• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PERANGKAT LUNAK OTOMASI PERPUSTAKAAN SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM 8 AKASIA DAN INTEGRATED LIBRARY SYSTEM 3.0 DENGAN MENGGUNAKAN ISO 9126

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI PERANGKAT LUNAK OTOMASI PERPUSTAKAAN SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM 8 AKASIA DAN INTEGRATED LIBRARY SYSTEM 3.0 DENGAN MENGGUNAKAN ISO 9126"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PERANGKAT LUNAK OTOMASI PERPUSTAKAAN SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM 8 AKASIA

DAN INTEGRATED LIBRARY SYSTEM 3.0 DENGAN MENGGUNAKAN ISO 9126

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi

NUR FATIMAH 120709008

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi : Evaluasi Perangkat Lunak Otomasi Perpustakaan Senayan Library Management System 8 Akasia dan Integrated Library System 3.0 dengan Menggunakan ISO 9126

Oleh : Nur Fatimah

NIM :120709008

Pembimbing I : Dr. A. Ridwan Siregar, M.Lib NIP : 19531125 197812 1 001

Tanda Tangan :_________________________________

Tanggal :_________________________________

Pembimbing II : Himma Dewiyana, ST, M. Hum NIP : 19720825 200604 2 001

Tanda Tangan :_________________________________

Tanggal :_________________________________

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Evaluasi Perangkat Lunak Otomasi Perpustakaan Senayan Library Management System 8 Akasia dan Integrated Library System 3.0 dengan Menggunakan ISO 9126

Oleh : Nur Fatimah

NIM :120709008

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Ketua : Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd NIP : 19511119 198601 2 001

Tanda Tangan :_________________________________

Tanggal :_________________________________

FAKULTAS ILMU BUDAYA

Dekan : Dr. Budi Agustono, M.S

NIP : 19600805 198703 1 001

Tanda Tangan :_________________________________

Tanggal :_________________________________

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya ini adalah karya orisinal, dan belum pernah disajikan sebagai suatu tulisan untuk memperoleh kualifikasi tertentu atau dimuat pada media publikasi lain.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang penulis kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan etika dan kaidah penulisan karya ilmiah.

Medan, Oktober 2016 Penulis,

Nur Fatimah 120709008

(5)

ABSTRAK

Fatimah, Nur. 2016. Evaluasi Perangkat Lunak Otomasi Perpustakaan Senayan Library Management System 8 Akasia dan Integrated Library System 3.0 dengan Menggunakan ISO 9126. Medan:

Departemen Ilmu Perpustakaan dan InformasiFakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini dilakukan pada perangkat lunak otomasi Senayan Library Management System 8 Akasia dan Integrated Library System 3.0. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kualitas perangkat lunak otomasi Senayan Library Management System 8 Akasia dan Integrated Library System 3.0. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penelusuran (searching) di situs web perangkat lunak yang diteliti dan membuat daftar check list mengenai kualitas perangkat lunak otomasi perpustakaan berdasarkan instrumen ISO 9126.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa berdasarkan indikator ISO 9126 secara keseluruhan perangkat lunak otomasi Senayan Library Management System 8 Akasia dan Integrated Library System 3.0 memperoleh nilai yang sama dengan perbandingan 95,2% : 95,2%. Perangkat lunak Senayan Library Management System versi 8 Akasia dari 6 (enam) indikator 5 (lima) sudah terpenuhi yaitu fungsionality, effeciency, maintanability, portability dan usability.

Sedangkan aspek indikator yang belum terpenuhi oleh Senayan Library Management System versi 8 Akasia yaitu reliability. Untuk perangkat lunak Integrated Library System versi 3.0 dengan 6 (enam) aspek yang harus dipenuhi 5 (lima) diantaranya sudah dipenuhi, yaitu fungsionality, reliability, maintanability, portability dan usability. Sedangkan satu aspek yang belum dipenuhi oleh perangkat lunak Integrated Library System versi 3.0 yaitu effeciency. Kedua perangkat lunak sudah sangat baik untuk diterapkan pada perpustakaan.

Kata Kunci: Perangkat Lunak, Otomasi, SENAYAN 8 Akasia, INLISLite v3

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Perangkat Lunak Otomasi Perpustakaan Senayan Library Management System 8 Akasia dan Integrated Library System 3.0 menggunakan ISO 9126”. Skripsi ini diselesaikan sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi pada Fakultas Ilmu Budaya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan dalam berbagai hal, baik dari hasil penulisan, penyajian, maupun penguraian dari isinya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini sehingga dapat meningkatkan kemampuan penulis pada masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini juga penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu keberhasilan penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih kepada yang tersayang Ayahanda Hamsal Mikri dan Ibunda Ita Sari selaku orangtua penulis yang telah memberikan banyak bantuan moril dan materil kepada penulis yang tak ternilai harganya. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya USU.

2. Ibu Dr. Irawaty A. Kahar, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya.

3. Bapak Dr. Ahmad Ridwan Siregar S.H. M.Lib, selaku Pembimbing I, dimana beliau telah banyak memberikan bimbingan. Rasa penghormatan dan terima kasih yang sangat luar biasa atas waktu, dukungan, petunjuk dan nasehatnya kepada penulis.

4. Ibu Himma Dewiyana, ST, M.Hum, selaku Pembimbing II, dimana beliau juga telah banyak memberikan bimbingan, waktu, petunjuk serta nasehat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

(7)

5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama ini.

6. Adik-adikku Aulia Rahman, Nurul Fathonah dan Anwarul Fuadi yang memberikan dukungan pada penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Seluruh anggota keluarga besarku tercinta, terima kasih atas segala dukungan baik dari segi apapun serta do’a yang selalu menyertai selama penulisan skripsi ini.

8. Sahabatku Beby, Wanty, Fira, Maya, Kak Dey, Nurrahma, Firda, Nurwahyu, Rara, Lisa, Rahma, Munthe, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu-satu. Terimakasih telah memberi dorongan, motivasi, do’a dan bantuan dalam setiap keadaan penulis.

9. Bapak Aristianto Hakim selaku bagian pengembangan INLISLite yang membimbing penulis dalam menggumpulkan data mengenai INLISLite.

10. Kepada Araf Ali Wijaya Pasaribu yang membimbing perangkat lunak SLiMS dan teman-teman Stambuk 2012 terimakasih atas kebersamaannya.

11. Kepada vendor SLiMS dan INLISLite yang membantu dalam penulisan skripsi ini terutama dalam hal pengumpulan data.

12. Untuk geng author 94 Santhalines, Hanna, Santha dan Vinvin.

Terimakasih kebersamaannya selama ini, semoga kita ketemu langsung dan buat cerita bersama.

13. Untuk pembaca Allison Park yang tidak bisa disebut satu-satu yang memberikan support dan doa dalam menyelesaikan tulisan skripsi ini.

Terimakasih banyak ya. Buat Kak Mimi, Dewi Ayu dan Viyo yang jadi bahan curhatan skripsi penulis.

14. Untuk adik-adik kakak Mila, Fi, Dina, Mada juga semoga semangat skripsiannya.

Akhir kata, penulis juga menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan ini.

(8)

Medan, Oktober 2016 Penulis,

Nur Fatimah 120709008

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viiix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Sistem Otomasi Perpustakaan ... 8

2.1.1 Alasan Otomasi Perpustakaan ... 10

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Automasi Perpustakaan ... 11

2.1.3 Unsur-Unsur Otomasi Perpustakaan ... 12

2.1.4 Cakupan Otomasi Perpustakaan ... 18

2.2 Perangkat Lunak ... 19

2.2.1 Pengertian Perangkat Lunak ... 19

2.2.2 Pengelompokkan Perangkat Lunak ... 19

2.2.3 Perangkat Lunak Perpustakaan ... 23

2.3 Perangkat Lunak Otomasi SENAYAN ... 29

2.4 Perangkat Lunak Otomasi INLISLite ... 32

2.5 Evaluasi Perangkat Lunak ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Jenis Penelitian ... 42

3.2 Unit Analisis ... 42

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 43

(10)

3.4 Instrumen Penelitian ... 43

3.5 Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Informasi Perangkat Lunak Otomasi ... 47

4.2 Hasil Pengumpulan Data Check List ... 48

4.3 Analisis Data ... 49

4.3.1 Fungsi Produk Perangkat Lunak (Functionality) ... 49

4.3.2 Perawatan (Reliability) ... 64

4.3.3 Efisiensi (Efficiency) ... 67

4.3.4 Perubahan Perangkat Lunak (Maintainability) ... 73

4.3.5 Migrasi Perangkat Lunak (Portability) ... 81

4.3.6 Kemudahan Pengguna (Usability) ... 91

4.4 Rangkuman Hasil Pengumpulan Data ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

5.1 Kesimpulan ... 97

5.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Informasi Umum Perangkat Lunak Perpustakaan ... 24

