• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1:1-17 Juli 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 1, Nomor 1:1-17 Juli 2017"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

Uroe Peukan Dalam Tradisi Masyarakat Bireuen Amsal

Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Unsyiah Email : [email protected]

ABSTRAK

Uroe Peukan (pasar) dalam pandangan sebagian orang adalah hanya sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat, tempat para penjual dan pembeli berkumpul.

Sebenarnya, pasar adalah salah satu bentuk budaya masyarakat. Jika ingin melihat kebudayaan suatu daerah maka pasar adalah salah satu tempat yang dapat memberikan gambaran awal tentang budaya masyarakatnya. Barang-barang yang dijual, masyarakat yang datang berbelanja, dan cara mereka bertransaksi adalah salah satu wujud budaya. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis tradisi uroe peukan di Bireuen dan untuk memperoleh deskripsi secara kualitatif tentang pengaruh uroe peukan terhadap budaya transaksi. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, yang merupakan penelitian yang bertujuan memberikan gambaran secara jelas dan sistematis terkait dengan objek yang diteliti dengan memberikan informasi dan data yang valid dengan data dan fenomena yang ada di lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Sementara untuk data sekunder dalam bentuk buku, jurnal, dan dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan jual beli di hari pekan masih tetap berlangsung sampai sekarang. Selain itu di hari pekan bisa memperlancar ekonomi khususnya menengah ke bawah khususnya dalam bidang dagang. Adapun tujuan diadakan hari pekan tidak semata-mata untuk mencari keuntungan (ekonomi) saja dalam berdagang. Bahwa perlunya suatu fungsi dalam menjaga tradisi yang berguna dalam pelestarian dan pelaksanaan peran masyarakat, agar mampu tertata dan adaptasi. Perbedaan cara transaksi di hari biasa dengan hari pekan diakibatkan karena untuk menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah ada sebelumnya. Salah satu wujud budaya dalam masyarakat adalah cara mereka melakukan transaksi.

Kata kunci: Tradisi, Masyarakat, dan Pasar

(2)

2 ABSTRACT

The title of this study is Uroe Peukan in Bireuen society tradition of culture sociology perspective. The objective of this study to find out and to analysis the tradition of uroe peukan in Bireuen city. The data describe about the impact of uroe peukan to culture transaction, in doing this study the researcher used the theory of structural functional. As we know that, the society is the social unity that consist of parts interconnected and mutually blends in order to get a sustainability, said by Talcolt Parson. The design of this study was a descriptive qualitative study. To obtain the data, the writer used observation, interview and documentation. In addition the secondary data that used in this study were book, journal, and document. The data analyzed qualitatively. The informants in this study were 5 people which consists of traders that doing activity in uroe peukan. The results of study shows that trading activities on uroe peukan still occur until now. According to Talcolt Parson the view of implementing function adaptation with adjusting to circumstances environmentalists to support tradition of society.

Key words: Tradition, Society, and Market

(3)

3

PENDAHULUAN

Pasar dalam pandangan sebagian orang adalah hanya sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat, tempat para penjual dan pembeli berkumpul. Sebenarnya, pasar adalah salah satu bentuk budaya masyarakat. Jika kita ingin melihat kebudayaan suatu daerah maka pasar adalah salah satu tempat yang dapat memberikan gambaran awal tentang budaya masyarakatnya. Barang-barang yang dijual, masyarakat yang datang berbelanja, dan cara mereka bertransaksi adalah salah satu wujud budaya.

Salah satu gambaran, jika kita pergi ke pasar-pasar yang ada di Bireuen, maka dapat dipastikan bahwa berbagai penjual hadir di pasar khususnya untuk masyarakat yang mencari kendaraan bekas, para agen sepeda motor telah mempersiapkannya. Artinya, pasti ada produk tertentu yang spesifik yang hanya dijual di daerah tersebut, tidak di tempat lain.

Karimuddin Hasyabullah (1977) dalam buku “Uroe Ganto (Pasar Mingguan) di Aceh Besar menyebutkan, hari pekan kembali berdenyut setelah para ulee balang dan Kolonial Belanda yang memerintah bermufakat untuk menghidupkan kembali uroe gantoe. Hal ini seperti dilakukan Ulee Balang VII Mukim Padang Tiji dan Controleur Belanda Van de Velde dan Wilayah VII Mukim Baet di Sibreh. Sejarawan dan pemerhati adat Aceh Teungku Abdurrahman Kaoy menyebutkan, pada saat itu pemimpin Aceh memikirkan cara masyarakat memperoleh sumber rezeki baik dari segi berdagang, pertanian, maupun lainnya. Tujuannya, agar kehidupan masyarakat lebih baik dan jauh dari kemiskinan.

