• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal yang Berjudul

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal yang Berjudul"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

MENINGKATKAN TEKNIK DASAR SENAM LANTAI GULING DEPAN

DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPLICIT INSTRUCTION

PADA SISWA KELAS VII SMP N 1 TELAGA

Muhammad Ruslan Sawedi1), Ahmad Lamusu2), Zulkifli Lamusu3)

1FIKK, Universitas Negeri Gorontalo (Muhammad Ruslan Sawedi)

[email protected]

2FIKK, Universitas Negeri Gorontalo (Ahmad Lamusu)

[email protected]

3FIKK, Universitas Negeri Gorontalo (Zulkifli Lamusu)

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yang bertujuan untuk meningkatkkan teknik dasar senam lantai guling depan pada siswa kelas VII SMP N 1 Telaga dengan menggunakan metode Explicit Instruction, dengan indikator kinerja apabila mencapai 85% siswa telah menunjukan peningkatan dalam melakukan guling depan dengan kategori nilai 80%-100%. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa SMP N 1 Telaga yang berjumlah 20 orang siswa (laki-laki 12 0rang dan perempuan 8 orang).

Kata Kunci : senam lantai, metode explicit instruction

Abstract

This research is a class action (PTK), which aims to meningkatkkan basic techniques of gymnastics floor front bolsters in class VII SMP N 1 Ponds by using Explicit Instruction, with performance indicators when reaching 85% of students have shown an increase in performing front bolsters with category value of 80% -100%. The subject of research is the students of SMP N 1 Ponds, amounting to 20 students (male 12 and female 0rang 8 people).

Keywords : floor exercises, methods of explicit instruction

1. PENDAHULUAN

Dalam mewujudkan visi pendidikan nasional sangat perlu meningkatkan dan

menyempurnakan dan penyempurnaan

penyelenggaraan pendidikan nasional yang

sesuai dengan ketentuan perkembangan

masyarakat serta pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang di atur dalam salah satu wadah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kurikulum 2013 yang di susun sesuai jenjang pendidikan.

Pendidikan adalah pengalaman yang berlangsung dengan segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat

diartikan sebagai pengajaran yang

diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendekatan

secara keseluruhan, bertujuan untuk

mengembangkan kebugaran jasmani,

keteramoilan gerak, keterampilan berpikir

kritis, keterampilan social, penalaran,

stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga kesehatan yang dirancang secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Tingkat mutu pendidikan jasmani dan keolahragaan di tunjang dengan adanya ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap agar proses belajar dapat berjalan

(4)

dengan lancar, sarana dan prasana tersebut biasanya berupa alat perlengkapan fasilitas. Fasilitas ini menjadi bagian yang sangat penting bagi peningkatan dan pengembangan bakat serta keterampilan siswa dalam proses belajar mengajar khususnya teknik dasar guling depan pada senam lantai.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkan kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Ada dua konsep kependidikan yang berkait dengan lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (instruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.

Proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan

pendidik, Peserta didik adalah adalah

seseorang atau sekelompok orang sebagai

pencari, penerima pelajaran yang

dibutuhkannya, sedang pendidik adalah

seseorang atau sekelompok orang berprofesi sebagai pengelolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.

Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu di miliki pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya bagus menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.

Ada banyak sekali metode pengajaran yang digunakan oleh para pendidik, salah satu metode pengajaran yang digunakan adalah metode Explicit Instruction

Tugas utama Guru dalam

menyelenggarakan pengajaran pendidikan

jasmani adalah membantu siswa untuk menjalani proses pembelajaran walaupun proses pembelajaran senam lantai sudah diajarkan pada siswa SMP N 1 Telaga khususnya siswa kelas VII, namun mereka belum juga dapat melakukan guling depan disebabkan antara lain : 1). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. 2).

Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok 3). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. 4). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. 5). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.

Inilah menjadi perhatian penuh

sebagai penulis yang sekaligus sebagai guru di SMP N 1 Telaga, khususnya kelas VII bahwa penguasaan dan kemampuan untun melakukan teknik dasar guling depan masih belum sesuai dengan harapan, sehingga hasil dilakukan pun tidak maksimal.

