• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPARAN PORNOGRAFI DARI MEDIA SOSIAL DAN PERILAKU BERPACARAN PADA SISWA SMK X, KELURAHAN CEMPAKA PUTIH, KECAMATAN CIPUTAT TIMUR KOTA TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PAPARAN PORNOGRAFI DARI MEDIA SOSIAL DAN PERILAKU BERPACARAN PADA SISWA SMK X, KELURAHAN CEMPAKA PUTIH, KECAMATAN CIPUTAT TIMUR KOTA TANGERANG"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PUTIH, KECAMATAN CIPUTAT TIMUR KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2015

Skripsi

Oleh:

Richo Agung Nugroho NIM: 1110101000083

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016 M/1437 H

(2)
(3)

ii Skripsi, Maret 2016

Richo Agung Nugroho, NIM : 1110101000083

Paparan Pornografi Dari Media Sosial Dalam Perilaku Berpacaran Pada Siswa SMK X Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2015

(xiv + 77 halaman, 3 gambar, 21 tabel, 2 lampiran) ABSTRAK

Media sosial memberikan kemudahan bagi semua orang untuk melakukan interaksi tanpa adanya halangan. Penyebaran informasi melalui media social dapat memberikan efek positif dan negatif terhadap karakter moral penggunanya. Salah satu efek negatif dalam penggunaan media sosial adalah penyebaran konten video porno. Hasil seminar profesi peminatan promosi kesehatan pada SMP dan SMA di Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan yang dilakukan oleh mahasiswa promosi kesehatan tahun 2013, diketahui bahwa 338 siswa atau 48,3% dari siswa SMP dan SMA mendapatkan paparan pornografi melalui media sosial. Terbesar pertama dari 8 sekolah yang menjadi objek penelitian adalah SMK X yaitu sebesar 58 siswa (17,1%).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui paparan pornografi dari media sosial dalam perilaku berpacaran pada siswa SMK X tersebut.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Mei Hingga September 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 54,3% responden terpapar media sosial, 64,9% pernah menonton video porno, dan 33,9% pernah mengunduh video porno. Dari seluruh responden, 82,4% pernah berpacaran dengan 87,1% diantaranya berpegangan tangan, 23,3%, bersentuhan, 34,7%

berciuman, 13,4% bercumbu mesra dan 5,4% mengaku pernah berhubungan seksual.

Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat memberikan hasil yang kualitatif dengan pendekatan intensif melalui wawancara kepada siswa atau mencari faktor lain yang dapat berhubungan dengan perilaku seks remaja.

Bagi orang tua perlu meningkatkan komunikasi kepada anak, supaya mereka bisa terbuka untuk menanyakan tentang perkembangan seksualnya.

Kata kunci : Media sosial, remaja, perilaku berpacaran, SMK Daftar bacaan : 41 (1987-2014)

(4)

iii Undergraduate Thesis, March 2016

Richo Agung Nugroho, NIM : 1110101000083

Exposure Of Pornography Of Social Media In Courting Behavior Students Of SMK X, Cempaka Putih, East Ciputat, South Tangerang 2015

(xiv + 77 pages, 3 images, 21 tables, 2 attachments)

ABSTRACT

Social media gives an easier way for everyone to interact with each other without having any barrier. Information disseminating through social media could give positive and negative effects toward morality of user character. One of negative effects of social media is pornography disseminating. The result of seminar profession of health promotion on junior and senior high school at Cempaka Putih subdistrict Tangerang Selatan who have done by students of health promotion in 2013 shows that 338 (48,3%) of 700 students have got exposure to pornography through social media. The largest percentage (17,1%) of schools that became the object of research is SMK X.

This research conducted to determine the exposure of pornography of social media on students dating behavior at SMK X, Cempaka Putih subdistrict, East Ciputat district, South Tangerang. This research is quantitative descriptive cross sectional study design that held from May to September 2015.

The result shows that 54,3% of respondents exposed to social media, 64,9% watched porn, and 33,9% had downloaded pornographic videos. Of all respondents, 82,4% had been going out with 87,1% of them holding hands, 23,3% touching, 34,7% kissing, 13,4% flirting and 5,4% having sex.

Further research is expected to provide a qualitative results by intensive interview to students or look for other factors that may be associated with adolescent sexual behavior. Besides, parents need to improve the way they communication to their children, hopefully they could be open to inquire about they sexual knowledge.

Keywords : Social media, teenager, courting behavior, SMK Bibliography : 41 (1987-2014)

(5)
(6)
(7)

vi

Nama lengkap : Richo Agung Nugroho

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 27 September 1991

Warganegara : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Reni Jaya B9 No.8 RT06 RW06, Pondok Petir,

Bojongsari, Depok, 16517

Telepon : +6285691431466 / +6185215501310

Email : Richo.agung@hotmail.com

Pendidikan Formal:

1997-2003 : SDS Tadika Puri

2003-2006 : SMP Dharma Karya UT

2006-2009 : SMK Penerbangan Dirghantara

2010-2016 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat

(8)

vii Bismillahirrahmanirrahiim

Alhamdulillah, seluruh puji serta syukur selalu dilantunkan kehadirat Allah SWT, Sang Pemilik Pengetahuan, yang dengan rahmat dan inayah - Nya jualah maka penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Paparan Pornografi dari Media Sosial dan Perilaku Berpacaran pada Siswa SMK X, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2015”.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Rasulullah SAW, yang atas perkenan Allah, telah mengantarkan umat manusia ke pintu gerbang pengetahuan Allah yang Maha luas.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta, kedua orang tua serta kakak yang selalu turut memberikan doa dan restu serta dukungan yang diberikan tanpa mengenal batas waktu hingga akhirnya penulis mampu mencapai pendidikan di jenjang universitas.

2. Ibu Fase Badriah, Ph.D dan Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, MHS selaku pembimbing yang telah memberi arahan dan masukan serta motivasi dan doa kepada penulis agar senantiasa berupaya maksimal dalam penyelesaian sayarat akhir untuk kelulusan.

3. Ibu Raihana Nadra Alkaff selaku dosen pemegang Peminatan Promosi Kesehatan yang telah memberikan arahan, masukan dan doa kepada penulis agar senantiasa berupaya maksimal dalam penyelesaian laporan magang, kompetensi dan perkuliahan.

