8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori 1. Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik melakukan proses belajar (Pane, 2017:337). Pembelajaran merupakan proses pengaturan lingkungan yang diarahkan untuk mengubah perilaku siswa kearah positif dan lebih baik sesuai potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa (Husamah, dkk,2018:28). Pembelajaran akan berjalan dengan baik jika komponen dalam pembelajaran saling mendukung, seperti guru sebagai fasilitator dan siswa sebagai subjek pembelajaran. Mutu pembelajaran perlu ditingkatkan guna dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenangkan.
Pembelajaran yang baik yaitu pembelajaran yang memiliki tujuan pembelajaran yang ideal agar murid mampu mewujudkan perilaku yang efektif (Suyono, dkk:2011:185).
Pendidikan, latihan, pembelajaran, teknologi pendidikan, istilah-istilah tersebut masing-masing memiliki pengertian sendiri-sendiri, berbeda tetapi berhubungan erat. Pendidikan lebih menitikberatkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi mengandung pengertian yang lebih luas sedangkan latihan (training) lebih menekankan pada pembentukan keterampilan (skill).
Pendidikan dilaksanakan dalam lingkungan sekolah, sedangkan penggunaan latihan umumnya dilaksanakan dalam lingkungan industry dalam pengajaran, perumusan tujuan adalah yang utama dan setiap proses pengajaran senantiasa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. untuk itu
proses pengajaran harus di rencanakan. Ketercapaian tujuan dapat di cek atau di kontrol sejauh mana tujuan itu telah tercapai. Itu sebabnya, suatu sistem pengajaran selalu mengalami dan mengikuti tiga tahap, yakni tahap analisis (menentukan dan merumuskan tujuan), tahap sintesis (perencanaan proses yang akan ditempuh), dan tahap evaluasi (mentes tahap pertama dan kedua).
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Hosnan, 2014 dalam buku yang berjudul “Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21‟. Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan keterampilan kognitif, yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelek.
Jamil Suprihatiningrum (2013: 75) mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa tempat, tetapi juga metode, media, dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi.
Pembelajaran menurut Ridwan Abdullah Sani (2013: 40) merupakan penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Penyediaan kondisi dapat dilakukan dengan bantuan pendidik (guru) atau ditemukan sendiri oleh individu (belajar secara otodidak).
Menurut Schunk (2012: 5-6) pembelajaran adalah perubahan yang bertahan lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru yang terprogram dan sistematis dimana guru berinteraksi dengan pesrta didik dengan menggunakan sumber belajar.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses ataupun usaha yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa dalam proses belajar sehingga mempermudah siswa mendapatkan pemahaman ataupun kemampuan baru dalam hidup. Melakukan pembelajaran sebagai seorang guru harus memperhatikan komponen pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Kesiapan guru untuk dapat mengenal karakteristik masing-masing siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan ajar serta mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran. Guru pada tingkat sekolah dasar dituntut kreatif dalam melaksanakan pembelajaran agar siswa tidak mudah bosan dan dapat dengan mudah memahami materi pembelajaran.
Pemahaman siswa juga dapat sebagai patokan tercapainya tujuan dalam suatu pembelajaran. Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut merupakan keberhasilan dalam suatu pembelajaran.
2. Pembelajaran Daring
Di masa pendemi yang sedang terjadi ini sangat tidak memungkinkan untuk melakukan kegaitan belajar mengajar secara tatap muka, untuk itu pemerintah dan dinas terkait memberikan solusi yang terbaik untuk kesehatan guru dan siswa yaitu metode pembelajaran daring, pembelajaran secara daring merupakan cara baru dalam proses belajar mengajar yang memanfaatkan perangkat elektronik khususnya internet dalam penyampain belajar, menurut Imania, (2019 hlm 39) pembelajaran daring merupakan bentuk penyampaian pembelajaran konvensional atau bisaa yang di lakukan dalam format digital melalui internet. Pembelajaran daring menurut ali dkk 2020 (dalam moore, Dickson-dane&Gaylen, 2011).
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksebilitas, koneksivitas, fleksibilitas dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran. pembelajaran daring adalah pembelajaran yang di lakukan secara virtual melalui aplikasi
virtual yang tersedia, walaupun demikian, pembelajaran daring harus tetap memperhatikan kompetensi yang akan di ajarkan, guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan, mulyasa, (2013, hlm 100) menurut ali dkk 2020 (dalam penelitian zhang et al , 2004) menunjukan bahwa penggunaan internet dan teknologi multimedia mampu merombak cara penyampaian pengetahuan dan dapat menjadi alternatif pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas tradisional. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dapat mempertemukan siswa dengan guru untuk berinteraksi dalam proses pembelajaran memanfaatkan jaringan internet (Kuntarto, E, 2017).
Pembelajaran daring yaitu program penyelenggaraan kelas pembelajaran dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang luas. Dengan menggunakan jaringan, pembelajaran bisa dilaksanakan dengan peserta didik yang tidak terbatas. Pembelajaran daring bisa saja dilaksanakan dan diikuti secara berbayar bahkan gratis. Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi multimedia, video, kelas virtual, teks online animasi, pesan suarau, email, telepon konferensi, dan video stream online.
(Bilfaqih & Komarudin, 2015) menurut (lashey, 2014) penggunaan teknologi yang tersedia di sekitar kita apabila diimbangi dengan diskusi dan panduan muka akan menjadi alat pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Pada tatanan pelaksanaan pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkat-perangkat mobile seperti smartphone atau telepon android, laptop, computer, tablet, dan iphone yang dapat digunakan untuk melakukan mengakses informasi kapan saja dan dimana saja menurut ali dkk (dalam gilkas
& grant, 2013).
