental dalam proses pembelajaran yang

dipertanggungjawabkan oleh peserta didik itu sendiri. Keterlibatan siswa

dalam pembelajaran tersebut dilakukan siswa dengan menyenangkan,

penuh semangat dalam mempelajari sesuatu sehingga siswa menyukai

hal yang dipelajari. Keterlibatan tersebut meliputi mendengar, melihat,

menjawab, melakukan, mencari tahu dan mendiskusikannya dengan

orang lain. Sehingga dengan keaktifan diharapkan siswa dapat

memperoleh penguasaan kompetensi dan kebermaknaan dalam

pembelajaran melalui pengalaman langsung dan berinteraksi dengan

sekitarnya.

2.1.1.3 Indikator siswa belajar aktif

Lukmanul Hakiim (2009: 52) menyatakan bahwa bentuk-bentuk

keaktifan siswa dalam proses belajar meliputi keaktifan penginderaan,

yaitu mendengar, melihat, mencium, merasa dan meraba, mengolah dan

menyatakan ide serta melakukan latihan-latihan yang berkaitan dengan

keterampilan jasmaniah. Menurut Sudjana (2009: 61) keaktifan siswa

(34)

siswa terlibat dalam pemecahan masalah, siswa bertanya kepada siswa

lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang

dihadapinya, siswa berusaha mencari berbagai informasi yang

diperlukan untuk pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya, siswa

berdiskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, siswa menilai

kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, siswa melatih diri

dalam memecahkan soal atau masalah, siswa menggunakan kesempatan

menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 45) indikator

keaktifan mencakup diantaranya adalah mencatat atau sekedar

mendengarkan pemberitahuan, memperhatikan hal-hal yang dijelaskan

guru, mencatat tugas yang diberikan dan mengerjakan tugas rumah,

berdiskusi dalam kelompok, melibatkan diri dalam proses tanya jawab

dan terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran. Berdasarkan

indikator-indikator keaktifan yang telah dikemukakan para ahli tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa indikator keaktifan adalah sebagai berikut: (1)

bertanya kepada guru dan atau teman tentang materi pembelajaran IPA

saat proses pembelajaran, (2) mengemukakan pendapat ketika berdiskusi

kelompok, dan (3) mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam

proses pembelajaran IPA.

Indikator 1 keaktifan yaitu bertanya kepada guru dan atau

(35)

kepada guru dan atau siswa, serta terlibat dalam proses tanya jawab

dengan teman maupun guru tentang materi pelajaran IPA berlangsung.

Selanjutnya, indikator 2 keaktifan yaitu mengemukakan pendapat ketika

berdiskusi kelompok meliputi segala aktivitas siswa saat bekera dalam

kelompok. Aktivitas tersebut meliputi mengungkapkan pendapat atau

gagasan, terlibat dalam menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas

atau lembar kerja yang disediakan guru. Sedangkan indikator 3 keaktifan

yaitu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam proses

pembelajaran IPA meliputi mendengarkan, mencatat tugas,

memperhatikan, melaksanakan dan menyelesaikan tugas sesuai petunjuk

serta mencari berbagai informasi untuk memecahkan masalah. Indikator

menyimpulkan seperti yang terdapat dalam indikator menurut Dimyati

dan Mudjiono (2006: 45) tidak dipakai karena menyimpulkan tidak

terjadi saat proses pembelajaran berlangsung, melainkan hanya pada

akhir pembelajaran saja. Aktivitas siswa seperti indikator yang telah

dirumuskan tersebut juga melibatkan penginderaan seperti yang

terungkap dalam keaktifan menurut Lukmanul Hakiim (2009: 25).

2.1.1 Prestasi Belajar

2.1.2.1 Pengertian Prestasi Belajar

Belajar menurut Slameto (2003: 2) adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

(36)

Syah (2008: 92) adalah tahapan seluruh perubahan tingkah laku individu

yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Uraian pendapat tersebut

secara umum menunjukan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha

yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang relatif menetap, baik yang diamati maupun tidak dapat diamati

secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman

dalam interaksi dengan lingkungan.