4. Para Dosen Program Studi Kesehatan Masayarakat, atas semua ilmu yang telah diberikan.

(9)

viii

Dita, Yuli, Nita, Fury, Supriadi, dan Hervina.

6. Sahabat dan teman - teman penulis yang sudah memotivasi dan mendukung penyusunan skripsi ini.

7. Nadya Zahrayny yang sudah membantu penulis dan memberikan semangat dalam menyelesaikan penelitiannya untuk mendapatkan gelar sarjana.

Dan akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis panjatkan doa dan harap, semoga kebaikan mereka dicatat sebagai amal shaleh di hadapan Allah SWT dan menjadi pemberat bagi timbangan kebaikan mereka kelak.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran yang membangun senantiasa penulis harapkan agar dapat dijadikan masukan di waktu mendatang.

Semoga skripsi ini dapat mendatangkan manfaat kepada penulis khususnya, dan kepada seluruh pembaca secara keseluruhan.

Jakarta, Februari 2016

Penulis

(10)

ix

ABSTRAK ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PENGUJI... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Pertanyaan Penelitian ... 5

1.4. Tujuan ... 6

1.4.1. Tujuan Umum ... 6

1.4.2. Tujuan Khusus ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 7

1.5.1. Manfaat Teoritis

(11)

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Pornografi... 9

2.1.1 Definisi Pornografi... 9

2.1.2. Jenis – Jenis Pornografi... 10

2.2. Video Porno ... 11

2.2.1. Definisi Video Porno ... 11

2.2.2. Dampak Negatif Video Porno... 12

2.3. Media Elektronik... 13

2.4. Media Sosial... 15

2.4.1. Definisi Media Sosial ... 15

2.4.2. Jenis – Jenis Media Sosial... 17

2.4.3. Penggunaan Media Sosial ... 18

2.4.4. Pengaruh Sumber Informasi terhadap Perilaku Seksual Pranikah 20 2.5 Remaja... 21

2.5.1. Definisi Remaja... 21

2.5.2. Kategori Remaja... 22

2.5.3. Karakteristik Perkembangan Remaja ... 23

(12)

xi

2.6.2. Tahapan Pacaran ... 26

2.6.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pacaran... 27

2.8.4. Dampak Pacaran... 29

2.7. Perilaku Seksual Remaja... 31

2.7.1. Peran Orang Tua ... 33

2.7.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Seksual Pranikah .... 35

2.7.3. Peran Teman Sebaya ... 37

2.7.4. Pengaruh Teman Sebaya terhadap Perilaku Seksual Pranikah ... 38

2.8. Model S-O-R... 39

2.9. Kerangka Teori... 42

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 45

3.1. Kerangka Konsep ... 46

3.2. Definisi Operasional... 47

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 53

4.1. Desain Penelitian... 53

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 53

4.2.1. Waktu Penelitian ... 53

(13)

xii

4.3.1. Populasi Penelitian ... 53

4.3.2. Sampel Penelitian... 54

4.4. Instrumen Penelitian... 55

4.5. Pengumpulan Data ... 56

4.6. Manajemen Data ... 56

4.7. Analisis Data ... 57

BAB V HASIL PENELITIAN ... 58

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 58

5.2. Gambaran Stimulus Paparan Media Social Pada Siswa SMK X, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2015... 58

5.3. Gambaran Organisme Berdasarkan Karakteristik Individu Pada Siswa SMK X, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2015... 64

5.4. Gambaran Respon perilaku berpacaran yang terdiri dari bersentuhan (touching),berciuman (kissing), bercumbu (petting), dan berhubungan seksual (sexual intercourse) pada siswa SMK X, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan tahun 2015 .. 65

BAB VI PEMBAHASAN... 68

6.1. Keterbatasan Penelitian ... 68

(14)

xiii

2015... 68

6.2.1. Gambaran Paparan Media Sosial Pada Siswa SMK X ... 68

6.2.2. Gambaran Sumber Mengunduh Video Porno Pada Siswa

SMK X ... 69

1.2.3. Gambaran Frekuensi Menonton Video Porno Pada Siswa

SMK X ... 70

6.2.4. Gambaran Perangkat Teknologi Yang Digunakan Siswa SMK X Untuk Menonton Dan Mengunduh Video Porno ... 71

6.2.5. Gambaran Tempat Yang Digunakan Siswa SMK X Untuk

Menonton Dan Mengunduh Video Porno ... 72

6.2.6. Gambaran Teman Sebaya ... 73

6.3. Gambaran Organisme Berdasarkan Karakteristik Individu Pada Siswa SMK X, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2015... 74

6.3.1. Gambaran Variabel Umur Pada Siswa SMK X ... 74

6.3.2. Gambaran Variabel Jenis Kelamin Pada Siswa SMK X... 75

6.4. Gambaran Respon perilaku berpacaran yang terdiri dari bersentuhan (touching), berciuman (kissing), bercumbu (petting), dan berhubungan seksual (sexual intercourse) pada siswa SMK X, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan tahun 2015 .. 76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

7.1. Kesimpulan ... 80

(15)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(16)

xv

Tabel 3.1. Definisi Operasional ... 47

Tabel 5.1 Jumlah Responden Terpapar Media Sosial... 59

Tabel 5.2 Jenis Laman Internet Yang Dibuka Responden ... 59

Tabel 5.3 Karakteristik Responden yang pernah mengunduh video porno……..60

Tabel 5.4 Laman Internet Yang Digunakan Responden Untuk Mengunduh Video Porno ... 60

Tabel 5.5 Karakteristik Frekuensi Responden Mengunduh video porno... 61

Tabel 5.6 Tempat Responden yang pernah mengunduh video porno ... 61

Tabel 5.7 Alat Yang digunakan Responden yang pernah mengunduh video porno ... 61

Tabel 5.8 Karakteristik Responden yang pernah menonton video porno ... 62

Tabel 5.9 Karakteristik Frekuensi Responden Menonton video porno... 62

Tabel 5.10 Tempat Responden yang Menonton video porno ... 62

Tabel 5.11 Laman Internet Yang Digunakan Responden Untuk Menonton Video Porno ... 63

