UNIVERSITAS UDAYANA
PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU
DALAM PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM DAN SESUDAH
KELAS IBU BALITA DI DESA SUSUT
KABUPATEN BANGLI
TAHUN 2016
NI KETUT YASMINI
NIM : 1420015013
NPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU
DALAM PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM DAN SESUDAH
KELAS IBU BALITA DI DESA SUSUT
KABUPATEN BANGLI
TAHUN 2016
Skripsi ini diajukan sebagai
Salah satu syarat untuk memproleh gelar
SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
NI KETUT YASMINI
142015013
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan sripsi yang berjudul “Perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas Ibu balita di desa susut Kabupaten Bangli Tahun 2016” tepat pada waktunya.
Ucapan terima kasih diberikan atas kerjasamanya dalam menyusun skripsi ini kepada:
1. Bapak dr. I Md. Ady Wirawan, MPH., Phd selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
2. Ibu Desak Nyoman Widyanthini, S.ST, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan. 3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli, Kepala Puskesmas Susut I, bidan
desa Susut, kader di wilayah desa Susut yang telah membatu kelancaran penelitian ini.
4. Alm Ibu dan Bapak , Gandhi, Pelangi dan keluarga yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dosen dan rekan rekan di Program studi Kesehatan Masyarakat yang senantiasa memberikan masukan didalam penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemapuan penulis, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYRAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA KESEHATAN IBU, ANAK DAN KESPRO
SKRIPSI JUNI 2015
Ni Ketut Yasmini
PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM DAN SESUDAH KELAS
IBU BALITA DI DESA SUSUT KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016
ABSTRAK
Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dibimbing oleh fasilitator, dalam hal ini digunakan buku KIA. Kelas ibu balita merupakan upaya promotif yang diselenggarakan secara partisipatif, di Desa Susut Cakupan ASI eksklusif masih rendah dan terdapat 17 orang balita dengan gizi kurang, desa Susut belum menyelenggarakan kelas ibu balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelas ibu balita terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016.
P
enelitian ini merupakan penelitian praeksperimen dengan desain one gruppre and posttest
, dengan uji statistik
Wilcoxon.
Jumlah sampel dalam penelitian inimenggunakan total sampel yaitu sebanyak 17 orang ibu yang memiliki bayi 6-12 bulan di desa Susut Kabupaten Bangli. Data dikumpulkan dengan melakukan kunjungan rumah untuk melakukan pretes dan posttest. Intervensi berupa kelas ibu balita dilakukan sebanyak 1 kali.
Hasil penelitian ini menemukan terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita. Variabel pengetahuan p = 0,01, sikap p = 0,03 dan prilaku p = 0,03.
Kelas ibu balita meningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita dalam memberikan MP-ASI sebelum dan sesudah mengikuti kelas ibu balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016.
PUBLIC HEALTH, UDAYANA UNIVERSITY
CONSENTRATION HEALTH OF MOTHER, CHILD AND REPRODUCTION
Ni Ketut Yasmini
DIFFERENT KNOWLEDGE , ATTITUDE AND BEHAVIOR OF RENDERING WEANING FOOD BEFORE AND AFTER
DISCUSION GROUP OF MOTHER AT DESA SUSUT BANGLI DISTRICT 2016
ABSTRACT
Discusion group of mother is class where mothers who have children aged between 0 to 5 years jointly discuss, brainstorm , exchange of experience will be the fulfillment of health care, nutrition and stimulation of growth and development is guided by a facilitator , in this case the used book KIA . Class mothers are promotive held in a participatory manner , in desa Susut scope of exclusive breastfeeding is still low and there were 17 infants with malnutrition , Desa Susut have not held a class mothers . This study aims to determine the effect of mothers class of the knowledge , attitudes and behaviors of mothers in rendering weaning food in Desa Susut Bangli 2016.
This study is an praeksperimen design with one group pre and posttest with statistic Wilcoxon.There were 17 samples. Data knowledge and attitudes were collected by conducting home visits to conduct the pretest and posttest, data behavior collected by observation. Intervention in the form of class mothers do as much as 1 times .
The results, there are differences between knowledge , attitudes , and behaviors of mothers to give food in addition to breastmilk before and after mothers class. Variable knowledge of p = 0.01, the attitude of p = 0.03 and behavior p = 0 , 03
Discussion group of mother is improvement of knowledge, attitudes and behaviors to mothers in reanering weaning food in Desa Susut Bangli Regency 2016 .
