PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1 MENGGUNAKAN METODE
INKUIRI TERBIMBING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Oleh: Uswatun Khasanah
NIM : 091134110
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1 MENGGUNAKAN METODE
INKUIRI TERBIMBING
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Oleh: Uswatun Khasanah
NIM : 091134110
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk:
Allah SWT, untuk segala karunia yang telah membuat rencana yang terbaik untuk
hambaNYA
Rosul Muhammad SAW, sebagai cahaya terang dikala gelap menyapa
Ibu, Bapak, Adik dan seluruh keluarga, kalian mukjizat yang dikirim Allah, kalian
yang terbaik, bahkan teramat terbaik untukku
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
v
HALAMAN MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”
(Q.S Alam Nasyrah: 6-7)
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” (Q.S Ar-Rahman: 60-61)
“Saat tersesat dalam gelap dan harapan seolah tak menemukan jalannya, seketika
ada setitik embun yang menjelma cahaya, cahaya yang menjadikan terbukanya
viii
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1 MENGGUNAKAN METODE
INKUIRI TERBIMBING
ABSTRAK
Uswatun Khasanah 091134110
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1, (2) penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1.
Subjek dari penelitian ini 18 siswa kelas IV SDN Plaosan 1 yang terdiri dari 10 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Objek dari penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 menggunakan metode inkuiri terbimbing. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan hasil tes serta rubrik. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif untuk data kuantitatif dan mendeskripsikan situasi saat pembelajaran IPA berlangsung untuk memperoleh gambaran.
Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode inkuiri terbimbing merangsang keaktifan dan berdampak pada prestasi belajar IPA yang lebih baik bagi siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1. Hasil tersebut terbukti dari adanya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA. Peningkatan keaktifan siswa dapat dilihat dari persentase keaktifan siswa pada indikator 1 keaktifan yang meningkat dari kondisi awal sebesar 33,33% menjadi 50%, indikator 2 keaktifan meningkat dari kondisi awal sebesar 27,78% menjadi 61,11%, dan indikator 3 keaktifan meningkat dari kondisi awal sebesar 33,33% menjadi 55,56%. Sedangkan peningkatan prestasi belajar IPA dapat dilihat dari peningkatan persentase siswa yang lulus KKM dari kondisi awal sebesar 64,75% menjadi 94,44% dan rata-rata nilai siswa juga mengalami peningkatan dari kondisi awal sebesar 63,18 menjadi 82,01. Dengan demikian penggunaan metode inkuiri terbimbing dapat digunakan untuk meningkatkan keaktifan dan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1.
ix
THE RAISING OF BEING ACTIVE AND LEARN ACHIEVEMENT THE NATURAL SCIENCE FOR IV GRADE STUDENT IN PLAOSAN 1
ELEMENTARY SCHOOL USING GUIDE INQUIRY METHOD ABSTRACT
Uswatun Khasanah 091134110
This research is classroom action research, the purposes of this research were to knew: (1) using guide inquiry method in effort to raise of being active in learn natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school, (2) using guide inquiry method in effort to raise of learn achievement the natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school.
The subject of the research was of 18 IV grade student of Plaosan 1 elementary school and the object of the research was being active, learn achievement of natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school using guide inquiry method. The data collection of the research is sheet paper of observation and the result of test and column in process. The data analysis of the research used statistic descriptive method for quantitative data and describe the situation of learning natural science for qualitative data.
The result of the research showed that used guide inquiry method can motive of being active and caused for better learn achievement of science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school. The result is evidence from the raising of being active and learn achievement of natural science. The raising can see by the of raising being active percentage in indicator 1 of being active is raise from the beginning condition in 33,33% become 50%, indicator 2 of being active is raising from the beginning condition in 27,78% becompe 61,11%, and indicator 3 of being active from the beginning condition in 33,33% become 55,56%. And the raising of learn achievement can see by the raising of learn achievement percentage from student was pass of the limit pass score in the classroom from beginning condition in 64,75% become 94,44% and the average of student score is raising too from beginning condition in 63,18 become 82,01. So, the guide inquiry method can used for raise of being active and learn achievement of natural science the IV grade student in Plaosan 1 elementary school.
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa penulis panjatkan untuk kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat karuniaNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri
Plaosan 1 Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing”. Skripsi ini disusun dalam
rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan studi tingkat strata satu (S-1)
pada prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta. Penyusunan
skripsi ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak.
Seiring dengan selesainya skripsi ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, S.J.S.S., BST., M.A. selaku ketua
program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D. dan Ibu Wahyu Wido Sari, S.Si.,
M.Biotech selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II yang
telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan
bimbingan, bantuan, masukan, nasehat serta arahan yang sangat berguna
bagi penulis.
4. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan guru Sekolah
xi
Dharma Yogyakarta yang telah membantu selama penyusunan skripsi ini
berlangsung.
5. Bapak Sumarjoko, S.Ag selaku kepala sekolah SD Negeri Plaosan 1 yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di
sekolah.
6. Bapak Juwadi, BA selaku wali kelas IV SD Negeri Plaosan 1 yang telah
membantu sehingga penelitian dapat berlangsung.
7. Seluruh siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 yang telah membantu selama
penelitian berlangsung.
8. Ibu, Bapak, dan Adik tersayang yang telah mendukung, membantu,
memberi semangat serta menyertakan untaian-untaian do’a yang tidak henti-hentinya.
9. Semua sahabat-sahabat yang telah membantu dan mendukung
penyelesaian skripsi ini.