Tabel 5.12 Alat Yang digunakan Responden menonton video porno ... 63

Tabel 5.13 Karakteristik Pengaruh Teman Sebaya Untuk Menonton Video Porno ... 63

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengaruh Teman Sebaya ... 64

Tabel 5.15 Karakteristik Jenis Kelamin Responden ... 65

Tabel 5.16 Karakteristik Umur Responden... 65

Tabel 5.17 Distribusi Frekuensi Responden yang Pernah Pacaran... 65

Tabel 5.18 Karakteristik Frekuensi Pacaran Responden... 66

Tabel 5.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Seksual……66

Tabel 5.20 Karakteristik Frekuensi Pacaran Responden yang berpegangan tangan ... 67

(17)

xvi Lampiran 2. Output SPSS

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mengakses internet di era informasi saat ini sudah menjadi rutinitas kebanyakan masyarakat, mulai dari kalangan pelajar, mahasiswa, maupun pekerja. Sejumlah kemudahan akses internet membuat masyarakat dengan mudah mengakses berita, berjejaring sosial media, mengunduh video atau bahkan menuliskan jurnal pribadinya di dunia maya hanya dengan menggunakan telepon selular saja. Kemudahan inilah yang membuat masyarakat cenderung lebih memilih untuk berkomunikasi di dunia maya melalui jejaring sosial media dibandingkan dengan komunikasi secara langsung.

Media sosial memberikan pengaruh terhadap perubahan pola kehidupan manusia, budaya, sosial, dan pola fikir. Media sosial memberikan kemudahan bagi semua orang untuk melakukan interaksi tanpa ada halangan masalah jarak yang jauh. Penyebaran informasi ini memberikan efek positif dan negatif terhadap pembangunan karakter moral penggunanya (Nasution, 2012). Salah satu efek negatif dalam penggunaan media sosial adalah penyebaran konten video porno melalui web, blog, online social network, dan online forum.

Berdasarkan Undang-Undang No 44 tahun 2008 tentang Pornografi, penyebaran video porno di dunia yang sangat cepat menimbulkan efek negatif terhadap pembentukan mental dan karakter masyarakat dunia terutama anak- anak, remaja dan wanita seperti aborsi, kehamilan tidak diinginkan dan HIV- AIDS. Pornografi adalah segala sesuatu yang secara material baik berupa film, surat kabar, tulisan, foto, atau lain-lainnya, menyebabkan timbulnya atau munculnya hasrat-hasrat seksual termasuk video porno (Mariani, 2010).

(19)

Efek negatif yang ditimbulkan oleh video porno membuat banyak negara mulai serius untuk mengendalikan penyebaran pornografi di televisi, gedung- gedung film, dan internet (Sudrajat, 2006). Akibat dari pengaruh negatif video porno dan konten pornografi ini membuat beberapa negara seperti Amerika dan Inggris memberikan pembatasan terhadap pertunjukan-pertunjukan cabul dengan memperkuat undang-undang percabulan atau undang-undang anti pornografi (Sudrajat, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPA) tahun 2007, pada 4500 remaja di 12 kota besar di Indonesia mengungkapkan bahwa 97 % remaja tersebut pernah menonton film porno (Gatra, 2 Maret 2009). Hal ini mengindikasikan bahwa pemaparan pornografi pada remaja di Indonesia diduga mempunyai skala nasional.

Pornografi dapat menjadi materi yang merugikan terhadap perilaku anak sekolah. Siswa atau remaja yang sering terpapar pornografi mempunyai keinginan tinggi untuk menirukan adegan porno yang pernah ditontonnya (Haggstrom-Nordin dkk., 2005). Penelitian terhadap 1000 wanita muda di Stockholm, Swedia, melaporkan sekitar 47% dari wanita tersebut telah melakukan hubungan anal (anal intercourse) dan 80% dari mereka menyatakan bahwa perilaku seksual mereka dipengaruhi pornografi yang ditontonnya (Rogala & Tydén, 2003).

Pengaruh negatif ini juga berimbas pada pola kehidupan remaja di Indonesia. Survei KPA (2010), mengungkapkan bahwa perilaku seksual pra nikah pada remaja didapatkan 97% remaja pernah menonton atau mengakses materi pornografi, 93% remaja pernah berciuman, 62,7% remaja pernah berhubungan badan dan 21% remaja Indonesia telah melakukan aborsi.

Penelitian yang dilakukan Supriati dan Fikawati tahun 2009 mencatat bahwa 83,3% remaja SMP telah terpapar pornografi di Kota Pontianak. Selanjutnya di Kota Mataram menunjukkan bahwa pada salah satu

(20)

SMP Negeri menunjukkan bahwa 96,8% siswa telah terpapar terhadap materi pornografi (Mariani & Bachtiar, 2009).

Kebiasaan membuka situs porno di internet dapat menimbulkan kecanduan pornografi yang dapat memberikan dampak negatif. Dari segi finansial, orang-orang tersebut bisa menghabiskan banyak uang dan waktunya hanya untuk mengakses situs porno sehingga menjadi pribadi yang kurang produktif. Bagi perkembangan kepribadian, pornografi dapat memberikan dampak negatif seperti malas bekerja, suka berfantasi, menjadi budak nafsu, hingga kehilangan oreintasi tentang masa depan.

Masa pacaran adalah masa pendekatan antara dua individu yang berlawanan jenis yang ditandai dengan pengenalan kelebihan dan kekurangan yang dimiliki individu masing-masing (Dariyo, 2004). Pacaran sering dimaknai sebagai suatu proses pendekatan tanpa disertai dengan kontak fisik baik dalam bentuk tindakan kekerasan maupun kontak fisik yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku seksual pra nikah. Salah satu akibat dari perilaku seks pra nikah ini adalah meningkatnya probabilitas seseorang terinfeksi HIV dan AIDS, gonore, atau penyakit infeksi menular seksual lainnya. Infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual (Dien, 2007).

Usia remaja awal (12-15 tahun) merupakan subyek pertama kali mengalami menstruasi, pertama kali berpacaran, pertama kali berkencan dan pertama kali menonton film porno. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rheza tahun 2008 mendapatkan bahwa remaja putri yang berpacaran telah melakukan hubungan seksual (sexual intercourse), seks oral (oral seks), berkencan (dating), berfantasi, berdandan, merayu dan menggoda, pemaksaan perlakuan seksual terhadap pasangan (date rape) dan seduksi, phone sex, bercumbuan (petting), berciuman (kissing) dan bersentuhan (touching). Hal ini sangat menghawatirkan mengingat perilaku seksual diusia remaja yang dilakukan

(21)

secara tidak bertanggung jawab dapat meningkatkan jumlah remaja putri yang hamil diluar nikah dan terjangkit IMS yang kemudian dapat berpengaruh terhadap masa depannya.

