• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PRODUKSI USAHATANI KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PRODUKSI USAHATANI KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PRODUKSI USAHATANI KELAPA SAWIT

(Studi Kasus : Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

WIRDA ZAHRA SIREGAR 150304046

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PRODUKSI USAHATANI KELAPA SAWIT

(Studi Kasus : Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat)

SKRIPSI

WIRDA ZAHRA SIREGAR 150304046

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

JUDUL : PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PRODUKSI USAHATANI KELAPA SAWIT

(Studi Kasus: Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat)

NAMA : WIRDA ZAHRA SIREGAR

NIM : 150304046

PROGRAM STUDI : AGRIBISNIS

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing

(Ir. Iskandarini, MM, Ph.D.) NIP. 196405051994032002

Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Rahmanta, M. Si.) NIP. 19630928 1988031001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc) NIP. 19630204 199703 1 001

Tanggal Lulus: 22 Mei 2019

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

WIRDA ZAHRA SIREGAR (150304046), dengan judul Skripsi Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Produksi Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian.

Pada Tanggal : 22 Mei 2019

Komisi Penguji Skripsi :

Ketua : Ir. Iskandarini, MM. Ph.D NIP. 19640505 199403 2 002

Anggota : 1. Dr. Ir. Rahmanta, M. Si NIP. 19630928 198803 1 001

2. (Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc) NIP. 19630204 199703 1 00

3. Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si NIP. 19541111 198103 1 001

Mengesahkan:

Ketua Program Studi Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, MEc)

(5)

ABSTRAK

WIRDA ZAHRA SIREGAR (150304046/AGRIBISNIS) dengan judul Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Produksi Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Sei Bingai. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, MM, PhD sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M. Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pemberian kredit usaha rakyat kepada petani oleh Bank BRI dan menganalisis pengaruh kredit, luas lahan, pupuk, dan pestisida terhadap produksi usahatani kelapa sawit. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Januari 2019 sampai dengan bulan April 2019.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda dengan alat bantu SPSS 22.0. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui informasi proses wawancara dengan responden menggunakan

daftar pertanyaan.

Hasil penelitian menyimpulkan prosedur pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) oleh Bank BRI Unit Namu Ukur kepada nasabah melalui beberapa proses yaitu pengajuan berkas permohonan peminjaman kredit oleh nasabah, penilaian layak atau tidaknya berkas yang diajukan nasabah oleh pihak BRI, survey yang dilakukan oleh pihak BRI ke tempat tinggal dan tempat usaha nasabah, proses penilaian akhir, dan yang terakhir adalah proses pencairan maupun penolakan kredit yang diajukan. Hasil estimasi regresi berganda menunjukkan bahwa produksi kelapa sawit dipengaruhi secara nyata oleh luas lahan dan pupuk, sedangkan faktor kredit dan pestisida tidak berpengaruh secara nyata.

Kata Kunci: Kredit, Luas Lahan, Pupuk, Pestisida, Produksi Kelapa Sawit

(6)

ABSTRACT

WIRDA ZAHRA SIREGAR (150304046/AGRIBUSINESS) with the thesis entitled is the Effect of Credit Provision on Palm Oil Farming in Kecamatan Sei Bingai. Supervised by Ibu. Ir. Iskandarini, MM, PhD as the Chairperson of the Supervisory Committee and Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si as the Member of the Supervisory Committee.

The purpose of this research was to determine the process of granting people's business credit to farmers by BRI Bank and analyze the influence of credit, land area, fertilizer, and pesticides on oil palm production. This research was conducted from January 2019 to April 2019. The analytical method used is descriptive analysis and multiple linear regression analysis with SPSS 22.0. Data collection is done by survey method in the form of primary data and secondary data. Primary data is obtained through information on the interview process with respondents using the questionnaire.The results of the research conclude the procedure for granting the People's Business Credit (KUR) by the BRI Namu Ukur Unit Bank to customers through several processes, namely filing a credit application file by the customer, whether or not the file submitted by the customer is feasible, the survey conducted the customer's residence and place of business, the final assessment process, and the last is the process of disbursement or refusal of the proposed credit. Estimation results of multiple regression show that oil palm production is significantly influenced by land area, and fertilizer, while credit and pesticide factors are not significantly influence.

Keywords: Credit, Land Area, Fertilizer, Pesticide, Oil Palm Production.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Wirda Zahra Siregar, lahir di Medan pada tanggal 27 Agustus 1997. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, putri dari Bapak H. Hasrul Siregar, Se, M.Si, dan Ibu Hj Fatimah, S.Si.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2001 masuk TK Babussalam lulus tahun 2003.

2. Tahun 2004 masuk SD Swasta Panca Budi Medan lulus tahun 2009.

3. Tahun 2010 masuk SMP Swasta Al-Fityan School Medan lulus tahun 2012.

4. Tahun 2013 masuk SMA Swasta Panca Budi Medan Lulus tahun 2015.

5. Tahun 2015 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN.

6. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Kebun Dolok Kecamatan Limapuluh Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara dari bulan Juli 2018 - Agustus 2018.

7. Melaksanakan Penelitian di Kecamatan Sei Bingai pada Bulan Januari - Maret

2019.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Produksi Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Sei Bingai”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada : 1. Kepada Ibu Ir. Iskandarini, MM, P.hD selaku ketua komisi pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memotivasi penulis tanpa mengenal lelah, serta mendukung dan membantu penulis sejak masa perkuliahan hingga dalam penyelesaikan skirpsi ini.

2. Kepada Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang dengan kesediaan waktu dalam membimbing, memberikan motivasi, memberikan pengarahan dan memberi kemudahan kepada penulis selama penulisan skripsi ini. Kesabaran dan keikhlasan Bapak menjadi panutan bagi penulis.

3. Kepada Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Kepada Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si selaku dosen penguji yang

telah memberi kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini.

(9)

5. Kepada Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Bapak Ir.M.Jufri,MSi selaku Sekertaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang memberikan banyak kemudahan selama mengikuti masa perkuliahan.

6. Kepada seluruh dosen Fakultas Pertanian USU khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama masa perkuliahan.

7. Kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Hasrul Siregar, Se, M.Si dan Ibunda Fatimah, S.Si beserta adik saya Dina Hafizah yang selalu memberikan semangat, nasihat, doa yang tiada putus-putusnya serta dukungan baik secara materi maupun non materi yang tiada henti-hentinya, juga kasih sayang dan perhatiannya yang membawa penulis hingga sampai pada proses akhir pendidikan sarjana ini.