DAFTAR ISI 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ……….
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
5.1Kerangka Konsep ………
5.2Hipotesis Penelitian………. 5.3Variabel Penelitian dan Definisi Operational Variabel…
5.3.1 Variabel Penelitian……… 4.4Pengolahan dan Teknik Analisa Data………..
4.4.1 Pengolahan Data………...
BAB V HASIL PENELITIAN……….. 27
5.1 Gambaran Umum Desa Susut……… 5.2 Karakteristik Responden……… 5.3 Informasi Tentang Kelas Ibu Balita……… 5.4 Pengetahuan ibu……….. 5.4.1 Gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian
5.4.2 Uji normalitas data……… 5.4.3 Perbedaan pengetahuan ibu balita tentang
pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita………..……. 5.4.4 Uji Wilcoxon………. 5.5 Sikap Ibu………. 5.5.1 Gambaran sikap ibu tentang pemberian MP-ASI.. 5.5.2 Uji normalitas data……… 5.5.3 Perbedaan sikap ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita………….. 5.5.4 Uji Wilcoxon……….. 5.6 Perilaku Ibu………. 5.6.1 Gambaran perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI 5.6.2 Uji normalitas data……… 5.6.3 Perbedaan perilaku ibu balita dalam pemberian
MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu
LAMPIRAN Jumlah Balita di Desa Susut……….
20 27 28 Tabel 5.3 Karakteristik Responden………... 29 Tabel 5.4 Informasi Tentang Kelas Ibu Balita……… 30 Tabel 5.5 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI di Desa
Hasil uji statistik Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016……….
Hasil Uji Wilcoxon Perbedaan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016………
32
33 Tabel 5.9 Gambaran Sikap Ibu Tentang Pemberian MP-ASI di Desa Susut
Kabupaten Bangli Tahun 2016………... 34 Tabel
Tabel 5.10 5.11
Uji Normalitas Data……… Hasil uji statistik sikap Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun
2016……….
34
35 Tabel 5.12 Hasil Uji Wilcoxon Perbedaan Sikap Ibu Tentang Pemberian
MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten
Bangli……… 36
Tabel 5.13 Gambaran Hasil Pengamatan Perilaku Ibu Tentang Pemberian
MP-ASI di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016……….. 37
Tabel 5.15 Hasil uji statistik sikap Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun
2016………. 40
Tabel 5.16 Hasil Uji Wilcoxon Perbedaan Perilaku Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Jadwal Rencana Kegiatan………... 51
Lampiran 2. Penjelasan Penelitian………... 52
Lampiran 3. Lembar Persetujuan………. 53
Lampiran 4. Kuisioner………. 54
Lampiran 5. Ethical Clearance……… 60
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
Daftar Singkatan
AKABA : Angka Kematian Balita AKB : Angka Kematian Bayi ASI : Air Susu Ibu
CI : Convident interval
Fe : Ferum
Min : Minimal Max : Maximal
MDG’s : Milleneum Develomment Goals MP-ASI : Makanan Pendamping-Air Susu Ibu KH : Kelahiran Hidup
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes : Kementrian Kesehatan PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini Vit. A : Vitamin A
Vit. C : Vitamin C
RI : Republik Indonesia SD : Standar devisiasi Daftar Lambang
% : Persen
< : kurang dari
> : lebih dari
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)
merupakan salah satu target dalam Millenieum Develomment Goals (MDG’s).
Kelompok ibu hamil, bersalin, bayi pada masa perinatal merupakan kelompok yang
paling rentan terhadap kesehatan oleh karena itu kelompok tersebut menjadi fokus
utama pembangunan kesehatan (Kemenkes, 2009b).
AKB di Indonesia masih tinggi, walaupun mengalami penurunan akan tetapi
masih melambat antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35 menjadi 32 per 1000
KH. Angka ini masih belum mencapai MDG’s tahun 2015. AKB dan AKABA di
setiap provinsi di Indonesia beragam. AKB di provinsi Bali sudah di bawah Renstra
Nasional akan tetapi mengalami peningkatan yang fluktuatif. AKABA Bali kategori
rendah 2010-2014 namun menunjukkan trend yang fluktuatif juga, bahkan tiga tahun
terakhir cenderung meningkat (Dinkes Provinsi Bali, 2014) sedangkan AKB dan
AKABA di Kabupaten Bangli masih diatas nilai AKB dan AKABA Provinsi Bali.
