PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
MIND MAPPING DI KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 1 NGAGLIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh: Jatrina NIM: 131314056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
MIND MAPPING DI KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 1 NGAGLIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh: Jatrina NIM: 131314056
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Skripsi ini saya persembahkan kepada:
v MOTTO
Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang. (Amsal 23:18)
Kamu tidak pernah gagal hingga kamu berhenti mencoba. (Albert Einstein)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 24 Juli 2017 Penulis,
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Jatrina
NIM : 131314056
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
MIND MAPPING DI KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 1 NGAGLIK”
Dengan demikian, saya memberikan hak kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain dan mempublikasikannya di internet untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian peryataan ini, saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 24 Juli 2017
Yang menyatakan,
viii ABSTRAK
PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE MIND MAPPING DI
KELAS X IPS 1 SMA NEGERI 1 NGAGLIK Jatrina
Universitas Sanata Dharma 2017
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan (1) motivasi belajar sejarah siswa selama penerapan model pembelajaran kooperatif, (2) prestasi belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran Mind Mapping.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik, Sleman yang melibatkan 32 siswa. Objek penelitian adalah motivasi, prestasi dan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, kuesioner, dan tes. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan persentase.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dari skor rata-rata motivasi pada keadaan awal 70,20 dan meningkat menjadi 77,26 atau 7,06% pada siklus II. Terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata keadaan awal 74,34, meningkat menjadi 77,85 atau 3,51% pada siklus I, dan meningkat menjadi 85,30 atau 7,45% pada siklus II. Dari segi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada keadaan awal yang mencapai KKM sebesar 56,25%, pada siklus I meningkat menjadi 75% dan pada siklus II mengalami peningkatan 93,75%.
ix ABSTRACT
IMPROVING MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT HISTORY THROUGH TYPE MIND MAPPING MODEL IN CLASS X IPS
1 SMA NEGERI 1 NGAGLIK Jatrina
Sanata Dharma University 2017
This study aims to improve (1) students motivation to learn the history during the implementation of cooperative learning model, (2) students learning achievement after the application of learning model Mind Mapping.
The research method used has Classroom Action Research (PTK) using Kurt Lewin model which includes planning, implementation, observation, and reflection. Subjects in the study were the students of class X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik, Sleman involving 32 students. The objects of research are motivation, achievement and model of cooperative learning type Mind Mapping. Data collection used observation, interviews, questionnaires, and tests. Data analysis used comparative descriptive analysis technique with percentage.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
berkat dan karunianya, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi Dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mind Mapping Di Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan kemudahan
bagi penulis selama menuntut ilmu di Program Studi Pendidikan Sejarah. 3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah
membimbing penulis dengan segala kasih, perhatian, kesabaran dan selalu memotivasi selama penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. A.K. Wiharyanto, M.M., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan segala kasih, perhatian, kesabaran dan selalu memotivasi selama penulisan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan sekretariat Progam Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberi dukungan selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.
xi
7. Kepada Bapak Triyana, S.Pd., selaku guru sejarah SMA Negeri 1 Ngaglik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis ketika penelitian berlangsung.
8. Seluruh siswa SMA Negeri 1 Ngaglik khususnya siswa kelas X IPS 1 tahun ajaran 2016/2017.
9. Kedua orang tua dan adik-adik saya yang telah memberikan dukungannya baik dukungan moral berupa semangat maupun dukungan finansial serta doa yang selalu dipanjatkan kepada Tuhan Yesus untuk saya.
10.Kepada sahabat, dan teman-teman angkatan 2013 Program Studi Pendidikan Sejarah yang selama ini memberi semangat dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 24 Juli 2017 Penulis,
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Pemecahan Masalah ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Kajian Teori... 9
1. Konsep Motivasi ... 9
2. Konsep Belajar ... 11
3. Konsep Sejarah ... 15
4. Pembelajaran Sejarah ... 16
5. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah ... 17
6. Prestasi belajar ... 18
xiii
8. Pembelajaran Kooperatif ... 23
9. Model Pembelajaran Mind Mapping ... 24
B. Materi Pembelajaran ... 26
C. Penelitian yang Relevan ... 26
D. Kerangka Berpikir ... 27
E. Hipotesis ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 29
A. Jenis Penelitian ... 29
B. Setting Penelitian ... 30
1. Tempat Penelitian ... 30
2. Waktu Penelitian ... 30
C. Subjek Penelitian ... 31
D. Objek penelitian ... 31
E. Variabel-variabel Penelitian ... 31
F. Definisi Oprasional Variabel ... 31
G. Metode Pengumpulan Data ... 33
1. Observasi ... 33
2. Dokumentasi ... 33
3. Tes ... 33
4. Wawancara ... 33
5. Kuesioner ... 34
H. Instrumen Pengumpulan Data ... 34
1. Alat Pengumpulan Data ... 34
2. Validitas dan Reliabilitas ... 35
3. Hasil Uji Coba Instrumen ... 38
I. Desain Penelitian ... 40
J. Analisis Data ... 40
1. Analisis Kualitatif ... 41
2. Analisis Kuantitatif ... 41
3. Analisis Komparatif ... 46
xiv
1. Pra Siklus ... 48
2. Rencana Tindakan ... 49
a. Siklus 1 ... 49
b. Siklus 2 ... 50
L. Indikator Keberhasilan... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Deskripsi Pelaksanaan ... 52
1. Observasi Pra Siklus ... 52
2. Siklus I ... 60
a. Perencanaan Siklus I ... 61