Arifin (2009: 12) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan

hal yang berkenaan dengan aspek pengetahuan. Menurut Chosiyah (2001:

84) prestasi belajar merupakan rangkaian hasil usaha yang telah dilatih

dalam suatu sistem atau rangkaian kagiatan pendidikan yang dinyatakan

dengan nilai. Sedangkan menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) Edisi 3 (2005: 895) menyatakan bahwa prestasi belajar

merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai

tes atau angka nilai yang diberikan guru.

Berdasarakn pendapat ahli terebut diatas maka dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari usaha suatu proses usaha

yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang relatif menetap, baik yang diamati maupun tidak dapat diamati

(37)

dalam interaksi dengan lingkungan. Prestasi belajar umumnya diperoleh

melalui tes dan dinyatakan dalam bentuk skor dan nilai.

Prestasi belajar merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh

mereka yang ingin belajar dan juga oleh pihak-pihak yang terlibat

dengannya. Prestasi belajar lazimnya dilihat dari sudut angka-angka hasil

tes atau hasil ulangan, hasil ujian dan mungkin juga hasil penilaian

terhadap tugas-tugas yang diberikan guru. Prestasi belajar siswa

ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki masing–masing individu.

2.1.2.2 Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Slameto (2010: 54-72) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi

dua, yaitu: (1) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar, faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah (kesehatan

dan cacat tubuh), faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan dan kesiapan), dan faktor kelelahan, (2) faktor

eksternal, yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari faktor

keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana

rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar

belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum,

relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat

pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung,

(38)

dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan

masyarakat)

Sedangkan Sudjana (2009:39) mengungkapkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: (1) faktor-faktor Intrinstik,

yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti motivasi belajar,

minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial

ekonomi, faktor fisik dan psikis, (2) Faktor ekstrinsik, yaitu faktor yang

berasal dari luar siswa atau lingkungan seperti guru, media, teman

pergaulan, dan lain-lain

Uraian diatas menunjukan bahwa selain dari individu siswa sendiri

prestasi belajar juga dipengaruhi oleh berbagai aspek yang ada

dilingkungan siswa itu sendiri. Aspek tersebut meliputi orang dan atau

lingkungan yang sering berinteraksi dengan mereka seperti orang tua,

guru, teman, dan lain-lain. Maka proses belajar yang baik akan

berdampak baik pada prestasi belajar siswa.

2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme

The construction of meaning is a continuous and active process

(Driver and Bell, 1986). Berdasarkan pendapat ahli tersebut terungkap

bahwa konstruktivisme berarti terus menerus dan berproses secara aktif.

Seperti yang dikembangkan oleh Piaget, bahwa pengetahuan itu akan

bermakna apabila dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa itu sendiri

(Suyono dan Hariyanto: 2011). Sejak kecil, siswa selalu memiliki rasa

(39)

dimiliki dengan struktur kognitifnya. Pengetahuan yang mereka peroleh

mereka akan berusaha untuk selalu memperbaharui dan di ubah melalui

proses asimilasi dan akomodasi. Maka sebagai tugas guru adalah

mendorong siswa untuk mengembangkan skema yang terbentuk melalui

proses asimilasi dan akmodasi (Wina Sanjaya, 2006).

West dan Pines (dalam Samatowa, 2010: 54) mengungkapkan

bahwa menurut pandangan kontruktivisme keberhasilan belajar

bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga

pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna”

oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar. Pendekatan

konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang

lebih berfokus pada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran

(Hanafiah & Suhana: 2009).

Rancangan belajar konstruktivisme menurut Tytler (dalam Suyono

dan Haryanto: 2011) antara lain: (1) memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengemukakan gagasan dalam bahasanya sendiri, (2)

memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya

sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan

kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang

berhubungan dengan gagasan yang dimiliki siswa, (5) mendorong siswa

untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, (6) menciptakan

lingkungan belajar yang kondusif. Rancangan belajar konstruktivisme

(40)

konstruktivisme dapat mendorong siswa untuk membangun

pengetahuannya sendiri. Berdasarkan yang telah terurai di atas dapat

dikatakan juga bahwa konstruktivisme merupakan sebuah proses belajar

dimana individu membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi

fisik dan sosial.