(Dinkes Kabupaten Bangli, 2015).
Salah satu komponen penting penyumbang AKB dan AKABA adalah asupan
gizi pada bayi dan balita. Asupan gizi yang penting untuk bayi adalah pemberian ASI
eklsklusif. Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli tahun 2015
cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Bangli masih di bawah target yaitu sebesar
73,1% target Renstra Provinsi Bali 76%. ASI eksklusif yang terendah di Kabupaten
AKB dan AKABA adalah adanya bayi dan balita yang mengalami gizi buruk atau gizi
kurang. Tahun 2015 terdapat 215 kasus gizi kurang, dan yang terbanyak kasus gizi
kurang terdapat di Puskesmas Susut 1 yaitu sebanyak 35 orang, di desa Susut di bulan
Februari 2016 terdapat 17 orang balita gizi kurang. Diperlukan upaya pemberian gizi
yang seimbang untuk menurunkan kejadian gizi kurang pada balita dimana tujuan
pemberian gizi yang baik adalah tumbuh dan kembang anak yang adekuat
(Coutsoudis&Bentle, 2009). Agar tercapai gizi seimbang anak usia 6-24 bulan, maka
perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), sementara ASI tetap
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Kemenkes RI, 2015). .
Penurunan AKB dan AKABA di Indonesia, pemerintah perlu menggencarkan
upaya promotif dan preventif. Upaya promotif dan preventif dilakukan agar adanya
perubahan peningkatan pengetahuan, sikap, ketrampilan ibu beserta keluarga dalam
memberikan asuhan kepada bayi dan balita. Upaya promotif sangat erat kaitannya
dengan fungsi pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas. Program pemerintah
yang dilaksanakan oleh puskesmas untuk menjalakan fungsi tersebut adalah program
kelas ibu balita.
Kelas ibu balita merupakan kelas dimana para ibu yang mempunyai anak
berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar
pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan dibimbing oleh fasilitato. Salah satu tujuan khusus pelaksaan kelas
ibu balita yaitu meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-ASI dan gizi
seimbang kepada balita (Kemenkes RI, 2009b). Di Kabupaten Bangli tahun 2015 baru
satu sebagai tempat uji coba pelaksanaan kelas ibu balita yaitu Desa Katung
Hasil penelitian Utama (2011) menyatakan bahwa Pengetahuan ibu tentang
gizi berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI
pada balita 6-24 bulan. Sikap ibu tentang gizi berhubungan terhadap perilaku ibu
dalam pemberian makanan pendamping ASI pada balita 6-24 bulan. Pengetahuan ibu
tentang gizi dan sikap ibu tentang gizi secara bersama-sama berhubungan dengan
perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada balita 6-24 bulan. Oleh
sebab itu program kelas ibu balita penting untuk dilakukan secara berkesinambungan
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu untuk dilakukan penelitian mengenai
perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum
dan sesudah kelas ibu balita.
1.2 Rumusan Masalah
Kelas ibu balita merupakan upaya promotif yang diselenggarakan pemerintah
untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan buku
KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal. Kelas ibu balita
dikatakan sebagai salah satu upaya untuk menekan morbiditas dan mortalitas bayi dan
balita melalui peningkatan pemanfaatan buku KIA sehingga meningkatkan
pemahaman ibu terhadap kesehatan anak. Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Susut
1 masih dibawah target yaitu sebesar 55,81% dan jumlah balita gizi kurang di Desa
Susut sebanyak 17 orang dan Desa Susut belum melaksanakan kelas ibu balita.
Berdasarkan masalah tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita dalam pemberian MP-ASI sebelum dan
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah perbedaan pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI
sebelum dan sesudah intervensi kelas ibu balita?
2. Bagaimanakah perbedaan sikap ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum dan
sesudah intervensi kelas ibu balita?
3. Bagaimanakah perbedaan perilaku ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum
dan sesudah intervensi kelas ibu balita?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum
Diketahuinya perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian
MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita di Desa Susut Kabupaten Bangli tahun
2016.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu balita tentang MP-ASI sebelum dan
sesudah kelas ibu balita.