Pembelajaran daring menghubungkan peserta didik dengan sumber belajarnya (database, pakar/unstruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkoaborasi (secara langsung/shychronous dan secara tidak
langsung/ashyncronous). Penggunaan teknologi mobile mempunyai sumbangan besar dalam Lembaga Pendidikan, termasuk di dalamnya adalah pencapaian tujuan pembelajaran jarak jauh menurut ali dkk 2020 (dalam korucu & Alkan, 2011). (kumar&nanda, 2018) menurut dewi fatma aji (dalam nakayama M, Yamanto H, 2007) menjelaskan bahwa pembelajaran daring merupakan inovasi Pendidikan untuk menjawab tantangan akan ketersediaan dan suatu model ataupun media pembelajaran tergantung dari karakteristik peserta didiknya, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Nakaya bahwa dari semua literatur dalam e-learning mengindikasikan bahwa tidak semua peserta didik akan sukses dalam pembelajaran online. Tujuan dari adanya pembelajaran daring ialah memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih banyak dan lebih luas. Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran daring di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran daring adalah pembelajaran dengan menggunakan media aplikasi untuk memudahkan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran secara jarak jauh.
a. Sistem Pembelajaran Daring
Pendidikan jarak jauh atau daring dilaksanaakan dalam berbagai bentuk pembelajaran yang pada dasarnya membutuhkan ketersediaan berbagai sumber belajar. Menurut Rahmawati (2009:23) “pola pembelajaran ini mencakup penyelenggaraan program pembelajaran melalui pendidikan tertulis atau korespondensi, bahan cetak (modul), radio, audio/ video, TV, berbantuan komputer, dan atau multimedia melalui jaringan computer”.
Menurut Warsita (2007:16) sistem pembelajaran dalam pendidikan jarak jauh atau daring adalah:
1) Peserta didik belajar mandiri baik secara individual maupun kelompok dengan bantuan minimal dari orang lain.
2) Materi pembelajaran disampaikan melalui media yang sengaja dirancang untuk belajar mandiri. internet dimanfaatkan sebagai media untuk penyampaian materi pembelajaran dalam pendidikan jarak jauh atau Daring.
3) Untuk mengatasi masalah belajar diupayakan komunikasi dua arah antara peserta didik dengan tenaga pengajar atau lembaga penyelenggara.
Komunikasi dua arah ini dapat berupa tatap muka maupun komunikasi melalui media elektronik atau sering disebut sebagai tutorial elektronik.
4) Untuk mengukur hasil belajar secara berkala diadakan evaluasi hasil belajar, baik yang sifatnya mandiri maupun yang diselenggarakan di institusi belajar.
5) Pada dasarnya peserta pendidikan jarak jauh dituntut untuk belajar mandiri, belajar dengan kemauan dan inisiatif sendiri.
b. Penyelenggaraan Pembelajaran Daring
Pembelajaran dalam jaringan atau daring pada dasarnya adalah pembelajaran yang dilaksanakan secara virtual melalui aplikasi virtual yang tersedia, meski demikian, pembelajaran secara daring harus tetap memperhatikan kompetensi yang hendak disampaikan dan diajarkan kepada siswa. Menurut Mulyana (2013:100) “Guru harus memahami bahwa pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis, dan didaktis secara bersamaan”.
Oleh karena itu, pembelajaran daring bukan hanya pembelajaran yang memindahkan materi melalui media internet, dan guru bukan hanya sekedar memberikan tugas dan soal-soal yang dikirimkan melalui aplikasi sosial media (online). Dalam pembelajaran daring guru harus tetap menjelaskan materi yang akan dipelajari oleh peserta didik meskipun tidak secara maksimal pembelajaran daring harus tetap melalui proses perencaanan dan dipersiapkan, dilaksanakan, serta dievaluasi sama halnya dengan pembelajaran tatap muka.
Menurut Majid (2011:17) “perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan bahan ajar, menggunakan media, menggunakan pendekatan dan
metode pembelajaran, serta mengevaluasi dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”.
c. Manfaat Pembelajaran Daring
Bilfaqih dan Qomarudin (2105, hlm. 4) menjelaskan beberapa manfaat dari pembelajaran daring sebagai beikut:
1) Meningkatkan mutu pendidikan dan pelatihan dengan memanfaatkan multimedia secara efektif dalam pembelajaran.
2) Meningkatkan keterjangkauan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui penyelenggaraan pembelajaran dalam jaringan.
3) Menekan biaya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan yang bermutu melalui pemanfaatan sumber daya bersama.
Selain itu Manfaat pembelajaran daring menurut Bates dan Wulf dalam Mustofa, Chodzirin, & Sayekti (2019, hlm. 154) terdiri atas 4 hal, yaitu:
1) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity),
2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility),
3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience),
4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities)
Dapat disimpulkan bahwa manfaat dari proses pembelajaran daring diantaranya yaitu adanya kemajuan dalam bidang teknologi yang mampu meningkatkan mutu pendidikan serta mampu meningkatkan proses pembelajaran dengan meningkatkan interaksi, mempermudah proses pembelajaran karena dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun selain itu mudahnya mengakses materi pembelajaran dan mampu menjangkau peserta didik dengan cakupan yang luas.
d. Metode Pembelajara Daring
Metode pembelajaran daring merupakan sebuah program yang penggunan kelas pembelajarannya di dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target yang sangat luas dan massif. Dengan penggunaan jaringan tersebut, kegiatan pembelajaran bisa dilakukan secara massif dengan peserta didik yang tidak terbatas. Kegiatan pembeajaran daring sangat bisa dilaksanakan dan di ikuti secara berbayar maupun gratis. Oleh karena itu dapat disimpukan bahwa metode pembelajaran daring merupakan sebuh tenik atau cara guru untuk kegiatan belajar mengajar secara berjauhan melaui manfaat sebuah alat eletronik seperti computer, Hp dan lainnya yang terkoneksi dengan jaringan internet.
Macam- macam metode pembelajaran daring:
1) Metode E-Learning, yaitu sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan computer.
E-Learning juga diartikan sebagai pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer atau bisaanya disebut internet. E- Learning merupakan proses instruksi atau pembelajaran yang melibatkan penggunaan peralatan elektronik dalam menciptakan, membantu perkembangan, menyampaikan, menilai dan memudahkan suatu proses belajar mengajar dimana pelajar sebagai pusatnya serta dilakukan secara interaktif kapanpun dan dimanapun (Setiawardhani, 2013: 10).
2) Mobile Learning, merupakan media pembelajaran yang memanfaatkan teknologi telepon seluler. Kehadiran mobile learning ditujukan sebagai pelengkap pembelajaran serta memberikan kesempatan pada siswa untuk mempelajari materi yang kurang dikuasai dimanapun dan kapanpun. Para siswa masih banyak yang menggunakan laptop atau bukun manaual untuk menunjang pelajaran pembelajaran disekolah. Dengan menggunakan laptop sebagai media pembelajaran akan menyulitkan siswa membawa perangkat tersebut karena berat dan terkesan repot.