2.1.4 Inkuiri

2.1.4.1 Pengertian Inkuiri

Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencapai dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan

(Sanjaya, 2006: 196). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dilihat bahwa

inkuiri membuat siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan

melibatkan siswa sebagai pemeran utama, mereka akan lebih aktif dan

senang dalam menjalani proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan

hakekat belajar yang diungkapkan oleh Gora dan Sunarto (2010). Inkuiri

mendorong siswa untuk menangkap makna atau isi suatu pelajaran yang

diberikan oleh gurunya dengan ia berproses sendiri dalam pembelajaran

dan menemukan makna. Metode ini juga memberikan kebebasan kepada

anak dalam membahas suatu permasalahan yang terjadi atau berhubungan

dengan pelajaran yang dipelajari.

Inkuiri merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan

secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan

(41)

menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud

adanya perubahan perilaku (Hanafiah & Suhana, 2009: 77). Dari pendapat

ahli tersebut dapat dikatakan bahwa metode inkuiri dapat membuat siswa

lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena mencari maupun

menyelidiki suatu pengetahuan sendiri yang pada akhirnya akan

menemukan sendiri. Dengan melibatkan siswa sebagai pemeran utama,

maka siswa akan lebih aktif dan tertarik dalam menjalani proses

pembelajaran dan bukan hanya duduk diam dan mendengarkan ceramah

dari guru, khususnya pelajaran IPA. Inkuiri menempatkan siswa sebagai

individu yang telah mempunyai pengetahuan awal yang nantinya akan

mereka bangun sendiri selama berproses.

Hasil belajar bukan hanya tergantung pada lingkungan belajar tapi

juga pengalaman belajar, yaitu berbasis kontruktivis (Driver and Bell,

1986). Hal inilah yang diharapkan dapat merangsang keaktifan siswa

dalam proses pembelajaran IPA, yang diharapkan pula nantinya akan

berpengaruh lebih baik pada prestasi siswa. Melalui metode ini, siswa

akan menjadi pemeran utama dalam pembelajaran sedangkan guru

menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Pengalaman belajar selama proses

inkuiri akan membantu siswa untuk menemukan makna dalam

pembelajaran. Pada prosesnya nanti diharapkan akan berpengaruh pada

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan akan berdampak pada

(42)

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

metode inkuiri merupakan proses dalam pembelajaran yang melibatkan

siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk melakukan

penemuan yang bermakna melalui pengalaman-pengalaman belajar

mereka dan dengan melalui interaksi bersama orang-orang dan lingkungan

belajar mereka. Sehingga pada akhirnya siswa akan lebih memaknai

pembelajaran yang berproses melalui perkembangan mentalnya sendiri.

2.1.4.2 Jenis-jenis inkuiri

Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 77), inkuiri dibagi menjadi 3

yaitu: (1) inkuiri terpimpin, yaitu pelaksanaan inkuiri atas petunjuk guru

yang dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan

yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik

kesimpulan yang diharapkan, selanjutnya siswa akan melakukan

percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya, (2)

inkuiri bebas, yaitu peserta didik melakukan penelitian secara bebas

sebagaimana seorang ilmuan, antara lain masalah dirumuskan sendiri,

penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan diperoleh sendiri. (3)

inkuiri bebas yang dimodifikasi, yaitu masalah diajukan guru didasarkan

pada teori yang sudah dipahami peserta didik, tujuannya untuk melakukan

penyelidikan dalam rangka membuktikan kebenaran.