Hari pekan (uroe peukan) digelar di Bireuen untuk memperlancar ekonomi dalam bidang dagang. Dalam hal ini, misalnya, dalam seminggu dipilih satu hari untuk dijadikan hari pekan. Hari yang dipilih tersebut merupakan hari yang mudah masyarakat berkumpul. Mereka yang tinggal di pelosok pedesaan turun ke pasar pada uroe peukan untuk membeli berbagai kebutuhan. Pada uroe peukan, para pedagang yang menjual dagangannya berasal dari laut seperti garam atau dari gunung berupa asam, bertemu di uroe pekan. Memang tidak hanya menjual hasil bumi dari laut dan gunung, tapi semuanya ramai di uroe pekan, seperti penjual pakaian dan pedagang lainnya. Namun hari peukan di Bireuen dilaksanakan bertepatan di gang-gang sepeda motor, di mana di khususkan untuk para agen-agen sepeda motor untuk memperjualbelikan sepeda motornya.

Berdasarkan sejarahnya, perkembangan sebuah kota diawali dari sebuah pasar. Pasar adalah tempat berkumpulnya para pedagang dan pembeli yang akan melakukan transaksi [Simanjuntak, 2006:189]. Pasar adalah pusat kegiatan komersial.

Diawali dengan kegiatan tukar menukar barang kebutuhan hidup, selanjutnya karena

(4)

4

desakan kebutuhan akan ruang dan waktu maka para pedagang mencari tempat berkumpul dan membentuk sebuah tempat yang sekarang dikenal dengan pasar. Pasar tradisional adalah tempat berjualan tradisional (turun temurun) tempat bertemunya penjual dan pembeli dimana barang-barang yang diperjualbelikan tergantung dari permintaan pembeli. Harga yang ditetapkan merupakan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli melalui proses tawar menawar. Pada umumnya pasar tradisional merupakan tempat berjualan bahan-bahan kebutuhan pokok. Pasar biasanya beraktivitas pada batas-batas waktu tertentu seperti pasar pagi, pasar sore, pasar pekan dan lainnya.

Di Aceh, peukan [KBA, 2013:34] bahkan memiliki makna lebih dari sekedar tempat meudagang (berdagang). Dilihat dari sudut pandang yang lain, istilah untuk mencari ilmu adalah jak meudagang (pergi berdagang). Sepintas, istilah tersebut memperlihat bahwa seseorang ingin melakukan aktivitas perekonomian atau berjualan. Adapun istilah untuk berdagang, orang Aceh menyebutnya dengan kata meukat. Agaknya, istilah ini mirip dengan bahasa Arab yaitu miqat, bermakna

„berhenti sebentar‟. Hal ini disebabkan, dalam tradisi perekonomian orang Aceh, kegiatan jual beli hanya terjadi pada satu hari dalam seminggu. Tradisi ini dikenal dengan istilah uroe gantoe atau uroe peukan, karena sehari dalam seminggu, maka rakyat terkadang tidak hanya membawa uang ke pasar, melainkan membawa hasil tanaman atau ternak yang kemudian dijual, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Orang yang membawa dagangan inilah yang dikenal dengan ureung meukat atau orang yang berhenti sejenak. Karena pada sore hari, mereka akan kembali ketempat asal. Dengan kata lain, tradisi berdagang di Aceh adalah “tradisi singgah sebentar”.

Dalam tradisi orang Aceh, proses uroe peukan [KBA, 2013:35] terjadi di sekitar pasar yang ada masjid dan dayah. Biasanya, pada hari itu, ureung meudagang (orang yang berdagang), akan keluar dari dayah, untuk membeli keperluan mereka.

Penggunaan istilah meudagang pada santri dayah memang terasa unik. Karena dalam bahasa Indonesia atau Melayu, istilah berdagang merupakan salah satu kegiatan dalam perekonomian. Sebagaimana diketahui, bahwa ureung meudagang sama sekali tidak membayar apapun kepada pesantren, kecuali uang lampu atau sumbangan untuk keperluan bersama, tidak ada SPP, tidak ada pungutan apapun. Karena ketika orang meudagang, mereka hanya disediakan tempat untuk tinggal dan semua keperluan sehari-hari disuplai oleh santri sendiri atau oleh orang tua dari kampung halaman.

Karena itu, terkadang mereka untuk keperluan sehari-hari, jika tidak dapat kiriman dari orang tua, sering mengabdikan dirinya di dalam masyarakat. Dengan proses

“mengabdikan” diri pada masyarakat, tentu saja mereka akan mendapat imbalan sepantas. Agaknya peukan di Aceh menyimpan banyak simbol dan makna yang perlu digali lebih dalam. Peukan tidak dapat dipandang sekedar tempat penjual dan pembeli

(5)

5

bertemu, tetapi berindikasi sebagai tempat aktivitas budaya lokal dipertemukan dan dipertunjukkan.

