PENGARUH ENTREPRENEURSHIP MOTIVATION, SELF EFFICACY DAN RISK TOLERANCE TERHADAP INTENSI MAHASISWA MENJADI
ENTREPRENEUR (Studi Kasus Mahasiswa Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Oleh Ratna Mandasari NIM: 11170810000028
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1443 H/2021 M
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
PENGARUH ENTREPRENEURSHIP MOTIVATION, SELF EFFICACY DAN RISK TOLERANCE TERHADAP INTENSI MAHASISWA MENJADI
ENTREPRENEUR (Studi Kasus Mahasiswa Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh Ratna Mandasari NIM: 11170810000028
Di Bawah Bimbingan
Sri Hidayati S.Ag., M.Ed.
NIP. 197706082011012003
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1443 H/2021 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu Tanggal 10 Bulan Februari Tahun 2021 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas Mahasiswa:
1. Nama : Ratna Mandasari
2. NIM : 11170810000028
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Entrepreneurship Motivation, Self-Efficacy, dan Risk Tolerance Terhadap Intensi Mahasiswa Menjadi Entrepreneur (Studi Kasus Mahasiswa Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Februari 2021
1. Lili Supriyadi, M.M.
NIP. 196005051989031005
( ) Penguji I
2. Leis Suzanawaty, M.Si.
NIP. 197208092005012004
( ) Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini , 05 November 2021 telah dilaksanakan Ujian Skripsi atas nama mahasiswa:
1. Nama : Ratna Mandasari
2. NIM : 11170810000028
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : Pengaruh Entrepreneurship Motivation, Self-Efficacy, dan Risk Tolerance Terhadap Intensi Mahasiswa Menjadi Entrepreneur (Studi Kasus Mahasiswa Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan Skripsi ini diterima sebagai sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 November 2021
1. Amalia, S.E., M.S.M
NIP. 197408212009012005 ( )
Ketua
2. Sri Hidayati, S.Ag., M.Ed NIP. 197706082011012003
( ) Pembimbing
3. Lili Supriyadi, S.Pd., M.M NIP. 196005051989031005
( ) Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Nama : Ratna Mandasari
2. NIM : 11170810000028
3. Jurusan : Manajemen
4. Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Menggerakkan sendiri karya ini dan mampung bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau suatu hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 2021 Yang Menyatakan
(Ratna Mandasari)
v
RIWAYAT HIDUP A. Data Pribadi
1. Nama : Ratna Mandasari
2. Tempat Tanggal Lahir
: Cianjur, 06 Oktober 1999
3. Alamat : Kp. Simpang 1, RT. 001 RW.002, Desa Sukapura, Kec. Cidaun, Kab. Cianjur, Jawa Barat
4. Agama : Islam
5. Nama Ayah : Dedi
6. Nama Ibu : Denden Sariamah
7. Nomor Telepon : 085694454818
8. Email : [email protected]
B. Pendidikan Formal
1. SDN Tirtasari : 2005-2011
2. SMPN 2 Cidaun : 2011-2014
3. SMAN 1 Sindangbarang : 2014-2017
4. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
: 2017-2021
C. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Koperasi Mahasiswa UIN Jakarta : 2018-2019 2. Anggota Organisasi Primordia PATWASUCI
Jakarta
: 2018-2019
vi ABSTRACT
This study aims to analyze and find empirical evidence about entrepreneurial intention relation to the entrepreneurship motivation, self-efficacy and risk tolerance of management student at faculty of economic and business syarif hidayatullah state islamic University Jakarta. Respondents in this study were management student who are in 6th and 8th semester at Faculty Of Economic And Business Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. The number of management students sampled in this case study amounted to 85 people. That were chosen based on purposive sampling method. Hypothesis testing in this case study uses multiple linear regression analysis techniques. The results showed that entrepreneurship motivation had effect on entrepreneurial intention, self-efficacy had effect on entrepreneurial intention, and risk tolerance had not effect on entrepreneurial intention. This study shows that the relationship between entrepreneurship motivation, self-efficacy and risk tolerance has influence simultaneously on entrepreneurial intention.
Keywords: Entrepreneurship Motivation, Self-Efficacy, Risk Tolerance, Entrepreneurial Intention, and Management Student
vii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menemukan bukti empiris tentang hubungan dari Entrepreneurial Intention dengan Entrepreneurship motivation, Self-Efficacy dan Risk Tolerance pada mahasiswa manajemen fakultas ekonomi dan bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa manajemen semester 6 dan 8 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jumlah mahasiswa manajemen yang dijadikan sampel dalam studi kasus ini berjumlah 85 orang. Yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling. Pengujian hipotesis dalam studi kasus ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Entrepreneurship motivation berpengaruh terhadap Entrepreneurial Intention, Self Efficacy berpengaruh terhadap Entrepreneurial Intention, dan Risk Tolerance tidak berpengaruh terhadap Entrepreneurial Intention. Penelitian ini menunjukkan bahwa memiliki pengaruh secara simultan antara Entrepreneurship Motivation, Self-Efficacy, Risk Tolerance, terhadap Entrepreneurial Intention.
Kata Kunci: Entrepreneurship Motivation, Self-Efficacy, Risk Tolerance, Entrepreneurial Intention, dan Mahasiswa Manajemen
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Entrepreneurship Motivation, Self-efficacy dan Risk Tolerance Terhadap Intensi Mahasiswa Menjadi Entrepreneur (Studi Kasus Mahasiswa Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sadar betul bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas dari doa, bantuan, bimbingan, dukungan, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Mamah Denden Sariamah dan Bapak Dedi tersayang yang selalu memberikan doa, cinta, semangat, dan dukungan yang tak pernah henti yang diberikan kepada penulis sehingga skripsi dapat terselesaikan.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., AK., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Murdiyah Hayati, M.M. selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Amalia S.E., MSM. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, S.E., M.B.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik atas motivasi, saran dan masukan yang diberikan dalam hal akademik penulis.
6. Ibu Sri Hidayati, S.Ag, M.Ed. selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas motivasi, saran, bantuan, dan masukan selama proses penelitian skripsi berlangsung.
7. Seluruh dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas segala ilmu yang telah bapak/ibu berikan.
ix
8. Bibiku Rahmawati, adikku Sinta dan keluarga besar lainnya atas semangat dan doa selama kuliah hingga menyelesaikan tugas skripsi.
9. Musrif Muh S Rifai atas dukungan, semangat baru, dan waktunya untuk menemani penulis selama menyusun skripsi.
10. Fikriyyah Asrinovit, Laeli Azizah, Dwi Syafarina, Putri Imelda Afraghasani, Mutiyatul Fitri, Rosana Yulianingsih, Vivi Arista, Ikha Fatihah, Indah Kusumawati, Zhaahir Shiddiq, Muhammad Faujan, Fahmi Mauludi, Yusril Abdullah, Muhammad Rizki Sya’ban dan Abdu Salam atas dukungan dan bantuan yang diberikan selama masa kuliah hingga tahap akhir proses penelitian skripsi.
11. Teman-teman manajemen angkatan 2017 dan PATWASUCI Jakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah menemani selama proses perkuliahan.
Akhir kata, penulis sadar masih memiliki banyak kekurangan dalam penulisan dan penyusunan penelitian skripsi ini. Demikian penulis sangat berharap saran dan kritik dari pembaca agar disampaikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembaca.