2.1.4.3 Inkuiri Terbimbing

Inkuiri terpimpin atau inkuiri terbimbing merupakan proses inkuiri

(43)

pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak

dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang

diharapkan. Siswa melakukan percobaan untuk mrmbuktikan pendapat

yang dikemukakannya (Hanafiah & Suhana, 2009: 77). Sedangkan

menurut Australian Academy of Sciene (2010: 16) “The most common

inquiry lesson is the guided inquiry lesson. In these lesson the teacher

provides the question and/ or the method by which the question in

answered.” Sama halnya dengan inkuiri, seperti yang di ungkapkan pada

dua pendapat diatas bahwa inkuiri terbimbing melibatkan guru dalam

melakukan proses inkuirinya, bahkan sebagian besar pembelajaran inkuiri

adalah inkuiri terbimbing.

Langkah-langkah pada inkuiri terbimbing juga sama yaitu

orientasi, perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengumpulan data,

pengujian hipotesis, dan kesimpulan. Pada inkuiri bebas guru hanya

memberikan orientasi dan menyediakan lingkungan serta sumber belajar,

perumusan masalah hingga kesimpulan siswa melakukannya sendiri tanpa

bimbingan atau petunjuk guru. Sedangkan pada inkuiri terbimbing guru

membimbing siswa dari orientasi dan membuat pertanyaan pancingan

untuk siswa membuat rumusan masalah serta membuat hipotesis. Untuk

pengumpulan data dan pengujian hipotesis guru menyediakan lingkungan

belajar dan sumber sedangkan siswa melakukan pengumpulan data,

(44)

dalam bimbingan guru sebagai fasilitator. Guru menyediakan petunjuk

berupa lembar kerja pada pengumpulan data.

2.1.4.4 Langkah-langkah pelaksanaan metode Inkuiri

Menurut Sanjaya (2006: 199) ada beberapa langkah dalam

melaksanakan metode inkuiri yaitu:

2.1.4.4.1 Orientasi

Orientasi merupakan langkah untuk menciptakan suasana dan

iklim pembelajaran aktif yang dapat menarik keingintahuan siswa

terhadap materi yang akan dipelajari. Dalam tahap ini, guru

menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan,

menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang dilakukan siswa dan

menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar tersebut. Beberapa

hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini antara lain

menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat

dicapai oleh siswa; menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus

dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan; dan menjelaskan

pentingnya topik dan kegiatan belajar dalam rangka memberikan

motivasi dalam belajar.

2.1.4.4.2 Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah mengajar siswa

untuk menghadapi persoalan yang mengandung teka-teki. Siswa

didorong untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari teka-teki

(45)

adalah sebagai berikut: (1) masalah hendaknya dirumuskan soleh

siswa, (2) masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung

teka-teki yang jawabanya pasti, (3) konsep-konsep dalam masalah adalah

konsep-konsep yang sudah diketahui oleh siswa. Artinya sebelum

masalah itu dikaji lebih jauh melaui proses inkuiri, guru perlu yakin

terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang

konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.

2.1.4.4.3 Mengajukan hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu

permasalahan yang sedang dikaji. Potensi berfikir dimulai dari

kemampuan individu untuk menebak (berhipotesis) dari suatu

permasalahan. Salah satu cara yang dilakuan guru untuk

mengembangkan kemampuan menebak (berhipoteis) pada anak adalah

dengan mengjaukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk

dapat merumuskan jawaban sementara dari masalah yang dikaji.

2.1.4.2.5 Mengumpulkan data

Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi

yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pengumpulan

data membutuhkan ketekunan dan kemampuan dalam berfikir. Dalam

tahap ini guru berperan dalam mengajukan pertanyaan yang

mendorong siswa untuk berfikir mencari informasi yang dibutuhkan.

(46)

Menguji hipotesis merupakan proses menentukan jawaban

yang dianggap diterima sesuai dengan data yang diperoleh berdasarkan

pengumpulan data. Pada tahap ini kebenaran jawaban akan diuji

melalui data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.

2.1.4.2.7 Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan merupakan puncak dari proses

belajar. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, guru harus mampu

menunjukkan pada siswa data yang relevan.

Dalam metode inkuiri terbimbing guru membimbing siswa untuk

merumuskan pertanyaan tentang fenomena alam yang ada. Siswa melakukan

penemuan melalui percobaan maupun pengamatan dengan urutan pelaksanaan

metode inkuiri sesuai petunjuk guru. Pengumpulan data, pengujian hipotesis dan

penarikan kesimpulan dilakukan sendiri oleh siswa.

