1 PENGARUH METODE TUTOR SEBAYA TERHADAP
KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD INPRES NIPA-NIPA KOTA MAKASSAR
THE INFLUENCE OF THE PEER TUTOR METHOD ON READING COMPREHENSION ABILITY OF CLASS V INPRES
ELEMENTARY SCHOOL NIPA-NIPA MAKASSAR
TESIS Oleh :
IRWANTO T.
Nomor Induk Mahasiswa : 105.06.01.023.16
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021
2
MOTO
Jangan takut dengan kegagalan sebab
di balik kegagalan ada rencana Allah yang jauh lebih baik.
Persembahan:
Sujud syukurku kusembahkan kepadaMu Ya Allah, atas takdirMu saya bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi salah satu Langkah awal untuk masa depanku meraih cita-cita.
Dengan ini saya persembahkan tulisan ini untuk :
1. Alamarhum/ma kedua orang tuaku teriring doa semoga ditempatkan pada surga firdausnya aamiin.
2. Istriku tercinta yang selalu setia menemaniku disetiap suka dan duka.
3. Ketiga putraku Aufar Asyraf Tandi, Ar Sakha Hafidz Sarussu serta Muhamammad Lavarendra menjadi penyemangatku.
4. Mama mertuaku yang selalu mendaoakan aku disetiap sujudnya.
5. Dan kepada saudara-saudarku, sahabat dan kerabat yang telah memberikan dorongan dan doa.
3 PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Irwanto T.
NIM : 105060102316
Program Studi : Magister Pendidikan Dasar
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar- benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, 06 Maret 2021
Irwanto T.
4 MOTO
Jangan takut dengan kegagalan sebab
di balik kegagalan ada rencana Allah yang jauh lebih baik.
Persembahan:
Sujud syukurku kusembahkan kepadaMu Ya Allah, atas takdirMu saya bisa menjadi pribadi yang berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Semoga keberhasilan ini menjadi salah satu Langkah awal untuk masa depanku meraih cita-cita.
Dengan ini saya persembahkan tulisan ini untuk :
1. Alamarhum/ma kedua orang tuaku teriring doa semoga ditempatkan pada surga firdausnya aamiin.
2. Istriku tercinta yang selalu setia menemaniku disetiap suka dan duka.
3. Ketiga putraku Aufar Asyraf Tandi, Ar Sakha Hafidz Sarussu serta Muhamammad Lavarendra menjadi penyemangatku.
4. Mama mertuaku yang selalu mendaoakan aku disetiap sujudnya.
5. Dan kepada saudara-saudarku, sahabat dan kerabat yang telah memberikan dorongan dan doa.
5
6
Abstrak
Irwanto T (2020) Pengaruh Metode Tutor Sebaya Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Inpres Nipa-Nipa Kota Makassar, (dibimbing oleh Dr. Munirah , M.Pd dan Dr. Syafruddin M.Pd) Universitas Muhammadiyah Makassar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode pembelajaran tutor sebaya berpengaruh terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa.
Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yang sifatnya Tru Ekeperimet Design dengan pre-test, post test kontrol grup desain. Metode tutor sebaya terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Inpres Nipa- Nipa Kota Makassar berpengaruh signifikan.Hal ini dapat dilihat dari hasil pre-test siswa yang memiliki perbedaan yang signifikan antara pre test kelas eksperimen dan kelas pre- test kelas kontrol. Nilai membaca pemahaman siswa, sebelum penerapan metode tutor sebaya nilai tertinggi pada kelas kontrol adalah 73, nilai terendah 53, rata-rata 63,7 dan standar deviasi 6,45. Pada kelas eksperimen nilai tertinggi 73, nilai terendah 63, nilai rata-rata 61,9 dan standar deviasi 6,40. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pada SD Inpres Nipa-Nipa pembelajaran membaca pemahaman sebelum penerapan metode tutor sebaya masih berada dalam kategori kurang. Setelah penerapan metode tutor sebaya pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Inpres Nipa-Nipa menunjukkan adanya peningkatan pada kelas eksperimen dari 73 menjadi 93. Hasil post test kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh data sebagai berikut : Kelas kontrol, nilai tertinggi adalah 86, nilai terendah 66, rata-rata 75,2 dan standar deviasi 6,59. Kelas eksperimen, nilai tertinggi 93, nilai terendah 73 rata-rata 82,7 dan standar deviasi 6,49. Berdasarkan hasil dari SD Inpres Nipa-Nipa uji t 0.05 didaptkan t tabel =2,232 dan t hitung = 3,155. Jika IthitungI >t tabel, maka dapat disimpulkan H1 diterima dan Ho ditolak.
Kata kunci : Pengaruh, Totor Sebaya, Membaca Pemahaman
7 KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan petunjuk Allah swt, sehingga tesis dengan Judul: “Pengaruh Metode Tutor Sebaya Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Inpres Nipa-Nipa Kota Makassar” dapat diselesaikan. Pernyataan rasa syukur kepada Allah Swt, atas apa yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ini yang tidak dapat diucapkan dengan kata-kata dan dituliskan dengan kalimat apapun. Tak lupa juga penulis panjatkan shalawat dan salam atas junjungan Nabiullah Muhammad SAW, yang menjadi penerang kehidupan kita dengan risalahnya.
Dalam penulisan tesis ini bukanlah hal yang mudah terwujud. Banyak halangan dan rintangan yang dialami penulis. Namun selalu ada kemudahan jika selalu berusaha dan berdoa. Bantuan dari berbagai pihak telah menuntun penulis sehingga tesis ini dapat selesai. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada istri saya Purnamasari, S.Pd yang telah mengorbankan segala do’a, cinta, kasih sayang dan perhatian kepada penulis dalam segala hal.
Tak lupa pula penulis menghaturkan terima kasih yang sedalam- dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
Dr. Munirah, M.Pd selaku pembimbing I dan Dr. Syafruddin, M.Pd
8 selaku pembimbing II yang senantiasa memberikan masukan dan arahan dalam penyempurnaan tesis ini, serta Dr. H. Darwis Muhdina, M.Ag Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, Sulfasyah, S.Pd., M.A. ,Ph.D. Ketua Program Studi Magister Pendidikan Dasar Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
Bapak dan ibu dosen Magister Pendidikan Dasar pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis.