Pandangan inilah yang membuat

penulis tertarik dan termotivasi untuk

mengadakan suatu penelitian secara langsung dengan judul “Meningkatkan Teknik Dasar

Senam Lantai Guling Depan Dengan

Menggunakan Metode Explicit Instruction pada siswa kelas VII di SMP N 1 Telaga. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan masih rendah

b. Metode pembelajaran digunakan

guru pendidikan jasmani belum sesuai.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah

permasalahan adalah “Apakah dengan

penggunaan metode pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guling depan pada senam lantai pada siswa kelas VII SMP N 1 Telaga ? ”

Cara Pemecahan Masalah

Untuk meningkatkan kemampuan

guling depan pada senam lantai, maka strategi yang digunakan adalah metode Explicit

Instruction dengan tujuan untuk

meningkatakan keterampilan dasar siswa dalam melakukan guling depan pada senam lantai.

(5)

Langkah-langkah metode Explicit Instruction yang dilakukan pada pembelajaran guling depan adalah :

1. Guru memimpin siswa melakukan warning-up (pendinginan)

2. Guru menunjuk langsung seorang siswa guna proses pembelajaran

3. Guru menjelaskan cara pelaksanaan guling depan yang baik dan benar 4. Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk melakukan guling depan secara perseorangan. Yaitu, di mana dalam satu matras hanya 1 orang siswa

melakukan guling depan secara

langsung atau selangkah demi

selangkah. Hal ini di lakukan agar nantinya siswa dapat memahami yang

mengakibatkan peningkatan

kemampuan siswa dalam melakukan guling depan.

5. Guru memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan guling depan

6. Guru mengumpulkan siswa serta

mengadakan koreksi dan evaluasi 7. Guru menutup pelajaran dengan cooling

down (gerakan pendinginan) Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkkan teknik dasar senam lantai guling depan pada siswa kelas VII SMP N 1 Telaga dengan menggunakan metode Explicit Instruction. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Dengan diterapkan metode explicit

instruction dalam pemebelajaran senam lantai khususnya guling depan, siswa bisa menjadi terampil dalam menguasai gerakan dari gerak yang sifatnya sederhana ke gerak yang sifatnya kompleks.

1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini adalah : a. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran untuk siswa dalam meningkatkan teknik dasar guling depan dengan baik dan benar pada senam lantai.

b. Bagi Guru

Untuk mengembangkan strategi

pembelajaran di lapangan khususnya

dalam rangka memaksimalkan

pelaksanaan pembelajaran yakni teknik dasar guling depan senam lantai dan

sebagai bahan masukan untuk

mengetahui siswa yang berprestasi

c. Bagi Sekolah

Memberikan kontribusi yang berati

yang menjadi tempat penelitian

berlangsung dan sebagai bahan

masukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa mengenai senam lantai khususnya guling depan d. Bagi Peneliti

Pemahaman peneliti menyangkut

penerapan metode maupun strategi

pembelajaran khusus pembelajaran

guling depan pada senam lantai. 2. METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di SMP N 1 Telaga dalam beberapa siklus, dan setiap siklusnya terdiri dari dua kali tindakan. Apabila kemampuan guling depan siswa belum dapat mencapai target yang di harapkan (85%) maka akan dilanjutkan pembelajaran ke siklus berikutnya. Namun bila kemampuan guling depan siswa tersebut sudah dapat mencapai/melebihi target yang diharapkan maka penelitian akan di hentikan.

Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober tahun pelajaran 2014

Karakteristik Subjek Penelitian

Yang menjadi subyek dalam

penelitian adalah siswa Kelas VII di SMP N 1 Telaga dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 12 siswa putra dan 8 siswa putri

(6)

Variabel Penelitian

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

a. Variabel Input: variabel ini

merupakan roses sebelum

pembelajaran berlangsung, di mana dalam proses ini RPP, bahan ajar, sumber belajar, media belajar dan lingkungan belajar telah disiapkan guru.

b. Variabel proses: variabel ini

merupakan proses selama

pembelajaran yang terdiri dari (a) Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras, (b) Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok, (c) Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan (d) Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada dan (e) Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.

c. Variabel out put. Variabel ini

merupakan variabel setelah

pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari 1) hasil belajar yang telah diperoleh, 2) perlakuan perbaikan terhadap hasil yang dicapai.