Melihat potensi ini, pengembangan media pembelajaran dengan
memanfaatkan telepon seluler adalah dengan membuat mobile learning yang ditujukan untuk semua telepon seluler yang berplatform Android (Aziz & Nana, 2020: 50).
3) Metode Quantum Learning, yaitu kiat, petunjuk strategi dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat serta membuat belajar sebagai suatau proses yang menyenangkan dan bermanfaat. Quantum Learning merupakan suatu pembelajaran yang mempunyai misi utama untuk mendesain suatu proses belajar yang menyenangkan yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.
Interaksi-interaksi ini yang mencakup unsur-unsur untuk belajar yang mempengaruhi kesuksesan siswa (Ahmad dan Joko, 2013: 27).
e. Macam-macam media pembelajaran daring
Media pembelajaran daring dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yaitu:
1) Media visual
Menurut Suparto, media visual merupakan gambar yang secara kesuluruhan dari sesuatu yang dijelaskan kedalam suatu bentuk yang dapat divisualisasikan. Media visual terdiri atas media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visuals) dan media yang dapat diproyeksikan (projected visuals). Media yang dapat diproyeksikan bisa berupa gambar diam atau bergerak.
2) Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (haknya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar.
Program kaset suara dan program radio adalah bentuk dari media audio.
Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran pada umumnya
untuk melatih keterampilan yang berhubung dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan.
3) Media Audio-Visual
Media audio-visual merupakan media yang kombinasi audio dan visual, atau bisa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio-visual penyajian bahan ajar kepada siswa akan semakin lengkap dan optimal. Contoh dari media audio-visual di antaranya program video atau televisi pendidikan, video atau televisi instruksional, dan program slide suara.
4) Media Elektronik
Media elektronik merupakan media yang digunakan untuk menyampaikan informasi pendidikan yang dimanfaatkan secara umum, baik dikalangan pendidikan maupun masyarakat secara luas. Contoh media elektronik yaitu slide dan flimstrip, film, TV dan radio.
5) Media Zoom
Media Zoom merupakan sebuah salah satu aplikasi yang dapat di gunakan guru dengan cara melakukan kegiatan pembelajaran virtual.
Dengan aplikasi zoom guru dapat mempertemukan peserta didik dengan guru secara virtual atau video sehingga dengan melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan zoom dapat tersampaikan dengan baik.
6) Media Google Class
Google Class merupakan sebuah alat aplikasi ruang kelas yang sudah disediakan oleh google. Dalam google Classroom pengajar dapat lebih mudah dalam membagikan materi pembelajaran atau tugas pembelajaran yang sudah di susun. Pada google Classroom memberikan waktu untuk
pengumpulan tugas, sehingga peserta didik tetap disiplin untuk mengumpulkan tugas dan mengatur waktu.
7) Youtube
Youtube merupakan sebuah alat aplikasi untuk mengupload video.
Youtube banyak di gunakan untuk berbagi informasi video, dimana youtube juga digunakan untuk sumber pembelajaran daring. youtube merupakan salah satu alat media pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran berbasis internet atau daring yang dapat memvisualisasikan materi pembelajaran yang baik dan efektif melalui youtube
f. Keunggulan dan Kelemahan Belajar Daring 1. Keunggulan
Menurut Hendri (2014: 24), keunggulan pengajaran daring diantaranya adalah:
Dapat Menghemat waktu pada proses belajar mengajar
Menekan biaya perjalanan
Menghemat biaya pendidikan baik buku, peralatan dan infrastruktur.
Dapat menjangkau wilayah yang lebih luas
Pembelajaran dapat lebih mandiri dalam menuntut ilmu.
2. Kelemahan
Pembelajaran Daring juga terdapat kekurangan menurut Seno & Zainal (2019: 183) seperti:
Dalam pembelajaran ini terdapat petujuk seperti cara pakai yang harus dipelajari.
Materi yang diberikan kurang luas dan disajikan dalam bentuk Bahasa inggris sehinggga merepotkan dalam mempelajarinya.
Pengumpulan tugas bisa tidak terkondisi dengan baik karena tidak adanya pengawasan secara langsung atau face to face dalam pengerjaan tugas.
Terkadang materi yang disampaikan kurang dimengerti siswa karena kendala guru tidak bisa menjelaskan secara langsung.
3. Pengertian Belajar
Belajar merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan kita karena belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Tanpa belajar seseorang tidak mungkin dapat mengembangkan potensi dirinya dengan baik secara maksimal dan tanpa belajar seseorang juga sulit menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu belajar adalah salah satu kebutuhan manusia karena dengan belajar seseorang akan dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan serta sikap yang semuanya itu dapat berguna bagi dirinya maupun dalam kehidupan masyarakat. Dari belajar seseorang akan dapat melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya karena belajar sesungguhnya juga adalah perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia.
Hakikatnya belajar harus menghasilkan sesuatu perubahan yang permanen dalam diri manusia melalui pengalaman yang diolah daya nalar.
Pengalaman adalah hasil proses interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya. Pengalaman itulah yang menjadi bahan baku dalam proses pembelajaran. Semakin banyak interaksi dengan lingkungan hidupnya maka manusia semakin banyak pengalaman dan semakin banyak pengalaman berarti semakin banyak pengetahuan. Belajar merupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang, karena mereka dapat mengetahui dan menemukan suatu pengalaman.
Belajar bukan semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang terjadi dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting/vital.
Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, adalah penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa. Menurut Oemar Hamalik (2015: 36) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is defined as the modification or streng thening of behavior through experiencin) Menurut Purwanto (2014: 66) belajar adalah usaha siswa menimbulkan perubahan perilaku dalam dirinya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menurut Sardiman A.M (2016: 21) Belajar adalah berubah dalam hal ini yang di maksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu- individu yang belajar.
