• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diplomasi Korea Selatan Sebagai Negara Donor Untuk Indonesia di Tengah Pandemi COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Diplomasi Korea Selatan Sebagai Negara Donor Untuk Indonesia di Tengah Pandemi COVID-19"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Diplomasi Korea Selatan Sebagai Negara Donor Untuk Indonesia di Tengah Pandemi COVID-19

Annisa Rizka Yunanda

1Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia 55183

Annisa.rizka.fisip17@mail.umy.ac.id ABSTRAK

COVID-19 adalah salah satu pandemi global yang sekarang sedang dialami oleh banyak negara. Dikarenakan COVID- 19 merupakan pandemi global banyak negara yang saling memberikan bantuan kepada negara lain. Dari mereka memberikan bantuan kepada setiap negara, negara-negara pendonor memiliki tujuan yang ingin mereka capai. Jurnal ini bertujuan untuk meberikan bahan literatur untuk dibaca dan menjadi referensi dalam penelitian. Untuk menjawab rumusan masalah maka jurnal ini menggunakan teori diplomasi ekonomi dan menggunakan konsep kepentingan nasional. Dengan menggunakan metode kualitatif yaitu pengumpulan data secara online research, jurnal, buku, berita, dan juga melalui website yang falid. Penulis bermaksud menganalisis isu yang sedang terjadi dan hasil dari penelitan

Kata kunci: Korea Selatan, Indonesia, COVID-19, ekonomi, diplomasi.

PENDAHULUAN

Pada Desember 2019 dunia digemparkan dengan adanya kasus pneumoia di salah satu kota di Wuhan, Tiongkok (Arnani, 2020). Virus corona atau yang biasa dikenal dengan sebutan Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan virus jenis baru yang menyerang manusia.

COVID-19 adalah penyakit infeksi saluran pernafasan pada manusia seperti batuk, pilek dan gejala kurang lebih seperti MERS dan SARS. Hingga pada 9 Agustus 2020 sebanyak 19,462,112 orang di seluruh dunia terkena COVID-19 dan sebanyak 722,285 orang di seluruh dunia meninggal dunia (WHO, World Health Organization, 2020). Meningkatnya kasus COVID-19 setiap harinya dari awal ditemukannya virus ini membuat WHO memberikan status terhadap COVID-19 sebagai pandemi global.

Salah satu dampak besar yang ditimbulkan oleh COVID-19 yaitu perekonomian. Perekonomian negara-negara terkena dampak dari COVID-19 rata-rata mengalami krisis bahkan resesi ekonomi. Hal tersebut dikarenakan pemasukan negara yang biasanya dapat diperoleh dari impor, ekspor,

dan juga pemasukan dari wisatawan yang melakukan perjalanan ke negara tersebut terhenti di karenakan adanya COVID-19. Banyak negara yang melakukan travel banned untuk para wisatawan asing bahkan terhadap wisatawan asing dari beberapa negara dari zona infeksi COVID-19 terparah. Dilakukannya hal tersebut agar penyebaran COVID-19 berkurang tetapi, dengan negara melakukan travel banned perekonomian negara mengalami kerugian yang cukup besar. Ada pun pembatasan dalam hal melakukan pengiriman barang atau melakukan ekspor dan impor dari luar. Hal tersebut dilakukan agar mencegah dari dampak kekurangan bahan makanan atau produk penting lainnya di negara pengekspor selama negara tersebut melakukan isolasi (Chesa effendi, 2020).

Salah satu negara yang terkenal dampak dari COVID-19 yaitu Korea Selatan. Korea

Selatan adalah salah satu negara dengan perekonomian negara yang terkuat di dunia. Kali ini Korea Selatan juga terkena dari dampak COVID-19. Perekonomian negara tersebut mengalami penurunan pada kuartal satu yaitu sebesar 1,3% tetapi pada kuartal dua ekonomi Korea Selatan mengalami penurunan sebesar -3,3% hal tersebut dikarenakan Korea Selatan penghasilan terbesarnya berasal dari ekspor barang dan jasa (Sebayang, 2020). Bukan hanya Korea Selatan saja yang mengalami resesi tetapi Jepang juga mengalami resesi hingga 7,82% (Sembiring, 2020).