b. Tindakan Siklus I ... 61
c. Observasi Kegiatan Belajar Siswa ... 63
d. Refleksi Siklus I ... 68
3. Siklus II ... 69
a. Perencanaan Siklus II ... 70
b. Tindakan Siklus II... 71
c. Observasi Kegiatan Belajar Siswa ... 72
d. Refleksi Siklus II ... 79
B. Komparasi Aktivitas Belajar, Motivasi dan Prestasi Belajar ... 79
1. Komparasi Aktivitas Belajar Siswa di Kelas ... 79
a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 80
b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 81
2. Komparasi Motivasi Belajar Siswa ... 81
3. Komparasi Prestasi Belajar Siswa ... 82
a. Komparasi Pra Siklus dengan Siklus I ... 85
b. Komparasi Siklus I dengan Siklus II ... 87
C. Pembahasan ... 90
1. Motivasi Belajar Sejarah Siswa ... 90
2. Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96
A. Kesimpulan ... 96
xv
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar I : Kerangka Berpikir………. 28
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Keterangan Penilaian Acuan Patokan I (PAP I) ... 41
Tabel 2: Penilaian Kegiatan Belajar Siswa kelas X IPS 1 (On Task) ... 42
Tabel 3: Penilaian Kegiatan Belajar Siswa kelas X IPS 1 (Off Task) ... 42
Tabel 4: Penilaian Kegiatan Kooperatif Belajar Siswa ... 43
Tabel 5: Contoh Angket Motivasi Belajar Siswa ... 44
Tabel 6: Keterangan Penilaian Acuan Patokan 1 (PAP I) ... 44
Tabel 7: Analisis Motivasi Belajar Sejarah Siswa ... 44
Tabel 8: Keterangan Penilaian Acuan Patokan 1 (PAP I) ... 45
Tabel 9: Analisis Prestasi Belajar Sejarah Siswa ... 45
Tabel 10: Analisis Komparatif Aktivitas Belajar Siswa ... 46
Tabel 11: Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa ... 47
Tabel 12: Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa ... 47
Tabel 13: Indikator Keberhasilan ... 51
Tabel 14: On Task ... 53
Tabel 15: Off Task ... 53
Tabel 16: Data Kegiatan Kooperatif Siswa Pra Siklus ... 55
Tabel 17: Data Keadaan Awal Motivasi Belajar Siswa Kelas X IPS 1 ... 56
Tabel 18: Data Analisis Keadaan Awal Motivasi Siswa ... 57
Tabel 19: Data Keadaan Awal Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas X IPS 1 ... 58
Tabel 20: Data Analisis Prestasi Belajar Pra Siklus... 59
Tabel 21: Data Kegiatan Kooperatif Siswa Pertemuan 1 Siklus I ... 64
Tabel 22: Data Kegiatan Kooperatuf Siswa Pada Pertemuan 2 Siklus I ... 64
Tabel 23: Data Prestasi Belajar Siswa Kelas X IPS 1 Siklus I ... 65
Tabel 24: Data Analisis Prestasi Siswa Pada Siklus I ... 67
Tabel 25: Data Kegiatan Belajar Siswa Siklus II ... 73
Tabel 26: Data Motivasi Belajar Siswa Kelas X IPS 1 Siklus II ... 74
Tabel 27: Data Analisis Motivasi Siswa ... 75
Tabel 28: Hasil Prestasi Siswa Siklus II ... 76
Tabel 29: Data Analisis Prestasi Siswa Siklus II ... 78
xviii
Tabel 31: Komparasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II ... 81
Tabel 32: Komparasi Motivasi Belajar Siswa Pra Siklus dengan Siklus II ... 82
Tabel 33: Komparasi Tingkat Motivasi Belajar Pra Siklus dan Siklus II ... 83
Tabel 34: Komparasi Prestasi Belajar Siswa Pra Siklus dengan Siklus I ... 85
Tabel 35: Komparasi Tingkat Prestasi Siswa Pra Siklus dengan Siklus I ... 86
Tabel 36: Komparasi Prestasi Belajar Siswa Siklus I dengan Sikus II ... 87
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian ... 100
Lampiran 2a Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 101
Lampiran 2b Surat Izin Penelitian dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik ... 102
Lampiran 2c Surat Izin Penelitian dari DISDIKPORA ... 103
Lampiran 2d Surat Pernyataan Sudah Melakukan Penelitian di SMA ... 104
Lampiran 3 Silabus ... 105
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 113
Lampiran 5a Kisi-Kisi Soal Uji Kompetensi I ... 133
Lampiran 5b Kisi-Kisi Soal Uji Kompetensi II ... 140
Lampiran 6a Soal Uji Kompetensi I... 143
Lampiran 6b Soal Uji Kompetensi II ... 150
Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Motivasi ... 154
Lampiran 8 Kuesioner Motivasi ... 157
Lampiran 9 Daftar Hadir Siswa Kelas X IPS 1... 160
Lampiran 10 Lembar Diskusi Kelompok ... 161
Lampiran 11 Lembar Jawaban ... 162
Lampiran 12 Validitas Motivasi ... 163
Lampiran 13 Reliabilitas Motivasi ... 164
Lampiran 14a Validitas Soal PG Siklus I ... 165
Lampiran 14b Validitas Soal Essay Siklus I ... 166
Lampiran 14c Validitas Soal PG Siklus II ... 167
Lampiran 14d Validitas Soal Essay Siklus II ... 168
Lampiran 15a Reliabilitas Soal PG Siklus I ... 169
Lampiran 15b Reliabilitas Soal Essay Siklus I ... 170
Lampiran 15c Reliabilitas Soal PG Siklus II ... 171
Lampiran 15d Reliabilitas Soal Essay Siklus II ... 172
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2001 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan diri, masyarakat, bangsa, dan negara.1
Pendidikan merupakan suatu proses interaksi manusia dengan lingkungannya yang berlangsung secara sadar dan terencana dalam rangka mengembangkan segala potensinya, baik jasmani (kesehatan fisik) dan rohani (pikir, rasa, karsa, karya, cipta, dan budi nurani) yang menimbulkan perubahan positif dan kemajuan, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang berlangsung secara terus-menerus guna mencapai tujuan hidup. Pendidikan dapat dipahami sebagai proses dan hasil. Sebagai proses, pendidikan merupakan serangkaian kegiatan interaksi manusia dengan lingkungannya yang dilakukan secara sengaja dan terus menerus. Sementara sebagai hasil, pendidikan menunjuk pada hasil interaksi manusia dengan lingkungannya berupa perubahan dan peningkatan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
2
Pendidikan dewasa ini sangat memprihatinkan karena siswa banyak yang kurang memperhatikan mata pelajaran pada saat guru menerangkan dan guru aktif sedangkan siswa menjadi pasif. Materi yang diajarkan kurang menarik perhatian siswa, guru masih memakai model ceramah, sehingga siswa kurang memperhatikan, sehingga siswa merasa bosan, selain itu, kondisi kelas yang kurang kondusif misalnya siswa main sendiri, ribut sendiri, dan berbicara kepada temannya sehingga tidak memperhatikan guru yang menerangkan pelajaran serta main HP (handphone) sendiri. Dalam proses pembelajaran juga terdapat siswa yang sangat pasif, tidak berpendapat ataupun mengajukan pertanyaan, sehingga mengakibatkan guru yang aktif sendiri. Sarana dan prasarana kurang lengkap karena guru tidak menggunakan media dalam pembelajaran, seperti laptop, LCD, dan gambar, misalnya peta. Akibat kondisi itu, pasti akan terasa ada yang kurang dan pembelajaran kurang optimal sehingga menyebabkan munculnya masalah dalam proses berlangsungnya pembelajaran.
Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar. Aktivitas mempelajari tergantung pada jenis dan sifat bahan. Lama waktu mempelajari juga tergantung pada kemampuan siswa. Aktivitas belajar tersebut juga dapat diketahui oleh guru dari perlakuan siswa terhadap bahan belajar. Proses belajar sesuatu dialami oleh siswa dan aktivitas belajar sesuatu dapat diamati oleh guru.2
Seorang guru sejarah juga harus dapat memberi pengertian bahwa pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang baik. Hal ini merupakan tugas seorang pendidik yang cukup sulit karena sampai saat ini masih terus dipertanyakan keberhasilannya dalam mendidik. Oleh karena itu, perlu diperbaiki dalam pelaksanaan proses pembelajarannya.
SMA Negeri 1 Ngaglik Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta merupakan sekolah yang akreditasinya A. Memiliki 39 guru, siswa laki-laki berjumlah 230 dan perempuan berjumlah 312, memiliki 2 jurusan, ruang kelas berjumlah 22, memiliki 1 perpustakaan. Banyak prestasi dan penghargaan yang telah diraih oleh SMA Negeri 1 Ngaglik baik melalui akademik maupun non akademik. Lingkungan SMAN 1 Ngaglik cukup nyaman dan indah. Ruang kelasnya juga rapi dan bersih sehingga nyaman untuk belajar. Selain itu, terdapat perpustakaan untuk para siswa untuk membaca dan mengerjakan tugas kelompok. Namun, dalam proses pembelajaran di SMAN 1 Ngaglik, ternyata banyak guru-guru yang masih menggunakan model yang kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran dan terkadang model pembelajaran bersifat guru sentris (teacher
centered), sehingga siswa menjadi pasif. Selama proses belajar, banyak siswa
4
Demikian halnya di kelas X IPS 1. Dalam proses kegiatan belajar mengajar guru masih bersifat guru sentris (teacher centered), sehingga siswa merasa bosan, akibatnya mereka malas belajar, tidak memperhatikan guru, asik berbicara dengan teman sebangkunya, sibuk main Hp sendiri (handphone), bahkan ada yang tidur dalam kelas. Selain itu, siswa juga kurang tepat waktu (on
time) pada saat masuk kelas dan selama proses kegiatan belajar mengajar.
Keadaan ini didukung hasil wawancara dengan guru sejarah kelas X IPS I SMA Negeri 1 Ngaglik menyatakan bahwa, siswa kurang disiplin sehingga menyebabkan keterlambatan masuk kelas, kurangnya kesiapan siswa dalam pelajaran sejarah sehingga siswa kurang aktif dalam pelajaran sejarah, siswa sibuk main HP sendiri, asik berbicara dengan teman sebangkunya, banyak siswa tidak membawa buku paket dan hanya bawa LKS. Sehingga ketika mengerjakan tugas dan jawabannya tidak ada di LKS, siswa akan cenderung mencari di internet. Keadaan tersebut berakibat pada proses kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga kurang mendorong munculnya motivasi belajar sejarah. Selain itu, keadaan prestasi kurang memadai, di mana prestasi siswa banyak yang tidak memenuhi KKM yang ditentukan yaitu 75. Dari jumlah 32 orang siswa yang mencapai KKM baru 18 orang dengan presentase 56,25% dan yang belum mencapai KKM 14 orang siswa dengan presentase 43,75%.
sejarah semuanya diam dan memperhatikan. Ketika guru melakukan diskusi ada siswa yang aktif dan ada yang pasif sehingga kegiatan diskusi kurang efektif. Ketika siswa mengalami kesulitan dalam pelajaran sejarah mereka akan cenderung mencari (searching) di google dari pada melihat buku paket dan buku-buku yang berkaitan dengan sejarah. Guru juga tidak pernah menerapkan model pembelajaran ketika proses kegiatan belajar mengajar sehingga siswa merasa bosan dengan pelajaran sejarah.
Penggunaan model pembelajaran yang kurang menarik dapat mengurangi perhatian siswa terhadap pembelajaran sejarah maka guru harus menggunakan pembelajaran di dalam kelas seperti diskusi, tanya jawab, dan membentuk kelompok belajar. Hal ini akan memenuhi kebutuhan siswa dan akan menghindari terjadinya kejenuhan yang dialami siswa. Selain penggunaan model yang kurang menarik, masalah lain yang muncul adalah masalah materi dan buku pelajaran sejarah. Secara umum pembelajaran sejarah hanya bersumber pada buku paket untuk dibaca atau LKS untuk dikerjakan secara naratif tanpa diberikan bukti yang konkrit visual seperti gambar, peta dan video.
Oleh karena itu, dalam pelaksanaan proses pembelajaran perlu adanya inovasi pembelajaran dengan berbagai model yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah siswa. Salah satunya model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa yaitu Mind Mapping dari Tony Buzan. Ia menuliskan tentang pola pemetaan otak yang menggunakan standar baru dengan mengikuti pola curah gagasan atau brainstorming. Mind Mapping
6
kata-kata, ide-ide (pikiran), tugas-tugas atau hal-hal lain yang dihubungkan dari ide pokok otak. Peta pikiran juga digunakan untuk menggeneralisasikan, memvisualisasikan serta mengklasifikasikan ide-ide dan sebagai bantuan dalam belajar, berorganisasi, pemecahan masalah, pengambilan keputusan serta dalam menulis. Model Mind Mapping ini juga merupakan model yang sangat tepat untuk menjabarkan proses tersebut dengan mudah dan efisien.3
Berdasarkan manfaat yang diperoleh dari model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping tersebut untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Sejarah, khususnya siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik menjadi subjek penelitian, dengan judul penelitian yaitu “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Mind Mapping pada siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik”.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengambil batasan masalah yang diajukan dalam penelitian ini : Apakah penelitian tindakan kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik?
2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik?
D. Pemecahan Masalah
Cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model pembelajaran yang inovatif salah satunya yaitu Mind Mapping. Dalam proses pembelajaran sejarah, model ini dapat digunakan karena siswa ikut terlibat langsung dan menjadi aktif, sehingga diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah.
E. Tujuan
Tujuan dari penelitan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
8
2. Untuk meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Mind
Mapping.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi SMA Negeri 1 Ngaglik
Penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif mengajar di sekolah dalam upaya meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
2. Bagi Guru
Guru mendapat alternatif dalam mengajar dan lebih kreatif dalam menggunakan model pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe Mind
Mapping dapat memberi inspirasi baru bagi guru-guru khususnya guru mata
pelajaran sejarah sehingga dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
3. Bagi Siswa
Manfaat bagi siswa untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar sejarah melalui model pembelajaran Mind Mapping dan menambah wawasan yang baru.