Jakarta, 2021
Ratna Mandasari
x DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II ... 11
A. Teori Terkait... 11
B. Penelitian Sebelumnya ... 34
C. Kerangka Penelitian ... 44
D. Keterkaitan Antar Variabel ... 44
E. Hipotesis Penelitian ... 46
BAB III ... 48
A. Populasi dan Sampel ... 48
B. Tempat dan Waktu ... 51
C. Sumber Data ... 51
D. Instrumen Penelitian... 51
E. Metode Pengumpulan Data ... 52
xi
F. Metode Analisis Data ... 52
G. Koefisien Determinasi ... 59
H. Operasional Variabel Penelitian ... 59
BAB IV ... 66
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 66
B. Analisis dan Pembahasan ... 69
BAB V ... 99
A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 112
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya ... 34
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel dan Pengukuran... 60
Tabel 4.1 Data Jumlah Kuesioner ... 70
Tabel 4.2 Deskripsi Jenis Kelamin... 70
Tabel 4.3 Deskripsi Tingkatan Semester ... 71
Tabel 4.4 Deskripsi Status Responden ... 71
Tabel 4.5 Deskripsi Lamanya Usaha ... 72
Tabel 4.6 Distribusi Jawaban Variabel X1 ... 73
Tabel 4.7 Distribusi Jawaban X2 ... 75
Tabel 4. 8 Distribusi Jawaban X3 ... 76
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Y ... 77
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Entrepreneurship Motivation ... 79
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Self-Efficacy ... 80
Tabel 4.12 Hasil Uji Validitas Risk Tolerance ... 81
Tabel 4.13 Hasil Uji Validitas Entrepreneurial Intention ... 82
Tabel 4.14 Hasil Uji Reliabilitas ... 83
Tabel 4.15 Hasil Uji Reliabilitas ... 86
Tabel 4.16 Analisis Regresi Linier Berganda ... 89
Tabel 4.17 Hasil Uji Statistik F ... 92
Tabel 4.18 Hasil Uji Statistik T... 94
Tabel 4.19 Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... 97
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas... 84 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 87
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Entrepreneurship atau kewirausahaan menjadi salah satu bagian dari tulang punggung perekonomian disetiap negara. Menjadi seorang entrepreneur merupakan salah satu faktor terpenting dalam perekonomian suatu negara, ketika suatu negara dikondisi yang lemah atau belum bisa menyediakan lapangan kerja kepada masyarakat, maka entrepreneur dapat menyediakan sumber pendapatan dan menjadi suatu alternatif untuk mendapatkan penghasilan (Rahmah, 2017: 75). Dalam artian bahwa entrepreneur dapat membantu negara menyediakan lapangan kerja.
Menurut Wijaya dalam Erri Nugraha Deri (2016: 986) menyatakan bahwa fenomena saat ini anak muda termasuk mahasiswa lebih menyukai bekerja hanya pada sektor formal saja, swasta ataupun negeri. Apa yang disukai mahasiswa untuk bekerja hanya pada sektor formal saja, justru melawan keadaan, tidak seimbang dengan jumlah pekerjaan yang tersedia di Indonesia saat ini. Keadaan tersebut berkontribusi dengan tingginya jumlah pengangguran. Jumlah pengangguran terbuka di Indonesia per-Agustus 2020 sebanyak 128,45 juta orang. 6,27 juta jiwa atau 64,24 persen dari seluruh jumlah pengangguran tersebut merupakan pengangguran terdidik (www.bps.go.id). Melihat fenomena ini, mahasiswa yang dipandang makhluk
2 terdidik harusnya mampu turut serta membuka lapangan pekerjaan dibanding menjadi pencari kerja di sektor formal.
Penelitian yang dilakukan oleh (Ningsih, 2017: 28) menyatakan bahwa pembentukan entrepreneurship seringkali dihubungkan dengan lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan dianggap memiliki tanggung jawab untuk melahirkan para entrepreneur baru. Sehingga, banyak lembaga-lembaga perguruan tinggi atau universitas memasukkan entrepreneurship (kewirausahaan) ke dalam kurikulum mereka termasuk dengan program- program extrakulikulernya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Budianto, 2019: 97) bahwa program-program kewirausahaan yang dilaksanakan tersebut diantaranya adalah dengan mendirikan UKM Entrepreneurship, memberikan modal usaha kepada mahasiswa, membuat business plan guna menangkap peluang, dan membuat kelompok-kelompok kewirausahaan. Seperti halnya di SBM ITB yang mendesain mata kuliah yang disebut Integrated Business Experience, dimana mewajibkan mahasiswa mendirikan perusahaan dengan pinjaman dana dari Bank (www.itb.ac.id).
Selain daripada itu, dilansir dari halaman web Kemenag RI, Kementerian Agama RI yang membawahi Perguruan Tinggi Agama Islam bahkan membuat kebijakan kewirausahaan dalam pengembangan kurikulum PTKI.
Lulusan dari PTKI diharuskan memahami kewirausahaan (www.diktis.kemen ag.go.id). Sehingga, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pun, turut berkontribusi merancang program dan mendesain mata kuliah entrepreneurship (kewirausahaan).
3 Namun demikian, beberapa penelitian menyebutkan bahwa pendidikan kewirausahaan tidak terlalu berpengaruh terhadap terbentuknya mahasiswa menjadi entrepreneur, karena pendidikan kewirausahaan tidak selalu identik dengan membentuk seseorang untuk berbisnis (Febriyanto, 2013: 59).
Penelitian yang dilakukan oleh (Sulistyawati, 2017: 1002) mengungkapkan bahwa pembentukan entrepreneurship justru lebih banyak dipengaruhi oleh faktor internal individu termasuk karakter dan motivasinya, agar mampu membentuk kecenderungan untuk membuka usaha baru. Penelitian yang dilakukan oleh Oosterbeek, dkk. (2010: 447) pada mahasiswa di Belanda yang mengikuti program The Junior Achievment Young Enterpise Student Mini-company (SMC), dimana program ini diadakan di negara-negara Eropa, yang menyebutkan bahwa pendidikan atau program entrepreneurship tersebut tidak memiliki pengaruh terhadap intensi mahasiswa menjadi entrepreneur.
Menurut riset tersebut, program pendidikan entrepreneurship bukan berarti tidak efektif, melainkan membuat mahasiswa akan menjadi lebih realistis.
Mahasiswa yang merasa kompetensinya rendah di bidang entrepreneurship merasa kurang antusias, yang akhirnya tidak memiliki intensi menjadi entrepreneur. Sebaliknya mahasiswa yang merasa memiliki kompetensi dan skill di bidang tersebut lebih antusias mengikuti program dan memiliki intensi menjadi entrepreneur (Oosterbeek, p. 2010: 448). Fenomena yang sama juga dibahas oleh Wijaya (2019: 253) yang menemukan bahwa walaupun banyak program maupun upaya yang dilakukan universitas, pada kenyataannya masih banyak mahasiswa masih takut untuk terjun pada dunia entrepreneurship.
4 Berdasarkan hal tersebut, program-program pendidikan entrepreneurship sepertinya harus mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi intensi mahasiswa yang terlibat pada program pendidikan entrepreneurship agar berjalan efektif. Entrepreneurial intention atau niat berwirausaha pada mahasiswa tidak mungkin muncul secara instan, melainkan perlu proses, setelah ada niat, maka diharapkan perilaku sebenarnya akan terjadi (Amanda, 2020: 198). Namun demikian, meskipun universitas sudah mendorong pada intensi mahasiswa menjadi seorang entrepreneur, intensi tersebut juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Berbagai jurnal menyatakan bahwa terdapat faktor internal yang mempengaruhi intensi menjadi wirausaha, yaitu kepribadian dan motivasi berwirausaha (Koranti, 2013: 1861).
Entrepreneurial intention sendiri muncul akibat dari faktor motivasi.