8. Kepada seluruh pegawai Fakultas Pertanian, Khususnya Program Studi Agribisnis yang telah memberikan banyak kemudahan dalam menjalankan perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

9. Kepada sahabat Yessica Gabriella Sinaga, Julius Adolf Hutauruk, Dara

Utami, Marie Cury, Charunia Fadillah Tobing, Solavide Angelina L. Gaol,

Shafira Azhara, Haniva Savira, Sabila Nurhanifa, Aida Destari, Rizka

Ramadhani Nasution, Harun Hafiz Lubis, Refika Zehan, Dwi Ridho Savitri,

Rofi Marpaung, Rizky Ayu Pratiwi, dan Hardy Handerson yang telah banyak

direpotkan, memberikan motivasi, meluangkan waktu dan pemikiran kepada

penulis selama masa perkuliahan sampai penulisan skripsi.

(10)

10. Kepada teman-teman seperjuangan Agribisnis stambuk 2015, yang telah banyak membantu dan menjadi penyemangat penulis selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

11. Kepada sahabat SMA Ririn Aulia, Ika Shabrina, dan Nanda Henrista yang selalu memberikan motivasi dan mendengarkan segala keluh kesah penulis selama proses penulisan skripsi serta selalu memberikan dukungan dan kasih sayang kepada penulis.

12. Kepada kepala unit Bank BRI Unit Namu Ukur Ibu Sri Handayani, serta abang dan kakak pegawai BRI Unit Namu Ukur, Kak Rina, Bang Edy, Bang Syukur, dan Bang Ari yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian skripsi saya sehingga skripsi dapat berguna bagi seluruh pihak yang berkaitan dalam skripsi ini.

13. Kepada responden penelitian yang telah meluangkan waktu dan kesempatan untuk diwawancarai oleh penulis demi kesempurnaan penelitian penulis serta kepada semua pihak yang terlibat yang telah mendukung.

Namun demikian penulis menyadari masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Mei 2019

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit ... 6

2.2. Landasan Teori ... 8

2.2.1. Kredit ... 8

2.2.2. Fungsi Produksi ... 14

2.2.3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas ... 16

2.2.4. Luas Lahan ... 17

2.2.5. Pupuk ... 17

2.2.6. Pestisida ... 17

2.3. Penelitian Terdahulu ... 18

2.4. Kerangka Pemikiran ... 21

2.5. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 23

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 23

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4. Metode Analisis ... 24

3.5. Uji Asumsi Klasik ... 25

3.5.1. Uji Normalitas ... 25

3.5.2. Uji Multikoloniearitas ... 26

3.5.3. Uji Heterokedastisitas ... 26

3.6. Uji Kesesuaian Model ... 27

3.6.1. Koefisien Determinasi ... 27

3.6.2. Uji Signifikansi Parsial ... 27

(12)

3.6.3. Uji Signifikansi Simultan ... 28

3.7. Defenisi dan Batasan Operasional ... 28

3.7.1. Defenisi ... 29

3.7.2. Batasan Operasional ... 29

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis ... 30

4.2 Keadaan Penduduk ... 32

4.2.1. Jumlah Penduduk ... 32

4.2.2. Jumlah Tenaga Kerja ... 33

4.3. Sarana dan Pra Sarana ... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Prosedur Pemberian KUR oleh Bank BRI ... 35

5.2. Pengaruh Kredit, Luas Lahan, Pupuk Dan Pestisida Terhadap Produksi Usahatani Kelapa Sawit ... 39

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 48

6.2. Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

4.1 Jumlah Kecamatan di Kabupaten Langkat Menurut Luas

dan Rasio 30

4.2 Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Sei Bingai Tahun 2017

31

4.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin 32

4.4 Komposisi Penduduk Menurut Umur 32

4.5 Jumlah Tenaga Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan

Pekerjaan 33

4.6 Sarana dan Pra Sarana Kecamatan Sei Bingai 33

5.1 Hasil Uji Normalitas 40

5.2 Hasil Uji Multikoloniearitas 41

5.3 Analisis Regresi Pengaruh Kredit, Luas Lahan, dan Pupuk Terhadap Produksi Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Sei Bingai

43

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

2.1 Skema Kerangka Pemikiran 21

5.1 Skema Prosedur Pemberian KUR 36

5.2 Hasil Uji Normalitas 41

5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas 42

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

1. Karakteristik Petani Sampel

2. Jumlah Kredit yang Diterima Petani Sampel

3. Distribusi Penggunaan dan Biaya Pupuk yang Digunakan Petani Sampel

4. Distribusi Penggunaan dan Biaya Pestisida yang Digunakan Petani Sampel

5. Total Produksi Petani Sampel

6. Hasil SPSS Uji Asumsi Klasik Pengaruh Kredit, Luas Lahan, dan Pupuk Terhadap Produksi Usahatani Kelapa Sawit di Kecamatan Sei Bingai

7. Hasil SPSS Uji Goodness Of Fit Pengaruh Kredit, Luas Lahan,

dan Pupuk Terhadap Produksi Usahatani Kelapa Sawit di

Kecamatan Sei Bingai

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar yaitu sekitar 14,72 persen pada tahun 2011 atau merupakan urutan kedua setelah sektor industri pengolahan. Pada waktu krisis ekonomi, sektor pertanian yang cukup kuat menghadapi goncangan ekonomi dan ternyata dapat diandalkan dalam pemulihan perekonomian nasional.

Dalam sektor pertanian, salah satu subsektor yang cukup besar potensinya adalah subsektor perkebunan (Badan Pusat Statistik, 2011).

Pertanian dalam arti sempit adalah pertanian bercocok tanam, yaitu pertanian rakyat dan pertanian perkebunan. Pertanian dalam arti luas meliputi bercocok tanam (pertanian rakyat dan perkebunan), kehutanan, peternakan, dan perikanan.

Sedangkan perbedaan antara pertanian rakyat dengan perkebunan terutama terletak dalam skala luas areal dan system manajemennya yang lebih sempit dan lebih sederhana dari pada perkebunan. Menurut pemiliknya, perkebunan besar dapat dibagi menjadi perkebunan : PTP (BUMN), Perkebunan Perusahaan Daerah, Swasta Nasional, Swasta Asing, Joint Venture, PIR, dan lain-lain (Rahmanta, 2018)

Salah satu komoditi dari subsektor perkebunan yang mempunyai peran cukup

penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia adalah kelapa sawit. Kelapa

sawit merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia yang menghasilkan devisa

(17)

yang besar untuk negara sesudah minyak dan gas. Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar dunia (Badan Pusat Statistik, 2011).