Menurut Slameto (dalam Nunuk Suryani dan Leo Agung 2012: 35) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Hamiyah & Jauhar (2014: 4) yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku/pribadi seseorang berdasarkan pengalamannya berinteraksi dengan lingkungannya yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebisaaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Menurut Klein (dalam Jamil Suprihatiningrum, 2013: 14), belajar didefinisikan sebagai hasil proses eksperimental dalam perubahan tingkah laku yang relatif permanen yang tidak dapat diucapkan dengan pernyataan sesaat Dari defenisi pembelajaran di atas dapat peneliti simpulkan bahwa Belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan pengetahuan, sikap, kebisaaan, pemahaman, keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya.
a. Tujuan Belajar
1) Menurut Nunuk Suryani dan Leo Agung (2012: 39), “tujuan belajar adalah komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pembelajaran karena berfungsi sebagai indikator keberhasilan pembelajaran”.
2) Menurut Sardiman A.M (2016) tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental atau nilia-nilai.
3) Menurut Oemar Hamalik (2015: 85) Tujuan belajar adalah perangkat hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar.
4) Menurut Agus Suprijono (2013: 5) berpendapat bahwa tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan instructional affects, yang bisaa berbentuk pengetahuan dan keterampilan.
5) Roestiyah N.K (dalam Nunuk Suryani dan Leo Agung 2012: 40) memberi pengertian tentang tujuan pembelajaran sebagai berikut, tujuan pembelajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) peserta didik yang diharapkan setelah siswa mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan.
Berdasarkan pendapat para ahli dan pakar di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar adalah komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pembelajaran karena sebagai indikator keberhasilan yang diharapkan setelah siswa mempelajari pelajaran.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Menurut bandura (dalam Ridwan Abdullah Sani 2013: 234), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor personal misalnya yang menyebabkan peserta didik membuat harapan yang lebih tinggi, faktor tingkah laku misalnya memotivasi peserta didik untuk belajar lebih giat lagi, dan faktor lingkungan
misalnya guru memberikan umpan balik. Berikut ini penjabaran faktor- faktornya:
1) Faktor personal merupakan faktor yang berasal dari peserta didik itu sendiri meliputi:
Harapan
Sikap
Intelegensi
Kepercayaan
Strategi Berfikir
2) Faktor perilaku merupakan faktor tingkah laku dari siswa itu sendiri, meliputi:
Pernyataan
Pilihan
Tindakan
3) Faktor lingkungan meliputi :
Sumber daya
Konsekuensi hasil
Orang lain
Pengaturan lingkungan
Berdasarkan pendapat ahli di atas faktor yang mempengaruhi belajar dapat disimpulkan yaitu faktor individu berasal dari diri siswa meliputi sikap dan tingkah laku siswa, ddan faktor dari luar siswa meliputi lingkungan sekolah, rumah ataupun masyarakat.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Hasil menurut bahasa artinya 1) sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha (pikiran, tanam-
tanaman, sawah, tanah, ladang, hutan, dsb) 2) pendapatan, perolehan, buah) 3) akibat, kesudahan (dr pertandingan, ujian, dsb). Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan prilaku akibat adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam arti luas mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap dan sebagainya Rosma Hartiny, Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK), (Yogyakarta: Teras, 2010). Adapun menurut istilah pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional Purwanto, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011 Hlm.44). Belajar menurut bahasa artinya berusaha mengetahui sesuatu, berusaha memperoleh ilmu pengetahuan (kepandaian, keterampilan). Belajar pada hakikatnya murupakan proses perubahan di dalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebisaaan, dan kepandaian Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Jakarta: PT Rosda Karya, 2014 Hlm.15). Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011).
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat.
Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan ilmiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan. Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Purwanto (2014) mengemukakan hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar Menurut Susanto (2013: 5)
hasil belajar adalah perubahan perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pendapat tersebut diperjelas oleh Kunandar (2014: 62) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Hasil belajar menurut Suprijono (dalam Thobroni dan Mustofa, 2012:
22) adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian, sikap- sikap, apresiasi, dan keterampilan. Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan- kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3).
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.
James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar.
Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011). Kegiatan belajar merupakan unsur dan proses yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa hasil belajar atau kegagalan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada belajar yang dialami siswa baik
berada di sekolah maupun di lingkungan keluarga. Hergenhahn dan Olson mengemukakan lima hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan belajar yaitu:
a. Belajar merujuk pada perubahan tingkah laku b. Perubahan tingkah laku tersebut relatif menetap
c. Perubahan tingkah laku tersebut tidak terjadi segera setelah mengikuti pengalaman belajar
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil pengalaman dan latihan e. Pengalaman dan latihan harus diberi penguatan
a. Prinsip-Prinsip yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efisien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan jalan ke arah keberhasilan belajar. Oleh karena itulah, beberapa prinsip belajar berikut ini perlu ditelaah dengan saksama untuk mendapatkan pengertian yang mendalam sehingga dapat menerangkan ke dalam kegiatan belajar baik di rumah maupun di sekolah.
Diantar prinsip-prinsip yang mempengaruhi hasil belajar adalah Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2010:95-102):
a. Prinsip bertolak dari motivasi
Motivasi untuk belajar adalah penting dalam melakukan kegiatan belajar.
Motivasi merupakan pendorong yang dapat melahirkan kegiatan bagi seseorang. Seseorang yang bersemangat untuk menyelesaikan suatu kegiatan karena ada motivasi yang kuat dalam dirinya. Motivasi sebagai suatu pendorong yang mengubah energi daam diri seseorang ke dalam bentuk suatu kegiatan nyata untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Prinsip pemusatan perhatian
Dalam belajar diperlukan pemusatan perhatian. Tanpa ini perbuatan belajar akan menghasilkan kesia-siaan. Kekecewaanlah yang ditemui.
Ketidakmampuan seseorang berkonsentrasi dalam belajar disebabkan buyarnya perhatian terhadap suatu obyek. Hal inilah yang tidak diinginkan oleh siapapun yang sedang belajar
c. Prinsip pengambilan pengertian pokok
Belajar yang berhasil adalah ditandai tersimpannya sejumlah kesan di dalam otak. Setiap alenia atau paragraf dalam buku selalu ada pokok pikiran (kata kunci) yang menjadi inti pembahasan. Pokok pikiran itu dinamakan ”topik”. Topik itulah yang dikembangkan menjadi sebuah paragraf.
d. Prinsip pengulangan
Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan, tetapi berproses dengan penuh makna. Dari hasil proses itu ada sejumlah kesan yang diharapkan tersimpan dalam pikiran. Bisaanya kesan-kesan yang telah didapat dari belajar itu tersimpan dengan rapi dalam komputer otak, tetapi tidak akan dapat bertahan lebih lama di alam sadar. Lama-kelamaan kesan-kesan itu akan tersimpan di alam bawah sadar, dikarenakan (kemungkinan) sangat jarang dipergunakan.
e. Prinsip yakin akan kegunaan
Ilmu pengetahuan itu sebenarnya merupakan mata rantai yang tak terpisahkan. Kegunaan ilmu pengetahuan itu bersifat timbal balik.