10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis
pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Yogyakarta, 6 Juni 2013
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERTETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Batasan Masalah ... 9
1.3 Rumusan Masalah ... 9
1.4 Tujuan Peneitian ... 9
1.5 Manfaat Penelitian ... 10
1.6 Definisi Operasional ... 11
BAB II. TINJAUAN LITERATUR 2.1 Kajian Teori ... 12
xiii
2.1.2 Prestasi Belajar ... 15
2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme ... 18
2.1.4 Inkuiri ... 20
2.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 28
2.1.6 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 32
2.2 Penelitian yang Relevan ... 33
2.3 Skema Penelitian yang Relevan ... 38
2.4 Kerangka Berpikir ... 39
2.5 Hipotesis Tindakan ... 40
BAB III. METODOLOGI 3.1 Jenis Penelitian ... 42
3.2 Setting Penelitian ... 44
3.3 Rancangan Tindakan ... 45
3.4 Indikator dan Pengukurannya ... 49
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 50
3.6 Instrumen Pengumpulan Data ... 51
3.7 Tabel Instrumen Pengumpulan Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 58
3.8 Taraf Kesukaran, Validitas dan Reliabilitas ... 59
3.9 Teknik Analisis Data ... 82
3.10 Jadwal Penelitian ... 85
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 87
xiv
4.1.1.1Perencanaan ... 87
4.1.1.2Tindakan ... 89
4.1.1.3Observasi ... 91
4.1.1.4Refleksi ... 93
4.1.2Hasil Penelitian ... 98
4.1.2.1 Kualitas Proses ... 98
4.1.2.2 Kualitas Hasil ... 107
4.2 Pembahasan ... 113
BAB V. PENUTUP 5.1Kesimpulan ... 145
5.2Saran ... 147
5.3Keterbatasan Penelitian ... 148
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indikator dan Pengukuranya ... 49
Tabel 2. Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 53
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Tes Objektif ... 54
Tabel 4. Rubrik Penilaian Kognitif ... 55
Tabel 5. Rubrik Penilaian Psikomotor ... 56
Tabel 6. Rubrik Penilaian Produk ... 57
Tabel 7. Tabel Instrumen Pengumpulan Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 58
Tabel 8. Kualifikasi IK ... 60
Tabel 9. Hasil Penghitungan Indeks Kesukaran (IK) 30 Soal Objektif ... 61
Tabel 10. Penilaian Silabus ... 70
Tabel 11. Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 72
Tabel 12. Indikator dan Nomor Soal Tes Objektif Sebelum Divalidasi Empiris ... 75
Tabel 13. Hasil Perhitungan Validitas Menggunakan SPSS 16 ... 77
Tabel 14. Tabel Hasil Validitas Empiris ... 78
Tabel 15. Indikator dan Nomor Soal Tes Objektif Setelah Divalidasi Empiris ... 79
Tabel 16. Koefisien Korelasi dan Kualifikasi Reliabilitas. ... 80
Tabel 17. Reliability Statistic. ... 81
Tabel 18. Jadwal Penelitian. ... 86
Tabel 19. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan 1 ... 99
Tabel 20. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertamuan 2 ... 100
Tabel 21. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Pertemuan 3 ... 101
xvi
Tabel 23. Rangkuman Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I (4 kali
Pertemuan) ... 103
Tabel 24. Hasil Keaktifan Siswa pada Siklus I (4 kali Pertemuan) ... 105
Tabel 25. Daftar Hasil Tes Objektif Siklus I ... 108
Tabel 26. Hasil Skor Total Rubrik Penilaian Kognitif, Rubrik Penilaian
Psikomotor dan Rubrik Penilaian Produk) Siklus I (4 kali Pertemuan) ... 110
Tabel 27. Hasil Keseluruhan Prestasi Siswa (Rata-rata Tes Objektif dan Rubrik)... 112
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Putaran Spiral Siklus PTK Menurut Kemmis dan Taggart ... 44
Gambar 2. Grafik Peningkatan Keaktifan Belajar IPA Siswa Kelas IV ... 118
Gambar 3. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV ... 119
Gambar 4. Contoh 1 Hasil Penempelan Gambar Siswa dalam Kelompok ... 120
Gambar 5. Contoh 2 Hasil Penempelan Gambar Siswa dalam Kelompok ... 120
Gambar 6. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 1 ... 122
Gambar 7. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 1 ... 123
Gambar 8. Contoh 3 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 1 ... 123
Gambar 9. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Erosi pada Pertemuan 2 ... 125
Gambar 10. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Erosi pada Pertemuan 2 ... 125
Gambar 11. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berpasir pada Pertemuan 2 ... 126
Gambar 12.Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berpasir pada Pertemuan 2 ... 126
Gambar 13. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berkarang pada Pertemuan 2 ... 127
Gambar 14. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Abrasi Pantai Berkarang pada Pertemuan 2 ... 127
Gambar 15. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Percobaan Banjir pada Pertemuan 2 ... 128
Gambar 16. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Banjir pada Pertemuan 2 ... 129
xviii
Gambar 18. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Percobaan Longsor pada Pertemuan 2 ... 130
Gambar 19. Contoh 1 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 3 ... 132
Gambar 20. Contoh 2 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 3 ... 132
Gambar 21. Contoh 3 Hasil Lembar Kerja Pertemuan 3 ... 132
Gambar 22. Contoh 1 Hasil Slogan Sederhana Siswa pada Pertemuan 4... 134
Gambar 23. Contoh 2 Hasil Slogan Sederhana Siswa pada Pertemuan 4... 135
Gambar 24. Contoh 1 Refleksi Kelompok ... 136
Gambar 25. Contoh 2 Refleksi Kelompok ... 136
Gambar 26. Contoh 3 Refleksi Kelompok ... 137
Gambar 27. Contoh 4 Refleksi Kelompok ... 137
Gambar 28. Contoh 1 Refleksi Individu ... 139
Gambar 29. Contoh 2 Refleksi Individu ... 139
Gambar 30. Contoh 3 Refleksi Individu ... 139
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Ijin Penelitian dan Surat Keterangan Selesai
Penelitian ... 153
Lampiran 2. Perangkat Pembelajaran Sebelum Divalidasi ... 155
Lampiran 3. Perangkat Pembelajaran Sesudah Divalidasi... 198
Lampiran 4. Instrumen Pengumpulan Data ... 252
Lampiran 5. Indeks Kesukaran (IK), Validitas dan Reliabilitas ... 260
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional mengatakan bahwa pendidikan nasional adalah usaha secara sadar
atau terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memperoleh kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan baik untuk diri
sendiri, masyarakat, bangsa dan negara (Badan Satuan Nasional Pendidikan
[BSNP]: 2006). Usaha secara sadar dan terencana tersebut bertujuan agar
peserta didik memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kebiasaan, kecerdasan, dan ketrampilan yang diperlukan bagi dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara (BSNP: 2006). Oleh karena itu, proses dalam
pengembangan potensi saat belajar sangat berpengaruh pada prestasi siswa.
Sekolah akan membantu siswa untuk mengembangkan moral, emosi, budaya,
kerjasama, dan keterampilan fisiknya yang dapat ia gunakan untuk
kelangsungan hidup individu maupun di masyarakat selanjutnya (BSNP:
2007).
Dalam jenjang pendidikan sekolah dasar (SD), proses pendidikan
akan sangat berpengaruh pada kelanjutan berkembangnya pengetahuan siswa
ke jenjang yang lebih tinggi. Sediono (dalam Gora dan Sunarto, 2010: 12)
mengungkapkan bahwa PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan) dalam proses pembelajaran dimaksudkan bahwa guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan dan mengemukakan pendapat. Sekolah dapat mewujudkan
proses belajar secara benar hanya jika melakukan proses Pembelajaran yang
Aktif, Kreatif, Efektif, dang Menyenangkan (PAKEM) (Gora dan Sunarto,
2010: 17). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa
pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang dapat membuat siswa
terlibat dan berproses langsung dalam pembelajaran secara aktif, efektif,
efisien dan menyenangkan. Profesionalisme seorang guru bukanlah pada
kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan, melainkan pada
kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan
bermakna bagi siswanya (Sugiyanto, 2010:1). Oleh karena itu guru perlu
mengembangkan perencanaan untuk proses belajar yang dapat mengaktifkan
siswa. Dengan siswa yang aktif dalam suatu pembelajaran maka akan
berpengaruh pada pemaknaan proses pembelajaran yang diharapkan dapat
berpengaruh lebih baik pada prestasi belajarnya.