Kepada teman-teman seangkatan, terima kasih atas semua saran dan motivasi selama penyelesaian penulisan ini. Semoga saran motivasi yang diberikan bernilai ibadah di sisi Allah swt. Aamiin
Akhirnya, sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari kemungkinan khilaf, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membagun dari pembaca untuk perbaikan hasil penulisan ini serta dapat dijadikan sebagai panduan untuk penulisan-penulisan selanjutnya
Makassar, Januari 2021
Penulis
9 DAFTAR TABEL
Tabel Teks Halaman
3.1 Desain Penelitan ... 72
3.2 Indikator Penilaian Membaca ... 78
3.3 Rubrik Penilaian ... 78
3.4 Kategori Membaca Pemahaman ... 82
4.1 Hasil Observasi Kegiatan Kelas Kontrol ... 85
4.2 Hasil Observasi Kegiatan Kelas Eksperimen ... 86
4.3 Distribusi Nilai Statistik Membaca Kelas Kontrol ... 87
4.4 Distribusi Nilai Statistik Membaca Kelas Ekeperimen ... 87
4.5 Distribusi dan Frekuensi Kelas Kontrol ... 88
4.6 Distribusi dan Frekuensi Kelas Ekspermen ... 88
4.7 Tingkat Ketuntasan Membaca... 89
4.8 Hasil Perbandingan nilai statistik Kelas Kontrol dengan Kelas Ekperimen ... 90
4.9 Hasil Observasi Kegiatan Murid Kelas Kontrol... 91
4.10 Hasil Observasi Kegiatan Murid Kelas Eksperimen ... 92
4.11 Distribusi Nilai Statistik Siswa Kelas Kontrol ... 93
4.12 Distribusi Nilai Statistik Siswa Kelas Eksperimen ... 93
4.13 Distrbusi dan Frekuensi Kategori Membaca Pemahaman Pretest Kelas Kontrol... 94
4.14 Distrbusi dan Frekuensi Kategori Membaca Pemahaman Pretest Kelas Eksperimen ... 94
4.15 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 95
4.16 Hasil Perbandingan Nilai Statistik Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen ... 96
4.17 Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 98
4.18 Hasil Uji Normalitas Postest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 98
10 4.19 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
... 99 4.20 Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
... 99 4.21 Hasil Uji T Independent Samples T-test (Postest) Metode Tutor
Sebaya ... 100
11
DAFTAR GRAFIK
Grafik Teks Halaman
4.1 Perbandingan Kategori Membaca Pemahaman Siswa Kelas Kontrol dengan Kelas Eksperimen ... 90 4.2 Perbandingan Hasil Analisa Statistik ... 90 4.3 Perbandingan Kategori Membaca Pemahaman Siswa Kelas Kontrol
dengan Kelas Eksperimen ... 95 4.4 Perbandingan Hasil Analisis Statistika ... 96
12 DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GRAFIK ... x
DAFTAR ISI ... xi
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian... 5
D. Manfaat Penelitian... 5
1. Manfaat Teoretis ... 6
2. Manfaat Praktis ... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA... 7
A. Tinjauan Teori dan Konsep ... 7
1. Pengertian Metode Tutor Sebaya ... 7
2. Model Tutor Sebaya ... 11
3. Kriteria Tutor Sebaya ... 12
4. Langkah-Langkah Tutor Sebaya ... 14
5. Jenis Kegiatan Tutor Sebaya ... 16
13
6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tutor Sebaya... 17
7. Tahap Pelaksanaan Tutor Sebaya ... 20
B. Keterampilan Berbahasa Indonesia ... 21
1. Pengertian Keterampilan Berbahasa ... 21
2. Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa ... 24
C. Membaca ... 26
1. Pengertian Membaca ... 26
2. Pembelajaran Membaca ... 29
3. Tujuan Membaca ... 31
4. Jenis-Jenis Membaca ... 34
D. Membaca Pemahaman ... 41
1. Pengertian Membaca Pemahaman ... 41
2. Aspek-Aspek Membaca Pemahaman ... 42
3. Pemahaman Dalam Membaca ... 45
E. Membaca Pemahaman Kritis ... 57
F. Membaca Pemahaman Kreatif ... 58
G. Penelitian Yang Relevan ... 63
H. Kerangka Pikir ... 66
I. Asumsi dan Hipotesis ... 68
BAB III. METODE PENELITIAN ... 70
A. Desain dan Jenis Penelitian ... 70
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 72
C. Populasi dan Sampel ... 73
D. Metode Pengumpulan Data ... 74
1. Jenis Data ... 74
2. Sumber Data ... 74
3. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ... 75
E. Defenisi Oprasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ... 81
F. Teknik Analisis Data ... 81
14
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85
A. Hasil Penelitian ... 85
B. Pembahasan ... 100
C. Verivikasi Hipotesa ... 104
BAB V . SIMPULAN DAN SARAN ... 105
A. Simpulan ... 105
B. Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA ... 107
Riwayat Hidup ... 108 LAMPIRAN
15 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa Indonesia, sekaligus merupakan bahasa persatuan. Hal ini terbukti dengan keadaan bangsa Indonesia yang terdiri beraneka suku, budaya dan bahasa yang berbeda.
Menurut Iskandarwassid dan Dadang (2013: 226) bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan dan tertulis. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia ada empat aspek keterampilan yang tidak bisa terpisahkan yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menurut Tarigan (2015:1) setiap keterampilan tersebut erat sekali berhubungan dengan tiga keterampilan lainnya dengan cara beraneka rona. Lebih lanjut, Tarigan (2015:1) menjelaskan bahwa untuk memperoleh keterampilan berbahasa kita biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur: mula-mula pada masa kecil, kita belajar menyimak/mendengarkan bahasa, kemudian berbicara, sesudah itu kita belajar membaca dan menulis.
Sebagai keterampilan dalam bahasa Indonesia membaca merupakan kebutuhan manusia yang menginginkan kemajuan, baik dalam rangka
16 memperoleh ilmu pengetahuan, informasi maupun sekedar hiburan. Banyak sedikitnya pengetahuan yang dimiliki seseorang melalui membaca tidak terlepas dari kemampuan orang itu dalam memahami isi bacaan tersebut.
Padahal tidak dapat dipungkiri bahwa kemampuan membaca merupakan kemampuan akademik dasar yang diperlukan untuk memperoleh informasi dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Anak walaupun sudah mampu membaca namun, masih banyak yang tidak dipahami makna terhadap hal yang dibaca, terutama dalam membaca pemahaman.
Membaca pemahaman menurut Smith (Somadoyo,2011:9) adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh pembaca untuk menghubungkan informasi baru dengan informasi lama dengan maksud untuk mendapat pengetahuan baru. Pernyataan tersebut menegaskan membaca pemahaman adalah aktivitas untuk memperoleh pengetahuan dari apa yang dibaca, anak dapat memperoleh pengetahuan apabila ia mampu memahami kalimat yang dibaca. Kesulitan yang dialami oleh anak dalam membaca pemahaman adalah memahami isi kalimat yang dibaca. Hal tersebut akan menghambat anak untuk memahami materi pelajaran, sehingga prestasi akademik anak akan rendah.
Kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki oleh siswa sekolah dasar. Kemampuan ini diperlukan siswa untuk mempelajari berbagai pelajaran baik secara akademik maupun kehidupan sehari-hari. Namun fakta dilapangan menurut Rahman (2017:3) bahwa sebagian siswa sekolah dasar terutama kelas 5 masih ada yang belum
17 memiliki kemampuan membaca pemahaman yang baik. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan menggunakan makna yang tersirat masih rendah, siswa belum mampu dalam menemukan ida pokok, kata kunci dengan tepat, siswa belum mampu menyimpulkan isi teks dengan tepat dan siswa belum mampu menguraikan teks dalam bentuk peta konsep. Hal ini didukung oleh hasil temuan PISA (2016) terkait skor rata-rata kemampuan membaca yang diperoleh siswa Indonesia masih di bawah rata-rata negara OECD.
Berdasarkan observasi awal penelitian yang dilakukan di SD Inpres Nipa-Nipa Kecamatan Manggala Makassar pada Maret 2019, diperoleh data bahwa guru dalam proses pembelajaran kurang mengefektifkan model pembelajaran sehingga ditemukan bahwa kemampuan membaca pemahaman yang dimiliki oleh sebagian siswa masih tergolong rendah. Berdasarkan data hasil ulangan harian, terdapat sebagian siswa yang dinyatakan mengulang/remedial.
Upaya untuk mengatasi hambatan yang dialami siswa seperti paparan di atas, sangatlah bijaksana jika guru mencari dan menggunakan cara-cara yang mudah dan kreatif dalam pembelajaran membaca pemahaman. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah perbaiki pembelajaran membaca pemahaman tersebut dengan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan.
Untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan tentunya bisa menggunakan metode-metode yang menyenagkan pula. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah metode pembelajaran tutor sebaya. Pembelajaran tutor sebaya
18 merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
Secara umum metode konvensional dilakukan melalui komunikasi satu arah, sehingga situasi belajarnya berpusat pada guru, yang berarti bahwa pengajar memberikan penjelasan/ceramah secara lisan, sedangkan peserta didik hanya mendengar dan mencatat saja. Penerapan pembelajaran dengan metode konvensional menunjukkan bahwa guru lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran, sementara peserta didik yang hanya mendengar dan mencatat saja menunjukkan perilaku yang terkesan pasif. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab, mengapa peserta didik kurang tertarik mengikuti pembelajaran membaca pemahaman dan berakibat pula pada kurang maksimalnya peserta didik menggali kemampuan yang mereka miliki.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti bermaksud untuk mengatasi masalah tersebut dengan melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh metode Tutor Sebaya Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Inpres Nipa-Nipa Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Bagaimana kemampuan membaca pemahaman siswa sebelum diterapkan metode tutor sebaya?
19 2. Bagaimana kemampuan membaca pemahaman dalam pembelajaran
bahasa Indonesia siswa setelah diterapkan metode tutor sebaya?
3. Apakah metode pembelajaran tutor sebaya berpengaruh terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa?
C. Tujuan Penlitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui:
1. Kemampuan membaca pemahaman siswa tanpa menggunakan metode tutor sebaya.
2. Untuk mengetahui hasil belajar pemahaman siswa setelah diterapkan tutor sebaya.
3. Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran tutor sebaya terhadap keterampilan membaca pemahaman siswa.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Menjadi bahan informasi, masukan serta pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dalam upaya meningkatkan mutu mahasiswa program studi tersebut.
20 b. Acuan atau referensi untuk mengkaji lebih dalam sejauh mana hubungan penerapan metode tutor sebya terhadap membaca pemahaman siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, diharapkan menjadi masukan dalam menghadapi permasalahan siswa terutama dalam mengubah sikap siswa yang minat kurang.
b. Bagi siswa, dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca sehingga pemahaman siswa dalam membaca pemahaman dapat meningkat.
21 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Tutor Sebaya 1. Pengertian Metode Tutor Sebaya
Menurut Suherman dalam Anggorowati (2011), sumber belajar tidak harus selalu dari guru. Sumber belajar dapat diperoleh dari teman satu kelas yang lebih pandai atau dari keluarga. Sumber belajar bukan guru dan berasal dari orang lain yang lebih pandai disebut Tutor. Ada dua macam tutor, yaitu tutor sebaya dan tutor kakak. Tutor sebaya adalah teman sebaya yang lebih pandai.
Menurut Benny. A (2011: 44), “metode tutor sebaya dapat diartikan sebagai penyajian informasi, konsep dan prinsip yang melibatkan siswa secara aktif di dalamnya”, Sehubungan dengan hal itu, Suherman dalam Anggorowati (2011) mengatakan bahwa tutor sebaya adalah sekelompok siswa yang telah tuntas terhadap materi pelajaran, memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya, sedangkan menurut Arikunto dalam Budi Kristina (2013), tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas untuk melaksanakan program perbaikan.
Menurut Huda (2013: 12) siswa -siswa yang saling membantu proses belajaranya satu sama lain akan berpengaruh signifikan terhadap kepribadian sosial dan akademik mereka. Hal ini dapat menunjukkan bahwa teman
22 sebaya (peer) yang dijadikan tutor sebaya dapat dilatih untuk membantu pencapaian akademik, mengurangi perilaku-perilaku nrgatif, meningkatkan keterampilan bekerja dan belajar, dan melatih keterampilan interaksional sosial.
Menuut Djamarah dan Zain (2010: 25) sesorang peserta didik lebih mudah menerima keterangan yang diberikann oleh kawan sebangku atau kawan-kawan untuk melaksanakan program perbaikan. Program perbaikan ini disebut tutor sebaya. Yang dimaksud dengan tutor sebaya adalah seorang atau beberapa orang peserta didik yang ditunjuk dan ditugaskan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi.
Tutor ialah peserta didik pilihan yang karena kemampuannya pada mata pelajaran tertentu mampu memhami materi lebih jauh dibanding dengan teman-temannya. Peserta didik yang menjadi tutor ditunjuk dan diberi tanggung jawab untuk memberi penjelasan dan pelajaran tambahan pada siswa-siswa lainnya. Dengan tanggung jawabnya itu, pesrta didik yang menjadi tutor juga mempunyai hak memperoleh pelajaran tambahan dari guru, termasuk berhak membaca dan dipinjami semua buku yang digunakan guru maupun buku-buku lainnya.
Dari definisi di atas, dapat diambil suatu konsep bahwa inti dari metode tutor sebaya adalah pemanfaatan beberapa siswa yang pandai untuk memberikan bantuan belajar kepada teman sekelasnya yang kurang pandai.
Jadi dalam pembelajaran dengan metode tutor sebaya, yang bertindak sebagai tutor adalah siswa, sementara guru hanya sebagai pengarah dan
23 pembimbing apabila tutor sebaya mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya.
Untuk menangulangi hal tersebut, guru hendaknya memberikan bimbingan atau semacam les terhadap kelompok siswa yang ditunjukkan sebagai tutor sebelum pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, proses pembelajaran akan berjalan secara efektif dan efisien, tanpa melimpahkan tugasnya sebagai pembelajar. Metode tutor sebaya akan menjadi motivasi bagi teman- teman sebaya dalam mengoptimalkan dan meningkatkan hasil belajar. Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif serta dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Penerapan metode tutor sebaya juga dapat membantu guru dalam menganalisa kesulitan belajar siswanya, karena setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Penerapan metode tutor sebaya juga dapat membantu beberapa siswa yang enggan atau malu untuk bertanya langsung kepada guru. Dengan penerapan metode tutor sebaya ini diharapkan semua siswa dapat menguasai materi pelajaran serta dapat meningkatkan hasil belajar sehingga tidak ada lagi kesenjangan hasil belajar diantara siswa.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan
24 memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya.
Pembelajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru. (Rusman, 2012:203-204)
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa metode tutor sebaya adalah adalah cara yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dimana sumber belajar dalam metode ini ialah teman sebaya yang lebih pandai, yang pemanfaatannya diharapkan dapat memberikan bantuan belajar kepada teman-temannya yang mengalami kesulitan dalam belajar sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Dalam Alquran diajarkan untuk bekerja sama dalam kebaikan sebagaimana yang termaktub dalam Q.S. al-Maidah ayat 2 yang berbunyi:
ىَلَع ْاوُن َواَعَت َو ۘ ِ رِبۡل ٱ
َوٱ ى َوۡقَّتل ىَلَع ْاوُن َواَعَت َلَ َو
ِمۡثِ ۡلۡ ٱ َوٱ ِن َوۡدُعۡل َوٱ
ْاوُقَّت ََّلل ٱ َّنِإ
ََّلل ٱ ُديِدَش ِباَقِع ۡل ٱ
٢
Artinya “dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.Bertakwala kepada Allah sungguh Allah sangat berat siksa-Nya.
(QS. Al-Maidah(5) : 2)”
Jadi tutor sebaya adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan kemampuan teman sebaya untuk saling membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.