TINJAUAN PUSTAKA Tradisi

Tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dalam suatu masyarakat. Tradisi merupakan mekanisme yang dapat membantu untuk memperlancarkan perkembangan pribadi anggota masyarakat, misalnya dalam membimbing anak menuju kedewasaan.

Tradisi juga penting sebagai pembimbing pergaulan bersama di masyarakat. W.S.

Rendra menekankan pentingnya tradisi dengan mengatakan bahwa tanpa tradisi, pergaulan bersama akan menjadi kacau, dan hidup manusia akan menjadi biadab.

Namun demikian, jika tradisi bersifat absolut, nilainya sebagai pembimbing akan merosot. Jika tradisi mulai absolut bukan lagi sebagai pembimbing, melainkan penghalang kemajuan. Oleh karena itu, tradisi yang kita terima perlu kita renungkan kembali dan kita sesuaikan dengan zamannya.

Tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

Pengertian Tradisi adalah segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke masa kini atau sekarang. Menurut Cannadine, Pengertian Tradisi adalah lembaga baru didandani dengan daya pikat kekunoan yang menentang zaman tetapi menjadi ciptaan mengagumkan. Pengertian Tradisi dalam Arti Sempit adalah warisan-warisan sosial khusus yang memenuhi syarat saja yaitu yang tetap bertahan hidup di masa kini, yang masih kuat ikatannya dengan kehidupan masa kini.

Sejarah Tradisi lahir yaitu melalui dua cara. Cara pertama, tradisi muncul dari bawah melalui mekanisme kemunculan secara spontan dan tidak diharapkan serta melibatkan rakyat banyak. Karena sesuatu alasan, individu tertentu menemukan warisan historis yang menarik. Perhatian, ketakziman, kecintaan dan kekaguman yang kemudian disebarkan melalui berbagai cara, memengaruhi rakyat banyak. Sikap takzim dan kagum itu berubah menjadi perilaku dalam bentuk upacara, penelitiaan dan pemugaran peninggalan purbakala serta menafsir ulang keyakinan lama. Semua perbuatan itu memperkokoh sikap. Kekaguman dan tindakan individu menjadi milik bersama dan berubah menjadi fakta sosial sesungguhnya. Begitulah tradisi dilahirkan.

Proses kelahiran tradisi sangat mirip dengan penyebaran temuan baru, hanya saja

(6)

6

dalam kasus tradisi ini lebih berarti penemuan atau penemuan kembali yang telah ada di masa lalu ketimbang penciptaan sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya. Cara kedua, tradisi muncul dari atas melalui mekanisme paksaan. Sesuatu yang dianggap sebagai tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau dipaksakan oleh individu yang berpengaruh atau berkuasa. Raja mungkin memaksakan tradisi dinastinya kepada rakyatnya. Diktator menarik perhatian rakyatnya kepada kejayaan bangsanya di masa lalu. Kemudian militer menciptakan sejarah pertempuran besar kepada pasukannya. Perancang mode terkenal menemukan inspirasi dari masa lalu dan mendiktekan gaya "kuno" kepada konsumen.

Dua jalan kelahiran tradisi itu tidak membedakan kadarnya. Perbedaannya terdapat antara tradisi asli yaitu tradisi yang sudah ada di masa lalu dan tradisi buatan yaitu murni khayalan atau pemikiran masa lalu. Tradisi buatan mungkin lahir ketika orang memahami impian masa lalu dan mampu menularkan impiannya itu kepada orang banyak. Lebih sering tradisi buatan ini dipaksakan dari atas oleh penguasa untuk mencapai tujuan politik mereka.

Pasar

Pasar merupakan tulang punggung perekonomian masyarakat. Semua unsur yang berkaitan dengan hal ekonomi berada di pasar mulai dari unsur produksi, distribusi, ataupun unsur konsumsi. Pada awalnya pasar terbentuk di suatu tempat yang luas, dan di tempat tersebut terjadinya transaksi jual-beli antara pedagang dan pembeli.

Pasar terbentuk sebagai bagian dari usaha manusia memenuhi kebutuhannya.

Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kebutuhan agar tetap bisa survive.

Selain itu, pasar juga dapat dilihat sebagai suatu sistem yang merupakan satu kesatuan dari komponen-komponen yang memiliki fungsi untuk mendukung fungsi utama secara keseluruhan. Dengan demikian, sistem pasar tampak sebagai satu kesatuan yang koheren sehingga terjadi saling ketergantungan di antara masing- masing komponen/unsurnya (produksi, distribusi, transportasi, transaksi, dan sebagainya). Pada prinsipnya pasar merupakan tempat para penjual dan pembeli bertemu. Apabila pasar telah terselenggara (dalam arti bahwa penjual dan pembeli sudah bertemu serta barang-barang kebutuhan telah terdistribusikan) maka peran pasar akan tampak bukan hanya sebagai suatu kegiatan ekonomi, tetapi juga sebagai pusat kegiatan sosial budaya.