Menumbuhkan motivasi wirausaha dikalangan mahasiswa bukanlah hal yang mudah. Pada kenyataannya tidak sedikit bahwa passion ataupun tujuan profesi mahasiswa bukanlah menjadi seorang entrepreneur melainkan bekerja pada sektor formal saja. Adanya upaya-upaya seperti membuat konsep mata kuliah kewirausahaan yang menarik dan program-program kewirausahaan, diharapkan mampu memotivasi mahasiswa. Hal ini dianalogikan dengan bahan bakar yang menggerakkan mesin, merupakan peran daripada motivasi dalam berwirausaha dan mahasiswa yang berperilaku aktif dalam berwirausaha merupakan hasil dari motivasi berwirausaha yang memadai (Filantrovi, 2018: 172). Universitas penting mengetahui bentuk motivasi berwirausaha mahasiswa, untuk menyesuaikan dari apa yang sudah
5 dihadirkan (program-program dan mata kuliah kewirausahan) dengan hal-hal yang memotivasi mahasiswa untuk menumbuhkan intensinya menjadi seorang entrepreneur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (D.H Utama, 2020: 16) motivasi berwirausaha merupakan salah satu faktor yang mendukung tumbuhnya niat usaha.
Beberapa penelitian lain tentang entrepreneurial intention pada mahasiswa mengungkapkan peran dari berbagai faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha yaitu self-efficacy dan risk tolerance (Britianu, 2008: 76).
Dalam proses entrepreneurial intention tentunya tidak luput dari efikasi diri atau self-efficacy yang dimiliki mahasiswa. Self efficacy dapat mengembangkan sebuah motivasi yang akan mempengaruhi pilihan aktivitas, tujuan, ketekunan, dan kinerja seseorang dalam konteks yang berbeda.
Siapapun yang berani mengambil resiko dan memiliki self efficacy yang tinggi, itulah yang membedakannya dari wirausahawan biasa (Budiman, 2013: 34). Bandura dalam Rika Septiani (2020: 88) menyatakan bahwa self efficacy ialah suatu kepercayaan dalam diri seseorang mengenai kemampuan dalam membentuk perilaku menjadi seorang wirausaha. Namun, tidak sedikit mahasiswa yang memiliki masalah kepercayaan diri untuk menjadi seorang entrepreneur. Penelitian yang dilakukan oleh Erri Nugraha Deri (2013: 998) dalam laporan tracer study menyatakan bahwa mahasiswa pada jurusan manajemen FEB Unud, mahasiswa yang berwirausaha hanya sekitar 24,3%, hasil tersebut kecil, dikarenakan kurangnya kepercayaan diri atas kemampuan mahasiswa menjadi seorang entrepreneur. Perguruan tinggi tidak hanya
6 mendorong mahasiswa untuk menjadi entrepreneur melalui program-program saja, tapi juga menumbuhkan kepercayaan diri pada mahasiswa atau biasa disebut dengan self-efficacy. Tingkat efikasi diri pada mahasiswa ialah faktor yang kuat dalam menentukan minat mereka untuk menjadi wirausahawan setelah menyelesaikan pendidikan (Yadav, 2017: 6). Keyakinan akan kemampuan yang dimiliki dalam berwirausaha akan berhubungan dengan intensitas kesiapan seseorang untuk memperlihatkan perilaku berwirausaha (Saraswati, 2019: 166).
Selain daripada motivasi berwirausaha (entrepreneurship motivation) ataupun efikasi diri (self efficacy), tetapi toleransi terhadap resiko (risk tolerance) juga turut membantu terjadinya proses niat berwirausaha atau entrepreneurial intention. Toleransi terhadap resiko erat kaitannya dengan pengambilan keputusan akan suatu hal, salah satunya memutuskan untuk menjadi seorang entrepreneur. Entrepreneur handal perlu memiliki toleransi resiko yang baik. Pada kenyataannya, mahasiswa sebagai orang terpelajar tidak berani mengambil resiko untuk berwirausaha dan membuka lapangan kerja (Adriyani, 2019: 14). Maka dari itu, penting sekali universitas memahami sejauh mana toleransi akan risiko yang akan diambil oleh mahasiswa untuk memunculkan niat kewirausahaannya. Robert D Hisrich (2008: 112) menyatakan bahwa entrepreneurial intention berkaitan dengan perilaku yang mencakup inisiatif, kemampuan untuk mengelola sumber daya, baik sumber daya manusia maupun alam dalam berbagai situasi untuk memperoleh keuntungan dan mengambil resiko.
7 Kendala yang sering dihadapi dalam menumbuhkan niat berwirausaha pada mahasiswa adalah bahwa bagaimana menumbuhkan motivasi kewirausahaan dikalangan mahasiswa dan faktor apa yang mempengaruhi niat berwirausaha atau entrepreneurial intention untuk memulai karir kewirausahaan setelah mahasiswa tersebut memperoleh sarjana, hal ini tetap menjadi pertanyaan dan memerlukan studi lebih lanjut (Sirine, 2011: 128).
Selain daripada itu, adanya pandemi covid-19 ini memaksa mahasiswa untuk mengurangi aktivitas maupun interaksinya dalam melakukan kegiatan entrepreneurship dari program-program yang digalakkan oleh Universitas.
Situasi pada saat ini, mengharuskan mahasiswa mendapatkan pengetahuan kewirausahaan dari mata kuliah yang dicanangkan dengan pembelajaran online. Sedangkan, entrepreneurship sendiri membutuhkan praktek dan pantauan yang intens dari seorang dosen. Walaupun terhalang dengan situasi pandemi saat ini, diharapkan UIN Jakarta khususnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis menjadikan ini sebagai tantangan untuk dihadapi dalam tujuan untuk meningkatkan niat berwirausaha pada mahasiswa.
Penelitian terkait motivasi dan intensi mahasiswa terhadap entrepreneurship termasuk kaitannya dengan program pendidikan entrepreneurship sudah banyak dilakukan oleh peneliti lain. Namun, dalam konteks Pendidikan Tinggi Islam di Indonesia termasuk melihat motivasi berwirausaha atau entrepreneurship motivation, self-efficacy dan risk tolerance dalam intensi entrepreneurship, masih sedikit yang melakukan riset tersebut.
8 Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul PENGARUH ENTREPRENEURSHIP MOTIVATION, SELF EFFICACY, DAN RISK TOLERANCE TERHADAP INTENSI MAHASISWA MENJADI ENTREPRENEUR (Studi Kasus Mahasiswa Manajemen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah-masalah yang berhubungan dengan penelitian pada Mahasiswa Manajemen FEB di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh antara entrepreneurship motivation terhadap entrepreneurial intention mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
2. Apakah terdapat pengaruh antara self-efficacy terhadap entrepreneurial intention mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
3. Apakah terdapat pengaruh antara risk tolerance terhadap entrepreneurial intention mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
4. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara entrepreneurship motivation, self-efficacy, dan risk tolerance, dan self-employment terhadap entrepreneurial intention mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
9 C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh entrepreneurship motivation terhadap entrepreneurial intention mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Untuk mengetahui pengaruh self-efficacy terhadap entrepreneurial
intention mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Untuk mengetahui pengaruh risk tolerance terhadap entrepreneurial intention mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara entrepreneurship motivation, self-efficacy dan risk tolerance terhadap entrepreneurial intention mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan peneliti dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan akan memberikan pembelajaran terbaru bagi penulis, khususnya terkait dengan bagaimana mengimplementasikan ilmu atau teori yang telah didapat selama mengikuti perkuliahan ke dalam sebuah tulisan karya ilmiah.