Tahap-Tahap Penelitian Tahap Persiapan

Dalam Rangka pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diadakan persiapan kegiatan awal yaitu:

1. Konsultasi dengan dosen

pembimbing

2. Melapor dan meminta izin kepada

pihak sekolah SMP N 1 Telaga,

serta mengkonsultasi rencan

pelaksanaan kegiatan dan tindakan penelitian.

3. Mendiskusikan rencana kegiatan

penelitian yang akan dilaksanakan ini bersama kepala sekolah dan guru mitra

4. Membuat lembar observasi

5. Melaksanakan tahap observasi

awal terhadapap objek penelitian

6. Menganalisis pokok pelaksanaan

subjek penelitian

7. Menetapkan waktu pelaksanaan

tindakan

a. Rancangan Tindakan

1. Menyiapkan silabus 2. Menyiapkan RPP

3. Menyiapkan buku-buku yang dapat di jadikan sebagai pendukung proses pembelajaran

4. Memantau jalannya proses

pembelajaran dengan menggunakan metode explicit instruction

5. Melaksanakan penilaian melalui tes unjuk kerja (psikomotor) untuk melihat peningkatan kemampuan guling depan siswa

b. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan beberapa instrumen sebagai alat pengumpulan datamyang bertujuan untuk melihat peningkatan hasil kemampuan guling depan siswa, yakni sebagai berikut :

a) Lembar observasi kegiatan

pembelajaran (guru dan siswa)

b) Lembar observasi kemampuan

guling depan siswa.

Kriteria keberhasilan

1. Untuk kemampuan guling depan siswa 85% dari seluruh siswa yang di kenai tindakan ini memperoleh skor/nilai rata-rata 80 ke atas dengan klasifikasi “baik sekali”

2. Daya serap klasikal memperoleh skor/nilai ideal rata-rata 85 ke atas Tahap Obervasi

Tahap Observasi

Pada saat pelaksanaan penelitian

tindakan kelas, guru mitra melakukan

pemantauan terhadap jalannya proses

pembelajaran, sedangkan peneliti sendiri

memfokuskan pemantauan terhadap

kemampuan guling depan siswa setelah di terapkannnya metode explicit instruction dalam proses pembelajaran.

Tahap Evaluasi

Pada tahap ini, dilaksanakan evaluasi kemampuan guling depan pada senam lantai

(7)

dengan menggunakan metode explicit instruction.

Tahap Analisis Dan Refleksi Tahap Analisis

a. data tentang kemampuan guling depan siswa yang berupa data kuantitatif di analisis secara kualitatif (presentase), dengan pemaknaan nilai

Baik Sekali : 85-100

Baik : 75-84

Cukup : 60-74

Kurang :40-59

Kurang Sekali : 0-39

Dengan menggunakan rumus sebagi berikut :

Daya serap perseorangan

X 100%

Daya serap klasikal

X 100%

b. Data tentang proses pembelajaran guling depan siswa di analisis secara kualitatif Tahap Refleksi

Refleksi dalam penellitian ini dilakukan melalui diskusi dengan guru mitra

serta pihak-pihak yang terkait dengan

penelitian tindakan kelas ini. Tahap Akhir

Tahap ini merupakan kegiatan akhir dari penelitian, yakni peneliti merangkum seluruh data yang diperoleh selama proses kegiatan,

dan mendeskripsikan, membahas, serta

membuat kesimpulan-kesimpulan berdasarkan temuan pada proses penelitian.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Telaga dengan jumlah siswa 20 orang. Sementara yang menjadi tim peneliti dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan yang menjadi mitra kerja adalah guru yang ada di sekolah lokasi penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus dua kali perlakuan atau tindakan. Untuk memperoleh data–data yang akurat tentang tindakan kelas ini maka peneliti mengadakan observasi awal terhadap subyek penelitian sebagai data awal kriteria dasar untuk penilaian dalam penelitian ini, disamping itu selama ini peneliti hanya melihat gejala rendahnya keterampilan gerak guling depan pada sebagian besar siswa, untuk lebih jelasnya hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dideskripsikan sebagai berikut :