Walaupun Korea Selatan mengalami resesi ekonomi, Korea Selatan juga berhasil menangani kasus COVID-19 dengan sangat baik dan dengan jumlah kematian yang kecil yaitu berdasarkan data dari WHO sebanyak 487 orang meninggal dunia dari kasus pertama yang dicatat pada 3 Januari hingga 11 November 2020 (WHO, 2020). Korea Selatan dalam menangani kasus COVID-19 tidak melakukan kebijakan lockdown secara total tetapi, mereka melakukan langkah tes secara masif, tracking isolasi, dan pengawasan secara ketat dinilai menjadi salah satu kunci kesuksesan dan keberhasilan pemerintah Korea Selatan dalam menangani kasus COVID-19 (Wibawa, 2020). Dikarenakan dalam menangani kasus COVID19 tidak bisa ditangani dengan sendiri, sehingga banyak negara yang membantu negara

(2)

lain untuk menangani masalah pandemi global yang sekarang sedang terjadi. Maka dari itu kesiapan dan kesigapan Korea Selatan dalam menangani COVID-19 jumlah kasus kematian yang relatif rendah tersebut, membawa Korea Selatan dalam keberhasilan menangani kasus COVID-19 maka Korea Selatan memberikan bantuan atau menjadi salah satu negara donor dalam pandemi COVID-19.

Sebanyak 120 negara di dunia yang menginginkan bantuan berupa bantuan alat test kesehatan yang sangat akurat dari Korea Selatan. Bukan hanya test COVID-19 saja tetapi juga alat kesehatan yang lainnya yang sangat dibutuhkan selama COVID-19 masih ada. Tetapi Korea Selatan hanya memberikan prioritas kepada tiga negara saja yaitu kepada Amerika Serikat, Uni Emirat Arab (UEA), dan juga Indonesia (Iswara, 2020). Indonesia adalah salah satu negara yang mendapatkan bantuan alat-alat kesehatan dan bantuan lainnya dari pemerintah Korea Selatan dan perusahaan-perusahaan yang ada di negara tersebut. Maka dari itu skripsi ini akan membahas mengenai mengapa Korea Selatan membantu Indonesia di masa pandemi COVID-19 yang sekarang sedang terjadi.

KAJIAN LITERATUR

Menurut jurnal “Diplomasi Kesehatan di Era Pandemi Global Analisa Bantuan

Penanganan COVID-19 dari Negara Jepang dan Korea Selatan ke Indonesia” ditulis oleh Adiasri Putri Purba Tina dan Renitha Dwi Hapsari (2020): Korea Selatan dan Jepang melakukan hal tersebut untuk mencegah penyebaran COVID-19 semakin meluas maka dari itu pemerintah di seluruh dunia bukan hanya melakukan lockdown tetapi juga melakukan kerjasama di bidang kesehatan. Maka dari itu negara-negara maju mulai memberikan bermacam-macam bantuan kesehatan kepada negara-negara berkembang salah satunya yaitu Korea Selatan dan Jepang memberikan bantuan kepada Indonesia pada masa pandemi.

Memberikan bantuan kepada negara-negara berkembang bukan hanya sebagai sarana untuk melakukan diplomasi kesehatan saja tetapi juga melakukan diplomasi secara ekonomi.

Jurnal tersebut menggunakan konsep dari health and human security dan teori diplomasi kesehatan. Dengan menggunakan konsep health and human security untuk menangani masalah kesehatan secara global pada tahun 2007 WHO menginisiasi adanya global health diplomacy yang merupakan bentuk komitmen dan kerja sama multilateral yang dilakukan oleh negara-negara di dunia.

Global health diplomacy merujuk pada proses negosiasi multilevel dan aktor yang dilakukan guna membentuk dan mengatur kebijakan global untuk kesehatan. Berkaitan

dengan penanganan COVID-19, WHO menyatakan dalam global health diplomacy agar negara-negara G-20 berkomitmen dalam hal politik dan juga koordinasi politik di tingkat global untuk mendorong kerjasama guna meningkatkan produksi peralatan pelindung menghindari larangan ekspor dan memastikan pemerataan distribusi untuk alat-alat kesehatan atas dasar kebutuhan.

Di dalam jurnal yang sama jika menjelaskan dari sudut pandang ekonomi mengapa Korea Selatan dan Jepang memberikan donor kepada Indonesia yaitu dapat dilihat jika aktor yang memiliki kepentingan bukan hanya negara tetapi aktor lainnya selain negara yaitu MNC. Sistem produksi global memainkan banyak peran penting dalam globalisasi ekonomi salah satunya yaitu kepada perusahaan multinasional atau MNC di dalam sektor-sektor yang ada.

