• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL SAVI DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII MTsN BATUSANGKAR SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL SAVI DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII MTsN BATUSANGKAR SKRIPSI"

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL SAVI DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

KELAS VIII MTsN BATUSANGKAR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Tarbiyah untuk Memenuhi Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

dalam Bidang Ilmu Pendidikan Fisika

Oleh : CICA AULIA NIM: 11 107 022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

BATUSANGKAR 2016

(2)
(3)
(4)
(5)

BIODATA

Nama Lengkap : CICA AULIA

Panggilan : Ica atau cica

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta/ 24 Maret 1993 Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat :Jorong Aur Sarumpun, Nagari Padangluar III Koto, Kec. Rambatan, Batusangkar, Kab. Tanah Datar.

No. HP : 085363736072

Email : auliacica@gmail.co.id

Riwayat Pendidikan

SD : SD N 29 Padangluar (1999-2005)

SMP : SMP N 4 Rambatan (2005-2008)

SMA : SMA N 1 Rambatan (2008-2011)

S1 :Pendidikan Fisika STAIN Batusangkar (2011- 2016)

Riwayat Organisasi : sebagai anggota LDK Ar-Ruhul Jadid (2013-2016) 1. Nama Orang Tua

Ayah : Darlis

Ibu : Tiswarni

Anak ke/ dari : 1 / 2 Bersaudara

Motto :

(6)

“Anda tidak akan mengetahui apa itu kesuksesan sebelum merasakan kegagalan”

KATA PERSEMBAHAN

“Dia memberikan hikmah (ilmu yang berguna) kepada siapa yang dikehendaki-Nya.

Barang siapa yang mendapat hikmah itu

Sesungguhnya ia telah mendapat kebajikan yang banyak.

Dan tiadalah yang menerima peringatan melainkan orang- orang yang berakal”.

(Q.S. Al-Baqarah: 269)

“...kaki yang akan berjalan lebih jauh, tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan menatap lebih lama, leher yang akan lebih sering melihat ke

atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja lebih keras, serta mulut yang akan selalu berdoa...” - 5cm.

Ungkapan hati sebagai rasa Terima Kasihku

Alhamdulllahirabbil‟alamin…. Alhamdulllahirabbil „alamin….

Alhamdulllahirabbil alamin….

Akhirnya aku sampai ke tiik ini,

sepercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku ya Rabb Tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada_Mu ya Rabb

Serta shalawat serta salam kepada idola ku Rasulullah SAW dan para sahabat yang mulia

Semoga sebuah karya mungil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan

(7)

bagi keluargaku tercinta Ku persembahkan karya mungil ini…

untuk orang tercinta yang selalu sabar mendidikku dan membimbingku sampai aku dewasa yang tanpamu aku bukanlah siapa-siapa

di dunia fana ini Mamaku tersayang (TISWARNI)

serta orang yang menginjeksikan segala idealisme, prinsip, edukasi dan kasih sayang berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan ataukah

perjuangan yang tidak pernah ku ketahui, namun tenang temaram dengan penuh kesabaran dan pengertian luar biasa Papaku tercinta (DARLIS)

Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang kalian impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih’ insyallah atas dukungan doa dan restu semua mimpi itu kan terjawab di masa penuh kehangatan nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan terimakasihku kepada:

Untuk Dedek tersayang Armelia Putri, terimakasih banyak ya dek, telah membantu kakakmu. Adek telah bersedia memberikan kakak semangat agar kakak yang bawel ini bisa menjadi kakak yang lebih dewasa dan kakak yang lebih baik namun memang baik dari sononya dan Insyaallah kelak bisa membanggakan keluarga. Tirulah sifat baik kakak yang buruknya dibuang. Karena manusia itu tidak ada yang sempurna dek. Terima kasih ya dek, kakak sangat menyayangi dedek clalu.

Dan tak lupa buat bapak/ibu dosen yang telah banyak membantu dalam perkuliahan, dan memberikan ilmu dari yang tidak tahu sampai Ica mengerti.

Terima kasih Bapak Dr.Marjoni Imamora, M.Sc yang telah memberikan suport dan semangatnya. Terima kasih Ibu Sri Maiyena, M.Sc dan Ibu Dr.Fadriati, M.Ag yang telah membimbing Ica dengan sabar dalam penulisan skripsi ini sehingga Ica bisa menyelesaikan skripsi dengan baik. Terima kasih Ibu Novia Lizelwati, M.Pfis dan Ibu Dra.Eliwatis, M.Ag yang telah menguji Ica dalam perbaikan skripsi ini sehingga Ica bisa menyelesaikan skripsi dengan baik. Terima kasih Ibu Venny Haris, M.Si yang telah membantu Ica dalam validasi untuk penelitian, serta memberikan dorongan dan suportnya untuk Ica.

Dan khususnya kepada keluarga besar LDK Ar-Ruhul Jadid yang telah memberikan ilmu dan mempererat silahturahim diantara sesama serta berdakwah bersama dalam menegakkan panji agama dan syariat Islam, Allahu Akbar

(8)

Semoga semakin jaya LDK Ar-Ruhul Jadid IAIN BATUSANGKAR. Dan gak akan pernah Ica lupain mantan-mantan Akhwat Mujahadah,.kangen nich udah lama gak bertemu,. Kapan kita ngadain reunian bareng? Besok sudah pasti kangenan yang namanya iftor dan liqo’.

Serta buat teman-teman seperjuangan angkatan fisika ’11. Buat teman- teman semuanya terima kasih banyak telah bantu Ica dalam meyelesaikan skripsi ini, telah memberikan semangat dan suportnya. Buat kakak-kakak dan teman- teman yang akan diwisuda Ridha, Isna, Mela, Tia, Uci, Ayi, Ulis, Kak Virmi, dan Bang Riko. Selamat yha kakak-kakak dan teman-teman telah bisa menyelesaikan skripsinya dan mudah-mudahan semuanya sukses dalam menjalani tahap selanjutnya. Buat teman-temanku yang belum diwisuda Nurul, Marcos, Angga, dan Anda tetap semangat yha dalam melanjutkan perjuangan, jangan pernah menyerah. Teman-teman semua pasti bisa untuk menggapainya.

Buat kakak-kakak dan adik-adik terima kasih atas suport dan semangat yang telah diberikan, sehingga Ica bisa menyelesaikan sripsi ini. Buat Kak Ayu, dan Kak Diah makasih banyak atas semangat yang telah engkau berikan kakakku, tetap semngat untuk melanjutkan semuanya kak jangan pernah menyerah. Serta buat adik kos cuwid, Habibah, Yusi, Rahma makasih banyak yha, telah bantu Kakak dalam banyak hal, dan maafin kakak ya gak bisa nempatin janji kakak untuk traktiran, soalnya duit kakak habis untuk menjilid, hehe. Sukses juga untuk kalian semuanya teman kamarku Dona dan Kak Messi. Oh ya kelupaan kos cantik apa kabarnya? Udah lama ya gak mampir ke kos cantik. Dan Dasa tetap semangat ya jangan menyerah, ok.

