vii ABSTRAK
“MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VII DI SMP PROMASAN
KALIBAWANG TAHUN AJARAN 2011/2012”
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar dalam penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Berdasarkan hasil observasi awal pembelajaran biologi di SMP Kemasyarakatan, Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo tahun ajaran 2011/ 2012 memperlihatkan adanya beberapa kendala dalam pelaksanaan KBM, yaitu metode pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga siswa merasa jenuh dan bosan untuk belajar khususnya mata pelajaran biologi dan hasil belajar yang tidak optimal. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar biologi agar menjadi lebih baik (maksimal) baik secara individu maupun klasikal.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu (1) Planning, dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran seperti mempersiapkan perangkat pembelajaran, membuat alat evaluasi dan instrumen penelitian. (2) Acting yaitu melaksanakan kegiatan KBM dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (3) Observing, yaitu pengambilan data tentang proses hasil belajar siswa. (4) Reflecting adalah kegiatan untuk menganalisa data hasil pengamatan. Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Kemasyarakatan Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo tahun ajaran 2011/ 2012 dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 12 perempuan dan 14 laki-laki.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai, baik nilai praktikum maupun nilai evaluasi setiap akhir siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 6,72 dengan ketuntasan belajar 61,53 %. Siklus II rata-rata siswa meningkat menjadi 7,46 dengan ketuntasan belajar 76,92 %. Pada siklus III nilai rata-rata siswa meningkat menjadi lebih baik lagi, yaitu 7,83 dengan ketuntasan belajar 92,30 %. Dalam hasil penelitian keaktifan siswa saat melakukan kegiatan praktikum juga meningkat selama KBM dari tiap siklusnya, ini ditunjukkan dengan semakin bertambahnya siswa yang memperoleh nilai yang lebih baik dari praktikum sebelumnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan aktivitas dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa baik secara individu maupun klasikal dapat ditingkatkan dengan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), disarankan agar pembelajaran biologi dengan pendekatan ini dapat dipergunakan sebagai metode alternatif guru dalam menyampaikan materi pelajaran khususnya biologi.
viii ABSTRACT
"IMPROVING LEARNING ACTIVITIES AND BIOLOGICAL APPROACHES subject ECOSYSTEM USING CONTEXTUAL (CTL) TO STUDENTS IN CLASS VII SMP PROMASAN KALIBAWANG ACADEMIC YEAR 2011/2012"
This study aimed to determine the increase in the activity of learning and learning outcomes approach in the application of Contextual Teaching and Learning (CTL). Based on the preliminary observations of learning biology in junior Community, Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulonprogo school year 2011/2012 showed that there are some obstacles in the implementation of teaching and learning, which are less varied teaching methods so that students feel bored and tired to study particular subjects of biology and learning outcomes are not optimal. This study aims to improve learning outcomes for the better biology (maximum) both individually and classical.
Action research was carried out in 3 cycles. Each cycle consists of four activities: (1) Planning, conducted to identify problems and plan learning activities such as preparing learning device, making evaluation tools and research instruments. (2) Acting is conducting learning activities using a contextual approach Contextual Teaching and Learning (CTL) to improve student learning outcomes. (3) Observing, the data collection process of student learning outcomes. (4) Reflecting an activity to analyze the data observations. The study subjects were students of class VII SMP Community Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulonprogo school year 2011/2012 the number of students by 26 students consisting of 12 women and 14 men.
The results showed an increase in value, good value and practical value of the evaluation of the end of each cycle. In the first cycle the average value of 6.72 with a mastery learning students 61.53%. Cycle II students average increased to 7.46 with 76.92% mastery learning. In the third cycle the average value increased student becomes better, ie 7.83 to 92.30% mastery learning. In the research activity of students during practical activities also increased during a lecture of each cycle, as shown by the increasing number of students who obtain a better value than the previous lab.
Thus we can conclude the activity in the learning process and student learning outcomes, both individually and classical approach to learning can be enhanced by Contextual Teaching and Learning (CTL), it is suggested that the learning of biology with this approach can be used as an alternative method of teachers in delivering the course material especially biology. Thus we can conclude the activity in the learning process and student learning outcomes, both individually and classical approach to learning can be enhanced by Contextual Teaching and Learning (CTL), it is suggested that the learning of biology with this approach can be used as an alternative method of teachers in delivering the course material especially biology.
i
“MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VII DI SMP
PROMASAN KALIBAWANG TAHUN AJARAN 2011/2012”
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh : Y. Purwanta NIM. 081434010
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Amicus certus in re incerta cernitur
(Sahabat sejati ditentukan ketika ada hal yang tidak pasti)
Kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus yang telah mendampingi dalam setiap usahaku,
terima kasih atas segala kebaikkan-Mu.
Bapak (Alm) dan Ibuku serta keluarga yang selalu mengiringi langkahku
dengan do’a dan cinta.
Teman dan Sahabat tercinta, yang selalu memberi semangat
vii ABSTRAK
“MENINGKATKAN AKTIFITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS VII DI SMP PROMASAN
KALIBAWANG TAHUN AJARAN 2011/2012”
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar dalam penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Berdasarkan hasil observasi awal pembelajaran biologi di SMP Kemasyarakatan, Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo tahun ajaran 2011/ 2012 memperlihatkan adanya beberapa kendala dalam pelaksanaan KBM, yaitu metode pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga siswa merasa jenuh dan bosan untuk belajar khususnya mata pelajaran biologi dan hasil belajar yang tidak optimal. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar biologi agar menjadi lebih baik (maksimal) baik secara individu maupun klasikal.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu (1) Planning, dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran seperti mempersiapkan perangkat pembelajaran, membuat alat evaluasi dan instrumen penelitian. (2) Acting yaitu melaksanakan kegiatan KBM dengan menggunakan pendekatan kontekstual (CTL) untuk meningkatkan hasil belajar siswa. (3) Observing, yaitu pengambilan data tentang proses hasil belajar siswa. (4) Reflecting adalah kegiatan untuk menganalisa data hasil pengamatan. Yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VII SMP Kemasyarakatan Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo tahun ajaran 2011/ 2012 dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 12 perempuan dan 14 laki-laki.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai, baik nilai praktikum maupun nilai evaluasi setiap akhir siklusnya. Pada siklus I nilai rata-rata siswa 6,72 dengan ketuntasan belajar 61,53 %. Siklus II rata-rata siswa meningkat menjadi 7,46 dengan ketuntasan belajar 76,92 %. Pada siklus III nilai rata-rata siswa meningkat menjadi lebih baik lagi, yaitu 7,83 dengan ketuntasan belajar 92,30 %. Dalam hasil penelitian keaktifan siswa saat melakukan kegiatan praktikum juga meningkat selama KBM dari tiap siklusnya, ini ditunjukkan dengan semakin bertambahnya siswa yang memperoleh nilai yang lebih baik dari praktikum sebelumnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan aktivitas dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa baik secara individu maupun klasikal dapat ditingkatkan dengan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), disarankan agar pembelajaran biologi dengan pendekatan ini dapat dipergunakan sebagai metode alternatif guru dalam menyampaikan materi pelajaran khususnya biologi.