Pasar dapat dilambangkan sebagai “pintu gerbang” yang menghubungkan suatu kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu dengan kelompok masyarakat lain dengan kebudayaan berbeda-beda. Di kota-kota besar yang komposisi penduduknya cenderung heterogen, pasar merupakan arena interaksi yang

(7)

7

menunjukkan ciri heterogenitas tersebut. Tanpa disadari di situ telah terjadi kontak- kontak budaya di antara beragam kelompok masyarakat dengan latar belakang budaya yang berbeda. Besar kemungkinan kontak budaya tersebut membawa perubahan-perubahan kebudayaan beserta nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab syarak yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi.

Definisi lain, menurut Koentjaraningrat (2009:115) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Menurut Emile Durkheim (dalam Soleman B. Taneko, 1984:11) masyarakat merupakan suatu kenyataan yang objektif secara mandiri, bebas dari individu yang merupakan anggota-anggotanya. Masyarakat sebagai kumpulan manusia di dalamnya ada beberapa umur yang mencakup. Adapun unsur-unsur tersebut adalah :

1. Masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama, 2. Bercampur untuk waktu yang lama,

3. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan, 4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.

Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa, manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain, maka dapat dipastikan bahwa manusia akan selalu berinteraksi satu dengan yang lainnya. Pada prosesnya, manusia akan merasa terikat oleh satu perasaan yaitu kesatuan identitas. “Dalam bahasa Inggris, masyarakat dikenal dengan istilah society yang berasal dari kata Latin socius, yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab, syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi”. (Koentjaraningrat, 1990: 144). Istilah “masyarakat” mempunyai makna yang sama, yang dalam bahasa Inggris disebut :

a. “Society adalah sekelompok orang yang telah menjadi satu kesatuan wilayah, fungsional dan kultural.” (Soleman B. Taneko, 1990: 59). Maksudnya adalah bahwa sebagai suatu unit (kesatuan) sosial yang menempati suatu daerah geografis yang dapat ditentukan, juga sebagai suatu kesadaran sosial yang para anggota diikat oleh ikatan-ikatan ketergantungan satu sama lain.

(8)

8

b. Community merupakan “a group of people having in a contiguous geographic area, having common center interests and activities, and functioning together in the chief concern of life ” (Osborn dan Neumeyer dalam Soleman B.

Taneko. 1990: 60). Dengan demikian komunitas merupakan suatu kelompok sosial yang dapat dinyatakan sebagai “masyarakat setempat”. Suatu kelompok yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu dengan batas-batas tertentu pula, di mana kelompok itu dapat memenuhi kebutuhan hidup dan dilengkapi oleh perasaan kelompok serta interaksi yang lebih besar di antara para anggotanya.

Dari dua pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang hidup dalam suatu wilayah dalam jangka waktu yang relatif lama, di mana mempunyai tujuan hidup bersama dikarenakan kebutuhan yang sama.

Dikarenakan berasal dari satu wilayah, maka anggota dari masyarakat mempunyai satu alasan yang menjadikan satu identitas, yaitu satu kebudayaan, satu nasib dan saling memerlukan satu dengan lainnya.

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu nilai dan aturan tertentu yang bersifat kontinu. Masyarakat merupakan, “Kelompok individu yang diorganisasikan mengikuti satu cara hidup tertentu” (Harsojo, 1977:

144). Di dalam hidup bersama, manusia haruslah mempunyai aturan yang diciptakan dan disepakati bersama-sama, sehingga tercipta kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Masyarakat terbentuk dari beragam manusia dengan kepentingan dan tujuan yang berbeda. Sehingga untuk mengatur perbedaan tersebut dibutuhkan suatu aturan yang berisi nilai, norma, dan adat istiadat, sehingga tidak akan ada yang merugikan atau pun dirugikan.

Salah satu fungsi aturan di dalam masyarakat adalah mengatur masyarakat untuk mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Sebagaimana yang dikatakan ahli, “hidup di dalam masyarakat ialah mengorganisasikan kepentingan-kepentingan perorangan, pengaturan sikap orang yang satu terhadap yang lain, dan pemusatan orang dalam kelompok tertentu untuk melakukan tindakan bersama “(Firth dalam Harsojo, 1977: 147). Masyarakat akan berjalan lancar, apabila setiap anggota masyarakat mampu menyeimbangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan umum, tetapi meskipun begitu kepentingan umum sangat diprioritaskan pelaksanaanya. Diharapkan setiap anggota masyarakat mau ikut serta dalam setiap kegiatan untuk mencapai tujuan bersama. Sebagaimana dikatakan ahli. “Suatu masyarakat mengacu pada suatu kelompok manusia yang lebih berinteraksi satu sama lain daripada individu-individu lain, yang bekerja sama satu sama lain untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.” (C. Kluckohn dalam Parsudi Suparlan, 1984: 80).