Tabel 2. Fitur Khusus Perangkat Lunak Otomasi Perpustakaan ... 25

Tabel 3. Daftar Check List ... 44

Tabel 4. Hasil Pengumpulan Data Check List ... 48

Tabel 5. Indikator evaluasi fungsi perangkat lunak (functionality) ... 50

Tabel 6. Fitur-Fitur Pengolahan Data SENAYAN 8 Akasia ... 53

Tabel 7. Fitur-Fitur Pengolahan Data INLISLite v3 ... 55

Tabel 8. Indikator evaluasi perawatan (realibility) ... 64

Tabel 9. Indikator evaluasi efisiensi (efficiency)... 68

Tabel 10. Data pengujian load time pada SENAYAN 8 Akasia... 69

Tabel 11. Data pengujian load time pada INLISLite v3 ... 70

Tabel 12. Indikator evaluasi perubahan perangkat lunak (Maintainability) ... 74

Tabel 13. Sub Fitur Laporan pada INLISLite v3 ... 79

Tabel 14. Indikator evaluasi migrasi perangkat lunak (Portability) ... 81

Tabel 15. Hasil pengujian pada browser oleh SENAYAN 8 Akasia ... 82

Tabel 16. Hasil pengujian pada browser oleh INLISLite v3 ... 84

Tabel 17. Indikator evaluasi kemudahan pengguna (usability) ... 91

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Halaman Utama Perangkat Lunak SENAYAN 8 Akasia ... 51

Gambar 2. Halaman Utama Perangkat Lunak INLISLite v3 ... 52

Gambar 3. Fitur dan sub fitur dari SENAYAN 8 Akasia ... 54

Gambar 4. Fitur dan sub fitur pada INLISLite v3 ... 56

Gambar 5. Barcode pada Fitur SENAYAN 8 Akasia ... 57

Gambar 6. Barcode dan RFID pada INLISLite v3 ... 58

Gambar 7. Tampilan Entri Data MODS pada SENAYAN 8 Akasia ... 59

Gambar 8. Basis Data MySQL pada SENAYAN 8 Akasia ... 59

Gambar 9. Tampilan entri data MARC pada INLISLite v3 ... 60

Gambar 10. Basis data MySQL pada INLISLite v3 ... 61

Gambar 11. Cara membuat group user pada SENAYAN 8 Akasia ... 71

Gambar 12. Cara input user ke group user pada SENAYAN 8 Akasia ... 72

Gambar 13. Pengelolaan user pada INLISLite v3 ... 73

Gambar 14. Tampilan error dan penyebab terjadinya di SENAYAN 8 Akasia .... 75

Gambar 15. Tampilan error dan penyebab terjadinya di INLISLite v3 ... 76

Gambar 16. Sub fitur Statistik Koleksi pada SENAYAN 8 Akasia ... 79

Gambar 17. Fitur Statistik pada INLISLite v3 ... 80

Gambar 18. SENAYAN 8 Akasia dan INLISLite v3 berbagi basis data... 88

Gambar 19. Export Data pada layanan fitur SENAYAN 8 Akasia ... 89

Gambar 20. Impor data pada layanan fitur SENAYAN 8 Akasia ... 89

Gambar 21. Export Data pada layanan fitur INLISLite v3 ... 90

Gambar 22. Impor data pada layanan fitur INLISLite v3 ... 91

Gambar 23. Fitur layanan chat with member pada SENAYAN 8 Akasia ... 94

Gambar 24. Fitur layanan user pada INLISLite v3 ... 95

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Check List Pengumpulan Data ... 103

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ledakan informasi di era digital, berdampak pada kebutuhan masyarakat dalam menelusuri informasi yang dibutuhkan. Informasi terlahir dari pengalaman yang dikelola sedemikianrupa sehingga terciptanya pengetahuan baru yang beragam. Perpustakaan merangkum semua pengetahuan lama dan baru, menjadikannya pusat dari segala informasi berdasarkan fungsi dari perpustakaan.

Adanya perpustakaan, informasi dapat disebar dan dimanfaatkan oleh pengguna.

Hal ini mengharuskan perpustakaan meningkatkan pelayanannya kepada pengguna.

Perpustakaan sebagai salah satu media dan menyalur informasi yang cukup memegang peranan penting dalam berbagai institusi bisnis, akademik bahkan pemerintah. Untuk itu perpustakaan harus meningkatkan mutu pelayanannya. Sehingga pengguna tidak diharuskan mengakses informasi di perpustakaan langsung, namun bisa juga di akses luar perpustakaan. Informasi yang dikemas bukan dalam bentuk tercetak, melainkan dalam bentuk digital.

Maka perpustakaan membutuhkan bantuan teknologi informasi, agar pelayanan informasi perpustakaan dengan mudah mengenai sasaran yang ditunjuk.

Penerapan teknologi informasi di perpustakaan, diharapkan mampu mempercepat kinerjanya untuk pengguna atau juga untuk perpustakaan itu sendiri.

Dengan demikian, para pustakawan dapat menggunakan waktu lebihnya untuk

(15)

mengurusi perkembangan perpustakaan karena pekerjaan pustakawan sudah dialihkan ke komputer.

Perpustakaan yang menerapkan perangkat lunak disebut dengan sistem otomasi perpustakaan. Dengan kehadiran sistem otomasi, perpustakaan mengalami siklus kerja dari manual menjadi komputerisasi. Sistem otomasi juga tidak lepas dari perangkat pendukung dalam menjalankannya. Beberapa komponen yang harus disiapkan dalam mengimplementasikan otomasi perpustakaan yaitu pengadakan perangkat keras (hardware), memilih perangkat lunak (software) dan menyiapkan sumber daya manusia (brainware). Spesifikasi dari perangkat keras harus memenuhi kebutuhan dari perangkat lunak. Kualitas dari perangkat lunak harus dilakukan agar dapat menyesuaikan dengan perangkat keras dan memenuhi kebutuhan dalam menjalankan otomasi perpustakaan.

Demikian juga dengan sumber daya manusia harus mampu menguasai kedua komponen sebelumnya.

Peran dari perangkat lunak otomasi perpustakaan untuk menggelola pengelolaan cukuplah besar. Kehadiran dari Free Open Source Software (FOSS) memungkinkan perpustakaan mengembangkan sistem otomasi tanpa harus memikirkan pendanaan perangkat lunak karena perangkat lunak yang dibutuhkan dapat diperoleh secara gratis.

Saat ini perangkat lunak otomasi perpustakaan tersedia banyak yang dapat digunakan secara bebas oleh perpustakaan. Seperti yang dikatakan Azwar (2013, 24) “berbagai perangkat lunak digunakan dalam membangun sistem otomasi perpustakaan, antara lain Open Biblio, Koha, Avanti Library System,

(16)

PhpMyLibrary, Otomigen-X, Igloo, Athenaeum Light, SLiMS dan lainnya. Dan patut dibanggakan di antara software tersebut, seperti Otomigen-X, Igloo dan SLiMS diciptakan oleh sumber daya manusia bangsa Indonesia”. Perguruan tinggi di Indonesia sudah mengembangkan sendiri perangkat lunak untuk perpustakaannya, antara lain SIPUS 2000 oleh Universitas Gadjah Mada dan Lontar oleh Universitas Indonesia.

Perkembangan perangkat lunak otomasi perpustakaan terus dilakukan, sehingga beberapa vendor mengenalkan perangkat lunak andalannya agar digunakan oleh perpustakaan. Salah satu yang dikembangkan oleh Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional yaitu Senayan Library Management System, sering disebut juga dengan SLIMS. Perkembangan perangkat lunak otomasi perpustakaan ini disesuaikan berdasarkan teknologi yang dibutuhkan dengan menyelaraskan dengan kebutuhan perpustakaan. Sebagai perangkat lunak free open source software SLIMS berkembang dengan sangat cepat. Sejak diliris tahun 2007 sampai dengan sekarang, SLIMS sudah mengalami lima belas kali upgrade sistem dimulai dari Senayan 3 Stable3 hingga sekarang mencapai versi Senayan 8 Akasia. Berbagai perangkat luak yang digunakan untuk membangun SLiMS, antara lain Apache sebagai web browse, HTML (Hypertext Markup Language) sebagai bahasa pemrograman web, PHP (Hypertext Preprocessor) sebagai bahasa script yang disisipkan dalam HTML dan MySQL sebagai sistem manajemen database untuk menyimpan semua data. Metadata yang digunakan SLiMS adalah Metadata Object Description Schema (MODS). SLIMS memiliki fleksibilitas yang cukup tinggi dalam memenuhi kebutuhan

(17)

perpustakaan. Terbukti dengan digunakan oleh berbagai jenis perpustakaan, seperti perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan instansi, perpustakaan umum daerah, dan jenis perpustakaan lainnya. Jumlah pengguna SLIMS sudah tidak dihitung lagi jumlahnya. Bahkan banyak perpustakaan di luar negeri juga menggunakan SLIMS. Saat ini SLIMS sudah menerapkan dua belas bahasa.