Berdasarkan dua kali observasi pada tanggal 4 dan 11 Oktober 2012
yang dilakukan di kelas IV SD Negeri Plaosan 1 pada mata pelajaran IPA,
terlihat bahwa guru kelas IV menggunakan metode ceramah selama pelajaran
IPA berlangsung. Siswa yang terlihat bertanya kepada guru dan atau teman
tentang materi pembelajaran IPA pada saat proses pembelajaran ada 6 orang
siswa dari keseluruhan 18 siswa (33,33%). Siswa yang terlihat mengemukakan
siswa (27,78%). Kemudian siswa yang terlihat mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran IPA ada 6 orang siswa dari
keseluruhan 18 siswa (33,33%).
Guru kelas IV SD Negeri Plaosan 1 memberikan informasi bahwa
beliau dalam pelaksanaan pembelajaran IPA sebagian besar menggunakan
metode ceramah dan tidak pernah menggunakan media untuk menunjang
pembelajaran. Beliau mengungkapkan bahwa lebih dari 50% siswa kurang
aktif di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung. Di kelas IV terdapat siswa
yang pandai dengan nilai tinggi, tetapi ada juga siswa yang mendapat nilai
rendah dan terpaut jauh dari siswa yang mendapat nilai tinggi tersebut. Siswa
jarang terlibat dalam diskusi kelompok karena guru lebih sering menggunakan
metode ceramah dan penugasan individu setelah materi pelajaran
disampaikan.
Dokumentasi data diperoleh dari guru kelas IV yang memberikan
informasi bahwa KKM mata pelajaran IPA tahun ajaran 2010/2011,
2011/2012 dan 2012/2013 adalah sama, yaitu 60. Hal ini berarti siswa
dikatakan tuntas jika telah mencapai nilai 60 atau lebih. Berdasarkan data
yang diperoleh dari guru kelas IV diketahui bahwa pada tahun pelajaran
2010/2011 siswa sudah mencapai KKM atau lebih pada mata pelajaran IPA
ada 19 dari 24 siswa, dengan persentase 79,17% dan rata-rata nilai IPA adalah
65,54. Pada tahun 2011/2012 siswa yang sudah mencapai KKM atau lebih ada
9 dari 21 siswa, dengan persentase 42,86% dan rata-rata nilai IPA adalah 57,8.
semester ganjil pada tahun 2012/2013, siswa yang sudah lulus KKM atau
lebih ada 13 siswa dari 18, dengan persentase 72,22% dan rata-rata nilai IPA
adalah 66,2. Maka, rata-rata untuk keseluruhan nilai yang sudah mencapai
KKM atau lebih adalah 64,75% dan rata-rata nilai IPA adalah 63,18.
Hasil observasi, informasi dari guru dan dokumentasi data yang
diperoleh telah memberi gambaran tentang kondisi siswa kelas IV SD Negeri
Plaosan 1. Dari semua data yang diperoleh tersebut dapat dikatakan bahwa
siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran yang akan berpengaruh pada
prestasi belajar IPA. Hal tersebut dapat dilihat dari presentase siswa yang
bertanya pada guru maupun diskusi yang berpresentase tidak mencapai
separuh kelas. Proses belajar dalam hal ini berdampak pada hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA. Hakekat belajar itu sendiri adalah suatu proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh penguasaan kompetensi baru secara
permanen, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Gora dan Sunarto, 2010: 15). Uraian pendapat ahli
tersebut bisa dikatakan bahwa dengan menggunakan pembelajaran yang
menarik dan membuka interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Melalui interaksi secara langsung tersebut diharapkan siswa akan berproses
lebih baik daripada sebatas menggunakan metode ceramah sehingga siswa
akan menemukan makna dan penguasaan kompetensi baru secara permanen
melalui pengalaman dan interaksi belajar siswa.
Berdasarkan uraian masalah di atas, dapat dikatakan bahwa kelas
akan berpengaruh pada perolehan prestasi belajar siswa. Dengan
menggunakan pembelajaran yang menarik dan bermakna diharapkan siswa
akan berproses lebih baik daripada sebatas menggunakan metode ceramah.
Dibutuhkan langkah-langkah dalam proses pembelajaran yang bisa dikatakan
sebelumnya kurang menarik menjadi menarik, yang dirasakan sulit menjadi
mudah, yang tadinya tidak berarti menjadi bermakna. Pembelajaran yang
inovatif dapat merangsang aktifitas siswa di dalam maupun di luar kelas untuk
berproses dengan lebih baik, sehingga siswa dapat mengembangkan potensi
yang ada dalam dirinya dan bukan hanya sekedar duduk diam mendengarkan
yang sering diilustrasikan sebagai gelas atau botol kosong yang di isi oleh
gurunya.
Rangkaian pembelajaran yang inovatif diharapkan dapat digunakan
untuk membuat proses belajar siswa lebih aktif dan bermakna serta akan
membuat siswa lebih memahami materi apa yang dipelajari. Model
pembelajaran inovatif tersebut diantaranya adalah Kooperatif atau
Cooperative Learning (CL), yaitu pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan
kondisi belajar untuk mencapai tujuan (Sugiyanto, 2010: 37). Selain
kooperatif, model kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)
juga merupakan salah satu model inovatif yang dapat digunakan untuk
membuat siswa belajar dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya.
Kontekstual yaitu konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk
(Sugiyanto, 2010: 5). Selain model Kontekstual, terdapat metode yang juga
dapat digunakan untuk mendorong siswa berinteraksi dengan lingkungan
sosial maupun lingkungan alam disekitarnya, yaitu metode Inkuiri atau
Inquiry. Inkuiri merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga mereka dapat
menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud
adanya perubahan perilaku (Hanafiah & Suhana, 2009: 77). Menurut Hanafiah
dan Suhana (2009: 77) inkuiri dibagi menjadi 3 yang terdiri dari inkuiri
terpimpin (terbimbing) yaitu pelaksanaan inkuiri atas petunjuk guru, inkuiri
bebas yaitu peserta didik melakukan penelitian secara bebas sebagaimana
seorang ilmuan, dan inkuiri bebas yang dimodifikasi yaitu masalah diajukan
guru didasarkan pada teori yang sudah dipahami peserta didik.
Berdasarkan fakta dan data yang telah diperoleh dari observasi,
informasi guru, maupun dokumentasi data maka peneliti memutuskan untuk
menggunakan metode inkuiri terbimbing yang diharapkan dapat meningkatkan
keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA di SD
Negeri Plaosan 1. Metode Inkuiri terbimbing dipilih karena diharapkan
metode ini dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran IPA
sebagai upaya untuk menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui
proses mentalnya sendiri dengan bimbingan guru. Pengalaman pada saat
berinteraksi dengan lingkungan dan alam sekitar siswa diharapkan dapat
yang permanen dan bermakna.
Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencapai dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan (Sanjaya, 2006: 196).
Sedangkan menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 77) inkuiri terpimpin
merupakan proses inkuiri yang dilakukan atas petunjuk dari guru. Inkuiri
terbimbing dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan
yang melacak dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik
kesimpulan yang diharapkan. Siswa melakukan percobaan untuk
membuktikan pendapat yang dikemukakannya. Paparan pendapat ahli tersebut
menunjukan bahwa metode inkuiri terbimbing dapat membuat siswa lebih
terlibat dalam proses pembelajaran karena siswa memperoleh konsep-konsep
dan prinsip-prinsip melalui pengalaman dan proses mentalnya sendiri melalui
petunjuk dari guru. Terlibatnya siswa sebagai pemeran utama menjadikan
siswa lebih aktif dan tertarik dalam menjalani proses pembelajaran dan bukan
hanya duduk diam dan mendengarkan ceramah dari guru, khususnya pelajaran
IPA.
Inkuiri menempatkan siswa sebagai individu yang telah mempunyai
pengetahuan awal yang nantinya akan mereka bangun sendiri selama
berproses. Hasil belajar bukan hanya tergantung pada lingkungan belajar tapi
juga pengalaman belajar, yaitu berbasis kontruktivis (Driver and Bell, 1986).
Inkuiri terbimbing diharapkan dapat merangsang keaktifan siswa dalam proses
Melalui metode inkuiri terbimbing siswa akan menjadi pemeran
utama dalam pembelajaran sedangkan guru menjadi fasilitator dalam
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran inkuiri akan muncul
pengalaman-pengalaman belajar melalui langkah-langkah ilmiah yang terdiri dari
merumuskan problemanya sendiri, merumuskan hipotesa, mendesain
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, dan menarik kesimpulan
(Sanjaya, 2006). Terbentuknya pengalaman belajar tersebut akan membantu
siswa untuk menemukan makna dalam pembelajaran, yang pada prosesnya
nanti diharapkan akan berpengaruh pada keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dan akan berdampak pada hasil belajar yang lebih baik.
Hasil penelitian tentang inkuiri terbimbing telah dilakukan Yuli
Widyaningsih (2010) yang membuktikan bahwa metode inkuiri terbimbing
dapat meningkatkan hasil belajar di SD K Kintelan 1. Skripsi yang disusun
oleh Wiyan Purbatin (2010 ) juga membuktikan bahwa metode inkuiri
terbimbing efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran IPA di SD Kanisius Kalasan. Selanjutnya penelitian Clara Prahestu
(2011) berhasil menggunakan metode penemuan terbimbing untuk
meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran IPA di SD Negeri
Nyamplung. Sedangkan jurnal penelitian yang disusun oleh Retno Megawati,
Suripto dan Kartika Chrysti Suryandari dari PGSD UNS membuktikan bahwa
penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keaktifan belajar
IPA di SDN 1 Kabekelan. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri
Plaosan 1.
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang serta mengingat terbatasnya tenaga serta
kemampuan yang dimiliki oleh peneliti maka dalam hal ini peneliti hanya
membatasi penelitiannya pada penggunaan metode inkuiri terbimbing sebagai
upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD
Negeri Plaosan 1.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah, maka
rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.3.1 Bagaimana penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya
meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan
1?
1.3.2 Bagaimana penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.4.1 Mengetahui penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya
meningkatkan keaktifan belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1.
1.4.2 Mengetahui penggunaan metode inkuiri terbimbing dalam upaya
1.5 Manfaat penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini memberikan pengalaman yang sangat bermanfaat begi
peneliti dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pengalaman
tersebut khususnya dalam menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam
upaya meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa kelas IV
SD Negeri Plaosan 1. Sehingga jika peneliti melaksanakan penelitian lain
selanjutnya dapat melakukan dengan lebih baik.
1.5.2 Bagi Guru
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas proses
dan kualitas hasil belajar siswa. Kualitas proses dan hasil tersebut
khususnya pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode inkuiri
terbimbing. Guru dapat menggunakan penelitian ini sebagai gambaran
pembelajaran dengan menggunakan inkuiri terbimbing, khususnya
pembelajaran IPA.
1.5.3 Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar
menggunakan inkuiri terbimbing dan mengembangkan diri siswa. Siswa
dapat memperoleh pengalaman berproses dengan interaksi lingkungan
fisik dan sosialnya dalam pembelajaran. Sehingga melalui penggunaan
pengalaman belajar menggunakan metode inkuiri terbimbing dapat
meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini dapat memberikan gambaran dan masukan dalam
rangka mengembangkan dan atau mengoptimalkan potensi guru maupun
siswa. Selain itu, penelitian ini berguna sebagai pertimbangan
pemanfaatan sumber-sumber dan media yang ada di sekitar sekolah untuk
pembelajaran. Sehingga dapat meningkatkan kualitas atau mutu sekolah ke
arah yang lebih baik.
1.6 Definisi Operasional
Supaya tidak menimbulkan suatu pertanyaan dan multi tafsir tentang
suatu istilah yang dikemukakan, maka perlu adanya definisi operasional
untuk menyamakan persepsi. Berikut ini merupakan definisi operasional
yang peneliti ambil, yaitu sebagai berikut:
1.6.1 Metode inkuiri terbimbing atau terpimpin merupakan langkah-langkah
dalam pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya
sendiri sesuai dengan petunjuk guru.
1.6.2 Keaktifan merupakan keterlibatan siswa secara fisik maupun mental dalam
proses pembelajaran.
1.6.3 Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa yang
dinyatakan dalam bentuk nilai maupun skor, yang di peroleh dari tes.
1.6.4 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang
sistem alam semesta, yang diperoleh dari pengumpulan data dan informasi
BAB II
TINJAUAN LITERATUR 2.1 Kajian Teori
2.1.1 Keaktifan
2.1.1.2 Pengertian Keaktifan
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi 3
(2005: 23) menyatakan bahwa aktif merupakan giat, bekerja, berusaha.
Sedangkan menurut Silberman M (dalam Gora dan Sunarto, 2009: 10)
menyatakan bahwa keaktifan dalam belajar adalah mempelajari dengan
cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi
untuk mempelajari sesuatu yang baik, harus mendengar, melihat,
menjawab pertanyaan dan mendiskusikannya dengan orang lain.
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku
seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil
percobaan, ingin tahu hasil dari suatu rekasi kimia, membuat karya tulis,
membuat kliping dan perilaku sejenis lainnya (Dimyati dan Mudjiono,
2006: 51). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa
keaktifan siswa akan muncul ketika guru merencanakan pembelajaran
yang dapat merangsang keterlibatan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran.