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama (Sarwono, 2005). Remaja yang telah berpacaran memiliki peluang yang lebih besar melakukan hubungan seksual akibat dari intensitas mengakses situs porno (Lestari, 2007). Pada penelitian yang dilakukan Mariani (2010) diketahui bahwa terdapat hubungan korelasional antara berpacaran dengan paparan pornografi. Dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa adanya hubungan antara paparan pornografi dengan perilaku berpacaran yang dilakukan oleh remaja.

Berdasarkan hasil penelitian pada Sekolah Menengah Tingkat Pertama dan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan yang dilakukan oleh mahasiswa promosi kesehatan prodi kesehatan masyarakat FKIK Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 diketahui bahwa sebanyak 338 siswa atau 48,3% dari siswa SMP dan SMA yang berada di Kecamatan Ciputat Timur mendapatkan paparan pornografi dari media sosial. Dari hasil tersebut diketahui bahwa sebanyak 58 siswa (17,1%) merupakan siswa SMK X yang terpapar pornografi dari media sosial dan merupakan terbesar pertama dari 8 sekolah yang menjadi objek penelitian. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti juga diketahui bahwa, penggunaan media sosial dijadikan oleh siswa sebagai tempat untuk mendapatkan konten pornografi. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui paparan pornografi dari media sosial dalam perilaku berpacaran pada siswa SMK X.

(22)

1.2. Rumusan Masalah

Dampak keterpaparan video pornografi sangat buruk terhadap remaja yang berpacaran karena mereka cenderung memiliki peluang untuk melakukan perilaku seksual pranikah. Remaja yang yang pernah pacaran di usia dini akan lebih permisif terhadap perilaku seksual pra nikah dan memiliki keterpaparan yang cukup tinggi terhadap video pornografi sehingga berpacaran dapat menyebabkan siswa lebih mudah terpapar pornografi dan pemaparan pornografi juga dapat mendorong siswa untuk lebih cepat berpacaran. Padahal, remaja merupakan masa yang paling penting untuk menanamkan perilaku seksual pra nikah yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian pada Sekolah Menengah Tingkat Pertama dan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan yang dilakukan oleh mahasiswa promosi kesehatan tahun 2013 diketahui bahwa sebanyak 338 siswa (48,3%) yang berasal dari SMP dan SMA yang berada di Kecamatan Ciputat Timur mendapatkan paparan pornografi dari media sosial dan dari hasil tersebut diketahui bahwa sebanyak 58 siswa (17,1%) merupakan siswa SMK X yang terpapar pornografi dari media sosial. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti juga diketahui bahwa, penggunaan media sosial dijadikan oleh siswa sebagai tempat untuk mendapatkan konten pornografi. Sehingga peneliti ingin melakukan survei dampak video pornografi terhadap perilaku pacaran di SMK X, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan tahun 2015.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1.3.1. Bagaimana gambaran stimulus (paparan media sosial, sumber, frekuensi, teknologi, tempat, dan teman sebaya) pada siswa SMK X,

(23)

Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan tahun 2015?

1.3.2. Bagaimana gambaran organisme (umur dan jenis kelamin) pada siswa SMK X, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan tahun 2015?

1.3.3. Bagaimana gambaran perilaku berpacaran (bersentuhan (touching), berciuman (kissing), bercumbu (petting), dan berhubungan seksual (sexual intercourse)) pada siswa SMK X, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan tahun 2015?

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran paparan pornografi dari media sosial dan perilaku berpacaran pada siswa SMK X, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan tahun 2015.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran stimulus paparan media sosial yang terdiri dari sumber, frekuensi, teknologi, tempat, dan teman sebaya pada siswa SMK Xa, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan tahun 2015.

2. Untuk mengetahui gambaran organisme yang terdiri dari umur dan jenis kelamin pada siswa SMK X, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan tahun 2015.

3. Untuk mengetahui gambaran respon perilaku berpacaran yang terdiri dari bersentuhan (touching), berciuman (kissing), bercumbu (petting), dan berhubungan seksual (sexual intercourse) pada siswa SMK X, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan tahun 2015.

(24)

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

1.5.1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian bermanfaat untuk mengembangkan ilmu promosi kesehatan dalam kesehatan masyarakat, terutama mengenai perilaku sosial remaja. Hal lain yang dapat digali dari penelitian ini adalah kemungkinan munculnya strategi-strategi baru dalam promosi kesehatan.

1.5.2. Manfaat Praktisi

Secara praktis, hasil penelitian ini bermanfaat:

1. Bagi peneliti

Sebagai pengembangan praktis dari ilmu-ilmu tentang promosi kesehatan terutama perilaku sosial dan kesehatan reproduksi.

2. Bagi Sekolah

Sebagai bahan evaluasi dan pengembangan kepribadian berperilaku sosial peserta didik. Sekaligus sebagai evaluasi kebijakan terkait dengan penggunaan ponsel bagi peserta didik.

3. Bagi Kecamatan Ciputat Timur

Sebagai bahan evaluasi anak didik, serta meningkatkan kepedulian terhadap perilaku sosial remaja.

4. Bagi Pembaca

Dapat memberikan informasi tentang gambaran penggunaan media sosial oleh pelajar serta perbedaan perilaku sosial remaja pengguna media sosial dan bukan pengguna. Selain itu, laporan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan dokumen ilmiah yang bermanfaat dalam mengembangkan ilmu serta dapat digunakan dan bahan perbandingan penelitian selanjutnya terutama untuk penelitian yang serupa di daerah lain.

(25)

1.6. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan di pada siswa SMK X, Kelurahan Cempaka Putih, Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan pada bulan Mei hingga September 2015tahun 2015. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa semester 10 Peminatan Promosi Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Februari 2015 sampai Juli 2015.

Populasi penelitian adalah seluruh siswa SMK X Kelas X, XI dan XII.

Sampel diambil menggunakan metode Proportional Random Sampling dengan jumlah sampel sebesar 245 orang. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.