Satu lagi perangkat lunak yang dikembangkan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu INLISLite. INLISLite merupakan perangkat lunak aplikasi otomasi perpustakaan yang dibangun dan dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) sejak tahun 2011.Penamaan INLIS diambil dari kata Integrated Library System, perangkat lunak perpustakaan dibangun sejak tahun 2003 untuk keperluan kegiatan rutin pengelolaan informasi perpustakaan di internal Perpusnas.Sejak diliris INLISLite sudah empat kali upgrade dari versi 1 dan sekarang versi 3.0. Perangkat dukungan untuk menjalankan INLISLite adalah MySQL sebagai manajemen database dan berbasis web. Fasilitas pengembangan basisdatabibliografis yang disediakan INLISLite adalah MARC. Pengembang INLISLite lebih berorientasi kepada pengembangan perpustakaan di Indonesia yang mau menerapkan INLISLite.

Bahasa yang digunakan INLISLitehanya satu yaitu bahasa Indonesia.

Pada SENAYAN 7 Cendana memiliki kekurangan dalam hal kompatibilitas web browser karena tidak semua web browser mampu menjalankan aplikasi ini dengan sempurna. Versi 7 Cendana ini dapat dijalankan pada Mozilla Firefox secara sempurna daripada web browser lainnya. Dengan

(18)

adanya pembaharuan versi 8 Akasia dapat memperbaiki dan mengembangkan sistem lebih baik dari sebelumnya. Untuk INLISLite v2.1.2 yang masih belum open source, pengaturan master data masih kurang dan kurangnya fitur kebutuhan perpustakaan. Sehingga pihak pengembang memperbaharui sistemnya ke versi 3.0 sebagai pengembangan, melengkapi dari kekurangan versi sebelumnya dan sudah open source.

Banyaknya perangkat lunak yang tersedia, baik yang komersial, freeware dan open source untuk otomasi perpustakaan justru menyebabkan Pustakawan kebingungan dalam memilih perangkat lunak yang akan digunakan di Perpustakaannya. Perangkat lunak perpustakaan seharusnya berdasarkan pada kebutuhan dan dapat disesuaikan dengan pemakainya. Pustakawan perlu berhati- hati dalam memilih perangkat lunak otomasi yang akan digunakan sehingga tidak terjadinya penyesalan di kemudian hari karena perangkat lunak juga memiliki kekurangan. Pustakawan perlu memperhatikan kemampuan perangkat lunak otomasi perpustakaan yang harus disesuaikan dengan fitur produknya dengan serangkaian fungsi untuk tujuan pengguna, memiliki presisi benar, keamanan akses, kemampuan berinteraksi dengan satu sistem dengan yang lain, memenuhi standar, kemampuan menghindari kegagalan, kemampuan mempertahankan kinerjanya, kemampuan membangun kembali tingkat kinerja dan memuligkan data yang rusak, respon dan waktu pengolahan yang sesuai, melakukan fungsi tertentu, mendiagnosis kekurangan atau penyebab kegagalan, dapat dimodifikasi, meminimalkan efek tak terduga dari modifikasi, dapat diadaptasikan pada lingkungan berbeda, penginstalan perangkat lunak, dapat berdampingan dengan

(19)

perangkat lunak lainnya dalam satu lingkungan, dapat mentransfer data, mudah dipahami, kemudahan dioperasikan dan tampilan menarik pengguna.

Penelitian ini melakukan pengukuran terhadap dua perangkat lunak perpustakaan Senayan Library Management System ver 8 Akasia dan Integrated Library System ver 3.0 dengan alasan kedua perangkat lunak dikembangkan oleh sumber daya manusia di Indonesia, kedua perangkat merupakan open source, kesamaan sistem manajemen database yaitu MySQL dan perbedaan metadata yang digunakan. Oleh sebab itu, Penulis tertarik melakukan penelitian mengenai

“Evaluasi perangkat lunak otomasi perpustakaan Senayan Library Management System 8 Akasia dan Integrated Library System 3.0 dengan menggunakan ISO 9126”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kualitas perangkat lunak Senayan Library Management System versi 8 Akasia dan Integrated Library System versi 3.0 berdasarkan ISO 9126?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas perangkat lunak Senayan Library Management Systemversi 8 Akasia dan Integrated Library System versi 3.0.

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan:

1. Bagi perpustakaan, agar menjadi masukan yang bermanfaat dalam memilih perangkat lunak yang dibutuhkan untuk menerapkan sistem otomasi perpustakaan.

2. Bagi pustakawan, agar menjadi bahan pembelajaran dalam penggunaan perangkat lunak otomasi perpustakaan.

3. Bagi pengembang perangkat lunak, dapat menjadi bahan masukan untuk pertimbangan penyesuaian perangkat lunak agar lebih baik lagi.

4. Bagi prodi Ilmu Perpustakaan, dapat menjadi bahan masukkan pembelajaran bidang Teknologi Informasi.

5. Peneliti selanjutnya, agar menjadi bahan rujukan tambahan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan evaluasi perangkat lunak otomasi perpustakaan.

6. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai sistem informasi perpustakaan.

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini membahas tentang evaluasi perangkat lunak otomasi perpustakaan dengan pendekatan functionality, reliability, efficiency, maintaibility, portability, dan usability pada Senayan Library Management System versi 8 Akasia dan Integrated Library System versi 3.0.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Otomasi Perpustakaan

Menurut Kadir (2015, 61) “sistem adalah sekumpulan elemen yang saling terkait atau terpadu yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan”. Setiap sistem memiliki tujuan (goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali.

Sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur (O’brien 2005, 29).

Menurut Kadir (2015,62) suatu sistem mempunyai elemen-elemen yang membentuknya yaitu:

1. Tujuan, 2. Masukan.

3. Keluaran, 4. Proses,

5. Mekanisme pengendalian, dan 6. Umpan balik.

Berdasarkan penjabaran pengertian sistem di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan sistem adalah bentuk jaringan kerja yang memiliki komponen saling mendukung dan berkerjasama dalam mencapai suatu sasaran atau tujuan tertentu.

Istilah dari otomasi, automasi dan otomatisasi adalah sama. Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (2000, 805) “otomatisasi dalam pengertiannya adalah penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin yang secara otomatis

(22)

melakukan dan mengatur pekerjaan sehingga tidak memerlukan lagi pengawasan manusia”.

Sedangkan menurut Sulistyo-Basuki (1994,95) pengertian otomasi adalah

“konsep atau hasil membuat swatindak atau swakendali dengan menghilangkan campur tangan manusia dalam proses tersebut”.

Dari beberapa pengertian di atas penulis memberikan suatu kesimpulan bahwa otomasi adalah suatu proses kegiatan yang penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin untuk mengerjakan kegiatan rutin sehingga hanya membutuhkan sedikit campur tangan dari manusia.

Dalam konteks perpustakaan, otomasi adalah cara untuk membuat sistem pengelolaan perpustakaan secara otomatis dengan menggunakan bantuan teknologi komputer. Sistem otomatisasi menurut Pendit (2008, 222) dijelaskan sebagai berikut:

Sistem otomatisasi (library automation system) adalah seperangkat aplikasi komputer untuk kegiatan di perpustakaan terutama bercirikan penggunaan pangkalan data ukuran besar dengan kandungan cantuman tekstual yang dominan dan dengan fasilitas utama dalam hal menyimpan, menemukan dan menyajikan informasi.

Sedangkan menurut Sulistyo Basuki (1995, 96) automasi perpustakaan yaitu:

Automasi perpustakaan adalah salah satu aspek pemanfaatan teknologi informasi untuk kepentingan perpustakaan mulai dari pengadaan pengatalogan hingga ke jasa pelayanan informasi informasi bagi pembaca.

Atau sering juga disebut dengan istilah komputerisasi perpustakaan.

Dari berbagai definisi si atas dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi otomasi perpustakaan adalah pemanfaatan perangkat teknologi informasi yang meliputi perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dalam rangka

(23)

melaksanakan tugas perpustakaan mulai dari pengadaan bahan pustaka, pengolahan, pelayanan dan penyusunan laporan.