2. Untuk mengetahui perbedaan sikap ibu balita tentang MP-ASI sebelum dan sesudah
kelas ibu balita.
3. Untuk mengetahui perbedaan perilaku ibu balita tentang MP-ASI sebelum dan
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat praktis
1. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi petugas kesehatan
yang pemegang program kelas ibu balita tentang kelas ibu balita terhadap peningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI. Hasil penelitian ini
juga dapat dijadikan perencanaan program kelas ibu balita selanjutnya
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat khususnya ibu yang memiliki balita mengenai manfaat dan petingnya
mengikuti kelas ibu balita dan pemberian MP-ASI.
1.5.2 Manfaat teoritis
Menambah wawasan tentang kelas ibu balita terhadap peningkatan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI. Selain itu hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan dalam topik yang
sama terkait dengan kelas ibu balita dengan meneliti variabel-variabel lain yang belum
diteliti.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang kesehatan ibu dan anak,
meliputi perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberiam MP-ASI
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelas Ibu Balita
Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia
antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar
pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan dibimbing oleh fasilitator, dalam hal ini digunakan buku KIA
(Kemenkes RI, 2009b).
Kelas ibu balita diselenggarakan secara partisipatif, artinya para ibu tidak
diposisikan hanya menerima informasi karena pasif cenderung tidak efektif dalam
perubahan perilaku. Oleh sebab itu kelas ibu balita dirancang dengan metode belajar
partisipatoris dimana para ibu tidak dipandang sebagai murid, melainkan sebagai
warga belajar. Dalam prakteknya para ibu didorong untuk belajar dari pengalaman
sesama, sementara fasilitator berperan sebagai pengarah kepada pengetahuan yang
benar. Fasilitator bukanlah guru atau dosen yang mengajari, namun dalam lingkup
terbatas ia dapat menjadi sumber belajar (Kemenkes RI, 2009a).
Tujuan secara umum pelaksanaan kelas ibu balita yaitu meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan buku KIA dalam
mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal. Selain tujuan umum adapula
tujuan khusus dilaksanakannya kelas ibu balita yaitu :
1. Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara Eksklusif.
3. Meningkatkan keterampilan ibu dalam memperian MP-ASI dan Gizi seimbang
kepada balita.
4. Meningkatkan kemampuan ibu memantau petumbuhan dan pelaksanaan stimulasi
perkembangan balita.
5. Meningkatkan pengetahuan ibu cara perawatan gigi balita dan mencuci tangan
yang benar.
6. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara pencegahan dan
perawatan Balita.
Peserta kelas ibu balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang mempunyai anak
usia antara 0-5 tahun dengan pengelompokkan 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-5 tahun.
Peserta kelompok belajar terbatas, paling banyak 15 orang, sedangkan yang menjadi
fasilitator dan narasumber dari kelas ibu balita adalah bidan/perawat/tenaga
kesehatan lainnya yang telah mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu balita atau
melalui on the job training. Dalam pelaksanaan kelas ibu balita fasilitator bisa
meminta bantuan narasumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu.
Narasumber adalah tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian bidang tertentu,
misalnya dibidang gizi, gigi, PAUD (Pendidik Anak Usia Dini), penyakit menular,
dan sebagainya.
Tempat kegiatan adalah tempat yang disediakan oleh pemerintah setempat
(camat/desa/lurah). Tempat belajar sebaiknya tidak terlalu jauh dari rumah warga
belajar. Sarana belajar mencakup kursi, tikar, karpet, alat peraga dan alat-alat
praktek/demo. Jika peralatan membutuhkan listrik perlu diperhatikan apakah tempat
belajar mempunyai aliran listrik.
Topik-topik yang dibahas dalam setiap pertemuan disesuaikan dengan
yang menekankan pada partisipasi warga belajar dan penggunaan pengalaman sebagai
sumber belajar. Untuk sesi yang membutuhkan praktek, fasilitator menyiapkan materi
kebutuhan praktek. Waktu yang ideal untuk setiap sesi adalah 45 sampai 60 menit.
2.2 MP-ASI
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan dan minuman
yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna
memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI merupakan makanan padat atau
cair yang diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan pencernaan
bayi/anak (Kemenkes RI, 2015).