Kegunaannya cenderung bersifat kasuistik. Kegunaan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari itu bisa dalam konteks kekinian dan jauh ke depan.
f. Prinsip Pengendapan
Belajar tidak perlu diproses habis-habisan tanpa mengenal lelah. Lima belas menit atau setengah jam istirahat lebih baik. Sehingga sejumlah kesan yang telah didapat dengan mudah diorganisir di dalam otak. Bilah pengertian telah didapat terhadap apa yang telah dipelajari, dapat dilanjutkan ke bahan bacaan yang lain. Demikianlah betapa peranan istirahat pengendapan untuk mendapatkan pengertian dari apa yang telah dipelajari.
g. Prinsip pengutaraan kembali hasil belajar
Strategi yang jitu untuk mengingat kembali kesan-kesan yang baru didapatkan dari kegiatan belajar adalah dengan cara mengutarakan kembali hasil belajar. Cara mengutarakannya adalah dengan memakai kata-kata sendiri dngan mengambil pokok pikiran dari apa yang telah dibaca itu sebagai landasan berpijak, ingat prinsip pengambilan pengertian pokok yang telah dibahas di depan.
h. Prinsip pemanfaatan hasil belajar
Pemanfaatan hasil belajar adalah cara lain untuk mempertahankan ilmu pengetahuan yang telah diterima dari kegiatan belajar. Pemanfaatan hasil belajar ini bisa dengan cara mempelajari hal-hal yang lain atau mengamalkannya kepada teman yang memerlukannya.
b. Domain Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2014: 48) mengemukakan domain hasil belajar adalah perilaku-perilaku kejiwaan yang akan di ubah dalam proses pendidikan.
Belajar menimbulkan perubahan perilaku dan pembelajaran adalah usaha mengadakan perubahan perilaku dengan mengusahakan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Perubahan dalam kepribadian ditunjukkan oleh adanya perubahan perilaku akibat belajar. Dalam usaha memudahkan
memahami dan mengukur perubahan perilaku maka perilaku kejiwaan manusia dibagi menjadi tiga domain atau ranah: kognitif, afektif dan psikomotorik.
Kalau belajar menimbulkan perubahan perilaku, maka hasil belajar merupakan hasil perubahan perilakunya. Oleh karena perubahan perilaku menunjukkan perubahan perilaku kejiwaan dan perilaku kejiwaan meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotorik maka hasil belajar yang mencerminkan perubahan perilaku meliputi hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik.
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Munadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:
a. Faktor fisiologis
Secara umum, kondisi fisiologis, seperti kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.
b. Faktor psiklogis
Secara individu dalam hal ini siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentu hal ini turut memengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi inteligensi (IQ),perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa.
c. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor ligkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu dan kelembaban. Belajar tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara yang kurang tentunya akan berbeda suasana belajarnya dengan yang belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dan di ruang yang cukup mendukung untuk bernafas lega.
d. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana, dan guru.
5. LKS (LEMBAR KERJA SEKOLAH)
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah suatu media belajar berupa sejumlah tugas yang diberikan kepada siswa dalam memecahkan suatu masalah dengan disertai petunjukpetunjuk dalam mengerjakan soal. Lembar kerja siswa adalah lembar kerja yang berisikan informasi dan instruksi dari guru kepada siswa agar siswa dapat mengerjakan sendiri suatu aktivitas belajar, melalui praktik atau penerapan hasil belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan lembar kerja siswa (LKS) dalam penyampaian materi suatu pokok bahasan dalam kegiatan belajar mengajar akan menumbuhkan perhatian, keinginan, minat, tekad, daya cipta, imajinasi dan kemampuan siswa. Guru hanya berperan sebagai pemberi dorongan, motivasi, dan inspirasi yang sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menemukan dan memecahkan masalah dengan kemampuannya sendiri.
Salah satu media belajar yang memungkinkan dapat meningkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar adalah media belajar lembar kerja siswa (LKS).
Dengan penggunaan lembar kerja siswa akan memungkinkan secara aktif siswa terlibat dalam kegiatan belajar mengajar, baik fiisik, mental, intelektual, emosional, dan sosial. Dengan demikian penggunaan LKS siswa akan termotivasi dalam memecahkan masalah dengan upaya sendiri dan tanggung jawab (Mazda, 2012).
a. Tujuan LKS
LKS bertujuan untuk melatih siswa berpikir lebih mantab dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat memperbaiki minat siswa untuk belajar (Sudiati 2003). Dengan media LKS dapat melatih siswa untuk belajar sendiri baik dalam upaya pengayaan ataupun pendalaman materi, dalam hal ini guru lebih banyak berperan sebagai pembimbing belajar atau tutor.
Dengan demikian diharapkan, bakat kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki siswa akan dapat berkembang. Disamping itu dalam kegiatan belajar, segala potensi yang ada dimanfaatkan.
Tujuan penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar:
a. Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa,
b. Mengecek tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah disajikan, dan
c. Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.
b. Manfaat LKS
Manfaat Lembar Kerja Siswa (LKS), antara lain sebagai alternatif guru untuk mengarahkan atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu, dapat mempercepat proses belajar mengajar sehingga menghemat waktu mengajar, serta dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas karena siswa dapat menggunakan alat bantu secara bergantian.
Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran:
a. Mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, b. Membantu siswa dalam mengembangkan konsep,
c. Melatih siswa dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses,
d. Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran,
e. Membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar, dan
f. Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
Panjaitan dan Efron (2015) menyatakan bahwa LKS dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah dan dapat membantu dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Penggunaan LKS dalam Pembelajaran Daring
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Pendidikan Nomor 4 Tahun 2020, seluruh sekolah di Indonesia diatur untuk melaksanakan Belajar dari Rumah. Dengan kondisi ini, guru dihadapkan pada tantangan untuk dapat mengelola pembelajaran yang efektif di rumah. Di antara kegiatan pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah Psikoedukasi. Lembar Kerja Siswa (LKS) Psikoedukasi ini disusun untuk memenuhi kebutuhan siswa belajar dari rumah selama pandemi Covid 19. Guna memandu pembelajaran jarak jauh yang tidak banyak berbeda dengan kegiatan di sekolah. Sebagai pengajar, kami telah menerapkan pembelajaran literasi saintifik sejak awal tahun pembelajaran (Setiawan, 2020).
Karena itu, diharapkan pembelajaran jarak jauh tetap mempertahankan proses pembelajaran literasi saintifik walau dengan cara dan tingkat berbeda. Guna menyelaraskan upaya tersebut dengan keadaan yang terjadi, kami menyusun LKS berdasarkan indikator literasi saintifik yang memuat topik COVID-19. Semua materi rangkuman mata pelajaran yang terhimpun dalam buku LKS akan memudahkan seluruh peserta didik saat ikuti
pembelajaran daring/online, Kegiatan-kegiatan di dalam LKS dirancang untuk bisa dilakukan secara mandiri oleh siswa dengan bimbingan orang tua atau guru secara minimal.
6. Pengertian Praktik
Praktik adalah suatu sikap belum otomatis terwujudnya suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap atau tindakan menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas dan dukungan dari pihak lain (Notoatmodjo, 2010).
a. Pembelajaran Praktik
Pembelajaran praktik merupakan suatu proses untuk meningkatkan keterampilan peserta didik dengan menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan keterampilan yang diberikan dan peralatan yang digunakan.
Selain itu, pembelajaran praktik merupakan suatu proses pendidikan yang berfungsi membimbing peserta didik secara sistematis dan terarah untuk dapat melakukan suatu ketrampilan.
Praktik merupakan upaya untuk memberi kesempatan kepada peserta mendapatkan pengalaman langsung. Ide dasar belajar berdasarkan pengalaman mendorong peserta pelatihan untuk merefleksi atau melihat kembali pengalaman-pengalaman yang mereka pernah alami. Pentingnya pengalaman langsung terhadap proses belajar yang diungkapkan oleh (Hadisuwono dalam blognya yang dikutip dari Kolb dan Wallace. Kolb) mengatakan bahwa pembelajaran orang dewasa akan lebih efektif jika pembelajaran lebih banyak terlibat langsung daripada hanya pasif menerima dari pengajar. Kolb dengan teori experiential learning-nya menjabarkan ide- ide dari pengalaman dan refleksi. Kolb mendifinisikan empat modus belajar yaitu: Concrete experience (pengalaman nyata), reflective observation (merefleksikan observasi), abstract conceptualization (konsep yang abstrak), dan active experimentation (eksperimen aktif). Wallace mengatakan bahwa ada dua sumber pengetahuan yaitu pengetahuan yang diterima/diperoleh melalui belajar baik secara formal maupun informal
(received knowledge) dan pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman (experiential knowledge). Kedua sumber pengetahuan tersebut merupakan unsur kunci bagi pengembangan profesionalisme. Wallace berasumsi bahwa masing-masing peserta didik membawa pengetahuan dan pengalaman ketika memasuki pembelajaran baru. Wallace lebih lanjut menjelaskan bahwa efektifnya pembelajaran praktik tergantung pada bagaimana peserta didik melakukan refleksi dengan mengkaitkan antara pengetahuan dan pengalaman serta praktik, sehingga dapat memperbaiki pembelajaran lebih lanjut. Kemampuan melakukan refleksi dari praktik yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan menentukan pencapaian kompetensi profesional.
Menurut pendapat Hamzah, (2008: 200), Belajar praktik adalah belajar keterampilan yang membutuhkan gerakkan motorik, pelaksanaan pembelajaran dilakukan di tempat kerja/ lapangan. Berdasarkan pendapat Hamzah tersebut, maka belajar praktik adalah suatu proses pembelajaran yang melibatkan kemampuan motorik atau gerak di tempat kerja atau lapangan. Berdasarkan pendapat Sudjana (2005: 157-158) yakni metode dalam pembelajaran yang digunakan dengan tujuan melatih serta meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh untuk dilakukan di kehidupan nyata atau lapangan, pekerjaan, atau tugas yang sebenarnya.
Dari pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa metode praktik adalah metode pembelajaran untuk melatih peserta didik dengan tujuannya meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dipelajari. Menurut David A. Jacobsen, Paul Eggen, dan Donald Kauchak (2009: 203) Metode praktik dibagi menjadi dua yakni metode praktik terbimbing dan praktik mandiri. Praktik terbimbing merupakan metode praktik dalam pembelajaran, guru memberikan umpan balik agar siswa mengetahui cara praktik sesuai dengan materi yang telah dijelaskan. Sedangkan praktik mandiri yakni
metode pembelajaran dengan memberikan kesempatan siswa untuk melakukan praktik secara mandiri.
Dari berbagai teori diatas dapat ditegaskan bahwa metode praktik adalah suatu teknik pembelajaran yang memiliki tujuan mengembangkan kemampuan peserta didik dengan menerapkan keterampilan yang telah dimiliki peserta didik dalam suatu kegiatan nyata.
7. Pendidikan Jasmani
Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan Pendidikan Jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Tujuan Pendidikan Jasmani bukan aktivitas jasmani itu sendiri, tetapi untuk mengembangkan potensi siswa melalui aktivitas jasmani. Perkembangan gerak sangat mempengaruhi perkembangan secara keseluruhan fisik, intelektual, sosial, dan emosional. Rosdiani (2013, hlm. 137) mengungkapkan bahwa
“Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas jasmani yang direncanakan secara sistematik, yang bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromeskuler, perseptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional”. Hal lain diungkapkan oleh Siedentop Rosdiani, (2013, hlm.140) mengungkapkan bahwa “Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari proses keseluruhan proses pendidikan”. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan pendidikan jasmani adalah bagian integral dari proses keseluruhan pendidikan memanfaatkan aktifitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromeskuler, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
a. Tujuan Pendidikan Jasmani
Pendidikan jasmani tentunya memiliki tujuan yang selaras dengan tujuan pendidikan itu sendiri. Rosdiani (2013, hlm.148) mengemukakan
bahwa “tujuan Pendidikan Jasmani adalah mengembangkan aspek jasmani dan rohani, dalam rangka mengembangkan manusia seutuhnya”.