2.1.1 Alasan Otomasi Perpustakaan

Setiap perpustakaan mempunyai alasan-alasan tertentu untuk memudahkan kinerjanya dari mengalihkan sistem manual menjadi suatu sistem yang berbasis komputer. Walaupun alasan-alasan tersebut ada yang bersifat spesifik untuk perpustakaan tertentu, tetapi biasanya terdapat beberapa alasan yang berlaku umum untuk semua perpustakaan. Menurut Saleh (1996) alasan mengapa otomasi diperlukan pada perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Adanya tuntutan mutu layanan perpustakaan

Tuntutan para pemakai perpustakaan saat ini sangat beragam pemakai yang datang ke perpustakaan selain meminjam buku, mereka juga mencari layanan-layanan lain seperti layanan internet, layanan audio visual, layanan multimedia dan lain-lain. Selain itu pemakai juga menginginkan layanan aktif perpustakaan berupa layanan penelusuran secara online dan layanan penelusuran CD ROM dan lain-lain.

2. Adanya tuntutan terhadap efisiensi waktu

Sebelum adanya automasi perpustakaan, pemakai mungkin sudah puas dengan layanan penelusuran artikel bila artikel-artikel dapat ditemukan, sekalipun layanan tersebut memakan waktu dampai berminggu-minggu. Sebagai pemakai menuntut layanan yang tepat.

3. Keragaman media informasi yang dikelola

Media informasi yang ada di perpustakaan saat ini tidak hanya terbatas kepada buku dan jurnal ilmiah saja. Informasi-informasi lain seperti multimedia, audio visual kini banyak dikoleksi oleh perpustakaan.

4. Kebutuhan akan ketepatan layanan informasi

Selain kecepatan dalam memperoleh informasi, pemakai juga membutuhkan ketepatan informasi yang didapatkannya dari perpustakaan.

Pertanyaan-pertanyaan tentang informasi secara spesifik harus bisa dijawab secara spesifik pula. Dengan bantuan teknologi komputer pertanyaan-pertanyaan ini bisa dijawab dengan cepat dan tepat.

Sedangkan faktor pengerak dari otomasi perpustakaan menurut Arif (2003, 1) adalah:

(24)

1. Kemudahan mendapatkan produk teknologi informasi

2. Harga semakin terjangkau untuk memperoleh produk teknologi informasi

3. Kemampuan dari teknologi informasi 4. Tuntutan layanan masyarakat serba “klik”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa alasan yang menyebabkan perpustakaan mengalihkan sistemnya ke otomasi perpustakaan adalah untuk mengembangkan suatu sistem perpustakaan berbasis komputer, memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan dengan mengefisiensikan dan memudahkan pekerjaan perpustakaan, memudahkan kinerja pustakawan dan tidak membutuhkan waktu lama untuk mencari informasi.

Pustakawan dapat mengalihkan kerjanya ke bidang lain karena pekerjaan sudah dialihkan ke komputer, fungsi pustakawan hanya mengontrol kegiatannya. Untuk meningkatkan citra perpustakaan serta pengembangan infrastruktur nasional, regional dan global.

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Automasi Perpustakaan

Otomasi perpustakaan diperlukan untuk meningkatkan mutu layanan kepada pengguna dan dapat meningkatkan kemampuan perpustakaan agar dapat melakukan pertambahan koleksi, transaksi, dan resource sharing dengan perpustakaan lainnya.

Fungsi otomasi pada perpustakaan menurut Sukirno (2008) yang dikutip oleh Sari (2012, 91):

1. Fungsi pengganti sebagai pekerjaan manual menjadi otomasi

2. Fungsi pengetahuan pekerjaan rutin secara otomatis, sehingga fungsi pengaturan manusia berkurang

3. Fungsi informasi, fungsi yang didasarkan pada komunikasi data jaringan kerja komputer dengan berbagai jenis bahasa

4. Fungsi komputasi didasarkan atas data

(25)

5. Fungsi koordinasi yaitu fungsi berdasarkan pada sistem informasi manajemen, pengajaran berbantu komputer, pelaksanaan penelitian dan membuat model.

Menurut Harmawan (2009, 6-7) tujuan otomasi perpustakaan adalah sebagai berikut:

1. Mengatasi keterbatasan waktu

2. Mempermudah akses informasi dari berbagai pendekatan minsalnya dari judul, kata kunci judul, pengarang, kata kunci pengarang dan sebagainya

3. Dapat dimanfaatkan secara bersama-sama

4. Mempercepat proses pengolahan, pemimjaman dan pengembalian 5. Memperingan pekerjaan

6. Meningkatkan layanan

7. Memudahkan dalam pembuatan laporan statistik 8. Menghemat biaya

9. Menumbuhkan rasa bangga

10. Mempermudah dalam pelayanan untuk kepentingan akreditasi.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa otomasi perpustakaan bertujuan untuk meningkatkan mutu layanan terutama efesiensi dan efektifitas kerja pada perpustakaan. Dengan otomasi, beberapa pekerjaan manual dapat dipercepat, dipermudah dan diefisiensikan. Selain itu proses pengolahan bahan pustaka jauh lebih akurat dan dapat ditelusur dengan cepat. Dengan demikian para pustakawan dapat menggunakan waktu lebihnya untuk mengurusi pengembangan perpustakaan lainnya karena beberapa pekerjaan yang manual sudah diambil alih oleh komputer.

2.1.3 Unsur-Unsur Otomasi Perpustakaan

Dalam sebuah sistem otomasi perpustakaan terdapat beberapa unsur atau syarat yang paling mendukung dan terkait satu dengan lainnya. Unsur-unsur atau syarat otomasi perpustakaan menurut Arif (2003, 4-5) yaitu:

(26)

1. Pengguna (users)

2. Perangkat Keras (Hardware) 3. Perangkat Lunak (Software) 4. Network / Jaringan

5. Perangkat Data 6. Manual

2.1.3.1 Pengguna (users)

Pengguna merupakan unsur utama dalam sebuah sistem automasi perpustakan. Dalam pembangunan sistem perpustakaan hendaknya selalu dikembangkan melalui konsultasi dengan pengguna-penggunanya yang meliputi pustakawan, staf yang nantinya sebagai operator atau teknisi serta para anggota perpustakaan. Apa misi organisasi tersebut? Apa kebutuhan informasi mereka?

Seberapa melek komputerkah mereka? Bagaimana sikap mereka? Apakah pelatihan dibutuhkan? Itu adalah beberapa pertanyaan yang harus dijawab dalam mengembangkan sebuah sistem automasi perpustakaan. Automasi Perpustakaan baru bisa dikatakan baik bila memenuhi kebutuhan pengguna baik staf maupun anggota perpustakaan. Tujuan daripada sistem automasi perpustakaan adalah untuk memberikan manfaat kepada pengguna.

Konsultasikan dengan pengguna untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan mereka. Namun perlu hati-hati terhadap penilaian keliru yang dilakukan oleh pengguna mengenai kebutuhan dan persepsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh suatu sistem komputer . Kebutuhan dapat dirincikan terlalu banyak atau terlalu sedikit dan kadang-kadang persepsi bisa juga keliru.

Staf yang bersangkutan harus dilibatkan mulai dari tahap perencanaan dan pelaksanaan sistem. Masukan dari masing-masing staf harus dikumpulkan untuk menjamin kerjasama mereka. Tenaga-tenaga inti yang dilatih untuk menjadi

(27)

operator, teknisi dan adminsitrator sistem harus diidentifikasikan dan dilatih sesuai bidang yang akan dioperasikan.

2.1.3.2 Perangkat Keras (Hardware)

Komputer adalah sebuah mesin yang dapat menerima dan mengolah data menjadi informasi secara cepat dan tepat. Pendapat lain mengatakan bahwa komputer hanya sebuah komponen fisik dari sebuah sistem komputer yang memerlukan program untuk menjalankannya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komputer adalah sebuah alat dimana kemampuanya sangat tergantung pada manusia yang mengoperasikan dan software yang digunakan.

Kecenderungan perkembangan komputer :

1) Ukuran fisik mengecil dengan kemampuan yang lebih besar 2) Harga terjangkau (murah)

3) Kemampuan penyimpanan data berkapasitas tinggi

4) Transfer pengiriman data yang lebih cepat dengan adanya jaringan

Dalam memilih perangkat keras yang pertama adalah menentukan staf yang bertanggung jawab atas pemilihan dan evaluasi hardware sebelum transaksi pembelian.

Adanya staf yang bertanggung jawab adalah untuk mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain dan menghindari dampak buruk yang mungkin timbul. Hal lain adalah adanya dukungan teknis serta garansi produk dari vendor penyedia komputer.