Buat adik-adik juniorku fisika angkatan ’12, angkatan ’13, angkatan ’14 yang susah untuk disebutkan satu persatu namanya, yang telah memberikan semangat dan dukungannya untuk ku sehingga aku bisa menyelesaikan semuanya.

Tetap semangat ya adikku dalam melanjutkan perjuangan kalian, kalian pasti bisa dalam meraih kesuksesan jangan pernah menyerah.

Buat teman terdekatku tersayang Ridha dan Isna terimakasih banyak atas semangat yang telah kamu berikan, disaat ku hampir putus asa dalam menghadapi semuanya. Kamu selalu memberikan keyakinan untuk ku kalau aku pasti bisa untuk menyelesaikan semuanya dan jangan putus asa. Kamu tidak pernah berhenti untuk memberikan dukungan untukku. Disaat ku rapuh kamu selalu memberikan semangat untukku dengan penuh keyakinan kalau aku harus tetap kuat dan aku pasti bisa untuk menggapai semuanya.

... i love you all” :* ...

(9)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Model SAVI dengan Pendekatan Reciprocal Teaching terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII MTsN Batusangkar”.

Shalawat dan Salam semoga tercurah untuk uswah dan qudwah dalam hidup dan kehidupan manusia yakni Nabi Muhammad SAW. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Program Studi Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr.Fadriati, M.Ag selaku Pembimbing I dan Ibu Sri Maiyena, M.Sc selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, mengarahkan, dan memberikan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Novia Lizelwati, M.Pfis selaku Penguji I dan Ibu Dra.Eliwatis, M.Ag selaku penguji II yang telah memberikan saran serta masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Venny Haris, M.Si selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika sekaligus penasehat akademik yang telah membina dan mengarahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr.H. Kasmuri Selamat, M.A selaku Ketua STAIN Batusangkar.

6. Bapak Dr.Marjoni Imamora, M.Sc selaku Puket II STAIN Batusangkar sekaligus Dosen fisika yang telah memberikan motivasi serta semangat yang

(10)

ii

sangat luar biasa ketika beliau mengajar sehingga penulis juga termotivasi untuk bisa seperti beliau dan semangat dalam membuat skripsi ini dengan baik.

7. Bapak Dr.Ardimen, M.Pd,Kons yang telah memberikan motivasi serta semangat yang sangat luar biasa sehingga penulis juga termotivasi dalam membuat skripsi dengan baik serta semangat dan masukan yang beliau berikan untuk menyelesaikan jenjang Pendidikan S.1 ini dengan baik.

8. Bapak dan Ibu Dosen fisika STAIN Batusangkar yang telah memberikan ilmu serta motivasi yang luar biasa sehingga penulis bersemangat untuk mempelajari fisika lebih dalam lagi.

9. Bapak Drs. Sabrimen selaku Kepala Sekolah MTsN Batusangkar yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

10. Ibu Dra. Sesnilanefri selaku Guru mata pelajaran IPA MTsN Batusangkar, yang telah membimbing dan bekerja sama dalam pelaksanaan penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11. Papa (Darlis), Mama (Tiswarni), dan Adek (Armelia Putri) yang tercinta yang selalu mendo‟akan dan memberikan dukungan sehingga penulis mampu menyelesaikan jenjang Pendidikan S.1 ini dengan baik.

12. Keluarga besar penulis yang selalu mendo‟akan dan memberikan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan jenjang Pendidikan S.1 ini dengan baik.

13. Teman-teman di Prodi Pendidikan Fisika ‟11 yang telah memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dinilai sebagai ibadah oleh Allah SWT hendaknya. Amin

Batusangkar, Februari 2016 CICA AULIA

NIM. 11 107 022

(11)

iii ABSTRAK

CICA AULIA, NIM. 11 107 022, Judul Skripsi “Pengaruh Model SAVI (Somatic, Auditory, Visualizing, dan Intelektual) dengan Pendekatan Reciprocal Teaching terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII MTsN Batusangkar”, Program Studi Tadris Fisika Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Batusangkar 2016.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar fisika siswa yang disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya adalah model pembelajaran dan strategi yang digunakan tidak bervariasi untuk siswa, sehingga siswa merasa fisika itu membosankan dan sulit dipahami, kurangnya aktivitas siswa pada pembelajaran fisika MTsN Batusangkar, pembelajaran yang dilakukan teacher centered dan metode yang digunakan kurang memotivasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan.

Untuk menyelesaikan masalah di atas guru harus bisa memilih model dan pendekatan pembelajaran yang bisa mengaktifkan seluruh fisik yaitu gerakan tubuh, mendengar, melihat, dan berpikir kristis, menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkannya yaitu menggunakan model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar fisika siswa kelas VIII lebih baik menggunakan model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching daripada hasil belajar fisika siswa menggunakan model pembelajaran konvensional di MTsN Batusangkar.

Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan rancangan penelitian Posttest Only Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII MTsN Batusangkar tahun pelajaran 2015/2016. Teknik pengambilan sampelnya adalah teknik simple random sampling, kelas VIII1

sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII2 sebagai kelas kontrol. Materi yang digunakan adalah getaran dan gelombang. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan tes hasil belajar ranah kognitif berupa tes pilihan ganda terdiri atas 20 butir soal.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, diperoleh rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen adalah 81,5, sedangkan rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol adalah 67,8. Setelah dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t diperoleh thitung = 2,62 dan ttabel= 1,645 pada taraf α = 0,05, karena thitung > ttabel, maka hipotesis statistik diterima (tolak Ho). Penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VIII MTsN Batusangkar menggunakan model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching ini lebih baik digunakan daripada hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

(12)

iv DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI HALAMAN BIODATA

HALAMAN PESEMBAHAN

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Defenisi Operasional ... 10

G. Manfaat Penelitian ... 12

H. Hipotesis Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ... 14

1. Belajar dan Pembelajaran ... 14

2. Model SAVI ... 16

a. Pengertian ... 16

b. Karakteristik ... 17

c. Prinsip-prinsip ... 19

d. Kerangka Perencanaan Pembelajaran SAVI ... 19

3. Pendekatan Reciprocal Teaching ... 22

(13)