Hasil Pengamatan Observasi awal

Data observasi awal mengenai hasil belajar siswa kelas VII SMP N 1 Telaga kabubaten Gorontalo dalam melakukan gerak guling depan (roll depan) pada olahraga senam dilaksanakan oleh peneliti dan guru mitra pada tanggal 01 Oktober 2014

1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru

Pengamatan kegiatan dalam

melaksanakan proses pembelajaran

dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan lembar pengamatan kegitan guru. Terdapat (12) dua belas aspek yang di amati pada guru yaitu :

A. Kegiatan Awal 1. Formasi Barisan 2. Berdo’a

3. Absensi

4. Siswa melakukan pemanasan di bawah bimbingan guru

B. Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan sekaligus

memperagakan dengan menyuruh salah seorang siswa yang sudah

(8)

mampu rangkaian gerakan guling depan (roll depan) yang meliputi : a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.

2. Guru memberikan tugas gerak pada siswa untuk melakukan rangkaian gerakan dasar guling depan (roll

depan) seperti yang telah di

contohkan.

3. Guru memberikan bantuan bagi

siswa yang kesulitan dalam

melakukan rangkaian gerak dasar guling depan (roll depan)

C. Kegiatan Penutup

1. Evaluasi hasil belajar siswa

2. Guru mengoreksi gerakan yang telah di lakukan oleh siswa, yang menurut

hasil pengamatan masih belum

sempurna

3. Cololing Down (pendinginan) 4. Absensi

5. Berdo’a dan bubar

Dari keduabelas aspek yang di amati tersebut, kriteria penilaian di beri kode (√) pada kolom yang berklasifikasi BS, B, C, K, KS sesuai dengan gerakan-gerakan yang di lakukan oleh siswa, apakah sudah sesuai dengan harapan atau tidak, dari hasil pengamatan yang di ketahui bahwa semua aspek dilaksanakan oleh guru.

2. Hasil Aktivitas Belajar Siswa

Untuk mengukur kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan (roll depan) dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan pembelajaran. Ada 5 (lima) aspek yang di amati atau di nilai pada siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan (roll depan) yaitu a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d).

Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.

Kegiatan obervasi awal dilaksanakan dalam bentuk praktek . Adapun hal-hal yang ditemui pada saat pelaksanaan observasi awal secara keseluruhan adalah dari 20 siswa yang diobservasi belum ada yang masuk dalam kategori kurang dan kurang sekali. 19 (95%) orang siswa yang termasuk kategori kurang (klasifikasi nilai antara 40-59), dan sebanyak 1 (5%) orang siswa kurang sekali (klasifikasi nilai antara 0-39), dalam melakukan guling depan yang terdiri dari berada pada kategori kurang karena umumnya rata-rata nilai praktek tersebut hanya berkisar pada 40-59. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Hasil Aktivitas Belajar Siswa (Observasi Awal) N o Klasifika si Nilai Kriteri a Aspek Jumla h Presenta se (%) 1 85-100 Baik Sekali - - 2 75-84 Baik - - 3 60-74 Cukup - - 4 40-59 Kurang 19 95 5 0-39 Kurang Sekali 1 5 JUMLAH 20 100

3. Refleksi Hasil Observasi Awal

Berdasarkan hasil pengamatan

terhadap penilaian nilai siswa dalam teknik dasar guling depan setelah mengikuti proses pembelajaran. Dari hasil observasi awal dapat diketahui bahwa dari jumlah 20 orang siswa, sebanyak 19 orang siswa yang belum memiliki kemampuan yang kurang dan 1 orang siswa memiliki kemampuan kurang sekali dalam melakukan teknik dasar guling depan. Dengan demikian sebanyak 20 orang (100%) siswa ini akan diberi tindakan dalam siklus I melalui metode explicit instruction, sementara itu guru mintra telah melakukan semua aspek tindakan secara baik. Maka dengan itu peneliti bersama guru mitra