Masyarakat merupakan kelompok manusia, yang hidup dan bekerja bersama dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga dapat mengorganisasikan diri dan

(9)

9

sadar, bahwa setiap anggota masyarakat terjalin karena kesatuan sosial dengan batas- batas yang jelas. Untuk menjadi suatu masyarakat, antar anggota harus melakukan suatu kerja sama yang mempunyai prinsip timbal-balik sehingga setiap kebutuhan dari setiap anggota dapat terpenuhi. “Masyarakat tidak pernah ada sebagai sesuatu benda objektif terlepas dari anggota-anggotanya. Kenyataan itu terdiri dari kenyataan proses interaksi timbal-balik.” (Doyle Paul Jhonson, 1988: 257)

Pada dasarnya setiap anggota masyarakat berkumpul menjadi suatu masyarakat karena merasa telah terpenuhi setiap kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan didapat dari proses saling memberi dan menerima dari antar anggota, sehingga akan hidup langgeng dan damai. Masalah akan muncul apabila di dalam suatu masyarakat terdapat salah satu atau beberapa anggota tidak dapat melakukan tugas sebagaimana mestinya, sehingga terjadi kepincangan dan ketidakseimbangan yang menimbulkan proses timbal-balik antar anggota masyarakat terhambat.

Masyarakat tidak tercipta begitu saja, dibutuhkan waktu yang lama untuk membangunnya. Masyarakat terbentuk melalui proses, di mana proses tersebut dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut: “1). Adaptasi dan organisasi tingkah-laku dari individu-individu yang menyatukan diri (anggota masyarakat) 2). Berkembangnya suatu kesadaran kelompok atau suatu kesatuan perasaan emosi (esprit de crops).”

(Linton, 1984: 120-123)

Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanksekerta yaitu buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi dan akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia. Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, sistem agama, dan politik adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri manusia sehingga cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seorang berusaha berkomunikasi dengan orang- orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan - perbedaannya membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,

(10)

10

bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetik. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.

Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh, budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.

Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Bronislaw Malinowski menyebutkan ada empat unsur pokok kebudayaan : Pertama sistem beberapa etika yang memungkinkan adanya kerja sama antaranggota masyarakat supaya sesuai dengan alam seputarnya. Kedua organisasi ekonomi. Ketiga alat serta instansi atau petugas untuk pendidikan (keluarga yaitu instansi pendidikan paling utama). Terakhir organisasi kemampuan (politik).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di pasar Kecamatan Kota Juang, Kabupaten Bireuen.

Peneliti mengambil lokasi penelitian ini karena sesuai dengan objek permasalahan dan merupakan tempat menemukan informasi yang akan membantu dalam proses pengumpulan data, sehingga dapat menunjang dan melengkapi dari penelitian ini.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research), dalam kajian pendekatan metode deskriptif kualitatif. Artinya, penelitian kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Biasanya penelitian ini digunakan untuk melihat fenomena/perilaku yang terjadi di lapangan, Tohirin (2012:

3). Sedangkan Creswell (2008) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu pendekatan untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan agak luas. Informasi yang disampaikan oleh partisipan kemudian dikumpulkan. Informasi tersebut biasanya

(11)

11

berupa kata atau teks yang kemudian dianalisis. Hasil analisis itu dapat berupa deskripsi atau dapat pula dalam bentuk tema-tema. Dari data tersebut dibuat interpretasi untuk menangkap arti yang terdalam.

Pada penelitian kualitatif, istilah subjek penelitian disebut dengan istilah informan, yaitu orang-orang yang memberikan informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang dilaksanakan (Muhammad Idrus, 2009:91). Adapun informan penelitian ini terdiri dari beberapa masyarakat yang melakukan aktivitas dan kegiatan di seputaran pasar.

1. Data primer menurut Bagong Suyanto dan Sutinah (2005:55) adalah data yang diperoleh langsung dari objek yang akan diteliti. Dengan demikian peneliti dapat memperoleh hasil yang sebenarnya dari objek yang diteliti melalui informan dan pihak-pihak terkait. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara secara mendalam dengan subjek penelitian).

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu, seperti buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar atau foto, dan lain-lain. Dengan kata lain, data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Proses pengumpulan data ini diperoleh dari lembaga atau institusi tertentu seperti lembaga MAA (Majelis Adat Aceh) dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Bagong Suyanto 2005: 56).