v

4. Model SAVI dengan Pendekatan Reciprocal Teaching ... 24

5. Pembelajaran Konvensional ... 29

6. Hasil Belajar ... 30

B. Penelitian Relevan ... 33

C. Kerangka Konseptual ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 37

B. Rancangan Penelitian ………...……..38

C. Populasi dan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 39

D. Variabel, Data, dan Sumber Penelitian ... 44

E. Prosedur Penelitian... 46

F. Instrumen Penelitian... 51

G. Teknik Analisis dan Pengolahan Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 63

1. Pelaksanaan Penelitian ... 64

2. Data Hasil Belajar Fisika Ranah Kognitif ... 64

B. Analisis Data ... 65

C. Pembahasan ... 69

D. Kendala yang dihadapi dalam Penelitian ... 74

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

vi

DAFTAR TABEL

1.1 Data Ujian Tengah Semester 1 Siswa Kelas VIII MTsN

Batusangkar Tahun Ajaran 2015/2016 ...3

3.1 Rancangan penelitian ...39

3.2 Jumlah siswa kelas VIII MTsN Batusangkar tahun pelajaran 2015/2016 ...40

3.3 Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi ...44

3.4 Analisis ragam bagi data hasil belajar siswa kelas populasi ...44

3.5 Jadwal pelaksanaan penelitian ...47

3.6 Langkah-langkah pembelajaran kelas eksperimen dan kelas kontrol ...49

3.7 Klasifikasi Indeks kesukaran soal ...54

3.8 Klasifikasi daya Pembeda soal ...55

3.9 Klasifikasi Reliabelitas Soal ...57

4.1 Jadwal pelaksanaan penelitian ...64

4.2 Nilai Rata-rata, Nilai Terendah dan Nilai Tertinggi Kelas sampel ...65

4.3 Uji Normalitas Data Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa ...68

4.4 Uji Homogenitas Data Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa ...68

4.5 Uji Hipotesis Data Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa ...69

(15)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1: Bagan kerangka konseptual ...36 Gambar 4.2: Persentase ketuntasan hasil belajar siswa ...66

(16)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

Lampiran 1: Rekapitulasi nilai mentah populasi ...76

Lampiran 2: Normalitas kelas populasi...83

Lampiran 3: Uji homogenitas populasi. ...93

Lampiran 4: Uji kesamaan rata-rata populasi. ...95

Lampiran 5: Rencana pelaksanaan pembelajaran. ...98

Lampiran 6: Validasi rpp. ...123

Lampiran 7: Soal tes uji coba. ...127

Lampiran 8: Validasi soal tes uji coba. ...137

Lampiran 9: Hasil tes uji coba awal ...139

Lampiran 10:Batas atas dan batas bawah...141

Lampiran 11:Indeks kesukaran soal. ...142

Lampiran 12:Daya pembeda soal. ...144

Lampiran 13:Relibialitas soal. ...148

Lampiran 14:Klasifikasi soal. ...151

Lampiran 15:Soal tes uji coba akhir...154

Lampiran 16:Hasil tes uji coba akhir. ...162

Lampiran 17:Hasil rata-rata kelas sampel ...164

Lampiran 18:Uji normalitas sampel. ...167

Lampiran 19:Uji homogenitas sampel ...171

Lampiran 20:Uji hipotesis sampel. ...172

Lampiran 21:Surat p3m...173

Lampiran 22:Surat kesbangpol ...174

Lampiran 23:Surat penelitian ...175

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu lembaga atau kesatuan dalam menegakkan pengetahuan dan menaikkan derajat bangsa dengan suatu ilmu pengetahuan serta berwawasan luas demi tercapainya kualitas pemikiran yang baik. Oleh karena itu, pemerintah mengadakan pembangunan diberbagai bidang khususnya pembangunan dibidang pendidikan. Pembangunan dibidang pendidikan ini diupayakan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pendidikan harus diarahkan demi kemajuan dan menyiapkan masa depan bangsa sehingga dapat berkompetensi diera global. Sesuai dengan undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

Fisika adalah salah satu mata pelajaran sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis deduktif dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif dengan menggunakan matematika serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. Melalui pelajaran fisika diharapkan para siswa memperoleh pengalaman dalam bentuk

1 Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran SAINS, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h. 39.

(18)

kemampuan kognitif berdasarkan pada analisis kualitatif dengan menggunakan berbagai konsep dan prinsip fisika, serta dapat membangkitkan motivasi dan nalar siswa dengan mengaktifkan segala panca indera dan akal pikiran yang kompeten. Hal ini sangat penting dalam mewujudkan proses pembelajaran dilakukan yang berpusat terhadap siswa. Dalam menggunakan model-model pembelajaran inovatif dapat memecahkan segala persoalan yang datang. Untuk mewujudkan pembelajaran fisika yang inovatif, maka sekolah sebagai komponen utama pendidikan perlu mengelola pembelajaran fisika sesuai dengan prinsip-prinsip Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) antara lain:

kegiatan berpusat pada siswa, belajar melalui berbuat, belajar mandiri, dan belajar bekerja sama. Sejalan dengan prinsip KBM tersebut, kegiatan pembelajaran diharapkan tidak terfokus pada guru, tetapi bagaimana mengaktifkan siswa dalam belajarnya (student active learning).

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 12 September 2015 dengan guru fisika yang bersangkutan dan beberapa orang siswa di MTsN Batusangkar, diketahui bahwa metode yang digunakan oleh guru fisika di sekolah tersebut adalah ceramah, demonstrasi, dan diskusi kelompok. Untuk bahan yang digunakan dalam menunjang pemahaman siswa tersebut adalah bahan ajar dan alat-alat yang didemonstrasikan. Guru terlebih dahulu menyuruh siswa memahami materi yang ada di bahan ajar dengan waktu yang telah ditentukan, kemudian siswa disuruh untuk mengisi soal-soal yang ada di bahan ajar sebelum guru menerangkan pembelajaran tersebut. Penggunaan metode pembelajaran

(19)

3

tersebut dapat diketahui bahwa siswa kurang terkontrol dalam melaksanakan proses pembelajaran tersebut. Jadi, di sekolah tersebut belum menerapkan model dan pendekatan yang akan diteliti.

Dalam kejadian yang riil tersebut masih menganggap fisika itu membosankan dan sulit dipahami oleh sebagian siswa. Kurangnya aktivitas siswa pada pembelajaran fisika MTsN Batusangkar, sehingga nilai ujian tengah semester I IPA masih sedikit siswa untuk mencapai di atas KKM.

Pernyataan di atas bahwa siswa hanya mendapatkan contoh-contoh konsep dari guru saja dan pengaplikasiannya kurang bagi siswa tersebut, serta tidak mampu mengembangkannya dengan teori analisisnya secara luas. Guru memberikan bahan ajar, terkadang kurang efisien dalam penggunaannya, sehingga siswa menjadi kurang tertarik dengan pembelajaran fisika itu sendiri.

Sebagaimana yang terlampir di bawah ini merupakan hasil wawancara yang dilakukan dari hasil ujian tengah semester siswa kelas VIII semester I (satu):

Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Ujian Tengah Semester I Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas VIII MTsN Batusangkar tahun ajaran 2015/2016.