Contohnya yaitu dengan adanya sistem produksi manufaktur pada sistem produksi global yang memiliki banyak peran yaitu contohnya itu seperti di manufaktur manufaktur merupakan penyumbang kontribusi pada gigi paling besar salah satu contoh negara yang menyumbangkan atau memberikan kontribusi terbesar kepada dirinya melalui manufaktur seperti Jepang Korea Selatan dan juga Cina (Hapsari, 2020).

Tujuan dari Korea Selatan dan Jepang membantu Indonesia bukan hanya sekedar untuk menjaga hubungan baik antara pemerintah tetapi mereka memberikan bantuan tersebut diberikan guna untuk menunjang kapasitas dan sumberdaya negara penerima untuk mengakomodasi atau memenuhi kebutuhan dari masyarakat Indonesia sendiri dan juga tujuan komersial yang membuat mengapa Korea Selatan dan Jepang ingin membantu Indonesia yaitu agar Korea Selatan dan Jepang dapat melakukan ekspansi pasar terutama ekspor untuk mengamankan akses impor terhadap kebutuhan bahan mentah atau setengah jadi yang mereka butuhkan untuk membuat barang jadi

Jurnal lainnya berjudul “Bantuan China Berupa Alat Uji Cepat COVID-19 Kepada Filipina: Perspektif Diplomacy and International Lobbying Theory” ditulis oleh Rahmat et al (2020): Sebelum China memberikan bantuan berupa alat uji coba cepat test COVID-19 kepada Filipina, China memiliki konflik dengan Filipina yang berkaitan dengan batas wilayah laut di kawasan Laut China Selatan (LCS).

Konflik tersebut terjadi karena China mengklaim hak bersejarah wilayah sembilan titik garis batas putus-putus (nine dash line) dengan luas 2 juta km² atau sekitar 80%

laut Filipina diakui oleh China sebagai wilayah miliknya.

Karena hal tersebut Filipina mengajukan gugatan tersebut kepada Pengadilan Arbitrase di bawah naungan PBB. Dan akhirnya pengadilan tersebut dimenangkan oleh Filipina.

Walaupun demikian China tidak menerima, mengakui dan melaksanakan hasil keputusan Pengadilan Arbitrase bahkan China tidak mengakui keberadaan Mahkamah Arbitrase karena dianggap tidak memiliki yurisdiksi.

(3)

Jika menelaah dari teori yang digunakan dalam jurnal tersebut yaitu teori diplomasi dan lobi internasional China memberikan bantuan alat uji coba cepat test COVID-19 kepada Filipina sebagai diplomasi dan juga lobi. Dengan China memberikan 2.000 alat uji coba cepat test COVID-19 China berharap dapat membentuk opini hingga mempengaruhi para pengambil kebijakan. Konsep lainnya yang digunakan di dalam jurnal tersebut yaitu menggunakan konsep dari kepentingan nasional. Di dalam tulisannya tersebut bantuan yang diberikan oleh China kepada Filipina bisa saja sebagai upaya China untuk merealisasikan kepentingan nasional China kepada wilayah Laut China Selatan yang sebelumnya terhambat karena Filipina menolaknya. Dengan China menggunakan trik tersebut China berharap Filipina akan lunak dalam menanggapi kasus tersebut (Rahmat, 2020).

Persamaan dari kedua jurnal di atas yaitu bukan hanya sama dalam hal pembahasannya yaitu mengenai COVID-19 tetapi kedua jurnal tersebut sama-sama memberitahu kepada pembaca jika bantuan yang diberikan oleh negara lain memiliki hal-hal tertentu yang mereka inginkan menyangkut dengan kepentingan nasional dari masing- masing negara. Walaupun demikian bisa saja bantuan dan keinginan dari masing negara menguntungkan atau bisa saja merugikan. Perbedaan dari kedua penelitian di atas dengan penelitian dalam skripsi ini yaitu akan membahas kepentingan seperti apa yang Korea Selatan inginkan hingga negara dan non negara ikut memberikan bantuan kepada Indonesia. Bahkan Indonesia masuk ke dalam negara yang diberikan prioritas oleh Korea Selatan.

METODE PENELITIAN

Dalam tulisan ini penulis akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data kualitatif menurut Bogdan dan Taylor, metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat dialami (Taylor, 1975). Saryono dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kuaitatif menyatakan, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang digunakan untuk menganalisis, menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, atau digambarkan melalui pendekatan kuantitatif (Saryono, 2010).