Dalam dasawarsa terakhir ini, kelapa sawit mengalami tren apresiasi yang positif karena dinilai prospektif dalam mengoptimalkan pemanfaatan kekayaan alam yang dimiliki, menghasilkan produk dengan daya saing yang tinggi, serta memiliki nilai ekonomi yang strategis baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun sebagai komoditas ekspor di pasar dunia. Tren ini mendorong pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Pesatnya pertumbuhan perkebunan kelapa sawit di Indonesia juga didorong oleh terus meningkatnya permintaan minyak nabati dan lemak hewani dunia sebagai akibat pertumbuhan penduduk dan peningkatan pendapatan domestik bruto. Peningkatan konsumsi minyak nabati dan lemak hewani tersebut berdampak pada meningkatnya permintaan minyak kelapa sawit (crude palm oil, CPO) yang pada akhirnya ikut mendorong pertumbuhan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia (Pahan, 2013)

Salah satu komoditas perkebunan nasional yang memegang peranan cukup

penting dalam perekonomian Indonesia adalah kelapa sawit. Pengembangan usaha

tani kelapa sawit yang merupakan jenis tanaman tahunan memiliki potensi yang

cukup baik terutama untuk tujuan ekspor. Beberapa karakteristik usaha tani

perkebunan dengan jenis tanaman tahunan berbeda dengan tanaman semusim,

yaitu bersifat komersial dan relative merupakan komoditas ekspor, membutuhkan

biaya produksi yang besar, dan memiliki keuntungan yang juga relative besar,

serta memiliki jangka waktu menghasilkan produksi yang lebih lama

dibandingkan dengan jenis tanaman lainnya. Upaya pengembangan sektor

(18)

pertanian khususnya subsector perkebunan menghadapi berbagai kendala, salah satu permasalahan yang dihadapi petani perkebunan rakyat sebagai pelaku dalam sector tersebut adalah aspek permodalan.

Tingkat kesejahteraan masyarakat di setiap Negara di dunia selalu dilihat dari keadaan perekonomian Negara tersebut. Semakin baik perekonomian suatu Negara, maka semakin sejahtera masyarakatnya. Peningkatan perekonomian dibutuhkan peran pemerintah dengan pemberian program-program diharapkan dapat meningkatkan keuntungan petani. Program-program tersebut antara lain : 1. Memberikan beberapa fasilitas perkreditan atau pinjaman dengan bunga lunak.

2. Memberikan kemudahan dan memperluas pemasaran hasil produksi.

3. Memberikan pembinaan dan keahlian teknologi (Widodo, 2009)

Begitu dominannya pemberian kredit bank, sampai banyak ahli berpendapat bahwa tidak satupun usaha/bisnis di dunia ini yang bebas dari kebutuhan kredit.

Dengan kata lain kredit dapat membantu petani dalam memperoleh pinjaman modal. Petani membutuhkan modal lebih yang diperoleh melalui pinjaman kredit, guna untuk mengembangkan usahataninya agar supaya hasil usahataninya meningkat (Teguh, 2009)

Namun, selain pemberian kredit terdapat beberapa faktor lainnya yang dapat

mempengaruhi produksi usahatani kelapa sawit, seperti faktor luas lahan, jumlah

pemberian pupuk, dan pemberian pestisida. Produktivitas kelapa sawit sangat

dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman

merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dan menentukan

masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu

(19)

penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman (Tim Bina Karya, 2009).

Kabupaten Langkat, khususnya Kecamatan Sei Bingai merupakan salah satu daerah di provinsi Sumatera Utara yang menjadi daerah penghasil tanaman tahunan khususnya kelapa sawit. Di Kecamatan Sei Bingai saat ini banyak petani khususnya petani kelapa sawit yang mengalami masalah modal. Hal ini disebabkan kurangnya bantuan pemerintah serta pinjaman modal dari perbankan yang diterima. Masalah yang dihadapi petani di Kecamatan Sei Bingai yaitu petani belum bisa mengoptimalkan produksinya karena terhalang kendala modal.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pemberian kredit pada petani kelapa sawit di Kecamatan Sei Bingai?

2. Bagaimana pengaruh pemberian kredit, luas lahan, pupuk, dan pestisida terhadap produksi usahatani kelapa sawit di Kecamatan Sei Bingai?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis proses pemberian kredit petani kelapa sawit di Kecamatan Sei Bingai.

2. Untuk menganalisis pengaruh pemberian kredit, luas lahan, pupuk, dan pestisida terhadap produksi uahatani kelapa sawit di Kecamatan Sei Bingai.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(20)

1. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam mengembangkan usahatani kelapa sawit rakyat.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan usahatani kelapa sawit rakyat.

3. Sebagai bahan studi, referensi, dan perbandingan untuk peneliti selanjutnya

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama Indonesia.

Tanaman yang produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (KPO) ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan menjadi salah satu penyumbang devisa negara yang terbesar dibandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya. Hingga saat ini kelapa sawit telah diusahakan dalam bentuk perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit hingga menjadi minyak dan produk turunannya (Lubis, 2011).

Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisi non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi minyak kelapa sawit dan produk turunannya di dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk meningkatkan produktivitasnya (Hakim, 2018)

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jack.) berasal dari Nigeria,Afrika Barat.

Namun,ada sebagian pendapat yang justru menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari kawasan Amerika Selatan yaitu Brazil. Hal ini karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan di Afrika.

Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya,

seperti Malaysia,Indonesia,Thailand, dan Papua Nugini. Bahkan,mampu

memberikan hasil produksi per hektar yang lebih tinggi. Bagi Indonesia, tanaman

kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional. Selain

mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan

masyarakat,juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan

(22)

salah satu produsen utama minyak sawit, bahkan saat ini telah menempati posisi kedua di dunia (Fauzi, 2008).

Perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara tidak hanya makin luas dan meluas penyebarannya, tetapi juga telah menarik dan menghela kegiatan ekonomi di hulu, hilir dan penyedia jasa sedemikian rupa sehingga telah berkembang menjadi suatu kluster ekonomi (economy cluster) yang disebut sistem agribisnis kelapa sawit.

Perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara tidak lagi hanya terbatas sebagai usaha budidaya kelapa sawit (on-farm) tetapi sudah jauh berkembang dan lebih modern menjadi sistem agribisnis kelapa sawit (Tarigan, 2011)

Kelapa sawit (Elais guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi primadona perkebunan yang memegang peran strategis dalam mendukung perkembangan kondisi sosial ekonomi di Indonesia. Tanaman perkebunan yang memiliki prospek cerah sebagai sumber penghasil devisa, pajak serta mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat terletak pada komoditi kelapa sawit. Industri kelapa sawit di Indonesia saat ini berkembang sangat pesat dan diperkirakan masih akan berlangsung dalam tahun-tahun mendatang. Berbagai produk dapat dihasilkan dalam industri kelapa sawit dan dapat digunakan untuk keperluan pangan maupun non-pangan.Salah satu produk non-pangan yang paling diminati dalam kurun waktu terakhir ini adalah biodiesel yang dihasilkan dari minyak kelapa sawit.potensi konsumsi dunia terhadap minyak kelapa sawit akan terus meningkat baik akibat pertambahan penduduk sebagai konsumen maupun sebagai akibat pertumbuhan global (Mangoensokarjo, 2008)

Potensial areal perkebunan Indonesia masih terbuka luas untuk tanaman kelapa

sawit. Upaya perluasan perkebunan komoditas kelapa sawit dilaksanakan dengan

(23)

jangkuan daerah penanaman meluas keluar dari daerah setral kelapa sawit sebelumnya, yaitu dengan membangun perkebunan-perkebunan di Kalimantan, Sulawesi, dan papua. Data menunjukkan kecenderungan peningkatan luas areal perkebunan kelapa sawit, khususnya perkebunan rakyat. (Tim Karya Tani, 2009) 2.2. Landasan Teori

2.2.1. Kredit

Kredit berasal dari kata Italia, credere yang artinya kepercayaan, yaitu kepercayaan dari kreditor bahwa debitornya akan mengembalikan pinjaman beserta bunganya sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak. Tegasnya, kreditor percaya bahwa kredit itu tidak akan macet. Prinsip pernyaluran kredit adalah prinsip kepercayaan dan kehati-hatian. Indikator kepercayaan ini adalah kepercayaan moral, komersial, finansial, dan agunan (Hasibuan, 2009)

Pengertian kredit menurut Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1992 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Di atas dikatakan bahwa kredit diberikan atas dasar kepercayaan. Dengan

demikian, pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa

prestasi yang diberikan benar benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima

kredit sesuai waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Berdasarkan

hal di atas, unsur-unsur dalam kredit adalah sebagai berikut :

(24)

1. Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditor) dan penerima kredit (debitur). Hubungan pemberi kredit dengan penerima kredit merupakan hubungan kerja sama yang saling menguntungkan.

2. Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atas credit rating penerima kredit.

3. Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit.

4. Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit.

5. Adanya unsur waktu (time element). Unsur waktu merupakan unsure essensial kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik dilihat dari pemberi kredit maupun dilihat dari penerima kredit.

6. Adanya unsur risiko (degree of risk) baik di pihak pemberi kredit maupun di pihak penerima kredit. Risiko di pihak pemberi kredit adalah resiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha atau ketidakmampuan membayar.

Risiko di pihak debitur adalah kecurangan dari pihak kreditor, antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan.

7. Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit.

Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti biaya

modal

(25)

(cost of capital), biaya umum (overhead cost), risk premium, dan sebagainya. Jika credit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat dikurangi dengan safety discount (Kasmir, 2014)

Pembahasan tujuan kredit mencakup lingkup yang luas. Pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari kredit, yaitu sebagai berikut :

1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diraih dari bunga yang harus dibayar oleh debitur. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan kredit kepada usaha-usaha debitur yang diyakini mampu dan mau mengembalikan kredit y ang telah diterimanya.

2. Safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar- benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk uang, barang, atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability) diharapkan dapat menjadi kenyataan (Kasmir, 2014).

Kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar, fungsi kredit di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) dari modal/uang.

Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, deposito ataupun

tabungan. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh

bank. Para pengusaha menikmati kredit dari bank untuk

(26)

memperluas/memperbesar usahanya, baik untuk peningkatan produksi, perdagangan, maupun untuk usaha-usaha rehabilitasi ataupun usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh. Dengan demikian, dana yang mengendap di bank (yang diperoleh dari para penyimpan uang) tidaklah idle (diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat, baik kemanfaatan bagi pengusaha maupun bermanfaat bagi masyarakat.

2. Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) suatu barang.

Produsen dengan bantuan kredit bank dapat memproduksi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat. Produsen dengan bantuan kredit dapat memindahkan barang dari suatu tempat yang kegunaannya kurang ke tempat yang lebih bermanfaat.

3. Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Kredit yang disalurkan melalui rekening-rekening koran, pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cek, giro bilyer, wesel, promes dan sebagainya melalui kredit. Peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang karena kredit menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Hal ini selaras dengan pengertian bank selaku money creator.

4. Kredit sebagai alat stabilitas ekonomi.

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilitas pada dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain :

a. Pengendalian inflasi

b. Peningkatan ekspor

(27)

c. Rehabilitasi sarana

d. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.

Untuk menekan arus inflasi dan untuk usaha pembangunan ekonomi, kredit memegang peranan yang penting. Arah kredit harus berpedoman pada segi-segi pembatasan kualitatif, yaitu pengarahan ke sektor-sektor yang produktif dan sektor-sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh terhadap hajat hidup masyarakat. Dengan kata lain, setiap kredit harus benar-benar diarahkan untuk menambah flow of goods serta memperlancar distribusi barang-barang tersebut agar merata ke seluruh lapisan masyarakat. Kredit bank disalurkan secara selektif untuk menutup kemungkinan usaha-usaha yang bersifat spekulatif.

5. Kredit sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan nasional.

Pengusaha yang memperoleh kredit tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Dengan pendapatan yang terus meningkat, berarti pajak perusahaan pun akan terus bertambah. Di lain pihak, kredit yang disalurkan untuk merangsang pertambahan kegiatan ekspor akan menghasilkan pertambahan devisa bagi negara. Apabila rata-rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal, dan buruh/karyawan mengalami peningkatan pendapatan, pendapatan negara via pajak akan bertambah, penghasilan devisa bertambah dan penggunaan deviss untuk urusan konsumsi berkurang sehingga langsung atau tidak, melalui kredit, pendapatan nasional akan bertambah.

6. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

Bank sebagai lembaga kredit tidak saja bergerak di dalam negeri, tetapi juga di

luar negeri. Amerika Serikat yang telah sedemikian maju organisasi dan system

(28)

perbankannya telah melebarkan sayap perbankannya ke seluruh pelosok dunia, demikian pula beberapa negara maju lainnya. Negara-negara yang kaya atau yang kuat ekonominya, demi persahabatan antar negara banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang atau sedang membangun.