No Kelas

Jumlah siswa keseluruhan

Jumlah siswa Persentase

Ketuntasan Nilai rata-rata Tuntas Tidak

Tuntas

Tuntas % Tidak tuntas %

1 VIII.1 33 orang 0 33 0 % 100 % 41,90

2 VIII.2 32 orang 7 25 21,9 % 78,1 % 67,20

3 VIII.3 32 orang 5 27 15,6 % 84,4 % 67,70

4 VIII.4 32 orang 13 19 40,6 % 59,4 % 73,60

5 VIII.5 32 orang 5 27 15,6 % 84,4 % 66,30

6 VIII.6 32 orang 2 30 6,25 % 93,75 % 61,60

7 VIII.7 33 orang 19 14 57,6 % 42,4 % 72,30

( Sumber: Guru Bidang Studi IPA MTsN Batusangkar )

(20)

Berdasarkan data tabel 1.1 terlihat bahwa persentase ketuntasan siswa masih belum mencapai target, karena hasil ujian tengah semester I belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai KKM kelas VIII untuk mata pelajaran fisika adalah 78. Rendahnya pencapaian ketuntasan pada ujian tengah semester I tersebut menjadi patokan bahwa pembelajaran yang telah dilaksanakan belum efektif untuk siswa yang mudah sekali bosan dan sulit untuk memahami materi fisika. Akan tetapi, metode yang digunakan belum sepenuhnya efektif untuk siswa yang masih dalam proses pembelajaran fisika ditingkat dasar seperti SMP/MTs, metode yang telah digunakan kurang termotivasi bagi siswa untuk mengikuti proses pembelajaran sampai akhir, sehingga siswa sulit memahami materi dan bosan untuk memperhatikan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru bersangkutan.

Menurut Popham dalam Asep Jihad, “pada hakikatnya proses pembelajaran yang efektif terjadi jika guru dapat mengubah kemampuan dan persepsi siswa dari yang sulit mempelajari sesuatu yang menjadi mudah mempelajarinya”.2 Namun fakta yang ditemukan di MTsN Batusangkar, pada umumnya siswa cenderung pasif sehingga membuat siswa kurang mengembangkan keterampilan berpikir dan berkomunikasi. Padahal, salah satu tujuan pembelajaran fisika adalah siswa mampu mempunyai kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah.3

2 Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Erlangga, 2013), h.101.

3 Depdiknas, Kurikulum dan Hasil Belajar kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fisika, (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2002).

(21)

5

Sesuai dengan permasalahan di atas, guru perlu mengaktifkan seluruh panca indera siswa termasuk daya ingat siswa melalui model pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran mandiri yang membantu siswa menjadi kreatif dan berpengetahuan luas dalam belajar yakninya model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching. Model SAVI sangat bagus dalam meningkatkan kinerja otak siswa dan dituntut untuk aktif secara fisik dan non fisik. Fisik disini dapat berupa berbicara, berbuat, mendengarkan, mengamati dan memecahkan masalah yang ada. Akan tetapi non fisik dapat berupa menganalisis, memahami materi, dan berpikir logis.

Pendekatan reciprocal teaching merupakan jenis pembelajaran terbalik, pembelajaran terbalik adalah satu pendekatan terhadap pengajaran siswa akan strategi-strategi belajar. Pengajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan/pengajuan pertanyaan.

Teori konstruktivis menjelaskan bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi juga memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajarkan siswa menjadi sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.4

Pendekatan ini dituntut untuk mempunyai kognitif penting atau pengetahuan yang sangat penting dalam menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya dalam memecahkan soal fisika.

Dalam proses pembelajaran, siswa mampu menggali setiap informasi yang ada dengan mencari penyebabnya serta mampu mencari solusinya dari

4 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pusaka, 2007), h. 13.

(22)

setiap permasalahan yang datang. Setiap permasalahan yang datang tersebut akan dipecahkan dengan cara memahami, merangkum, menganalisis, mengklarifikasi dari setiap permasalahan yang kurang jelas, memprediksi persoalan yang muncul nantinya. Semua hal yang perlu diperhatikan merupakan proses dalam siswa itu sendiri untuk mencapai hasil yang maksimal. Menurut Nana Sudjana bahwa “kriteria keberhasilan pengajaran itu dipandang dari sudut prosesnya (by process), dan dari sudut hasil yang dicapainya (by product)”.5 Kriteria dari sudut proses menekankan kepada pengajaran sebagai suatu proses haruslah menggunakan komunikasi dua arah yang interaktif dan koofisien semaksimal mungkin, sehingga pembelajaran menjadi terarah, stabil, dan aktivitas siswa semakin meningkat. Tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan akan tercapai. Apabila proses pembelajaran tersebut sudah dilaksanakan dengan efektif dan siswa semakin kompetitif dalam pembelajaran, maka proses pembelajaran yang telah dilakukan akan berhasil. Kemudian pada kriteria dari sudut hasil yang dicapainya merupakan hasil belajar siswa dalam menjawab soal-soal ujian untuk evaluasi materi setelahnya.

Sebagaimana yang telah dikemukan oleh Nana Sudjana bahwa “ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan”.6 Faktor yang datang dari dalam diri siswa itu berasal dari

5 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2004), h. 35.

6 Ibid.…, h. 39.

(23)

7

kemampuan yang dimilikinya atau hasil belajar yang diperoleh. Kemampuan yang dimiliki oleh siswa merupakan pengaruh yang sangat besar sekali bagi hasil pembelajaran yang akan dicapai. Sebagaimana dikemukakan oleh Clark dalam Nana Sudjana bahwa “hasil belajar siswa di sekolah 70% oleh kemampuan siswa dan 30% oleh lingkungan”.7 Selain kemampuan yang dimilikinya ada juga faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

Adanya motivasi dan minat yang dimiliki oleh siswa akan mempengaruhi hasil belajar siswa itu sendiri. Setiap hakikat perbuatan belajar merupakan perubahan tingkah laku individu atau siswa yang berkeinginan atau disadarinya. Dalam perubahan tingkah laku tersebut maka, keinginan untuk berprestasi semakin tinggi dan siswa tersebut mempunyai strategi-strategi untuk mencapainya.

Walaupun demikian, hasil yang dapat diraih masih juga bergantung pada lingkungan yang ada disekitarnya. Salah satunya adalah kualitas pembelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah disertai dengan adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang melengkapinya. Kualitas pembelajaran adalah proses pembelajaran yang baik dan efektif disertai penguasaan konsep pada pembelajaran fisika dengan tercapainya tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Menurut Suyanto, dalam mengelola siswa yang mesti dikembangkan adalah agar siswa dapat bergerak aktif ketika dia belajar, dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan

7 Ibid..., h. 39.

(24)

membuat seluruh tubuh serta pikiran terlibat dalam proses belajar.

Dalam proses belajar, semakin banyak melibatkan panca indera, semakin baik hasil belajar yang bisa dicapai. Sebaliknya, pola pembelajaran yang cenderung membuat siswa tidak aktif secara fisik dalam jangka waktu lama akan menyebabkan kejenuhan otak, belajar menjadi lambat, bahkan kemampuan belajar dapat terhenti, dengan kata lain hilangnya semangat belajar pada diri siswa.8 Untuk memperoleh hasil yang memuaskan, guru dituntut untuk lebih berkualitas dalam menyusun model-model pembelajaran serta mempunyai strategi pembelajaran kearah yang mengaktifkan seluruh panca indera siswa.