4. Bagi Peneliti
9 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Motivasi Belajar
Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi kekuatan penggerak
belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber. Pada peristiwa
pertama, motivasi siswa yang rendah menjadi lebih baik setelah siswa
memperoleh informasi yang benar. Pada peristiwa kedua, motivasi belajar dapat
menjadi rendah dan dapat memperbaiki kembali. Pada kedua peristiwa tersebut
peranan guru untuk mempertinggi motivasi belajar siswa sangat berarti. Pada
peristiwa ketiga, motivasi diri siswa tergolong tinggi. Timbul
pertanyaan-pertanyaan seperti (i) kekuatan apa yang menjadi penggerak belajar siswa, (ii)
berapa lama kekuatan tersebut berpengaruh dalam kegiatan belajar, dan (iii)
dapatkah kekuatan tersebut dipelihara.
Siswa belajar karena dorongan kekuatan mentalnya. Kekuatan mental itu
berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut
dapat tergolong rendah dan tinggi. Ada ahli psikologi pendidikan yang menyebut
kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar tersebut sebagai motivasi
belajar. Motivasi dianggap sebagai dorongan mental yang mengerakan dan
10
terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan,
dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.4
Motivasi dapat bersifat internal dan eksternal. Beberapa penulis atau ahli
yang lain menyebutkan motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi internal atau
motivasi instrinsik, adalah dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan
aktivitas.5 Sedangkan motivasi eksternal adalah dorongan yang berasal luar diri
individu. Tentu setiap siswa melakukan aktivitas belajar diharapkan didorong oleh
motivasi internal, karena hal itu menjadi pertanda telah tumbuhnya kesadaran dari
dalam diri siswa untuk belajar secara sungguh-sungguh. Namun demikian tidak
berarti bahwa motivasi eksternal tidak memiliki posisi yang penting bagi para
siswa, karena hasil-hasil penelitian juga banyak menunjukkan bahwa pemberian
motivasi menjadi faktor yang memberi pengaruh besar bagi pencapaian hasil
belajar atau kesuksesan seseorang.6
Sardiman (1986) mengemukakan ciri-ciri motivasi yang ada pada diri
seseorang adalah: Tekun dalam menghadapi tugas atau dapat pekerjaan secara
terus menerus dalam waktu lama; ulet menghadapi kesulitan dan tidak mudah
putus asa, tidak cepat puas atas prestasi yang diperoleh; menunjukkan minat yang
besar terhadap bermacam-macam masalah belajar, lebih suka bekerja sendiri dan
tidak bergantung kepada orang lain; tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin,
dapat mempertahankan pendapatnya; tidak mudah melepaskan apa yang diyakini;
senang mencari dan memecahkan masalah.7
4 Dimyati dan Mudjiono, op.cit., hlm. 80.
5 Anurrahman, Belajar dan Pembelajaran,Bandung, Alfabeta, 2012, hlm. 115. 6 Ibid, hlm. 116.
2. Konsep Belajar
Belajar merupakan proses dasar dari pada perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu
sehingga tingkahlakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup
manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Belajar adalah suatu proses dan bukan
suatu hasil. Oleh karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan
menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.
Belajar itu terarah kepada pencapaian tujuan. Orang yang lapar merasakan
kondisi yang tidak seimbang dalam dirinya. Dia menolak untuk mengatasi hal
lapar yang diderita. Kebutuhan itu sendiri melahirkan keinginan untuk makan
sebagai motivasinya untuk memenuhi kebutuhan untuk mengatasi lapar.8
a. Gambaran tentang tempat belajar
Suatu tempat adalah arah atau sikap terhadap pekerjaan. Di dalam suatu
tempat terdapat berbagai alternatif obyek atau materi. Terhadap beberapa
alternatif obyek atau materi tempat ditolak atau dihindari, sedangkan beberapa
obyek atau materi yang lainnya dipilih sebagai tempat yang akan direalisir dalam
belajar. Apabila tidak ada tempat belajar, maka tidak akan banyak yang diperoleh
dari belajar. Manfaat dari pada tempat belajar adalah membuat si pelajar
mempunyai kepekaan terhadap ketepatan berbagai alternatif tindakan mencapai
tujuan.9
12
b. Beberapa akitivitas Belajar
Meskipun orang telah mempunyai tujuan tertentu dalam belajar serta telah
memilih tempat yang tepat untuk merealisir tujuan itu, namun tindakan-tindakan
untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh situasi. Setiap situasi di manapun
dan kapan saja memberi kesempatan belajar kepada seseorang. Situasi ini ikut
menentukan tempat belajar yang dipilih. Berikut ini dikemukakan beberapa
contoh aktivitas belajar dalam beberapa situasi.10
1)Mendengarkan
Dalam kehidupan sehari-hari kita bergaul dengan orang lain. Dalam
pergaulan itu terjadi komunikasi verbal berupa percakapan. Percakapan
memberikan situasi tersendiri bagi orang-orang yang terlibat ataupun yang tidak
terlibat tetapi secara tidak langsung mendengar informasi. Situasi ini memberi
kesempatan kepada seseorang untuk belajar. Seseorang menjadi belajar atau tidak
dalam situasi ini, tergantung ada atau tidaknya kebutuhan, motivasi, dan tempat
seseorang. Dengan adanya kondisi pribadi seperti itu memungkinkan seseorang
tidak hanya mendengar, melainkan mendengarkan secara aktif dan bertujuan.
Mendengarkan yang demikian akan memberikan manfaat bagi perkembangan
pribadi seseorang.
2)Memandang
Setiap stimuli visual memberikan kesempatan bagi seseorang untuk
belajar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat dipandang, akan
tetapi tidak semua pandangan atau penglihatan adalah belajar. Meskipun
pandangan kita tertuju kepada suatu objek visual, apabila dalam diri tidak terdapat
kebutuhan, motivasi, serta tempat tertentu untuk mencapai suatu tujuan, maka
pandangan yang demikian tidak termasuk belajar.11
3)Menulis atau mencatat
Mencatat yang termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu
orang menyadari kebutuhan serta tujuannya, serta menggunakan tempat tertentu
agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar. Mencatat yang
menggunakan tempat tertentu akan dapat dipergunakan sewaktu-waktu tanpa
adanya kesulitan. Catatan-catatan tidak hanya sekedar fakta-fakta, melainkan
terdiri atas materi apapun yang dibutuhkan untuk memahami dan memanfaatkan
informasi bagi perkembangan pribadi individu.12
4)Membaca
Belajar adalah aktif dan membaca untuk keperluan belajar hendaknya
dilakukan di meja belajar dari pada tempat tidur karena dengan sambil tiduran itu
perhatian dapat terbagi. Dengan demikian, belajar sambil tiduran menggangu
tempat belajar. Belajar memerlukan tempat. Membaca untuk keperluan belajar.