2.1.4.4 Keunggulan dan kelemahan metode inkuiri

Hanafiah dan Suhana (2009: 79) memaparkan beberapa

keunggulan dan kelamahan dari metode inkuiri, sebagai berikut:

2.1.4.4.1 Keunggulan

Keunggulan metode inkuiri antara lain dapat membantu peserta

didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan

dalam proses kognitif. Inkuiri mendorong peserta didik memperoleh

pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan

mengendap dalam pikirannya. Metode ini juga dapat membangkitkan

(47)

Memberikan peluang untuk berkembang dan mau sesuai dengan

kemampuan dan minat masing-masing. Dengan adanya proses

interaksi maka akan memperkuat dan menambah kepercayaan pada

diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran

berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas.

2.1.4.4.2 Kelemahan

Dalam metode inkuiri siswa harus memiliki kesiapan dan

kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk

mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. Guru dan siswa yang

sudah sangat terbiasa dengan PBM gaya lama maka metode ini akan

mengecewakan. Ada kritik, bahwa proses metode inkuiri terlalu

mementingkan proses pengertian saa, kurang memerhatikan

perkembangan sikap dan keterampilan bagi siswa.

2.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.5.1 Hakekat IPA

Hendro Darmojo (dalam Samatowa, 2010: 2) IPA adalah

pengetahuan yang rasional dan obyektif tetang alam semesta denga segala

isinya. IPA atau sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek

dan menggunakan metode ilmiah (Samatowa, 2010: 3). Sedangkan

Winaputra (dalam Samatowa , 2010: 3) mengungkapkan bahwa IPA tidak

hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk

hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan

(48)

Uraian diatas menunjukan bahwa IPA merupakan suatu ilmu

pengetahuan yang mempelajari tentang sistem alam semesta yang

diperoleh dari pengumpulan data, observasi dan memecahkan masalah

melalui langkah atau metode ilmiah. IPA juga merupakan jalan untuk

memecahkan masalah atau menemukan jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari fenomena-fenomena alam muncul disekitar.

2.1.5.2 Pendidikan IPA SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan (Badan Satuan Nasional Pendidikan [BSNP]: 2007).

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa pendidikan IPA

khususnya di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa

untuk mempelajari tentang alam, meliputi dirinya sendiri maupun

lingkungannya dan proses lebih lanjut untuk kehidupan sehari-harinya.

Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA dilaksanakan

secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan

kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecapakan hidup (BSNP:

(49)

Dasar(SD)/Madrasah Ibtidaiah(MI) memerlukan penekanan pada

pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan

pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (KTSP BSNP:

2007).

Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI agar siswa memiliki

kemampuan untuk memperoleh keyakinan terhadap Tuhan YME

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannNYA;

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;

mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat; mengembangkan keterampilan proses untuk

menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan;

meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menajaga dan melestarikan lingkungan alam; meningkatkan kesadaran

untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu

ciptaan Tuhan; memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan

IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (BSNP:

2007)

Standar minimum secara rasional yang harus dicapai siswa SD/MI

terdapat dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD),

SK dan KD juga menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum. Di

(50)

meliputi gaya, bentuk energi, perubahan kenampakan bumi, perubahan

lingkungan fisik, sumber daya alam dan teknologi (KTSP BSNP: 2007).

Dilihat dari pokok bahasan di setiap SD dan KD di kelas IV semester

genap, akan sangat menarik jika siswa berproses dengan pengalaman

langsung dalam pembelajaran. Dalam SK memahami pengaruh

perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan, terdapat

materi yang berhubungan langsung dengan lingkungan alam, baik

lingkungan di sekitar siswa maupun lingkungan yang jauh dari jangkauan

fisik siswa. Dalam kompetensi ini, siswa diminta untuk menemukan

macam-macam pengaruh lingkungan fisik dan akibatnya. Perubahan

lingkungan fisik yang meliputi meliputi hujan, angin, dan gelombang laut

mempengaruhi alam yang dapat menyebabkan perubahan alam yyang

meliputi erosi, abrasi, banjir dan longsor.