Penerapan model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching dapat memudahkan siswa dalam memahami materi dan komunikatif. SAVI adalah dimana proses pembelajaran yang menggunakan semua alat indera dan menggabungkannya dengan aktivitas intelektual yang dimilikinya. Model SAVI yang digabungkan dengan pendekatan reciprocal teaching ini termasuk jenis model serta pendekatan pembelajaran mandiri dan kelompok, pembelajaran mandiri disini yaitu pada saat murid-murid belajar sendiri, serta mereka yang belajar kelompok menciptakan suatu pembelajaran yang kompetitif. Bekerja sendiri juga memberi mereka kesempatan untuk bertanggungjawab secara pribadi atas kegiatan belajarnya. Menurut Mel Silberman “Strategi-strategi berikut ini merupakan kombinasi beberapa teknik yang dapat digunakan di dalam dan di luar kelas”.9 Dalam menerapkan model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching ini sangat efisien diterapkan pada materi getaran dan gelombang, karena pada materi ini sangat sulit untuk dipahami oleh siswa terutama ditingkat dasar.

8 Suyanto dan Asep Jihad, Op.Cit..., h. 81.

9 Mel Silberman, Pembelajaran Aktif, (Jakarta: Indeks, 2013), h. 151.

(25)

9

Berdasarkan uraian permasalahan di atas dan melihat pentingnya menggunakan model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Atas dasar itulah penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran yang efektif yang menggunakan pendekatan yang efisien melalui penelitian dengan judul, “Pengaruh Model SAVI dengan Pendekatan Reciprocal Teaching terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII

MTsN Batusangkar”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengindentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika MTsN Batusangkar masih rendah.

2. Kurangnya aktivitas siswa pada pembelajaran fisika di sekolah tersebut.

3. Model pembelajaran dan strategi yang digunakan tidak bervariasi untuk siswa, sehingga siswa merasa fisika itu membosankan dan sulit dipahami.

4. Model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching belum ada diterapkan oleh guru di sekolah tersebut berdasarkan hasil observasi dengan guru yang bersangkutan.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah dan teratur, maka dibatasi masalah penelitian yaitu hasil belajar fisika siswa untuk materi getaran dan gelombang

(26)

MTsN Batusangkar pada ranah kognitif menggunakan model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching di kelas VIII MTsN Batusangkar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, maka rumusan masalahnya adalah apakah hasil belajar fisika siswa kelas VIII pada materi getaran dan gelombang menggunakan model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching lebih baik dari pada hasil belajar siswa kelas VIII yang menggunakan pembelajaran konvensional?

E. Tujuan penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah hasil belajar fisika siswa kelas VIII lebih baik menggunakan model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching dari pada hasil belajar fisika siswa menggunakan pembelajaran konvensional di MTsN Batusangkar.

F. Definisi Operasional

Adapun pengertian yang berkenaan dengan judul penelitian ini agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami judul, maka akan ada penjelasan dari istilah-istilah berikut:

1. Model SAVI dengan Pendekatan Reciprocal Teaching

“Model SAVI adalah suatu model (pola) dalam proses pembelajaran dimana siswa belajar berbuat, berbicara, mendengarkan,

(27)

11

mengamati, dan memecahkan masalah yang ada.”10 “Pendekatan adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran.”11 Pendekatan reciprocal teaching atau (pembelajaran terbalik) adalah pendekatan kontruktivis yang berdasar pada prinsip- prinsip pembuatan atau pengajuan pertanyaan. Pengajaran terbalik guru mengajarkan siswa keterampilan-keterampilan kognitif penting dengan menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu dan kemudian membantu siswa mengembangkan keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat, dukungan serta tanggung jawab. Jadi, dari arti kata tersebut dapat kita ambil pengertian model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa bersifat

aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada secara individual dan guru menghubungkannya dengan memberikan arahan terhadap seluruh siswa tentang materi yang akan dibahas kemudian siswa membaca ulang materi yang telah ditetapkan serta memahaminya, kemudian menerangkannya di depan kelas secara berkelompok.

2. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru, yakni pembelajaran yang berlangsung satu arah dimana guru

10 Rusman, model-model pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 373.

11 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 125.

(28)

menjadi pusat perhatian dan siswa sebagai objek yang memperhatikan, sehingga terlihat suatu pola yang statis.

3. Hasil Belajar Fisika

Hasil belajar fisika merupakan gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar dalam bidang fisika.12 Hasil belajar yang akan diteliti adalah berupa nilai uji coba setelah materi getaran dan gelombang habis. Jadi, hasil belajar yang akan diambil adalah hasil kognitif saja.

G. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a) Bagi siswa

Agar siswa lebih mudah dalam memahami konsep-konsep fisika secara aktif dan membantu siswa berpikir secara luas dari pengalaman sehari- hari dengan belajar mandiri serta berkompetitif dalam berkelompok.

b) Bagi guru

Sebagai masukan bagi guru dalam menambah pengetahuan dan pengalaman guru dalam penelitian ini.

c) Bagi penulis

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis sebagai calon guru fisika nantinya, dalam menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran ini.

12 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

(Bandung: Kencana, 2005), h. 27.

(29)

13

d) Bagi rekan-rekan

Sebagai masukan atau sumbangan pemikiran untuk dunia pendidikan dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan.

Maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: “Hasil belajar fisika siswa kelas VIII MTsN Batusangkar menggunakan model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching ini lebih baik digunakan daripada hasil belajar fisika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.”

(30)

14 A. Landasan Teori

1. Belajar dan Pembelajaran

“Menurut teori belajar tingkah laku, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon”.13 Jadi, belajar merupakan proses yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap. Dalam belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitas individu, sehingga tingkah lakunya berkembang. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. Melalui belajar manusia akan memperoleh pengalaman dan latihan sehingga dirinya terjadi suatu perubahan, tanpa adanya perubahan yang diperoleh dari kegiatan belajar maka manusia tidak dapat dikatakan telah belajar.

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada saat lingkungan belajar. Pembelajaran juga merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa.14 Jadi,

13 Wahab Jufri, Belajar dan Pembelajaran SAINS, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2013), h. 9.

14 Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional, (Jakarta: Erlangga, 2013), h. 275.

(31)

15

pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.

Gagne dalam wahab jufri menyatakan bahwa “pembelajaran adalah pengaturan peristiwa yang ada diluar diri peserta didik dan dirancang serta dimanfaatkan untuk memudahkan proses belajar”.15 Jadi, pembelajaran itu adalah proses dimana seseorang memiliki tempat untuk beraktivitas untuk mencapai tujuan dari belajar itu sendiri dan telah tersusun dengan semestinya. Beberapa implikasi penting dari teori Jean Piaget dalam pembelajaran IPA seperti dikutip oleh Slavin adalah sebagai berikut. 16

a) Memusatkan perhatian pada kemampuan berfikir atau proses mental peserta didik dan tidak sekedar pada hasilnya. Dalam hal ini, selain kebenaran jawaban peserta didik, guru harus memahami pula proses yang digunakan peserta didik dalam menemukan jawabannya terhadap suatu masalah.

b) Memperhatikan peran inisiatif peserta didik, serta keterlibatannya dalam kegiatan pembelajaran. Piaget menyatakan bahwa penyajian pengetahuan jadi (ready-made) tidak mendapat penekanan, tetapi peserta didik didorong untuk menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi langsung dengan lingkungannya.

c) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan intelektual. Teori Piaget mengasumsikan bahwa

15 Wahab Jufri, Ibid...., h. 40.

16 Wahab Jufri, Ibid...., h. 18-19.

(32)

seluruh peserta didik tumbuh melalui urutan perkembangan intelektual yang sama, akan tetapi pertumbuhan itu berlangsung dengan kecepatan yang berbeda.

