• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM DAN SESUDAH KELAS IBU BALITA DI DESA SUSUT KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM DAN SESUDAH KELAS IBU BALITA DI DESA SUSUT KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS UDAYANA

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU

DALAM PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM DAN SESUDAH

KELAS IBU BALITA DI DESA SUSUT

KABUPATEN BANGLI

TAHUN 2016

NI KETUT YASMINI

NIM : 1420015013

N

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

UNIVERSITAS UDAYANA

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU

DALAM PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM DAN SESUDAH

KELAS IBU BALITA DI DESA SUSUT

KABUPATEN BANGLI

TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memproleh gelar

SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

NI KETUT YASMINI

142015013

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan sripsi yang berjudul “Perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas Ibu balita di desa susut Kabupaten Bangli Tahun 2016” tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih diberikan atas kerjasamanya dalam menyusun skripsi ini kepada:

1. Bapak dr. I Md. Ady Wirawan, MPH., Phd selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

2. Ibu Desak Nyoman Widyanthini, S.ST, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dalam memberikan masukan dan bimbingan. 3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli, Kepala Puskesmas Susut I, bidan

desa Susut, kader di wilayah desa Susut yang telah membatu kelancaran penelitian ini.

4. Alm Ibu dan Bapak , Gandhi, Pelangi dan keluarga yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dosen dan rekan rekan di Program studi Kesehatan Masyarakat yang senantiasa memberikan masukan didalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemapuan penulis, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

(6)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYRAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA KESEHATAN IBU, ANAK DAN KESPRO

SKRIPSI JUNI 2015

Ni Ketut Yasmini

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SEBELUM DAN SESUDAH KELAS

IBU BALITA DI DESA SUSUT KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016

ABSTRAK

Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan dibimbing oleh fasilitator, dalam hal ini digunakan buku KIA. Kelas ibu balita merupakan upaya promotif yang diselenggarakan secara partisipatif, di Desa Susut Cakupan ASI eksklusif masih rendah dan terdapat 17 orang balita dengan gizi kurang, desa Susut belum menyelenggarakan kelas ibu balita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kelas ibu balita terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016.

P

enelitian ini merupakan penelitian praeksperimen dengan desain one grup

pre and posttest

, dengan uji statistik

Wilcoxon

.

Jumlah sampel dalam penelitian ini

menggunakan total sampel yaitu sebanyak 17 orang ibu yang memiliki bayi 6-12 bulan di desa Susut Kabupaten Bangli. Data dikumpulkan dengan melakukan kunjungan rumah untuk melakukan pretes dan posttest. Intervensi berupa kelas ibu balita dilakukan sebanyak 1 kali.

Hasil penelitian ini menemukan terdapat perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita. Variabel pengetahuan p = 0,01, sikap p = 0,03 dan prilaku p = 0,03.

Kelas ibu balita meningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita dalam memberikan MP-ASI sebelum dan sesudah mengikuti kelas ibu balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016.

(7)

PUBLIC HEALTH, UDAYANA UNIVERSITY

CONSENTRATION HEALTH OF MOTHER, CHILD AND REPRODUCTION

Ni Ketut Yasmini

DIFFERENT KNOWLEDGE , ATTITUDE AND BEHAVIOR OF RENDERING WEANING FOOD BEFORE AND AFTER

DISCUSION GROUP OF MOTHER AT DESA SUSUT BANGLI DISTRICT 2016

ABSTRACT

Discusion group of mother is class where mothers who have children aged between 0 to 5 years jointly discuss, brainstorm , exchange of experience will be the fulfillment of health care, nutrition and stimulation of growth and development is guided by a facilitator , in this case the used book KIA . Class mothers are promotive held in a participatory manner , in desa Susut scope of exclusive breastfeeding is still low and there were 17 infants with malnutrition , Desa Susut have not held a class mothers . This study aims to determine the effect of mothers class of the knowledge , attitudes and behaviors of mothers in rendering weaning food in Desa Susut Bangli 2016.

This study is an praeksperimen design with one group pre and posttest with statistic Wilcoxon.There were 17 samples. Data knowledge and attitudes were collected by conducting home visits to conduct the pretest and posttest, data behavior collected by observation. Intervention in the form of class mothers do as much as 1 times .

The results, there are differences between knowledge , attitudes , and behaviors of mothers to give food in addition to breastmilk before and after mothers class. Variable knowledge of p = 0.01, the attitude of p = 0.03 and behavior p = 0 , 03

Discussion group of mother is improvement of knowledge, attitudes and behaviors to mothers in reanering weaning food in Desa Susut Bangli Regency 2016 .

(8)

DAFTAR ISI 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ……….