(28)

2.1.3.3 Perangkat Lunak (Software)

Perangkat lunak diartikan sebagai metode atau prosedur untuk mengoperasikan komputer agar sesuai dengan permintaan pemakai.

Kecenderungan dari perangkat lunak sekarang mampu diaplikasikan dalam berbagai sistem operasi, mampu menjalankan lebih dari satu program dalam waktu bersamaan (multi-tasking), kemampuan mengelola data yang lebih handal, dapat dioperasikan secara bersamasama (multi-user).

Sistem Informasi Perpustakaan ini difungsikan untuk pekerjaan operasional perpustakaan, mulai dari pengadaan, katalogisasi, inventarisasi, keanggotaan, OPAC, pengelolaan terbitan berkala, sirkulasi, dan pekerjaan lain dalam lingkup operasi perpustakaan.

Pilihan apapun yang dijatuhkan, software harus:

1) Sesuai dengan keperluan 2) Memiliki ijin pemakaian

3) Ada dukungan teknis, pelatihan , dokumentasi yang relevan serta pemeliharaan.

4) Menentukan staf yang bertanggungjawab atas pemilihan dan evaluasi software. Memilih dan membeli perangkat lunak merupakan suatu proses tersedianya dukungan pemakai, karena diperlukan banyak pelatihan dan pemecahan masalah sebelum sistem tersebut dapat berjalan dengan baik.

Salah satu cara untuk memastikan dukungan pelanggan adalah memilih perangkat lunak yang digunakan oleh sejumlah perpustakaan.

Sekelompok besar pengguna biasanya menjustifikasikan layanan

(29)

dukungan pelanggan sebagai hal yang subtansial. Selain itu, pengguna dapat saling membantu dalam pemecahan masalah. Spesifikasi perangkat keras harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan minimum operasi perangkat lunak.

Menurut Kumar (2007) dalam menyeleksi perangkat lunak otomasi perpustakaan dinilai melalui:

1. Temuan dari perangkat lunaknya (pengembang dari perangkat lunak).

2. Lisensi dari perangkat lunak (memiliki standar perangkat lunak).

3. Fungsi modul perangkat lunak (fitur modul sesuai dengan kebutuhan).

4. Stabil dalam pelirisan versinya (stabil dalam memperbaharui perangkat lunak).

5. Memiliki pengembang dan komunitas pengguna.

6. Antarmuka pengguna

7. Dokumentasi (laporan dalam output perpustakaan jelas).

Selain itu, Kamble (2012, 2) berpendapat dalam menilai perangkat lunak otomasi perpustakaan harus memiliki:

1. Kualitas produk 2. Fitur dan fungsi

3. Pelatihan staf dan layanan dukungan 4. Operasi dari sistem

5. Handware dan software yang dibutuhkan

6. Fungsionalitas: modul apa yang tersedia dan nilai fungsi yang ada 7. Antarmuka pengguna: navigasi, peringatan kesalahan, intuitif dan

kostumisasi.

8. Desain: fleksibilitas, dapat beralih dari modul satu ke lainnya, modul multifungsi, apakah desaun meningkatkan produktivitas

9. Standar terkonfirmasi: MARC, 239.50, ISO-2709

10. Skalabilitas: menggunakan tunggal jaringan multi-user, hal ini dapat digunakan di client server LAN arsitektur atau arsitektur web- browsing.

11. Kostumisasi dapat dikendalikan oleh pengguna.

12. Laporan membantu pengambilan keputusan 13. Tingkat keamanannya

14. Dapat migrasi data atau transfer data.

(30)

2.1.3.4 Network / Jaringan

Jaringan komputer telah menjadi bagian dari automasi perpustakaan karena perkembangan yang terjadi di dalam teknologi informasi sendiri serta adanya kebutuhan akan pemanfaatan sumber daya bersama melalui teknologi.

Komponen perangkat keras jaringan antara lain : komputer sebagai server dan klien, Network Interface Card ( LAN Card terminal kabel (Hub), jaringan telepon atau radio, modem. Hal yang harus diperhatikan dalam membangun jaringan komputer adalah :

1) Jumlah komputer serta lingkup dari jaringan (LAN, WAN)

2) Lokasi dari hardware : komputer, kabel, panel distribusi, dan sejenisnya 3) Protokol komunikasi yang digunakan

4) Menentukan staf yang bertanggun jawab dalam pembangunan jaringan.

2.1.4.1 Perangkat Data

Data merupakan bahan baku informasi, dapat didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, fakta, tindakan, benda, dan sebagainya. Data terbentuk dari karakter, dapat berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus seperti *, $ dan /. Data disusun mulai dari bits, bytes, fields, records, file dan database.

Sistem informasi menerima masukan data dan instruksi, mengolah data tersebut sesuai instruksi, dan mengeluarkan hasilnya. Fungsi pengolahan informasi sering membutuhkan data yang telah dikumpulkan dan diolah dalam periode waktu sebelumnya, karena itu ditambahkan sebuah penyimpanan data file (data file storage) ke dalam model sistem informasi; dengan begitu, kegiatan

(31)

pengolahan tersedia baik bagi data baru maupun data yang telah dikumpulkan dan disimpan sebelumnya.

2.1.3.5 Manual

Manual atau biasa disebut prosedur adalah penjelasan bagaimana memasang, menyesuaikan, manjalankan suatu perangkat keras atau perangkat lunak. Prosedur merupakan aturan-aturan yang harus diikuti bilamana menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak. Banyak peripheral perangkat keras maupun sistem tidak berjalan dengan optimal karena dokumentasi yang tidak memadai atau pengguna tidak mengertu manual yang disediakan. Manual harus dibaca dan dimengerti walau serumit apapun. Manual adalah kunci bagi kelancaran sistem.

Manual atau prosedur dapat juga mencakup kebijakan-kebijakan khususnya dalam lingkungan jaringan dimana pemasukan dan pengeluaran data membutuhkan format komunikasi bersama. Pertemuan-pertemuan mungkin perlu sering diadakan diantara anggota-anggota jaringan untuk menentukan standar- standar dan prosedur-prosedur.

2.1.4 Cakupan Otomasi Perpustakaan

Sistem perpustakaan pada dasarnya mencakup seluruh kegiatan rutinitas perpustakaan, antara lain pada pengadaan, pengatalogan, pengawasan, sirkulasi dan pengawasan serial. Cakupan otomasi perpustakaan menurut Arif (2003, 2), sebagai berikut:

1) Pengadaan koleksi

2) Katalogisasi, inventarisasi

3) Sirkulasi, reserve, inter-library loan 4) Pengelolaan penerbitan berkala

(32)

5) Penyediaan katalog (OPAC)) 6) Pengelolaan anggota.

2.2 Perangkat Lunak

2.2.1 Pengertian Perangkat Lunak

Dalam menjalankan komputer, diperlukan perangkat yang dapat mengintruksi kegiatan komp uter sehingga bisa berjalan sesuai perintah, disebut perangkat lunak (software). Menurut Kadir (2015, 202) menjelaskan tentang perangkat lunak:

Komputer tidak akan berguna tanpa keberadaan perangkat lunak (software). Komputer bekerja atas dasar intruksi. Sekumpulan instruksi diberikan untuk mengendalikan perangkat keras komputer. Sekumpulan instruksi inilah yang dikenal dengan sebutan program atau program komputer. Secara lebih umum, program komputer inilah yang disebut perangkat lunak.

Menurut Scott (1999, 21) “software atau perangkat lunak adalah program komputer yang fungsinya mengarahkan kegiatan pemrosesan dari komputer”.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa perangkat lunak adalah suatu program komputer yang berfungsi untuk mengarahkan atau mengontrol perangkat keras (hardware).

2.2.2 Pengelompokkan Perangkat Lunak

Perangkat lunak biasa dikelompokkan menjadi program aplikasi (aplication program) dan program sistem (system program), sebagaimana dijelaskan menurut Kadir (2015,179).

a) Program aplikasi (aplication program)

Program aplikasi (sering disebut aplikasi saja) adalah program yang dibuat oleh pemakai yang ditujukan untuk melakukan tugas khusus. Program seperti ini biasa dikelompokkan menjadi dua yaitu program aplikasi serba guna dan program aplikasi spesifik.

(33)

1) Program aplikasi serbaguna

Program aplikasi yang dapat digunakan oleh pemakai untuk melaksanakan hal-hal yang bersifat umum (misalnya untuk membuat dokumen atau untuk mengirim surat secara elektronis) serta mengotomasikan tugas-tugas individual yang bersifat berulang (minsalnya melakukan perhitungan-perhitungan yang bersifat rutin). Termasuk untuk kategori ini antara lain adalah DBMS sederhana, Web Browser, surat elektronis, pengolah kata (word processor), lembar kerja (spreadsheet) dan program presentasi.

