• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema manusia dan peristiwa alam untuk siswa kelas V sekolah dasar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah mengacu kurikulum 2013 pada subtema manusia dan peristiwa alam untuk siswa kelas V sekolah dasar."

Copied!
325
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA MANUSIA DAN PERISTIWA ALAM

UNTUK SISWA KELAS LIMA (V) SEKOLAH DASAR Osias Lona

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa LKS berbasis model PBM mengacu kurikulum 2013 yang siap di uji cobakan untuk siswa kelas V sekolah dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembngan LKS berbasis model PBM ini menggunakan model penelitian dan pengembangan hasil modifikasi antara model pengembangan Borg dan Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) analisis masalah, (2) pengumpulan data, (3) pengembangan produk, (4) validasi produk, dan (5) revisi produk, hingga menghasilkan desain produk berupa LKS berbasis model PBM mengacu kurikulum 2013 yang siap diujicobakan lagi. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas V SD N Kalasan I, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas LKS berbasis model PBM oleh dua orang ahli kurikulum SD 2013 dan dua orang guru kelas V Sekolah Dasar.

Validasi berpedoman pada 12 aspek LKS seperti 1) Identitas atau judul LKS, 2) Kompetensi Dasar yang akan dicapai, 3) Waktu penyelesaian, 4) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan, 5) Informasi singkat, 6) Langkah kerja, 7) Tugas yang harus dilakukan, 8) laporan yang harus dikerjakan, 9) Masalah yang ditampilkan, 10) Aspek yang dikembangkan, 11) Penggunaan EYD, dan 12) Tampilan LKS. Berdasarkan hasil validasi dari keduabelas aspek tersebut diperoleh skor rerata 3,83. Skor tersebut menunjukkan bahwa LKS model PBM mengacu Kurikulum SD 2013 subtema Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar memiliki kualitas “Baik”. Hal ini menunjukkan LKS berbasis model PBM yang dikembangkan sudah layak untuk diujicobakandi lapangan dalam kegiatan pembelajaran di kelas V Sekolah Dasar.

(2)

DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT PROBLEM BASED LEARNING ON SUBTHEME MANUSIA DAN PERISTIWA ALAM BASED ON 2013 ELEMENTARY

CURRICULUM FOR FIRST GRADE (V) OF ELEMENTARY SCHOOL Osias Lona

Universitas Sanata Dharma 2016

This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building and authentic assesment in the learning activity.

This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used research and development procedure which proposed by Bord and Gall. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for fourth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the first grade of SD Negeri Kalasan 1, Sleman, while the questionnaire was used to validate the quality of the learning instrument by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the first grade of elementary school.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 4,11 (good) and 4,15 (good), and the two teachers of the first grade of elementary school showed result on the score of 4,57 (very good) and 4,86 (very good). The learning instrument got mean score 4,42 and it was categorized as “very good”. The result of the validation was based on 11 aspects which were: (1) daily lesson plan identity, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) choice of learning material, (5) choice of learning source, (6) choice of learning media, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student task, and (11) language. Therefore, the learning instrument which was developed has been approriate to be used in the learning instrument referring to 2013 curriculum.

(3)

i

BERBASIS MASALAH MENGACU KURIKULUM 2013

PADA SUBTEMA MANUSIA DAN PERISTIWA ALAM UNTUK SISWA

KELAS V SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: Osias Lona NIM. 121134276

RINTISAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU TERINTEGRASI (PPGT) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

Karyainikupersembahkanuntuk:

Tuhan Yesus Kristus

Yang selalu memberi berkat, kemudahan, dan kelancaran dalammengerjakan Skripsi ini

Ayahanda dan Ibunda Tercinta Semuel Lona dan Sarci Lona Mulik

Yang selalu mendoakan serta menjadikanku seorang yang kuat dan tegar

Adik-adikku

Aprianus Lona, Martinus Lona, Hendrika Yunita Lona, Genesa Nenu Lona dan Kenzo Zamiel Lona

yang selalu menghadirkan tawa dalam keletihanku

Keluarga Besarku Keluarga Bapak & Mama

Yang selalu mendukung, memotivasi dan setia menantikan keberhasilanku

Sahabat- Sahabatku

Tante Selin, Tante Marche, Tante Hely, Tante Ella, Om Dance, Om Alvaro, Om Edo, Om Man, Om Paulus dan Om Yeski.

Yang selalu mendukung, memotivasi , mengingatkanku untuk selalu mengerjakan tugas-tugas, menjadi teman curhat dan menjadi Kakak &

Adik yang baik buat saya .

PPGT Angkatan 2012

(7)

v

Yang selalu meluangkan waktu untuk memberitahu dan menyemangatiku dalam mengerjakan penelitian dan pengembangan ini.

Yang Terkasih Natalia Destiana Hong

Yang selalu memberikan dukungan, doa serta motivasi dalam menyelesaikan penelitian ini

Dosen-dosen Terkasih

Pak Puji, Ibu Maslichah, Ibu Ika, Pak Galih, Pak Rohandi, Pak Paulus dan Pak Rusmawan

Yang selalu menasehati dan memperbaiki kesalahan selama mengikuti perkuliahan

Keluarga Besar Student Residence Pamong dan teman-teman SR

Yang selalu memberikan kasih sayangnya kepadaku

Kupersembahkankaryainiuntukalmamaterku

UniversitasSanata Dharma

(8)

vi

Percaya dan berharaplah pada Tuhan pasti semua akan terpenuhi

Berbuat baik dan nikmatilah hidup selagi Tuhan masih memberi kita nafas kehidupan

(9)
(10)
(11)

ix

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGACU KURIKULUM SD 2013 PADA SUBTEMA MANUSIA DAN PERISTIWA ALAM

UNTUK SISWA KELAS LIMA (V) SEKOLAH DASAR Osias Lona

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh Lembar Kerja Siswa (LKS) menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Tujuan utama dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu produk berupa LKS berbasis model PBM mengacu kurikulum 2013 yang siap di uji cobakan untuk siswa kelas V sekolah dasar.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan. Pengembngan LKS berbasis model PBM ini menggunakan model penelitian dan pengembangan hasil modifikasi antara model pengembangan Borg dan Gall dan Sugiyono. Prosedur pengembangan yang digunakan dalam penelitian meliputi 5 langkah yaitu: (1) analisis masalah, (2) pengumpulan data, (3) pengembangan produk, (4) validasi produk, dan (5) revisi produk, hingga menghasilkan desain produk berupa LKS berbasis model PBM mengacu kurikulum 2013 yang siap diujicobakan lagi. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru kelas V SD N Kalasan I, Sleman, sedangkan kuesioner digunakan untuk validasi kualitas LKS berbasis model PBM oleh dua orang ahli kurikulum SD 2013 dan dua orang guru kelas V Sekolah Dasar.