(9)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

5.1Kerangka Konsep ………

5.2Hipotesis Penelitian………. 5.3Variabel Penelitian dan Definisi Operational Variabel…

5.3.1 Variabel Penelitian……… 4.4Pengolahan dan Teknik Analisa Data………..

4.4.1 Pengolahan Data………...

BAB V HASIL PENELITIAN……….. 27

5.1 Gambaran Umum Desa Susut……… 5.2 Karakteristik Responden……… 5.3 Informasi Tentang Kelas Ibu Balita……… 5.4 Pengetahuan ibu……….. 5.4.1 Gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian

(10)

5.4.2 Uji normalitas data……… 5.4.3 Perbedaan pengetahuan ibu balita tentang

pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita………..……. 5.4.4 Uji Wilcoxon………. 5.5 Sikap Ibu………. 5.5.1 Gambaran sikap ibu tentang pemberian MP-ASI.. 5.5.2 Uji normalitas data……… 5.5.3 Perbedaan sikap ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita………….. 5.5.4 Uji Wilcoxon……….. 5.6 Perilaku Ibu………. 5.6.1 Gambaran perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI 5.6.2 Uji normalitas data……… 5.6.3 Perbedaan perilaku ibu balita dalam pemberian

MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu

(11)

LAMPIRAN Jumlah Balita di Desa Susut……….

20 27 28 Tabel 5.3 Karakteristik Responden………... 29 Tabel 5.4 Informasi Tentang Kelas Ibu Balita……… 30 Tabel 5.5 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI di Desa

Hasil uji statistik Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016……….

Hasil Uji Wilcoxon Perbedaan Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016………

32

33 Tabel 5.9 Gambaran Sikap Ibu Tentang Pemberian MP-ASI di Desa Susut

Kabupaten Bangli Tahun 2016………... 34 Tabel

Tabel 5.10 5.11

Uji Normalitas Data……… Hasil uji statistik sikap Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun

2016……….

34

35 Tabel 5.12 Hasil Uji Wilcoxon Perbedaan Sikap Ibu Tentang Pemberian

MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten

Bangli……… 36

Tabel 5.13 Gambaran Hasil Pengamatan Perilaku Ibu Tentang Pemberian

MP-ASI di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun 2016……….. 37

(12)

Tabel 5.15 Hasil uji statistik sikap Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten Bangli Tahun

2016………. 40

Tabel 5.16 Hasil Uji Wilcoxon Perbedaan Perilaku Ibu Tentang Pemberian MP-ASI Sebelum dan Sesudah Kelas Ibu Balita di Desa Susut Kabupaten

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jadwal Rencana Kegiatan………... 51

Lampiran 2. Penjelasan Penelitian………... 52

Lampiran 3. Lembar Persetujuan………. 53

Lampiran 4. Kuisioner………. 54

Lampiran 5. Ethical Clearance……… 60

(15)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Daftar Singkatan

AKABA : Angka Kematian Balita AKB : Angka Kematian Bayi ASI : Air Susu Ibu

CI : Convident interval

Fe : Ferum

Min : Minimal Max : Maximal

MDG’s : Milleneum Develomment Goals MP-ASI : Makanan Pendamping-Air Susu Ibu KH : Kelahiran Hidup

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes : Kementrian Kesehatan PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini Vit. A : Vitamin A

Vit. C : Vitamin C

RI : Republik Indonesia SD : Standar devisiasi Daftar Lambang

% : Persen

< : kurang dari

> : lebih dari

(16)
(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA)

merupakan salah satu target dalam Millenieum Develomment Goals (MDG’s).

Kelompok ibu hamil, bersalin, bayi pada masa perinatal merupakan kelompok yang

paling rentan terhadap kesehatan oleh karena itu kelompok tersebut menjadi fokus

utama pembangunan kesehatan (Kemenkes, 2009b).

AKB di Indonesia masih tinggi, walaupun mengalami penurunan akan tetapi

masih melambat antara tahun 2003 sampai 2012 yaitu dari 35 menjadi 32 per 1000

KH. Angka ini masih belum mencapai MDG’s tahun 2015. AKB dan AKABA di

setiap provinsi di Indonesia beragam. AKB di provinsi Bali sudah di bawah Renstra

Nasional akan tetapi mengalami peningkatan yang fluktuatif. AKABA Bali kategori

rendah 2010-2014 namun menunjukkan trend yang fluktuatif juga, bahkan tiga tahun

terakhir cenderung meningkat (Dinkes Provinsi Bali, 2014) sedangkan AKB dan

AKABA di Kabupaten Bangli masih diatas nilai AKB dan AKABA Provinsi Bali.

(Dinkes Kabupaten Bangli, 2015).