viii
ABSTRACT
"IMPROVING LEARNING ACTIVITIES AND BIOLOGICAL APPROACHES subject ECOSYSTEM USING CONTEXTUAL (CTL) TO STUDENTS IN CLASS VII SMP PROMASAN KALIBAWANG ACADEMIC YEAR 2011/2012"
This study aimed to determine the increase in the activity of learning and learning outcomes approach in the application of Contextual Teaching and Learning (CTL). Based on the preliminary observations of learning biology in junior Community, Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulonprogo school year 2011/2012 showed that there are some obstacles in the implementation of teaching and learning, which are less varied teaching methods so that students feel bored and tired to study particular subjects of biology and learning outcomes are not optimal. This study aims to improve learning outcomes for the better biology (maximum) both individually and classical.
Action research was carried out in 3 cycles. Each cycle consists of four activities: (1) Planning, conducted to identify problems and plan learning activities such as preparing learning device, making evaluation tools and research instruments. (2) Acting is conducting learning activities using a contextual approach Contextual Teaching and Learning (CTL) to improve student learning outcomes. (3) Observing, the data collection process of student learning outcomes. (4) Reflecting an activity to analyze the data observations. The study subjects were students of class VII SMP Community Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulonprogo school year 2011/2012 the number of students by 26 students consisting of 12 women and 14 men.
The results showed an increase in value, good value and practical value of the evaluation of the end of each cycle. In the first cycle the average value of 6.72 with a mastery learning students 61.53%. Cycle II students average increased to 7.46 with 76.92% mastery learning. In the third cycle the average value increased student becomes better, ie 7.83 to 92.30% mastery learning. In the research activity of students during practical activities also increased during a lecture of each cycle, as shown by the increasing number of students who obtain a better value than the previous lab.
Thus we can conclude the activity in the learning process and student learning outcomes, both individually and classical approach to learning can be enhanced by Contextual Teaching and Learning (CTL), it is suggested that the learning of biology with this approach can be used as an alternative method of teachers in delivering the course material especially biology. Thus we can conclude the activity in the learning process and student learning outcomes, both individually and classical approach to learning can be enhanced by Contextual Teaching and Learning (CTL), it is suggested that the learning of biology with this approach can be used as an alternative method of teachers in delivering the course material especially biology.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas segala kebaikan, hikmat dan rahmat Tuhan Yesus Kristus selama
pengerjaan skripsi ini dari awal sampai akhir, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh
rangkaian penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul Meningkatkan Aktifitas dan Hasil
Belajar Biologi Pokok Bahasan Ekosistem menggunakan Pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) pada Siswa Kelas VII di SMP Promasan Kalibawang Tahun Ajaran
2011/2012.Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sanata Dharma
2. Dekan FMIPA Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian.
3. Ketua jurusan Biologi, yang telah memberi ijin penelitian.
4. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
petunjuk, dan pengarahan dalam rangka penyelesaian skipsi ini.
5. Sr. M. Margreeth Widiyastuti selaku Kepala Sekolah SMP Kemayarakatan Promasan
Kalibawang Kabupaten Kulon Progo yang telah membeikan ijin untuk penelitian.
6. Bapak Melkias Putrawan Basuki selaku guru bidang studi Biologi kelas VII yang banyak
memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian.
7. Pak Kristio, Pak Tri, terima kasih atas nasehat yang menginspirasi saya.
8. Mba Rini Erna yang telah membukakan jalan saya untuk bisa berkuliah. Terima Kasih
banyak atas informasinya.
9. Para dosen dan laboran yang telah membantu baik dalam kuliah maupun dalam
praktikum, terimakasih atas banyak ilmu dan bantuan yang telah saya dapat.
10. Bapak (Alm), Ibu, Ika, dan seluruh keluarga besar Madyawiharja atas segala dukungan,
doa dan semangat yang selalu diberikan, sehingga walaupun dengan banyak pengorbanan
dan rintangan, skripsi ini akhirnya selesai.
11. Sahabat yang sudah kudapat selama 4 tahun di Sanata Dharma, Siska, Alex, Mando, Iing,
Lilik dan sahabat yang tidak bisa saya sebut satu per satu. Terimakasih atas
x
12. Anak-anak Gema Kasih Choir dan Gereja Paroki Klepu : Desy, Intan, Suci, Renya,
Bagus, Mas Mardi dan Dalipuk terima kasih atas dukungannya dalam doa dan karya.
13. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan dan belum sempurna. Akhirnya
penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian.
Yogyakarta, 06 Agustus 2012
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii
HALAMAN PENGESAHAN ……….……… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ……….……… iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….……… v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………..…..………. vi
ABSTRAK ……… vii
ABSTRACT ……….……….……….. viii
KATA PENGANTAR ……… ix
DAFTAR ISI………..……..……… xi
DAFTAR TABEL ……… xiii
DAFTAR GAMBAR ……… xiv
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Pembatasan Masalah ……… 5
C. Rumusan Masalah ……… 6
D. Tujuan Penelitian ……… 6
E. Hipotesa ………... 6
F. Manfaat Penelitian ……… 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA ....……… 8
A. Belajar dan Pembelajaran ……… 8
B. Aktivitas Belajar ……… 9
C. Hasil Belajar ……… 9
D. Pendekatan Kontekstual ……… 11
E. Belajar Biologi ……… 14
xii
BAB III METODE PENELITIAN ……… 21
A. Jenis Penelitian ………... 21
B. Subjek Penelitian ……… 21
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ………. 21
D. Faktoryang Diteliti ….……… 22
E. RancanganPenelitian …...……… 22
F. Pelaksanaan Penelitian ……… 25
1. Siklus I ..……… 25
2. Siklus II ……… 29
3. Siklus III ..……… 31
G. Pengembangan Instrumen Penelitian ……..………. 33
H. Validasi Instrumen …..……… 33
I.Data dan Cara Pengambilan Data ….………. 33
J. Teknik Analisa Data ……… 34
K. IndikatorKeberhasilan Penelitian ………. 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……..……… 36
A. Deskripsi Umum Dan Kondisi Belajar SMS Promasan ….………. 36
B. Hasil Penelitian ……… 38
1. Siklus I ……… 38
2. Siklus II ..……… 44
3. Siklus III ……… 48
C. Pembahasan ….……… 52
BAB V PENUTUP ……… 56
A. Simpulan ……..……… 56
B.Saran ……… 56
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
TABEL 1. Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ……….… 23
TABEL 2. Hasil Ulangan Harian siswa kelas VII ……… 37
TABEL 3. Hasil tes Siklus I ….………... 40
TABEL 4. Hasil tes Siklus II ….……….. 45
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
GAMBAR 1. Grafik penyebaran hasil belajar Siklus I ……...……….… 40 GAMBAR 2. Grafik Aktivitas siswa Siklus I ………….…..………….… 41
GAMBAR 3. Grafik penyebaran hasil belajar Siklus II ……….… 45 GAMBAR 4. Grafik Aktivitas siswa siklus II ………….…..………….… 46 GAMBAR 5. Grafik penyebaran hasil belajar Siklus III ……….… 49
GAMBAR 6. Grafik Aktivitas siswa Siklus III ………….…..………….… 50 GAMBAR 7. Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar Siklus I– III ...… 52
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar pada dasarnya merupakan proses interaksi
antara yang belajar (siswa) dengan pengajar (guru). Seorang siswa telah
dikatakan belajar apabila ia telah mengetahui sesuatu yang sebelumnya ia
tidak dapat mengetahuinya, termasuk sikap tertentu yang sebelumnya
belum dimilikinya. Sebaliknya, seorang guru dikatakan telah mengajar
apabila ia telah membantu siswa atau orang lain untuk memperoleh
perubahan yang dikehendaki.