Validasi berpedoman pada 12 aspek LKS seperti 1) Identitas atau judul LKS, 2) Kompetensi Dasar yang akan dicapai, 3) Waktu penyelesaian, 4) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan, 5) Informasi singkat, 6) Langkah kerja, 7) Tugas yang harus dilakukan, 8) laporan yang harus dikerjakan, 9) Masalah yang ditampilkan, 10) Aspek yang dikembangkan, 11) Penggunaan EYD, dan 12) Tampilan LKS. Berdasarkan hasil validasi dari keduabelas aspek tersebut diperoleh skor rerata 3,83. Skor tersebut menunjukkan bahwa LKS model PBM mengacu Kurikulum SD 2013 subtema Indonesiaku, Bangsa yang Berbudaya untuk siswa kelas V Sekolah Dasar memiliki kualitas “Baik”. Hal ini menunjukkan LKS berbasis model PBM yang dikembangkan sudah layak untuk diujicobakandi lapangan dalam kegiatan pembelajaran di kelas V Sekolah Dasar.

(12)

x

DEVELOPMENT OF LEARNING INSTRUMENT PROBLEM BASED LEARNING ON SUBTHEME MANUSIA DAN PERISTIWA ALAM BASED ON 2013 ELEMENTARY

CURRICULUM FOR FIRST GRADE (V) OF ELEMENTARY SCHOOL Osias Lona

Universitas Sanata Dharma 2016

This research was conducted because there were still many teachers who needed example of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum. The main objective of this research was to produce learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum and using integrative thematic approach, scientific approach, character building and authentic assesment in the learning activity.

This research was research and development. The development of learning instrument used a procedure of development of learning instrument by Jerold E Kemp. It also used research and development procedure which proposed by Bord and Gall. Those two development procedures were adapted to be a simpler learning model, which became the base of the research. The development procedure used in this research covered five steps, they were (1) potentian and problem, (2) data gathering, (3) product design, (4) experts’ validation, (5) design revision, which finally produced final product design in the form of learning instrument referring to 2013 Elementary School Curriculum for fourth grade students of elementary school. The research instrument was need analysis interview and questionnaire. The interview was used for the need analysis of teachers of the first grade of SD Negeri Kalasan 1, Sleman, while the questionnaire was used to validate the quality of the learning instrument by two experts of 2013 curriculum and two teachers of the first grade of elementary school.

According to the validation, the two experts of 2013 curriculum showed result on the score of 4,11 (good) and 4,15 (good), and the two teachers of the first grade of elementary school showed result on the score of 4,57 (very good) and 4,86 (very good). The learning instrument got mean score 4,42 and it was categorized as “very good”. The result of the validation was based on 11 aspects which were: (1) daily lesson plan identity, (2) formulation of indicators, (3) formulation of learning objective, (4) choice of learning material, (5) choice of learning source, (6) choice of learning media, (7) learning method, (8) learning scenario, (9) assessment, (10) student task, and (11) language. Therefore, the learning instrument which was developed has been approriate to be used in the learning instrument referring to 2013 curriculum.

(13)

xi

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan LKS Menggunakan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Mengacu Kurikulum SD 2013 Pada Subtema Manusia dan Peristiwa Alam untuk Siswa Kelas Lima (V) Sekolah Dasardapat peneliti

selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penelitibanyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S. Si., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD. 3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd.

4. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku koordinator PPGT PGSD USD dan selaku validator PakarKurikulum SD 2013 yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

5. Drs. PaulusWahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing dan validator Pakar Kurikulum 2013 yang selalumemberikanmasukan yang positif dalam bimbingan dan motivasiselamapenyusunanskripsiini serta memberikan bantuan dalam penelitian ini dengan melakukan validasi produk penelitian.

6. Semua dosen dan Staf PGSD yang telahmelayanipenelitiselamaini.

7. Sarjono, S.Pd.,SD. selaku Kepala Sekolah SD Negeri Kalasan 1 yang telah memberikan bantuan selama peneliti melakukan penelitian di sekolah.

8. Uswatun Khasanah, S.Pd. selaku guru kelas V SD Negeri Kalasan 1 yang telah membantu peneliti dalam melakukan validasi produk penelitian.

(14)

xii

11.Keluarga besarku, Opa, Oma, Paman, Tante, Bapa Kecilku, Mama kecilku,Kakak, Adik, Pacar, yang selalu memberi dukungan, motivasi, dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Sahabat-Sahabatku, Tante Selin, Tante Marche, Tante Hely, Tante Ella, Om Dance, Om Alvaro, Om Edo, Om Man, Om Paulus dan Om Yeskiyang selalu mendukung, memotivasi, mengingatkanku untuk mengerjakan tugas-tugas, menjadi teman curhat, dan menjadi Kakak& Adik yang baik buat saya di Yogjakarta.

13.Ke 35 teman seperjuanganku mahasiswa PPGT angkatan 2012 yang selalu setia memberikan dukungan dan motivasi selama berproses hingga pada tahap ini.