Misalnya dengan memulai memperhatikan judul-judul bab, topik-topik utama
dengan berorentasi kepada kebutuhan dan tujuan. Kemudian memilih topik yang
relevan dengan kebutuhan atau tujuan. Tujuan membutuhkan materi yang
dipelajari.13
11 Ibid, hlm.103.
14
5)Membuat ikhtisar atau ringkasan, dan menggarisbawahi
Banyak orang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan
ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya. Ikhtisar atau ringkasan ini memang dapat
membantu dalam hal mengingat atau mencari kembali materi dalam buku untuk
masa-masa yang akan datang. Untuk keperluan belajar yang intensif,
bagaimanapun juga hanya membuat ikhtisar adalah belum cukup. Sementara
membaca, pada hal-hal yang penting diberi garis bawah. Hal ini sangat membantu
dalam usaha menemukan kembali material itu di kemudian hari.14
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak
belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
(i) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pebelajar; (ii)
Respon si pebelajar (iii) Konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut.
Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai
ilustrasi, perilaku respon si pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku
respon yang tidak baik diberi teguran dan hukuman.15
c. Tujuan Belajar16
1)Siswa memiliki latar pengalaman dan kemampuan awal dalam proses belajar. 2)Tujuan pembelajaran merupakan sasaran belajar bagi siswa.
3)Kegiatan belajar mengajar merupakan tindak pembelajaran guru di kelas. 4)Dalam proses belajar, guru meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
5)Perilaku siswa merupakan hasil proses belajar. Penguatan perilaku yang dikehendaki tersebut dilakukan dengan pengulangan, latihan, drill atau aplikasi.
14 Ibid, hlm. 106.
15 Ibid, hlm. 9.
6)Setelah siswa lulus, berkat hasil belajar, siswa menyusun program belajar sendiri. Dalam penyusunan program belajar sendiri tersebut, maka tidak sedikit siswa berlaku secara mandiri.
3. Konsep Sejarah
Sejarah sebagai ilmu terikat pada prosedur penelitian ilmiah. Sejarah juga terikat pada penalaran yang bersandar pada fakta (bahasa Latin Factus berarti
“apa yang sudah selesai”). Kebenaran sejarah terletak dalam kesediaan sejarawan
untuk meneliti sumber sejarah secara tuntas, sehingga diharapkan ia akan
menggungkap secara objektif. Hasil akhir yang diharapkan ialah kecocokan antara
pemahaman sejarawan dengan fakta.17
Sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Jangan dibayangkan bahwa
membangun kembali masa lalu itu untuk kepentingan masa lalu sendiri, itu
antikuarianisme dan bukan sejarah. Selain itu, jangan dibayangkan masa lalu yang
jauh. Kata sejarawan Amerika, sejarah itu ibarat orang yang naik kereta
menghadap ke belakang. Ia dapat melihat ke belakang ke samping kanan dan kiri.
Satu-satunya kendala ialah ia tidak bisa melihat masa depan.18
Banyak contoh sejarawan bukanlah orang yang memang terdidik untuk menjadi sejarawan, tetapi penulis sejarah dapat datang dari mana saja. Wartawan,
guru, politisi, sastrawan, dan pendeta boleh saja menulis sejarah. Kalau dokter
atau insinyur harus datang dari orang yang menang dididik dalam ilmunya, tidak
demikian sejarawan. Sejarah adalah ilmu yang terbuka. Kenyataan bahwa sejarah
menggunakan bahasa sehari-hari, tidak menggunakan istilah-istilah teknis,
16
memperkuat keterbukaan itu. Keterbukaan itu membuat siapa pun dapat mengaku
sebagai sejarawan secara sah, asal hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sebagai
ilmu.19
4. Pembelajaran Sejarah
Seseorang yang mempelajari sejarah, harus memahami hubungan antara
sejarah sebagai ilmu, dan sejarah sebagai pendidikan. Hubungan antara konsep
dasar sejarah dan pelajaran sejarah di sekolah, dijelaskan dalam Permendiknas No
22 tahun 2006 tentang standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
bahwa sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang
asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa lampau berdasarkan
metode dan metodologi tertentu. Terkait dengan pendidikan di sekolah dasar
hingga sekolah menengah, pengetahuan masa lampau tersebut melatih kecerdasan,
membentuk sikap, watak, dan kepribadian siswa.20
Dennis Gunning menjelaskan bahwa secara umum pembelajaran sejarah
bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, dan menyadarkan siswa
untuk mengenal diri dan lingkungannya, serta memberikan perspektif
historikalitas. Sedangkan secara spesifik, tujuan pembelajaran sejarah ada tiga
yaitu, mengajarkan konsep, mengajarkan keterampilan intelektual, dan
memberikan informasi kepada siswa. Dengan demikian, pembelajaran sejarah
tidak bertujuan untuk menghafal pelbagai peristiwa sejarah. Keterangan tentang
kejadian dan peristiwa sejarah hanyalah merupakan suatu alat dan juga merupakan
suatu media untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu tujuan di sini dikaitkan
19 Ibid, hlm. 16.
dengan arah baru pendidikan modern, yaitu menjadikan siswa mampu
mengaktualisasikan diri sesuai dengan potensi dirinya dan menyadari
keberadaannya untuk ikut serta dalam menentukan masa depan yang lebih
manusiawi bersama-sama dengan yang lain. Sebaliknya material kurikulum,
penaksiran kebutuhan kelas, aktivitas kebutuhan kelas, buku teks sangat
berhubungan dengan ruang kelas, sehingga memudahkan guru untuk
mempraktekkannya.21
5. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Sejarah
Pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode
saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi
yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data. Metode
ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui
pengamatan atau percobaan. Oleh karena itu, kegiatan percobaan dapat diganti
dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber.22
Menurut Dyar, seorang innovator adalah pengamat yang baik dan selalu
mempertanyakan suatu kondisi yang ada dengan mengajukan ide baru. Innovator
mengamati lingkungan sekitarnya untuk memperoleh ide dalam melaksanakan
sesuatu yang baru. Mereka juga aktif membangun jaringan untuk mencari ide
baru, menyerahkan ide baru, atau menguji pendapat mereka. Seorang innovator
selalu mencoba hal baru berdasarkan pemikiran dan pengalamannya. Seorang
innovator akan berpetualang ke tempat yang baru untuk mencoba ide inovatifnya.