25 2. Model Tutor Sebaya
Menurut Branley dalam Riska Dian Pramesti (2014), ada dua model dasar dalam menyelenggarakan proses belajar dengan tutor, yaitu:
1) Student to student.
2) Tutor to group.
Dalam menyelenggarakan proses belajar dengan tutor, maka sebaiknya dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-7 orang agar berjalan lebih efektif dan fokus pada masing-masing anggota.
Model dasar penyelenggaraan tutor sebaya dengan student to student adalah satu tutor memberi pemahaman terhadap temannya yang memerlukan bimbingan secara bergantian. Sedangkan tutor to group adalah satu tutor memberikan bimbingan pelajaran kepada kelompok kecil teman sekelasnya yang memerlukan bimbingan belajar.
Dalam penelitian ini, model tutor sebaya yang akan digunakan adalah campuran antara model tutor to group dan model student to student. Jadi setelah guru selesai menjelaskan suatu materi, tutor akan menjelaskan ulang kepada seluruh temannya dalam satu kelompok dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti, kemudian apabila ada beberapa teman sekelompoknya yang membutuhkan penjelasan secara individu, tutor akan memberikan penjelasan secara individu. Dengan model tutor sebaya campuran ini diharapkan kelas menjadi aktif dan seluruh siswa paham dan mengerti tentang materi yang sedang dipelajari sehingga nantinya hasil belajar siswa akan meningkat.
26 3. Kriteria Tutor Sebaya
Pemilihan siswa tutor ini sangat penting dalam penggunaan metode pembelajaran tutor sebaya, karena apabila terjadi ketidaktepatan pemilihan tutor, maka akan menyebabkan proses belajar menjadi tidak efektif, dan selanjutnya berimbas kepada hasil belajar siswa yang tidak akan meningkat atau bahkan malah menurun. Menurut Suryo dan Amin dalam Retno Sapto Rini Sudiasih (2011), pemilihan siswa tutor ini berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya yaitu siswa tutor harus memiliki kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran, kemampuan membantu orang lain baik secara individu maupun kelompok, prestasi belajar yang tergolong baik, hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya, memiliki kemampuan dalam memimpin kegiatan kelompok, disenangi dan diterima oleh teman-temannya.
Sejalan dengan itu Arikunto (2013: 62), mengemukakan dalam memilih tutor perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Tutor dapat diterima (disetujui) oleh siswa sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya.
2) Tutor dapat menerangkan bahan pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa.
3) Tutor tidak tinggi hati, kejam, atau keras hati terhadap sesama kawan.
4) Tutor mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan bimbingan, yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada temannya.
Berdasarkan pendapat dari Suryo dan Amin serta Arikunto di atas, dapat dilihat bahwa kriteria pemilihan tutor yang diutarakan oleh Suryo dan
27 Amin serta Arikunto relatif sama. Yang beda hanya dari segi penyajiannya saja. Suryo dan Amin mengutarakan kriteria pemilihan tutor dalam bentuk satu kalimat secara langsung sehingga lebih mudah dipahami sedangkan Djamarah dan Zain mengutarakan kriteria pemilihan tutor dalam bentuk poin- poin. Dalam penelitian ini, kriteria pemilihan tutor yang akan digunakan adalah kriteria pemilihan tutor yang diutarakan oleh Suryo dan Amin dengan alasan bahwa kriteria pemilihan tutor yang diutarakan oleh Suryo dan Amin lebih mudah dipahami.
Jadi, berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman tentang kriteria pemilihan tutor yang tepat sangat penting bagi guru. Karena dengan pemilihan tutor yang tepat, maka proses belajar akan menjadi efektif, dan selanjutnya berimbas kepada hasil belajar siswa yang akan meningkat. Ada 6 kriteria pemilihan siswa tutor, diantaranya yaitu siswa tutor harus memiliki kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran, kemampuan membantu orang lain baik secara individu maupun kelompok, prestasi belajar yang tergolong baik, hubungan sosial yang baik dengan teman-temannya, memiliki kemampuan dalam memimpin kegiatan kelompok, dan disenangi serta diterima oleh teman-temannya.
4. Langkah-langkah Metode Tutor Sebaya
Menurut Hamalik (2017: 163), tahap-tahap kegiatan pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode tutor sebaya adalah sebagai berikut:
1) Tahap Persiapan
28 a) Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yang dirancang dalam bentuk sub pokok bahasan. Setiap sub pokokbahasan berisi tentang judul, tujuan pembelajaran, khususnya petunjuk pelaksanaan tugas-tugas yang harus diselesaikan.
b) Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagai tutor sebaya. Jumlah tutor sebaya yang ditunjuk disesuaikan dengan jumlah kelompok yang akan dibentuk.
c) Mengadakan latihan bagi para tutor. Latihan diadakan dengan cara latihan kelompok kecil dimana dalam hal ini yang mendapatkan latihan hanya siswa yang akan menjadi tutor.
d) Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4-7 orang. Kelompok ini disusun berdasarkan variasi tingkat kecerdasan siswa. Kemudian tutor sebaya yang telah ditunjuk di sebar pada masing-masing kelompok yang telah ditentukan.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Setiap pertemuan guru memberikan pengantar terlebih dahulu tentang materi yang diajarkan.
b) Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri. Tutor sebaya menanyai anggota kelompoknya secara bergantian akan hal-hal yang belum dimengerti, demikian pula halnya dengan menyelesaikan tugas. Jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, barulah tutor meminta bantuan guru.
29 c) Guru mengawasi jalannya proses belajar, guru berpindah-pindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain untuk memberikan bantuan jika ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kelompoknya.
3) Tahap Evaluasi
a) Setelah kegiatan pembelajaran dilakukan, guru memberikan soal- soal latihan kepada anggota kelompok untuk mengetahui apakah tutor sudah menjelaskan tugasnya atau belum.
b) Mengingatkan tutor untuk mempelajari sub pokok bahasan selanjutnya di rumah.
Dari pendapat Hamalik di atas, dapat diambil suatu konsep bahwa ada 3 tahap dalam penggunaan metode tutor sebaya, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Peran guru dalam pembelajaran tutor sebaya adalah hanya sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya melakukan intervensi ketika betul-betul diperlukan oleh siswa dan mengawasi kelancaran pelaksanaan pembelajaran ini dengan memberikan pengarahan serta bantuan jika siswa mengalami kesulitan dalam belajar.
Tutor sebaya merupakan salah satu pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa. Ketika mereka belajar dengan tutor sebaya, siswa juga mengembangkan kemampuan yang lebih baik untuk mendengarkan, berkonsentrasi dan memahami apa yang dipelajari dengan cara yang bermakna. Tutor pun akan bangga atas perannya dan dapat belajar dari pengalaman.
30 Dengan diterapkannya metode tutor sebaya, siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak perlu merasa canggung, malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapatnya secara bebas serta dengan diterapkannya metode tutor sebaya, rasa saling menghargai dan mengerti dapat dibina antar siswa yang bekerja sama. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ada 3 tahap dalam penggunaan metode tutor sebaya, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dimana peran guru dalam metode tutor sebaya adalah hanya sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas.
5. Jenis Kegiatan Tutor Sebaya
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004: 169-170)menyatakan bahwa “kegiatan tutorial dibagi menjadi empat (4) yaitu pemantapan, pengayaan,bimbingan, dan perbaikan”. Keempat jenis kegiatan tersebut, dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Pemantapan, yaitu memantapkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya,
2) Pengayaan, yaitu memperluas pengetahuan dan pengalaman siswa sehingga hal-hal yang telah dipelajari menjadi lebih jelas, luas, dan terpadu.