14.Para pamong asrama dan segenap keluarga besar Student Residence Sanata Dharma yang memberi rasa nyaman dan dukungansehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

15.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungannya selama ini.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka peneliti sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhir kata peniliti mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 22 Mei 2016 Peneliti

(15)

xiii

HALAMAN JUDUL ... ...i

HALAMANPERSETUJUAN PEMBIMBING ... ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ... .. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... .. iv

HALAMAN MOTTO ... . vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... . vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... . ix

ABSTRACT ... .x

KATA PENGANTAR ... . xi

DAFTAR ISI... . xiii

DAFTAR BAGAN ... . xvi

DAFTAR TABEL ... . xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... .xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 3

E. Batasan Istilah ... 5

F. Spesifikasi Produk yang dikembangkan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... .8

1. Kurikulum SD 2013 ... .8

a. Pengertian Kurikulum 2013 ... .9

b. Karakteristik dan Implementasi Kurikulum 2013 ... .10

c. Urgensi Pengembangan Kurikulum 2013 ...11

d. Alasan Perubahan Kurikulum 2013 ... .12

e. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 ... .12

f. Pendekatan Tematik Integratif...14

(16)

xiv

j. Kelebihan Kurikulum 2013...31

k. Kekurangan Kurikulum 2013...32

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 34

a. Hakikat Model Pembelajaran berbasis Masalah ... 34

b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 38

c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 41

d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis masalah ... 48

e. Kelebihan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 50

f. Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 52

3. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)... 54

a. Pengertian Lemar Kerja Siswa ... 54

b. Karakteristik Lembar Kerja Siswa ... 54

c. Struktur Lembar Kerja Siswa Secara Umum ... 56

d. Langkah-langkah Membuat Lembar Kerja Siswa ... 58

e. Keunggulan dan Kelemahan Lembar Kegiatan Siswa...60

B. Penelitian yang Relevan...61

C. Kerangka Pikir ... 65

D. Pertanyaan Penelitian ... 66

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 67

B. Setting Penelitian ...67

C. Prosedur Pengembangan ... 68

D. Teknik Pengumpulan Data ... 78

E. Validasi Ahli Model Pembelajaran Berbasis Masalah...78

F. Intrumen Penelitian ... 79

G. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ...85

H. Teknik Analisis Data...85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kebutuhan ... 90

1. HasilWawancaraAnalisis Kebutuhan ... 90

2. Pembahasan Hasil WawancaraAnalisisKebutuhan ... 90

(17)

xv

E. Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 100

1. Kajian Produk Akhir ... 100

2. Pembahasan ... 102

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 105

B. Keterbatasan Penelitian ... 106

C. Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 108

LAMPIRAN ... 111

(18)

xvi

(19)

xvii

Tabel 1. Daftar Pertanyaan Wawancara...79

Tabel 2. KuensionerValidasi LKS...81

Tabel 3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian...83

Tabel 4. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan skala Lima...87

Tabel 5. Kriteria Skor Skala Lima...89

(20)

xviii

Lampiran 1 Surat Ijin Wawancara ... .111

Lampiran 2 Surat Keterangan Melakukan Wawancara ... .112

Lampiran 3 Rangkuman Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... .113

Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Validasi Data...115

Lampiran 5 Data Mentah Skor Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 116

Lampiran 6Data Mentah Skor Validasi Guru Kelas V SD Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 122

Lampiran 7 Data Mentah Skor Lampiran 1 Silabus ... 127

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) ... 165

Lampiran 9 Biodata Penulis ... 308

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.LatarBelakang

Pendidikan nasional yang dilaksanakan saat ini ialah kurikulum 2013. Kurikulum merupakan sebuah rencana, aturansesuaiisidantujuansertacara yang akan di gunakan sebagai pedoman dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. Kurikulum 2013 dilaksanakan dari tahun ajaran 2013/2014 pada berbagai jenjang pendidikan. Di pendidikan sekolah dasar, kurikulum SD 2013 melaksanakan pembelajaran tematik terpadu dengan pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah model pembelajaran yang sering digunakan guru saatmenyusunrencanapelaksanaan pembelajaran (RPP). Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki komponen-komponen yang harus dituaang dalam langkah-langkah penyusunan RPP serta penyusunan lembar kerja siswa.Melalui modelPembelajaran Berbasis Masalah diharap siswa mampu menyelesaikan masalah melalui tahap-tahap dan melatih siswa secara mandiri menyelesaikan suatu masalah.

Berdasarkan hasil survei wawancara tentang kebutuhan guru terkait RPP dan LKS dengan model pembelajaran berbasis masalah bersama ibu “U”, pkul

(22)

monitoring, dan media pembelajaran dalam langkah-langkah penyusunan RPP dan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dalam kurikulum 2013. Hal-hal yang telah tersedia dan menunjang pelaksanaan Kurikulum 2013 antara lain: buku pelajaran untuk setiap tema (Buku Guru dan Buku Siswa) dan kurikulum itu sendiri yakni Kurikulum 2013 yang di dalamnya memuat Standar Proses dan Standar Penilaian. Buku petunjuk penyusunan penilaian yang dibutuhkan guru penilaian yang memudahkan para guru dalam melakukan rekapitulasi nilai dan penghitungan nilai akhir ujian untuk diisi di dalam buku rapor belum tersedia di sekolah.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah mengacu Kurikulum 2013 tidaklah asing bagi guru. Namun, guru tidak sering menerapkannya model pembelajaran berbasis masalah selama pembelajaran. Guru mengalami kesulitan dalam proses penyusunan LKS yang membutuhkan waktu yang cukup lama dan menyita banyak waktu. Guru mengatakan bahwa penyusunan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah selama pembelajaran dapat menghambat pencapaian target untuk setiap pokok bahasan per hari. Guru juga memberikan saran kepada peneliti bahwa penyusunan RPP dan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang akan disusun sebaiknya memunculkan Pendekatan Tematik Integratif secara jelas khususnya pada bagian skenario pembelajaran.

(23)

Masalahterutamakomponen-komponen dalam menyususn RPP dan LKS.Hal ini disebabkan keterbatasan contoh-contoh RPP dan LKS dan pendampingan dalam penuyusunan.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut harus diadakannya contoh-contoh dan bimbingan dalam penyusunan RPP dan LKS.Maka peneliti memberi solusi mengatasi permasalahan dengan mengembangkan LKS menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada subtema manusia dan peristiwa alam untuk siswa kelas V SD.

B. RumusanMasalah

1. Bagaimana pengembangan LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema manusia dan peristiwa alam untuk siswa kelas V sekolah dasar?

2. Bagaimana kualitas LKS menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada subtema manusia dan peristiwa alam untuk siswa kelas V sekolah?

C. TujuanPenelitian

1. Untuk pengembangan penyusunan LKS menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada subtema Manusiadan Peristiwa Alam untuk siswa kelas V sekolah dasar.

2. Untuk mendeskripsikan LKS menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada subtema manusia dan peristiwa alam untuk siswa kelas V sekolah dasar.