21 Ibid, hlm. 43-44.
18
Berdasarkan teori Dyer tersebut, dapat dikembangkan pendekatan saintifik
dalam pembelajaran yang memiliki komponen proses pembelajaran antara lain:
1) mengamati ; 2) menanya ; 3) mencoba/ mengumpulkan informasi ; 4)
menalar/ asosiasi, membentuk jejaringan (melakukan komunikasi). Tahapan
aktivitas belajar yang dilakukan dengan pembelajaran saintifik tidak harus
dilakukan mengikuti prosedur yang kaku, namun dapat disesuaikan dengan
pengetahuan yang hendak dipelajari. Pada suatu pembelajaran mungkin dilakukan
observasi terlebih dahulu sebelum memunculkan pertanyaan, namun pada
pembelajaran yang lain mungkin siswa mengajukan pertanyaan terlebih dahulu
sebelum melakukan ekperimen dan observasi.23
6. Prestasi Belajar Sejarah
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah
mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes
atau instrumen yang relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari
penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun
kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode
tertentu.
Hasil belajar nampak dalam suatu prestasi yang diberikan oleh siswa,
misalnya menyebutkan huruf-huruf dalam abjad secara berurutan. Maka setiap
prestasi yang tepat merupakan suatu pernyataan perbuatan belajar.24 Prestasi yang
dituntut dari siswa adalah suatu prestasi yang bersifat spesifik atau satu katagori
hasil karena prestasi belajar itu berbeda-beda sifatnya, tergantung dari bidang
yang di dalamnya siswa menunjukkan prestasi, misalnya dalam bidang
pengetahuan atau pemahaman (bidang kognitif).25
Menurut Zaenal Arifin prestasi adalah hasil dari kemampuan, keterampilan
dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah
dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Prestasi merupakan hasil suatu usaha yang
telah dilaksanakan menurut batas kemampuan dari pelaksanaan usaha tersebut.
Sutratinah Tirtonagoro menyatakan bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil
usaha kegiatan belajar mengajar yang dalam bentuk simbol, angka, huruf, atau
kalimat yang dapat mencerminkan hasil usaha yang sudah dicapai oleh anak
dalam periode tertentu.
Prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang mencerminkan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap anak pada priode tertentu. Prestasi belajar
merupakan hasil dari pengukuran yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan
psikomotorik setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan
menggunakan instrumrn tes yang relevan.
20
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar sejarah
1) Faktor Internal
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor intern ini dapat dibagi lagi menjadi tiga faktor yakni: (a) Faktor
jasmaniah, (b) Faktor psikologis, dan (c) Faktor kelelahan.
2) Faktor Eksternal
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar diri individu yang sedang
belajar. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapat di
kelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu: (a) Faktor keluarga, (b) Faktor sekolah,
dan (c) Faktor masyarakat.
Adapun dalam penelitian ini yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah
hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan perubahan belajar di sekolah.
Pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang
menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan
prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran
kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar
ditunjukkan dengan nilai angka.
7. Teori Kontruktivisme dalam Pembelajaran Sejarah
Secara filosofis, belajar menurut teori kontruktivisme adalah membangun
pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui
konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
mengkontstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Borich dan Tambari medefinisikan konstruktivisme dalam belajar sebagai sebuah
pendekatan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun
sedikit demi sedikit makna terhadap apa yang dipelajarinya dengan membangun
hubungan secara internal atau keterkaitan dengan fakta-fakta yang diajarkan.
Definisi konstruktivisme dalam belajar tersebut, menekankan belajar terjadi hanya
ketika siswa aktif struktur kognitif mereka terlibat dalam pengalaman-pengalaman
pembangunan skema.26
Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menerangkan
bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme
telah lama dipraktekkan dalam proses belajar dan pembelajaran baik di tingkat
sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum jelas terlihat.27
Berdasarkan faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru
tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada siswa dalam bentuk yang
serba sempurna. Dengan kata lain, siswa harus membangun suatu pengetahuan itu
berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha
siswa itu sendiri. Pola pembinaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu
skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh siswa sebagai bahan mentah
bagi proses renungan dan pengabstrakan. Pikiran siswa tidak akan menghadapi
26 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2015, hlm. 164-165.
22
kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang
diketahui siswa adalah realita yang dia bina sendiri. siswa sebenarnya telah
mempunyai satu tempat idea dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif
terhadap lingkungan mereka. Untuk membantu siswa dalam membina konsep atau
pengetahuan baru, guru harus memperkirakan struktur kognitif yang ada pada
mereka. Apabila pengetahuan baru telah disesuaikan dan diserap untuk dijadikan
sebagian daripada pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu
bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina.
John Dewey, menguatkan teori konstruktivisme ini dengan mengatakan
bahwa pendidik yang cakap harus melaksanakan pengajaran dan pembelajaran
sebagai proses menyusun atau membina pengalaman secara berkesinambungan.
Beliau juga menekankan kepentingan keikutsertakan siswa di dalam setiap
aktivitas pengajaran dan pembelajaran. Ditinjau persepektif epistemologi yang
disarankan dalam konstruktivisme, maka fungsi guru akan berubah. Perubahan
akan berlaku dalam teknik pengajaran dan pembelajaran, penilaian, penelitian
dan cara melaksanakan kurikulum. Sebagai contoh, perspektif ini akan mengubah
kaidah pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan siswa
mencontoh dengan tepat apa saja yang disampaikan oleh guru, kepada kaidah
pengajaran dan pembelajaran yang menumpu kepada kemampuan siswa dalam
membina skema pengkonsepan berdasarkan pengalaman yang aktif. Ia juga akan
mengubah tumpuan penelitian dari pembinaan model berdasarkan kaca mata guru
8. Pembelajaran Kooperatif
Kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai
tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil
yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif
adalah pemetaan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa
bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota
lainnya dalam kelompok tersebut.28 Dalam metode pembelajaran kooperatif, para
siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang
yang menguasai materi yang disampaikan oleh guru.29
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil kaloboratif yang
anggotannya terdiri dari dua sampai enam kelompok dengan struktur kelompok
yang bersifat heterogen. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi
yang lebih luas yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan
siswa dan siswa dengan guru (Multi Way Traffic Communication).
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan
partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam
sistem pelajaran bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa
memiliki dua tanggungjawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan
membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam
sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukan seorang diri.
28 Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta, PT. Bumi Aksara, 2008, hlm. 4.