(26)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pornografi

2.1.1 Definisi Pornografi

Kata pornografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu pornographos yang terdiri dari dua kata porne (=a prostitute) berarti prostitusi, pelacuran dan graphein (= to write, drawing) berarti menulis atau menggambar. Secara harfiah dapat diartikan sebagai tulisan atau gambar tentang pelacur (terkadang juga disingkat menjadi

"porn," atau "porno"). Pornografi kini tersedia lebih beragam dan dapat dijangkau dengan sangat mudah bahkan murah oleh siapa pun termasuk anak-anak dan remaja.

Bicara masalah pornografi, berarti kita harus menyiapkan diri untuk mengetahui mulai dari efek kecanduan sampai efek pelampiasan hasrat seksual yang diakibatkan materi-materi pornografis. Pornografi sendiri tidak bisa kita lepaskan dari masalah-masalah perilaku-perilaku seksual sampai kejahatan-kejahatan seksual.

Pornografi adalah segala bentuk produk media yang bernuansa seksual atau yang mengeksploitasikan perilaku seksual manusia (Soebagijo, 2008). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pornografi dirumuskan menjadi: (1) gambaran tingkah laku yang secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi; (2) bahan bacaan yang sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi/seks. Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi “pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan dimuka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat”.

(27)

Pada bab II dalam pasal 4 undang-undang pornografi disebutkan lebih jauh bahwa setiap orang dilarang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan, menyebarluaskan, menyiarkan, mengimpor, mengekspor, menawarkan, memperjualbelikan, menyewakan, atau menyediakan pornografi yang secara eksplisit.

2.1.2. Jenis – Jenis Pornografi

Media pornografis yang saat ini banyak berkembang telah menjadi referensi pengetahuan dan pemahaman anak-anak dan remaja, juga telah menjadi sumber pembelajaran utama mengenai seks dan kehidupan seksual. Pesan-pesan kehidupan seksual, seperti gaya hidup seks bebas, yang banyak terdapat di media perlahan membentuk remaja dan anak-anak menjadi pribadi yang terobsesi secara seksual.

media yang bernuansa seksual juga dapat mengeksploitasikan perilaku seksual manusia.

Sekarang pornografi yang telah berkembang didalam masyarakat memiliki berbagai macam wujud ataupun jenis. Hal ini dikarenakan bentuk pornografi sesungguhnya tidaklah tunggal akan tetapi bisa sangat beragam. Jenis muatan pornografi yang terdapat di masyarakat, diantaranya:

1. Sexually violent material,

Pornografi dengan menyertakan kekerasan.

2. Nonviolent material depiciting degradation, domination, subordinaton or humiliation.

Meskipun tidak mengunakan unsur kekerasan dalam materi seks yang disajikan akan tetapi di dalamnya terdapat unsur melecehkan perempuan.

3. Nonviolent and nondegrading materials

Produk pornografi yang memuat adegan hubungan seksual tanpa unsur kekerasan ataupun pelecehan terhadap perempuan.

(28)

4. Nudity

Pornografi dalam bentuk fiksi.

5. Child Pornography

Pornogarafi yang menampilkan anak-anak dan remaja sebagai modelnya (Soebagijo, 2008).

Menurut undang-undang pornografi tahun 2008 bab II pasal 4 pemerintah juga menjelaskan larangan tentang pornografi yang menayangkan atau menyajikan adegan porno secara eksplisit, antara lain:

a. persenggamaan, termasuk persenggamaan yang menyimpang;

b. kekerasan seksual;

c. masturbasi atau onani;

d. ketelanjangan atau tampilan yang mengesankan ketelanjangan;

e. alat kelamin; atau f. pornografi anak.

2.2. Video Porno

2.2.1. Definisi Video Porno

Definisi yang jelas tentang video porno belum banyak berkembang secara signifikan. Definsi masih mengacu pada definisi video dan porno secara terpisah.

Menurut Hanson (1973) tentang video adalah bentuk unik dari komunikasi visual yang telah dipengaruhi oleh faktor sejarah, pengembangan teknis, dan kritik yang diberikan kepada bentuk media lainnya.

Mendefinisikan video sulit karena kita telah diperkenalkan ke media melalui sejumlah teknologi yang terkait - yang sebagian besar tumbuh dari perkembangan bentuk media lainnya. Definisi diatas masih terlalu umum untuk menggambarkan video secara tekhnis sehingga definisi video adalah teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan dan menata ulang gambar bergerak.

(29)

Pornografi menurut Undang-Undang No 44 Tahun 2008 menjelaskan bahwa pornografi adalah gambar, sketsa, ilustrasi, foto, tulisan, suara, bunyi, gambar bergerak, animasi, kartun, percakapan, gerak tubuh, atau bentuk pesan lainnya melalui berbagai bentuk media komunikasi dan/atau pertunjukan di muka umum, yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.

Sehingga definisi video porno adalah bentuk unik dari komunikasi visual yang merekam, menangkap, memproses, mentransmisi dan menata ulang gambar bergerak yang memuat kecabulan atau eksploitasi seksual yang melanggar norma kesusilaan dalam masyarakat.

2.2.2. Dampak Negatif Video Porno

Dampak menonton film yang bersifat pornografi terhadap perilaku remaja adalah terjadinya peniruan yang memprihatinkan. Peristiwa dalam film memotivasi dan merangsang kaum remaja untuk meniru atau mempraktikkan hal yang dilihatnya (Supriati, 2008).

Menurut Wallmyr dan Welin (2006), remaja yang sering terpapar video porno (lebih dari 1× per bulan) memiliki pemikiran berbeda tentang cara memperoleh informasi seks dengan remaja yang tidak pernah terpapar media pornografi dan remaja yang jarang terpapar media pornografi (1× per bulan). Remaja yang jarang dan tidak pernah terpapar media pornografi menganggap informasi tentang seks tidak harus didapatkan dari media pornografi karena informasi tersebut dapat diperoleh dengan bertanya pada teman, guru, maupun orang tua.

Penelitian Nursalam (2008) mendapatkan hasil bahwa responden yang terpapar media elektronik mempunyai peluang 3,06 kali untuk berperilaku seksual berisiko berat dibandingkan dengan responden yang tidak terpapar dengan media elektronik, sedangkan responden yang terpapar media cetak mempunyai peluang 4,44

(30)

kali untuk berperilaku seksual berisiko berat dibanding tidak terpapar dengan media cetak.