Bantuan-bantuan tersebut tercermin dalam bentuk bantuan kredit dengan syarat- syarat ringan, yaitu bunga yang relative murah dan jangka waktu penggunaan yang panjang. Melalui bantuan kredit antarnegara yang istilahnya sering kali didengar sebagai “G to G” (Government to Government), hubungan antarnegara pemberi dan penerima kredit akan bertambah erat, terutama yang menyangkut hubungan perekonomian dan perdagangan. Maka dari itu, fungsi dalam dunia perekonomian, tidak saja di dalam negeri, tetapi juga menyangkut hubungan antarnegara, sehingga melalui kredit hubungan ekonomi internasional dapat dilakukan dengan lebih terarah. Lalu lintas pembayaran internasional pada dasarnya berjalan lancar bila disertai kegiatan kredit yang sifatnya internasional.

Sumber kredit pertanian dapat diperoleh dari lembaga kredit formal maupun lembaga kredit non-formal. Lembaga kredit formal diantaranya terdiri atas Bank Perkreditan Rakyat, Koperasi, Bank Konvensional ataupun Lembaga kredit yang bersifat memiliki landasan hukum dan peraturan serta kegiatan keuangannya diawasi otoritas perbankan khusus. Lembaga kredit non-formal diantaranya terdiri atas bank keliling, pedagang hasil pertanian, pelepas uang, dan lain sebagainya (Nugraha, 2014)

Kredit sangat berperan penting dalam pembangunan pertanian Indonesia.

pentingnya kredit terkait dengan tipologi petani yang sebagian besar merupakan

(29)

petani kecil dengan penguasaan lahan yang sempit sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan pemupukan modal (Hastuti, 2004)

Kita ketahui bahwa untuk mengadopsi teknologi baru umumnya membutuhkan modal yang besar, maka dengan adanya akses petani terhadap kredit petani dapat mengadopsi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Maka dapat disimpulkan bahwa kredit usahatani itu penting dan pemberian kredit usahatani harus dilaksanakan dengan efisien sehingga kredit tersedia dan mudah di dapatkan oleh petani. Petani yang dapat mengelola kredit dengan baik, akan dapat mengembalikan kredit tepat waktu.

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan kredit dapat meningkatkan efisiensi usahatani. Peningkatan efisiensi dapat diukur dari produksi, produktivitas dan pendapatan petani yang meningkat. Pentingnya pembiayaan berupa kredit dalam rangka peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan usahatani telah dibuktikan oleh beberapa peneliti. Tetapi seperti yang ketahui bahwa sumber kredit dipedesaan beraneka ragam, ada yang berasal dari lembaga keuangan formal (Bank Komersil/Cabang, Bank Komersil/Unit, BPR/BPRS, Koperasi, Pengadaian, Bank Kredit/Desa/LKDP, dan Bantuan BUMN) dan lembaga keuangan non formal (kios sarana produksi pertanian, pengolah hasil pertanian, pedagang hasil pertanian, pelepas uang, Bank Keliling/harian, famili/tetangga dan lainnya) (Hastuti, 2004).

2.2.2. Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah hubungan fungsional atau sebab akibat antara input dan

output. Dalam hal ini input sebagai sebab, dan output sebagai akibat. Atau input

(30)

sebagai variabel bebas dan output sebagai variabel tak bebas. Input produksi dikenal juga dengan faktor-faktor produksi, dan ouput produksi dikenal juga dengan jumlah produksi. Fungsi produksi merupakan suatu fungsi atau persamaan yang menyatakan hubungan antara tingkat output dengan tingkat penggunaan input-input (Arifin, 2015).

Fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara masukan dan produksi.

Masukan seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim dan sebagainya itu mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh. Karena petani mengetahui berapa jumlah masukan yang dipakai, maka ia dapat menduga berapa produksi yang akan dihasilkan (Soekartawi, et all., 2011).

Dengan demikian, maka dapat digunakan konsep hubungan antara faktor produksi yang di gunakan petani dengan output yang dihasilkan. Hubungan faktor produksi dan output produksi secara aljabar dapat ditulis sebagai berikut:

Y = f (X

1

, X

2

, X

3

, . . . , X

m

) Dimana:

Y = Produksi

X

1

..X

m

= Masukan atau faktor produksi yang digunakan yang digunakan (Variabel Independen)

Dari persamaan aljabar diatas menyatakan bahwa produksi Y dipengaruhi oleh

sejumlah m masukan. Jika Y adalah produksi, maka X adalah semua variabel

yang dapat mempengaruhi produksi tersebut seperti luas lahan, tenaga kerja,

modal dan lainnya (Soekartawi, et all., 2011).

(31)

2.2.3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi Coob-Douglas adalah salah satu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (variabel bebas dan variabel tidak bebas) misalnya faktor produksi antara lain, luas lahan (𝑥1), bibit (𝑥2), jumlah pupuk (𝑥3), tenaga kerja (𝑥4), secara matematis, pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut :

Untuk menaksir parameter-parameter yang harus ditranformasikan dalam bentuk logaritma natural (ln) sehingga merupakan bentuk linier berganda (multiple linear) yang kemudian dianalisis dengan metode kuadrat kecil (ordinnary least square) dengan bentuk matematis :

Dimana :

Y = Produksi (Kg)

= Konstanta

= Koefisien regresi terhadap X

X

1

= Luas Lahan (Ha)

X

2

= Jenis Bibit

X

3

= Jumlah Pupuk (Kg)

X

4

= Jumlah Pestisida (Liter) X

5

= Jumlah Tenaga Kerja (HKP)

Berdasarkan persamaan maka dapat dilihat bahwa besar kecilnya produksi sangat

tergantung dari peranan 𝑋1 sampai dengan 𝑋5 dan faktor-faktor lain yang tidak

ada dalam persamaan (Daniel, 2002).

(32)

2.2.4. Luas Lahan

Luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usahatani dan usaha pertanian. Dalam usahatani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibandingkan dengan lahan yang lebih luas. Semaki sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usahatani yang dilakukan, kecuali bila usahatani dijalannkan dengan tertib. Luas pemilikan atau penguasaan berhubungan dengan efisiensi usahatani. Penggunaan masukan akan semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai semakin besar (Daniel, 2002).

2.2.5. Pupuk

Pemberian dosis pupuk yang tepat akan menghasilkan produk berkualitas. Pupuk yang sering digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik berasal dari penguraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau, dan pupuk kompos. Sementara itu pupuk anorganik adalah pupuk yang sudah mengalami proses di pabrik misalnya urea, TSP dan KCL

2.2.6. Pestisida

Pestisida dapat menguntungkan usahatani namun disisi lain pestisida dapat

merugikan petani. Pestisida dapat kerugian bagi petani jika terjadi kesalahan

pemakaian baik dari cara maupun komposisi. Kerugian tersebut antara lain

pencemaran lingkungan, rusaknya buah, keracunan. Penggunaan pestisida

bertujuan untuk mencegah serangan hama dan penyakit yang dapat

mengakibatkan turunnya produksi dan kualitas buah (Daniel, 2002).