2. Bagi aspek akademis
Penulis dapat mengetahui pengaruh bagaimana intensitas mahasiswa menjadi seorang entrepreneur, entrepreneurship motivation, self-efficacy
10 dan risk tolerance pada mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang menjembatani mahasiswa meraih sukses dalam dunia bisnis, dan menjadi seorang entrepreneur adalah tujuan secara profesional mahasiswa. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya sehingga dapat meningkatkan perkembangan pengetahuan kajian ilmu manajemen terkhusus dalam bahasan tentang entrepreneurship serta dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah terdapat maupun yang baru hendak dibuat.
3. Bagi aspek Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak- pihak terkait yaitu mahasiswa dan dosen sebagai bahan evaluasi dan diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dalam pengelolaan usahanya. Selain itu, penelitian ini juga memberikan masukan kepada pihak terkait Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta terkhusus Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada Jurusan Manajemen untuk terus mendorong dan memfasilitasi mahasiswa dalam intelektualitas dan kewirausahaan mahasiswa.
11 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Terkait
1. Entrepreneurship
a. Pengertian Entrepreneurship
Ada hakikatnya setiap orang memiliki jiwa wirausaha yang berarti memiliki kreativitas dan mempunyai tujuan, serta berusaha untuk berhasil dalam hidup. Sama seperti aktivitas seseorang atau sekelompok orang yang sering kita jumpai, mereka menghabiskan uang untuk membeli sejumlah barang. Segala sesuatu yang mereka lakukan berasal dari experience yang mereka miliki atau experience orang lain.
Menurut Kasmir (2010: 28), wirausahawan (business visionary) adalah orang yang berani mengambil risiko dan memulai bisnis dengan berbagai peluang. Keberanian mengambil risiko berarti mandiri secara mental dan merambah perusahaan tanpa diliputi rasa takut atau cemas bahkan dalam kondisi yang tidak aman. Menurut Alma (2011: 13), wirausahawan adalah seorang inovator, sebagai orang yang memiliki insting melihat peluang dan semangat, kemampuan dan kebijaksanaan untuk mengatasi kelambanan dan kemalasan. Menurut Schumpeter dalam Alma (2011: 14), Wirausahawan adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa
12 baru, menciptakan bentuk organisasi baru, atau mengolah bahan baku baru. Kesuksesan bisnis tidak datang tiba-tiba atau dalam semalam, bukan secara kebetulan, melainkan dalam rencana yang hebat, visi, misi, kerja keras, dan keberanian untuk mengambil tanggung jawab.
b. Konsep Entrepreneurship
Menurut Gitosardjono (2013: 46) ada enam hakikat kewirausahaan yaitu:
1) Kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru dan berbeda
2) Kewirausahaan adalah nilai, yang tercermin dalam perilaku yang digunakan sebagai sumber daya, kekuatan pendorong, tujuan, strategi, proses, dan hasil bisnis
3) Kewirausahaan adalah proses dari hal-hal kreatif dan inovatif dapat menambah nilai
4) Kewirausahaan adalah proses menggunakan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan menemukan cara untuk meningkatkan dan mengembangkan kehidupan bisnis 5) Kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk
memulai sebuah usaha dan mengembangkan usaha yang dinyakini akan sukses
13 6) Kewirausahaan adalah upaya untuk meningkatkan nilai dengan kreatif dan inovatif menggabungkan semua sumber daya untuk memenangkan persaingan
Nilai-nilai hakiki kewirausahaan menurut Suryana (2013: 87) yaitu:
1) Percaya diri adalah kombinasi dari sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Rasa percaya diri merupakan landasan yang kokoh untuk meningkatkan inisiatif dan kemampuan kerja seseorang. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan secara sistematis, terencana, efektif dan efisien.
2) Kepemimpinan. Karakter seorang pemimpin ada pada setiap orang, dan sifat ini juga harus dikaitkan dengan wirausahawan.
Wirausahawan adalah orang yang akan menjalankan suatu usaha, dan seorang wirausaha harus mampu menjalankan pekerjaannya, karena kepemimpinan merupakan faktor kunci untuk menjadi wirausahawan yang sukses.
3) Berorientasi ke masa depan. Menghadapi masa depan. Orang yang menghadapi masa depan adalah orang yang memiliki visi dan visi. Meskipun mungkin ada risiko, dia dengan teguh mencari peluang dan tantangan untuk pembaruan di masa mendatang. Kejelian tidak akan membuat pengusaha puas dengan rencana yang ada dan bekerja begitu cepat.
14 4) Berani mengambil resiko. Kemauan dan kemampuan mengambil risiko merupakan salah satu nilai terpenting dalam berwirausaha. Pengusaha yang tidak mau mengambil risiko akan kesulitan untuk memulai atau mengambil inisiatif.
5) Keorisinalitas (kreativitas dan inovasi). Kreativitas adalah kemampuan untuk berpikir tentang hal-hal baru dan berbeda, dan inovasi adalah kemampuan untuk bertindak dalam hal-hal baru dan berbeda.
6) Berorientasi pada tugas dan hasil. Orang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan kinerja, berorientasi pada kesuksesan, ketekunan dan kekuatan, tekad untuk bekerja keras, motivasi yang kuat, dan berinisiatif. Mengambil inisiatif berarti selalu mencari dan ingin memulai. Dalam berwirausaha, peluang hanya muncul ketika ada inisiatif.
Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa wirausahawan memiliki karakteristik umum (Sumarsono, 2013: 65). Menurut Mc Celland dalam Sumarsono (2013: 65), karakteristik wirausahawan adalah sebagai berikut:
a. Keinginan untuk berprestasi. Motivasi psikologis yang paling penting untuk memotivasi pengusaha adalah kebutuhan akan kinerja. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau
15 dorongan batin yang mengilhami perilaku untuk mencapai tujuan
b. Bersedia bertanggung jawab. Pengusaha membutuhkan tanggung jawab pribadi untuk mencapai tujuan mereka. Mereka memilih untuk bekerja sendiri untuk mencapai tujuannya dan bertanggung jawab atas hasil yang diperoleh, sehingga mereka memilih untuk menggunakan sumber daya mereka sendiri.
Tetapi selama mereka dapat mempengaruhi hasil secara pribadi, mereka akan melakukannya dalam kelompok.
c. Preferensi kepada risiko-risiko menengah. Sasaran yang ditetapkan oleh pengusaha dengan selera risiko yang moderat memerlukan tingkat kinerja yang tinggi. Mereka pikir itu membutuhkan usaha tetapi mereka yakin dapat mencapai suatu tingkat.
d. Persepsi pada kemungkinan hasil. Percaya bahwa kemampuan untuk berhasil adalah kualitas kepribadian wirausaha yang penting. Mereka mempelajari fakta-fakta yang dikumpulkan dan mengevaluasinya.
e. Rangsangan oleh umpan balik. Pemilik bisnis akan memotivasi karyawannya untuk bekerja lebih baik dengan memahami seberapa efektif upaya mereka.
f. Aktifitas energik. Wirausahawan menunjukkan lebih banyak energi daripada orang biasa. Wirausahawan sangat aktif dan
16 memiliki cukup waktu untuk melakukan hal-hal dengan cara baru.
g. Orientasi ke masa depan. Mereka mencari dan memprediksi peluang yang akan muncul di masa depan.
h. Keterampilan dalam pengorganisasian. Wirausahawan menunjukkan keterampilan organisasi kerja dan orang-orang untuk mencapai tujuan.
i. Sikap terhadap uang. Keuntungan finansial adalah yang kedua setelah pentingnya pengetahuan profesional. Mereka hanya melihat uang sebagai simbol konkret dan bukti kemampuan untuk mencapai tujuan mereka.