Salah satu komponen penting penyumbang AKB dan AKABA adalah asupan

gizi pada bayi dan balita. Asupan gizi yang penting untuk bayi adalah pemberian ASI

eklsklusif. Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli tahun 2015

cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Bangli masih di bawah target yaitu sebesar

73,1% target Renstra Provinsi Bali 76%. ASI eksklusif yang terendah di Kabupaten

(18)

AKB dan AKABA adalah adanya bayi dan balita yang mengalami gizi buruk atau gizi

kurang. Tahun 2015 terdapat 215 kasus gizi kurang, dan yang terbanyak kasus gizi

kurang terdapat di Puskesmas Susut 1 yaitu sebanyak 35 orang, di desa Susut di bulan

Februari 2016 terdapat 17 orang balita gizi kurang. Diperlukan upaya pemberian gizi

yang seimbang untuk menurunkan kejadian gizi kurang pada balita dimana tujuan

pemberian gizi yang baik adalah tumbuh dan kembang anak yang adekuat

(Coutsoudis&Bentle, 2009). Agar tercapai gizi seimbang anak usia 6-24 bulan, maka

perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), sementara ASI tetap

diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Kemenkes RI, 2015). .

Penurunan AKB dan AKABA di Indonesia, pemerintah perlu menggencarkan

upaya promotif dan preventif. Upaya promotif dan preventif dilakukan agar adanya

perubahan peningkatan pengetahuan, sikap, ketrampilan ibu beserta keluarga dalam

memberikan asuhan kepada bayi dan balita. Upaya promotif sangat erat kaitannya

dengan fungsi pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas. Program pemerintah

yang dilaksanakan oleh puskesmas untuk menjalakan fungsi tersebut adalah program

kelas ibu balita.

Kelas ibu balita merupakan kelas dimana para ibu yang mempunyai anak

berusia antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar

pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan

dan perkembangan dibimbing oleh fasilitato. Salah satu tujuan khusus pelaksaan kelas

ibu balita yaitu meningkatkan keterampilan ibu dalam pemberian MP-ASI dan gizi

seimbang kepada balita (Kemenkes RI, 2009b). Di Kabupaten Bangli tahun 2015 baru

satu sebagai tempat uji coba pelaksanaan kelas ibu balita yaitu Desa Katung

(19)

Hasil penelitian Utama (2011) menyatakan bahwa Pengetahuan ibu tentang

gizi berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI

pada balita 6-24 bulan. Sikap ibu tentang gizi berhubungan terhadap perilaku ibu

dalam pemberian makanan pendamping ASI pada balita 6-24 bulan. Pengetahuan ibu

tentang gizi dan sikap ibu tentang gizi secara bersama-sama berhubungan dengan

perilaku ibu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada balita 6-24 bulan. Oleh

sebab itu program kelas ibu balita penting untuk dilakukan secara berkesinambungan

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu untuk dilakukan penelitian mengenai

perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI sebelum

dan sesudah kelas ibu balita.

1.2 Rumusan Masalah

Kelas ibu balita merupakan upaya promotif yang diselenggarakan pemerintah

untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan buku

KIA dalam mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal. Kelas ibu balita

dikatakan sebagai salah satu upaya untuk menekan morbiditas dan mortalitas bayi dan

balita melalui peningkatan pemanfaatan buku KIA sehingga meningkatkan

pemahaman ibu terhadap kesehatan anak. Cakupan ASI eksklusif di Puskesmas Susut

1 masih dibawah target yaitu sebesar 55,81% dan jumlah balita gizi kurang di Desa

Susut sebanyak 17 orang dan Desa Susut belum melaksanakan kelas ibu balita.

Berdasarkan masalah tersebut perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan

pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita dalam pemberian MP-ASI sebelum dan

(20)

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah perbedaan pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI

sebelum dan sesudah intervensi kelas ibu balita?

2. Bagaimanakah perbedaan sikap ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum dan

sesudah intervensi kelas ibu balita?

3. Bagaimanakah perbedaan perilaku ibu tentang pemberian MP-ASI sebelum

dan sesudah intervensi kelas ibu balita?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan umum

Diketahuinya perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian

MP-ASI sebelum dan sesudah kelas ibu balita di Desa Susut Kabupaten Bangli tahun

2016.

1.4.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui perbedaan pengetahuan ibu balita tentang MP-ASI sebelum dan

sesudah kelas ibu balita.

2. Untuk mengetahui perbedaan sikap ibu balita tentang MP-ASI sebelum dan sesudah

kelas ibu balita.

3. Untuk mengetahui perbedaan perilaku ibu balita tentang MP-ASI sebelum dan

(21)

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat praktis

1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi petugas kesehatan

yang pemegang program kelas ibu balita tentang kelas ibu balita terhadap peningkatan

pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI. Hasil penelitian ini

juga dapat dijadikan perencanaan program kelas ibu balita selanjutnya

2. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

masyarakat khususnya ibu yang memiliki balita mengenai manfaat dan petingnya

mengikuti kelas ibu balita dan pemberian MP-ASI.