(33)

2.3. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian Nurul (2015) yang berjudul “Pengaruh Kredit Terhadap Produksi Petani Kopi Arabika di Kabupaten Aceh Tengah Provinsi Aceh” menunjukkan hasil estimasi bahwa kredit berpengaruh signifikan pada peningkatan produksi kopi dan konsumsi anggota keluarga petani. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah akses petani pada sumber pembiayaan, ssedangkan variable independen dalam penelitian ini adalah umur petani, asset, penerimaan usahatani kopi, dummy kunjungan dan dummy pengetahuan.

Penelitian ini menggunakan metode simultan (2SLS).

Berdasarkan hasil penelitian Agus (2015) dengan judul “Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Produksi Pada Usahatani Padi di Kabupaten Ciamis”

menunjukkan bahwa variable lahan, dan pelatihan berpengaruh secara signifikan terhadap produksi, sedangkan variable benih, pupuk, tenaga kerja, pendidikan, umur, kredit, pelatihan, penyuluhan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi usahatani padi di Kabupaten Ciamis. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda.

Berdasarkan hasil penelitian Ariyanto, dkk (2014) dengan judul “Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit Rakyat Pola Swadaya di

Kabupaten Kampar-Riau”menunjukkan bahwa secara parsial analisis terhadap

variabel bebas yang mempengaruhi produksi menunjukkan bahwa variabel umur

tanaman dan jumlah pupuk urea berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi

kelapa sawit. Sedangkan variabel luas lahan, jumlah populasi kelapa sawit, jumlah

(34)

pestisida, jumlah pupuk SP36 dan jumlah pupuk KCL tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit.

Berdasarkan hasil penelitian Ahmad (2018) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit di Kabupaten Aceh Timur”menunjukkan bahwa hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat empat variabel yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi yaitu luas lahan, jumlah tenaga kerja, penggunaan pupuk dan umur tanaman. Sedangkan variabel penggunaan pestisida berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap jumlah produksi kelapa sawit.

Hasil uji F menunjukkan bahwa luas lahan (X1), jumlah tenaga kerja (X2), penggunaan pupuk (X3), penggunaan pestisida (X4) dan umur tanaman (X5) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap jumlah produksi kelapa sawit di Kabupaten Aceh Timur.

Berdasarkan hasil penelitian Ryan, dkk (2017) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kopi di Kecamatan Rangsang Pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti” bahwa variable yang mempengaruhi usahatani kopi adalah jumlah tanaman, dan tenaga kerja. Sedangkan variable penggunaan pupuk kandang dan pestisida tidak berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani kopi di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian Zul Efendi (2017) dengan judul “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten Seluma”

menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit di

Kabupaten Seluma adalah umur tanaman berpengaruh nyata positif sebesar

56,10%, curahan tenaga kerja berpengaruh nyata positif sebesar 46,30%, frekuensi

(35)

pemupukan berpengaruh nyata positif sebesar 7,70% serta variabel dummy jenis lahan. Analisis ini dilakukan melalui pendekatan fungsi produksi bertipe Cobb- Douglas yaitu suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua variabel atau lebih, variabel yang satu disebut variabel independent (Y) dan yang lain disebut variabel dependent (X).

Berdasarkan hasil penelitian Ismail (2016) dengan judul “mmm” menunjukkan bahwa variable luas lahan (X1), Pupuk (X3), Tenaga Kerja (X4) berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit di Desa Pulau Tanjung, Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan. Sedangkan Herbisida dan Umur tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit di Desa Pulau tanjung Kecamatan Teluk Dalam, Kabupaten Asahan. Analisis ini menggunakan metode regresi linier berganda dan untuk mengukur faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas.

Berdasarkan hasil penelitian Septianita (2009) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit (Elaeis quinensis Jack) dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga di Desa Makartitama Kec. Peninjauan Kab. OKU”

menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, bibit, berpengaruh sangat nyata terhadap produksi kelapa sawit. Faktor produksi tenaga kerja, pupuk urea dan herbisida berpengaruh tidak nyata terhadap produksi kelapa sawit di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil penelitian Alfayanti (2016) dengan judul “Analisis Faktor-

Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kelapa Sawit Rakyat di Kabupaten

Mukomuko” menunjukkan bahwa hasil analisis regresi model menunjukkan nilai

(36)

koefisien determinasi diperoleh sebesar 0,766 artinya secara bersama-sama variable luas lahan, jumlah populasi, umur tanaman, jumlah penggunaan pupuk, jumlah pestisida, curahatan tenaga kerja, dan jenis lahan mempengaruhi produksi kelapa sawit sebesar 76,6%. Sedangkan secara parsial, yang mempengaruhi produksi variable umur tanaman dan curahan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi kelapa

2.4. Kerangka Pemikiran

Petani mengunakan kredit sebagai bantuan modal untuk mengembangkan usahatani serta meningkatkan produksinya. Disamping pemberian kredit, terdapat pula beberapa faktor lain yang mempengaruhi produksi usahatani, antara lain luas lahan, pupuk, dan pestisida.

Kredit Usaha Rakyat Luas Lahan

Pupuk Produksi Usahatani

Keterangan :

: Menyatakan pengaruh

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Pengaruh Pemberian Kredit

Terhadap Profuksi Usahatani Kelapa Sawit

(37)

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat proses pemberian kredit kepada petani kelapa sawit di daerah penelitian

2. Terdapat korelasi positif antara kredit, luas lahan, pupuk, dan pestisida terhadap

produksi usahatanai kelapa sawit di daerah penelitian.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan dengan metode purposive (sengaja). Daerah yang dipilih adalah Kecamatan Sei Bingai, Kabupaten Langkat.

Alasan utama pemilihan Kecamatan Sei Bingai ini sebagai daerah penelitian adalah karena desa ini merupakan kecamatan yang banyak petani mendapat kredit KUR (Kredit Usaha Rakyat) dari Bank Rakyat Indonesia di Unit Namu Ukur, Cabang Binjai. Menurut survey awal ada 40 petani yang mendapat fasilitas Kredit Usaha Rakyat yang berasal dari Bank BRI di Kabupaten Langkat. Sehingga kecamatan ini sangat layak dijadikan sampel daerah penelitian.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah metode sampling jenuh,yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2004). Penggunaan metode ini dilakukan karena jumlah petani yang mendapat fasilitas KUR dari BRI adalah sebanyak 40 petani. Sehingga seluruh populasi petani dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 40 petani.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Untuk mendapatkan data-data primer tentang proses pemberian kredit

digunakan instrument questionair yang berisi tentang pertanyaan tentang prosedur

pemberian kredit . Juga dilakukan wawancara tertutup dengan petugas Perkreditan

BRI. Sedangkan untuk mendapatkan data produksi usahatani, jumlah kredit yang

(39)

diterima, luas lahan, jumlah pupuk, dan jumlah pestisida yang dikeluarkan petani pengisian questionair dan wawancara langsung dengan para petani.