Menurut By Grave dalam (2011: 28), karakteristik wirausaha meliputi sepuluh berikut:
1) Dream (mimpi), yaitu wirausahawan memiliki visi masa depan individu dan bisnis, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan impiannya.
2) Decisiveness (tegas), wirausaha adalah orang yang tidak lambat bekerja. Kecepatan dan ketepatan pengumpulan merupakan faktor kunci keberhasilan bisnisnya.
3) Doers (pelaku usaha), yaitu pengusaha yang mengambil keputusan, akan segera menindaklanjuti. Mereka melakukan kegiatan secepat mungkin tanpa menunda peluang baik dalam bisnis.
17 4) Determination (ketetapan hati) yaitu pengusaha berkonsentrasi
dalam menjalankan kegiatannya.
5) Dedication (pengabdian) yaitu pengusaha memiliki komitmen yang tinggi terhadap kariernya sendiri, dan terkadang mengorbankan kepentingan anggota keluarganya untuk sementara dan tanpa lelah, serta memusatkan seluruh perhatian dan kegiatannya pada kegiatan usahanya sendiri.
6) Devotion (kesetian), yaitu mencintai karya dan produk perusahaan.
7) Details (detil), yaitu faktor kunci bagi pengusaha untuk memperhatikan detail.
8) Destiny (takdir), yaitu bertanggung jawab atas nasib dan tujuan yang ingin dicapai, bebas dan tidak siap bergantung pada orang lain.
9) Dollars (dolar), yaitu pengusaha tidak menghargai menjadi kaya dan motivasi mereka bukanlah uang. Uang dianggap sebagai ukuran keberhasilan bisnisnya, dan diasumsikan bahwa jika dia berhasil dalam bisnis, dia harus menerima keuntungan, penghargaan atau hadiah.
10) Distribute (distribusi), bersedia mendistribusikan aset bisnisnya kepada orang-orang yang dipercaya, yaitu mereka yang kritis dan bersedia diajak untuk sukses di bidang bisnis
18 Singkatnya, entrepreneurship adalah penerapan kreativitas dan inovasi, yang menjadi dasar peluang perusahaan. Kewirausahaan memiliki berbagai karakteristik, seperti rasa tanggung jawab, kepercayaan diri, masalah kinerja, orientasi masa depan, pandangan ke depan, dan antusiasme dan semangat untuk bekerja keras.
Tahapan Manjadi Entrepreneur
Proses entrepreneurship dimulai dengan aksioma, yaitu adanya tantangan, tantangan untuk menghasilkan ide, kemauan aktif dan dorongan tidak lebih dari pemikiran kreatif dan tindakan inovatif untuk menguasai dan memecahkan tantangan. Menurut Suryana (2013: 54), tahapan atau langkah-langkah entrepreneurship pada seseorang adalah sebagai berikut:
a. Tahap Inisiasi
Orang yang berniat memulai bisnis mempersiapkan semua tahapan yang diperlukan, dimulai dengan identifikasi tantangan atau peluang bisnis baru, kemudian dilanjutkan dengan kemungkinan dan keinginan bisnis baru tersebut.
b. Tahap melaksanakan usaha
Pada tahap ini seorang entrepreneur mengelola semua aspek yang terkait dengan usahanya, meliputi: menjalankan usaha, pembiayaan, sumber daya manusia, properti, organisasi,
19 kepemimpinan, termasuk pengambilan risiko dan pengambilan keputusan, pemasaran, dan evaluasi.
c. Tahap mempertahankan usaha
Tahap di mana entrepreneur menganalisis berdasarkan hasil yang diperoleh untuk mengatasi semua masalah dan hambatan dalam menjalankan bisnis. Seorang wirausahawan yang sukses mampu melindungi perusahaan dari segala rintangan, tantangan dan masalah agar usahanya dapat berjalan dengan lancar.
d. Tahap mengembangkan usaha
Tahap ini adalah di mana entrepreneur menganalisis perkembangan dan inovasi yang harus ditindaklanjuti berdasarkan hasil yang diperoleh dan kondisi yang dihadapi.
Dalam proses pengembangannya dapat dilakukan dengan meningkatkan hubungan, memperbarui metode dan sistem, memperbarui produk yang diproduksi, memperluas dan memperkuat bisnis, meningkatkan kualitas.
c. Program/Pendidikan Entrepreneurship
Menurut DeTienne and Chandler dalam (Albert Puni, 2018)
“Entrepreneuship education is the transfer of knowledge in business creation and management for students with the view of arousing their interest in venture creation” Pendidikan kewirausahaan adalah transfer dari penciptaan pengetahuan bisnis dan manajemen untuk para siswa dengan tujuan membangkitkan
20 minat mereka dalam penciptaan usaha. Ediagbonya (2013: 278)
”Entrepreneurship education is the kind of education given to people with a view to develop entrepreneurship qualities”
Pendidikan Kewirausahaan adalah jenis pendidikan yang diberikan kepada orang-orang dengan pandangan untuk mengembangkan kualitas kewirausahaan. Greene (2011: 31) “Entrepreneurship education teaches students the necessary behavioural traits an entrepreneur needs to possess to handle ambiguities and complexities to be successful” Pendidikan kewirausahaan mengajarkan sifat-sifat perilaku yang diperlukan yang harus dimiliki seorang pengusaha untuk menangani ambiguitas dan komplektisitas untuk menjadi sukses.
Dari beberapa pengertian tersebut, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan kewirausahaan ialah program yang dirancang untuk memberikan pengetahuan tentang semua aspek kewirausahaan, dan pengusaha harus memiliki pengetahuan ini untuk berhasil dalam kewirausahaan.
2. Entrepreneurial Intention
a. Pengertian Entrepreneurial Intention
Entrepreneurial intention diartikan sebagai proses menemukan informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan kewirausahaan (Gartner, 1988: 123). Intensi telah
21 dibuktikan oleh Krueger dan Cuarsrud dalam Rostiani (2008: 98) sebagai prediktor terbaik dari perilaku kewirausahaan. Fini (2009:
332) mengungkapkan bahwa intensi kewirausahaan merupakan representasi kognitif dari tindakan yang diambil oleh individu yang mendirikan perusahaan independen baru atau menciptakan nilai baru dalam organisasi yang sudah ada. Dalam intensi kewirausahaan, terdiri dari lima dimensi yang dikemukakan oleh Gonzales (2006: 432) yaitu: kepribadian, pengetahuan bisnis, motivasi berwirausaha, kepercayaan diri untuk berwirausaha dan lingkungan pendidikan. Dalam konteks dengan wirausaha, intensi atau niat dikaitkan dengan kesadaran untuk mengambil tindakan dan fokus untuk membuka usaha baru (Juan A Moriano, 2012: 65).
Zhengxia Peng (2012: 654) dengan jelas menjelaskan bahwa niat berwirausaha sebagai orientasi psikologis, seperti keinginan dan harapan, akan mempengaruhi keputusan seseorang untuk menjadi seorang wirausaha.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa niat berwirausaha adalah keinginan yang kuat dari seorang individu untuk merencanakan perilaku ketika mendirikan bisnis baru dengan cara yang inovatif.
22 b. Konsep Entrepreneurial Intention
Keong (2008: 1242) mengemukakan bahwa untuk mengetahui intensi kewirausahaan seseorang dalam memulai bisnisnya dapat diamati melalui tujuh aspek, sebagai berikut:
1) Sikap wirausaha (Attitude toward entrepreneurship) Ajzen dan Madden dalam Keong (2008: 1243) menunjukkan bahwa sikap biasanya akan mempengaruhi perilaku selama periode waktu.