(9)

berkesimpulan untuk melanjutkan tindakan di dalam siklus I

Hasil Pengamatan Siklus I

Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus 1 dengan rencana pembelajaran terlampir, kegiatan yang di amati adalah

kegiatan guru dalam melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan metode explicit instruction pada gerak dasar guling depan (roll depan) dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan hasil belajarnya. Dari kegiatan proses pembelajaran kemampuan melakukan gerak dasar guling depan (roll depan) dengan menggunakan metode explicit instruction.

1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru

Pengamatan kegiatan dalam

melaksanakan proses pembelajaran

dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan lembar pengamatan kegitan guru. Terdapat (12) dua belas aspek yang di amati pada guru yaitu :

A. Kegiatan Awal 1. Formasi Barisan 2. Berdo’a

3. Absensi

4. Siswa melakukan pemanasan di

bawah bimbingan guru B. Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan sekaligus

memperagakan dengan menyuruh

salah seorang siswa yang sudah mampu rangkaian gerakan guling depan (roll depan) yang meliputi : a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.

2. Guru memberikan tugas gerak pada siswa untuk melakukan rangkaian gerakan guling depan (roll depan) seperti yang telah di contohkan.

3. Guru memberikan bantuan bagi siswa yang kesulitan dalam melakukan rangkaian gerakan guling depan (roll depan)

C. Kegiatan Penutup

1. Evaluasi hasil belajar siswa

2. Guru mengoreksi gerakan yang telah di lakukan oleh siswa, yang menurut

hasil pengamatan masih belum

sempurna

3. Cololing Down (pendinginan) 4. Absensi

5. Berdo’a dan bubar

Dari keduabelas aspek yang di amati tersebut, kriteria penilaian di beri kode (√) pada kolom yang berklasifikasi BS, B, C, K, KS sesuai dengan gerakan-gerakan yang di lakukan oleh siswa, apakah sudah sesuai dengan harapan atau tidak, dari hasil pengamatan yang di ketahui bahwa semua aspek dilaksanakan oleh guru.

2. Hasil Aktivitas Belajar Siswa

Untuk mengukur kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan (roll depan) dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan pembelajaran. Ada 5 (lima) aspek yang di amati atau di nilai pada siswa dalam melakukan gerak guling depan (roll depan) yaitu a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.

Data hasil pengamatan Pada siklus I dan sampak terjadi peningkatan secara signifikan. Hasil pengamatan tersebut di dapat bahwa, dari 20 orang siswa, Klasifikasi baik 2 (10%), Klasifikasi Cukup 12 (60%), dan Klasifikasi Kurang 6 (30%). Untuk lebih jelasnya hasil tersebut Dapat diketahui pada tabel berikut :

Tabel 1.3 Hasil Aktivitas Belajar Siswa (Observasi Siklus I)

(10)

N o Klasifika si Nilai Kriteri a Aspek Jumla h Presenta se (%) 1 85-100 Baik Sekali - - 2 75-84 Baik 2 10 3 60-74 Cukup 12 60 4 40-59 Kurang 6 30 5 0-39 Kurang Sekali - - JUMLAH 20 100

3. Refleksi Hasil Tindakan Siklus Satu

Analisis dan refleksi merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan baik oleh peneliti maupun pengamat mulai dari awal kegiatan sampai akhir siklus dengan tujuan untuk mendapat gambaran umum

apakah tindakan yang dilakukan

mempengaruhi peningkatan teknik dasar guling depan bagi siswa kelas VII SMP N 1 Telaga.