3.4. Metode Analisis Data

Terdapat 2 metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode descriptive dan metode regressi linier berganda. Alasan menggunakan 2 metode ini karena tujuan penelitian ini ada 2. Untuk membuktikan hipotesis 1 yaitu

“menganalisis proses pemberian kredit petani kelapa sawit di Kecamatan Sei Bingai“ digunakan analisis deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang proses pemberian kredit atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud untuk memberi kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2004).

Untuk membuktikan hipotesis 2 yaitu “menganalisis pengaruh pemberian kredit, luas lahan, pupuk, dan pestisida terhadap produksi usaha tani kelapa sawit di Kecamatan Sei Bingai“ digunakan analisis regressi linier berganda. Adapun persamaan regressi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

Y = a + b

1

X

1

+ b

2

X

2

+ b

3

X

3

+ b

4

X

4

+ e

Untuk memudahkan pendugaan, maka dalam proses analisisnya persamaan diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritma naturalkan persamaan tersebut

LnY = Lna + b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 + b4LnX4 + e

Keterangan :

Y = Produksi (Ton)

X

1

= Jumlah kredit yang diperoleh pertahun (Rp)

(40)

X

2

= Luas Lahan (Ha) X

3

= Jumlah Pupuk (Kg) X

4

= Jumlah Pestisida (Lt) a = Konstanta

b

1

= Koefisien X

1

b

2

= Koefisien X

2

b

3

= Koefisien X

3

b

4

= Koefisien X

4

e = error

Untuk memperoleh hasil regresi yang baik, beberapa persyaratan untuk memperoleh persamaan yang bersifat The Best Linear Unbiased Esstimated (BLUE) sehingga perlu dilakukan uji asumsi klasik.Namun pada penelitian ini hanya asumsi normalitas, multikolinieritas, dan heteroskedastisitas yang diuji.

Sedangkan autokorelasi tidak diuji sebab asumsi sering terjadi pada penelitian dengan data time series.

3.5. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik harus dilakukan untuk menguji layak tidaknya model analisis regresi yang digunakan dalam penelitian. Uji ini meliputi:

3.5.1. Uji Normalitas

Uji normalitas mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,

variabel terikat dan variabel bebas memiliki distribusi yang normal atau tidak,

karna model regresi yang baik memiliki distribusi data yang normal atau

mendekati normal.Uji normalitas dilakukan dengan melihat normal

(41)

sebenarnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan di bandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

3.5.2. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi (hubungan) antara variabel bebas. Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (lebih dari 0,9) maka hal ini menunjukkan adanya Multikolinieritas atau jika VIF kurang dari 10 dan nilai toleransi lebih dari 0,1 maka regresi bebas dari Multikolinieritas.

3.5.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas, namun jika berbeda disebut dengan heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan cara melihat grafik plot antar prediksi variabel dependen Zprediction(ZPRED) dan residualnya Studentized Residual (SRESID).

Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola titik pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbuh Y adalah Y yang telah di prediksi dan sumbu X adalah residual yang telah di standarized.

Dasar analisis nya sebagai berikut :

(42)

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola yang teratur (bergelombang melebar kemudian menyempit) maka terjadilah heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbuh Y, maka hal ini mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.6. Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) 3.6.1. Koefisien Determinasi

Untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat dilakukan uji koefisien determinasi. Menurut Ghozali (2013:97),“Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen”. Nilai koefisien determinasi adalah antar nol sampai satu (0<R²<1). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

3.6.2. Uji Signifikansi Parsial / Individual (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh suatu variabel

independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

(43)

H

0

: b

i

= 0, artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh pemberian kredit, luas lahan, pupuk dan pestisida terhadap produksi usahatani kelapa sawit di Kecamatan Sei Bingai.

H

a

: b

i

≠ 0, artinya secara parsial terdapat pengaruh pemberian kredit, luas lahan, pupuk dan pestisida terhadap produksi usahatani kelapa sawit di Kecamatan Sei Bingai..

Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :

Ho diterima dan Ha ditolak jika t

hitungl

<t

tabel

pada α = 5%, atau tingkat sig > α = 5%

Ho ditolak dan Ha diterima jika t

hitung

> t

tabel

pada α = 5% atau tingkat sig < α = 5%

3.6.3. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas yang dimaksud dalam model mempunyai pengaruh secara simultan (serempak) terhadap variabel terkait.

H

0

: b

i

= 0, artinya secara serempak tidak terdapat pengaruh pemberian kredit, luas lahan, pupuk dan pestisida terhadap produksi usahatani kelapa sawit di Kecamatan Sei Bingai

H

a

: b

i

≠ 0, artinya secara serempak terdapat pengaruh pemberian kredit, luas lahan, pupuk, dan pestisida terhadap produksi usahatani kelap sawit di Kecamatan Sei Bingai.

Kriteria pengambilan keputusann adalah sebagai berikut :

Ho diterima dan Ha ditolak jika F

hitungl

< F

tabel

pada α=5%,atau tingkat sig>α = 5%

Ho ditolak dan Ha diterima jika F

hitung

> F

tabel

pada α=5% atau tingkat sig<α = 5%

(44)

3.7. Defenisi dan Batasan Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian ini, penulis memberikan defenisi terhadap variabel dan batasan operasional sebagai berikut :

3.7.1. Defenisi

1. Produksi adalah merupakan hasil produksi usahatani yang diperoleh petani melalu usahataninya. Pengukuran produksi ini dilakukan selama periode 1 tahun. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio dengan satuan Ton.

2. Kredit adalah jumlah rupiah pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diterima oleh petani. Jangka waktu pemberian kredit adalah periode 1 tahun.

Skala yang digunakan untuk variabel ini adalah skala ratio dengan satuan Rupiah.

3. Luas lahan merupakan luas lahan yang dimiliki petani yang digunakan untuk menanam sawit. Skala yang digunakakan adalah skala ratio dengan Hektar (Ha).