Dalam konteks berwirausaha, nampaknya semakin kuat kemauan mahasiswa untuk memulai suatu usaha, maka semakin kuat pula kemauan mereka untuk menjadi wirausaha itu sendiri.
2) Dukungan dan hambatan (Perceived support and barriers) Weigert dalam Keong (2008: 1243) menyiratkan hambatan ialah kebalikan dari kewaspadaan. Hal ini mendorong individu untuk mendapatkan pengalaman, memberikan informasi dan menjelaskannya sehingga kegagalan menjadi peluang.
3) Percaya diri (locus of control), Rita Remeikiene (2013: 437) locus of control terkait dengan keberhasilan wirausaha. Orang dengan kemampuan pengendalian diri yang kuat biasanya berpikir bahwa kualitas hidup tergantung pada perilaku mereka sendiri, seperti pendidikan, kerja keras, dan lain-lain.
4) Kebutuhan prestasi (Need for achievement), Rusidiana (2014:
235) mengemukakan bahwa kebutuhan berprestasi merupakan
23 daya penggerak, yang dapat merangsang kreativitas seseorang dan membimbing kemampuannya untuk mencapai hasil yang maksimal.
5) Niat kewirausahaan (Entrepreneurial intention) Rittippant, Kokchang, Vanischkitpisan dan Chompoodang (2011: 423) menemukan bahwa niat berwirausaha adalah menarik perhatian, pengalaman, dan tindakan wirausahawan terhadap konsep bisnis. Bagi orang yang ingin memulai bisnis baru, niat dianggap sebagai langkah awal yang penting dalam proses kewirausahaan.
6) Kesiapan instrumen (Instrument readiness) Scheinberg dan MacMilan (Keong, 2008: 1243) menunjukkan bahwa kesiapan instrumen adalah salah satu alasan paling umum untuk memulai bisnis, karena kesiapan instrumen melibatkan keyakinan tentang beban kerja, risiko, dan keuntungan finansial yang diharapkan perusahaan.
7) Norma subjektif (Subjective norm), Nurul Huda (2012: 543) menunjukkan bahwa norma subjektif adalah pandangan atau asumsi tentang harapan orang lain atas perilaku yang dijalankan atau tidak dijalankan.
c. Indikator Entrepreneurial Intention
Niat memainkan peran unik dalam pelaksanaan tindakan, menggabungkan pertimbangan mendalam dari keyakinan dan
24 keinginan pribadi dengan tindakan tertentu. Intensi adalah beratnya niat seseorang untuk melakukan tindakan atau menghasilkan suatu perilaku tertentu (Wijaya, 2007: 687). Katz dan Gatner menjelaskan bahwa niat atau minat wirausaha untuk menjadi wirausaha dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi, yang melaluinya tujuan wirausaha dapat dicapai (Budiati, dkk., 2012:
1533). Sebaliknya menurut Santoso, minat wirausaha adalah gejala psikologis yang dapat menarik perhatian dan melakukan sesuatu dengan senang hati bagi wirausahawan karena akan memberikan keuntungan baginya (Agustina dan Sularto, 2011: 682).
Entrepreneurial intention didefinisikan sebagai “pola pikir yang menarik perhatian” dan mengambil tindakan terhadap kewirausahaan daripada kerja organisasi” (Souitaris, dkk., dalam Tsordia & Papadimitriou 2015: 472). Entrepreneurial intention dapat diukur dengan beberapa indikator sebagai berikut (Papadimitriou, 2015: 473). (1) Kesiapan dalam melakukan apa saja untuk menjadi pengusaha. (2) Tujuan hidup secara profesional adalah untuk menjadi seorang pengusaha. (3) Berniat melakukan segala usaha untuk memulai damenjalankan perusahaan sendiri. (4) Bertekad untuk membuat usaha bisnis di masa depan. (5) Telah berpikir dengan sangat serius untuk memulai sebuah perusahaan.
(6) Berniat untuk memulai sebuah perusahaan dalam jangka waktu
25 lima tahun setelah kelulusan dan menjadikan wirausaha sebagai pilihan karir.
3. Entrepreneurship Motivation a. Pengertian Motivasi
Motivasi mengacu pada dorongan internal dan eksternal seseorang untuk meningkatkan potensinya agar menjadi kandidat terbaik bagi perusahaan. Pandangan para ahli tentang motivasi kerja bervariasi dari sudut pandang. Menurut Gitosudarmo (2015:
874) motivasi adalah faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan tertentu, sehingga motivasi biasanya diartikan sebagai faktor yang mendorong perilaku seseorang.
Setiap aktivitas yang dilakukan seseorang pasti memiliki faktor- faktor yang mendorong aktivitas tersebut. Secara umum, faktor pendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu.
Sebaliknya, menurut (Widodo, 2016: 233) motivasi adalah suatu kekuatan dalam tubuh manusia yang dapat mendorong perilakunya menjadi tindakan. Kekuatan kekuatan batin seseorang untuk menyelesaikan suatu tugas atau mencapai suatu tujuan menunjukkan tingkat motivasi. Motivasi erat kaitannya dengan bagaimana perilaku digagas, diperkuat, didukung, diarahkan, dihentikan, dan reaksi subjektif yang terjadi dalam organisasi ketika segala sesuatu terjadi (S Anugrahini Irnawati, 2020: 473).
26 b. Konsep Entrepreneurship Motivation
Konsep motivasi kewirausahaan Motivasi berwirausaha adalah penggerak wirausahawan yang menciptakan kegiatan wirausaha, menjamin kelangsungan kegiatan wirausaha, dan menunjukkan arah kegiatan wirausaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Venesaar, 2006: 854). Motivasi berwirausaha adalah motivasi seseorang untuk melakukan kegiatan wirausaha dalam rangka mencapai tujuan wirausaha (Koranti, 2013: 1862). Menurut Ratnawati & Kuswardani (2010: 81) motivasi berwirausaha adalah kondisi untuk mempromosikan dan membimbing individu untuk terlibat dalam kegiatan wirausaha mandiri, percaya pada diri sendiri, menghadapi masa depan, mengambil risiko, dan berinovasi, dan menghargai keinginan untuk berinovasi. Motivasi berwirausaha atau enterpreneurship motivation meliputi motivasi yang sejalan dengan tujuan bisnis (goals melibatkan pemahaman dan pemanfaatan peluang bisnis) (Wibowo dan Ardianti, 2014:
726).
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berwirausaha adalah untuk mempromosikan dan membimbing individu untuk terlibat dalam kegiatan wirausaha mandiri, percaya
27 pada diri sendiri, menghadapi masa depan, menanggung risiko, kreatif dan menghargai inovasi, dan berorientasi pada keuntungan.
Menurut Susanto (2009: 62) faktor-faktor motivasi berwirausaha terdiri dari:
a. Faktor lingkungan. Faktor lingkungan memegang peranan penting dalam pembentukan kewirausahaan.
b. Faktor sosiologis. Kondisi sosial juga membantu meningkatkan aktivitas kewirausahaan kelompok tertentu, seperti perempuan, etnis minoritas, dan akademisi.
c. Faktor ketersediaan sumber daya. Ketersediaan modal adalah hal yang sangat penting.
d. Faktor personal. Seorang wirausahawan memiliki locus of control internal yang lebih tinggi ketimbang seorang non wirausahawan, yang berarti bahwa mereka memiliki keinginan yang lebih kuat untuk menentukan nasib sendiri.
e. Adversity Quotient juga menjadi salah satu faktor motivasi berwirausaha.
c. Indikator Entrepreneurship Motivation
Indikator yang digunakan untuk mengukur entrepreneurship motivation diantaranya adalah sebagai berikut (Urve Venesaar, 2006: 653).