Berdasarkan tujuannya, ada beberapa aspek tujuan Pendidikan Jasmani diantaranya aspek kognitif, aspek afektifm dan aspek psikomotor. Dalam aspek kognitif, didalamnya terdapat menyangkut penguasaan berfiki ataupun memahami terhadap tugas yang diberikan dan bagaimana seseorang itu memecahkan masalah yang dihadapinya. Sedangkan dalam aspek afektif terdapat unsur-unsur tentang konsep diri bagaimana seseorang itu bersosial atau berkomunikasi dengan yang lainnya, terdapat juga nilai-nilai sportivitas, jujur, kerjasama, disiplin, dan sikap saling menghargai. Aspek psikomotor terdapat unsur-unsur pengalaman gerak seseorang dan pengembangan fisik. Ke tiga aspek tersebut tentunya saling berkontribusi dalam mencapai tujuan Pendidikan Jasmani. Untuk itu tugas seorang pendidik adalah menjadikan peserta didik memiliki ketiga aspek tersebut.
Tujuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan sudah tercakup dalam yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya. Secara sederhana tujuan PJOK meliputi tiga ranah (domain) sebagai satu kesatuan. Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru PJOK dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru PJOK adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, bukan hanya sebagai pelatih atau pengatur kegiatan dalam aktivitas fisik.
Misi pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan tercakup dalam tujuan pembelajarannya yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan
sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukan kedua domain tersebut sama dengan tujuan pembelajaran pengembangan psikomotor.
Guru perlu membisaakan diri untuk membelajarkan peserta didik tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip- prinsip yang mendasarinya, sehingga secara efektif tujuan pembelajaran dapat dicapai. Pergaulan yang terjadi di dalam adegan yang bersifat mendidik dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran emosional dan sosial. Dengan demikian peserta didik akan berkembang secara menyeluruh, yang akan mendukung tercapainya aneka kemampuan
Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk:
1) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
2) Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk men guasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
3) Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
4) Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
5) Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengemban gkan keterampilan sosial yang memungkinkan peserta didik berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
6) Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.
Sedangkan tujuan mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan di dalam kurikulum yang dikembangkan di Indonesia adalah:
1) Mengembangkan kesadaran tentang arti penting aktivitas fisik untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta gaya hidup aktif sepanjang hayat.
2) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani, mengelola kesehatan dan kesejahteraan dengan benar serta pola hidup sehat.
3) Mengembangkan keterampilan gerak dasar, motorik, keterampilan, konsep/ pengetahuan, prinsip, strategi dan taktik permainan dan olahraga serta konsep gerakan.
4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai percaya diri, sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, pengendalian diri, kepemimpinan, dan demokratis dalam melakukan aktivisas fisik.
5) Meletakkan dasar kompetitif diri (self competitive) yang sportif, percaya diri, disiplin, dan jujur.
6) Menciptakan iklim sekolah yang lebih positif.
7) Mengembangkan muatan lokal yang berkembang di masyarakat.
8) Menciptakan suasana yang rekretif, berisi tantangan, ekspresi diri.
9) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk hidup aktif dan sehat sepanjang hayat, serta meningkatkan kebugaran pribadi.
Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif. Pengembangan domain psikomotorik secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama, pertama mencapai perkembangan aspek kebugaran jasmani, dan kedua, mencapai perkembangan aspek perseptual motorik. Ini menegaskan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani harus melibatkan aktivitas fisik yang mampu merangsang kemampuan kebugaran jasmani serta sekaligus bersifat pembentukan penguasaan gerak keterampilan itu sendiri.
Kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain psikomotorik, yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis organ tubuh. Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem peredaran darah, sistem pernapasan, sistem metabolisme, dll) Pengembangan keterampilan gerak merujuk pada proses penguasaan suatu keterampilan atau tugas gerak yang melibatkan proses mempersepsi rangsangan dari luar, kemudian rangsangan itu diolah dan diprogramkan sampai terjadinya respons berupa tindakan yang sesuai dengan rangsangan itu. Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan
berbuat yang perlu dikembangkan, tetapi
yang lebih penting adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensia emosional dan watak. Konsep diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya.
Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah
dewasa kelak. Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting, yakni pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan untuk berempati. Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang mampu menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi yang menjadi sifat penting dalam kehidupan sosial dan pencapaiannya untuk sukses hidup di masyarakat.
Demikian juga dengan ketekunan tidak ada pekerjaan yang dapat dicapai dengan baik tanpa ada ketekunan. Ini juga berlaku sama dengan kemampuan memotivasi diri, kemandirian untuk tidak selalu diawasi dalam menyelesaikan tugas apapun.
Di lain pihak, kemampuan berempati merupakan kualitas pribadi yang mampu menempatkan diri di pihak orang lain, dengan mencoba mengetahui perasaan orang lain. Karena itu pula empati disebut juga sebagai kecerdasan hubungan sosial. “Cubitlah diri kamu sendiri, sebelum mencubit orang lain.
Niscaya kamu akan mengetahui, apa yang boleh dan tidak boleh kamu lakukan pada orang lain” merupakan kearifan leluhur, yang jika diperas maknanya, tidak lain adalah penekanan kemampuan berempati. Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak.
Kebutuhan mereka akan gerak tidak bisa terpenuhi karena keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi.
Penyelenggara pendidikan di sekolah yang lebih mengutamakan prestasi akademis, memberikan anak tugas-tugas belajar yang menumpuk.
Sejalan dengan itu, pengetahuan dan kebisaaan makan yang buruk pun semakin memperparah masalah kesehatan yang mengancam kesejahteraan masyarakat. Dengan pola gizi yang berlebihan, para „pemalas gerak‟ itu akan menimbun lemak dalam tubuhnya secara berlebihan. Mereka menghadapkan diri mereka sendiri pada resiko penyakit degenaratif (menurunnya fungsi organ) yang semakin besar.
Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk bergerak bebas dan meraih kembali keceriaannya, sambil terangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh.
Sedangkan Menurut Kristiyandaru (2010: hlm 39) tujuan pendidikan jasmani olahraga, dan kesehatan sebagai berikut:
1) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.
2) Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis, dan agama.
3) Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas- tugas ajar pendidikan jasmani.
4) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani, permainan dan olahraga.
5) Mengembangkan keterampilan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga seperti; permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri/senam, aktivitas ritmik, akuatik, dan pendidikan luar kelas (outdoor education).
6) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga.
7) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.
8) Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran, dan pola hidup sehat.
9) Mampu mengisi waktu luang dengan aktivitas jasmani yang bersifat kreatif.
B. Penelitian Relevan
1. Dalam jurnal Pendidikan dan Kewirausahaan Volume 6 No. 2 Januari 2019 Karya Khusnul Khotimah dan Dassucik yang berjudul Pengaruh Efektifitas Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas VII SMPN 5 Panji Situbondo Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. . Setelah diteliti ternyata hasilnya adalah efektifitas belajar siswa di sekolah (X1) terhadap hasil belajar (Y) sebesar 17,02444
%. Sedangkan efektifitas belajar siswa di rumah adalah sebesar 18,528%.
Hal ini membuktikan bahwa efektifitas belajar di rumah lebih berpengaruh dibandingkan efektifitas belajar di sekolah.
2. Pada skripsi karya Fahrizal Nur Sholeh, 2021 Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran PAI secara Daring/Online ditengah Pandemi Covid-19 terhadap Motivasi belajar siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah Pangandaran”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Pembelajaran daring/online memiliki kualifikasi sedang dengan rata-rata 3,31 yang berada pada interval 2,7-3,4. (2) Motivasi belajar siswa memiliki kualifikasi sedang dengan ratarata 2,83 yang berada pada interval 2,7-3,4.(3) Pengaruh
pembelajaran daring/online terhadap motivasi belajar siswa, menghasilkan angka koefisien korelasi sebesar 0,41, angak tersebut termasuk kategori sedang karena berada pada sekala 0,40-0,60. Derajat berpengaruh variabel X terhadap Y yaitu sebesar 16,81%. Artinya masih terdapat faktor lain sebesar 83,19% yang memengaruhi motivasi belajar siswa.
3. Pada skripsi karya Hasan Basri, 2017 Institut Agama Islam Negeri Samarinda yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis E-learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI di SMK Plus Melati Samarinda”. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil perhitungan korelasi product moment r sebesar 0.032. Kemudian hasil dari perhitungan uji t diketahui hasil t hitung sebesar 0,1724 dan taraf signifikannya sebesar 5%, t tabel= 2,042 maka diperoleh hasil t hitung ≤ t tabel (0,1724 ≤ 2,042) sehingga dapat disimpulkan pengaruh pembelajaran berbasis e- learnig terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI adalah tidak signifikan.
4. Prasetiwi, H & Lbn Gaol, AYD “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan LKS Dan Yang Melaksanakan Praktikum Pada Sub Materi Pokok Sistem Ekskresi Manusia Kelas XI SMAN 2 Lubuk PakamTahun Ajaran 2014/2015” Hasil penelitian ini diperoleh bahwa nilai rata-rata pretes kelas LKS diperoleh yaitu 62 dan nilai rata-rata pretes kelas Praktikum diperoleh yaitu 48,75. Sedangkan hasil postest menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan LKS pada sub materi pokok sistem ekskresi pada manusia diperoleh nilai rata-rata 82,42 dengan standart deviasi 7,21 dan hasil belajar siswa yang melaksanakan Praktikum diperoleh nilai rata-rata 69,86 dengan standart deviasi 8,49. Dengan demikian hasil belajar siswa yang menggunakan LKS lebih baik daripada yang melaksanakan Praktikum. Uji hipotesis menunjukkan bahwa thitung = 7,26 > ttabel = 1,997. Jadi didapat bahwa thitung > ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak, yang artinya ada
perbedaan yang signifikan antara penggunaan LKS dan pelaksanaan Praktikum pada sub materi pokok sistem ekskresi manusia kelas XI SMAN 2 Lubuk Pakam Tahun Pembelajaran 2014/2015.
5. Penelitian dari Ulfah Hamidatus Shofiah (2020), yang berjudul Penerapan Metode Pembelajaran Daring Dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di MI Miftahul Huda. Pada penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa terdapat berbagai hambatan pelaksanaan program, yaitu tugas yang diberikan melalui pembelajaran daring banyak yang dikerjakan oleh orang tua. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran daring di MI Miftahul Huda Punggur kurang efektif dan menyebabkan siswa menjadi pasif
6. penelitian yang dilakukan oleh Redita Wiguna, dkk, 2020 tentang
“Analisis Proses Pembelajaran Siswa Berbasi Online (Daring) Di Kelas Rendah Pada Masa Pandemi Covid-19”, dengan hasil pelaksanaan pembelajaran daring di Sekolah SDN Brawijaya mengalami beberapa kendala dan belum berjalan secara efektif khususnya di kelas rendah, karena tidak semua peserta didik paham dan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan arahan yang diberikan guru. Persamaan penelitian ini dengan penulis adalah pada variabel yang diamati yaitu pelaksanaan pembelajaran daring di sekolah dasar. Perbedaan penelitian ini dengan penulis adalah pada waktu dan tempat penelitian, dan pada subjek penelitian dimana penelitian tersebut meneliti kelas rendah sedangkan penulis meneliti kelas tinggi.
7. Penelitian dari Anita Ningrum (2020), yang berjudul Analisis Pelaksanaan Pembelajaran Google classroom Era Pandemic Covid-19 Materi Tata Surya Pada Siswa Kelas VII MTS Negeri Salatiga Tahun Pelajaran 2019/2020. Pada penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa dari total 20 siswa minimal 85% yang telah mencapai KKM. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Google
classroom belum berhasil mencapai KKM secara klasikal, pelaksanaan pembelajaran Google classroom materi tata surya sebagai alternatif dalam keadaan darurat ditengah pandemic Covid-19
C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dari penelitian ini yakni upaya untuk mengetahui tingkat belajar siswa menggunakan media LKS dan media praktek terhadap hasil belajar PJOK siswa di SMAN 1 PAMANUKAN.
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis: “Terdapat perbedaan pengaruh metode pembelajaran daring dengan menggunakan media LKS dan media Praktek di SMAN 1 PAMANUKAN”.