24
Isjoni (2009: 27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif
yaitu; Setiap anggota kelompok memiliki peran, terjadi hubungan interaksi
langsung di antara siswa, setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas
belajarnya dan juga juga teman-teman sekelompoknya., guru membantu
mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan guru
hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
9. Model Pembelajaran Mind Mapping
Mind Mapping atau pemetaan pikiran adalah teknik pemanfaatan seluruh
otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk
membentuk kesan. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk gambar,
simbol, suara, bentuk-bentuk, dan perasaan. Peta pemikiran menggunakan
pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang
berkaitan seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan
merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinal (asli) dan memicu
ingatan yang mudah.30 Cara ini juga menenangkan, menyenangkan, dan kreatif.
Mind Mapping dimulai dari sebuah topik yang berada di tengah kertas, kemudian
sub topik harus disusun secara acak, tetapi wajib mengelilingi topik utama yang
berada di tengah-tengah kertas. Mengapa demikian karena Mind Mapping
mengikuti pola atas dalam menjabarkan sebuah informasi.31
Pemetaan pikiran membantu pembelajaran mengatasi kesulitan,
mengetahui apa yang hendak ditulis, serta bagaimana mengorganisasi gagasan,
sebab teknik ini mampu membantu pembelajar menemukan gagasan, mengetahui
30 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2014, hlm. 105.
apa yang akan ditulis pembelajar, serta bagaimana memulainya. Peta pemikiran
sangat baik untuk merencanakan dan mengatur perbagai hal. Untuk membuat
peta pikiran, ada beberapa langkah yang perlu ditempuh.
Langkah-langkah Mind Mapping32
1) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2) Guru menyajikan materi
3) Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4) Suruhlah seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5) Seluruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya, sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7) Kesimpulan/penutup.
Kelebihan dan Kelemahan Mind Mapping33 Kelebihan
1) Cara ini cepat
2) Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dalam pemikiran.
3) Proses mengambarkan diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain. 4) Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kelemahan
1) Hanya siswa yang aktif yang terlibat, 2) Tidak seluruh siswa belajar
3) Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan.
26
B. Materi Pembelajaran
Materi dalam pembelajaran ini diambil dari Kompetensi Dasar, yaitu;
3.8 Menganalisis karakteristik kehidupan masyarakat, pemerintahan dan budaya pada masa kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia serta menunjukkan contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini.
Dalam pembahasan materi akan membahas tentang proses masuk dan
berkembangnya agama dan kebudayaan Islam Indonesia. Adapun materi
pembelajaran yang akan di bahas ada akulturasi dan perkembangan budaya Islam
dan proses integrasi nusantara.
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dapat menjadi acuan oleh peneliti dan harus sesuai
variabel-variabel yang ada dalam judul penelitian. Peneliti yang relevan dapat
dikatakan relevan jika penelitian tersebut sudah dilakukan oleh yang lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Kukuh Adi Pratama mahasiswa Universitas Muria
Kudus dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Sebagai
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada Siswa Kelas
V SD 2 Ploso Kudus. Menunjukkan hasil bahwa penerapan model Mind Mapping,
meningkat di setiap siklus. Persentase ketuntasan hasil belajar klasikal pada siklus
II meningkat 57% dari siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 92% dari
kondisi awal sebelum PTK. Persentase aktivitas belajar siswa meningkat dari 64%
pada siklus I menjadi 71% pada siklus II. Sedangkan presentase pengelolaan
II. Selain itu juga terjadi peningkatan pada keaktifan siswa dari skor 61 pada
siklus meningkat menjadi 72 pada siklus II.
D. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran Mind Mapping pada dasarnya untuk meningkatkan
cara berpikir secara terstruktur. Selain itu, model ini memberikan kesempatan
pada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Siswa yang aktif dalam
proses pembelajaran akan meningkat motivasinya untuk belajar dan akan
meningkatkan prestasi belajar siswa
Model kooperatif tipe Mind Mapping atau pemetaan pikiran ini merupakan
cara cepat, teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul
dalam pemikiran, proses mengambarkan diagram dapat memunculkan ide-ide
yang lain, diagram yang sudah terbentuk dapat menjadi panduan untuk menulis.
Hal ini diharapkan dapat memecahkan masalah dalam proses belajar dan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran Sejarah. Terdapat
kelebihan dari model kooperatif Mind Mapping yaitu,cara ini cepat, teknik dapat
digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dalam pemikiran,
proses mengambarkan diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain, diagram
yang sudah terbentuk dapat menjadi panduan untuk peneliti.
Pada dasarnya model pembelajaran Mind Mapping dibuat untuk
meningkatkan aktivitas dan kreatifitas siswa untuk terlibat dalam proses
pembelajaran di dalam kelas. Dengan demikian motivasi akan meningkat dan
28
Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka dapat
digambarkan dalam bagan yaitu sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Berpikir
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka, hipotesis penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat
meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1
Ngaglik.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Mind Mapping dapat
meningkatkan prestasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1
29 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran
dikelasnya. PTK berfokus pada kelas atau pada proses belajar mengajar yang
terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi dan lain-lain) ataupun
output (hasil belajar). PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di
dalam kelas.
Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi
dari tiga kata, penelitian, tindakan, kelas sebagai berikut:
1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan.
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.34
Tujuan PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di
dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan
masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat
dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan PTK juga bertujuan untuk
meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesionalnya.
30
PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis
dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam
interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.35 Penelitian ini bertujuan
untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar sejarah siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik.
B.Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di SMA Negeri 1
Ngaglik pada kelas X IPS 1. Dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2016/2017.
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, yakni dari
bulan Maret 2017 sampai dengan bulan Mei 2017. Adapun pelaksanaan kegiatan
ini dimulai dari penyusunan proposal dan instrumen pada bulan Maret 2017.
Kemudian pada bulan April-Mei 2017 dilakukan pengumpulan data melalui
tindakan pada siklus I dan siklus II. Terhadap data-data yang telah diperoleh,
kemudian dilakukan analisis dan pembahasan pada bulan Mei 2017. Setelah
proses analisis dan pembahasan selesai, maka pada bulan Mei 2017 peneliti
menyusun laporan hasil penelitian tindakan kelas.
C. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini siswa kelas X IPS 1 SMA Negeri 1 Ngaglik
yang berjumlah 32 orang.
D. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah meningkatkan motivasi dan prestasi belajar
sejarah siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Mind
Mapping.