1) Ambition for freedom, indikator ini dapat lebih akurat diukur dengan beberapa indikator turunan, yaitu keinginan untuk lebih
28 mandiri, keinginan untuk usaha sendiri, keinginan untuk lebih dihormati, dan keinginan untuk menjadi yang terdepan.
2) Self realization, indikator ini dapat diukur secara lebih rinci melalui beberapa indikator turunan, yaitu memperoleh status sosial yang lebih baik melalui kegiatan wirausaha, merasakan tantangan melalui kegiatan wirausaha, dan melakukan kegiatan wirausaha karena ingin menginspirasi dan memimpin orang lain untuk berbisnis, itu karena mereka ingin meneruskan tradisi keluarga dan berbisnis karena mereka ingin mewujudkan ide bisnis mereka.
4. Self-Efficacy – Efikasi Diri a. Pengertian Self-efficacy
Manda & Iskandarsyah (2012: 253) menyatakan bahwa Efikasi diri ialah adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam bekerja, dengan kata lain kondisi motivasi seseorang yang lebih didasarkan pada apa yang mereka percaya dari pada apa yang secara objektif benar.
Wulandari (2013: 435) menjelaskan bahwa Efikasi diri yaitu individu yang memiliki keyakinan atau kepercayaan terhadap kemampuannya untuk mencapai tujuan tertentu.
Ghufron dan Risnawita dalam Lim Calvin Andryan (2016:
767) menyebutkan bahwa efikasi diri secara umum adalah
29 keyakinan tentang kemampuan seseorang dalam menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan.
b. Indikator Self-efficacy
Menurut (Nurcaya, 2016: 984) menyatakan indikator variabel efikasi diri adalah sebagai berikut:
1. Keyakinan yang kuat dalam memulai usaha. Seseorang yang akan memulai suatu bisnis harus memiliki keyakinan dan tekat yang kuat dalam memulai bisnis tersebut.
2. Keyakinan dapat mengelola usaha. Dalam memulai suatu usaha individu harus memiliki keyakinan dan kepercayaan bahwa ia dapat mengelola usaha tersebut dengan baik.
3. Keyakinan sukses dalam berwirausaha. Seorang wirausaha harus memiliki keyakinan bahwa ia akan sukses dan berhasil dalam menjalankan bisnis tersebut.
4. Keyakinan dapat bertahan dalam menjalankan usaha.
Dalam berwirausaha seseorang harus memiliki keyakinan bahwa ia dapat bertahan dalam menjalankan usaha nya.
5. Keyakinan memiliki pemikiran kreatif dalam berwirausaha.
Dalam berwirausaha seseorang perlu menciptakan ide-ide kreatif agar usahanya dapat berjalan dengan baik.
30 5. Risk Tolerance
a) Pengertian Risk Tolerance
Faktor-faktor internal yang dapat mendorong entrepreneurial intention seseorang antara lain adalah risk tolerance, keberhasilan diri, kebebasan dalam bekerja, dan lingkungan keluarga (Oktarilis, 2012: 423). Sejalan yang dikatakan oleh (Meredith, dkk., 2002: 873) bahwa salah satu ciri wirausaha adalah berani mengambil resiko, menyukai tantangan, dan inisiatif yang tinggi. Kecenderungan toleransi risiko merupakan salah satu ciri yang ada dalam berwirausaha. Beberapa ahli mengklasifikasikan toleransi risiko sebagai bagian integral dari kewirausahaan (Wijaya, 2013: 543).
Toleransi risiko adalah dua kata dengan arti yang berbeda.
Oleh karena itu, perlu mempelajari pengertian kedua kata tersebut lebih dalam. Risiko selalu dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan dan kejutan; pandangan lain meyakini bahwa risiko adalah kegagalan atau kegagalan dalam memanfaatkan peluang bisnis. Risiko bisnis dapat berupa kerugian ekonomi dan pengalaman buruk. Dari risiko bisnis, wirausahawan dapat meningkatkan dengan belajar dengan cara baru, tekun, dan bekerja keras untuk mencapai kesuksesan (Basrowi, 2011: 856). risiko adalah ancaman atau kemungkinan dari suatu tindakan atau kejadian yang dampaknya berlawanan dengan tujuan yang ingin
31 dicapai. Risiko adalah ketidakpastian atau ketidakpastian yang dapat menimbulkan kerugian. Menurut Mehr dan Cammack yang dikutip oleh Hasymi, risiko merupakan kemungkinan yang tidak terduga. Mahmud M. Hanafi berpendapat bahwa risiko adalah peristiwa yang merugikan. Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa risiko adalah kemungkinan menyimpang dari harapan yang dapat menimbulkan kerugian (Kasidi, 2014: 231).
Toleransi risiko sangat penting dan diterima begitu saja untuk mengembangkan potensi kewirausahaan seseorang.
Toleransi risiko dalam hidup termasuk menyadari apa yang terjadi, mengkhawatirkan masa depan, dan ingin hidup di masa sekarang (Basrowi, 2011: 1213). Keberanian mengambil risiko yang ditunjang dengan komitmen yang teguh akan mendorong para wirausahawan untuk terus berupaya meraih peluang hingga hasil tercapai, seperti keterampilan kerja, pendidikan, kecerdasan, lingkungan kerja, rasa aman dan kemampuan mengambil keputusan, toleransi risiko juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi toleransi risiko. Ketika memahami risiko, toleransi risiko mencakup tiga dimensi, yaitu ketidakpastian hasil, hasil yang diharapkan, dan hasil potensial (Rivai, 2009: 622).
Ketika berhadapan dengan risiko, banyak orang mengambil tindakan berbeda untuk melihat risiko. Jenis-jenisnya yaitu meliputi:
32 a. Risk avoider, seseorang yang tidak suka mengambil risiko dan cenderung menghindari risiko atau disebut “risk free” atau orang yang ingin bebas dari resiko.
b. Risk calculator, orang yang berani memutuskan apakah mereka bisa menghitung risiko atau dampak (menghitung seberapa besar kerusakan).
c. Risk taker, orang yang mengambil keputusan berani dan spekulatif dengan mengukur secara intuitif risiko yang akan mereka ambil, sehingga mereka biasanya disebut spekulan.
d. Risk manager, orang yang berani, dan dapat membuat keputusan dengan memperhitungkan risiko dan ketidakpastian sebelumnya, dan mengandalkan intuisi mereka untuk mendapatkan keuntungan bisnis di masa depan.
Secara umum, risiko bisa diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Risiko murni adalah risiko yang pasti akan menyebabkan kerugian begitu itu terjadi. Namun, jika risiko ini tidak terjadi, tidak akan ada kerugian atau keuntungan.
Terjadinya risiko ini memiliki dua konsekuensi, satu adalah kebangkrutan karena kerugian, dan yang lainnya adalah kebangkrutan. Berbagai contoh risiko murni ialah pencurian, bencana alam, kebakaran atau kecelakaan.
33 b. Risiko spekulatif adalah risiko dari dua atau lebih kemungkinan kerugian. Setiap kerugian yang terjadi dapat menguntungkan atau merugikan.
b) Indikator Risk Tolerance
Toleransi atas risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah nilai toleransi risiko kewirausahaan yang dihitung dan realistis. Ketika mereka benar-benar melakukan tugas itu, mereka akan mendapatkan kepuasan yang besar. Situasi berisiko rendah dan berisiko tinggi dihindari, karena dalam setiap situasi ini tidak mungkin untuk mendapatkan sumber yang memuaskan. Dengan kata lain, wirausahawan menyukai tantangan yang sulit tetapi dapat dicapai.