(24)

Dapat memperoleh pengalaman penelitian Research and Development (R&D) khususnya pengembangan LKS mengunakan model pembelajaran berbasis masalah untuk siswa Kelas V sekolah dasar pada subtema manusia dan peristiwa alam.

2. Bagi guru

Bagi guru sebagai contoh dan inspirasi dalam penelitian terkait pengembangan LKS menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada subtema manusia dan peristiwa alam untuk siswa kelas V sekolah dasar.

3. Bagisiswa

Bagisiswa dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan bermakna dan prestasi belajar yang menyenangkan dan memuaskan terkait pengembangan lembar kerja siswa (LKS) menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada subtema manusia dan peristiwa alam untuk siswa kelas V sekolah dasar.

4. Bagisekolah

Bagi sekolah dapat menambah bahan bacaan dan contoh pemgembangan lembar kerja siswa terkait penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada subtema manusia dan peristiwa alam untuk siswa kelas V sekolah dasar.

5. Bagi prodi PGSD

(25)

lembar kerja siswa (LKS) menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah pada subtema manusia dan peristiwa alam untuk siswa kelas V sekolah dasar.

E. BatasanIstilah

1. Kurikulum SD 2013

Kurikulum SD 2013 adalah seperangkat rencana dan aturan untuk tercapainya tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di sekolah dasar atau lembaga tertentu.

2. Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan mulai dari masukan (input),proses, sampai keluaran (output) pembelajaran.

3. Lembar kerja siswa (LKS)

LKS adalah lembar kerja siswa yang berikan oleh guru untuk mengukur pemahaman siswa terkait materi pelajaran yang telah diberikan pada saat itu bukan diberikan pada waktu akhir pelajaran, namun diberikan pada setiap pembelajaran berlangsung.

4. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(26)

5. Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

6. Pendekatan saintifik adalahpendekatan ilmiah yang menekankan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.

F. SpesifikasiProduk Yang Dikembangkan

1. LKS dikembangkan dengan komponen yang disusun lengkap yaitu : a. Judul

b. Kompetensi Dasar yang akan dicapai c. Waktu penyelesaian

d. Peralatan atau bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas e. Informasi singkat

f. Langkah kerja

g. Tugas yang harus dilakukan

Tugas yang harus dilakukan memuat langkah-langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah secara detail dan jelas dan dipadukan dengan langkah-langkah Pendekatan Saintifik.

h. Laporan yang harus dikerjakan

(27)

menemukan solusi pemecahannya (siswa beraktivitas secara penuh dalam mengerjakan LKS).

3. LKS tidak hanya difokuskan pada pengembangan kemampuan berpikir (kognitif) tetapi juga mencakup aspek afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan).

4. LKS disusun dengan memperhatikan ketentuan penggunaan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), yaitu penulisan huruf kapital dan huruf kecil dalam kata maupun kalimat dan penulisan tanda baca.

(28)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum SD 2013

(29)

proses belajar mengajar di sekolah dengan menekankan pada pendidikan karakter dan penanaman nilai.

a. Pengertian Kurikulum 2013

Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia olahraga zaman Yunani kuno yang berasal dari kata curur dan curere. Kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari atau mengistilahkannya dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish Sanjaya (2008:3).

Fadlillah (2014:16) Kurikulum 2013 adalah pengembangan dari kurikulum yang telah ada sebelumnya, baik kurikulum berbasis kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 maupun kurikulum tingkat satuan pendidikan pada tahun 2016. Dan menurut Rusman (2013:3) mengartikan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Jadi kesimpulannya kurikulum 2013 adalah peningkatan dan keseimbangan soft skills dan

hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, ketrampilan dan

(30)

b. Karakteristik dan Implementasi Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 memiliki beberapa ciri yang paling mendasar Kurniasih & Sani (2013:22) sebagai berikut:

1) Menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi.

2) Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.

3) Memiliki tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif, dan efektif.

4) Khusus untuk tingkat Sekolah Dasar, pendekatan tematik

integrative member kesempatan siswa untuk mengenal dan

memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.

5) Pelajaran IPA dan IPS diajarkan dalam berbagai mata pelajaran Bahasa Indonesia.

(31)

1) Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi uru (UKG) baru mencapai rata-rata 44, 46.

2) Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.

3) Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak sosial kepada siswa dan teman sejawat lainnya.

4) Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa.

c. Urgensi Pengembangan Kurikulum 2013

(32)

dari kegiatan menyusun kurikulum, mengimplementasikan, mengevaluasi, dan memperbaiki sehingga diperoleh suatu bentuk kurikulum yang dianggap ideal. Selain pengembangan kurikulum, ada pula pembinaan kurikulum atau curriculumbuilding yang merupakan upaya atau kegiatan mempertahankan dan sebagai penyempurnaan pelaksanaan kurikulum yang telah ada sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum potensial (program kurikulum) dengan maksud memperoleh hasil yang semaksimal baik.

d. Alasan Perubahan Kurikulum 2013

Perubahan kurikulum tidak dapat dirumuskan secara tepat. Ladjid (2005:7) mengatakan bahwa ada beberapa faktor penyebab terjadinya perubahan kurikulum antara lain: Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan, relevansi pendidikan dan efektivitas serta efisiensi pendidikan.

e. Elemen Perubahan Kurikulum 2013 Elemen perubahan kurikulum antara lain: 1) Perubahan

2) Standar Kompetensi Lulusan

(33)

3) Perubahan Standar Isi

Perubahan Standar Isi dari kurikulum sebelumnya yang mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran melalui pendekatan tematik integratif (Standar Proses).

4) Perubahan Standar Proses

Perubahan pada Standar Proses berarti perubahan strategi pembelajaran. Guru wajib merancang dan mengelola proses pembelajaran aktif yang menyenangkan. Peserta didik difasilitasi untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan dan mencipta. Sebagai catatan dengan adanya perubahan ini; (1) perubahan metode mengajar ini bisa dilakukan ketika para guru menguasai metode-metode mengajar yang efektif sehingga dapat tampil dengan baik dalam proses pembelajaran sehingga dapat menyenangkan bagi anak didik dan mudah dipahami. (2) untuk mencapai perubahan pada proses ini, maka guru dituntun atau dilatih secara terus-menerus (didampingi selama proses belajar mengajar).