Bidang pendidikan di sekolah peranan guru sangat penting.
Kualitas kinerja sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran. Oleh
karena itu usaha meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran perlu mendapatkan perhatian dari penanggung jawab
pendidikan.
Banyak cara yang digunakan untuk meningkatkan mutu proses
pembelajaran. Namun demikian banyak dijumpai bukti yang menunjukkan
bahwa mutu proses di sekolah kurang memuaskan. Untuk itu perlu adanya
inovasi berbagai strategi pendekatan agar proses pembelajaran menjadi
efektif dan menyenangkan sehingga tujuan utama peningkatan mutu
pendidikan dapat dicapai secara optimal.
Peningkatan mutu pendidikan dapat dilihat salah satunya dari
proses pembelajaran yang berlangsung pada sekolah tersebut, baik metode
maupun pendekatan yang digunakan. Proses pembelajarannya yang masih
cenderung monoton dan masih berpusat pada guru, banyak siswa yang
ramai pada saat pembelajaran berlangsung. Siswa pasif dalam penerimaan
informasi maupun dalam proses pembelajaran, menganggap Biologi
sebagai ilmu yang penuh hafalan. Metode maupun pendekatan yang
digunakan guru kurang bervariasi sehingga siswa kurang diarahkan dan
berinteraksi dengan objek dan lingkungan dunia nyata siswa.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian
tindakan yang akar pemasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan
langsung oleh guru yang bersangkutan. Dalam hal ini pendidik dapat
memperbaiki praktik-praktik pembelajaran yang lebih efektif (Arikunto,
2001). Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana guru dapat
mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan
perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh
nyata dari upaya itu
Metode yang digunakan guru sebelum ada penelitian ini adalah
metode ceramah dan hafalan sehingga siswa cenderung ramai sendiri;
asyik dengan teman sebangku; mengerjakan tugas lain seperti tugas
menggambar yang bukan jamnya, bahkan ada yang bermain secara
hanya diisi dengan cerita dan sering diminta menulis serta menghafal dari
buku paket yang sudah ada. Model hafalan ini menyebabkan siswa kurang
kreatif, kurang kritis dan rendahnya siswa dalam menganalisis pertanyaan
yang diberikan oleh guru saat proses belajar maupun saat diadakan
ulangan harian.
Untuk mengaktifkan belajar siswa dalam proses belajar mengajar
guru harus menggunakan metode yang bervariasi, oleh sebab itu sangat
dianjurkan agar guru menggunakan kombinasi metode mengajar setiap
kali mengajar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk
meningkatkan pemahaman dan minat siswa dalam mempelajari ekosistem
adalah melalui pendekatan kontekstual. Dalam Pendekatan Kontekstual
(CTL), guru berperan sebagai motivator dan fasilitator yang membantu
agar proses belajar bukan merupakan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun
sendiri pengetahuannya melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
siswa.
Tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan
pendekatan kontekstual, yaitu: kontruktivisme (contructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning
community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment), masing-masing komponen tersebut
saling terkait (Widodo, 2002). Melalui pendekatan CTL pembelajaran
perubahan ke arah yang lebih baik, lebih memberdayakan siswa dan tidak
mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta tetapi lebih mendorong siswa
untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan objek,
pengetahuan awal yang mereka miliki, pengalaman dan lingkungan siswa.
Pendekatan CTL menjadi pilihan karena kita menyadari bahwa
kelas-kelas kita tidak produktif, sehari-hari kelas diisi dengan ceramah
sementara siswa ”dipaksa” menerima dan menghafal, maka dengan CTL
pembelajaran akan lebih berpihak dan memperdayakan siswa. Pendekatan
CTL merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia
nyata ke dalam kelas atau siswa diajak ke dunia nyata, sehingga
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka.
Pemaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa akan
berarti dalam proses pembelajarannya sehingga pembelajaran dengan
pendekatan CTL dapat menciptakan ruang kelas yang di dalamnya siswa
akan menjadi aktif bukan hanya pasif. Dalam hal tersebut dengan
melakukan kolaborasi dengan bidang studi biologi di SMP Promasan,
Kalibawang untuk mencoba melaksanakan proses pembelajaran dengan
pendekatan CTL sebagai upaya untuk mengoptimalkan proses belajar
siswa pada pokok bahasan ekosistem.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis terdorong untuk
mengangkat permasalahan ini dalam bentuk penelitian dengan judul
BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING) PADA SISWA KELAS VII DI SMP PROMASAN KALIBAWANG TAHUN AJARAN 2011/2012”
B. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan tidak berkembang dengan asumsi atau pengartian
yang lain maka perlu adanya pembatasan masalah, yaitu menitikberatkan
pada hasil belajar biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) di SMP
Promasan, Kalibawang tahun ajaran 2011/2012.
1. Aktivitas belajar siswa
Merupakan kegiatan siswa yang dilakukan selama proses belajar
mengajar berlangsung, baik aktivitas yang bersifat fisik/ jasmani
maupun mental/ rohani. Dalam penelitian ini menitik beratkan pada
komponen utama saat proses belajar mengajar berlangsung seperti
bertanya dan menjawab.
2. Hasil Belajar siswa
Hasil belajar siswa yang dimaksud adalah suatu perubahan yang
menyangkut dengan pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis
sehingga terjadi peningkatan pada hasil belajar, dalam hal ini
3. CTL (Contextual Teaching and Learning)
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan CTL adalah pembelajaran
yang menekankan aspek REACT yaitu Relating (mengaitkan),
Experiencing (mengalami), Applying (menerapkan teori), Cooperating
(kerjasama), dan Transfering (memperoleh pengetahuan baru).