Aktivitas murid sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga murid yang harus banyak aktif, sebab murid adalah sebagai
subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang
melaksanakan belajar (Daryanto & Rahardjo: 2012). Dari pernyataan
tersebut dapat dikatakan jika dalam proses pembelajaran, siswa yang
menjadi subyek, sehingga keaktifan siswa juga merupakan suatu hal
pokok yang harus ada dalam proses pembelajaran demi tercapainya
tujuan pembelajaran sesuai dengan hakekat belajar.
Berdasarkan uraian diatas secara umum dapat disimpulkan
bahwa keaktifan merupakan segala keterlibatan siswa baik secara fisik
maupun mental dalam proses pembelajaran yang
dipertanggungjawabkan oleh peserta didik itu sendiri. Keterlibatan siswa
dalam pembelajaran tersebut dilakukan siswa dengan menyenangkan,
penuh semangat dalam mempelajari sesuatu sehingga siswa menyukai
hal yang dipelajari. Keterlibatan tersebut meliputi mendengar, melihat,
menjawab, melakukan, mencari tahu dan mendiskusikannya dengan
orang lain. Sehingga dengan keaktifan diharapkan siswa dapat
memperoleh penguasaan kompetensi dan kebermaknaan dalam
pembelajaran melalui pengalaman langsung dan berinteraksi dengan
sekitarnya.
2.1.1.3 Indikator siswa belajar aktif
Lukmanul Hakiim (2009: 52) menyatakan bahwa bentuk-bentuk
keaktifan siswa dalam proses belajar meliputi keaktifan penginderaan,
yaitu mendengar, melihat, mencium, merasa dan meraba, mengolah dan
menyatakan ide serta melakukan latihan-latihan yang berkaitan dengan
keterampilan jasmaniah. Menurut Sudjana (2009: 61) keaktifan siswa
siswa terlibat dalam pemecahan masalah, siswa bertanya kepada siswa
lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya, siswa berusaha mencari berbagai informasi yang
diperlukan untuk pemecahan persoalan yang sedang dihadapinya, siswa
berdiskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, siswa menilai
kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya, siswa melatih diri
dalam memecahkan soal atau masalah, siswa menggunakan kesempatan
menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam
menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 45) indikator
keaktifan mencakup diantaranya adalah mencatat atau sekedar
mendengarkan pemberitahuan, memperhatikan hal-hal yang dijelaskan
guru, mencatat tugas yang diberikan dan mengerjakan tugas rumah,
berdiskusi dalam kelompok, melibatkan diri dalam proses tanya jawab
dan terlibat dalam menyimpulkan pembelajaran. Berdasarkan
indikator-indikator keaktifan yang telah dikemukakan para ahli tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa indikator keaktifan adalah sebagai berikut: (1)
bertanya kepada guru dan atau teman tentang materi pembelajaran IPA
saat proses pembelajaran, (2) mengemukakan pendapat ketika berdiskusi
kelompok, dan (3) mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam
proses pembelajaran IPA.
Indikator 1 keaktifan yaitu bertanya kepada guru dan atau
kepada guru dan atau siswa, serta terlibat dalam proses tanya jawab
dengan teman maupun guru tentang materi pelajaran IPA berlangsung.
Selanjutnya, indikator 2 keaktifan yaitu mengemukakan pendapat ketika
berdiskusi kelompok meliputi segala aktivitas siswa saat bekera dalam
kelompok. Aktivitas tersebut meliputi mengungkapkan pendapat atau
gagasan, terlibat dalam menyelesaikan masalah, menyelesaikan tugas
atau lembar kerja yang disediakan guru. Sedangkan indikator 3 keaktifan
yaitu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dalam proses
pembelajaran IPA meliputi mendengarkan, mencatat tugas,
memperhatikan, melaksanakan dan menyelesaikan tugas sesuai petunjuk
serta mencari berbagai informasi untuk memecahkan masalah. Indikator
menyimpulkan seperti yang terdapat dalam indikator menurut Dimyati
dan Mudjiono (2006: 45) tidak dipakai karena menyimpulkan tidak
terjadi saat proses pembelajaran berlangsung, melainkan hanya pada
akhir pembelajaran saja. Aktivitas siswa seperti indikator yang telah
dirumuskan tersebut juga melibatkan penginderaan seperti yang
terungkap dalam keaktifan menurut Lukmanul Hakiim (2009: 25).
2.1.1 Prestasi Belajar
2.1.2.1 Pengertian Prestasi Belajar
Belajar menurut Slameto (2003: 2) adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
Syah (2008: 92) adalah tahapan seluruh perubahan tingkah laku individu
yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Uraian pendapat tersebut
secara umum menunjukan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang relatif menetap, baik yang diamati maupun tidak dapat diamati
secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman
dalam interaksi dengan lingkungan.
Arifin (2009: 12) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan
hal yang berkenaan dengan aspek pengetahuan. Menurut Chosiyah (2001:
84) prestasi belajar merupakan rangkaian hasil usaha yang telah dilatih
dalam suatu sistem atau rangkaian kagiatan pendidikan yang dinyatakan
dengan nilai. Sedangkan menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Edisi 3 (2005: 895) menyatakan bahwa prestasi belajar
merupakan penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai
tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Berdasarakn pendapat ahli terebut diatas maka dapat disimpulkan
bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari usaha suatu proses usaha
yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang relatif menetap, baik yang diamati maupun tidak dapat diamati
dalam interaksi dengan lingkungan. Prestasi belajar umumnya diperoleh
melalui tes dan dinyatakan dalam bentuk skor dan nilai.
Prestasi belajar merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
mereka yang ingin belajar dan juga oleh pihak-pihak yang terlibat
dengannya. Prestasi belajar lazimnya dilihat dari sudut angka-angka hasil
tes atau hasil ulangan, hasil ujian dan mungkin juga hasil penilaian
terhadap tugas-tugas yang diberikan guru. Prestasi belajar siswa
ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki masing–masing individu.
2.1.2.2 Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Slameto (2010: 54-72) mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu: (1) Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu
yang sedang belajar, faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah (kesehatan
dan cacat tubuh), faktor psikologis (inteligensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan dan kesiapan), dan faktor kelelahan, (2) faktor
eksternal, yaitu faktor dari luar individu. Faktor ekstern terdiri dari faktor
keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar
belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat
pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, keadaan gedung,
dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat)
Sedangkan Sudjana (2009:39) mengungkapkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: (1) faktor-faktor Intrinstik,
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti motivasi belajar,
minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
ekonomi, faktor fisik dan psikis, (2) Faktor ekstrinsik, yaitu faktor yang
berasal dari luar siswa atau lingkungan seperti guru, media, teman
pergaulan, dan lain-lain
Uraian diatas menunjukan bahwa selain dari individu siswa sendiri
prestasi belajar juga dipengaruhi oleh berbagai aspek yang ada
dilingkungan siswa itu sendiri. Aspek tersebut meliputi orang dan atau
lingkungan yang sering berinteraksi dengan mereka seperti orang tua,
guru, teman, dan lain-lain. Maka proses belajar yang baik akan
berdampak baik pada prestasi belajar siswa.