1.5.2 Manfaat teoritis

Menambah wawasan tentang kelas ibu balita terhadap peningkatan

pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI. Selain itu hasil

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan dalam topik yang

sama terkait dengan kelas ibu balita dengan meneliti variabel-variabel lain yang belum

diteliti.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah dalam bidang kesehatan ibu dan anak,

meliputi perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberiam MP-ASI

(22)
(23)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelas Ibu Balita

Kelas ibu balita adalah kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia

antara 0 sampai 5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar

pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi dan stimulasi pertumbuhan

dan perkembangan dibimbing oleh fasilitator, dalam hal ini digunakan buku KIA

(Kemenkes RI, 2009b).

Kelas ibu balita diselenggarakan secara partisipatif, artinya para ibu tidak

diposisikan hanya menerima informasi karena pasif cenderung tidak efektif dalam

perubahan perilaku. Oleh sebab itu kelas ibu balita dirancang dengan metode belajar

partisipatoris dimana para ibu tidak dipandang sebagai murid, melainkan sebagai

warga belajar. Dalam prakteknya para ibu didorong untuk belajar dari pengalaman

sesama, sementara fasilitator berperan sebagai pengarah kepada pengetahuan yang

benar. Fasilitator bukanlah guru atau dosen yang mengajari, namun dalam lingkup

terbatas ia dapat menjadi sumber belajar (Kemenkes RI, 2009a).

Tujuan secara umum pelaksanaan kelas ibu balita yaitu meningkatkan

pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dengan menggunakan buku KIA dalam

mewujudkan tumbuh kembang balita yang optimal. Selain tujuan umum adapula

tujuan khusus dilaksanakannya kelas ibu balita yaitu :

1. Meningkatkan kesadaran pemberian ASI secara Eksklusif.

(24)

3. Meningkatkan keterampilan ibu dalam memperian MP-ASI dan Gizi seimbang

kepada balita.

4. Meningkatkan kemampuan ibu memantau petumbuhan dan pelaksanaan stimulasi

perkembangan balita.

5. Meningkatkan pengetahuan ibu cara perawatan gigi balita dan mencuci tangan

yang benar.

6. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang penyakit terbanyak, cara pencegahan dan

perawatan Balita.

Peserta kelas ibu balita adalah kelompok belajar ibu-ibu yang mempunyai anak

usia antara 0-5 tahun dengan pengelompokkan 0-1 tahun, 1-2 tahun, 2-5 tahun.

Peserta kelompok belajar terbatas, paling banyak 15 orang, sedangkan yang menjadi

fasilitator dan narasumber dari kelas ibu balita adalah bidan/perawat/tenaga

kesehatan lainnya yang telah mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu balita atau

melalui on the job training. Dalam pelaksanaan kelas ibu balita fasilitator bisa

meminta bantuan narasumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu.

Narasumber adalah tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian bidang tertentu,

misalnya dibidang gizi, gigi, PAUD (Pendidik Anak Usia Dini), penyakit menular,

dan sebagainya.

Tempat kegiatan adalah tempat yang disediakan oleh pemerintah setempat

(camat/desa/lurah). Tempat belajar sebaiknya tidak terlalu jauh dari rumah warga

belajar. Sarana belajar mencakup kursi, tikar, karpet, alat peraga dan alat-alat

praktek/demo. Jika peralatan membutuhkan listrik perlu diperhatikan apakah tempat

belajar mempunyai aliran listrik.

Topik-topik yang dibahas dalam setiap pertemuan disesuaikan dengan

(25)

yang menekankan pada partisipasi warga belajar dan penggunaan pengalaman sebagai

sumber belajar. Untuk sesi yang membutuhkan praktek, fasilitator menyiapkan materi

kebutuhan praktek. Waktu yang ideal untuk setiap sesi adalah 45 sampai 60 menit.

2.2 MP-ASI

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan dan minuman

yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna

memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI merupakan makanan padat atau

cair yang diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan kemampuan pencernaan

bayi/anak (Kemenkes RI, 2015).

Makanan pelengkap tidak menggantikan ASI, tetapi memberikan nutrient

tambahan. ASI harus menjadi makanan pertama yang diberikan kepada bayi dan

makanan padat baru diberikan setelah selesai memberikan ASI sebelum makanan lain

(Coutsoudis&Bentley, 2009).

Menurut Kemenkes RI (2009b) agar pertumbuhan bayi sesuai dengan umur.

WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal yang penting yang harus dilakukan

yaitu pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera setelah lahir, kedua

memberikan ASI saja (ASI Ekslusif) sejak lahir bayi sampai 6 bulan, ketiga

memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak usia 6 bulan sampai 24 bulan,

keempat meneruskan memberikan ASI sampai usia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi

tersebut menekankan, secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan

pangan yang murah dan mudah diperoleh didaerah setempat (indigenous food).

Pada usia 6-12 bulan, ASI hanya menyediakan setengah atau lebih kebutuhan

gizi bayi, dan bayi usia 12-24 bulan ASI menyediakan 1/3 dari kebutuhan gizinya

(26)

mengandung zat gizi mikro yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang tidak

dipenuhi oleh ASI saja. Pada usia 6-24 bulan, kebutuhan berbagai zat gizi semakin

meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI saja. Pada tahap ini anak

berada pada periode pertumbuhan dan perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap

infeksi dan secara fisik mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus

terpenuhi dengan memperhitungkan aktivitas bayi/anak dan keadaan infeksi. Agar

mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan MP-ASI, sementara ASI tetap

diberikan sampai bayi berusia 2 tahun (Kemenkes RI,2015).

Waktu pemberian MP-ASI kepada bayi adalah setelah bayi berumur 6 bulan,

karena setelah umur 6 bulan pencernaan bayi belum kuat untuk mencerna makanan

selain ASI. Kalau dipaksakan memberikan makanan tambahan akan menggangu

pencernaan. Usia bayi 0-6 bulan pencernaan bayi cocok untuk mengkonsumsi ASI

saja. Untuk itu perlu diberikan asupan gizi seimbang kepada ibu agar air susu keluar

dengan lancar. (Kemenkes RI, 2009)

MP-ASI mulai diberikan saat bayi mulai berumur 6 bulan. Tanda – tanda bayi sudah siap menerima MP-ASI yaitu jika bayi didudukkan kepalanya sudah tegak, bayi

mulai meraih makanan dan memasukkannya ke dalam mulut, jika diberikan makanan

lumat bayi tidak mengeluarkan makanan dengan lidahnya. (Kemenkes RI, 2015).

Menurut King and Burgess (2015) tanda bahwa bayi sudah siap untuk

mendapat MP-ASI yaitu :

1. Bayi sudah bisa duduk dan mengambil makanan yang sedang dimakan oleh

ibunya.

2. Suka memasukkan benda kedalam mulut kemudian memakannya

3. Interes terhadap makanan baru dan mau mencoba makanan yang baru

(27)

5. Sudah memiliki satu atau dua gigi serta suka menghisap makanan yang keras.

6. Masih terlihat lampar seteleh di beri ASI yang cukup (hal ini berbeda dengan bayi

yang berumur dibawah 4 bulan yang sering menangis seperti minta ASI hal itu

karena masih dipengaruhi oleh repleks isap),

Menurut Kemenkes RI (2015), bayi yang diberikan MP-ASI terlalu cepat dan

lambat akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Pemberian MP-ASI

yang terlalu dini awal/dini pada usia kurang dari 6 bulan akan mengakibatakan :

1. Menggantikan asupan ASI, membuat sulit memenuhi kebutuhan zat gizinya.

2. Makanan mengandung zat gizi rendah bila berbentuk cair, seperti sup dan bubur

encer.

3. Meningkatkan resiko kesakitan : kurangnya faktor perlindungan, MP-ASI tidak

sebersih ASI, tidak mudah dicerna seperti ASI, meningkatkan resiko alergi,

4. Meningkatkan resiko kehamilan ibu bila frekuensi pemberian ASI berkurang.

Memberian ASI yang terlambat pada usia lebih dari 6 bulan akan

mengakibatkan: kebutuhan gizi anak yang tidak dapat terpenuhi, pertumbuhan dan

perkembangannya lebih lambat, resiko kekurangan gizi seperti anemia karena

kekurangan zat besi.

Makanan pendamping ASI terdiri dari dua jenis, pertama MP-ASI yang siap

saji atau produksi pabrik dan yang kedua MP-ASI yang dibuat sendiri. MP-ASI yang

dibuat pabrik harganya lebih mahal, karena biaya kemasan cukup mahal, sedangkan

MP-ASI yang dibuat sendiri akan lebih murah bila sebagian bahannya ditanam sendiri

di pekarangan atau kebun (Kemenkes RI, 2009).

MP-ASI disiapkan keluarga dengan memperhatikan keanekaragaman pangan.