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan dirumuskan sebagai
berikut: “Apakah Dengan Metode Contextual Teaching Learning (CTL)
Dapat Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Pokok Bahasan
Ekosistem pada Siswa Kelas VII SMP Promasan, Kalibawang tahun ajaran
2011/2012”.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan aktivitas
dan hasil belajar biologi siswa pada pokok bahasan ekosistem dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL) pada Siswa
Kelas VII SMP Kemasyarakatan Promasan, Kalibawang tahun ajaran
2011/2012.
E. Hipotesa
Penerapan metode Contextual Teaching Learning (CTL) dapat
pada siswa kelas VII SMP Promasan, Kalibawang tahun ajaran
2011/2012”.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan minat, motivasi dan aktivitas belajar siswa.
b. Membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami
konsep biologi karena materi dikaitkan dengan konteks
keseharian siswa dan lingkungan dunia nyata siswa.
2. Bagi guru
a. Mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.
b. Membantu guru dalam pemilihan model pembelajaran yang
sesuai sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang
lebih menarik minat siswa.
3. Bagi Sekolah
Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran guna peningkatan kualitas
pembelajaran biologi.
4. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk mempraktekkan teori-teori yang diperoleh
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
Menurut Sudjana (2000) belajar adalah suatu aktivitas mental atau
psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Belajar akan bermakna jika dapat
mengkaitkan relevansi bahan atau materi dengan kehidupan nyata,
yaitu dengan belajar konteks materi secara langsung. Belajar yang
bermakna akan memberikan dampak positif bagi siswa, karena dari
proses belajarnya siswa dapat memecahkan masalah-masalah yang
muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang
lebih baik. Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar
memperoleh berbagai pengalaman. Perubahan yang diharapkan pada
siswa yang belajar meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif,
dan psikomotorik.
Aktivitas membangun pengetahuan ini dapat dilakukan dengan
diskusi dalam kelompok maupun dalam kelas. Tugas guru adalah
menyediakan rangkaian kegiatan belajar yang bermakna dan
mendorong siswa untuk mencari pengalaman-pengalaman belajarnya.
Guru dituntut untuk mengembangkan strategi belajar yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran dan latar belakang siswa, sehingga hasil
belajar siswa dapat maksimal. Interaksi belajar yang dilakukan siswa
dan mengajar yang dilakukan guru, merupakan proses pembelajaran
yang diharapkan dapat membantu siswa mengembangkan potensi
intelektualnya serta rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan
orang lain.
9
B. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar siswa adalah kegiatan siswa yang dilakukan
selama proses belajar mengajar berlangsung, baik aktivitas yang
bersifat fisik/ jasmani maupun mental/ rohani.
Menurut Hamalik (2002), aktivitas siswa dapat berupa aktivitas
visual seperti membaca, melihat gambar, mengamati eksperimen,
demonstrasi, dan melihat orang bekerja; aktivitas oral seperti
mengemukakan pendapat, menghubungkan kejadian, bertanya, dan
diskusi; aktivitas mendengar seperti mendengarkan penyajian,
mendengar percakapan, dan mendengar dalam diskusi; aktivitas
menulis seperti menulis laporan, menulis cerita, dan menulis kejadian;
aktivitas mental seperti merenung, mengingat, memecahkan masalah,
dan analisis; serta aktivitas emosional seperti minat, berani, dan
tenang.
Aktivitas belajar yang diharapkan dari penelitian ini adalah
aktivitas yang menitik beratkan pada komponen primer saat proses
belajar mengajar berlangsung seperti bertanya, menjawab, menulis,
membaca, mendengarkan, diskusi.
C. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2000), hasil belajar merupakan perubahan kognitif
siswa merupakan suatu perubahan yang menyangkut tujuan yang
berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan kemampuan
intelektual. Perubahan kognitif siswa tersebut terdiri atas enam bagian
sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Mengacu pada kemampuan mengenal atau mengingat materi yang
sudah dipelajari dari yang sederhana sampai pada teori-teori sukar.
2. Pemahaman
Mengacu pada kemampuan memahami makna materi
Mengacu pada kemampuan menggunakan atau menerapkan materi
yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut pada
penggunaan aturan dan prinsip.
4. Analisis
Mengacu pada kemampuan menguraikan materi ke dalam
komponenkomponen atau faktor penyebab, dan mampu memahami
hubungan di antara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga
struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti.
5. Sintesis
Mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau
komponen-komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk
baru.
6. Evaluasi
Mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap
nilai-nilai materi untuk tujuan tertentu.
Hasil belajar yang diharapkan pada perubahan psikomotorik
berhubungan dengan kemampuan yang harus dikuasai siswa untuk
mengerjakan sesuatu sebagai hasil penguasaan pengetahuan yang telah
dipelajari. Hal tersebut dapat dilihat dari performance/ kinerja yang
dilakukan siswa terhadap tugas yang diberikan, siswa diminta untuk dapat
menunjukkan kinerja yang memperlihatkan keterampilan-keterampilan
tertentu atau kreasi mereka untuk membuat produk tertentu yang
berhubungan dengan materi.
Hasil belajar yang diharapkan dari perubahan afektif adalah sikap
yang berhubungan dengan aspek menerima, mananggapi, mengelola, dan
menghayati yang dapat mempengaruhi pikiran dan tindakan siswa,
misalnya sikap teliti dan cermat dalam mengerjakan tugas pengamatan di
halaman sekolah.
Menurut Sudjana (2000), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua
1. Faktor dari dalam diri siswa, seperti kemampuan yang dimiliki
siswa, motivasi belajar, minat dan perhatian, ketekunan, faktor
fisik dan psikis.
2. Faktor dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, seperti kualitas
pengajaran.
D. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang
mengkaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa.
Guru yang melaksanakan pendekatan kontekstual dalam
pembelajarannya akan membantu siswa belajar bermakna, materi yang
dipelajarinya disampaikan dalam konteks hubungan yang tidak asing
dengan kehidupan siswa sehingga dapat meningkatkan asosiasi siswa
(Sudjana, 2000)
Menurut Rustana (2002) dalam pembelajaran kontekstual, siswa
akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa
yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang akan
terjadi disekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir
yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan
menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara
individu maupun kelompok.
Menurut Widodo (2002), ada tujuh komponen utama
pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di
kelas. Ketujuh komponen utama itu adalah konstruktivisme
(Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling),
refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment).
Tujuh komponen pendekatan kontekstual tersebut dapat dijelaskan
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme diartikan sebagai siswa aktif membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa dibiasakan untuk memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut
dengan ide-ide. Tugas guru adalah memfasilitasi proses
pembelajaran dengan cara:
a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
b. Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan
idenya sendiri, dan
c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri
dalam belajar.
2. Menemukan (Inquiry)
Inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan
analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. Sasaran utama pembelajaran dengan
Inquiry adalah:
a. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam pembelajaran, yang
melibatkan mental intelektual dan sosial emosional siswa.
b. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pengajaran.
c. Mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang
ditemukannya dalam proses inquiry.
