MENINGKATKAN TEKNIK DASAR SENAM LANTAI GULING DEPAN
DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPLICIT INSTRUCTION
PADA SISWA KELAS VII SMP N 1 TELAGA
Muhammad Ruslan Sawedi1), Ahmad Lamusu2), Zulkifli Lamusu3)1FIKK, Universitas Negeri Gorontalo (Muhammad Ruslan Sawedi)
2FIKK, Universitas Negeri Gorontalo (Ahmad Lamusu)
3FIKK, Universitas Negeri Gorontalo (Zulkifli Lamusu)
Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yang bertujuan untuk meningkatkkan teknik dasar senam lantai guling depan pada siswa kelas VII SMP N 1 Telaga dengan menggunakan metode Explicit Instruction, dengan indikator kinerja apabila mencapai 85% siswa telah menunjukan peningkatan dalam melakukan guling depan dengan kategori nilai 80%-100%. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa SMP N 1 Telaga yang berjumlah 20 orang siswa (laki-laki 12 0rang dan perempuan 8 orang).
Kata Kunci : senam lantai, metode explicit instruction
Abstract
This research is a class action (PTK), which aims to meningkatkkan basic techniques of gymnastics floor front bolsters in class VII SMP N 1 Ponds by using Explicit Instruction, with performance indicators when reaching 85% of students have shown an increase in performing front bolsters with category value of 80% -100%. The subject of research is the students of SMP N 1 Ponds, amounting to 20 students (male 12 and female 0rang 8 people).
Keywords : floor exercises, methods of explicit instruction
1. PENDAHULUAN
Dalam mewujudkan visi pendidikan nasional sangat perlu meningkatkan dan
menyempurnakan dan penyempurnaan
penyelenggaraan pendidikan nasional yang
sesuai dengan ketentuan perkembangan
masyarakat serta pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang di atur dalam salah satu wadah penyelenggaraan pendidikan berdasarkan kurikulum 2013 yang di susun sesuai jenjang pendidikan.
Pendidikan adalah pengalaman yang berlangsung dengan segala lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat
diartikan sebagai pengajaran yang
diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendekatan
secara keseluruhan, bertujuan untuk
mengembangkan kebugaran jasmani,
keteramoilan gerak, keterampilan berpikir
kritis, keterampilan social, penalaran,
stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktifitas jasmani, olahraga kesehatan yang dirancang secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Tingkat mutu pendidikan jasmani dan keolahragaan di tunjang dengan adanya ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap agar proses belajar dapat berjalan
dengan lancar, sarana dan prasana tersebut biasanya berupa alat perlengkapan fasilitas. Fasilitas ini menjadi bagian yang sangat penting bagi peningkatan dan pengembangan bakat serta keterampilan siswa dalam proses belajar mengajar khususnya teknik dasar guling depan pada senam lantai.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkan kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Ada dua konsep kependidikan yang berkait dengan lainnya, yaitu belajar (learning) dan pembelajaran (instruction). Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik.
Proses belajar mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan
pendidik, Peserta didik adalah adalah
seseorang atau sekelompok orang sebagai
pencari, penerima pelajaran yang
dibutuhkannya, sedang pendidik adalah
seseorang atau sekelompok orang berprofesi sebagai pengelolah kegiatan belajar mengajar dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang efektif.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu di miliki pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya bagus menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi perubahan dan tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik dan gaya hidupnya.
Ada banyak sekali metode pengajaran yang digunakan oleh para pendidik, salah satu metode pengajaran yang digunakan adalah metode Explicit Instruction
Tugas utama Guru dalam
menyelenggarakan pengajaran pendidikan
jasmani adalah membantu siswa untuk menjalani proses pembelajaran walaupun proses pembelajaran senam lantai sudah diajarkan pada siswa SMP N 1 Telaga khususnya siswa kelas VII, namun mereka belum juga dapat melakukan guling depan disebabkan antara lain : 1). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. 2).
Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok 3). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. 4). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. 5). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.