Makanan pelengkap tidak menggantikan ASI, tetapi memberikan nutrient
tambahan. ASI harus menjadi makanan pertama yang diberikan kepada bayi dan
makanan padat baru diberikan setelah selesai memberikan ASI sebelum makanan lain
(Coutsoudis&Bentley, 2009).
Menurut Kemenkes RI (2009b) agar pertumbuhan bayi sesuai dengan umur.
WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal yang penting yang harus dilakukan
yaitu pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera setelah lahir, kedua
memberikan ASI saja (ASI Ekslusif) sejak lahir bayi sampai 6 bulan, ketiga
memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak usia 6 bulan sampai 24 bulan,
keempat meneruskan memberikan ASI sampai usia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi
tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan
pangan yang murah dan mudah diperoleh didaerah setempat (indigenous food).
Pada usia 6-12 bulan, ASI hanya menyediakan setengah atau lebih kebutuhan
gizi bayi, dan bayi usia 12-24 bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan gizinya
mengandung zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang tidak
dipenuhi oleh ASI saja. Pada usia 6-24 bulan, kebutuhan berbagai zat gizi semakin
meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada tahap ini anak
berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap
infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus
terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi. Agar
mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan MP-ASI, sementara ASI tetap
diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Kemenkes RI,2015).
Waktu pemberian MP-ASI kepada bayi adalah setelah bayi berumur 6 bulan,
karena setelah umur 6 bulan pencernaan bayi belum kuat untuk mencerna makanan
selain ASI. Kalau dipaksakan memberikan makanan tambahan akan menggangu
pencernaan. Usia bayi 0-6 bulan pencernaan bayi cocok untuk mengkonsumsi ASI
saja. Untuk itu perlu diberikan asupan gizi seimbang kepada ibu agar air susu keluar
dengan lancar. (Kemenkes RI, 2009)
MP-ASI mulai diberikan saat bayi mulai berumur 6 bulan. Tanda – tanda bayi sudah siap menerima MP-ASI yaitu jika bayi didudukkan kepalanya sudah tegak, bayi
mulai meraih makanan dan memasukkannya ke dalam mulut, jika diberikan makanan
lumat bayi tidak mengeluarkan makanan dengan lidahnya. (Kemenkes RI, 2015).
Menurut King and Burgess (2015) tanda bahwa bayi sudah siap untuk
mendapat MP-ASI yaitu :
1. Bayi sudah bisa duduk dan mengambil makanan yang sedang dimakan oleh
ibunya.
2. Suka memasukkan benda kedalam mulut kemudian memakannya
3. Interes terhadap makanan baru dan mau mencoba makanan yang baru
5. Sudah memiliki satu atau dua gigi serta suka menghisap makanan yang keras.
6. Masih terlihat lampar seteleh di beri ASI yang cukup (hal ini berbeda dengan bayi
yang berumur dibawah 4 bulan yang sering menangis seperti minta ASI hal itu
karena masih dipengaruhi oleh repleks isap),
Menurut Kemenkes RI (2015), bayi yang diberikan MP-ASI terlalu cepat dan
lambat akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Pemberian MP-ASI
yang terlalu dini awal/dini pada usia kurang dari 6 bulan akan mengakibatakan :
1. Menggantikan asupan ASI, membuat sulit memenuhi kebutuhan zat gizinya.
2. Makanan mengandung zat gizi rendah bila berbentuk cair, seperti sup dan bubur
encer.
3. Meningkatkan resiko kesakitan : kurangnya faktor perlindungan, MP-ASI tidak
sebersih ASI, tidak mudah dicerna seperti ASI, meningkatkan resiko alergi,
4. Meningkatkan resiko kehamilan ibu bila frekuensi pemberian ASI berkurang.
Memberian ASI yang terlambat pada usia lebih dari 6 bulan akan
mengakibatkan: kebutuhan gizi anak yang tidak dapat terpenuhi, pertumbuhan dan
perkembangannya lebih lambat, resiko kekurangan gizi seperti anemia karena
kekurangan zat besi.
Makanan pendamping ASI terdiri dari dua jenis, pertama MP-ASI yang siap
saji atau produksi pabrik dan yang kedua MP-ASI yang dibuat sendiri. MP-ASI yang
dibuat pabrik harganya lebih mahal, karena biaya kemasan cukup mahal, sedangkan
MP-ASI yang dibuat sendiri akan lebih murah bila sebagian bahannya ditanam sendiri
di pekarangan atau kebun (Kemenkes RI, 2009).