5) Perubahan Standar Evaluasi

(34)

a. Penambahan jumlah jam belajar di SD

Beberapa perubahan drastis yang ada pada kurikulum 2013, diantaranya waktu belajar ditambah, tetapi jumlah mata pelajarannya dikurangi. Pada tingkat SD, dari 10 mata pelajaran (mapel) dikurangi menjadi 6 mapel, yaitu; Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Agama, Matematika. Sosial Budaya, dan Olahraga.

b. Penambahan jumlah jam belajar di SMP

Perubahan jumlah jam belajar di SMP adalah: (1) Jumlah jam belajar siswa di SMP berubah dari 32 jam/minggu menjadi 38 jam perminngu. (2) kalau belajar 5 hari berarti setiap hari anak belajar 8 jam setiap hari. Dalam hal ini jika ada penambahan jumlah jam belajar maka akan berdampak pada siswa saat proses belajar mengajar sehingga mereka merasa bosan dikarenakan terlalu lama jadi guru harus kreatif untuk membuat proses pembelajarannya menyenangkan.

f. Pendekatan Tematik Integratif

Pada Kurikulum 2013 pendekatan yang khas digunakan dalam pembelajaran yaitu pendekatan tematik integratif.Pendekatan tematik integratif menurut Ahmadi (2014: 225) adalah “pembelajaran yang

(35)

pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sentral untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran ke dalam topik-topik tertentu, sehingga topik tersebut dapat dikembangkan ke dalam konsep-konsep yang sesuai dengan tema sentralnya.Sementara Kovalik yang dikutip oleh Diana (2008: 22) dalam Daryanto (2014: 46) menyatakan bahwa tema sentral hendaknya berorientasi pada kondisi fisik lingkungan siswa dan masalah yang dihadapi masyarakat pada umumnya.

(36)

Pengintegrasian ketiga hal tersebut diharapkan mampu memberikan pembelajaran bermakna yang utuh kepada peserta didik.

Pembelajaran tematik integratif memiliki ciri-ciri antara lain, (1)berpusat pada anak, (2)memberikan pengalaman langsung, (3)pemisahan antar mata pelajaran tidak begitu jelas, (4)menyajikan konsep dari beberapa mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran, (5)bersifat fleksibel, (6)hasil pembelajaran berkembang sesuai minat dan kebutuhan peserta didik. Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran tematik integratif yaitu, (1)memilih atau menetapkan tema, (2)melakukan analisis SKL, KI, KD, dan membuat indikator, (3)melakukan pemetaan KD, indikator, dan tema, (4)membuat jaringan KD, (5)menyusun silabus, dan (6)menyusun RPP tematik terpadu (Modul Guru Kelas SD, 2013: 197-199).

g. Pendekatan Saintifik

(37)

dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran dalam pendekatan saintifik harus dilaksanakan dengan menggunakan nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah (Modul guru Kelas SD,2013).

Barringer (dalam Abidin, 2014: 125) mengemukakan bahwa “pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang menuntut siswa berpikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Abidin (2014: 127) juga menjelaskan “pendekatan saintifik pada dasarnya adalah model pembelajaran yang dilandasi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan siswa memecahkan masalah melalui serangkaian aktivitas inkuiri yang menuntut kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif, dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan pemahaman siswa.

Menurut Kemendikbud 2013 kriteria pembelajaran dengan pendekatan saintifik antara lain:

1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika ataua penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

(38)

3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Selain merujuk pada kriteria pendekatan saintifik yang telah dipaparkan di atas, pembelajaran dengan pendekatan saintifik mempunyai langkah-langkah pembelajaran dengan mengacu pada tiga ranah pengembangan yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan.Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa”. Ranah

pengetahuan menggamit tranformasi subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Ranah keterampilan menggamit

(39)

antara kemampuan untuk memnjadi manusia yang baik (soft skill) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan Kemendikbud (2013).

Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam pendekatan saintifik, antara lain:

1) Mengamati

Menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. 2) Menanya

Pada saat kegiatan menanya guru dapat membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan , guru sebenarnya sedang menanamkan sikap kepada siswa agar menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. 3) Menalar

Penalaran yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba mengkoneksikan antara pengetahuan baru yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya untuk menjadi sebuah temuan pengetahuan, baik untuk mengoreksi atau pun memperoleh pelajaran baru.

(40)

Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba melakukan eksperimen terkait materi pembelajaran untuk menemukan kesimpulan dan mengetahui secara langsung apa yang sedang mereka pelajari. Selama proses ini berlangsung guru ikut membimbing peserta didik yang bertujuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan menghambat kegiatan pembelajaran.

5) Membentuk jejaring/mengkomunikasikan

Membentuk jejaring merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama untuk memudahkan suatu usaha demi mencapai tujuan bersama.

h. Penilaian Otentik

(41)

berkaitan dengan kontruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.

Nurgiyantoro dalam Abidin, (2014: 77) mengemukakan bahwa penilaian otentik pada hakikatnya merupakan kegiatan penilaian yang tidak semata-mata untuk menilai hasil belajar siswa, melainkan proses kegiatan pengajaran itu sendiri, sehingga informasi yang diperoleh dapat menjadi umpan balik penilaian terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Secara lebih terfokus Johnson, et al. (dalam Abidin, 2014: 79) mengatakan pada dasarnya penilaian otentik adalah penilaian performa yakni penilaian yang dilakukan untuk mengetahui proses pengetahuan dan keterampilan siswa selama proses pembelajaran dalam mencapai produk atau hasil belajar tertentu.

(42)

Menurut Kemendikbud (2013) penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilaian.

2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya.

4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.

6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru. Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK).PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.

(43)

untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

a) Penilaian Kompetensi Sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh

peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati.

2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

(44)

4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.

b) Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran.

2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

c) Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan performance/kinerja/unjuk kerja, produk, proyek, dan penilaian portofolio.Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. 1) Performance/kinerja/unjuk kerja adalah suatu penilaian yang

(45)

sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

2) Produk adalah penilaian terhadap kemampuan peserta didik dalam membuat produk teknologi dan seni (3 dimensi). Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir, namun juga proses pembuatannya. Pengembangan produk meliputi 3 tahap dan dalam setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu: (1) Tahap persiapan atau perencanaan meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam merencanakan, menggali, mengembangkan gagasan, dan mendesain produk. (2) Tahap pembuatan meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menyeleksi dan menggunakan bahan dan alat serta dalam menentukan teknik yang tepat. (3) Tahap penilaian meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk sesuai dengan kegunaan.