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis
kontekstual. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian
penting dalam melaksanakan pembelajaran yaitu untuk menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Masyarakat belajar bisa terjadi bila ada proses komunikasi dua arah
atau lebih yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam
kelas kontekstual, guru disarankan selalu melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Hasil belajar
diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antara
yang tahu ke yang belum tahu.
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan merupakan sebuah kegiatan pembelajaran keterampilan
atau pengetahuan tertentu dengan melibatkan adanya model yang
ditiru. Model dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu,
melafalkan kata-kata, dan sebagainya. Model tidak hanya dari
guru, tetapi bisa dengan melibatkan siswa ataupun dari orang ahli.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di
masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Realisasi refleksi
dalam pembelajaran dapat berupa:
a. Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari
itu,
b. Catatan atau jurnal di buku siswa,
c. Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu,
d. Diskusi,
e. Hasil karya.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) Assessment
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Karakteristik authentic
assessment adalah sebagai berikut.
a. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran
b. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif,
c. Yang diukur keterampilan, dan performansi, bukan mengingat
fakta,
d. Berkesinambungan,
e. Terintegrasi, dan
f. Dapat digunakan sebagai feed back.
Menurut Sudjana (2000) penilaian autentik dapat membantu siswa
untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah
diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Penilaian autentik
memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang
telah mereka pelajari selama proses belajar mengajar. Adapun
bentuk-bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru adalah portofolio,
tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.
E. Belajar Biologi
Biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang
alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pada dasarnya,
pelajaran biologi berupaya untuk membekali siswa dengan berbagai
kemampuan tentang cara ”mengetahui” dan cara ”mengerjakan” yang
dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam.
Biologi memiliki tipe penalaran verbal yang dapat dikembangkan melalui
berbagai keterampilan ( proses, membaca) dan keterampilan dasar biologi
pada tingkat sel. Pendidikan biologi diharapkan dapat menjadi wahana
bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitar. Pendidikan
biologi menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung. Siswa
perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan proses
supaya mereka mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar.
Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati dengan seluruh
dengan selalu mempertimbangkan keselamatan kerja, mengajukan
pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data, dan mengkomunikasikan
hasil temuan secara beragam, menggali dan memilah informasi faktual
yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah
sehari-hari.
F. Ekosistem
Adapun uraian materi pelajaran yang akan dipelajari adalah sebagai
berikut :
Pengertian Ekosistem
Ekosistem merupakan hubungan saling mempengaruhi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya (makhluk tak hidup) membentuk
suatu sistem. Sebuah kebun, halaman sekolah, kolam, parit, sungai, lahan
kosong dan taman sekolah masing-masing merupakan suatu ekosistem.
Ilmu yang mempelajari ekosistem adalah ekologi.
Seluruh ekosistem di permukaan bumi membentuk suatu ekosistem
yang sangat besar, yakni ekosistem dunia atau biosfer. Biosfer meliputi
seluruh makhluk hidup yang ada di bumi beserta udara, air, dan tanah di
sekitarnya.
Satuan Makhluk Hidup dalam Ekosistem
Di dalam ekosistem terdapat satuan-satuan makhluk hidup yang
dinamakan individu, populasi, dan komunitas yang saling berinteraksi
dengan komponen benda tak hidup, misanya air dan udara.
1. Individu
Di dalam suatu habitat tidak hanya terdapat satu jenis makhluk hidup,
melainkan ada berbagai jenis makhluk hidup. Pada habitat perairan
terdapat makhluk hidup, yaitu ikan kecil, ikan lundu, ikan seluang,
ikan gabus, ikan sepat, teratai, kangkung, salvinia sp, ganggang dan
Satu ekor ikan gabus atau satu ekor ikan sepat disebut individu. Satu
ganggang disebut individu. Demikian juga dengan manusia. Seorang
manusia disebut individu. Individu adalah satuan makhluk hidup
tunggal.
2. Populasi
Populasi adalah kumpulan individu sejenis yang hidup menetap di
suatu daerah tertentu. Ikan lele yang hidup di kolam jumlahnya lebih
dari satu. Demikian juga dengan tumbuhan air seperti Hydrilla sp,
ganggang, Salvinia sp dan teratai. Semua ikan sepat yang hidup di
kolam tersebut disebut populasi ikan sepat, semua Salvinia sp disebut
populasi Salvinia sp, semua teratai disebut populasi teratai, dan semua
tumbuhan Hydrilla sp disebut populasi Hydrilla sp, semua ganggang
disebut disebut populasi ganggang.
Kepadatan Populasi
Jumlah individu sejenis atau anggota suatu popuasi pada suatu
daerah dengan luas tertentu disebut kepadatan populasi. Kepadatan
populasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Kepadatan popuasi =
Kepadatan populasi dapat berubah karena beberapa hal berikut ini :
a. Kelahiran dan kematian. Kelahiran menyebabkan kepadatan
populasi meningkat, sedangkan kematian menyebabkan
kepadatan populasi menurun.
b. Perpindahan (migrasi). Migrasi yang menambah populasi
disebut migrasi masuk (imigrasi), sedangkan migrasi yang
mengurangi populasi disebut migrasi keluar (emigrasi). Banyaknya individu sejenis
Pada umumnya, kepadatan populasi tetap, karena jumlah
kelahiran biasanya diimbangi oleh jumlah kematian, dan
migrasi keluar diimbangi oleh migrasi masuk. Akan tetapi,
kadang-kadang terjadi perubahan yang besar pada kepadatan
populasi. Salah satu penyebabnya ialah perubahan atau
kerusakan lingkungan.
Habitat adalah tempat hidup makhluk hidup. Jenis-jenis habitat
antara lain : habitat air tawar, air asin, dan habitat darat.
3. Komunitas
Semua populasi makhluk hidup yang hidup dalam suatu daerah atau
lingkungan yang sama disebut komunitas. Misalnya populasi ikan
gabus, populasi ikan kecil, ikan sepat, populasi teratai, dan populasi
Hydrilla sp di kolam merupakan anggota komunitas air. Di antara
anggota komunitas ini terjadi interaksi atau hubungan timbal balik.
Komunitas adalah kumpulan populasi makhluk hidup yang hidup pada
suatu daerah tertentu
Saling hubungan antarkomponen ekosistem
Setiap ekosistem tersusun oleh benda-benda tak hidup dan makhluk hidup.
Benda-benda tak hidup merupakan komponen abiotik (a berarti “tidak”,
bio bearti “hidup”) dari suatu ekosistem, dan makhluk hidup merupakan
komponen biotik dari ekosistem tersebut.
1. Peran komponen abiotik
Komponen abiotik yang berpengaruh terhadap makhluk hidup
antara lain tanah, air, udara, cahaya matahari dan suhu.