2. Model SAVI a) Pengertian

Dave Meier dalam Asep Jihad,dkk menyatakan bahwa:

“gerakan fisik meningkatkan proses mental. Bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh (korteks motor) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir dan memecahkan masalah”.17 Oleh karena itu, menghalangi gerakan tubuh berarti menghalangi pikiran untuk berfungsi secara maksimal. Sebaliknya, melibatkan tubuh dalam belajar cenderung membangkitkan kecerdasan terpadu manusia sepenuhnya.

Dave Meier dalam Rusman “juga menyajikan suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan model SAVI”.18 SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intektual. Teori yang mendukung pembelajaran SAVI adalah Accelerated Learning, teori otak kanan/kiri; teori otak triune;

pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik); teori kecerdasan ganda; pendidikan (holistic) menyeluruh; belajar berdasarkan pengelaman; belajar dengan simbol. Pembelajaran SAVI menganut

17 Suyanto dan Asep Jihad, Op.Cit...., h. 81.

18 Rusman, Model-model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h. 373.

(33)

17

aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara- cara yang berbeda. Mengaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.

b) Karakteristik

Sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu: 19

1) Somatic

”Somatic” berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh – soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Jadi, pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).

2) Auditori

Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran akan lebih kuat dari pada yang disadari, telinga akan terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting

19 Dave Meier, The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti, (Bandung:

(online), 2005).

(34)

di otak menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna pribadi bagi diri mereka sendiri.

3) Visual

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program komputer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar.

4) Intektual

Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini

(35)

19

diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.

c) Prinsip-prinsip

Dikarenakan pembelajaran SAVI sejalan dengan gerakan Accelerated Learning (AL), maka prinsipnya juga sejalan dengan AL yaitu:

1) Pembelajaran melibatkan seluruh pikiran dan tubuh.

2) Pembelajaran berarti berkreasi bukan mengkonsumsi.

3) Kerjasama membantu proses pembelajaran.

4) Pembelajaran berlangsung pada benyak tingkatan secara simultan.

5) Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri dengan umpan balik.

6) Emosi positif sangat membantu pembelajaran.

7) Otak-citra menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

d) Kerangka Perencanaan Pembelajaran SAVI

Pembelajaran SAVI dapat direncanakan dan kelompok dalam empat tahap:

1) Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar.

Secara spesifik meliputi hal:

(36)

a) memberikan sugesti positif,

b) memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa, c) memberikan tujuan yang jelas dan bermakna,

d) membangkitkan rasa ingin tahu,

e) menciptakan lingkungan fisik yang positif, f) menciptakan lingkungan emosional yang positif, g) menciptakan lingkungan sosial yang positif, h) menenangkan rasa takut,

i) menyingkirkan hambatan-hambatan belajar,

j) banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah, k) merangsang rasa ingin tahu siswa,

l) mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal.

2) Tahap penyampaian (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menari, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar.

Hal- hal yang dapat dilakukan guru:

a) uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan, b) pengamatan fenomena dunia nyata,

c) melibatkan seluruh otak dan seluruh tubuh, d) presentasi interaktif,

e) grafik dan sarana yang presentasi berwarna-warni,

(37)

21

f) aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar,

g) proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim, h) latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok), i) pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual, j) pelatihan memecahkan masalah.

3) Tahap pelatihan (kegiatan inti)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.

Secara spesifik, yang dilakukan guru yaitu:

a) aktivitas belajar siswa,

b) usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali, c) simulasi dunia-nyata,

d) permainan dalam belajar, e) pelatihan aksi pembelajaran, f) aktivitas pemecahan masalah, g) refleksi dan artikulasi individu, h) dialog berpasangan atau berkelompok, i) pengajaran dan tinjauan kolaboratif,

j) aktivitas praktis membangun keterampilan, k) mengajar balik.

(38)

4) Tahap penampilan hasil (kegiatan penutup)

Pada tahap ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat.

Hal–hal yang dapat dilakukan adalah:

a) penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera, b) penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi,

c) aktivitas penguatan penerapan, d) materi penguatan persesi, e) pelatihan terus menerus,

f) umpan balik dan evaluasi kinerja, g) aktivitas dukungan kawan,

h) perubahan organisasi dan lingkungan yang mendukung.

Jadi, dapat disimpulkan tahap pembelajaran SAVI ini terdiri dari empat tahap yaitu (1) tahap persiapan (kegiatan pendahuluan), (2) tahap penyampaian (kegiatan inti), (3) tahap pelatihan (kegiatan inti), dan (4) tahap penampilan hasil (kegiatan penutup).

3. Pendekatan Reciprocal Teaching

Pendekatan reciprocal teaching atau disebut juga pengajaran terbalik merupakan satu pendekatan terhadap pengajaran siswa akan strategi-strategi belajar. Pengajaran terbalik adalah pendekatan konstruktivis yang berdasar pada prinsip-prinsip pembuatan/pengajuan pertanyaan. Teori konstruktivis menjelaskan bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi juga memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajarkan siswa menjadi sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.20

20 Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi Pusaka, 2007), h. 13.

(39)

23

Pendekatan ini dituntut untuk mempunyai kognitif penting atau pengetahuan yang sangat penting dalam menciptakan pengalaman belajar, melalui pemodelan perilaku tertentu secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap hasil kerjanya dalam memecahkan soal fisika. Reciprocal teaching bertujuan untuk mendorong siswa mengembangkan skill-skill yang dimiliki oleh pembaca dan pembelajar efektif, seperti merangkum, bertanya, mengklarifikasi, memprediksi, dan merespon apa yang dibaca melalui pengajaran langsung.21

Menurut Carter dalam Desi Desmalia, pada reciprocal teaching diajarkan kepada siswa empat strategi pemahaman mandiri, yaitu

“merangkum (summarizing), membuat pertanyaan dan menyelesaikan (question generating), mengklarifikasi (clarifying), dan memprediksi (predicting)”. 22

1. Merangkum (summarizing)

Merangkum adalah suatu proses yang dilakukan siswa dengan cara mengambil dan memilih bagian yang terpenting dari suatu informasi setelah siswa membaca dan memahami suatu materi kemudian menyatakan kembali kumpulan-kumpulan informasi tersebut secara singkat. Merangkum teks akan memberikan

21 Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014), h. 216-218.