Teknik Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto (2002: 100), Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa peristiwa atau keterangan-keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian serta seluruh elemen yang akan mendukung penelitian, atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik :

3.1.1. Observasi

Kegiatan dan penggunaan metode observasi menjadi sangat penting dalam tradisi penelitian kualitatif. Melalui observasi dapat di ketahui berbagai kejadian, peristiwa, keadaan, tindakan yang dilakukan oleh kelompok nelayan. Kegiatan observasi tersebut tidak hanya dilakukan terhadap kenyataan-kenyataan yang terlihat, tetapi juga terhadap yang di dengar (Burhan Bungin, 2003: 65-66).

Pada penelitian ini, peneliti mengadakan pengamatan secara langsung dengan mengambil bagian dalam objek penelitian untuk memperoleh dan mengumpulkan

(12)

12

data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati secara langsung bagaimana keadaan sebenarnya di pasar tempat berlangsungnya hari peukan.

3.1.2. Wawancara

Dalam memahami suatu fenomena sosial di perlukan cara penggalian data yang handal. Di sini terletak relevansi metode atau teknik wawancara mendalam.

Dengan wawancara mendalam maka dapat digali apa yang tersembunyi di sanubari seseorang, apakah yang menyangkut masa lampau, masa kini, maupun masa depan.

Wawancara terstruktur sebagaimana yang lazim dalam tradisi survei menjadi kurang memadai, yang diperlukan adalah wawancara tak berstruktur yang bisa secara leluasa melacak berbagai segi dan arah guna untuk mendapatkan informasi yang selengkap mungkin dan sedalam mungkin (Burhan Bungin, 2003:67).

Peneliti menggunakan teknik wawancara tak berstruktur dikarenakan wawancara dilakukan tidak berpedoman pada daftar pertanyaan. Dalam penelitian, dilakukan wawancara secara mendalam karena akan memungkinkan terjalinnya hubungan dekat antara peneliti dengan subjek penelitiannya, sehingga yang diteliti dengan leluasa dapat membantu dalam memberikan informasi kepada peneliti.

Pada awal wawancara, peneliti melakukan persiapan yang terdiri dari daftar pertanyaan, penguasaan materi sampai pengenalan mengenai kebiasaan orang yang hendak di wawancarai. Setelah melakukan persiapan, peneliti fokus pada orang yang bisa dijadikan informan lalu kemudian wawancara dilakukan tanpa batasan waktu.

Penjelasan identitas diperlukan seperti nama, asal dan tujuan peneliti untuk mendapatkan informan. Setelah mendapatkan informan, peneliti memulai wawancara dengan pertanyaan yang ringan dan bersifat umum, selanjutnya melakukan pendekatan tidak langsung pada persoalan, misalnya perkenalan ringan dengan mengetahui nama, di mana letak rumah, bagaimana kondisi informan, kemudian baru hubungkan dengan persoalan yang akan menjadi topik permasalahan dalam penelitian ini.

3.1.3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, baik itu berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi.

Sugiyono (2012:240), mengemukakan pendapatnya mengenai dokumen, dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

(13)

13

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Tradisi Uroe Peukan Dalam Masyarakat Di Kota Bireuen

Hari pekan (uroe peukan) atau yang lebih dikenal pasar mingguan yang di gelar di kota Bireuen untuk memperlancar ekonomi dalam bidang dagang. Hari pekan dilaksanakan dalam seminggu sekali yang dijadikan hari pekan, hari tersebut merupakan hari yang berbeda dengan daerah lain, misalnya di daerah Matang hari Kamis, geurugok selasa, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk menghindari sepinya pengunjung yang hadir di hari pekan dan menstabilkan perekonomian di masing-masing daerah. Khusus untuk daerah kota Bireuen hari yang dijadikan pekan yaitu hari Sabtu, pemilihan hari tersebut telah terjadi berpuluh-puluh tahun lamanya sebelum kabupaten Bireuen mekar dari kabupaten Aceh utara. Dalam tradisi perekonomian masyarakat Aceh, kegiatan jual beli hanya terjadi pada satu hari dalam seminggu. Tradisi ini dikenal dengan istilah uroe gantoe. Hari pekan menjadi tempat perputaran ekonomi masyarakat dalam skala besar. Pada masa kerajaan, masyarakat Aceh membeli barang di uroe peukan dengan tiga jenis mata uang. Anak-anak menggunakan keuh yang terbuat dari timah, remaja menggunakan dinar (campuran dinar dan perak), dan orang dewasa bermata uang dirham (terbuat dari emas). Apalagi pada 533 Hijriah, Aceh sudah mencetak uang emas di Gampong Pande, dan berlaku di berbagai belahan dunia. Sekarang ini hari pekan digelar hanya di daerah-daerah yang perekonomiannya sudah maju seperti kota Bireuen.