Menurut Santrock (2003), remaja yang terpapar media pornografi secara terus-menerus, semakin besar hasrat seksualnya. Remaja menerima pesan seksual dari media pornografi secara konsisten berupa kissing, petting, bahkan hubungan seksual pra nikah, tapi jarang dijelaskan akibat dari perilaku seksual yang disajikan seperti hamil di luar nikah atau kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini membuat remaja tidak berpikir panjang untuk meniru apa yang mereka saksikan. Remaja menganggap keahlian dan kepuasan seksual adalah yang sesuai dengan yang mereka lihat.

Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Zilmann dan Bryan (2002) yang menyatakan bahwa ketika seseorang yang terpapar pornografi berulangkali, mereka akan menunjukkan kecenderungan untuk memiliki persepsi menyimpang mengenai seksualitas dan juga terjadi peningkatan kebutuhan akan tipe pornografi yang lebih keras dan menyimpang. Pornografi dapat menghasilkan rangsangan fisiologis dan emosional serta peningkatan tingkat rangsangan kemungkinan akan menghasilkan beberapa bentuk perilaku seksual seperti kissing, petting, masturbasi maupun sexual intercourse.

2.3. Media Elektronik

Media elektronik adalah media yang menggunakan elektronik atau energi elektromekanis bagi pengguna akhir untuk mengakses isinya. Istilah ini merupakan kontras dari media statis (terutama media cetak), yang meskipun sering dihasilkan secara elektronis tapi tidak membutuhkan elektronik untuk diakses oleh pengguna akhir. Sumber media elektronik yang familier bagi pengguna umum antara lain adalah rekaman video, rekaman audio, presentasi multimedia. Media elektronik dapat berbentuk analog maupun digital walaupun media baru pada umumnya berbentuk digital. Contoh media elektronik yaitu televisi, radio, HP, VCD/DVD, internet (Febrian, 2011).

(31)

Ciri-ciri media elektronik yaitu: menggunakan media massa dengan organisasi (lembaga media) yang jelas, komunikator memiliki keahlian tertentu, pesan searah dan umum serta melalui proses produksi dan terencana, khalayak yang dituju heterogen dan anonim, kegiatan media masa teratur dan berkesinambungan, ada pengaruh yang dikehendaki, dalam konteks sosial terjadi saling memengaruhi antara media dan kondisi masyarakat serta sebaliknya, seperti halnya media yang dapat memengaruhi remaja terutama dalam perilaku seksualnya (Febrian, 2011).

Rasa ingin tahu dari remaja terutama dalam hal seks kurang disertai dengan pertimbangan rasional dan pengetahuan yang cukup tentang akibat yang didapat dari perbuatan yang dilakukannya. Selain itu rasa ingin tahu dianggap sebagai manusia dewasa, kaburnya nilai-nilai yang dianut, kurangnya kontrol dari pihak yang lebih tua berkembangnya naluri seks akibat berkembangnya alat-alat kelamin sekunder, kurangnya informasi seks menyebabkan para remaja sering mengambil keputusan – keputusan yang kurang tepat. Hal ini pulalah yang mendorong remaja melakukan hal – hal yang tidak seharusnya dilakukan pada masa remaja (Asfriyati, 2005).

Calzo dan Suzuki (2004) menyebutkan bahwa media elektronik sering digunakan oleh remaja sebagai sumber informasi dan sebagai media komunikasi dengan teman sebayanya. Kenneavy et.al. (2006) menyebutkan bahwa pada usia remaja, pencarian informasi merupakan salah satu hal yang paling penting, terutama informasi mengenai seks dan aturan orang dewasa. Media elektronik merupakan sumber pencarian informasi yang paling banyak digunakan oleh remaja karena media masa sangat mudah diakses dan pesan yang disampaikan oleh media elektronik juga sangat efektif dan atraktif. Selain memberikan informasi mengenai seks secara bebas, media elektronik juga memberikan contoh perilaku kekerasan bagi remaja (Ghozaly, 2011).

Banyak sekali informasi melalui media massa seperti media elektronik yang ditayangkan secara gencar, vulgar (seronok), dan bersifat tidak mendidik tetapi lebih cenderung mempengaruhi dan mendorong perilaku seksual yang tidak

(32)

bertanggungjawab. Keterpaparan remaja terhadap pornografi dalam bentuk film porno semakin meningkat. Konsultasi seks yang diberikan melalui media elektronik yang disebut sebagai pendidikan sekolah, penayangan film tertentu di televisi dapat menyebabkan salah persepsi/pemahaman yang kurang tepat terhadap kesehatan reproduksi. Di sisi lain penerangan melalui media bersifat audio visual sangat terbatas dan kalaupun ada bentuknya kurang menarik remaja (Pinem, 2009).

Sarwono (2011) mengatakan bahwa kecenderungan pelanggaran terhadap perilaku seksual remaja makin meningkat oleh karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa dengan adanya teknologi canggih (video cassette, fotokopi, satelit, VCD, telepon genggam, internet, dan lain-lain) menjadi tak terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengar dari media massa, khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.

2.4. Media Sosial

2.4.1. Definisi Media Sosial

Media sosial adalah sebuah media online yang para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Pendapat lain mengatakan bahwa media sosial adalah media online yang mendukung interaksi sosial dan media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif.

Menurut Afriani (2011) Media massa online tidak pernah menghilangkan media massa lama tetapi mensubtitusinya. Media online merupakan tipe baru jurnalisme karena memiliki sejumlah fitur dan karakteristik dari jurnalisme

(33)

tradisional. Fitur-fitur uniknya mengemuka dalam teknologinya, menawarkan kemungkinan-kemungkinan tidak terbatas dalam memproses dan menyebarkan berita.

Santana (2005: 137).

Media sosial adalah sebuah media online dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, sosial network atau jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial dan wiki mungkin merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Afriani (2011). Andreas Kaplan dan Michael Haenlein (2010) mendefinisikan media sosial sebagai "sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0 , dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content".

Media sosial (Social Networking) adalah sebuah media online dimana para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, sosial network atau jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.