3) Proyek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

i. Perangkat Pembelajaran 2) Silabus

(46)

pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar Akbar (2013:7).

Silabus adalah salah satu produk nyata yang dapat diamati sebagai hasil dari aktivitas pengembangan kurikulum. Atau dengan kata lain, silabus adalah produk dari pengembangan kurikulum Kurniawan (2014:112). Ada beberapa komponen silabus Akbar, (2013: 8) antara lain:

a) Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran berisi nama sekolah, mata pelajaran/ tema, kelas/ semester.

b) Standar kompetensi

Standar kompetensi adalah kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai tingkat atau semester Chamsiatin dalam Akbar (2013:8). Standar kompetensi merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan secara nasional, diwujudkan dengan hasil belajar peserta didik secara minimal.

c) Kompetensi dasar

(47)

dalam Akbar (2013:9). Kompetensi dasar dijabarkan dari standar kompetensi. Pengembang silabus dapat mengambilnya begitu saja dari standar isi yang sudah disusun oleh pemerintah pusat (kemendiknas).

d) Materi pokok

Materi pokok adalah materi pelajaran yang harus dipelajari dan dibangun oleh peserta didik sebagai sarana pencapaian kompetensi dasar. Materi pokok mencakup nilai, pengetahuan, sikap, fakta. Konsep, prinsip, teori, hukum, dan prosedur yang dibangun dengan pola urutan prosedur, hierarkis, atau kombinasi. Materi pelajaran dapat dikembangkan sesuai substansi SK, KD, dan indikator yang bisa digali, dielaborasi, dan dikonfirmasi dari berbagai sumber belajar.

e) Kegiatan belajar mengajar (KBM)

Substansi KBM sesungguhnya adalah pengalaman belajar peserta didik. Pengalaman belajar dirancang untuk melibatkan proses mental dan fisik peserta didik dengan sesamanya, guru, sumber dan media, juga lingkungan belajar lain demi pencapaian kompetensi Chamsiatin dalam Akbar (2008:10). f) Indikator pencapaian kompetensi

(48)

mengembangkan tujuan pembelajaran, substansi materi, sumber dan media, serta alat penilaian.

g) Taksonomi bloom sebagai rujukan pengembangan indikator dan tujuan pembelajaran

Bloom membagi ranah pendidikan menjadi kognitif, afektif, dan psikomotor, secara bertingkat-tingkat dari rendah ke tingkat tinggi.

h) Kata kerja operasional

Selain komponen silabus, terdapat juga prosedur pengembangan silabus (Chamsiatin dalam Akbar, 2008:28) dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Mengisi kolom identitas (2) Mengkaji standar kompetensi (3) Mengkaji kompetensi dasar (4) Mengkaji materi pokok

Dalam mengkaji materi pokok perlu memperhatikan: (1) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, spiritual peserta didik, (2) kebermanfaatan bagi peserta didik, (3) struktur keilmuan, (4) kedalaman dan keluasan materi, (5) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, (6) alokasi waktu.

(49)

3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) RPPadalah rencanapelaksanaan pembelajaran yang pengembangannya mengacu pada suatu KD tertentu di dalam kurikulum atau silabus.RPP dibuat sebagai pedoman bagi guru dalam mengajar, sehingga pelaksanaannya bisa terarah, sesuai dengan KD yang telah ditetapkan Kosasih (2014:144).

a) RPP adalah detail rencana aktivitas pembelajaran untuk mencapai satu KD tertentu, atau gabungan KD Kurniawan (2014: 122). Waktu dalam RPP lebih singkat dibanding dengan silabus, yaitu satu sampai tiga pertemuan.

b) RPP adalah rencana pembelajaran yang pengembangannya mengacu pada suatu KD tertentu di dalam kurikulum/silabus.RPP dibuat sebagai pedoman bagi guru dalam mengajar, sehingga pelaksanaannya bisa terarah, sesuai dengan KD yang telah ditetapkan Kosasih (2014:144).

c) Secara umum komponen RPP sama dengan komponen silabus yaitu: tujuan, materi, metode, media dan alat serta penilaian. Namun dalam silabus cakupan setiap komponennya masih umum dan luas, sedangkan dalam RPP uraian setiap komponennya sudah khusus dan terbatas.

(50)

dalam mempersiapkan kegiatan pembelajaran di kelas agar lebih terarah selama satu hari.

e) Dalam pengembangan RPP diawali dengan identifikasi silabus, kemudian dikembangkan jejaring tema. Dengan merujuk pada jaring-jaring tema, kemudian mengembangkan RPP.

4) Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja siswa ini juga merupakan suatu bahan ajar cetak yang berupa lembar-lembar kertas yang berisi yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk pelakasanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, baik bersifat teoretis, atau praktis yang mengacu kepada kompetensi dasar yang harus dicapai siswa dan penggunaannya tergantung dengan bahan ajar lain.

Syarat yang harus dipenuhi oleh seorang guru adalah guru harus cermat dan memiliki pengetahuan serta ketrampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja siswa harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai atau tidaknya sebuah kompetensi dasar yang dikuasai oleh siswa. Prastowo (2014:273) menyebutkan delapan unsur LKS secara spesifik, antaralain:

a) Judul

(51)

c) Waktu penyelesaian

d) Peralatan atau bahan yang dibutuhkan e) Informasi singkat

f) Langkah kerja

g) Tugas yang harus dilakukan h) Laporan yang harus dikerjakan. 5) Instrumen Penilaian

Penilaian dilakukan oleh para guru dalam tiga aspek, yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan).Setiap aspek yang dinilai harus menggunakan instrumen yang jelas dan detail.Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarsiswa adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik Kosasih (2014:134).

j. Kelebihan Kurikulum 2013

1) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi disekolah.

2) Adanya penilaian dari semua aspek

Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya di dapatdari nilai ujian saja tetapi juga di dapat dari nilai nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain.

(52)

4) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

5) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistik domain sikap, ketrampilan dan pengetahuan.

6) Banyak sekali kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills.