Program aplikasi serbaguna seringkali disebut perangkat lunak pemakai akhir (end-user software).

2) Program aplikasi spesifik

Program yang ditujukan untuk menangani hal-hal yang sangat spesifik.

Minsalnya, program pada sistem POS (point-of-scale) dan ATM. Termasuk dalam kategoriini adalah program yang disebut sebagai paket aplikasi atau perangkat lunak paket. Contohnya Deac Easy Accounting (DEA) yang dipakai untuk menangani masalah akuntasi.

b) Program Sistem (system program)

Program sistem (sering disebut perangkat lunak pendukung atau support software) adalah program yang digunakan untuk mengontrol sumber daya komputer, seperti CPU dan peranti masukan/ keluaran. Kedudukan program ini adalah sebagai perantara antara program aplikasi dan perangkat keras komputer. Itulah sebabnya, peran program sistem sering kali tidak terlihat secara langsung. Program sistem dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu program pengendali sistem, program pendukung sistem, dan program pengembangan sistem.

1) Program Pengendali Sistem

Program yang mengendalikan pemakaian perangkat keras, perangkat lunak dan data pada komputer selama program ini dijalankan. Misalnya, sistem operasi.

2) Program pendukung sistem

Program yang mendukung operasi, manajemen, dan pemakai sistem komputer dengan menyediakan bermacam-macam layanan. Termasuk dalam kelompok ini adalah program utilitas, pemantauan kerja sistem, dan pemantau keamanan.

3) Program pengembangan sistem

Program yang ditujukan untuk membantu pemakai dalam membuat/

mengembangkan program. Termasuk dalam kategori ini yaitu kompailer dan interpreter.

Berkaitan dengan perangkat lunak, ada jenis perangkat lunak yang harus menggunakan biaya bila mendapatkannya. Sebagaimana dijelaskan oleh Kadir (2015, 209) pelangkat lunak menggunakan biaya dapat dikelompokkan sebagai berikut:

(34)

a) Perangkat lunak komersial

Perangkat lunak komersial adalah perangkat lunak yang harus dibeli kalau pemakai bermaksud menggunakannya. Perangkat lunak seperti Microsoft Office merupakan contoh perangkat lunak komersial.

Beberapa vendor menyediakan versi “tril”. Perangkat lunak seperti ini diedarkan secara gratis dan memungkinkan pemakai dapat melaukan percobaan terlebih dahulu. Namun, pemakaiannya hanya dalam jangka waktu tertentu, misalnya 30 hari, dan setelah itu perangkat lunak tersebut tak dapat digunakan lagi. Versi trial biasanya juga tidak selengkap versi komersialnya.

b) Shareware

Shareware adalah perangkat lunak yang bisa digunakan oleh pemakai dengan tujuan untuk evaluasi selama masa tertentu tanpa membayar sama sekali dan jika sesudah masa tersebut berlalu pemakai bermaksud tetap menggunakannya maka ia perlu membayar ke pembuat perangkat lunak tersebut. Berbeda dengan versi trial, shareware tidak memiliki masa kadaluwarsa. Artinya, pemakai tetap dapat menggunakan perangkat lunak tersebut walaupun batas uji coba telah berakhir.

Umumnya pembuat shareware menyediakan layanan untuk konsultasi manual tercetak, pemutakhiran ke versi yang lebih baru secara gratis, dan terkadang memberikan bonus berupa perangkat lunak yang lain.

c) Freeware

Freeware adalah perangkat lunak yang dapat dipakai oleh siapa pun tanpa perlu membayar sama sekali.

Pada saat ini juga muncul kecendrungan yang tidak terbatas hanya pada penggunaan perangkat lunak dalam bentuk binernya yang gratis, tetapi pemakai juga disodori bentuk kode sumbernya tanpa perlu membayar apa pun. Istilah open source unutk menyatakan keadaaan seperti ini cukup populer pada dewasa ini.

d) Open source

Sebelum istilah open source populer digunakan, perangkat lunak yang tersedia dalam bentuk biner maupun kode sumber biasa disebut free software. Menurut Stallman (1999), sebuah program dikatakan free software bagi pemakai jika:

1) Pemakai memiliki kebebasan untuk menjalankan program tersebut untuk tujuan apa saja.

2) Pemakai memiliki kebebasan untuk mengubah program sesuai dengan kebutuhannya. (Untuk mewujudkan kebebasan ini secara efektif dalam praktek, pemakai harus memiliki akses terhadap kode sumber, karena membuat perubahan dalam tanpa memiliki kode sumber sangatlah sulit.

3) Pemakai memiliki kebebasan untuk mendistribusikan kembali salinannya baik secara gratis atau dengan biaya.

(35)

4) Pemakai memiliki kebebasan untuk mendistribusikan versi hasil modifikasi dari program sehingga komunitas dapat memperoleh manfaat dari pengembangan pemakai.

Jadi, pengerian “free” pada free software cenderung kearah kebebasan (freedom) dan bukannya free dalam arti gratis. Stallman bersama rekan-rekannya mendirikan Free Software Foundation pada tahun 1985 dengan tujuan untuk memperkuat pengembangan free software. Stallman (1999) juga menjelaskan bahwa free software dan open source sebenarny amenyatakan keadaan yang sama terhadap perangkat lunak, tetapi memiliki perbedaan pandangan. Dapat dikatakan bahwa open source menekankan pada kebebasan dari pengontrolan oleh pihak lain.

Istilah open source dicanangkan oleh Eric Raymond pada tahun 1998 dan dimaksudkan untuk menghilangkan makna “free” dalam bahasa inggris yang sangat membingungkan karena memiliki arti yang bermacam- macam.

Open source timbul dari ide bahwa seandainya setiap orang dapat berpartisipasi dalam megembangkan suatu perangkat lunak tentu perangkat lunak tersebut akan segera berevolusi menuju tingkat kesempurnaan. Dengan cara seperti ini, perangkat lunak dapat dikembangkan tanpa membutuhkan wadah berupa perusahaan.

Sebagaimana dikatakan oleh Momjian (2000), open source memberikan keuntungan:

1) Tak perlu struktur perusahaan, sehingga tak ada biaya maupun batasan ekonomis.

2) Pengembangan program tak di batasi oleh staf pemrograman yang digaji, tetapi memanfaatkan kemampuan dan pengalaman kelompok pemrograman yang berada di internet.

3) Umpan balik pemakai difasilitasi sehingga memungkinkan pengujian berupa program oleh banyak pemakai dalam waktu yang singkat.

4) Pengembangan program dapat didistribusikan oleh pemakai dengan cepat.

Definisi resmi open source tercantum pada situs http://www.opensource.org/osd.html. secara prinsip, open source memperkenankan siapa saja untuk mendistribusikan perangkat lunak yang tergolong sebagai open source secara gratis atau dengan bayaran dan tak ada royalti atau kompensasi yang diberikan. Prinsip penting lainnya adalah bahwa sekiranya terdapat orang yang mengubah kode sumber, referensi terhadap pencipta asalnya tetap perlu dituliskan, sebagai bentukpenghargaan.

Berdasarkan pengelompokkan jenis-jenis pengelompokkan perangkat lunak dapat disimpulkan bahwa setiap jenis perangkat aplikasi berbeda kegunaan pada pemakai atau ditujukan pada pemakai memiliki tugas yang lebih spesifik.

(36)

Ada juga perangkat sistem yang digunakan sebagai pengontrol, kedudukannya sebagai perantara antara program aplikasi dan perangkat keras. Perangkat lunak berdasarkan biaya yaitu perangkat lunak komersial, shareware, freeware dan open source.

2.2.3 Perangkat Lunak Perpustakaan

Perangkat lunak merupakan bagian dari unsur-unsur otomasi perpustakaan. Perangkat lunak yang dapat mengoperasikan dengan fiturnya untuk mengelola operasional perpustakaan, mulai dari pengadaan, katalogisasi, inventarisasi keanggotaan, OPAC, pengelolaan terbitan berkala, sirkulasi dan pekerjaan dalam lingkup operasi perpustakaan.

Sekarang perangkat lunak perpustakaan tersedia dari para pengembangnya, baik luar negeri maupun dalam negeri. Perangkat lunak perpustakaan ada yang berbayar dan juga free open source. Menurut Maryanto (2012) yang merupakan pakar Linux menjabarkan FOSS dengan software proprietary (perangkat lunak berbayar) dikutip oleh (Azwar, 2013) yaitu:

FOSS makin banyak digunakan organisasi, perusahaan, pendidikan pemerintahan dan lain-lain. Hal ini dikarenakan beberapa hal, seperti menghemat biaya total kepemilikan software, karena biaya lisensinya gratis atau sangat rendah dibandingkan software proprietary. FOSS jelas memberikan lebih banyak kebebasan dibandingkan software proprietarykarena ketersediaan kode sumber program yang boleh dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan. FOSS juga relatif lebih aman dari gangguan virus atau malware lainnya.

Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran pustakawan akan pentingnya pengetahuan di bidang teknologi informasi, banyak perpustakaan di Indonesia menggunakan FOSS dalam pengelolaan perpustakaan. Baik untuk kebutuhan sistem otomasi digitalisasi, membuat website perpustakaan atau

(37)

kebutuhan lainnya. FOSS perangkat lunak otomasi perpustakaan sudah banyak tersedia dan dapat digunakan secara bebas oleh perpustakaan.

Menurut Salve (2012, 3) adapun free open source software perpustakaan yang dikembangkan oleh luar negeri pada tabel berikut:

Tabel 1. Informasi Umum Perangkat Lunak Perpustakaan

Perangkat lunak Pengembang Hak ijin Site Versi Unduhan

Koha Katipo

Communications for horowhenua Library trust

GNU-GPL http://koha- community.org/

3.6.4. 22 Februari 2012

Newgenlib Verus Solutions Pvt Ltd. Domain

GNU-GPL http://www.veru ssolutions.biz/

NewGenLib 3.0.3 U2

EverGreen Georgia Public Library Service / Public Information Network for

Electronic Services (PINES)

GNU-GPL http://evergreen- ils.org

Evergreen 2.2 Alpha 3rilis pada tanggal 12 Maret 2012

OpenBiblio Open Biblio Community

GNU-GPL http://obiblio.so urceforge.net/

Versi 0.7.1 pada tanggal 18 Maret, 2012

OPALS-NA New York State School Not Given

GNU-GPL http://www.opal s-na.org/

Library Systems

AvantiMicroLCS Peter Schlumpf GNU-GPL http://www.avan tilibrary

Avanti systems.com MicroLCS

version 1.0, beta 3

ABCD BIREME (WHO,

Brazil)

ABCD http://fmv.jku.at/

abcd/#download

abcd-0.3.tar.gz

Emilda Realnode Ltd in cooperation with SDU

GNU-GPL www.emilda.org /Emilda

1.2.3 rilis 29 Juni 2005

WEBLIS Henryk Rybinski Freeware http://www.unes co.org/isis

Updated versi padaAgustus PhpMyLibrary Polerio Baboa GNU-GPL http://sourceforg

e.net/projects/ph pmylibrary/

2.2.1 pada 30 Juni 2006

Glibm (GNU Library Management System)

GNU Library

Management Project community

GNU-GPL http://sourceforg e.net/projects/gli bs/

Glibms 0.0.7

(38)

Perangkat lunak Pengembang Hak ijin Site Versi Unduhan Java Book

Cataloguing System

Community support LGPL http://sourceforg e.net/projects/j biblioteca/files/

0.002

Tabel 2. Fitur Khusus Perangkat Lunak Otomasi Perpustakaan Software

package

Written in languages

Requirement Platform Berguna Standar Modul Fitur

Koha Perl Apache web

server, MyQsl database, Perl, KohaW32 install

Unix, Linux, Windows

Small and big libraries

Z39.50, SRU, and SIP2, MARC, AGRIS, OAIPM H

OPAC, Full Cataglogue, Circulation, Serials, Acquisition, Patron Management, Branch Management, Resevation NewGenLib Perl J2SE kit,

PostgreSQL, Jboss

Application Server, Java Runtime Environment, Newgenlib files, backup in plain SQL, newgenlib.ear

Windows, Linux

Small ro big libraries

MARC- 21, MARC- XML, AGRIS, z39.50, SRU/W, OAI- PMH

Acquisitions, Cataloguing, Serial

management, Circulation Administration , MIS report, And of Day Process

EverGreen C, Perl, XUL, JS

PostgreSQL, OpenSRF, Evergreen

Windows, Mac, Linux

Small and big libraries like consortiu m

Z39.50, SRU Server

Acquisitions, Cataloguing, Circulation Administration , Inter-Library Loan, OPAC Openbiblio PHP PostgreSQL

or MySql, Apache, XAMPP

Windows, Linux

Small and medium size

Z39, MARC

Cataloguing, OPAC, Circulation, Report

(39)

Software package

Written in languages

Requirement Platform Berguna Standar Modul Fitur OPALS-NS Perl,

Zebra, MySql

MySQL Linux,

Windows, Macintosh

School library

MARC, Z39.50

OPAC, Cataloguing, Circulation, Inventory, Admin, Report, Union

Catalogue, Intern-library Loan

Preferences Avanti

MicroLCS

Java Not Given Platform independe nt

Small libraries

MARC, Z39.50

Circulation, Catalogue, OPAC ABCD Java ISIS database Windows Small to

big

Z39.50, MARC, CEPAL And AGRIS, OAI- PMH

Administration , Cataloguing, Acquisition, Loan, OPAC, ABCD site, Serial Control

Emilda MySql

and Zebra

Aoache, MySql, PHP, Pearl, Sebra Server from index data as backend server

Linux Small to medium size library

Z39.50, MARC

OPAC, Circulation, Administration

WEBLIS Xitami, Apache, IIS

CDS/ISI, Libcat database

Window, Unix

Small to medium size

AGRIS Cataloguing system, OPAC (Search), LOAN module, Statistical module PhpMyLibrary PHP,

PL/SQL.

Phython

MySql, Apace, PHP, PhpMyAdmin

Linux, Windows

Medium USMAR

C

Asquisition, Cataloguing, Circulation, WebOPAC PhpMyLibrary PHP,

PL/SQL.

Phython

MySql, Apace, PHP, PhpMyAdmin

Linux, Windows

Medium USMAR

C

Asquisition, Cataloguing, Circulation, WebOPAC

(40)

Software package

Written in languages

Requirement Platform Berguna Standar Modul Fitur GNU Library

Management System (Glibms)

PHP PostgreSql Linux, Mac, Windows, Solaris

Small libraries

MARC Cataloguing, Circulation, OPAC Java Book

Cataloging System

Java RDMS

backend database

Windows, Linux, Mac OS, BSD, Solaris

Small libraries

MARC Cataloguing

GNU Library Management System (Glibms)

PHP PostgreSql Linux, Mac, Windows, Solaris

Small libraries

MARC Cataloguing, Circulation, OPAC Java Book

Cataloging System

Java RDMS

backend database

Windows, Linux, Mac OS, BSD, Solaris

Small libraries

MARC Cataloguing

Dari Tabel di atas merupakan bagian dari perangkat lunak yang dikembangkan oleh luar negri. Sebagian besar sudah merangkum spesifikasi dari perangkat lunak otomasi perpustakaan, mulai dari pengembang, lisensi, site, versi terbaru, bahasa pemrograman, perangkat dukungannya, platform, kegunaannya terhadap perpustakaan mana yang tepat, standar yang digunakan dan modul fiturnya. Secara jelas sudah memberikan referensi kepada pustakawan dalam memilih perangkat lunak yang akan digunakan.

Pengembangan perangkat lunak otomasi perpustakaan juga dilakukan oleh sumber daya manusia Indonesia. Dengan beberapa produk yang dibuat oleh pengembang Indonesia, sudah banyak diterapkan di perpustakaan dalam negeri maupun luar negeri. Disamping itu, penerapannya juga memberikan dampak pada

(41)

pengembang untuk memperbaiki sistem melalui kekurangan yang terjadi di lapangan.

FOSS otomasi perpustakaan di Indonesia mulai dikembangkan pada tahun 1980an hingga sekarang, ISISONLINE, GDL (Ganesha Digital Library), IGLOO (ISIS Goes Online), LASER, Freelib, Otomigen-X, GLIS (Ganesha Library Information System), Athenaeum Light, Senayan Library Management System dan INLISLite (Integrated Library Information System). Perguruan Tinggi di Indonesia sudah mengembangkan sendiri perangkat lunak untuk perpustakaannya, antara lain SIPUS 2000 oleh Universitas Gadjah Mada, Lontar oleh Universitas Indonesia dan lainnya. Perkembangan FOSS otomasi perpustakaan tidak sampai pengembangan SENAYAN saja, Perpustakaan Nasional Indonesia mengembangkan perangkat lunak otomasi yang diberi nama INLIS Lite (Integrated Library Information System) sejak tahun 2003 untuk keperluan kegiatan rutin pengelolaan informasi perpustakaan di internal Perpusnas.