Media sosial online merupakan media yang didesain untuk memudahkan interaksi sosial bersifat interaktif dengan berbasis teknologi internet yang mengubah pola penyebaran informasi dari sebelumnya bersifat broadcast media monologue (satu ke banyak audiens) ke social media dialogue (banyak audiens ke banyak audiens). Jenis serta komposisi media sosial online di dunia virtual sangat beragam, antara lain jejaring sosial (Facebook, Friendster,Linkedln, dan sebagainya), microblogging platform (Twitter, Plurk, Koprol, dan lain-lain), jejaring berbagi foto serta video (Flickr, Youtube,dan sebagainya), Podcast, Chat rooms, Message board, Forum, Mailing list, serta masih banyak lainnya.

Media sosial seperti Twitter mengalami masalah serius karena di sana banyak beredar konten pornografi. Analis Robert Peck dari lembaga konsultan finansial SunTrust Robinson Humphrey, pekan lalu menerbitkan laporan yang memprediksi ada sekitar 10 juta akun dari 300 juta pengguna Twitter, yang berbagi konten pornografi. (Aditya Panji,2015)

(34)

Perkembangan teknologi informasi yang salah satu variannya adalah internet, sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Internet yang pada mulanya hanya dikembangkan untuk kepentingan militer, riset dan pendidikan, terus berkembang memasuki seluruh aspek kehidupan manusia. Internet sebagai media pelayanan informasi tanpa batas content, waktu, wilayah, usia dan jenis kelamin, telah menjadi paradigma baru komunikasi dunia maya di semua negara.

Di Indonesia, ICT Watch dalam seminar Online Child Pornography yang diselenggarakan di kampus Universitas Indonesia (UI) beberapa waktu lalu, melansir temuannya bahwa setiap kali mengetik password seperti "SMP" atau "SMA" pada mesin pencari Google, maka akan selalu ditemukan hal-hal yang mengacu pada aktivitas atau foto-foto porno anak-anak Indonesia.

2.4.2. Jenis – Jenis Media Sosial

Media sosial teknologi mengambil berbagai bentuk termasuk majalah, forum internet, weblog, blog sosial, microblogging, wiki, podcast, foto atau gambar, video, peringkat dan bookmark sosial. Dengan menerapkan satu set teori-teori dalam bidang media penelitian (kehadiran sosial, media kekayaan) dan proses sosial (self- presentasi, self-disclosure) Kaplan dan Haenlein menciptakan skema klasifikasi untuk berbagai jenis media sosial dalam artikel Horizons Bisnis mereka yang diterbitkan 2010. Menurut Kaplan dan Haenlein ada enam jenis media sosial, antara lain:

1. Proyek Kolaborasi

Website mengijinkan usernya untuk dapat mengubah, menambah, ataupun me-remove konten – konten yang ada di website ini. Contohnya Wikipedia.

2. Blog dan microblog

User lebih bebas dalam mengekspresikan sesuatu di blog ini seperti curhat ataupun mengkritik kebijakan pemerintah. Contohnya Twitter.

(35)

3. Konten

para user dari pengguna website ini saling meng-share konten – konten media, baik seperti video, ebook, gambar, dan lain – lain. Contohnya Youtube.

4. Situs jejaring sosial

Aplikasi yang mengizinkan user untuk dapat terhubung dengan cara membuat informasi pribadi sehingga dapat terhubung dengan orang lain.

Informasi pribadi itu bisa seperti foto – foto. Contoh Facebook.

5. Virtual game World

Dunia virtual, dimana mengreplikasikan lingkungan 3D, dimana user bisa muncul dalam bentuk avatar – avatar yang diinginkan serta berinteraksi dengan orang lain selayaknya di dunia nyata. contohnya game online.

6. Virtual social World

Dunia virtual yang dimana penggunanya merasa hidup di dunia virtual, sama seperti virtual game world, berinteraksi dengan yang lain. Namun, Virtual Social World lebih bebas, dan lebih ke arah kehidupan, contohnya Second Life.

2.4.3. Penggunaan Media Sosial

Media sosial menjadi salah satu media yang dipergunakan oleh banyak kalangan, termasuk remaja. Untuk melihat perilaku seseorang dalam menggunakan media sosial dapat menggunakan model Uses and Gratification. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayaknya tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Model ini berasumsi bahwa anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi, karena penggunaan media hanya salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis.

(36)

Gambar 2.6 Model Uses and Gratification, Rakhmat (2004:65)

Anteseden meliputi variabel individu dan variabel lingkungan. Blumer menyebutkan tiga orientasi motif, yaitu: orientasi kognitif (kebutuhan selain informasi, surveilans, atau eksplorasi realitas), diversi (kebutuhan akanpelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan), serta identitas personal (menggunakan isi media untuk memperkuat atau menonjolkan sesuatu yangpenting dalam kehidupan atau situasi orang itu sendiri). Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media jenis isi media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan. Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, sebagai depedensi media, dan sebagai pengetahuan (Rakhmat, 2004).

Pada penelitian ini, penggunaan media dijabarkan sebagai pola penggunaan media sosial dengan variabel frekuensi, durasi, biaya, dan sarana mengakses media sosial. Frekuensi penggunaan media sosial dapat diartikan sebagai seberapa sering seseorang mengakses atau menggunakan media sosial. Durasi penggunaan media sosial, memiliki arti lama waktu seseorang dalam mengakses media sosial. Sarana yang dipergunakan dalam mengakses media sosial dapat melalui warung internet, telepon genggam dengan akses internet, serta melalui wireless atau modem.

Antesenden - Variabel

individual - Variabel

lingkungan

Motif - Personal - Diversi - Personal

identify

Penggunaan Media -frekuensi, -durasi, -biaya, -sarana - konten isi

Efek - Kepuasan - Pengetahuan

(37)

2.4.4. Pengaruh Sumber Informasi terhadap Perilaku Seksual Pranikah

Media massa sebagai sumber informasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku seksual pranikah. Media baik elektronik maupun media cetak banyak disorot sebagai salah satu penyebab utama menurunnya moral umat manusia termasuk remaja. Berbagai tayangan yang sangat menonjolkan aspek pornografi, yaitu gambar dan foto-foto dengan pakaian minim di sampul depan majalah, kisah-kisah yang menggambarkan hubungan seks di koran atau majalah, adegan persetubuhan yang dapat diakses dengan mudah di internet, Video Compact Disk (VCD), bioskop, dan lain-lain merangsang remaja untuk melakukan adegan seperti yang dilihat, dibaca, ataupun ditontonnya tersebut. Pada saat ini, media massa baik media cetak maupun media elektronik banyak menampilkan seksualitas secaran vulgar yang dapat merangsang birahi terutama remaja (Juliastuti, 2009).