E. Variabel-variabel Penelitian
Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari variabel
bebas dan terikat, yaitu:
1. Variabel bebas (X) : model pembelajaran Mind Mapping
2. Variabel terikat (Y) : motivasi dan prestasi belajar sejarah
F. Definisi Operasional
Adapun definisi oprasional dari variabel-variabel yang diteliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan mental yang menjadi kekuatan penggerak
belajar. Kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber. Motivasi
memiliki beberapa indikator diantaranya tekun, dorongan, ulet, ketertarikan,
32
2. Belajar
Belajar merupakan suatu proses dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu,
belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai
bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. Beberapa akitivitas belajar yaitu
mendengarkan, memandang, menulis atau mencatat, membaca, dan membuat
ikhtisar atau ringkasan, dan menggaris bawahi.
3. Prestasi belajar
Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah
melakukan perubahan belajar di sekolah. Pengertian prestasi belajar ialah hasil
usaha bekerja atau belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai
dalam bentuk nilai.
4. Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.
Dalam sistem pelajaran bekerja sama dengan anggota lainnya. Berikut ciri-ciri
dari pembelajaran kooperatif yaitu bekerja sama dalam kelompok, Menghargai pendapat teman, Mengkomunikasikan jawaban kepada anggota kelompok, Membantu anggota kelompok dalam memecahkan masalah saat pembelajaran, Mengambil giliran saat diskusi, bertanggung jawab terhadap kelompok dan melakukan presentasi.
5. Model Pembelajaran Mind Mapping
Mind Mapping atau pemetaan pikiran adalah teknik pemanfaatan seluruh
membentuk kesan. Karena siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok, berperan
langsung, saling membantu, kreatif, inovatif dalam membuat Mind Mapping dan
percaya diri karena siswa menyampaikan hasil kerja kelompok.
G. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah suatu proses pengambilan data dalam
penelitian tindakan kelas ini. Observasi digunakan dalam penelitian yang
berhubungan dengan kondisi atau interaksi belajar mengajar, tingkah laku, dan
interaksi kelompok.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan pada pra siklus, dan siklus 1 serta siklus II.
Dokumentasi ini dilaksanakan ketika wawancara guru, siswa dan ketika proses
pembelajaran dalam kelas.
3. Tes
Tes yang dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama
proses dalam pembelajaran baik sebelum dan sesudah dilaksanakan dua siklus,
yaitu siklus I dan siklus II.
4. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam
34
5. Kuesioner
Kuesioner diberikan kepada siswa lalu siswa menjawab guna melihat
peningkatan terhadap motivasi siswa.
H. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan mudah diperoleh data tersebut.36 Berikut merupakan
instrument pengumpulan data;
1. Alat Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi yang dilakukan secara langsung untuk melihat aktivitas siswa
selama proses pembelajaran. Alat yang digunakan yaitu lembar observasi aktivitas
siswa di kelas.
b. Dokumentasi
Alat yang digunakan dalam dokumentasi yaitu laporan nilai ulangan siswa untuk mengetahui prestasi belajar sejarah siswa.
c. Tes hasil belajar
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran
dan penilaian. Tes berarti saat dilaksanakannya pengukuran dan penilaian dengan
menggunakan alat-alat tes yaitu soal pilihan ganda dan uraian serta tugas diskusi
kelompok.
d. Wawancara
Alat pengumpulan data berupa lembar pertanyaan untuk guru dan siswa.
e. Kuesioner
Alat pengumpulan data berupa lembar kuesioner motivasi belajar siswa
dengan pembagian dua tahap yaitu, pada pra siklus dan siklus II. Penentuan skor
kuesioner menggunakan skala likert terdiri dari lima kategori, yaitu:
pernyataan positif, pilihan jawaban “Sangat Setuju” (SS) diberi skor 5, “Setuju”
(S) diberi skor 4, “Ragu-ragu” diberi skor 3, “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 2,
“Sangat Tidak Setuju” (STS) diberi skor 1. Sebaliknya untuk pernyataan
negatif, pilihan jawaban “Sangat Setuju” (SS) diberi skor 1, “Setuju” (S) diberi
skor 2, “Ragu-ragu” diberi skor 3, “Tidak Setuju” (TS) diberi skor 4, “Sangat
Tidak Setuju” (STS) diberi skor 5.37
2. Validitas dan Realibilitas
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkkan tingkat kesahihan suatu
tes. Sebuah instrumen atau tes dikatakan memiliki validitas kontruksi apabila
butir-butir soal yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir
seperti ingatan (pengetahuan), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi
apabila soal-soalnya mengukur setiap aspek berpikir seperti yang di uraikan
standar kompentensi, KD, maupun indikator yang terdapat dalam kurikulum.38
36
Untuk mengetahui tingkat validitas uji coba instrumen, maka peneliti
melakukan perhitungan menggunakan r hitung dari masing-masing item soal
menggunakan kolerasi Product Moment dari Pearson.
Validitas
Keterangan :
rXY : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
di korelasikan.
N : Jumlah Peserta Tes
X : Skor item
Y : Skor total
X2 : Kuadrat dari X
Y2 : kuadrat dari Y
XY:Jumlah perkalian Xdengan YSetelah dihitung dengan rumus tersebut, maka untuk mengetahui besar taraf signifikan butir item dihitung dengan rumus :
Keterangan : t = Taraf signifikan
r = Korelasi skor item dengan skor total n = Jumlah butir item
b. Reliabilitas
Reliabilitas artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Reliabilitas
merupakan suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Dalam uji
butir soal yang diujicobakan. Apabila diperoleh angka negatif, maka diperoleh
kolerasi yang negatif.39
Koefisien Alpha merupakan rumus dasar untuk menerapakan koefisien
reliabilitas dalam pendekatan konsistensi-internal, dan rumus ini menghasilkan
suatu estimasi reliabilitas yang tepat dalam hampir semua situasi.40 Dalam mencari reliabilitas instrumen, rumus yang digunakan adalah rumus Alpha sebagai berikut41:
1) Langkah 1. Mencari σ2 setiap item
2) Langkah 2. Mencari jumlah varian semua item (∑σ2)
Dalam mencari jumlah varian semua item adalah dengan menjumlahkan σ2
semua item.
Contoh σ2(1) + σ2(2) + σ2(3) + ... 3) Langkah 3. Mencari Varian Total
Keterangan simbol langkah 1 sampai langkah 3, sebagai berikut:
σ2 : Varian item
∑σ2 : Jumlah varian semua item
σt2 : Varian total
∑X2 : Jumlah kuadrat skor total
(∑X)2 : Kuadrat dari jumlah skor total N : Jumlah Siswa
39 Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016, hlm. 222. 40 Samsi Haryanto, Pengantar Teori Pengukuran Kepribadian, Surakarta, Sebelas Maret University Press, 1994, hlm. 35.