2.1.3 Teori Belajar Konstruktivisme
The construction of meaning is a continuous and active process
(Driver and Bell, 1986). Berdasarkan pendapat ahli tersebut terungkap
bahwa konstruktivisme berarti terus menerus dan berproses secara aktif.
Seperti yang dikembangkan oleh Piaget, bahwa pengetahuan itu akan
bermakna apabila dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa itu sendiri
(Suyono dan Hariyanto: 2011). Sejak kecil, siswa selalu memiliki rasa
dimiliki dengan struktur kognitifnya. Pengetahuan yang mereka peroleh
mereka akan berusaha untuk selalu memperbaharui dan di ubah melalui
proses asimilasi dan akomodasi. Maka sebagai tugas guru adalah
mendorong siswa untuk mengembangkan skema yang terbentuk melalui
proses asimilasi dan akmodasi (Wina Sanjaya, 2006).
West dan Pines (dalam Samatowa, 2010: 54) mengungkapkan
bahwa menurut pandangan kontruktivisme keberhasilan belajar
bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga
pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna”
oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar. Pendekatan
konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang
lebih berfokus pada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran
(Hanafiah & Suhana: 2009).
Rancangan belajar konstruktivisme menurut Tytler (dalam Suyono
dan Haryanto: 2011) antara lain: (1) memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengemukakan gagasan dalam bahasanya sendiri, (2)
memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang pengalamannya
sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan
kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang dimiliki siswa, (5) mendorong siswa
untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, (6) menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif. Rancangan belajar konstruktivisme
konstruktivisme dapat mendorong siswa untuk membangun
pengetahuannya sendiri. Berdasarkan yang telah terurai di atas dapat
dikatakan juga bahwa konstruktivisme merupakan sebuah proses belajar
dimana individu membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi
fisik dan sosial.
2.1.4 Inkuiri
2.1.4.1 Pengertian Inkuiri
Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencapai dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan
(Sanjaya, 2006: 196). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dilihat bahwa
inkuiri membuat siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan
melibatkan siswa sebagai pemeran utama, mereka akan lebih aktif dan
senang dalam menjalani proses pembelajaran, hal ini sesuai dengan
hakekat belajar yang diungkapkan oleh Gora dan Sunarto (2010). Inkuiri
mendorong siswa untuk menangkap makna atau isi suatu pelajaran yang
diberikan oleh gurunya dengan ia berproses sendiri dalam pembelajaran
dan menemukan makna. Metode ini juga memberikan kebebasan kepada
anak dalam membahas suatu permasalahan yang terjadi atau berhubungan
dengan pelajaran yang dipelajari.
Inkuiri merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan
menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud
adanya perubahan perilaku (Hanafiah & Suhana, 2009: 77). Dari pendapat
ahli tersebut dapat dikatakan bahwa metode inkuiri dapat membuat siswa
lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena mencari maupun
menyelidiki suatu pengetahuan sendiri yang pada akhirnya akan
menemukan sendiri. Dengan melibatkan siswa sebagai pemeran utama,
maka siswa akan lebih aktif dan tertarik dalam menjalani proses
pembelajaran dan bukan hanya duduk diam dan mendengarkan ceramah
dari guru, khususnya pelajaran IPA. Inkuiri menempatkan siswa sebagai
individu yang telah mempunyai pengetahuan awal yang nantinya akan
mereka bangun sendiri selama berproses.
Hasil belajar bukan hanya tergantung pada lingkungan belajar tapi
juga pengalaman belajar, yaitu berbasis kontruktivis (Driver and Bell,
1986). Hal inilah yang diharapkan dapat merangsang keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran IPA, yang diharapkan pula nantinya akan
berpengaruh lebih baik pada prestasi siswa. Melalui metode ini, siswa
akan menjadi pemeran utama dalam pembelajaran sedangkan guru
menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Pengalaman belajar selama proses
inkuiri akan membantu siswa untuk menemukan makna dalam
pembelajaran. Pada prosesnya nanti diharapkan akan berpengaruh pada
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan akan berdampak pada
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
metode inkuiri merupakan proses dalam pembelajaran yang melibatkan
siswa secara langsung dalam proses pembelajaran untuk melakukan
penemuan yang bermakna melalui pengalaman-pengalaman belajar
mereka dan dengan melalui interaksi bersama orang-orang dan lingkungan
belajar mereka. Sehingga pada akhirnya siswa akan lebih memaknai
pembelajaran yang berproses melalui perkembangan mentalnya sendiri.
2.1.4.2 Jenis-jenis inkuiri
Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 77), inkuiri dibagi menjadi 3
yaitu: (1) inkuiri terpimpin, yaitu pelaksanaan inkuiri atas petunjuk guru
yang dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan
yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik
kesimpulan yang diharapkan, selanjutnya siswa akan melakukan
percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya, (2)
inkuiri bebas, yaitu peserta didik melakukan penelitian secara bebas
sebagaimana seorang ilmuan, antara lain masalah dirumuskan sendiri,
penyelidikan dilakukan sendiri, dan kesimpulan diperoleh sendiri. (3)
inkuiri bebas yang dimodifikasi, yaitu masalah diajukan guru didasarkan
pada teori yang sudah dipahami peserta didik, tujuannya untuk melakukan
penyelidikan dalam rangka membuktikan kebenaran.
2.1.4.3 Inkuiri Terbimbing
Inkuiri terpimpin atau inkuiri terbimbing merupakan proses inkuiri
pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak
dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang
diharapkan. Siswa melakukan percobaan untuk mrmbuktikan pendapat
yang dikemukakannya (Hanafiah & Suhana, 2009: 77). Sedangkan
menurut Australian Academy of Sciene (2010: 16) “The most common
inquiry lesson is the guided inquiry lesson. In these lesson the teacher
provides the question and/ or the method by which the question in
answered.” Sama halnya dengan inkuiri, seperti yang di ungkapkan pada
dua pendapat diatas bahwa inkuiri terbimbing melibatkan guru dalam
melakukan proses inkuirinya, bahkan sebagian besar pembelajaran inkuiri
adalah inkuiri terbimbing.