Menurut Hovland (Mortense, 2009), komunikasi adalah suatu proses di mana individu (komunikator) menyampaikan rangsangan (stimulus) dalam bentuk lambang (simbol) bahasa dan gerak untuk mengubah tingkah laku individu-individu yang lain (komunikan).

Steven (2009) menambahkan bahwa disamping adanya penyampaian stimulus dari komunikator kepada komunikan, komunikasi adalah respon terhadap stimulus oleh organisme. Sehingga jika tidak ada respon, berarti tidak ada komunikasi. Dalam proses komunikasi yang terpenting adalah bagaimana caranya sehingga pesan komunikator menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang timbul dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu :

1. Dampak kognitif yaitu dampak yang menyebabkan komunikan menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya, tujuan komunikator adalah untuk mengubah pikiran komunikan.

(38)

2. Dampak afektif yaitu lebih tinggi kadarnya daripada dampak kognitif, tujuan komunikator selain supaya tahu, juga dapat tergerak hatinya, menimbulkan perasaan tertentu (iba, haru, sedih, gembira, dll).

3. Dampak behavioral yaitu dampak yang paling tinggi kadarnya, yakni dampak yang timbul dalam komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan dan kegiatan.

2.5 Remaja

2.5.1. Definisi Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa.

Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Masa remaja merupakan masa transisi di mana seseorang mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja terdapat beberapa proses perubahan diantaranya perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial.

Perkembangan secara fisik ditandai dengan semakin matangnya organ-organ tubuh termasuk organ reproduksi. Sedangkan secara psikologis perkembangan ini nampak pada perkembangan kematangan pribadi dan kemandirian. Ciri khas kematangan psikologis ini antara lain ditandai dengan ketertarikan terhadap lawan jenis yang biasanya muncul dalam bentuk misalnya lebih senang bergaul dengan lawan jenis dan sampai pada perilaku yang sudah menjadi semakin umum umum saat ini, yaitu berpacaran (Sofia, 2011).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),mendefinisikan (adolescence) adalah mereka yang berusia 10-24 tahun. Sedangkandalam terminologi lain, PBB menyebutkan anak muda (youth) untuk mereka yangberusia 15-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam sebuah terminologi kaum muda (young people) yang

(39)

mencakup 10-24 tahun. Sementara itu dalam program BKKBN disebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 10-24 tahun. Rentang usiaini remaja masih dalam masa sekolah sampai kuliah.

2.5.2. Kategori Remaja

Remaja pada umumnya dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu remaja awal (11-15 tahun), remaja menengah (16-18 tahun), dan remaja akhir (19-20 tahun). Seorang remaja mencapai tugas-tugas perkembangannya dapat dipisahkan menjadi tiga tahap secara berurutan (Sarwono, 2006):

a. Remaja Awal (Early Adolescence)

Remaja awal adalah remaja dengan usia 11-15 tahun. Pada masa ini remaja mengalami perubahan fisik yang sangat drastis, misal pertambahan berat badan, tinggi badan, panjang organ tubuh dan pertumbuhan fisik yang lainnya. Pada masa remaja awal memiliki karakteristik sebagai berikut lebih dekat dengan teman sebaya, lebih bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”.

b. Remaja Madya (Middle Adolescence)

Pada masa remaja menengah atau madya, adalah masa remaja dengan usia sekitar 16-18 tahun. Pada masa ini remaja ingin mencapai kemandirian dan otonomi dari orangtua, terlibat dalam perluasan pertemanan dan keintiman dalam sebuah hubungan pertemanan. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan, Pada masa remaja menengah ini memiliki karakteristik sebagai berikut mencari identitas diri, timbulnya keinginan untuk kencan, mempunyai rasa cinta yang mendalam, mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis, mengembangkn kemampuan berpikir abstrak, dan berkhayal tentang aktifitas seks.

(40)

c. Remaja Akhir (Late Adolescence)

Tahap ini (18-20 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini.

1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

3. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

5. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).

Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Remaja diberi kesempatan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya diri dan mampu bertanggung jawab. Lily (2002)

Berdasarkan penelitian juga terdapat perbedaan perilaku, sikap dan nilai-nilai pada awal masa remaja dan akhir masa remaja dan didasarkan pada perbedaan kecepatan perubahan pada masa awal dan akhir remaja, maka secara umum remaja dibagi menjadi dua bagian, yaitu awal masa remaja dan akhir masa remaja (Hurlock, 1980).

2.5.3. Karakteristik Perkembangan Remaja

Perubahan – perubahan atau perkembangan yang terjadi pada saat seorang anak memasuki usia remaja antara lain dapat dilihat dari 3 tahapan yaitu perubahan biologis, perubahan kognitif, dan perubahan Psikososial.

Gambar

Gambar 2.6 Model Uses and Gratification, Rakhmat (2004:65)
Gambar 2.10. Modifikasi kerangka teori berdasarkan Stimulus Organise  Respons Rakhmat (2002), Widarti (2008) dan Murti (2008)

Referensi

Dokumen terkait

satu biota yang dapat digunakan untuk uji toksisitas adalah ikan, dengan syarat harus. mempunyai kepekaan tinggi, memenuhi syarat umur, berat, dan panjang,

Buah jambu biji merah memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi daripada buah pepaya, berdasarkan kandungan asam askorbat, total fenol, dan aktivitas

Hasil analisis ortogonal polynomial, bahwa respons perlakuan bersifat linier, artinya produksi getah akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran mata

Hal yang umum dari ketiga komponen komitmen ini adalah dilihatnya komitmen sebagai kondisi psikologis yang:(1) menggambarkan hubungan individu dengan organisasi,

Pelatihan dan Pengembangan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai pada Dinas Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Kabupaten Musi

PD disebut stabil bila respon waktunya tetap terbatas untuk forcing function yang terbatas r harus negatif, agar nilai e rt mengecil/terbatasi.. Jadi agar stabil, maka

Dengan demikian, efektivitas kegiatan ta’aruf di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon terhadap prestasi belajar mahasiswa smester II Jurusan

Namun demikian, apabila di kemudian hari ternyata terbukti bahwa karya ilmiah tersebut merupakan karya Ilmiah Plagiat, maka akan menjadi tanggung jawab mutlak penulis tersebut di