4. Pupuk merupakan jumlah pupuk yang diberikan untuk usahatani milik petani sampel dan diukur dalam satuan kilogram. Skala yang digunakan adalah skala ratio dengan Kg.

5. Pestisida merupakan jumlah pestisida yang digunakan untuk usahatani milik petani sampel dan diukur dalam satuan Liter.

3.7.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Kecamatan. Sei Bingai, Kab. Langkat, Sumatera Utara.

(45)

2. Sampel penelitian adalah petani Kecamatan Sei Bingai yang mendapat fasilitas pinjaman Kredit Usaha Rakyat ( KUR ) dari Bank Rakyat Indonesia.

3. Periode penelitian adalah sepanjang tahun 2018, yaitu periode pemberian kredit

kepada petani.

(46)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis

Kabupaten Langkat merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Langkat berada pada 3

0

14’ – 4

0

13’

Lintang Utara dan 97

0

52’ – 98

0

45’ Bujur Timur dengan ketinggian 0 - 300 m di atas permukaan Laut. Kabupaten Langkat memilki 23 Kecamatan, 215 Desa dan 15 Kelurahan dengan luas wilayah 6.263,29 km

2

Tabel 4.1. Jumlah Kecamatan di Kabupaten Langkat Menurut Luas dan Rasio Tahun 2017.

No Nama Kecamatan Luas (Km2) Rasio Terhadap Total (%)

1 Bahorok 1.101,83 17,59

2 Selapit 98,50 1,57

3 Salapian 221,73 3,54

4 Kutambaru 236,84 3,78

5 Sei Bingai 333,17 5,32

6 Kuala 266,23 3,29

7 Selesai 167,73 2,68

8 Binjai 42,05 0,67

9 Stabat 108,85 1,74

10 Wampu 194,21 3,10

11 Batang 899,38 14,36

12 Sawit Seberang 209,10 3,34

13 Padang 221,14 3,53

14 Hinai 105,26 1,68

15 Secanggang 231,19 3,69

16 Tanjung Pura 179,61 2,87

17 Gebang 178,49 2,85

18 Babalan 76,41 1,22

19 Sei Lepan 280,68 4,48

20 Brandan Barat 89,80 1,43

21 Besitang 720,74 11,51

22 Pangkalan Susu 151,35 2,42

23 Pematang Jaya 209,00 3,34

Langkat 6.263,29 100

Sumber:BPS Kabupaten Langkat 2017

Kecamatan Sei Bingai yang beribukota desa Namu Ukur memilki 16

(47)

jumlah penduduk 51.491 jiwa dan kepadatan penduduk 155 jiwa/km² dan terletak 106 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Sei Bingai berbatasan dengan : - Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Binjai

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Salapian, Selesai, dan Kuala - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Tabel 4.2. Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Dirinci Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Sei Bingai Tahun 2017.

Desa/Kelurahan Luas (Km

2

) Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk (Km

2

)

Telaga 53,38 2.924 55

Tg. Gunung 23,96 2.185 91

Pekan Sawah 14,03 3.327 237

Belinteng 107,48 5.074 47

Rumah Galuh 36,15 2.119 59

Simp. Kuta Buluh 5,79 1.226 212

Gunung Ambat 19,07 2.611 137

Namu Ukur Selatan 10,07 3.659 363

Namu Ukur Utara 12,20 6.413 526

Durian Lingga 6,73 1.997 297

Pasar VIII Namo

Trasi 13,33 3.191 239

Pasar IV Namo Trasi 4,09 3,026 740

Kwala Mencirim 5,92 4.500 760

Purwobinangun 9,98 3.793 380

Empl. KW. Mencirim 5,25 3.713 707

Mekar Jaya 5,74 1.733 302

Jumlah 333,17 51.491 155

Sumber:BPS Kecamatan Sei Bingai 2017

(48)

4.2. Keadaan Penduduk 4.2.1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Sei Bingai sebanyak 51.491 orang dengan komposisi penduduk laki-laki sebesar 25.676 dan komposisi penduduk perempuan sebanyak 25.815 orang dari 12.526 kepala keluarga.

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

No Keterangan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Perempuan 25.815 50,14

2. Laki-laki 25.676 49,86

Total 51.491 100

Sumber:BPS Kecamatan Sei Bingai 2017

Berdasarkan Tabel 4.3. Diatas terlihat komposisi penduduk Kecamatan Sei Bingai terdapat jumlah penduduk perempuan lebih tinggi dari pada jumlah penduduk laki-laki.

Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Menurut Umur

No Golongan Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. 0-4 5.548

2. 5-9 5.194

3. 10-14 4.998

4. 15-19 4.533

5. 20-24 4.306

6. 25-29 4.331

7. 30-34 3.946

8. 35-39 3.840

9. 40-44 3.257

10. 45-49 2.997

11. 50-54 2.530

12. 55-59 2.026

13. 60-64 1.600

14. 65-69 1.032

15. 70-74 630

16. >75 743

Total 51.491

Sumber:BPS Kecamatan Sei Bingai 2017

Berdasarkan data pada Tabel 4.4. Jumlah penduduk mayoritas terbesar yaitu pada

kelompok usia 0-4 tahun yaitu sebanyak 5.548 orang.

Referensi

Dokumen terkait

Suri Noviyanti: Prosedur Pemberian Kredit pada Koperasi Serba Usaha Tamansiswa Sawit Seberang Kab..., 2005... Suri Noviyanti: Prosedur Pemberian Kredit pada Koperasi Serba

Sembiring: Mekanisne Pemberian Kredit Usaha Kecil Pada Bank Perkreditan Rakyat..... Mekanisne Pemberian W i t Usaha Kecil Pada Bank Perkreditan Rakyat Eka kase~ya

Untuk menganalisis besar pengeluaran rumah tangga dari total pendapatan usahatani padi sawah dan besar nilai tukar petani padi sawah di daerah penelitian

Pada Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat tidak ada kerusakan luas lahan beririgasi dan kerusakan areal panen (Tabel 3)serta luas lahan panen

Komponen biaya variabel yang dikeluarkan petani pada dalam usahatani pembibitan pre nursery kelapa sawit antara lain biaya, benih, polybag, pupuk, pestisida, tanah

Rata-rata nilai nisbah luas lahan beririgasi dengan luas lahan panen 2,2, nisbah jaringan irigasi teknis dengan semi teknis dan sederhana 5,82 dan aras pencapaian produksi

Pada Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat tidak ada kerusakan luas lahan beririgasi dan kerusakan areal panen (Tabel 3) serta luas

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor luas lahan, tenaga kerja, pupuk organik, pupuk anorganik Urea, NPK, KCL, benih, obat-obatan/pestisida, umur petani,