22 Desi Desmalia, Pengaruh Model Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Pembelajaran Matematika Kelas VII SMPN 3 Rambatan, Batusangkar: Tidak diterbitkan, 2014), h. 16-18.

(40)

kesempatan bagi siswa untuk mengidentifikasi dan mengintegrasikan informasi penting dalam teks.

2. Membuat pertanyaan dan menyelesaikan (question generating) Strategi bertanya digunakan untuk memantau dan mengevaluasi sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi. Siswa membuat pertanyaan sendiri atau membuat soal yang diajukan kepada diri sendiri kemudian menjawabnya.

3. Mengklarifikasi (clarifying)

Siswa diwajibkan untuk membaca lembar materi pembelajaran yang diberikan guru kemudian mengklarifikasi/

menjelaskan kata-kata atau kalimat-kalimat yang masih asing/ tidak familiar.

4. Memprediksi (predicting)

Pada tahap ini, siswa diajak untuk memprediksi hubungan antara konsep pembelajaran satu dengan konsep pembelajaran yang lain. Hubungan antar konsep pembelajaran tersebut dapat berupa hubungan antara konsep yang telah dipelajari dengan konsep yang sedang dipelajari maupun hubungan antar konsep pada materi yang sedang dipelajari.

Prosedur pembelajaran dengan pendekatan reciprocal teaching adalah sebagai berikut:

(41)

25

1. Membagikan bacaan atau materi yang akan dipelajari pada hari ini.

2. Menjelaskan bahwa dia akan bertindak sebagai guru pada bagian awal bacaan.

3. Meminta siswa untuk membaca bagian yang telah ditetapkan.

4. Setelah siswa memahami materi, guru memperagakan bagaimana menerangkan, menyusun pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) dan memprediksi.

5. Meminta siswa untuk memberikan komentar tentang pengajaran yang diberikan guru tersebut.

6. Siswa yang lain membaca dalam hati bagian yang lain.

7. Memilih salah satu yang berperan sebagai guru

8. Mengurangi bimbingan siswa yang berperan sebagai guru.23

Pada pendekatan reciprocal teaching terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan.

1. Kelebihan pendekatan reciprocal teaching.

a. Melatih kemampuan peserta didik belajar mandiri, sehingga peserta didik dalam belajar mandiri dapat ditingkatkan.

b. Melatih peserta didik untuk menjelaskan kembali materi yang dipelajari kepada pihak lain. Dengan demikian penerapan pembelajaran ini dapat dipakai untuk melatih peserta didik tampil di depan umum.

c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Dengan demikian kemampuan bernalar peserta didik juga semakin berkembang.

d. Mempertinggi kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.24

2. Kelemahan pendekatan reciprocal teaching.

Reciprocal teaching menuntut peserta didik untuk selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga hal ini menjadikan sebagian dari peserta didik tidak percaya diri untuk dapat tampil atau menunjukkan kemampuannya di depan teman-teman mereka, dan bisa jadi peserta didik yang aktif hanyalah orang-orang itu saja. Dengan demikian, peserta didik yang belum bisa percaya diri merasa kesulitan dalam menerima pelajaran.25

23 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka, 2009), h. 64.

24 Amin Suyitno, dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1, (Semarang:

UNNES, 2001), h. 68.

25 Desi Desmalia, Op.Cit...., h. 19.

(42)

4. Model SAVI dengan Pendekatan Reciprocal Teaching.

Model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa bersifat aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada secara individual dan guru menghubungkannya dengan pendekatan yang memberikan arahan terhadap seluruh siswa tentang materi yang akan dibahas kemudian siswa membaca ulang materi yang telah ditetapkan serta memahaminya, kemudian menerangkannya di depan kelas dalam berkelompok.

Berdasarkan pendapat Dave Meier dan Desi Desmalia akan menjadi suatu proses pembelajaran yang sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan motivasi siswa dalam belajar.

Adapun langkah-langkah dalam model SAVI dengan pendekatan reciprocal teaching yaitu:

1. Tahap persiapan.

Tahap persiapan merupakan bagian dari tahap-tahap model SAVI yang akan dilakukan sebelum melaksanakan langkah-langkah dari pendekatan reciprocal teaching. Pada tahap ini dapat dilaksanakan pada kegiatan pendahuluan, dengan memberikan siswa tujuan pembelajaran. Dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang akan dibawa serta memberikan sugesti positif terhadap siswa.

(43)

27

2. Tahap penyampaian.

Tahap penyampaian merupakan bagian dari tahap-tahap model SAVI dimana pada tahap penyampaian ini guru membantu siswa di bagian awal saja untuk menjelaskan beberapa subbab materi dengan gerakan yang akan ditiru oleh siswa. Kemudian guru menjelaskan cara kerja serta tahap-tahap yang dilaksanakan pada proses pembelajaran selanjutnya.

3. Merangkum dan membuat pertanyaan serta menyelesaikannya (reciprocal teaching).

Pada kegiatan tersebut sudah memasuki tahap pelatihan, dimana siswa tersebut melaksanakan kegiatan merangkum materi yang telah dibagikan serta menganalisis soal yang terkait dengan subbab materi tersebut. Pada bagian tersebut siswa membuat soal atau pertanyaan dan menyelesaikannya.

4. Mengklarifikasi dan memprediksi

Pada langkah ini masih pada tahap pelatihan, dimana setiap siswa harus memahami semua kata dan kalimat dalam subbab materi yang sulit dipahami oleh kelompok lain dengan memecahkan soal yang ada, dan memprediksikan hubungan antarkonsep pembelajaran yang satu dengan yang lainnya. Pada hasil prediksi dapat berupa kemungkinan pertanyaan-pertanyaan dari kelompok lain yang akan muncul. Setelah seluruh kelompok sudah merasa siap untuk tampil, maka salah satu kelompok yang mendapatkan bagian subbab materi

(44)

yang pertama segera maju untuk di presentasikan.26 Adapun pada tahap ini siswa tersebut dapat menerapkan 4 karakteristik dari model SAVI tersebut yaitu:

a. Somatic dalam bahasa yunani yaitu gerakan tubuh.

Pada tahap ini seorang siswa harus bersifat kinestetik dalam menerangkan subbab materi yang akan dibawa di depan kelas.

b. Auditori

Pada tahap ini seluruh siswa berperan aktif, bagian kelompok yang menjelaskan sebagai pembicara, dan bagian kelompok yang tidak tampil sebagai audio atau pendengar yang baik.

c. Visual

Pada tahap ini juga seluruh siswa sangat berperan aktif dalam mengamati dan menggambarkan dengan menggunakan peta konsep atau papan tulis sebagai pengantarnya.

d. Intelektual

Pada tahap akhir ini seluruh kelompok dapat bertanya kepada kelompok yang telah tampil dengan bagian-bagian subbab materi yang tidak dimengerti.