Dari 5 aspek yang dinilai dalam kegiatan teknik guling depan yaitu a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok. keseluruhan ini dilakukan dengan praktek keseluruhan rata-rata perolehan sebanyak 63,5% artinya masih berada pada kategori cukup, Untuk itu mencapai indikator baik, sehingga dirasa perlu untuk mengulang kembali ke siklus kedua Hasil Pengamatan Siklus II

Pengambilan data pada siklus II sama dengan pengambilan data pada siklus I, yaitu dilaksanakan oleh peneliti dan guru mitra

sebagai pengamat (obsever). Pada

pelaksanaan tindakan siklus II ini, peneliti telah berupaya seoptimal mungkin untuk melakukan pembelajaran gerak guling depan (roll depan) dengan menggunakan metode explicit instruction. Berbagai kekurangan yang pernah dilakukan dalam pembelajaran

gerak guling depan (roll depan) pada siklus I, diupayakan tidak berulang lagi pada siklus II. 1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru

Pengamatan kegiatan dalam

melaksanakan proses pembelajaran dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar pengamatan kegitan guru. Terdapat (12) dua belas aspek yang di amati pada guru yaitu : A. Kegiatan Awal

1. Formasi Barisan 2. Berdo’a

3. Absensi

4. Siswa melakukan pemanasan di

bawah bimbingan guru B. Kegiatan Inti

1. Guru menjelaskan sekaligus

memperagakan dengan menyuruh

salah seorang siswa yang sudah mampu rangkaian gerakan guling depan (roll depan) yang meliputi : a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.

2. Guru memberikan tugas gerak pada siswa untuk melakukan rangkaian gerakan guling depan (roll depan) seperti yang telah di contohkan. 3. Guru memberikan bantuan bagi siswa

yang kesulitan dalam melakukan rangkaian gerakan guling depan (roll depan)

C. Kegiatan Penutup

1. Evaluasi hasil belajar siswa

2. Guru mengoreksi gerakan yang telah di lakukan oleh siswa, yang menurut

hasil pengamatan masih belum

sempurna

3. Cololing Down (pendinginan) 4. Absensi

5. Berdo’a dan bubar

Dari keduabelas aspek yang di amati tersebut, kriteria penilaian di beri kode (√) pada kolom yang berklasifikasi BS, B, C, K,

(11)

KS sesuai dengan gerakan-gerakan yang di lakukan oleh siswa, apakah sudah sesuai dengan harapan atau tidak, dari hasil pengamatan yang di ketahui bahwa semua aspek dilaksanakan oleh guru.

2. Hasil Aktivitas Belajar Siswa

Untuk mengukur kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan (roll depan) dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan pembelajaran. Ada 5 (lima) aspek yang di amati atau di nilai pada siswa dalam melakukan gerak guling depan (roll depan) yaitu a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.

Berdasarkan data hasil pengamatan kegiatan siklus II yang tercantum pada tabel di bawah, dapat diketahui dari 20 orang siswa yang di amati melalui indikator penilaian teknik dasar guling depan, terdapat 12 (60%) orang siswa berada dalam kategori “Baik Sekali”, dan 8 (40%) orang siswa berada kategori “Baik”. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.5 Hasil Aktivitas Belajar Siswa (Observasi Siklus II)

N o Klasifika si Nilai Kriteri a Aspek Jumla h Presenta se (%) 1 85-100 Baik Sekali 12 60 2 75-84 Baik 8 40 3 60-74 Cukup - - 4 40-59 Kurang - - 5 0-39 Kurang Sekali - - JUMLAH 20 100 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian di

lapangan maka diperoleh data siklus pertama yaitu untuk (a) Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras 3,45%, selanjutnya (b)

Meletakkan posisi kaki pada tangan matras

dengan sikap jongkok 2,35%, (c)

Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan 1,95%, (d) Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada yaitu 2%, dan (e) Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok 2,5%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa belum seluruhnya memiliki gerak dasar guling depan sesuai harapan, dengan demikian perlu adanya pelaksanaan tindakan pada siklus ke dua. Di samping itu kurang meningkatnya tindakan pada siklus pertama merupakan acuan untuk memperbaiki hal-hal yang masih perlu dibenahi untuk peningkatan gerak guling depan dimaksud pada siklus berikutnya, dengan kata lain kesalahan-kesalahan tindakan

pada siklus pertama diperbaiki pada

pelaksanaan tindakan pada siklus ke dua. Lebih lanjut, apabila pada siklus ke dua peningkatan gerak guling depan siswa telah memenuhi standar indikator kinerja yang diharapkan maka dapat disimpulkan bahwa

penggunaan metode ataupun starategi

pembelajaran baik dalam pembelajaran

maupun sejenisnya dapat meningkatkan gerak guling depan siswa atau penelitian dinyatakan berhasil.