Oleh karena itu akan lebih baik jika dalam penyampaian materi di

kompetensi tentang lingkungan fisik ini menggunakan inkuiri maupun

inkuiri terbimbing seperti yng terdapat dalam ungkapan pada KTSP

BSNP (2007) yang menyatakan bahwa pembelajaran IPA yang

dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) berguna untuk

menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecapakan hidup. Dengan

menggunakan inkuiri maka siswa akan melakukan penyelidikan dalam

proses pembelajaran yang natinya akan menemukan jawaban berdasarkan

(51)

untuk menemukan jawaban dari mengui hipotesa tersebut melalui

pengalaman langsung. Sehingga dengan pengalaman langsung tersebut

siswa akan lebih memahami dan memaknai apa yang telah ia temukan

melalui proses mentalnya sendiri. Inkuiri terbimbing bisa dilakukan

dengan berinteraksi langsung dengan alam maupun secara tidak langsung

dengan gambar, video, atau artikel. Pengumpulan data dan pengujian

hipotesis yang dapat dilakukan dengan percobaan menggunakan angin

dan air beserta seperangkat medianya untuk mengetahui apa penyebab

dan bagaimana erosi, abrasi, banjir dan tanah longsor tersebut.

2.1.6 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 2.1.6.1 Pengertian PTK

Suparno (2008: 5) penelitian tindakan atau riset tindakan secara umum dimaksudkan sebagai riset yang dilakukan oleh seseorang yang

sedang praktik dalam suatu pekerjaan, untuk digunakan dalam

pengembangan pekerjaan itu sendiri. Pelaku riset merupakan orang yang

sedang melakukan pekerjaan itu dan tujuan dari penelitian tindakan adalah

untuk memperbaiki keadaan dan kinerja dari pekerjaan itu sendiri.

Sedangkan riset atau penelitian dalam dunia pendidikan dilakukan oleh

guru kelas untuk memperbaiki cara mengajar mereka sehari-hari.

Kurt Lewin (dalam Kunandar, 2005: 42) berpendapat bahwa

Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas

empat tahap yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.

(52)

menurut Arikunto (2008: 91) penelitian tindakan kelas merupakan suatu

pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi

dalam suatu kelas.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang disertai

suatu tindakan yang sengaja dimunculkan sebagai usaha untuk

memperbaiki atau meningkatkan proses maupun hasil dalam pembelajaran

di kelas oleh orang yang sedang praktik dalam kelas tersebut, dalam hal ini

adalah guru. Menurut Johnson, Mills dan Tomal dalam Suparno (2008: 6)

secara sederhana riset tindakan mempunyai skema pelaksanaan sebagai

berikut: (1) mengajukan pertanyaan, mengidentifikasi persoalan,

menentukan daerah penelitian, (2) menentukan data yang hendak

dikumpulkan, (3) pegumpulan data dan analisis data, (4) merencanakan

tindakan, (5) melaksanakan tindakan lanjut, (6) evaluasi dan follow up;

dari tindakan lanjut. Sedangkan menurut Arikunto (2008: 91) tahapan

penelitian tindakan kelas meliputi: (1) perencanaan, (2) tindakan,

(3)observasi, dan (4) refleksi.

2.1.6.2 Tujuan PTK

Suparno (2008: 17) secara umum tujuan utama riset tindakan

dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut: (1) untuk melakukan

perubahan atau peningkatan praktik pendidikan yang diteliti secara labih

langsung, (2) untuk mendekatkan hasil penelitian dengan praktik guru di

(53)

kinerjanya, (3) mengembangkan profesionalitas para pendidik dalam

lingkup kerja.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang

berjudul “Efektifitas pembelajaran IPA pada Materi Pokok Proses

Pembentukan Tanah Karena Pelapukan pada Siswa Kelas V SD Kanisius

Kintelan Melalui Metode Inkuiri Terbimbing dalam Hal Pencapaian Hasil

Belajar” yang disusun oleh Yuli Widyaningsih, Prodi PGSD, JIP, FKIP,

USD. Penelitian ini dilakasanakan di SD Kanisius Kintelan 1. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran pembentukan

tanah karena pelapukan pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan 1

dengan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april 2010 dengan subyek

penelitian adalah siswa kelas V SD Kanisius Kintelan 1 Yogyakarta yang

terdiri dari 32 siswa, 19 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Peneliti

menggunakan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatan hasil belajar.