Langkah-langkah pada inkuiri terbimbing juga sama yaitu
orientasi, perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengumpulan data,
pengujian hipotesis, dan kesimpulan. Pada inkuiri bebas guru hanya
memberikan orientasi dan menyediakan lingkungan serta sumber belajar,
perumusan masalah hingga kesimpulan siswa melakukannya sendiri tanpa
bimbingan atau petunjuk guru. Sedangkan pada inkuiri terbimbing guru
membimbing siswa dari orientasi dan membuat pertanyaan pancingan
untuk siswa membuat rumusan masalah serta membuat hipotesis. Untuk
pengumpulan data dan pengujian hipotesis guru menyediakan lingkungan
belajar dan sumber sedangkan siswa melakukan pengumpulan data,
dalam bimbingan guru sebagai fasilitator. Guru menyediakan petunjuk
berupa lembar kerja pada pengumpulan data.
2.1.4.4 Langkah-langkah pelaksanaan metode Inkuiri
Menurut Sanjaya (2006: 199) ada beberapa langkah dalam
melaksanakan metode inkuiri yaitu:
2.1.4.4.1 Orientasi
Orientasi merupakan langkah untuk menciptakan suasana dan
iklim pembelajaran aktif yang dapat menarik keingintahuan siswa
terhadap materi yang akan dipelajari. Dalam tahap ini, guru
menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan,
menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang dilakukan siswa dan
menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar tersebut. Beberapa
hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini antara lain
menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai oleh siswa; menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus
dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan; dan menjelaskan
pentingnya topik dan kegiatan belajar dalam rangka memberikan
motivasi dalam belajar.
2.1.4.4.2 Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah mengajar siswa
untuk menghadapi persoalan yang mengandung teka-teki. Siswa
didorong untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari teka-teki
adalah sebagai berikut: (1) masalah hendaknya dirumuskan soleh
siswa, (2) masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung
teka-teki yang jawabanya pasti, (3) konsep-konsep dalam masalah adalah
konsep-konsep yang sudah diketahui oleh siswa. Artinya sebelum
masalah itu dikaji lebih jauh melaui proses inkuiri, guru perlu yakin
terlebih dahulu bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang
konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah.
2.1.4.4.3 Mengajukan hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu
permasalahan yang sedang dikaji. Potensi berfikir dimulai dari
kemampuan individu untuk menebak (berhipotesis) dari suatu
permasalahan. Salah satu cara yang dilakuan guru untuk
mengembangkan kemampuan menebak (berhipoteis) pada anak adalah
dengan mengjaukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk
dapat merumuskan jawaban sementara dari masalah yang dikaji.
2.1.4.2.5 Mengumpulkan data
Mengumpulkan data merupakan aktivitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Pengumpulan
data membutuhkan ketekunan dan kemampuan dalam berfikir. Dalam
tahap ini guru berperan dalam mengajukan pertanyaan yang
mendorong siswa untuk berfikir mencari informasi yang dibutuhkan.
Menguji hipotesis merupakan proses menentukan jawaban
yang dianggap diterima sesuai dengan data yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Pada tahap ini kebenaran jawaban akan diuji
melalui data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.
2.1.4.2.7 Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan merupakan puncak dari proses
belajar. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat, guru harus mampu
menunjukkan pada siswa data yang relevan.
Dalam metode inkuiri terbimbing guru membimbing siswa untuk
merumuskan pertanyaan tentang fenomena alam yang ada. Siswa melakukan
penemuan melalui percobaan maupun pengamatan dengan urutan pelaksanaan
metode inkuiri sesuai petunjuk guru. Pengumpulan data, pengujian hipotesis dan
penarikan kesimpulan dilakukan sendiri oleh siswa.
2.1.4.4 Keunggulan dan kelemahan metode inkuiri
Hanafiah dan Suhana (2009: 79) memaparkan beberapa
keunggulan dan kelamahan dari metode inkuiri, sebagai berikut:
2.1.4.4.1 Keunggulan
Keunggulan metode inkuiri antara lain dapat membantu peserta
didik untuk mengembangkan, kesiapan, serta penguasaan keterampilan
dalam proses kognitif. Inkuiri mendorong peserta didik memperoleh
pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan
mengendap dalam pikirannya. Metode ini juga dapat membangkitkan
Memberikan peluang untuk berkembang dan mau sesuai dengan
kemampuan dan minat masing-masing. Dengan adanya proses
interaksi maka akan memperkuat dan menambah kepercayaan pada
diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran
berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas.
2.1.4.4.2 Kelemahan
Dalam metode inkuiri siswa harus memiliki kesiapan dan
kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk
mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. Guru dan siswa yang
sudah sangat terbiasa dengan PBM gaya lama maka metode ini akan
mengecewakan. Ada kritik, bahwa proses metode inkuiri terlalu
mementingkan proses pengertian saa, kurang memerhatikan
perkembangan sikap dan keterampilan bagi siswa.
2.1.5 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 2.1.5.1 Hakekat IPA
Hendro Darmojo (dalam Samatowa, 2010: 2) IPA adalah
pengetahuan yang rasional dan obyektif tetang alam semesta denga segala
isinya. IPA atau sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai objek
dan menggunakan metode ilmiah (Samatowa, 2010: 3). Sedangkan
Winaputra (dalam Samatowa , 2010: 3) mengungkapkan bahwa IPA tidak
hanya merupakan kumpulan pengetahuan tentang benda atau makhluk
hidup, tetapi memerlukan kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan
Uraian diatas menunjukan bahwa IPA merupakan suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang sistem alam semesta yang
diperoleh dari pengumpulan data, observasi dan memecahkan masalah
melalui langkah atau metode ilmiah. IPA juga merupakan jalan untuk
memecahkan masalah atau menemukan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari fenomena-fenomena alam muncul disekitar.
2.1.5.2 Pendidikan IPA SD
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan (Badan Satuan Nasional Pendidikan [BSNP]: 2007).
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa pendidikan IPA
khususnya di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa
untuk mempelajari tentang alam, meliputi dirinya sendiri maupun
lingkungannya dan proses lebih lanjut untuk kehidupan sehari-harinya.
Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA dilaksanakan
secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecapakan hidup (BSNP:
Dasar(SD)/Madrasah Ibtidaiah(MI) memerlukan penekanan pada
pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (KTSP BSNP:
2007).
Tujuan mata pelajaran IPA di SD/MI agar siswa memiliki
kemampuan untuk memperoleh keyakinan terhadap Tuhan YME
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaannNYA;
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari;
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat; mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan;
meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menajaga dan melestarikan lingkungan alam; meningkatkan kesadaran
untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan; memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan
IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. (BSNP:
2007)
Standar minimum secara rasional yang harus dicapai siswa SD/MI
terdapat dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD),
SK dan KD juga menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum. Di
meliputi gaya, bentuk energi, perubahan kenampakan bumi, perubahan
lingkungan fisik, sumber daya alam dan teknologi (KTSP BSNP: 2007).