Uroe peukan atau sering disebut dengan uroe gantoe pada umumnya merupakan tradisi masyarakat Aceh, khususnya di kota Bireuen dilaksanakan setiap hari Sabtu salah satunya berfungsi sebagai salah satu sarana agar masyarakat lebih bersatu, menjaga silaturrahmi dan menjaga kearifan lokal yang sudah ada sejak dulu tentang penting adanya uroe peukan.

Tradisi di hari pekan masih tetap di jaga oleh masyarakat di sekitar. Adapun tujuan diadakan hari pekan untuk mempererat tali persaudaraan sesama para pedagang maupun pembeli bahkan masyarakat di sekitar yang melakukan aktivitas di hari pekan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa di hari pekan tidak semata-mata untuk mencari keuntungan (ekonomi) dalam hal berdagangan akan tetapi mempererat persaudaraan yang telah terikat sebelumnya, adapun para pedagang di hari pekan tidak semuanya berasal dari satu daerah. Ini mengindikasikan bahwa tradisi di hari pekan menunjukkan masyarakat sangat menjaga keberadaan pasar hari pekan karena di pekan tersebut masyarakat berinteraksi dengan masyarakat dari daerah lain walaupun hanya sebatas pedagang dengan pembeli, sehingga secara tidak langsung hubungan tersebut menjadikan satu sama lainnya terikat.

(14)

14

Dalam kehidupan masyarakat Aceh secara umum, di uroe peukan biasanya menghadirkan para pedagang yang menjual dagangannya baik itu berasal dari pesisir maupun dari pinggiran gunung maupun jenis pedagang lainnya yang berkumpul di satu tempat pada hari yang telah ditetapkan. Namun ini berbeda dengan pekan yang terjadi di kota Bireuen yang umumnya dikuasai oleh pedagang sepeda motor bekas (agen sepeda motor), ini menunjukkan perbedaan dengan daerah lain di Aceh.

Tentunya tempat berdagang memiliki makna lebih, jika dilihat dari sudut pandang lain istilah mencari ilmu adalah pergi berdagang. Istilah tersebut menunjukkan bahwa seseorang melakukan aktivitas perekonomian atau berjualan.

Pengaruh Uroe Peukan Terhadap Budaya Transaksi

Transaksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang yang menimbulkan perubahan terhadap harta atau keuangan yang dimiliki baik itu bertambah maupun berkurang. Di hari pekan kota Bireuen transaksi yang terjadi berbeda dengan transaksi yang terjadi di hari lainnya, ini menandakan bahwa di hari pekan memiliki keunikan tersendiri di mana transaksi yang terjadi antara pedagang dengan pembeli tidak semata-mata meraih keuntungan tetapi di dalam transaksi tersebut terdapat hubungan yang mempererat tali persaudaraan yang kuat di antara pedagang dan pembeli maupun masyarakat yang ikut berpartisipasi. Transaksi yang terjadi di hari pekan berlandaskan kepercayaan, seperti halnya saat melakukan transaksi pembayarannya tidak harus langsung di tempat, akan tetapi pembayarannya terjadi keesokannya harinya. Di sinilah terdapat rasa kepercayaan antara pedagang dan pembeli yang menjadikan hari pekan berbeda dengan hari-hari lainnya khususnya dalam hal berdagang.

Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kegiatan transaksi baik itu dilingkungkan sekitar maupun di pasar, tentu hal ini menjadi transaksi sebagai suatu keharusan yang harus dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan dalam kehidupan bermasyarakat. Bagaimana pun transaksi ekonomi sangat mempengaruhi keadaan masyarakat itu sendiri, adapun transaksi-transaksi yang terjadi di hari pekan sangat membantu perekonomian masyarakat itu di sebabkan karena perputaran mata uang di lingkungan pasar yang menjadikan ekonomi masyarakat tetap stabil.

Hari pekan di salah satu sudut kota Bireuen lebih tepatnya tempat jual beli sepeda motor bekas, di mana para agen melakukan transaksi berbeda dengan transaksi biasanya, transaksi yang terjadi di sini memperlihatkan bahwa tidak selamanya harus secara langsung akan tetapi cuma secara ijab kabul dan pembayarannya dilakukan keesokan harinya. Ini menunjukkan bahwa rasa kepercayaan yang terdapat di pasar tersebut sangatlah kuat, kepercayaan ini bisa

(15)

15

menjadi salah satu cara untuk mempermudah para pembeli maupun pedagang dalam beraktivitas di hari pekan tanpa memikirkan harus membawa uang tunai yang banyak.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang Uroe Peukan Dalam Tradisi Masyarakat kota Bireuen Dalam Perspektif Sosiologi Budaya.

Peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan tradisi uroe peukan di kota Bireuen masih tetap berlangsung sampai sekarang, di mana pelaksanaannya dipilih satu hari dalam seminggu.

Masyarakat yang di sekitar juga masih ikut berpartisipasi dalam menjaga keberlangsungan tradisi tersebut, hari pekan menjadi tempat berkumpulnya masyarakat untuk mempererat tali silaturrahmi, selain itu di hari pekan bisa memperlancar ekonomi khususnya menengah ke bawah khususnya dalam bidang dagang. Adapun tujuan diadakan hari pekan tidak semata-mata untuk mencari keuntungan (ekonomi) saja dalam berdagang, umum para pedagang tidak semuanya berasal dari daerah yang sama, ini menjadikan tempat kegiatan sosial sekaligus sebagai tempat berkumpul dan bersosialisasi untuk menjaga persaudaraan antar sesama.

2. Perbedaan cara transaksi di hari biasa dengan hari pekan diakibatkan karena untuk menjaga nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah ada sebelumnya. Salah satu wujud budaya dalam masyarakat adalah cara mereka melakukan transaksi.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

16 Buku

Bagong Suyanto & Suyanti.2005.Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana.

Burhan Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Daeng, Hans J, 2000. Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan: Tinjauan, Antropologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harsojo, 1977. Pengantar Antropologi. Jakarta: Bina Cipta.

Johnson, Paul, Doyle, 1988. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern 1. Alih Bahasa M.Z.

Lawang, Jakarta: Gramedia.

Linton, Ralph, 1984. Antropologi. Jerman, Bandung.

Ritzer, George dan Douglas J. 2006. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.

Sanapiah Faisal. 2005. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Soerjono Soekanto, 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Cipta Abdi Pustaka.

Soleman B. Taneko, 1984. Struktur dan Proses Sosial Suatu Pengantar Sosiologi Pembangunan. Jakarta: Rajawali.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Jurnal

JJ Rizal, dkk. 2013. Menguak Pasar Tradisional Indonesia. Jakarta : Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Kamaruzzaman, Bustaman-Ahamad. 2013. Memahami Tradisi Meugure, Islamic Movement Jurnal: Valume 1, Nomor 1, Januari-juni 2013.

www.academia.edu, diakses 20 Maret 2016.

(17)

17

Karimuddin Hasybullah. 1977. “Uroe Gantoe (Pasar Mingguan) di Aceh Besar”.

Dalam segi-segi Sosial Budaya Masyarakat Aceh. Alfian (ed). Jakarta:

LP3ES.

Suryo S. Agung. 2007. Uroe Gantoe pada Masyarakat Aceh. Seri Informasi Budaya:

Nomor 13/2007, Banda Aceh: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh.

Skripsi

Afrianty. 2008. Perilaku Konsumen Pada Pasar Modern. Skripsi. Universitas Andalas.

Sri Alfianti Rezeki, 2016. Kenduri Laot Dalam Perspektif Sosiologi. Skripsi.

Universitas Syiah Kuala.

Internet

Acehprov. 2013. Uroe peukan pun kian mentradisi.

http://acehprov.go.id/jelajah/read/2013/10/03/41/uroe-peukan-pun-kian- mentradisi.htm. diakses 20 maret 2016.

http://acehprov.go.id/jelajah/read/2013/10/03/41/uroe-peukan-pun-kian- mentradisi.html.

https://agussetyadi.wordpress.com/2014/07/23/merawat-uroe-peukan/.

http://agusbwaceh.blogspot.co.id/2009/01/pasar-dalam-perspektif-budaya-aceh.html.

Referensi

Dokumen terkait

Tradisi (Bahasa Latin: tradition, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengkaji penelitian mengenai “Preferensi Orang Tua Terhadap Tayangan Edukatif di Televisi Dalam

Interaksi kelompok antara perawat dan pasien yang disebut dengan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) dilakukan dengan tema-tema tertentu sesuai kebutuhan pasien. Terapi

Tradisi berasal dari bahasa Latin traditio (diteruskan) atau kebiasaan yang telah dilakukan dengan cukup lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu

Untuk mendapat jawaban dan pemecahan masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan mengambil topik “Kontrol Sosial Masyarakat

Dari upaya–upaya imitasi yang dilakukan keluarga dalam melakukan sosialisasi politik pada pemilih pemula di Kecamatan Lueng Bata ini sering akan adanya

Dalam penelitian ini media massa yang dipilih oleh khalayak Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh demi kebutuhan informasinya ialah media cetak (koran harian

Adapun beberapa indikator pertanyaan pada penelitian ini mengenai Pengaruh Price Discount Framing Terhadap Keputusan Wanita Membeli Produk Pakaian Wanita Di Suzuya Mall,