Untuk memenuhi kebutuhan zat gizi makro dari MP-ASI keluarga agar tidak terjadi

(28)

MP-ASI dikelompokkan menjadi dua yaitu : MP-ASI lengkap yang terdiri dari bahan

makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah, MP-ASI sederhana yang

terdiri dari makanan pokok, lauk hewani atau nabati dengan sayur dan buah. MP-ASI

yang baik apabila ;

1. Padat energi, protein dan zat mikro (antara lain Fe, Zinc, Kalsium, Vit.A, Vit.C,

dan folat) yang tidak dapat dipenuhi dengan ASI saja untuk mulai 6 bulan.

2. Tidak berbumbu tajam.

3. Tidak menggunaka gula, garam tambahan penyedap rasa, pewarna dan pengawet.

4. Mudah ditelan dan disukai anak.

5. Diupayakan menggunakan bahan pangan lokal dengan harga terjangkau.

Pola pemberian ASI dan MP-ASI yaitu bayi umur 0-6 bulan diberikan ASI saja,

umur 6-9 bulan diberikan makanan lumat, umur 9-12 bulan diberikan makanan lembik,

dan bayi umur 12-24 bulan diberikan makanan keluarga (Kemenkes RI, 2015).

Menurut Coutsoudis and Bentley (2009) makanan padat harus dikenalkan dengan

berlahan-lahan untuk memastikan tidak adanya reaksi yang merugikan dari memakan

makanan tersebut yaitu :

1. Jumlah yang diberikan pada awalnya harus sedikit dan kemudian secara

berangsur-angsur jumlahnya ditingkatkan yaitu : pada awalnya diberikan 1-2

sendok teh setiap kali makan dan kemudian jumlah makanan padat ini

ditingkatkan hingga sekitar 1 mangkok kecil perhari ketika bayi mencapai usia 8

bulan, pada usia 6-8 bulan, anak harus mendapatkan makanan padat dua atau tiga

kali sehari, pada usia 9-11 bulan, anak harus mendapatkan makanan padat tiga

atau empat kali sehari, pada usia 12-24 bulan, anak harus mendapatkan makanan

(29)

2. Tekstur makanan harus ditingkatkan melalui penyesuain jenis makanan dengan

kebutuhan dan kemampuan bayi : pada mulanya makanan harus dilumatkan

menjadi bubur saring yang halus, dan sebaiknya bubur tersebut diencerkan dengan

ASI hasil pemerahan, pada usia antara 7-9 bulan, makanan masih harus

dilumatkan, tetapi dengan penambahan tekstur yang lebih padat secara bertahap,

makanan camilan yang dapat dipegang oleh anak, harus sudah mulai diberikan

pada usia sekitar 8 bulan, sesudah usia 10 bulan, makanan dapat dipotong

kecil-kecil tetapi tidak usah dilumatkan, menjelang usia 12 bulan, anak harus sudah

dapat memakan makanan keluarga.

3. Jenis makanan padat nutrient yang harus disediakan yaitu : sayur dan buah

khsusnya yang kaya akan vitamin A, harus diberikan setiap hari, protein hewani

harus di konsumsi sesering mungkin, kecuali jika tidak dapat diterima (misalnya

pada keluarga vegetarian), jika daging, unggus tidak tersedia, makanan sumber

protein yang harganya lebih murah seperti telur dan kacang-kacangan harus

diberikan, makanan yang kaya akan vitamin C harus dikombinasikan dengan

kacang-kacangan untuk memperbaiki absorpsi zat besi nonheme, pati dapat

dilunakkan dengan ASI hasil perlahan untuk meningkatkan densitas energy.

Cara yang baik untuk menyiapkan makanan tambahan yang dibuat dirumah

yaitu makanan tersebut memerlukan : kaya akan energy dan nutrisi, bersih dan aman,

lembut dan mudah untuk dimakan, keluarga mudah memprolehnya, mudah untuk

disiapkan. Makan yang kaya akan energy dan nutrisi sering harganya mahal dan susah

untuk keluarga mendapatkannya. Menyiapkan makanan yang lembut dan mudah

untuk bayi membutuhkan peralatan yang khusus. Anak yang beresiko kekurangan gizi

adalah keluarga miskin, dimana mereka tidak bisa membeli makanan yang mahal.

(30)

Mereka mungkin sangat sibuk dan memiliki sedikit waktu menyiapkan beberapa

makanan khusus setiap hari. Coba untuk menemukan bagaimana keluarga mudah

untuk menyiapkan makanan pendamping yang berasal dari bahan pangan lokal dengan

harga yang murah (King and Burgess, 2015).

2.3Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sehingga pengetahuan atau koknitif

merupakan dominan yang penting untuk membentuk tindakan sesorang (overt

behavior). Selain itu pengetahuan seseorang memiliki tingkatan yang berbeda-beda

dan secara umum dapat dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan yaitu (Notoatmojo,

2010) :

1. Tahu (Know) yaitu mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.

2. Memahami (Comprehension) merupakan suatu kemampuan seseorang untuk

menjelaskan dengan benar mengenai objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan suatu materi secara tepat.