MP-ASI disiapkan keluarga dengan memperhatikan keanekaragaman pangan.
Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi makro dari MP-ASI keluarga agar tidak terjadi
MP-ASI dikelompokkan menjadi dua yaitu : MP-ASI lengkap yang terdiri dari bahan
makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah, MP-ASI sederhana yang
terdiri dari makanan pokok, lauk hewani atau nabati dengan sayur dan buah. MP-ASI
yang baik apabila ;
1. Padat energi, protein dan zat mikro (antara lain Fe, Zinc, Kalsium, Vit.A, Vit.C,
dan folat) yang tidak dapat dipenuhi dengan ASI saja untuk mulai 6 bulan.
2. Tidak berbumbu tajam.
3. Tidak menggunaka gula, garam tambahan penyedap rasa, pewarna dan pengawet.
4. Mudah ditelan dan disukai anak.
5. Diupayakan menggunakan bahan pangan lokal dengan harga terjangkau.
Pola pemberian ASI dan MP-ASI yaitu bayi umur 0-6 bulan diberikan ASI saja,
umur 6-9 bulan diberikan makanan lumat, umur 9-12 bulan diberikan makanan lembik,
dan bayi umur 12-24 bulan diberikan makanan keluarga (Kemenkes RI, 2015).
Menurut Coutsoudis and Bentley (2009) makanan padat harus dikenalkan dengan
berlahan-lahan untuk memastikan tidak adanya reaksi yang merugikan dari memakan
makanan tersebut yaitu :
1. Jumlah yang diberikan pada awalnya harus sedikit dan kemudian secara
berangsur-angsur jumlahnya ditingkatkan yaitu : pada awalnya diberikan 1-2
sendok teh setiap kali makan dan kemudian jumlah makanan padat ini
ditingkatkan hingga sekitar 1 mangkok kecil perhari ketika bayi mencapai usia 8
bulan, pada usia 6-8 bulan, anak harus mendapatkan makanan padat dua atau tiga
kali sehari, pada usia 9-11 bulan, anak harus mendapatkan makanan padat tiga
atau empat kali sehari, pada usia 12-24 bulan, anak harus mendapatkan makanan
2. Tekstur makanan harus ditingkatkan melalui penyesuain jenis makanan dengan
kebutuhan dan kemampuan bayi : pada mulanya makanan harus dilumatkan
menjadi bubur saring yang halus, dan sebaiknya bubur tersebut diencerkan dengan
ASI hasil pemerahan, pada usia antara 7-9 bulan, makanan masih harus
dilumatkan, tetapi dengan penambahan tekstur yang lebih padat secara bertahap,
makanan camilan yang dapat dipegang oleh anak, harus sudah mulai diberikan
pada usia sekitar 8 bulan, sesudah usia 10 bulan, makanan dapat dipotong
kecil-kecil tetapi tidak usah dilumatkan, menjelang usia 12 bulan, anak harus sudah
dapat memakan makanan keluarga.
3. Jenis makanan padat nutrient yang harus disediakan yaitu : sayur dan buah
khsusnya yang kaya akan vitamin A, harus diberikan setiap hari, protein hewani
harus di konsumsi sesering mungkin, kecuali jika tidak dapat diterima (misalnya
pada keluarga vegetarian), jika daging, unggus tidak tersedia, makanan sumber
protein yang harganya lebih murah seperti telur dan kacang-kacangan harus
diberikan, makanan yang kaya akan vitamin C harus dikombinasikan dengan
kacang-kacangan untuk memperbaiki absorpsi zat besi nonheme, pati dapat
dilunakkan dengan ASI hasil perlahan untuk meningkatkan densitas energy.
Cara yang baik untuk menyiapkan makanan tambahan yang dibuat dirumah
yaitu makanan tersebut memerlukan : kaya akan energy dan nutrisi, bersih dan aman,
lembut dan mudah untuk dimakan, keluarga mudah memprolehnya, mudah untuk
disiapkan. Makan yang kaya akan energy dan nutrisi sering harganya mahal dan susah
untuk keluarga mendapatkannya. Menyiapkan makanan yang lembut dan mudah
untuk bayi membutuhkan peralatan yang khusus. Anak yang beresiko kekurangan gizi
adalah keluarga miskin, dimana mereka tidak bisa membeli makanan yang mahal.