Denzin dan Lincoln (1987), menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Kirk dan Miller (1986:9), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

Moeleong yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk

memahami suatu fenomena tentangan apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti perilaku, persepsi, tindakan, dan lainnya secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa (Moleong, 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1 Diplomasi Ekonomi dan Kepentingan Nasional Dalam Bantuan COVID-19 Korea Selatan-Indonesia

Untuk mendefinisikan diplomasi ekonomi perlu mengetahui terlebih dahulu jika diplomasi ekonomi memerlukan lembaga lain selain negara guna mencapai tujuan dan kepentingan suatu negara. Secara umumnya, diplomasi ekonomi didefinisikan sebagai sebuah proses pengajuan kebijakan, keputusan serta berbagai konsultasi tentang kemudahan dan prospek ekonomi agar dapat mencapai tujuan dan kepentingan nasional, dan agar dapat dinegosiasikan dan disepakati oleh negara lain dengan cara bilateral maupun multilateral. Adapun pengertian diplomasi ekonomi secara luas yaitu menurut Kishan S. Rana yaitu diplomasi ekonomi sebagai proses yang di mana suatu negara menyelesaikan masalahnya dengan negara lain agar dapat memaksimalkan pendapatan dan perolehan negara melalui kegiatan ekonomi dan pertukaran ekonomi secara bilateral maupun multilateral (Woolcock, 2017).

Mengutip dari buku berjudul The New Economic Diplomacy: Decision-making and negotiation in international economic relations ditulis oleh Nicholas Bayne dan Stephen Woolcock diplomasi ekonomi tidak bisa disamakan dengan diplomasi kebanyakan yang hanya bisa dilakukan oleh negara. Diplomasi ekonomi berbeda dengan diplomasi pada umumnya yaitu dikarenakan diplomasi ekonomi dapat dilakukan oleh aktor lain selain negara.

Cakupan dan isi dari diplomasi ekonomi jauh lebih luas dan lebih terarah. Pengertian diplomasi ekonomi menurut Nicholas Bayne dan Stephen Woolcock terbagi menjadi empat bagian yaitu diplomasi ekonomi international and domestic, state and non-state actors, instruments and issues, dan the impact of markets.

Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulaan mengenai diplomasi ekonomi bahwa diplomasi ekonomi sebagai proses yang dimana suatu negara menyelesaikan masalahnya dengan negara lain agar dapat memaksimalkan pendapatan dan perolehan negara melalui kegiatan ekonomi dan pertukaran ekonomi secara bilateral maupun multilateral. Dalam pengaplikasiannya di dalam teori ini sebagai contoh yaitu Korea Selatan dan Indonesia yang di mana saat ini Indonesia adalah salah satu negara yang kurang siap dalam menangani COVID-19. Dan dikarenakan Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hubungan bilateral yang sangat baik maka dari itu Korea Selatan memberikan bantuan kepada Indonesia. Dengan Korea Selatan membantu Indonesia Korea Selatan juga memiliki

(4)

hal lainnya yang harus mereka penuhi. Seperti yang diketahui dalam membantu suatu negara tidak mungkin tidak ada timbal balik. Melalui diplomasi ekonomi inilah cara Korea Selatan untuk mendapatkan timbal balik tersebut.

Sedangkan pengertian dari kepentingan nasional yaitu kepentingan nasional dapat dilihat melalui kondisi politik, ekonomi, militer, dan sosial-budaya, bukan hanya itu saja tetapi juga dapat dilihat melalui kondisi internal negara tersebut. Secara konseptual kepentingan nasional digunakan untuk menjelaskan perilaku perpolitikan luar negeri suatu negara. Kepentingan nasional menurut Kindleberger yaitu hubungan antara negara tercipta karena adanya perbedaan keunggulan yang dimiliki tiap negara dalam berproduksi.

Keunggulan komparatif (comparative advantage) tersebut membuka kesempatan pada spesialisasi yang dipilih tiap negara untuk menunjang pembangunan nasional sesuai kepentingan nasional. Pengertian tersebut menjelaskan jika tiap-tiap negara yang ada di seluruh dunia memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Karena kapasitas yang berbeda-beda tersebut dapat menciptakan pengaruh seperti demografi, karakter, budaya, bahkan sejarah yang dimiliki setiap negara. Dengan demikian saat suatu negara ingin melakukan kerjasama dapat melihat dan mempertimbangkan kondisi dari keunggulan-keunggulan yang ada pada setiap negara (Sitepu, Studi Hubungan Internasional, 2011).