3) Bimbingan, yaitu membantu siswa dalam mengatasi kesulitan dan pemecahan masalah.
4) Perbaikan, yaitu membina para siswa terutama dalam cara belajar mandiri.
6. Kelebihan dan Kekurangan Metode Tutor Sebaya
31 Menurut Gintings (2014: 79), adapun kelebihan dan kekurangan metode tutor sebaya adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan Metode Tutor Sebaya:
a) Siswa memperoleh pelayanan pembelajaran secara individual sehingga permasalahan spesifik yang dihadapinya dapat dilayani secara spesifik pula.
b) Mampu mengurangi kesenjangan keberhasilan belajar antara siswa yang nilainya tinggi dan siswa yang nilainya rendah.
c) Seorang siswa dapat belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuannya tanpa harus dipengaruhi oleh kecepatan belajar siswa lain.
2. Kekurangan Metode Tutor Sebaya:
a) Sulit dilaksanakan dalam pembelajaran klasikal karena guru harus melayani siswa dalam jumlah yang banyak sehingga memerlukan waktu dan pengaturan tahapan mengajar yang khusus.
b) Dalam pelaksanaan tutor, untuk melayani siswa diperlukan kesabaran dan keluasan pemahaman guru tetang materi yang dipelajari, karena permasalahan belajar yang dihadapi siswa bervariasi antara satu dengan yang lainnya.
Djamarah dalam Retno Sapto Rini Sudiasih (2011), juga mengatakan ada beberapa kelebihan dan kekurangan metode tutor sebaya, yaitu:
32 1. Kelebihan Metode Tutor Sebaya:
a) Adakalanya hasilnya lebih baik bagi beberapa anak yang mempunyai perasaan takut atau enggan bertanya kepada guru.
b) Bagi tutor, pekerjaan tutoring akan mempunyai akibat memperkuat konsep yang sedang dibahas. Dengan memberitahukan kepada anak lain, maka seolah-olah ia menelaah serta menghafal kembali.
c) Bagi tutor merupakan kesempatan untuk melatih diri memegang tanggung jawab dalam mengemban suatu tugas.
d) Mempererat hubungan antara sesama siswa sehingga mempertebal perasaan sosial.
2. Kekurangan Metode Tutor Sebaya:
a) Siswa yang dibantu kadang sering belajar kurang serius, karena hanya berhadapan dengan temannya, sehingga hasilnya kurang memuaskan.
b) Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena takut rahasianya diketahui temannya.
c) Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring sukar dilaksanakan, karena perbedaan kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan.
d) Bagi guru sukar untuk menentukan seorang tutor yang tepat bagi seorang atau beberapa siswa yang harus dibimbing.
e) Tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu belajarnya dapat mengajarkannya kembali kepada teman-temannya.
33 Berdasarkan pendapat dari Gintings dan Djamarah di atas, dapat dilihat bahwa kelebihan dan kekurangan metode tutor sebaya yang diutarakan oleh Gintings dan Djamarah berbeda. Gintings mengatakan bahwa metode tutor sebaya memiliki 3 kelebihan dan 2 kekurangan, sedangkan Djamarah mengatakan bahwa metode tutor sebaya memiliki 4 kelebihan dan 5 kekurangan. Dalam penelitian ini, kelebihan dan kekurangan metode tutor sebaya dari kedua ahli di atas akan dikombinasikan dan diringkas.
Bagi tutor, dengan membimbing temannya dan mengajarkan suatu materi maka pengertian terhadap bahan pembelajaranpun akan lebih mendalam. Hal ini akan memperkuat daya pemahaman apa yang telah dipelajarinya dan belajar bertanggungjawab atas apa yang dibebankan kepadanya. Sedangkan bagi siswa yang dibimbing, akan lebih paham dan mengerti tentang suatu materi karena tidak canggung dalam bertanya atau meminta bantuan sehingga dengan penerapan metode tutor sebaya diharapkan hasil belajar siswa akan meningkat dan selanjutnya akan mengurangi kesenjangan hasil belajar siswa yang terjadi. Jadi, berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan tutor sebaya ini memiliki 7 kelebihan dan 7 kekurangan.
7. Tahap Pelaksanaan Tutor Sebaya
Penerapan Pembelajaran Akuntansi melalui Tutor Sebaya Menurut Isjoni (Dewi, 2014: 19) langkah-langkah yang digunakan dalam pembelajaraan yang menerapkan model tutor sebaya adalah sebagai berikut:
34 1. Tahap persiapan
a. Guru membuat program pengajaran satu pokok bahasan yangdirancang dalam bentuk penggalan-penggalan sub pokok bahasan.
b. Menentukan beberapa orang siswa yang memenuhi kriteria sebagaitutor
c. Mengadakan latihan bagi tutor
d. Pengelompokan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri 4- 5 orang.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Setiap pertemuan guru memberikan penjelasan pelajaran tentang materi yang disajikan
b. Siswa belajar dalam kelompoknya sendiri c. Guru mengawasi jalannya proses belajar.
3. Tahap evaluasi
a. Sebelum kegiatan pembelajaran berakhir, guru memberikan soal- soal latihan kepada anggota kelompok selain tutor
b. Mengingatkan peserta didik untuk mempelajari sub pokok bahasan sebelumnnya di rumah.
Dilihat dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah- langkah pembelajaran tutor sebaya yaitu: tahap pertama guru memilih materi pelajaran, kemudian memilih 4-5 siswa yang mampu untuk menjadi tutor.
35 B. Keterampilan Berbahasa Indonesia
1. Pengertian Keterampilan Berbahasa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan adalah kecakapan untuk menyelesaikan tugas dan bahasa adalah kecakapan seorang untuk memakai bahasa dalam menulis, membaca, menyimak atau berbicara. Keterampilan berbahasa merupakan hal yang penting bagi seorang pelajar khususnya, karena dengan menguasai keterampilan berbahasa seseorang akan lebih mudah dalam menangkap pelajaran dan memahami suatu maksud.
Keterampilan berbahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.
Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa yang dapat meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa dibagi menjadi 2, yaitu lisan dan tulis. Lisan meliputi menyimak dan berbicara, sedangkan keterampilan berbahasa tulis meliputi membaca dan menulis.
Keberhasilan suatu proses komunikasi bergantung pada proses encoding dan decoding. Proses encoding adalah pengirim pesan aktif memilih pesan yang akan disampaikan, mem formulasikannya dalam wujud lambang- lambang berupa bunyi/tulisan, sedangkan proses decoding adalah penerima
36 pesan aktif menterjemahkan lambang-lambang berupa bunyi/tulisan menjadi makna sehingga pesan dapat diterima secara utuh.
Manfaat dari keterampilan berbahasa ini adalah seseorang dapat mengungkapkan pikiran, mengekspresikan perasaan dan dapat melaporkan fakta-fakta yang kita amati, serta dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan,dan fakta yang disampaikan orang kepada kita.
Jadi, kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus sama-sama memiliki keterampilan, yaitu si pengirim harus memiliki keterampilan memilih lambang-lambang (bunyi/tulisan) guna menyampaikan pesan dan si penerima harus terampil memberi makna terhadap lambang (bunyi/tulisan) yang berisi pesan yang disampaikan.