Mereka mungkin sangat sibuk dan memiliki sedikit waktu menyiapkan beberapa
makanan khusus setiap hari. Coba untuk menemukan bagaimana keluarga mudah
untuk menyiapkan makanan pendamping yang berasal dari bahan pangan lokal dengan
harga yang murah (King and Burgess, 2015).
2.3Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sehingga pengetahuan atau koknitif
merupakan dominan yang penting untuk membentuk tindakan sesorang (overt
behavior). Selain itu pengetahuan seseorang memiliki tingkatan yang berbeda-beda
dan secara umum dapat dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan yaitu (Notoatmojo,
2010) :
1. Tahu (Know) yaitu mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2. Memahami (Comprehension) merupakan suatu kemampuan seseorang untuk
menjelaskan dengan benar mengenai objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan suatu materi secara tepat.
3. Aplikasi (Aplication) hal ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sesungguhnya
(real).
4. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyebarluaskan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, namun masih dalam
struktur organisasi tersebut dan masih berkaitan satu sama lainnya.
5. Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati pada tahun 2010 tentang hubungan antara
pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP-ASI dengan status Gizi bayi usia
6-12 bulan mendapatkan hasil terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan ibu
tentang MP-ASI dengan status gizi bayi denga p=0,00, terdapat hubungan yang positif
antara praktek pemberian MP-ASI dengan status gizi balita dengan p=0,00, terdapat
hubungan yang positif antara pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP-ASI
dengan status gizi bayi pada hasil uji f dengan nilai p=0,000.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbar, dkk (2012) mendapatkan
hasil dengan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan dan sikap Ibu Balita sebelum dan sesudah dilakukan intervensi health
education melalui media visual menunjukkan hasil dengan nilai signifikansi p=0,00
untuk pengetahuan dan p=0,00 untuk sikap dengan derajat kemaknaan yang digunakan
adalah α≤0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh health
education melalui media visual terhadap pengetahuan dan sikap Ibu Balita di
Posyandu Mawar II Kelurahan Bulak Kenjeran Surabaya. Dengan melihat hasil dari
penelitian tersebut maka penting bagi Ibu Balita untuk meningkatkan pengetahuan dan
sikap tentang gizi balita agar berkurangnya angka kejadian gizi buruk.
Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati, dkk (2011) tentang pengaruh
penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang status gizi balita
di posyandu wilayah kerja Puskesmas Antang Perumnas Makasar mendapatkan hasil
data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji “t”. dengan tingkat kemaknaan signifikan α<0.05 dengan p<α maka hipotesis diterima. Dari hasil penelitian
didapatkan p=0,00 sehingga ada pengaruh penyuluhan kesehatan dengan pengetahuan
ibu tentang status gizi balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Antang Perumnas
Menurut Notoatmojo (2003) jarak waktu yang ideal untuk melakukan tes yang
pertama dengan tes yang kedua adalah 15 hari sampai 20 hari karena jika waktu terlalu
pendek kemungkinan responden masih ingat dengan pertanyaan dan jika terlalu jauh
memungkinkan perubahan variabel yang diukur dari responden.
2.4Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu yang telah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang saling berkaitan
(setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya) (Notoatmojo, 2010). Fungsi sikap
belum menggambarkan suatu perbuatan (reaksi terbuka) atau tindakan akan tetapi
merupakan predisposisi perilaku yang menunjukkan reaksi tertutup. Sikap berbeda
dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Karena
seringkali seseorang cenderung menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan
sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diprolehnya tambahan informasi
mengenai objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosial
(Sarwono, 2007).