Penelitian ini termasuk penelitian praeksperimen tanpa kelompok

pembanding, dengan pretest dan postest. KKM pada mata pelajaran IPA

yang akan dicapai adalah 62 pada materi pokok proses pembentukan

tanah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

pretest dan postest. Setelah dilakukan treatment pada kelas dengan

menggunakan metode inkuiri terbimbing pada siklusnya, hasil penelitian

(54)

pelapukan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian

hasil belajar sangat efektif. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan

hasil belajar. Pada saat pretes hanya 8 dari 32 siswa, dengan presentase

25% yang mencapai KKM 62, setelah diterapkan metode inkuiri

terbimbing dan dilakuakn pretes banya siswa yang mencapai KKM yaitu

27 dari 32 siswa dengan presentase 84,37% siswa yang mencapai KKM.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing

dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDK Keintelan 1

Yogyakarta.

Penelitian kedua yang mendukung penelitian ini adalah penelitian

yang disusun oleh Wiyan Purbatin, prodi PGSD, JIP, FKIP, USD yang

berjudul “Efektivitas Pembelajaran IPA Tentang Sifat-Sifat Cahaya

Melalui Metode Inquiry Terbimbing pada Siswa Kelas V SD Kanisius

Kalasan dalam Hal Pencapaian Hasil Belajar”. Tujuan dari penelitian yang

disusun di tahun 2010 ini adalah untuk mengetahu efektifitas pembelajaran

IPA tentang sifat-sifat cahaya di SD Kanisius Kalasan dalam hal

pencapaian hasil belajar. Penelitian ini didasari dengan masih banyaknya

pembelajaran yang terjadi dengan satu arah dan hanya guru yang aktif

dalam pembelajaran tersebut. Sedangkan siswa cenderung pasif dalam

proses pembelajaran. Sehingga peneliti memutuskan untuk menggunakan

metode inquiry terbimbing sebagai efektifitas pembelajaran IPA yang

Gambar

Gambar 1 menunjukkan putaran spiral sikuls PTK. Siklus PTK
Tabel 1 Indikator dan Pengukurannya
Tabel 2
Tabel 3 Kisi-kisi Soal Tes Objektif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dihasilkan rute distribusi dengan algoritma carke & wright adalah tiga rute dengan total jarak tempuh 180,7 km, rute dengan model penyelesaian Vehicle Routing Problem

 Mudah dikom binasi dg proses lain  Terjadi pada kondisi biasa.  Sifat m em bran bervariasi, dapat diatur  Tidak perlu zat

Dalam acara Public Expose yang diadakan seusai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan, Indopoly mengumumkan bahwa Perseroan telah berinvestasi pada empat mesin baru

Teknik analisis data pada penelitian ini dengan menggunakan unsur-unsur sistem akuntansi pembelian, yakni diagram alir (flowchart) pembayaran hutang, bagian-bagian yang

Kabupaten Tegal melalui Pejabat Pengadaan telah melakukan proses Pengadaan Langsung. pekerjaan pengadaan barang Kegiatan Pengadaan Perlengkapan

Merupakan tahapan awal dalam proses desain dimana tahapan ini memiliki peranan untuk menerjemahkan owner requirement atau permintaan pemilik kapal ke dalam

3- TELEPHONE INTERVIEWS : Is the process of gathering data using the telephone and asking a small number of general questions.. 4- ELECTRONIC E-MAIL INTERVIEWS : Consist of

Komunitas merupakan kelompok sosial yang merupakan kesatuan dari beberapa individu yang memiliki kesamaan atau hobby yang digemari dan tentunya memiliki tujuan yang