Adapun pengertian lainnya mengenai kepentingan nasional menurut menurut Frankel, kepentingan nasional obyektif adalah kepentingan yang terkait dengan tujuan kebijakan luar negeri negara-bangsa, terlepas dari tetapi dapat di temukan oleh pembuat kebijakan melalui penyelidikan sistematis. Ini adalah kepentingan permanen, yang terdiri dari faktor-faktor seperti geografi, sejarah, tetangga, sumber daya, ukuran populasi dan etnis. Kepentingan nasional subyektif adalah kepentingan yang bergantung pada preferensi pemerintah atau elit kebijakan tertentu, dan termasuk ideologi, agama dan identitas kelas. Kepentingan ini didasarkan pada interpretasi dan dapat berubah seiring dengan perubahan pemerintah itu sendiri (Burchill, 2005).

Di dalam konsep kepentingan nasional juga dijelaskan jika konsep ini memiliki cakupan yang luas dan jauh untuk mencapai kepentingan nasional suatu negara. Agar mencapai hal tersebut negara harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh negara tersebut.

Kemampuan tersebut menjadi sebuah batasan dari Sumber Daya Manusia

(SDM) maupun Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki masing-masing negara (Mas'oed, 1994, hal. 34).

Berdasarkan pengertian dari kepentingan nasional di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa masing-masing negara tidak dapat memenuhi kebutuhan negaranya sendiri maka dari itu setiap negara melakukan diplomasi terhadap negara lain dalam bentuk bilateral maupun multilateral yang di mana masing-masing negara tersebut melakukan hal tersebut untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Dengan mereka melakukan diplomasi atau kerja sama antar negara dengan taktik-taktik yang mereka miliki. Dengan mereka melakukan hal tersebut nantinya akan ada timbal balik dari timbal balik tersebut terdapat kepentingan dari masingmasing negara.

Korea Selatan memberikan bantuan saat pandemi COVID- 19 kepada 3 negara salah satu negara tersebut adalah Indonesia. Korea Selatan memberikan bantuan tersebut bukan hanya semata-mata karena memiliki hubungan yang sangat dekat dengan negara tersebut tetapi Korea Selatan memiliki alasan lainnya. Amerika Serikat mendapat priorotas dalam ekspor alat tes COVID-19 yaitu dikarenakan kasus COVID-19 yang di alami oleh Amerika Serikat sedang mengalami lonjakan maka dari itu Presiden Amerika Serikat meminta bantuan secara resmi kepada Presiden Korea Selatan Moon Jae-In. Uni Emirat Arab mendapatkan priorotas yaitu dikarenakan UEA telah mempertahankan kerja sama di berbagai sektor dengan Korea Selatan. Sedangkan Indonesia mengapa mendapat prioritas dari Korea Selatan yaitu Indonesia menjadi negara mitra utama dalam kebijakan New Southern Policy dimana New Southern Policy ini bertujuan untuk meningkakan hubungan kerja sama dengan 10 negara di ASEAN (Yonhap, 2020). Maka dari itu Indonesia masuk ke dalam daftar prioritas Korea Selatan dalam hal bantuan COVID- 19. Karena di sana terdapat kepentingan nasional yang dimiliki oleh Korea Selatan.

KESIMPULAN

Pada saat pandemi seperti ini banyak negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Dalam bentuk bantuan dana ataupun obat-obatan yang kurang. Korea Selatan membantu Indonesia bukan hanya dikarenakan memiliki hubungan bilateral yang baik satu sama lain tetapi Korea Selatan membantu Indonesia memiliki maksud lain. Indonesia membtuhkan alat tes COVID-19 lebih banyak dan Korea Selatan memiliki tujuan lain yang harus mereka capai untuk kepentingan nasional negara mereka. Walaupun demikian kedua negara sama-sama memiliki kepentingan masing- masing dan saling menguntungkan satu sama lainnya. Jika hal tersebut mengenai citra maka tidak selamanya Korea Selatan memiliki citra yang baik di mata publik tentunya memiliki citra yang buruk juga.

REFERENSI

(5)

Arnani, M. (2020, Maret 12). Timeline Wabah Virus Corona, Terdeteksi pada Desember 2019 hingga Jadi Pandemi Global.

Bull, H. (1995). The Anarchical Society: A Study of Order in World Politics. London: Macmillan.