7) Standar penilaian mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi seperti sikap, ketampilan dan pengethauan secara proposional. 8) Mengharuskan adanya remediasi secara berkala

9) Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena pemerintah sudah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks pedomaan.

10) Sifat pembejaran sangat kontektual

11) Moningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, sosial dan personal.

12) Buku dan kelengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi, dan membuat guru memiliki ketrampilan membuat RPP dan menerapkan pendekatan scientific secara.

k. Kekurangan kurikulum 2013

(53)

padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.

2) Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013. Karena kurikulum ini menuntut para guru agar lebih kreatif, pada kenyataannya sedangkan banyak guru yang tidak seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawalaberfikir guru, dan dengan perlu adanya pelatihan-pelatihan dari pendidikan agar merubah paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.

3) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan saintifik. 4) Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP

5) Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik.

6) Tugas menganalisis SKL, KI, KD, Buku Siswa dan Buku Guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, dan banyak guru yang hanya menjadi plagiat dalam hal ini.

7) Tidak pernah guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.

(54)

9) Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang dia ampu.

10) Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.

2. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (problem-basrd Learning) Pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning) merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan, yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah Ngalimun, (2014;92). a. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(55)

fakultas-fakultas sosial. Tan dalam Amir (2009:12) berpendapat bahwa perkembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain:

1) Adanya peningkatan tuntutan untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik

2) Aksesbilitas informasi dan ledakan pengetahuan

3) Perlunya penekanan kompetensi dunia nyata dalam belajar

4) Perkembangan dalam bidang pembelajaran, psikologi, dan pedagogi.

Model Pembelajaran Berbasis Masalah berkembang seiring dengan kemajuan pendidikan pada abad ke-21 ini.Pada abad ini, dunia pendidikan dihadapkan pada berbagai masalah baru yang menuntut untuk harus segera diatasi.Pendidikan merupakan hasil dari adanya ketertarikan terhadap masalah dan upaya untuk mencari solusi terhadap masalah tersebut. Shulman dalam Rusman (2013:231) mengartikan pendidikan sebagai proses membantu orang mengembangkan kapasitas untuk belajar bagaimana menghubungkan kesulitan mereka dengan teka-teki yang berguna untuk membentuk masalah. Lebih lengkap lagi, Amir (2009:12) menjelaskan bahwa untuk menjadi pemimpin dan bisa bekerja dalam kelompok, orang perlu memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah.Selain itu, Knowles dalam Amir (2009:13) menambahkan,”Mereka juga harus mampu mengidentifikasi masalah,

(56)

hadapi sebagai profesional.”Itulah inti dari Model Pembelajaran Berbasis

Masalah.Masalah perlu dicari, ditemukan, diidentifikasi, dan diatasi. Para ahli mengartikan istilah Model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam kalimat yang berbeda-beda namun memiliki makna yang sama. Arends dalam Trianto (2009:92) berpendapat bahwa pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dalam keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri. Tan dalam Rusman (2013:232) mengartikan Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampaun untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.

(57)

masalah yang disimulasikan. Masalah tersebut akan menjadi panduan dalam proses belajar.

Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang

penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, membuka dialog Sani (2013:140). Ward dalam Ngalimun (2014:89) mendefinisikan PBM sebagai suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah. Pengertian yang hampir sama tentang Model Pembelajaran Berbasis Masalah juga diajukan oleh Duch dalam Shoimin (2014:130) bahwa

Problem Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah

(PBM) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan.

Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki banyak variasi. Menurut Siregar dan Nara (2010:120), terdapat lima bentuk belajar untuk Model Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:

1) Permasalahan sebagai pemandu

(58)

tugas yang diberikan oleh guru. Guru hanya menjadi fasilitator dan pembimbing.

2) Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi

Masalah disajikan setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan oleh guru.Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi pemelajar dalam menerapkan pengetahuannya guna memecahkan masalah.

3) Permasalahan sebagai contoh

Masalah dijadikan sebagai contoh dan bagian dari bahan belajar.Masalah digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, atau prinsip dan dibahas antara pemelajar dan guru.

4) Permasalahan sebagai fasilitasi proses belajar

Masalah dijadikan sebagai alat untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir kritis.

5) Permasalahan sebagai stimulus belajar

Masalah merangsang pemelajar untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan menganalisis data yang berkaitan dengan masalah dan keterampilan metakognitif.

b. Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah

(59)

1) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar;

2) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur;

3) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective); 4) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,

dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;

5) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;

6) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam Pembelajaran Berbasis Masalah.

7) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;

8) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;

9) Keterbukaan proses dalam Pembelajaran Berbasis Masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan

10)Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.

Baron dalam Rusmono (2012:74) menyebutkan ciri-ciri strategi Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:

(60)

3) Tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa 4) Guru berperan sebagai fasilitator (tutor)

5) Masalah yang digunakan harus relevan dengan tujuan pembelajaran, mutakhir dan menarik, berdasarkan informasi yang luas, terbentuk secara konsisten dengan masalah lain, dan termasuk dalam dimensi kemanusiaan.

Teori Barrow seperti yang dikutip dalam Shoimin (2014:130) menyebutkan lima karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah, antara lain:

1) Learning is student-centered

Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan siswa sebagai orang yang belajar (pembelajaran berpusat pada siswa) sehingga siswa harus didorong untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri. 2) Authentic problems form the organizing focus for learning

Masalah yang disajikan kepada siswa merupakan masalah yang nyata sehingga siswa mudah memahami masalah tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3) New information is acquired through self-directed learning

(61)

4) Learning occurs in small groups

Pembelajaran Berbasis Masalah dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang dibuat dengan pembagian tugas dan penetapan tujuan yang jelas. Kelompok-kelompok kecil memudahkan siswa dalam melakukan interaksi ilmiah (berdiskusi dan berbagi ide-ide)

5) Teachers act as facilitators

Pelaksanaan PBL di sekolah menuntut guru hanya sebagai fasilitator.Namun demikian, guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan memberikan dorongan kepada siswa agar mencapai target atau tujuan pembelajaran.

c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang diterapkan dalam pembelajaran harus berlandaskan pada langkah-langkah atau tahap-tahap yang jelas.Model Pembelajaran Berbasis Masalah berorientasi pada aktivitas kelompok.Dengan demikian, sebelum memulai langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah, para siswa harus sudah membentuk kelompok-kelompok kecil.