Berdasarkan sedikit ulasan di atas maka berikut ini adalah gambaran hasil pelaksanaan siklus ke dua sebagai upaya dalam tahap-tahap proses peningkatan gerak dasar guling depan.

Pada pelaksanaan tindakan pada siklus ke dua ini gerak guling depan siswa meningkat menjadi 85,5%. artinya bahwa dalam komponen tersebut peningkatan gerak guling depan mencapai hingga 40,5% dari hasil pada observasi awal sebesar 45%. Peningkatan pada siklus ke dua tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras 4%, selanjutnya (b) Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok 3,6%, (c) Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan 3,05%, (d) Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada yaitu 3,05%, dan (e) Sikap akhir memegang kedua lutut dengan

(12)

peningkatan-peningkatan yang terjadi pada siklus ke dua ini maka dapat disimpulkan

bahwa dengan perubahan metode

pembelajaran maka beberapa komponen gerak

dasar guling depan siswa dimaksud

meningkat, alasannya karena dalam

penggunaan metode explicit instruction

pembelajaran siswa merasa lebih leluasa dalam mengeskpresikan gerakannya, sehingga dalam belajar siswa menemukan gaya belajarnya sendiri dan sesuai dengan tingkat perkembangan gerak guling depan yang ada pada siswa itu sendiri.

peningkatan gerak guling depan siswa melebihi indikator kinerja yang diharapkan, artinya bahwa pada masing-masing komponen gerak guling depan pada setiap siklus sangat

jelas selisih peningkatannya. Dengan

demikian maka hipotesis penelitian tindakan kelas yang menyatakan bahwa: “melalui perubahan metode pembelajaran maka gerak guling depan siswa kelas VII di SMP N 1 Telaga Meningkat” dan dapat di terima.

4. KESIMPULAN

1. Berdasakan hasil pencapaian pelaksanaan penelitian tindakan kelas, maka dapat disimpulkan hipotesis tindakan yaitu

melalui melalui metode explicit

instruction maka gerak dasar guling depan (roll depan) siswa kelas VII di SMP N 1 Telaga Kabupaten Gorontalo Meningkat.

2. Adapun hasil penelitian yang diperoleh di lapangan khususnya siklus pertama untuk (a) Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras 3,45%, selanjutnya (b) Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok 2,35%, (c)

Membengkokkan tangan pada saat

melakukan guling depan 1,95%, (d) Meletakkan pundak pada matras dengan

kepala menunduk hingga dagu

menyentuh dada yaitu 2%, dan (e) Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok 2,5%, Berdasarkan hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa rata-rata

keseluruhan ini dilakukan dengan praktek perolehan sebanyak 63,5% artinya masih

berada pada kategori cukup siswa belum seluruhnya memiliki gerak dasar guling depan sesuai harapan.

3. Selanjuntya pada siklus ke dua (a) Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras 4%, (b) Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok 3,6%, (c) Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan 3,05%, (d) Meletakkan pundak pada matras dengan

kepala menunduk hingga dagu

menyentuh dada yaitu 3,05%, dan (e) Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok 3,4% keseluruhan ini dilakukan dengan praktek keseluruhan rata-rata perolehan sebanyak 85,5% artinya telah berada pada kategori baik

sekali. Berdasarkan

peningkatan-peningkatan yang terjadi pada siklus ke dua ini maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode explicit instruction maka beberapa komponen gerak dasar siswa dalam guling depan

(roll depan) dimaksud meningkat,

alasannya karena dalam penggunaan metode explicit instruction siswa merasa lebih leluasa dalam mengeskpresikan gerakannya, sehingga dalam belajar siswa menemukan gaya belajarnya sendiri dan sesuai dengan tingkat perkembangan gerak yang ada pada siswa itu sendiri.