Dengan adanya penjelasan FOSS otomasi di Indonesia di atas, bahwa sudah banyak perangkat lunak otomasi buatan pengembang di Indonesia yaitu ISISONLINE, GDL (Ganesha Digital Library), IGLOO (ISIS Goes Online), LASER, Freelib, Otomigen-X,GLIS (Ganesha Library Information System), Athenaeum Light, SIPUS, Lontar, Senayan Library Management System dan INLIS Lite (Integrated Library Information System). Tidak menutup kemungkinan pengembang lain di Indonesia akan meluncurkan perangkat lunak otomasi lainnya dengan kelebihan yang dimiliki.

(42)

2.3 Perangkat Lunak Otomasi SENAYAN

Senayan Library Management System atau biasa disingkat SLIMS merupakan salah satu Free Open Source Software (FOSS) berbasis web yang dapat digunakan untuk membangun sistem otomasi perpustakaan. SLIMS awalnya dikembangkan oleh Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional. Kelahiran SLIMS ini dirintis oleh para developer yang hampir semuanya adalah para alumni jurusan Ilmu Perpustakaan Universitas terkemuka di Indonesia. Mereka adalah Hendro Wicaksono, Arie Nugraha, Wardiyono, Arif Syamsuddin dan M. Rasyid Ridho. Dua developer SLIMS adalah Eddy Subrata (konsultan IT) dan Indra Suriadi (guru Fisika). Para developer SLIMS berkomitmen untuk terus mengembangkan SLIMS sesuai dengan kebutuhan sistem otomasi perpustakaan, berupaya mengikuti tren perkembangan teknologi dengan menerapkan fitur-fitur baru, yang tetap selaras dengan prinsip-prinsip dan standar Ilmu perpustakaan.

SLIMS dikembangkan menggunakan kolaborasi beberapa perangkat lunak berbasis open source. Berbagai perangkat lunak dukungan yang digunakan untuk membangun SLIMS, antara lain Apache sebagai web server, HTML (Hypertext Markup Language) adalah standar yang digunakan oleh browser untuk menampilkan informasi dalam halaman-halaman web, PHP (Hypertext Preprocessor) adalah bahasa script yang disisipkan dalam HTML yang digunakan sebagai bahasa pemrograman web, dan MySQL adalah sistem manajemen database yang digunakan untuk menyimpan semua data. Semua perangkat lunak ini dibangun dengan kode sumber (source code) yang bersifat terbuka (open

(43)

source). Kode sumber yang bersifat terbuka inilah, yang memberikan kebebasan bagi para pengguna untuk mengembangkan SLIMS lebih lanjut, sesuai dengan kebutuhan perpustakaan.

SLIMS dirancang untuk mengelola koleksi perpustakaan sesuai dengan International Standard Bibliographic Description (ISBD) berdasarkan Anglo American Cataloguing Rules (AACR2) level 2. Standar ini umum digunakan di seluruh dunia. Metadata yang digunakan SLIMS adalah Metadata Object Description Schema (MODS). MODS ini dikembangkan sebagai respon terhadap keluhan bahwa skema Dublin Core terlampau sederhana untuk lingkungan perpustakaan, sedangkan format MARC21 terlampau kompleks. Dengan menggunakan MODS sebagai metadata standar, SLIMS mampu melakukan pertukaran data bibliografi dari berbagai aplikasi sistem otomasi perpustakaan lainnya.

Sebagai perangkat lunak yang termasuk dalam kategori FOSS, SLIMS berkembang sangat cepat. Sejak diliris akhir tahun 2007 sampai sekarang, perangkat lunak ini telah empat belas kali mengalami upgrade sistem mulai dari Senayan3 Stable 3 hingga mencapai versi Senayan versi 8. Versi 8 diberi dengan nama Senayan 8 Akasia yang merupakan penyempurnaan dari SLIMS versi-versi sebelumnya yang dirasa memiliki kekurangan di samping berupaya mengikuti fitur teknologi terbaru yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.

Saat ini SLIMS menggunakan dua belas bahasa, yaitu Bahasa Indonesia, Inggris, Arab, Bengali, Parsi, Brazil, Portugis, Spanyol, Jerman, Thailand, China, Korea dan Malaysia. Menariknya bahwa aplikasi SLIMS juga digunakan di luar negeri

(44)

seperti di Malaysia, Saudi Arabia, Thailand, Singapura, Jerman, China, Korea, Banglades dan sebagainya. Maka dari itu, SLIMS yang merupakan buatan SDM Indonesia mampu bersaing dengan perangkat lunak di luar negeri.

Perangkat lunak otomasi perpustakaan, SLIMS mampu mempermudah berbagai kegiatan manajemen administrasi perpustakaan. Jika melihat modul yang disediakan SLIMS, perangkat ini mampu menjalankan berbagai fungsi manajemen administrasi yang ada di perpustakaan. Kegiatan pengolahan, peminjaman, pengembalian, pemesanan koleksi, penyiangan, manajemen anggota, fasilitas pencetakan barcode (barcode koleksi dan kartu anggota) serta berbagai jenis laporan. Melalui modul pelaporan yang lengkap, SLIMS dapat membantu pihak manajemen untuk membuat kebijakan bagi pengembangan perpustakaan.

Semua kegiatan ini meungkin dilakukan dengan menggunakan modul yang ada di SLIMS. Modul yang digunakan untuk pengguna, antara lain:

1) Modul Bibliografis 2) Sirkulasi

3) Keanggotaan

4) OPAC (Online Public Acces Catalog) 5) Inventarisasi Koleksi

6) Master File 7) Sistem 8) Pelaporan

9) Kontrol Terbitan Berseri.

(45)

Berdasarkan 6 (enam) cakupan kebutuhan otomasi perpustakaan, perangkat lunak SLiMS sudah memenuhi kebutuhan oleh sebuah perpustakaan.

Sebab dari 6 (enam) modul yang dibutuhkan, SLiMS sudah memenuhi ke enam cakupan otomasi tersebut yaitu modul bibliografis, sirkulasi, keanggotaan, OPAC, kontrol penerbitan berkala dan inventarisasi koleksi.

2.4 Perangkat Lunak Otomasi INLISLite

Perangkat lunak yang dikembangkan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu INLISLite. INLISLite merupakan perangkat lunak aplikasi otomasi perpustakaan yang dibangun dan dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) sejak tahun 2011.Penamaan INLIS diambil dari kata Integrated Library System, perangkat lunak perpustakaan dibangun sejak tahun 2003 untuk keperluan kegiatan rutin pengelolaan informasi perpustakaan di internal Perpusnas. Sejak diliris INLISLite sudah empat kali upgrade dari versi 1 dan sekarang versi 3.0. Perangkat dukungan untuk menjalankan INLISLite adalah MySQL sebagai manajemen database dan berbasis web.

Dalam LaporanModul Aplikasi Komputer Perpustakaan Indonesian Integrated Library Information System (2006, 2-6) disebutkan bahwa INLISLite merupakan program aplikasi perpustakaan yang menggunakan INDOMARC yang merupakan turunan dari USMARC, berbasis web dan bebas pakai (open source).

Aplikasi ini merupakan pengembangan dari aplikasi automosi perpustakaan yang sebelumnya bernama Qalis, karena Qalis masih banyak keterbatasan dan perlu perbaikan sehingga lahirlah INLISLite. INLISLite merupakan sistem informasi

Gambar

Tabel 1. Informasi Umum Perangkat Lunak Perpustakaan
Tabel 3. Daftar Check List  No.  Variabel  Indikator yang
Tabel 4. Hasil Pengumpulan Data Check List  No.  Indikator
Gambar 1. Halaman Utama Perangkat Lunak SENAYAN 8 Akasia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah nilai parameter estimasi dari semua peubah penjelas yang digunakan menunjukkan bahwa usahatani penggemukan sapi potong di Desa Lebih mendekati kondisi constant return

Dari penelitian yang dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Lampung diketahui bahwa tanah yang berasal dari daerah Sidorejo, Kecamatan Sidomulyo Lampung

Tujuan dilakukan praktikum ini yaitu : untuk mengetahui berbagai cara sterilisasi ruang kerja atau laboratorium dan peralatan serta media pertumbuhan

Berhubung dengan seringnya terjadi efek samping obat pada lansia maka terapi farmakologi pada lansia sering dikombinasi dengan terapi non-farmakologi sehingga dapat

Lapisan akuifer dangkal (unconfined aquifer) pada titik pengukuran geolistrik 1 (GL.1) berada pada kedalaman 1,41-4,69 m di bawah permukaan tanah (bmt) dengan ketebalan 3,28 m

Hasil dari penelitian menunjukkan untuk atribut restoran variabel-variabel yang tergolong Kuadran I (Prioritas Utama) yaitu kebersihan toilet dan wastafel restoran, temperatur

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini dengan judul “Pengaruh pemberian vitamin