Apabila seseorang tidak memiliki kemampuan berbahasa. Seseorang tidak dapat mengungkapkan pikiran, tidak dapat mengekspresikan perasaan, dan tidak dapat melaporkan fakta-fakta yang diamati. Di pihak lain, tidak dapat memahami pikiran, perasaan, gagasan, dan fakta yang disampaikan oleh orang kepada seseorang.
Jangankan tidak memiliki kemampuan, seperti yang dikemukakan di atas, seseorang akan mengalami apabila keterampilan berbahasa yang kita miliki tergolong rendah. Sebagai guru, kita akan mengalami kesulitan dalam menyajikan materi pelajaran kepada para siswa bila keterampilan berbicara yang kita miliki tidak memadai atau dipihak lain para siswa akan mengalami kesulitan menangkap pelajaran yang disampaikan secara lisan karena keterampilan berbicara yang kita miliki tidak memadai atau karena
37 kemampuan siswa rendah dalam mendengarkan. Begitu juga pengetahuan dan kebudayaan tidak akan dapat disampaikan dengan sempurna, bahkan tidak akan dapat diwariskan kepada generasi berikutnyakita tidak dapat memperoleh pengetahuan yang disampaikan para pakar apabila kita tidak memiliki keterampilan membaca yang memadai.
Banyak contoh lain yang menunjukkan betapa pentingnya keterampilan berbahasa dalam kehidupan. Bagi seorang menajer misalnya, keterampilan berbicara memegang peran penting, la hanya bisa mengelola karyawan di departemen atau organisasi yang dipimpinnya apabila ia memilki keterampilan berbicara. Kepemimpinannya akan berhasil bila didukung pula oleh keterampilan mendengarkan, membaca, dan juga menulis yang berkaitan dengan profesinya. Sebaliknya, jabatan sebagai seorang manajer tidak akan pernah dapat diraih apabila yang bersangkutan tidak dapat meyakinkan otoritas yang berkaitan melalui keterampilannya berbicara dan menulis.
Profesi-profesi di bidang hubungan masyarakat, pemasaran/ penjualan, politik, hukum (jaksa, hakim, pengacara) adalah contoh-contoh bidang pekerjaan yang mensyaratkan dimilikinya keterampilan berbahasa baik berbicara, menyimak, menulis, dan membaca.
2. Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa a. Ketrampilan menyimak (Hstening skills)
Menyimak adalah suatu rentetan proses jasmaniah, mulai dari proses mengidentifikasi bunyi, menyusun penafsiran, menyimpan, dan menghubungkan penafsiran itu dengan seluruh pengetahuan dan
38 pengalaman. Dengan demikian di sini berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Dalam bahasa pertama (bahasa ibu), kita memperoleh keterampilan mendengarkan melalui proses yang tidak disadari sehingga seseorang tidak menyadari begitu kompleksnya proses pemerolehan keterampilan mendengar tersebut.
b. Keterampilan berbicara (speaking skills)
Kemudian sehubungan dengan keterampilan berbicara secara garis besar ada tiga jenis situasi berbicara, yaitu interaktif, semiaktif, dan noninteraktif. Situasi-situasi berbicara interaktif, misalnya percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya pergantian antara berbicara dan mendengarkan, dan juga memungkinkan kita meminta klarifikasi, pengulangan atau kiat dapat memintal lawan berbicara, memperlambat tempo bicara dari lawan bicara. Kemudian ada pula situasi berbicara yang semiaktif, misalnya dalam berpidato di hadapan umum secara langsung. Dalam situasi ini, audiens memang tidak dapat melakukan interupsi terhadap pembicaraan, namun pembicara dapat melihat reaksi pendengar dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka. Adapun Beberapa situasi berbicara dapat dikatakan bersifat noninteraktif, misalnya berpidato melalui radio atautelevisi.
c. Keterampilan membaca (reading skills)
Membaca merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat reseptif. Keterampilan membaca dapat dikembangkan secara tersendiri, terpisah dari keterampilan menyimak dan berbicara. Tetapi,
39 pada masyarakat yang memilki tradisi literasi yang telah berkembang, seringkali keterampilan membaca dikembangkan secara terintegrasi dengan keterampilan menyimak dan berbicara.
d. Keterampilan menulis (writing skills)
Menulis merupakan salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis yang bersifat produktif. Menulis dapat dikatakan keterampilan berbahasa yang paling rumit di antara jenis-jenis keterampilan berbahasa yang lainnya.
Ini karena menulis bukanlah sekedar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan menuangkan pikiran-pikiran dalam suatu struktur tulisan yang teratur.
C. Membaca 1. Pengertian Membaca
Menurut Tarigan (2015 :7) membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Hal ini berarti mebaca merupakan proses berfikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu,membaca bukan hanya sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginter prestasikan lambang/tanda/tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca. Farr (Dalman,2017:5) mengemukakan membaca merupakan jantung pendidikan.
40 Dalam hal ini, orang yang sering membaca, pendidikanya akan maju dan akan memiliki wawasan yang luas.Tentu saja hasil membacanya itu akan menjadi skemata baginya. Skemata ini adalah pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sesesorang. Jadi, semakin sering seseorang membaca,maka semakin besarlah peluang mendapatkan skemata dan berarti semakin maju pulalah pendidikanya.Hal inilah yang melatar belakangi banyak orang yang mengatakan bahwa membaca sama dengan membuka jendela dunia.Dengan membaca dapat diketahui seisi dunia dan pola berpikir seseorang akan berkembang.
Berbeda dengan pendapat di atas, Dalman, (2017:6) menjelaskan, bahwa membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan membaca sandi (a recording and decoding process). Istilah penyandian kembali (recording) digunakan untuk menggantikan istilah membaca (reading) karena mula-mula lambang tertulis diubah menjadi bunyi,baru kemudian sandi itu dibaca,sedangkan pembacaan sandi (decoding process) merupakan suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran dalam bentuk tulisan. Jadi, membaca itu merupakan proses membaca sandi berupa tulisan yang harus diinpertasikan maksudnya sehingga apa yang ingin disampaikan oleh penulisanya dapat dipahami dengan baik.
Menurut (Dalman, 2017), membaca merupakan perkembangan keterampilan yang bermula dari kata dan berlanjut kepada membaca kritis.
Selanjutnya Dalman,dkk. (2003:3) mengemukakan pendapat bahwa membacamerupakan hasil interaksi antara persepsi terhadap lambang-
41 lambang yang mewujudkan bahasa melalui keterampilan berbahasa yang dimiliki pembaca dan pengetahuanya tentang alam sekitar, Dalman, (2017:6) mengartikan membaca sebagi suatu kegiatan memahami pola-pola bahasa dalam penampilanya secara tertulis untuk memperoleh informasi darinya.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa “reading” adalah “bringing meaninto and getting meaning from printed or written material', memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis Dalman, (2017:8). Kegiatan membaca merupakan penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa dalam menghayati naskah.
Proses membaca diawali dari aktivitas yang bersifat mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang normal, alat peraba bagi yang tuna netra. Setelah proses tersebut berlangsung, maka nalar dan intuisi yang bekerja, berupa proses pemahaman dan penghayatan. Selain itu aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan dan kecepatan juga pola kompetensi ataukemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen kehidupan yang luas.
Membaca merupakan kegiatan merespons lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Hal tersebut berarti bahwa membaca memberikan respons terhadap segala ungkapan penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik. Sumber yang lain juga mengungkapkan bahwa membaca merupakan perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan, yakni mengamati, memahami, dan memikirkan.