5. REFERENSI

Aan Sunjata Wisahati, Teguh Santoso. 2010, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. : Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional : Jakarta

Biasworo Adisuyanto Aka. 2009, Cerdas dan Bugar Dengan Senam Lantai : Gramedia Widiasarana Indonesia : Surabaya

Burhan Nurgiyantoro. 1995, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra : BPFE-YOGYAKARTA : Yogyakarta Dadan Heryana, Giri Verianti. 2010,

Pendidikan Jasmani Olahraga dan

(13)

Kementrian Pendidikan Nasional : Jakarta

Dini Rosdiana. 2012, Model Pembelajaran Langsung Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. : Alfabeta : Bandung

Edy Sih Mitranto, Slamet. 2010,

Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan Penjas Orkes. Pusat

Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional : Jakarta

Endang Widyastuti, Agus Suci. 2010, Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan. : Pusat Perbukuan,

Kementerian Pendidikan Nasional : Jakarta

Faridha Ismail, Sri Santoso Sabarini. 2010, Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan. : Pusat Perbukuan,

Kementerian Pendidikan Nasional : Jakarta

Hamzah B. Uno, Nurdin Mohammad. 2012, Belajar Dengan Pendekatan Pailkem. Bumi Aksara : Jakarta

Hendra Agusta. 2009, Pola Gerak Dalam Senam. : IPA abong : Jakarta

Jhon, Mary Jean Traetta. 2008, Dasar-Dasar Senam. : Angkasa : Bandung

Miftahu Huda. 2013, Model-Model

Pengajaran dan Pembelajaran. :

Pustaka Pelajar : Malang

Nanang Hanafiah, Cucu Suhana. 2009, Konsep Strategi Pembelajaran. : Refika Aditama : Bandung

Sarjono, Sumarjo. 2010, Pendidikan

Jasmani Olahraga dan Kesehatan. :

Pusat Perbukuan, Kementerian

Pendidikan Nasional : Jakarta

Sri Wahyuni, Sutarmin, Pramono. 2010, Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan. : Pusat Perbukuan,

Kementerian Pendidikan Nasional : Jakarta

Zainal Aqib. 2013, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. : Yrama Widya : Bandung

Gambar

Tabel  1.1  Hasil  Aktivitas  Belajar  Siswa  (Observasi Awal)  N o  Klasifikasi Nilai  Kriteria  Aspek  Jumlah  Presentase (%)  1  85-100  Baik  Sekali  -  -  2  75-84  Baik  -  -  3  60-74  Cukup  -  -  4  40-59  Kurang  19  95  5  0-39  Kurang  Sekali
Tabel  1.5    Hasil  Aktivitas  Belajar  Siswa  (Observasi Siklus II)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar berdiri dengan tangan guling kedepan Hand Stand Roll pada Siswa Kelas V SDN 3

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar berdiri dengan tangan guling kedepan Hand Stand Roll pada Siswa Kelas V SDN 3

1 bagaimana sikap dagu saat berguling ke depan 2 bagaimana posisi awal ketika melakukan guling.

Kemudian di kegiatan siswa pada siklus ke III adalah siswa melakukan gerak dasar senam guling depan melalui penerapan metode guided discovery dengan menggunakan

3.6.3 Menjelaskan teknik dasar gerakan guling belakang ( awalan jongkok / berdiri, gerakan mengguling / roll, sikap akhir ) 4.6 Mempraktikkan konsep

Melalui pengamatan, siswa dapat mempraktikkan rangkaian gerak dominan, bertumpu, tolakan, putaran, dan mendarat pada guling ke depan..

Berdasarkan hasil klasifikasi akhir pada observasi awal tentang kemampuan gerak dasar lompat jauh dengan berdasar pada empat indikator pengamatan dari 20 siswa

 Peserta didik melakukan kegiatan latihan gerak spesifik seperti Peserta didik melakukan keseimbangan menggunakan kaki, guling ke depan dan guling ke belakang2.