5. Tahap penampilan hasil

Pada tahap penampilan hasil ini guru hendaknya membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan

26 Desi Desmalia, Pengaruh Model Reciprocal Teaching Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Pada Pembelajaran Matematika Kelas VII SMPN 3 Rambatan, Batusangkar: Tidak diterbitkan, 2014), h. 16-18.

(45)

29

penampilan hasil akan terus meningkat. Siswa menjadi termotivasi dengan materi selanjutnya dan siswa menjadi terarah sampai akhir proses pembelajaran. 27

Jadi, langkah-langkah tersebut dapat dipakai untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan meningkatkan aktivitas belajar siswa di dalam kelas.

5. Pembelajaran Konvensional.

Konvensional berasal dari kata konvensionil yang artinya menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan. Menurut Ibrahim dan Nana Syaodih bahwa pembelajaran konvensional merupakan :

Kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat menerima atau menghafal pada umumnya diberikan secara klasik, siswa yang berjumlah kurang lebih 40 orang, pada waktu yang sama menerima bahan yang sama. Umumnya kegiatan ini diberikan dalam ceramah. Dalam mengikuti kegiatan belajar ini, murid-murid dituntut untuk selalu memusatkan perhatian terhadap pelajaran, kelas harus sunyi dan semua murid duduk ditempat masing-masing mengikuti uraian guru. Belajar secara klasik cenderung menempatkan siswa dalam posisi pasif, sebagai penerima bahan ajar upaya mengaktifkan siswa dapat dilakukan melalui penggunaan metode tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan lain- lain.28

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru yakni pembelajaran yang berlangsung satu arah dimana guru menjadi pusat perhatian dan siswa sebagai objek yang memperhatikan, sehingga terlihat suatu pola yang statis. Jadi dapat

27 Dave Meier, The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti, (Bandung:

(online), 2005).

28 Ibrahim dan Nana Syaodih, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 40.

(46)

dikatakan bahwa pembelajaran konvensional masih belum membelajarkan siswa. Hal ini disebabkan karena partisipasi siswa kebanyakan pasif dan hanya menerima begitu saja informasi yang disampaikan oleh guru. Guru hanya menggunakan satu metode pembelajaran yaitu metode ceramah dan metode demonstrasi.

Metode konvensional yang sering digunakan dalam pembelajaran fisika adalah metode ceramah dan diskusi kelompok. Pada metode ceramah dan diskusi kelompok guru berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab kemudian siswa diminta mengerjakan latihan secara individu atau berkelompok.

Setelah selesai siswa diminta untuk mengerjakannya di papan tulis.

Dalam menentukan anggota kelompok diserahkan kepada siswa tanpa memperhitungkan kemampuan akademis siswa.

6. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan suatu kemampuan yang telah diamati dan dianalisis dengan kapasitas tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara objektif. “Sebagaimana Gagne dalam Wahab Jufri menyatakan hasil belajar adalah kemampuan (performance) yang dapat teramati dalam diri seseorang dan disebut dengan kapabilitas.”29

Menurut Suyanto, hasil belajar adalah ketercapaian tiap kemampuan dasar, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang

29 Wahab Jufri, Op.Cit...., h. 58.

(47)

31

diperoleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.30 Menurut Wina Sanjaya, hasil belajar fisika adalah gambaran kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.31 Jadi, hasil belajar merupakan gambaran keseluruhan dari semua kompetensi yang akan dicapai dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh peserta didik.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris.

Ketiga ranah hasil belajar ini dapat diuraikan sebagai berikut : a. Ranah Kognitif

“Ranah kogintif merupakan tujuan pendidikan yang berhubungan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir, seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan, menggabungkan ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Domain kognitif menurut Bloom dan kawan-kawan terdiri dari terdiri dari enam tingkatan”32, yaitu 1) pengetahuan (knowledge),

30 Suyanto dan Asep Jihad, Op.Cit...., h. 204.

31 Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.

(Bandung: Kencana, 2005), h. 27.

32 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya, 2012), h. 167.

(48)

2) pemahaman (comprehension), 3) penerapan (application), 4) analisis (analysis) ,5) sintesis (syntesis) dan 6) evaluasi (evaluation).

b. Ranah Afektif

Ranah berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari ranah kognitif. Artinya seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi. Menurut Krathwohl dkk, dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives: Affective Domain, ranah afektif memiliki lima tingkatan yaitu: 1) penerimaan (receiving), 2) respons (responding), 3) menghargai (valuing), 4) mengorganisasi/ mengatur diri (organization), dan 5) karakterisasi nilai atau pola hidup (characterization by a value or value complex).

c. Ranah Psikomotor

“Ranah psikomotor meliputi semua tingkah laku yang menggunakan syaraf dan otot badan. Ranah ini sering berhubungan dengan bidang studi yang lebih banyak menekankan kepada gerak-gerakan atau keterampilan, misalnya seni lukis, musik, pendidikan jasmani, dan olahraga, atau mungkin pendidikan agama yang berkaitan dengan bahasan tentang gerakan-gerakan tertentu, termasuk juga pelajaran bahasa. Ranah psikomotorik adalah ranah yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada lima tingkatan

Gambar

Tabel  1.1  Persentase  Ketuntasan  Ujian  Tengah  Semester  I  Mata  Pelajaran  IPA  Siswa  Kelas  VIII  MTsN  Batusangkar  tahun  ajaran 2015/2016
Gambar 2.1 : Bagan Kerangka Konseptual  Kelas Kontrol Kelas Eksperimen  Siswa  Guru PBM Pembelajaran Konvensional Pengaruh model SAVI
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Tabel  3.2  Jumlah  siswa  kelas  VIII  MTsN  Batusangkar  Tahun  Ajaran  2015/2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari pengertian-pengertian di atas penulis memahami bahwa komunikasi pemasaran adalah seluruh kegiatan pemasaran yang dilakukan melalui bauran pemasaran merek dalam

Skripsi yang berjudul : Analisis Materi Pelaiaran Fisika Pskok Bahffi.. lv{ekanika Di Sekolah lvlenenqah Untum disiapkan dan diajukan

Bidang Apotek Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya sekaligus penguji yang telah memberikan kesempatan belajar dan

dalam udang yang t elah dibekukan masih dapat dit erima ialah lebih kecil dari 500. Dengan.. pencucian ini diharapkan j umlah mikroba dapat

1 PLDV 4.1 Membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah nyata yang berkaitan dengan persamaan linear dua variable Peserta didik dapat menyelesaikan masalah dalam

Pencarian rute terdekat lokasi tempat ibadah merupakan salah satu pencarian yang diperlukan oleh para wisatawan yang datang ke Kota Bandung, dengan adanya

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan maka saran dalam penelitian ini adalah Pemerintah diharapkan dapat menjaga kestabilan penerimaan pajak

• SIUP KECIL, diberikan kepada perusahaan yang memiliki modal dan kekayaan bersih atau modal disetor dalam AKTA PENDIRIAN/PERUBAHAN dengan nilai sampai dengan Rp.200.000.000-