42 Berdasarkan segi linguistik membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembahasan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna
Berdasarkan beberapa defenisi tentang membaca yang telah disampaikan diatas,dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses perubahan bentuk lambang/tanda/tulisan menjadi wujud bunyi yang bermakna.Oleh sebab itu, kegiatan membaca seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan dengan aktif dan kritis sebagai pola komunikasi dengan diri sendiri,agar pembaca dapat menemukan makna tulisan dan memperoleh informasi yang dibutuhkan.
2. Pembelajaran Membaca
Membaca itu bersifat reseptif.Artinya,si pembaca menerima pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis dalam sebuah teks wacana. Pesan yang disampaikan itu merupakan informasi fokus yang dibutuhkan. Dalam hal ini, pembaca harus memahami maknalambang,tanda,tulisan dalam teks berupa kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, ataupun wacana yang utuh.
Jadi, pembaca merupakan proses mengubah lambang atau tanda tulisan menjadi wujud makna.
43 Di sekolah, pembelajaran membaca perlu difokuskan pada aspek kemampuan memahami isi bacaan.Oleh sebab itu,siswa perlu dilatih secara intensif utnuk memahami sebuah teks bacaan. Hal ini berarti siswa bukan menghafal isi bacaan tersebut,melainkan memahami isi bacaan. Dalam hal ini, peran guru sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan.
Guru bahasa Indonesia sebaiknya mengajarkan kepada siswa tentang strategi, metode dan, teknik membaca yang baik sehingga siswa mampu memahami isi bacaan dengan baik pula. Begitu juga halnya dengan ujian keterampilan membaca .sebaiknya ujian tersebut lebih ditekankan pada kemampuan memahami isi bacaan,yaitu berupa kemampuan:
a. Memahami makna dan kata-kata yang dibaca.
b. Memahami makna istilah-istilah di dalam konteks kalimat.
c. Memahami inti sebuah kalimat yang dibaca.
d. Memahami ide, pokok pikiran, atau tema dari sebuah paragraf yang dibaca.
e. Menangkap dan memahami beberapa pokok pikiran dari suatu wacana yang dibaca, menarik kesimmpulan dari suatu wacana yang dibaca.
f. Membuat rangkuman isi bacaan secara tertulis dengan menggunakan bahasa sendiri.
g. Menyampaikan hasil pemahaman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri didepan kelas .
44 Sebagai seorang guru bahasa Indonesia, harus mampu menerapkan ujian keterampilan membaca tersebut dengan baik sehingga kemampuan memahami isi bacaanpada siswa dapat diukur baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dengan demikian, kita dapat mengetahui kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan yang dibacanya.
3. Tujuan Membaca
Setiap orang yang membaca pastinya ada tujuan tersendiri. Ketika membaca dengan tujuan tertentu biasanya lebih memahami maksud dan tujuan membaca dibanding dengan orang yanghanya sekedar membaca tanpa tujuan. Pada kegiatan membaca di sekolah, guru diharapkan dapat menyusun tujuan membaca dengan membuat tujuan khusus yang dapat menyesuaikan dengan tujuan membaca siswa itu sendiri.
Kegiatan membaca bertujuan untuk mencari dan memperoleh pesan atau memahami makna melalui bacaan.Tujuan membaca tersebutakan berpengaruh kepada jenis bacaan yand dipilh, mislanya, fiksi ataunonfiksi.
MenurutDalman, (2017:11).ada tujuh macamtujuan dari kegiatan membaca,yaitu:
a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan- penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang
45 tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian- perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
b. Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya.
Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
c. Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi.
Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkanoleh sang pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut
46 membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).
f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evakuate).
g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (readingto compare or contrast).
4. Jenis-Jenis Membaca 1. Membaca Nyaring
Membaca merupakan proses membunyikan lambang, tanda,tulisan yang bermakna. Oleh sebab itu, seseorang yang akan membaca sebuah teks dapat menggunakan teknik membaca nyaring sehingga dapat didengar oleh dirinya sendiri dan bahkan orang lain. Membaca nyaring adalah kegitan membaca dengan mengelurkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-
47 lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras. Membaca nyaring bertujuan agar seseorang mampu menggunakan ucapan yang tepat, membaca dengan jelas, dan tidak berbata-bata, membaca dengan tidak terus-menerus melihat pada bahan bacaan, membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang tepat dan jelas.
Tarigan (2017:63) mengatakan bahwa membaca nyaring adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap atau memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang.
Sejalan dengan pendapat tersebut, membaca nyaring adalah kegitan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang- lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras.
Dalman (2017:64) Mengatakan bahwa membaca nyaring adalah kegiatan membaca menyuarakan tulisan yang dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perassan, sikap, ataupun pengalaman penulis. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pembaca dalam membaca nyaring:
a. Pembaca harus mengerti makna serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan.
b. Pembaca harus mempelajari kesimpulan penafsiran atas lambang- lambang tertulis sehingga penyusunan kata-kata serta penekanan sesuai dengan ujaran.
48 c. Pembaca harus memiliki kecepatan mata yang tinggi serta pandangan
mata yang jauh.
d. Pembaca harus mengelompokan kata-kata dengan baik dan tepat agar jelas maknanya bagi para pendengar (Dalman 2017:64).
Keterampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalahberbagai kemampuan, di antaranya adalah:
a. Menggunakan ucapan yang tepat.
b. Menggunakan frasa yang tepat.
c. Menggunakan intonasi suara yang wajar.
d. Dalam posisi sikap yang baik.
e. Menguasai tanda-tanda baca.
f. Membaca dengan terang dan jelas.
g. Membaca dengan penuh perasaan,ekspresif.
h. Membaca dengan tidak terbata-bata.
i. Mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya.
j. Kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya.
k. Membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan.
Membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri, (http://
guruito7.blospot.com}.
Tujuan membaca nyaring yaitu agar seseorang mampu mempergunakan ucapan yang tepat, membaca dengan jelas dan tidak berbata-bata,membaca dengan tidak terus-menerus melihat pada bahan bacaan,membaca dengan menggunakan intonasi dan lagu yang jelas dan
49 tepat (Dalman, 2017:65). Adapun manfaat membaca nyaring itu sendiri, yaitu sebgai berikut:
a. Memuaskan dan memenuhi berbagai ragam tujuan serta mengembangkan sejumlah keterampilan dan minat.
b. Menyampaikan informasi yang penting kepada para pendengarnya (Tarigan,2017:65).
Membaca nyaring juga memerlukan keterampilan khusus sehinggaproses membaca dapat berjalan lancar. Membaca nyaring merupakan suatu aktifitas yang menuntut aneka keterampilan. Di bawah ini dikemukakan sejumlah keterampilan yang diperlukan dalam membaca nyaring harus diperhatikan seorang guru sekolah dasar yang bertujuan, mengembangkan keterampilan siswa untuk membaca nyaring.
Kelas I :
a) Menggunakan ucapan yang tepat.
b) Menggunakan frasa yang tepat (bukan kata demi kata).
c) Menggunakan intonasi suara yang wajar agar makna mudahdipahami.
d) Menguasai tanda-tanda baca sederhana seperti titik,koma,tanda tanya dan tanda seru.
Kelas II:
a) Membaca dengan terang dan jelas.
b) Membaca dengan penuh perasaan,ekspresi.
c) Membaca tanpa tertegun-tegun,terbata-bata.
Kelas III:
50 a) Membaca dengan penuh perasaan,ekspresi.
b) Mengerti serta memahami bahan bacaan.