2. Peran komponen biotik
Setiap jenis makhluk hidup mempunyai peran tertentu di dalam
suatu ekosistem. Peran ini berhubungan dengan cara-cara makhluk
hidup yang dapat membuat sendiri makanannya, ada yang harus
mengambil makanan dari makhluk hidup lain, dan ada pula yang
memperoleh makanannya dengan jalan menguraikan makhluk yang
telah mati. Berdasarkan cara memperoleh makanan itu, komponen
biotik dari suatu ekosistem dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu
produsen (penghasil), konsumen (pemakai), dan dekomposer
(pengurai).
Ketergantungan Antara Produsen, Konsumen, dan Pengurai. 1. Rantai Makanan dan Jaring-Jaring Makanan
a. Rantai makanan
Hubungan antara komponen biotik yang saling
makan-memakan dalam suatu rangkaian garis lurus tidak bercabang.
Pola-pola makan-memakan yang berurutan memberikan kesan
saling mengait seperti “rantai”. Oleh karena itu, pola seperti itu
disebut rantai makanan. Dalam makanan terdapat energi,
proses makan dan dimakan pada dasarnya merupakan proses
perpindahan energi. Rantai makanan adalah perpindahan
materi dan energi dari makhluk hidup satu ke makhluk hidup
lain melalui proses makan dan dimakan dengan suatu
rangkaian garis lurus tidak bercabang.
Contoh : RumputTikusUlarElang
b. Jaring-jaring makanan
Konsumen tidak hanya tergantung pada satu macam makanan
saja. Misalnya , sapi tidak hanya makan rumput, tetapi dapat
juga makan tumbuhan perdu. Demikian pula sebaliknya. Satu
jenis makanan dapat dimakan oleh lebih dari satu macam
konsumen. Misalnya, rumput tidak hanya dimakan oleh sapi,
tetapi dimakan juga oleh kambing atau kerbau. Dengan
anggota rantai makanan yang berbeda. Hubungan antara
komponen biotik yang saling makan-memakan dalam
rangkaian yang bercabang-cabang. Jadi, kumpulan rantai
makanan yang saling berhubungan disebut jaring-jaring
makanan.
Contoh :
Konsumen II
Konsumen I
Produsen
Pengurai
2. Piramida Makanan dan Aliran Energi a. Piramida Makanan
Dalam piramida makanan, produsen dan konsumen menduduki
tingkat-tingkat tertentu. Tingkatan-tingkatan tersebut
dinamakan tingkat tropik. Produsen menempati tingkat tropik
1, konsumen 1 menempati tingkat tropik 2, konsumen II
menempati tingkat tropik 3, dan seterusnya. Piramida makanan
adalah komposisi rantai makanan yang makin ke atas
jumlahnya makin kecil. Ulat
Pohon Tikus
Singa Elang
Rumput Kelinci
Semak
Burung Kijan
b. Aliran Energi
Dalam suatu ekosistem terjadi proses makan dan dimakan yang
dilakukan organisme untuk memperoleh tenaga atau energi. Di
dalam proses makan dan dimakan tersebut juga berlangsung
aliran energi.
Dalam jaring-jaring kehidupan, hanya sebagian kecil dari
energi mengalami perpindahan dari satu makhluk hidup ke
makhluk hidup lainnya. Energi yang tersimpan dalam produsen
tidak seluruhnya akan pindah ke dalam jaringan tubuh
konsumen tingkat pertama. Dari sejumlah energi yang
tersimpan dalam jaringan, yang disimpan dalam tubuh
konsumen kira-kira 10% saja. Energi yang lain akan digunakan
untuk gerak, aktivitas biologis, dan sebagian energi hilang
sebagai panas, sedangkan sebagian lagi tetap tersimpan dalam
makanan yang tidak tercena dan keluar sebagai kotoran.
Pendek kata, setaip kali energi terlibat dalam suatu kegiatan
hidup, selalu ada sebagian yang diepaskan ke alam bebas. Jadi,
dalam proses makan dan dimakan terjadi aliran energi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan tekhnik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil
belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani dkk, 2007).
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Kemasyarakatan Desa
Promasan, Kelurahan Banjaroya, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo tahun
ajaran 2011/ 2012 dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa yang terdiri dari 12
perempuan dan 14 laki-laki.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, yaitu dari bulan Februari sampai dengan
Juli yang bertempat di SMP Kemayarakatan Promasan, Banjaroya, Kalibawang, Kulon
Progo.
D. Faktor yang Diteliti
Faktor siswa : yaitu hasil belajar siswa berupa peningkatan nilai setiap akhir siklus
dan aktivitas siswa selama KBM berlangsung, seperti : bertanya, dan menjawab
pertanyaan.
E. Rancangan Penelitian
Proses penelitian tindakan kelas ini direncanakan terdiri dari 3 siklus, tiap siklus
sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai dan merupakan suatu alur proses kegiatan
yang meliputi perencanaan (Planning), pelaksanaan tindakan (Acting), pengamatan
(Observing), dan refleksi (reflecting).. Seperti apa yang telah didesain dalam faktor yang
diselidiki awal dilakukan untuk mengetahui tindakan yang tepat diberikan dalam rangka
meningkatkan sikap dan hasil belajar siswa. Dari hasil observasi awal maka dalam
refleksi ditetapkan bahwa tindakan yang dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran ekosistem adalah melalui pendekatan kontekstual (CTL)
dalam proses pembelajaran di kelas.
Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan perlu mengadakan persiapan-persiapan
yang nantinya akan diperlukan dalam kegiatan penelitian. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan pada tahap persiapan ini adalah : 1. Melakukan observasi awal untuk
mengidentifikasi masalah melalui wawancara dengan guru bidang studi biologi, kemudian
bersama-sama guru tersebut menentukan bentuk pemecahan masalah berupa penerapan
model pembelajaran kontekstual pada konsep ekosistem. 2. Mempersiapkan perangkat
pembelajaran (membuat satuan pelajaran, rencana pembelajaran, LKS, menyiapkan alat dan
bahan untuk praktikum ). 3. Menyususun instrumen lembar observasi untuk mengamati
3
a.Siswa dapat menjelaskan
rantai makanan.
b.Siswa dapat membuat
diagram rantai makanan
c.Siswa dapat menjelaskan
jaring-jaring makanan.
d.Siswa dapat membuat
jaring-jaring makanan.
e.Siswa dapat menjelaskan
piramida makanan.
f. Siswa dapat membuat
piramida makanan
g.Siswa dapat mengetahui
F. Pelaksanaan Penelitian
1. SIKLUS I Pertemuan 1
Refleksi awal
Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman belajar guru, dapat diuraikan refleksi
awal sebagai berikut :
Siswa SMP secara umum memperoleh pembelajaran biologi dari gurunya melalui
pendekatan konsep melalui ceramah, walaupun guru pernah membawa ke
lingkungan namun hanya sebagai pengamatan saja tidak menggunakan Lembar
Kerja Siswa (LKS)
1) Tahap Perencanaan (Planning)
Pada siklus 1 dibahas sub konsep satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan
saling hubungan antarkomponen ekosistem melalui pemanfaatan lingkungan
sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang didahului oleh perencanaan yang
meliputi :
a) Peneliti melakukan penjelajahan/ observasi ke lingkungan sekitar sekolah
SMP Promasan untuk dijadikan lokasi pembelajaran.