Dilihat dari pokok bahasan di setiap SD dan KD di kelas IV semester
genap, akan sangat menarik jika siswa berproses dengan pengalaman
langsung dalam pembelajaran. Dalam SK memahami pengaruh
perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan, terdapat
materi yang berhubungan langsung dengan lingkungan alam, baik
lingkungan di sekitar siswa maupun lingkungan yang jauh dari jangkauan
fisik siswa. Dalam kompetensi ini, siswa diminta untuk menemukan
macam-macam pengaruh lingkungan fisik dan akibatnya. Perubahan
lingkungan fisik yang meliputi meliputi hujan, angin, dan gelombang laut
mempengaruhi alam yang dapat menyebabkan perubahan alam yyang
meliputi erosi, abrasi, banjir dan longsor.
Oleh karena itu akan lebih baik jika dalam penyampaian materi di
kompetensi tentang lingkungan fisik ini menggunakan inkuiri maupun
inkuiri terbimbing seperti yng terdapat dalam ungkapan pada KTSP
BSNP (2007) yang menyatakan bahwa pembelajaran IPA yang
dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) berguna untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecapakan hidup. Dengan
menggunakan inkuiri maka siswa akan melakukan penyelidikan dalam
proses pembelajaran yang natinya akan menemukan jawaban berdasarkan
untuk menemukan jawaban dari mengui hipotesa tersebut melalui
pengalaman langsung. Sehingga dengan pengalaman langsung tersebut
siswa akan lebih memahami dan memaknai apa yang telah ia temukan
melalui proses mentalnya sendiri. Inkuiri terbimbing bisa dilakukan
dengan berinteraksi langsung dengan alam maupun secara tidak langsung
dengan gambar, video, atau artikel. Pengumpulan data dan pengujian
hipotesis yang dapat dilakukan dengan percobaan menggunakan angin
dan air beserta seperangkat medianya untuk mengetahui apa penyebab
dan bagaimana erosi, abrasi, banjir dan tanah longsor tersebut.
2.1.6 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 2.1.6.1 Pengertian PTK
Suparno (2008: 5) penelitian tindakan atau riset tindakan secara umum dimaksudkan sebagai riset yang dilakukan oleh seseorang yang
sedang praktik dalam suatu pekerjaan, untuk digunakan dalam
pengembangan pekerjaan itu sendiri. Pelaku riset merupakan orang yang
sedang melakukan pekerjaan itu dan tujuan dari penelitian tindakan adalah
untuk memperbaiki keadaan dan kinerja dari pekerjaan itu sendiri.
Sedangkan riset atau penelitian dalam dunia pendidikan dilakukan oleh
guru kelas untuk memperbaiki cara mengajar mereka sehari-hari.
Kurt Lewin (dalam Kunandar, 2005: 42) berpendapat bahwa
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu rangkaian langkah yang terdiri atas
empat tahap yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
menurut Arikunto (2008: 91) penelitian tindakan kelas merupakan suatu
pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam suatu kelas.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang disertai
suatu tindakan yang sengaja dimunculkan sebagai usaha untuk
memperbaiki atau meningkatkan proses maupun hasil dalam pembelajaran
di kelas oleh orang yang sedang praktik dalam kelas tersebut, dalam hal ini
adalah guru. Menurut Johnson, Mills dan Tomal dalam Suparno (2008: 6)
secara sederhana riset tindakan mempunyai skema pelaksanaan sebagai
berikut: (1) mengajukan pertanyaan, mengidentifikasi persoalan,
menentukan daerah penelitian, (2) menentukan data yang hendak
dikumpulkan, (3) pegumpulan data dan analisis data, (4) merencanakan
tindakan, (5) melaksanakan tindakan lanjut, (6) evaluasi dan follow up;
dari tindakan lanjut. Sedangkan menurut Arikunto (2008: 91) tahapan
penelitian tindakan kelas meliputi: (1) perencanaan, (2) tindakan,
(3)observasi, dan (4) refleksi.
2.1.6.2 Tujuan PTK
Suparno (2008: 17) secara umum tujuan utama riset tindakan
dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut: (1) untuk melakukan
perubahan atau peningkatan praktik pendidikan yang diteliti secara labih
langsung, (2) untuk mendekatkan hasil penelitian dengan praktik guru di
kinerjanya, (3) mengembangkan profesionalitas para pendidik dalam
lingkup kerja.
2.2 Penelitian yang Relevan
Penelitian yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang
berjudul “Efektifitas pembelajaran IPA pada Materi Pokok Proses
Pembentukan Tanah Karena Pelapukan pada Siswa Kelas V SD Kanisius
Kintelan Melalui Metode Inkuiri Terbimbing dalam Hal Pencapaian Hasil
Belajar” yang disusun oleh Yuli Widyaningsih, Prodi PGSD, JIP, FKIP,
USD. Penelitian ini dilakasanakan di SD Kanisius Kintelan 1. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran pembentukan
tanah karena pelapukan pada siswa kelas V SD Kanisius Kintelan 1
dengan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian hasil belajar.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan april 2010 dengan subyek
penelitian adalah siswa kelas V SD Kanisius Kintelan 1 Yogyakarta yang
terdiri dari 32 siswa, 19 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Peneliti
menggunakan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatan hasil belajar.
Penelitian ini termasuk penelitian praeksperimen tanpa kelompok
pembanding, dengan pretest dan postest. KKM pada mata pelajaran IPA
yang akan dicapai adalah 62 pada materi pokok proses pembentukan
tanah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
pretest dan postest. Setelah dilakukan treatment pada kelas dengan
menggunakan metode inkuiri terbimbing pada siklusnya, hasil penelitian
pelapukan menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam hal pencapaian
hasil belajar sangat efektif. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan
hasil belajar. Pada saat pretes hanya 8 dari 32 siswa, dengan presentase
25% yang mencapai KKM 62, setelah diterapkan metode inkuiri
terbimbing dan dilakuakn pretes banya siswa yang mencapai KKM yaitu
27 dari 32 siswa dengan presentase 84,37% siswa yang mencapai KKM.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode inkuiri terbimbing
dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDK Keintelan 1
Yogyakarta.
Penelitian kedua yang mendukung penelitian ini adalah penelitian
yang disusun oleh Wiyan Purbatin, prodi PGSD, JIP, FKIP, USD yang
berjudul “Efektivitas Pembelajaran IPA Tentang Sifat-Sifat Cahaya
Melalui Metode Inquiry Terbimbing pada Siswa Kelas V SD Kanisius
Kalasan dalam Hal Pencapaian Hasil Belajar”. Tujuan dari penelitian yang
disusun di tahun 2010 ini adalah untuk mengetahu efektifitas pembelajaran
IPA tentang sifat-sifat cahaya di SD Kanisius Kalasan dalam hal
pencapaian hasil belajar. Penelitian ini didasari dengan masih banyaknya
pembelajaran yang terjadi dengan satu arah dan hanya guru yang aktif
dalam pembelajaran tersebut. Sedangkan siswa cenderung pasif dalam
proses pembelajaran. Sehingga peneliti memutuskan untuk menggunakan
metode inquiry terbimbing sebagai efektifitas pembelajaran IPA yang