(62)

1) Pemberian motivasi 2) Pembagian kelompok

3) Informasi tujuan pembelajaran. Penyajian terdiri dari lima bagian, yaitu: 1) Mengorientasikan siswa kepada masalah

Guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah yang dipilih sendiri.

2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah itu.

3) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok

Guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan, dan solusi.

4) Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya dan pameran Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video, dan model, serta membantu mereka berbagi karya mereka.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

(63)

Kegiatan penutup terdiri dari

1) Merangkum materi yang telah dipelajari

2) Melaksanakan tes dan pemberian pekerjaan rumah.

Tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki banyak variasi.Salah satu variasi tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Masalah menurut Sani (2013:141) adalah sebagai berikut. 1) Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan

menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. 2) Guru menjelaskan logistik yang dibutuhkan, prosedur yang harus

dilakukan, dan memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

3) Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah (menetapkan topik, tugas, jadwal, dan lain-lain).

4) Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai eksperimen untuk mendapatkan penjelasan, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.

5) Guru membantu peserta didik dalam merencanakan karya yang sesuai, seperti laporan dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

(64)

Hamdatama (2014:211) mengemukakan enam langkah Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:

1) Merumuskan masalah: siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan.

2) Menganalisis masalah: siswa meninjau masalah dari berbagai sudut pandang.

3) Merumuskan hipotesis: siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4) Mengumpulkan data: siswa mencari informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

5) Pengujian hipotesis: siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah: siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Amir (2009:24) mengemukakan bahwa terdapat tujuh langkah Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:

1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

(65)

setiap anggota kelompok dipastikan untuk memiliki pandangan yang sama terhadap berbagai istilah tersebut.

2) Merumuskan masalah

Pada tahap kedua ini, kelompok harus mampu menjelaskan hubungan yang lebih nyata antara setiap fenomena atau kejadian.

3) Menganalisis masalah

Tahap ketiga ini sering dikenal dengan istilah tahap

brainstorming atau curah gagasan.Setiap anggota kelompok

menyampaikan pengetahuan yang sudah dimiliki terkait masalah.Setiap kelompok berdiskusi untuk membahas informasi faktual yang tercantum pada masalah dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota.Tahap ini melatih siswa untuk menjelaskan, melihat alternatif, atau hipotesis terkait masalah. 4) Menata gagasan Anda dan secara sistematis menganalisisnya

dengan dalam

Pada tahap ini setiap kelompok melihat keterkaitan dari bagian-bagian dari masalah yang telah dianalisis sebelumnya kemudian mengelompokkannya; mana yang saling menunjang, mana yang saling bertentangan, dan sebagainya.

5) Memformulasikan tujuan pembelajaran

(66)

masih belum jelas dan kurang dipahami.Tujuan pembelajaran dikaitan dengan analisis masalah yang dibuat. Tujuan pembelajaran akan menjadi dasar penugasan-penugasan individu di setiap kelompok.

6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok)

Pada tahap keenam ini, setiap anggota kelompok harus mencari informasi tambahan dari sumber yang berbeda.Setiap anggota kelompok belajar sendiri dengan efektif pada tahap ini agar mendapatkan iinformasi yang relevan, misalnya menentukan kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, dan publikasi dari sumber pembelajaran.Adapun aktivitas anggota kelompok adalah memilih, meringkas sumber pembelajaran dengan kalimat sendiri, dan menuliskan sumber dengan jelas.Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran.

7) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk dosen atau kelas

(67)

pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu dijawab dan dicarikan solusinya. Setelah itu, kelompok menggabungkan informasi-informasi yang penting dari hasil laporan setiap anggotanya. Gabungan informasi tersebut akan disajikan dalam bentuk paper atau makalah untuk diserahkan kepada guru.

Tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Masalah dapat berlangsung dalam satu kali pertemuan dan dapat pula berlangsung dalam beberapa pertemuan.Hal demikian tergantung pada kondisi dan konteks serta keluasan materi yang diajarkan pada setiap kelas. Pada karya dan produk yang akan dihasilkan, peneliti menggunakan tujuh langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang merupakan perpaduan antara pendapat Amir (2009:24) dan Hamdatama (2014:211). Ketujuh langkah atau tahap pembelajaran ini hanya akan digunakan selama satu kali pertemuan karena materi yang diajarkan tidak begitu luas dan tidak menuntut aktivitas yang berat sehingga tidak menyita waktu yang lama. Secara umum, perpaduan tujuh langkah pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti yaitu:

1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas 2. Merumuskan masalah

(68)

7. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.

d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Model Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki banyak manfaat.Smith dalam Amir (2009) menyebutkan manfaat-manfaat Model Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai berikut.

1) Menjadi lebih ingat dan meningkat pemahamannya atas materi ajar Pengetahuan yang didapatkan karena lebih dekat dengan konteks praktiknya akan lebih mudah diingat. Konteks yang berada di sekitar siswa dan pertanyaan yang sering diajukan terhadap konteks atau masalah tersebut akan memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran.

2) Meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah melatih pendidik untuk membangun masalah yang berisi konteks praktik (realita).Dengan demikian, siswa dapat merasakan secara lebih dekat konteks yang terjadi sebenarnya di lapangan.

3) Mendorong siswa untuk berpikir

Gambar

Tabel 5. Kriteria Skor Skala Lima...........................................................................................89
Tabel 2. Daftar Pertanyaan Wawancara
Tabel 3. Kuesioner Validasi LKS
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Struktur balok adalah suatu struktur yang terdiri dari sebuah batang yang dijepit pada satu ujungnya atau ditumpu oleh dua buah dukungan atau lebih, sehingga

[r]

dah anllE fattopfaltor tebli tidak sling b€rkoEldi Pcn8lnpule dd trhdd.p 100 Espoden dilaluktu de4u swd laisioner

[r]

Hubungan Cinta Remaja : Mengungkap Pola dan Perilaku.. Cinta

hen!ij!rkii trrsi1 yi'q FehberiaD ssnyala lji. pefqanaran Jan

yang telah berkenan menjadi ahli media dan juga memberikan penilaian, kritik, serta saran berharga dalam pengembangan multimedia interaktif ini. Bapak Andhika Brahmantara

[r]