Penelitian yang dilakukan Padang (2007) yang bertujuan untuk menganalisa
faktor-faktor yang mepengaruhi ibu memberikan MP-ASI pada usia 6-24 bulan di
Kecamatan Padan Tapanuli hasil penelitian menunjukkan variabel predisposisi yang
mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemberian MP-ASI adalah sikap (p=0,48),
variabel pendukung yang memiliki pengaruh adalah keterpaparan media (p=0,038),
variabel pendorong yang mempunyai pengaruh terhadap pemberian MP-ASI adalah
dukungan keluarga (p=0,019) dan kebiasaan memberikan MP-ASI di masyarakat
Hasil penelitian Emilia (2008) tentang pengaruh penyuluhan ASI eksklusif
terhadap peningkatan pengetahun dan sikap ibu hamil di Mukim Lau-re Kecamatan
Simeule Tengah Kabupaten Simeule tahun 2008 menyatakan sebelum penyuluhan
88,5% ibu hamil memiliki pengetahuan sedang tentang ASI eksklusif dan 11, 5%
berada di katagori baik, setelah penyuluhan pengetahuna ibu hamil menjadi baik
100%. Sikap ibu hamil sebelum penyuluhan adalah berada pada katagori sedang
sebanyak 76,9%, 15,4% berada pada katogori baik dan 7,7% katagori kurang setelah
mendapatkan penyuluhan sikap sampel menjadi 92,3% berada pada baik dan 7,7%
berada katagori sedang. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penyuluhan sebagai
upaya promosi kesehatan memberikan pengaruh dalam peningkatan pengetahuan dan
sikap ibu hamil terhadap pemberian ASI eksklusif .
2.5Perilaku
Perilaku kesehatan adalah sebuah bentuk perilaku yang menunjukkan adanya
kaitan antara sehat atau sakit. Perilaku kesehatan menurutut Skiner adalah respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan
(Notoatmojo, 2007).
Penelitian yang dilakukan Pratiwi (2009) yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara pengetahuan ibu dan pemberian MP-ASI pada bayi umur 6-24 bulan
Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI mendapatkan hasil tergolong dalam kategori baik
yaitu sebanyak 52 responden (92%). Hasil analisis pengaruh tingkat pengetahuan
dengan perilaku ibu tentang MP-ASI diperoleh nilai Rho 0,486 dan nilai signifikansi
p=0,000 yang berarti nilainya p<0,05 dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang MP-ASI Pada Balita Usia 6-24
Bulan di dusun Tlangu Desa Bulan Kec.Wonosari Klaten.
Penelitian Candra dan Suharto (2011) tentang hubungan antara pengetahuan dan
sikap ibu terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada balita 6-24 bulan di
Puskesmas Mayaran Semarang mendapatkan hasil terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan gizi terhadap pemberian makanan pendamping ASI diperoleh dari
nilai r hitung = 0,578, hubungan antara sikap ibu terhadap pemberian MP-ASI
diperoleh r hitung = 0, 612, hubungan antara pengetahuan ibu dan sikap ibu terhadap
perilaku pemberian MP-ASI diperoleh r hitung=0,071, sehingga diperoleh simpulan
sikap ibu terhadap gizi berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI,
pengetahuan ibu dan sikap ibu terhadap MP-ASI secara bersama–sama mempengaruhi
perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada balita umur 6-24 bulan.
Penelitian Kartikawati,dkk (2014) tentang pengaruh kelas ibu balita terhadap
peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita di
wilayah kerja Puskesmas Sukarasa kota Bandung menunjukkan hasil adanya
peningkatan pengetahuan untuk kelompok intervensi 9,8%, dan kontrol menurun
6,1%.). Perbedaan peningkatan keterampilan antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol bermakna (p= 0,001) dengan peningkatan 13,4% pada kelompok
intervensi dan 2,5% pada kelompok kontrol. Sikap pada kedua kelompok meningkat
tapi peningkatan lebih tinggi pada kelompok kontrol rata-rata peningkatannya 12,2%,
tetapi perbedaan peningkatan ini tidak bermakna (p=0,446). Terdapat pengaruh
pelaksanaan kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan ibu balita dalam merawat balita(p=0,001). Simpulan, peningkatan
pengetahuan dan keterampilan pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan
peningkatannya, pelaksanaan kelas ibu balita terbukti berpengaruh meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita.
Hasil peneitian Taufiqurrahman dan Masthalina (2010) mengenai pengaruh
kelas gizi terhadap pengetahuan, sikap, tindakan, pola asuh ibu dan berat badan balita
di dalam penanganan masalah gizi kurang mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh
kelas gizi terhadap peningkatan pengetahuan responden. Ada pengaruh kelas gizi
terhadap peningkatan sikap responden. Tidak ada pengaruh kelas gizi terhadap
peningkatan tindakan responden. Ada pengaruh kelas gizi terhadap pola asuh