b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang sub konsep
satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan saling hubungan
antarkomponen ekosistem melalui pemanfaatan lingkungan sekitar
sekolah sebagai sumber belajar.
c) Menyusun LKS tentang satuan makhluk hidup dalam ekosistem dan
saling hubungan antarkomponen ekosistem melalui pemanfaatan
lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.
d) RPP yang telah dibuat beserta perangkat pembelajarannya selanjutnya
disampaikan kepada guru bidang studi untuk dipelajari, didiskusikan dan
diperbaiki seperlunya dengan mempertimbangkan alokasi waktu yang
tersedia.
e) Menyusun soal-soal evaluasi yang akan diujikan secara tertulis kepada
siswa pada setiap kali pertemuan
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Guru memberikan tindakan kelas dengan model kontekstual melalui
tahap-tahap sebagai berikut :
a) Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengamati makhluk hidup dan makhluk tak hidup yang ada di kebun
sekolah.
b) Membagi kelas menjadi 8 kelompok, setiap kelompok mempunyai 3
anggota dan ada yang 4 anggota. Tiap kelompok kemudian menyebar di
kebun sekolah.
c) Siswa mengamati benda-benda yang ada di kebun sekolah baik benda
hidup maupun tak hidup.
d) Berdasarkan pengetahuannya siswa mengelompokkan benda-benda
tersebut menjadi 2 komponen, yaitu komponen biotik dan komponen
e) Hasil pengamatan dimasukkan ke dalam LKS.
f) Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan didiskusikan
bersama guna menghasilkan suatu kesimpulan.
g) Sebagai kegiatan akhir siswa membuat laporan hasil pengamatan secara
individu.
3) Pengamatan (Observing)
a) Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai kerja sama
dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan pekerjaan bersama
kelompoknya.
b) Peneliti menilai hasil laporan yang telah dikerjakan siswa secara
individu.
4) Refleksi (Reflecting)
Peneliti bersama guru bidang studi Biologi mendiskusikan hasil pengamatan
untuk perbaikan guna meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada
pertemuan ke 2.
Pertemuan 2 1) Perencanaan
a) Membuat program pembelajaran yaitu, PR dan LKS untuk dapat
menerapkan konsep ekosistem dengan memanfaatkan lapangan rumput
sebagai sumber belajar.
c) Siswa menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan
KBM berlangsung.
2) Pelaksanaan Tindakan
a) Membagi kelas menjadi 8 kelompok, tiap kelompok mempunyai 3
anggota dan ada yang 4 anggota.
b) Per kelompok menyiapkan peralatan berupa tali rafia, patok, lup, dan
plastik untuk materi kepadatan populasi.
c) Masing-masing kelompok menyebar di lapangan untuk melemparkan
plot kuadrat 1 x 1 m2 secara acak.
d) Siswa mengamati populasi yang ada di dalam plot kuadrat, untuk
serangga yang kecil dapat diamati dengan menggunakan lup.
e) Kepadatan populasi di dalam kuadrat kemudian di hitung dan hasilnya
dimasukkan kedalam tabel.
f) Tiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan dan dengan
bimbingan guru siswa menyimpulkan hasil pengamatan.
g) Siswa membuat kaporan hasil pengamatan secara individu.
h) Guru memberi tes pada akhir siklus I.
3) Pengamatan
a) Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai kerjasama,
keaktifan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan pekerjaan
bersama kelompoknya.
b) Peneliti menilai hasil tes akhir siklus dan laporan yang telah dikerjakan
4) Refleksi
Peneliti bersama guru bidang studi Biologi mendiskusikan hasil pengamatan
sehingga kekurangan yang ada pada siklus I dapat dikurangi pada siklus
berikutnya. Sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya menjadi lebih
baik dari pada siklus sebelumnya.
2. SIKLUS II a. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai
berikut :
1) Membuat program pembelajaran yaitu, PR dan LKS mengenai fotosintesis
yang berkaitan tumbuhan hijau merupakan produsen yang mampu
memproduksi makanan sendiri dengan bantuan sinar matahari untuk
berfotosintesis.
2) Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam praktikum
fotosintesis.
3) Mempersiapkan lembar observasi.
4) Siswa menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan
KBM berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
mengenai tujuan dan cara kerja fotosintesis.
3) Siswa mempersiapkan alat dan bahan untuk praktikum berupa daun yang
sudah ditutup kertas timah sehari sebelum praktikum.
4) Daun tersebut dimasukkan ke dalam air panas hingga berwarna kuning
pucat kemudian diangkat dan dimasukkan lagi ke dalam tabung reaksi
yang berisi alkohol. Warna alkohol diamati setelah bercampur dengan
daun tadi.
5) Daun diangkat kemudian ditetesi dengan larutan lugol, amati perubahan
yang terjadi.
6) Siswa juga melakukan untuk daun yang tidak ditutupi kertas timah.
7) Perbedaan warna kedua daun tersebut diamati dan dicatat dalam tabel
pengamatan.
8) Setiap kelompok mempresentasikan hasil pengamatan.
9) Guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal pada LKS dilanjutkan
berdiskusi untuk menarik suatu kesimpulan.
10) Siswa membuat laporan hasil pengamatan secara individu.
11) Guru memberi tes pada akhir siklus II.
c. Pengamatan
1) Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai Kerjasama,
keaktifan dan kemapuan siswa dalam menyelesaikan pekerjaan bersama
kelompoknya.
2) Peneliti menilai hasil tes akhir siklus dan laporan yang telah dikerjakan
siswa secara individu.
Peneliti bersama guru bidang studi Biologi mendiskusikan hasil pengamatan
sehingga kekurangan yang ada pada siklus II dapat dikurangi pada siklus
berikutnya. Sehingga hasil yang dicapai pada siklus berikutnya menjadi lebih
baik dari pada siklus sebelumnya.
3. SIKLUS III
a. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai
berikut :
1) Membuat program pembelajaran yaitu, PR dan LKS untuk menerapkan
konsep organisme heterototrof dengan memanfaatkan gambar (charta)
dan hewan-hewan yang ada di sekitar lingkungan sekolah.
2) Mempersiapkan lembar observasi.
3) Siswa menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan
KBM berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Guru menjelaskan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
mengamati hewan-hewan yang terdapat pada charta yang telah
disediakan secara berkelompok.
2) Membagi kelas dalam 6 kelompok.