Burchill, S. (2005). The National Interest in International Relations Theory. New York: Palgrave Macmillan.

Chesa effendi, N. G. (2020). Larangan dan Pembatasan Ekspor di Masa Pandemi COVID-19 Berdasarkan Aturan WTO. Jurnal Hukum Bisnis Bonum Commune, 232.

Hapsari, A. P. (2020). Diplomasi Kesehatan di Era Pandemik Global: Analisa Bantuan Penanganan Covid-19 dari Negara Jepang dan Korea Selatan ke Indonesia. Global

& Policy Vol.8, No.1, Januari-Juni 2020, 1-14.

Iswara, A. J. (2020, Februari 28). Indonesia Masuk Prioritas Korsel dalam Ekspor Alat Tes Virus Corona. Seoul, Korea Selatan.

Kumparan. (2020, Maret 27). Korsel Prioritaskan AS, UEA, dan Indonesia sebagai Tujuan Ekspor Test Kit Corona.

Seoul, Korea Selatan.

Mas'oed, M. (1994). Ilmu Hubungan Internasional:

Disisplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES.

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Odell, J. S. (2000). Negotiating the World Economy. New York: Cornell University Press. R.P.Barston. (2006).

Modern Diplomacy. 3rd edition. London: Longmans.

Rahmat, H. K. (2020). Bantuan China Berupa Alat Uji Cepat COVID-19 Kepada Filipina: Prespektif Diplomacy

and Internatioal Lobbying Theory. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 19-25.

Saryono. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT. Alfabeta.

Sebayang, R. (2020, Agustus 24). Korea Selatan Resesi, Ekonomi Sulit Pulih? Jakarta, Indoesia.

Sembiring, L. J. (2020, Agustus 22). CNBC. Dipetik November 10, 2020, dari CNBC

Indonesia:

https://www.cnbcindonesia.com/market/20200822083638- 17181198/dahsyat-efek-corona-bikin-22-negara-terjun-ke- jurang-resesi/1 Sitepu, P. (2011). Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Taylor, B. d. (1975). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Remadja Karya.

WHO. (2020, November 11). Dipetik November 12, 2020, dari https://covid19.who.int/region/wpro/country/kr

WHO. (2020, Agustus 7). World Health Organization.

Dipetik Agustus 7, 2020, dari WHO:

https://covid19.who.int/

Wibawa, S. W. (2020, April 6). Tanpa Lockdown, Apa Rahasia Korea Selatan Sukses Tangani Corona?

Woolcock, N. B. (2017). The New Economic Diplomacy 4th Edition: Decision-making and Negotiation in International Economic Relations. New York: Routledge.

Yonhap. (2020, Maret 27). S. Korea puts US, UAE, Indonesia on priority list for quarantine supplies export.

Seoul, South Korea, South Korea

Referensi

Dokumen terkait

3.3 Meningkatkan Hubungan dan Pemenuhan Kebutuhan Publik Terhadap Korea Selatan Melalui Bioskop CGV di Indonesia

Mereka secara tidak langsung telah menjadi ‘agen’ diplomasi publik Korea dalam berbagi pengalaman positif yang menyenangkan selama di Korea Selatan untuk diikuti

Indonesia sebagai salah satu negara paru-paru dunia menyambut baik kerjasama JCM bersama Jepang sebagai bentuk komitmen dalam penanganan perubahan iklim dan mendukung

Konsep-konsep yang menjelaskan tentang keberhasilan pembangunan ekonomi dan perkembangan industri di Korea Selatan dalam literatur tersebut akan menjadi pijakan bagi tulisan ini

Pada awal normalisasi, hubungan Jepang dan Korea Selatan hanya sebatas kerja sama ekonomi, belum merambah kerja sama keamanan karena memang pada tahun

Dalam jurnal yang berjudul “Measuring the Space Economy: Space in International Classifications and Measurement Obstacles” oleh Diana S.R menjelaskan bahwa ekonomi antariksa

Keunggulan gaya manajemen Jepang, Korea Selatan, Cina, Amerika dan Indonesia No Jepang Korea Selatan Cina Amerika Indonesia 1 Solidaritas tinggi Solidiritas tinggi Memegang teguh

Jurnal Pendidikan Tambusai 121 Pemanfaatan Tepung Kentucky untuk Menumbuhkan Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19 Syamsul Rizal1, Febri Giantara2, Hervrizal3, Trimono4, Kusdani5,