Kelas IV :
a) Memahami bacaan pada tingkat dasar.
b) Kecepatan mata dan suara:minimal tiga kata dalam satu detik.
Kelas V :
a) Membaca dengan pemahaman dan perasaan.
b) Aneka kecepatan membaca nyaring bergantung pada bahan bacaan.
c) Membaca tanpa terus-menerus melihat pada bahan bacaan.
Kelas VI :
a) Membaca nyaring dengan penuh perasaan atau ekspresi.
b) Membaca dengan penuh kepercayan (pada diri sendiri dan mempergunakan frasa atau susunan kata yang tepat.
Peningkatan keterampilan membaca nyaring dapat dilakukan oleh si pembaca dengan cara menguasai keterampilan-keterampilan persepsi(penglihatan dan daya tanggap) sehingga dia mengenal atau memahami kata-kata dengan cepat dan tepat. Untuk membantu para pendengar menangkap serta memahami maksud pengarang,pembaca biasanya mempergunakan berbagai cara antara lain :
a) Menyoroti ide-ide baru dengan menggunakan penekanan yang jelas.
b) Menjelaskan perubahan dari satu ide ke ide lainya.
c) Menerangkan kesatuan-kesatuan kata-kata yang tepat dan baik.
51 d) Menghubungkan ide-ide yang bertautan dengan jalan menjaga suaranya
agar tinggi sampai akhir dan tujuan tercapai.
e) Menjelaskan klimaks-klimaks dengan gaya dan daya ekspresi yang baik dan tepat (Tarigan, 1994:27).
1) Membaca Senyap
Membaca senyap atau dalam hati adalah membaca tidak bersuara, tanpa gerakan bibir, tanpa gerakan kepala, tanpa berbisik, memahami bahan bacaan yang dibaca secara diam atau dalam hati, kecepatan mata dalam membaca tiga kata per detik,menikmati bahan bacaan yang dibaca dalam hati,dan dapat menyesuaikan kecepatan membaca dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam bahan bacaan itu.
Dalman, (2017:67) dalam membaca senyap pembaca hanya mempergunakan ingatan visual yang melibatakn pengaktifan mata dan ingatan. Latihan-latihan pada membaca senyap haruslah dimulai sejak dini sehingga anak-anak sudah dapat membaca sendiri, dan pada tahap ini anak hendaknya dilengkapi bahan bacaantambahan yang penekananya diarahkan pada keterampilan menguasai isi bacaan dan memperoleh serta memahami ide-ide dengan usahanya sendiri.Menurut defenisi tersebut dapat dikatakan bahwa membaca senyap adalah kegiatan membaca yang dilakukandengan tanpa menyuarakan isi bacaan yang dibacanya. Keterampialn yang dituntut dalam hati lain sebgai berikut:
a) Membaca tanpa bersuara,tanpa bibir bergerak.
52 b) Membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala.
c) Membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring.
d) Tanpa mnggunakan jari atau alat lainsebagai petunjuk.
e) Mengerti dan memahami bahan bacaan.
f) Dituntut kecepatan mata dalam membaca.
g) Membaca dengan pemahaman yang baik.
h) Dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat pada bacaan.
Membaca dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua bagian sebagai berikut:
a) Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif berarti membaca secara luas, objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Membaca ektensif meliputi membaca survey,membaca sekilas,membaca dangkal.
I) Membaca survey
Sebelum membaca, terlebih dahulu meneliti apa yang akan ditelaah,dengan jalan :
i. Memeriksa,meneliti indeks-indeks, daftar kata-kata yang terdapat dalam buku-buku.
ii. Melihat-lihat,memeriksa,meneliti judul-judul bab yang terdpat dalam buku-buku bersangkutan.
iii. Memeriksa, meneliti bagan, skema, outline, buku yang bersangkutan (Tarigan,2017:68).
II) Membaca Sekilas
53 Membaca sekilas adalah sejenis membaca yang membuat matakita bergerak cepat dan melihat, memerhatikan bahan tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi penerangan Dalman, (2017:69). Ada tiga tujuan utama dalam membaca sekilas,yaitu :
i. Memperoleh suatu kesan umum dari suatu buku atau artikel, tulisan singkat.
ii. Menemukan hal tertentu dari suatu bahan bacaan.
iii. Menemukan atau mendapatkan bahan yang dipergunakan dalam perpustakaan.
III) Membaca Dangkal
Dalman, (2017:19) mengatakan bahwa membaca dangkal bertujuan untuk memperoleh pemahaman dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahanbacaan.Membaca dangkal dilakukan demi kesenangan, membacaa bacaan ringan yang mendatangkan kebahagian pada waktu senggang. Misalnya cerita pendek,novel ringandan sebagainya.
Dalam membaca seperti hal-halnya karya-karya ilmiah, dapat dilakukan dengan santai tetapi menyenangkan
b) Membaca intensif
Membaca intensif adalah studi saksamatelaah,teliti,dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari. Kuesioner,latihan pola-pola kalimat, latihan kosa kata, telaah kata-kata, dikte ,dan diskusi umum merupakan bagian dan teknik membaca intensif Tarigan, (2017:69). Memaba
54 insentif dibedakan atas membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa.
Membaca telaah isi terdiri atas : i) Membaca teliti.
j) Membaca pemahaman.
k) Membaca kritis.
l) Membaca ide.
m) Membaca Kreatif.
D. Membaca Pemahaman 1. Pengertian Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman merupakan keterampilan membaca yang berada pada urutan yang lebih tinggi.Membaca pemahaman adalah membaca secara kognitif (Membaca untuk memahami).Dalam membacapemahaman, pembaca dituntut mampu memahami isi bacaan. Oleh sebab itu, Setelah membaca teks, sipembaca dapat menyampaikan hasil pemahaman pembacaanya dengan cara membuat rangkuman isi bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri dan menyampaikanya baik secara lisan maupun tulisan.
Membaca pemahaman merupakan kelanjutan dari membaca permulaan.
Apabila sesorang pembaca telah melalui tahapan membaca permulaan,ia berhak masuk kedalam tahap membaca pemahaman atau membaca lanjut.
Di sini seorang pembaca tidak lagi dituntut bagaimana ia melafalkan huruf dengan benar dan merangkaikan setiap bunyi bahasa menjadi kata, frasa, dan kalimat. Tetapi, disini ia dituntut untuk memahamiisi bacaan yang
55 dibacanya. Membaca pemahaman berkaitan erat dengan usaha memahami hal-hal penting dari apa yang dibaca. Lebih lanjutSomadyo (2011:10) memaparkan bahwa terdapat tiga hal pokok dalam membaca pemahaman, yaitu:
1) Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki,
2) Menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dengan teks yang akan dibaca, dan
3) Proses pemerolehan makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki.
2. Aspek-Aspek Membaca Pemahaman
Seorang pembaca perlu mengetahui aspek-aspek membaca pemahaman.Beberapa aspek membaca pemahaman adalah berikut ini:
1) Memhami pengertian sederhana (leksikal,gramatikal).
2) Memhami signifikan atau makna.
3) Evaluasi atau penilaian.
4) Kecepatan membaca yang fleksibel,yang mudah disesuaikan dengan keadaan bacaan.
Mengajarkan membaca pemahaman ,seorang guru akan melihat beberapa manfaat berikut ini:
1) Menyuruh siswa mencari teks bacaan yang sesuai dengan keinginanya masing-masing.
2) Memahami signifikan atau makna.
3) Evaluasi penilaian.