4) Berdasarkan pengetahuannya siswa mengelompokkan hewan-hewan
yang ada pada charta menjadi 3 kelompok, yaitu herbivora, carnivora dan
omnivora.
5) Hasil pengamatan dimasukkan dalam LKS.
6) Selain mengamati charta, siswa juga mengamati hewan-hewan yang ada
di lingkungan sekitar sekolah maupun rumah masing-masing. Hasil
pengamatan dimasukkan kedalam LKS, digabungkan dengan hasil
pengamatan pada charta.
7) Tiap mempresentasikan hasil pengamatan, dilanjutkan dengan diskusi
untuk mendapatkan suatu kesimpulan.
8) Siswa diminta membuat laporan hasil pengamatan secara individu.
9) Guru mengadakan tes akhir siklus III.
c. Pengamatan
1) Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan menilai Kerjasama,
keaktifan dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan pekerjaan
bersama kelompoknya.
2) Peneliti menilai hasil tes akhir silkus dan laporan yang telah dikerjakan
siswa secara individu.
d. Refleksi
Peneliti bersama guru bidang studi Biologi mendiskusikan hasil pengamatan.
Setelah siklus ke III berakhir tingkat pemahaman dan hasil belajar siswa akan
G. Pengembangan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini meliputi LKS
dan alat evaluasi hasil belajar yang berpedoman pada indikator masing-masing rencana
pelaksanaan pembelajaran. Instrumen ini merupakan seperangkat tugas yang harus
diselesaikan oleh siswa, langkah-langkah penyusunan instrumennya adalah sebagai
berikut :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran khusus berdasarkan rambu-rambu dalam silabus
kurikulum IPA SMP 2006.
2. Menyusun instrumen LKS sesuai dengan materi yang akan disampaikan.
3. Menyusun soal berdasarkan tujuan khusus yang telah dirumuskan dan kisi-kisi soal
sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan dilengkapi dengan kunci jawaban.
H. Validasi Instrumen
Validasi instrumen dilakukan oleh guru mata pelajaran biologi dan dosen pembimbing.
I. Data dan Cara Pengambilan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari :
a. Sumber data
Sumber data penelitian tindakan kelas ini diperoleh dari :
2) Hasil pemahaman siswa melalui LKS pada setiap kali pertemuan.
3) Lembar observasi aktivitas oleh observer dan respon dari guru dalam kegiatan
pembelajaran untuk melihat peningkatan aktivitas bertanya dan menjawab di
setiap siklus.
b. Jenis data
1) Jenis data :
Jenis data dari penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif . Data
Kuantitatif terdiri atas ketrampilan siswa dan hasil belajar siswa. Sedang data
kualitatif berupa hasil observasi yang dilakukan oleh observer.
2) Cara Pengambilan data :
a) Data kualitatif diperoleh dari observasi setiap akhir siklus yang diambil
oleh observer.
b) Data kuantitatif diperoleh dari hasil belajar diambil dengan menggunakan
alat evaluasi berupa tes tiap siklus.
J. Teknik Analisis Data
Analisis data terhadap hasil penelitian dijelaskan sebagai berikut:
1. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil belajar
dengan cara persentase yaitu dengan menghitung peningkatan ketuntasan belajar
siswa secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai nilai 65 dan
ketuntasan klasikal jika siswa yang memperoleh nilai 65 ini jumahnya sekitar
rumus : Analisis tersebut dilakukan dengan menghitung ketuntasan individual
dan ketuntasan klasikal dengan rumus sebagai berikut:
Ketuntasan individu =
Ketuntasan klasikal =
siswa
Ketuntasan indiviual : Jika siswa mencapai ketuntasan KKM sekolah > 65
Ketuntasan klasikal : Jika > 85% dari seluruh siswa mencapai ketuntasan > 65
2. Data hasil pemahaman siswa terhadap soal-soal LKS.
3. Data kualitatif diperoleh dari penggunaan lembar observasi aktivitas dan respon
siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan cara deskriptif.
K. Indikator Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan dari penelitian ini adalah apabila ada peningkatan hasil dari setiap
siklus.
Indikator keberhasilan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Minimal ≥60 % siswa aktif dalam KBM.
2. Untuk perorangan, seorang siswa disebut tuntas belajar apabila telah mencapai skor
65 % atau nilai 65.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum dan Kondisi Belajar SMP Promasan
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan
penelitian diperoleh data mengenai kondisi pembelajaran di SMP Kemasyarakatan di
Dusun Promasan, Desa Banjaroya, Kecamatan Kali Bawang, Kabupaten Kulon progo.
Proses pembelajaran yang berlangsung masih satu arah di mana guru masih berperan
sebagai orang yang maha tahu dan sumber dari segala pengetahuan bagi siswa, sehingga
selama proses pembelajaran berlangsung keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih
kurang atau dapat dikatakan bahwa siswa cenderung pasif. Selain itu siswa juga kurang
berantusias dalam mengikuti pelajaran yang ditunjukkan dengan masih sedikitnya siswa
yang mengajukan pertanyaan maupun menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Metode yang digunakan guru dalam pengajaran adalah metode ceramah dan
hafalan sehingga siswa cenderung ramai sendiri; asyik dengan teman sebangku;
mengerjakan tugas lain seperti tugas menggambar yang bukan jamnya, bahkan ada pula
yang bermain secara sembunyi-sembunyi saat guru menerangkan di depan kelas. Ketika
peneliti mengkonfirmasi kapada siswa mengapa bertindak demikian secara sponton siswa
menjawab bahkan proses pembelajaran sangat membosankan karena setiap pembelajaran
hanya “cerito wae” dan sering diminta menulis dan menghafal dari buku paket yang sudah ada“khan mboseni to mas, mending buat ngerjake liyane!”.
Model hafalan ini menyebabkan siswa kurang kreatif, kurang kritis dan rendahnya
siswa dalam menganalisis pertanyaan yang diberikan oleh guru saat proses belajar
maupun saat diadakan ulangan harian.
Data yang diperoleh dari observasi kondisi awal, hasil nilai ulangan harian siswa
kelas VII, masih banyak siswa yang belum mencapai standar ketuntasan belajar.
Rangkuman hasil belajar Ulangan Harian siswa kelas VII ditunjukkan pada tabel berikut
ini :
Tabel 2. Hasil Ulangan Harian siswa kelas VII
No Hasil Ulangan Pencapaian
1. Nilai tertinggi 9,5
2. Nilai terendah 4
3. Rata-rata 7,18
4. Jumlah siswa yang tuntas belajar ( nilai≥ 6,5) 17
5. Jumlah siswa yang tidak tuntas belajar (nilai < 6,5) 9
6. Presentase ketuntasan belajar secara klasikal 65,38%
Berdasarkan data pada tabel dapat diketahui bahwa rata-rata hasil belajar siswa
kelas VII adalah 7,18 sedang ketuntasan belajar yang dicapai sebesar 65,38%. Hasil ini