3. Aplikasi (Aplication) hal ini berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sesungguhnya

(real).

4. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan seseorang untuk menyebarluaskan

materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, namun masih dalam

struktur organisasi tersebut dan masih berkaitan satu sama lainnya.

5. Sintesis (synthesis) yaitu kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru

(31)

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati pada tahun 2010 tentang hubungan antara

pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP-ASI dengan status Gizi bayi usia

6-12 bulan mendapatkan hasil terdapat hubungan yang positif antara pengetahuan ibu

tentang MP-ASI dengan status gizi bayi denga p=0,00, terdapat hubungan yang positif

antara praktek pemberian MP-ASI dengan status gizi balita dengan p=0,00, terdapat

hubungan yang positif antara pengetahuan ibu dengan praktek pemberian MP-ASI

dengan status gizi bayi pada hasil uji f dengan nilai p=0,000.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Akbar, dkk (2012) mendapatkan

hasil dengan uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test untuk mengetahui perbedaan

pengetahuan dan sikap Ibu Balita sebelum dan sesudah dilakukan intervensi health

education melalui media visual menunjukkan hasil dengan nilai signifikansi p=0,00

untuk pengetahuan dan p=0,00 untuk sikap dengan derajat kemaknaan yang digunakan

adalah α≤0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada pengaruh health

education melalui media visual terhadap pengetahuan dan sikap Ibu Balita di

Posyandu Mawar II Kelurahan Bulak Kenjeran Surabaya. Dengan melihat hasil dari

penelitian tersebut maka penting bagi Ibu Balita untuk meningkatkan pengetahuan dan

sikap tentang gizi balita agar berkurangnya angka kejadian gizi buruk.

Penelitian yang dilakukan oleh Ernawati, dkk (2011) tentang pengaruh

penyuluhan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang status gizi balita

di posyandu wilayah kerja Puskesmas Antang Perumnas Makasar mendapatkan hasil

data yang diperoleh diolah dengan menggunakan uji “t”. dengan tingkat kemaknaan signifikan α<0.05 dengan p<α maka hipotesis diterima. Dari hasil penelitian

didapatkan p=0,00 sehingga ada pengaruh penyuluhan kesehatan dengan pengetahuan

ibu tentang status gizi balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Antang Perumnas

(32)

Menurut Notoatmojo (2003) jarak waktu yang ideal untuk melakukan tes yang

pertama dengan tes yang kedua adalah 15 hari sampai 20 hari karena jika waktu terlalu

pendek kemungkinan responden masih ingat dengan pertanyaan dan jika terlalu jauh

memungkinkan perubahan variabel yang diukur dari responden.

2.4Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek

tertentu yang telah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang saling berkaitan

(setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya) (Notoatmojo, 2010). Fungsi sikap

belum menggambarkan suatu perbuatan (reaksi terbuka) atau tindakan akan tetapi

merupakan predisposisi perilaku yang menunjukkan reaksi tertutup. Sikap berbeda

dengan perilaku dan perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Karena

seringkali seseorang cenderung menunjukkan perilaku yang bertentangan dengan

sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diprolehnya tambahan informasi

mengenai objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosial

(Sarwono, 2007).

Penelitian yang dilakukan Padang (2007) yang bertujuan untuk menganalisa

faktor-faktor yang mepengaruhi ibu memberikan MP-ASI pada usia 6-24 bulan di

Kecamatan Padan Tapanuli hasil penelitian menunjukkan variabel predisposisi yang

mempunyai pengaruh signifikan terhadap pemberian MP-ASI adalah sikap (p=0,48),

variabel pendukung yang memiliki pengaruh adalah keterpaparan media (p=0,038),

variabel pendorong yang mempunyai pengaruh terhadap pemberian MP-ASI adalah

dukungan keluarga (p=0,019) dan kebiasaan memberikan MP-ASI di masyarakat

(33)

Hasil penelitian Emilia (2008) tentang pengaruh penyuluhan ASI eksklusif

terhadap peningkatan pengetahun dan sikap ibu hamil di Mukim Lau-re Kecamatan

Simeule Tengah Kabupaten Simeule tahun 2008 menyatakan sebelum penyuluhan

88,5% ibu hamil memiliki pengetahuan sedang tentang ASI eksklusif dan 11, 5%

berada di katagori baik, setelah penyuluhan pengetahuna ibu hamil menjadi baik

100%. Sikap ibu hamil sebelum penyuluhan adalah berada pada katagori sedang

sebanyak 76,9%, 15,4% berada pada katogori baik dan 7,7% katagori kurang setelah

mendapatkan penyuluhan sikap sampel menjadi 92,3% berada pada baik dan 7,7%

berada katagori sedang. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa penyuluhan sebagai

upaya promosi kesehatan memberikan pengaruh dalam peningkatan pengetahuan dan

sikap ibu hamil terhadap pemberian ASI eksklusif .