Menurut (Wirasasmita, 2003: 87) wirausahawan yang berani mengambil risiko adalah orang yang selalu ingin menjadi pemenang dan menang dengan cara yang baik. Tolerance for Risk memiliki lima indikator utama:
1). Kolektif
2). Tanggung jawab 3). Menyukai tantangan 4). Sabar
5). Kontrol diri
34 B. Penelitian Sebelumnya
Tabel 2.1
Penelitian Sebelumnya
No.
Nama, Tahun Judul
Judul
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Relevansi Penelitian 1. Wajeeh
Elali Badriah &
Al- Yacoub (2016)
“Factors affecting entrepreneurial intention among kuwaits”
Analisis Regresi Berganda
The result indicated that all three personality characteristics (risk tolerance, perception of self efficacy, need for achievement) along of social network have a significant influence on Kuwaitis
entrepreneurial intention
Persamaan pada
penggunaan variabel self efficacy dan risk tolerance pada variabel independen, dan intensi berwirausaha pada variabel dependen.
Perbedaan pada tempat penelitian.
35 2. Hong Mei,
Ching- Hung Lee, dan
Yuanyuan Xiang, (2020).
“Entrepreneurship Education and Students’
Entrepreneurial Intention in High Education”
Analisis Regresi Linier Berganda
Entrepreneurial
education has a positive significant effect on the entrepreneurial
intention. Self efficacy of entrepreneurial decision played significant role between entrepreneurship
education and intention.
Persamaan penelitian pada variabel
independen yaitu self- efficacy dan dependen yang digunakan yaitu
entrepreneurial intention.
Perbedaaan penelitian pada tempat
penelitian yang digunakan.
3. Xianyue Liu, Chunpei Lin, Guanxi Zhao, dan Dali Zhao,
“Research on the
Effects of
Entrepreneurial Education and Entrepreneurial Self-Efficacy on College Students’s
Exploratory Factor Analysis (EFA).
College
students’entrepreneurial
education and
entrepreneurial self- efficacy has positive significant effect on the entrepreneurial attitude
Persamaan penelitian pada variabel
independen yaitu self efficacy dan variabel
36 (2019). Entrepreneurial
Intention.”
and entrepreneurial intention.
dependen yaitu entrepreneurial intention yang digunakan.
Perbedaaan penelitian pada tempat
penelitian yang digunakan.
4. Bida Sari dan
Maryati Rahayu (2019).
Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan, Kebutuhan Akan Prestasi dan Efikasi Diri Terhadap Intensi Berwirausaha
Siswa SMA
Muhammadiyah I Jakarta
Analisis Regresi Linier Berganda
Terdapat pengaruh positif dan signikan antara pendidikan kewirausahaan,
kebutuhan akan prestasi dan efikasi diri terhadap intensi berwirausaha baik secara parsial maupun simultan
Persamaan pada
penggunaan variabel efikasi diri sebagai variabel
independen dan Intensi berwirausaha sebagai variabel dependen.
Perbedaan pada
37
penggunaan satu variabel independen yang berbeda yaitu
kebutuhan akan prestasi 5. Ryan
Aditya Chandra dan Herlina Budiono, (2019).
Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha Yang Dimediasi oleh Efikasi Diri Mahasiswa
Manajemen
Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan
Kewirausahaan dan
Efikasi Diri
berpengaruh Positif pada Niat Berwirausaha, serta Efikasi Diri Memediasi antara Pendidikan
Kewirausahaan dan Niat Berwirausaha.
Persamaan penelitian pada efikasi diri atau self-efficacy serta
persamaan pada variabel dependen yaitu niat wirausaha atau
entrepreneurial intention, dan persamaan pada metode analisis yang digunakan.
38 Perbedaan penelitian pada tempat
penelitian.
6. Okem Boy Omardi, Abu Talkah, dan Ahsin Daroini, (2020).
Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan, Lingkungan Keluarga, dan Efikasi Diri Terhadap Intensi Berwirausaha Mahasiswa Di
STKIP PGRI
Tulungagung.
Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa variabel Pendidikan Kewirausahaan,
Lingkungan Keluarga, dan Efikasi Diri memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Intensi Berwirausaha
mahasiswa.
Persamaan penelitian ini adalah pada variabel
Efikasi Diri, dan Intensi Berwirausaha, serta
persamaan pada metode penelitian yang digunakan.
Perbedaan dari Penelitian ini adalah tempat penelitian yang digunakan dan penulis tidak
39
menggunakan variabel independen Lingkungan Keluarga.
7. Tri Wulida Afrianty, (2019).
Peran Feasibility dan
Entrepreneurial Self-Efficacy Dalam Memediasi Pengaruh
Pendidikan Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha
PLS Analysis Hasil penelitian ini menyatakan bahwa feasibility,
entrepreneurial self- efficacy memediasi pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap niat berwirausaha.
Persamaan penelitian pada efikasi diri atau self-efficacy serta
persamaan pada variabel dependen yaitu niat wirausaha atau
entrepreneurial intention.
Perbedaan penelitian pada tempat
penelitian.
40 8. Anggra
Lutfi Aprilian Mustofa dan Ni Wayan Ekawati, (2017).
Keberanian Mengambil
Resiko Memediasi Pengaruh Efikasi
Diri dan
Kebutuhan Akan Prestasi Terhadap Niat
berwirausaha.
Path Analysis Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa efikasi diri dan kebutuhan akan prestasi berpengaruh terhadap niat berwirausaha.
Namun variabel mediasi keberanian mengambil risiko tidak ada pengaruh terhadap niat berwirausaha.
Persamaan penelitian terletak pada sama-sama menggunakan variabel efikasi
diri dan
keberanian mengambil resiko atau risk tolerance, dan variabel niat wirausaha atau entrepreneurial intention.
Perbedaan penelitian pada tempat
penelitian.
41 9. William
Sumanjaya, Erni
Widajanti, dan Lamidi, (2016).
Pengaruh Karakteristik Kewirausahaan Terhadap Niat Berwirausaha Pada Mahasiswa Ekonomi UNISRI Dengan Motivasi Berwirausaha Sebagai Variabel Moderasi.
Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Karakteristik Kewiraushaan dan Motivasi Berwirausaha berpengaruh positif signifikan terhadap Niat Berwirausaha.
Sedangkan Motivasi berwirausaha tidak berpengaruh untuk memoderasi antara karakteristik kewirausahaan dan Motivasi berwirausaha.
Persamaan penelitian ini adalah sama- sama
menggunakan variabel motivasi berwirausaha
dan niat
berwirausaha atau
entrepreneurial intention.
Perbedaannya adalah pada tempat
penelitian yang digunakan.
10. Feilany Tali dan Liliana Dewi, (2016).
Entepreneurial Intention Ditinjau Dari
Entrepreneurial Motivation Dan
Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa entrepreneurial
motivation berpengaruh positif terhadap
Persamaan penelitian ini adalah sama- sama
menggunakan
42 Education
Mahasiswa Manajemen Universitas Ciputra.
entrepreneurial intention.
Entrepreneurship Education memiliki pengaruh positif terhadap
entrepreneurial intention.
Entrepreneurial motivation dan entrepreneurship education secara simultan berpengaruh positif terhadap entrepreneurial intention.
variabel
entrepreneurial motivation dan entrepreneurial intention.
Perbedaannya adalah pada tempat
penelitian yang digunakan.
11. Noormalita dan Bianka Andriyani, (2019).
Pengaruh Entrepreneurial Education, Risk Tolerance dan Self-Efficacy Terhadap Entrepreneurial
PLS Analysis. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara entrepreneurial
education terhadap self- efficacy, Risk tolerance
Persamaan pada
penggunaan variabel Risk tolerance dan self-efficacy sebagai