2.5Perilaku

Perilaku kesehatan adalah sebuah bentuk perilaku yang menunjukkan adanya

kaitan antara sehat atau sakit. Perilaku kesehatan menurutut Skiner adalah respon

seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan

penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan

(Notoatmojo, 2007).

Penelitian yang dilakukan Pratiwi (2009) yang bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara pengetahuan ibu dan pemberian MP-ASI pada bayi umur 6-24 bulan

Pengetahuan Ibu Tentang MP-ASI mendapatkan hasil tergolong dalam kategori baik

yaitu sebanyak 52 responden (92%). Hasil analisis pengaruh tingkat pengetahuan

dengan perilaku ibu tentang MP-ASI diperoleh nilai Rho 0,486 dan nilai signifikansi

p=0,000 yang berarti nilainya p<0,05 dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

(34)

tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu Tentang MP-ASI Pada Balita Usia 6-24

Bulan di dusun Tlangu Desa Bulan Kec.Wonosari Klaten.

Penelitian Candra dan Suharto (2011) tentang hubungan antara pengetahuan dan

sikap ibu terhadap perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada balita 6-24 bulan di

Puskesmas Mayaran Semarang mendapatkan hasil terdapat hubungan yang signifikan

antara pengetahuan gizi terhadap pemberian makanan pendamping ASI diperoleh dari

nilai r hitung = 0,578, hubungan antara sikap ibu terhadap pemberian MP-ASI

diperoleh r hitung = 0, 612, hubungan antara pengetahuan ibu dan sikap ibu terhadap

perilaku pemberian MP-ASI diperoleh r hitung=0,071, sehingga diperoleh simpulan

sikap ibu terhadap gizi berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI,

pengetahuan ibu dan sikap ibu terhadap MP-ASI secara bersama–sama mempengaruhi

perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada balita umur 6-24 bulan.

Penelitian Kartikawati,dkk (2014) tentang pengaruh kelas ibu balita terhadap

peningkatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita di

wilayah kerja Puskesmas Sukarasa kota Bandung menunjukkan hasil adanya

peningkatan pengetahuan untuk kelompok intervensi 9,8%, dan kontrol menurun

6,1%.). Perbedaan peningkatan keterampilan antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol bermakna (p= 0,001) dengan peningkatan 13,4% pada kelompok

intervensi dan 2,5% pada kelompok kontrol. Sikap pada kedua kelompok meningkat

tapi peningkatan lebih tinggi pada kelompok kontrol rata-rata peningkatannya 12,2%,

tetapi perbedaan peningkatan ini tidak bermakna (p=0,446). Terdapat pengaruh

pelaksanaan kelas ibu balita terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan ibu balita dalam merawat balita(p=0,001). Simpulan, peningkatan

pengetahuan dan keterampilan pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan

(35)

peningkatannya, pelaksanaan kelas ibu balita terbukti berpengaruh meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan ibu balita dalam merawat balita.

Hasil peneitian Taufiqurrahman dan Masthalina (2010) mengenai pengaruh

kelas gizi terhadap pengetahuan, sikap, tindakan, pola asuh ibu dan berat badan balita

di dalam penanganan masalah gizi kurang mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh

kelas gizi terhadap peningkatan pengetahuan responden. Ada pengaruh kelas gizi

terhadap peningkatan sikap responden. Tidak ada pengaruh kelas gizi terhadap

peningkatan tindakan responden. Ada pengaruh kelas gizi terhadap pola asuh

(36)

Referensi

Dokumen terkait

NAMA BUKU PENERBIT TANGGAL

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh iklan Pocari Sweat versi JKT-48 (Build The Dream) terhadap brand image Pocari Sweat, juga untuk

Pengaruh Due Professional Care Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Kota Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Motivasi dan produktivitas pada setiap kelompok sub pekerjaan pembesian tentu berbeda, hal ini dikarena faktor motivasi yang dimiliki setiap pekerja serta manajemen

[r]

KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA BATU DALAM PENATAAN RETRIBUSI PARKIR (STUDI IMPLEMENTASI PERDA KOTA BATU NOMOR 45 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM).. Oleh:

Martinus Apri Latu Rake, SH Pembina Utama Muda NIP 19601005 199003 1 007 Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Dinas Perhubungan Komunikasi dan

dan Wayang Siam berasal dari Thailand. Abad ke-4 orang-orang Hindu datang ke Indonesia, teruta- ma para pedagangnya. Pada kesempatan tersebut orang-orang Hin- du membawa