Inilah menjadi perhatian penuh
sebagai penulis yang sekaligus sebagai guru di SMP N 1 Telaga, khususnya kelas VII bahwa penguasaan dan kemampuan untun melakukan teknik dasar guling depan masih belum sesuai dengan harapan, sehingga hasil dilakukan pun tidak maksimal.
Pandangan inilah yang membuat
penulis tertarik dan termotivasi untuk
mengadakan suatu penelitian secara langsung dengan judul “Meningkatkan Teknik Dasar
Senam Lantai Guling Depan Dengan
Menggunakan Metode Explicit Instruction pada siswa kelas VII di SMP N 1 Telaga. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan masih rendah
b. Metode pembelajaran digunakan
guru pendidikan jasmani belum sesuai.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
permasalahan adalah “Apakah dengan
penggunaan metode pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan guling depan pada senam lantai pada siswa kelas VII SMP N 1 Telaga ? ”
Cara Pemecahan Masalah
Untuk meningkatkan kemampuan
guling depan pada senam lantai, maka strategi yang digunakan adalah metode Explicit
Instruction dengan tujuan untuk
meningkatakan keterampilan dasar siswa dalam melakukan guling depan pada senam lantai.
Langkah-langkah metode Explicit Instruction yang dilakukan pada pembelajaran guling depan adalah :
1. Guru memimpin siswa melakukan warning-up (pendinginan)
2. Guru menunjuk langsung seorang siswa guna proses pembelajaran
3. Guru menjelaskan cara pelaksanaan guling depan yang baik dan benar 4. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melakukan guling depan secara perseorangan. Yaitu, di mana dalam satu matras hanya 1 orang siswa
melakukan guling depan secara
langsung atau selangkah demi
selangkah. Hal ini di lakukan agar nantinya siswa dapat memahami yang
mengakibatkan peningkatan
kemampuan siswa dalam melakukan guling depan.
5. Guru memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan guling depan
6. Guru mengumpulkan siswa serta
mengadakan koreksi dan evaluasi 7. Guru menutup pelajaran dengan cooling
down (gerakan pendinginan) Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkkan teknik dasar senam lantai guling depan pada siswa kelas VII SMP N 1 Telaga dengan menggunakan metode Explicit Instruction. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Dengan diterapkan metode explicit
instruction dalam pemebelajaran senam lantai khususnya guling depan, siswa bisa menjadi terampil dalam menguasai gerakan dari gerak yang sifatnya sederhana ke gerak yang sifatnya kompleks.
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini adalah : a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pembelajaran untuk siswa dalam meningkatkan teknik dasar guling depan dengan baik dan benar pada senam lantai.
b. Bagi Guru
Untuk mengembangkan strategi
pembelajaran di lapangan khususnya
dalam rangka memaksimalkan
pelaksanaan pembelajaran yakni teknik dasar guling depan senam lantai dan
sebagai bahan masukan untuk
mengetahui siswa yang berprestasi
c. Bagi Sekolah
Memberikan kontribusi yang berati
yang menjadi tempat penelitian
berlangsung dan sebagai bahan
masukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa mengenai senam lantai khususnya guling depan d. Bagi Peneliti
Pemahaman peneliti menyangkut
penerapan metode maupun strategi
pembelajaran khusus pembelajaran
guling depan pada senam lantai. 2. METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di SMP N 1 Telaga dalam beberapa siklus, dan setiap siklusnya terdiri dari dua kali tindakan. Apabila kemampuan guling depan siswa belum dapat mencapai target yang di harapkan (85%) maka akan dilanjutkan pembelajaran ke siklus berikutnya. Namun bila kemampuan guling depan siswa tersebut sudah dapat mencapai/melebihi target yang diharapkan maka penelitian akan di hentikan.
Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober tahun pelajaran 2014
Karakteristik Subjek Penelitian
Yang menjadi subyek dalam
penelitian adalah siswa Kelas VII di SMP N 1 Telaga dengan jumlah siswa 20 orang yang terdiri dari 12 siswa putra dan 8 siswa putri
Variabel Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
a. Variabel Input: variabel ini
merupakan roses sebelum
pembelajaran berlangsung, di mana dalam proses ini RPP, bahan ajar, sumber belajar, media belajar dan lingkungan belajar telah disiapkan guru.
b. Variabel proses: variabel ini
merupakan proses selama
pembelajaran yang terdiri dari (a) Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras, (b) Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok, (c) Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan (d) Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada dan (e) Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.
c. Variabel out put. Variabel ini
merupakan variabel setelah
pelaksanaan pembelajaran yang terdiri dari 1) hasil belajar yang telah diperoleh, 2) perlakuan perbaikan terhadap hasil yang dicapai.
Tahap-Tahap Penelitian Tahap Persiapan
Dalam Rangka pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diadakan persiapan kegiatan awal yaitu:
1. Konsultasi dengan dosen
pembimbing
2. Melapor dan meminta izin kepada
pihak sekolah SMP N 1 Telaga,
serta mengkonsultasi rencan
pelaksanaan kegiatan dan tindakan penelitian.
3. Mendiskusikan rencana kegiatan
penelitian yang akan dilaksanakan ini bersama kepala sekolah dan guru mitra
4. Membuat lembar observasi
5. Melaksanakan tahap observasi
awal terhadapap objek penelitian
6. Menganalisis pokok pelaksanaan
subjek penelitian
7. Menetapkan waktu pelaksanaan
tindakan
a. Rancangan Tindakan
1. Menyiapkan silabus 2. Menyiapkan RPP
3. Menyiapkan buku-buku yang dapat di jadikan sebagai pendukung proses pembelajaran
4. Memantau jalannya proses
pembelajaran dengan menggunakan metode explicit instruction
5. Melaksanakan penilaian melalui tes unjuk kerja (psikomotor) untuk melihat peningkatan kemampuan guling depan siswa
b. Alat Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan beberapa instrumen sebagai alat pengumpulan datamyang bertujuan untuk melihat peningkatan hasil kemampuan guling depan siswa, yakni sebagai berikut :
a) Lembar observasi kegiatan
pembelajaran (guru dan siswa)
b) Lembar observasi kemampuan
guling depan siswa.
Kriteria keberhasilan
1. Untuk kemampuan guling depan siswa 85% dari seluruh siswa yang di kenai tindakan ini memperoleh skor/nilai rata-rata 80 ke atas dengan klasifikasi “baik sekali”
2. Daya serap klasikal memperoleh skor/nilai ideal rata-rata 85 ke atas Tahap Obervasi
Tahap Observasi
Pada saat pelaksanaan penelitian
tindakan kelas, guru mitra melakukan
pemantauan terhadap jalannya proses
pembelajaran, sedangkan peneliti sendiri
memfokuskan pemantauan terhadap
kemampuan guling depan siswa setelah di terapkannnya metode explicit instruction dalam proses pembelajaran.
Tahap Evaluasi
Pada tahap ini, dilaksanakan evaluasi kemampuan guling depan pada senam lantai
dengan menggunakan metode explicit instruction.
Tahap Analisis Dan Refleksi Tahap Analisis
a. data tentang kemampuan guling depan siswa yang berupa data kuantitatif di analisis secara kualitatif (presentase), dengan pemaknaan nilai
Baik Sekali : 85-100
Baik : 75-84
Cukup : 60-74
Kurang :40-59
Kurang Sekali : 0-39
Dengan menggunakan rumus sebagi berikut :
Daya serap perseorangan
X 100%
Daya serap klasikal
X 100%
b. Data tentang proses pembelajaran guling depan siswa di analisis secara kualitatif Tahap Refleksi
Refleksi dalam penellitian ini dilakukan melalui diskusi dengan guru mitra
serta pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian tindakan kelas ini. Tahap Akhir
Tahap ini merupakan kegiatan akhir dari penelitian, yakni peneliti merangkum seluruh data yang diperoleh selama proses kegiatan,
dan mendeskripsikan, membahas, serta
membuat kesimpulan-kesimpulan berdasarkan temuan pada proses penelitian.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Telaga dengan jumlah siswa 20 orang. Sementara yang menjadi tim peneliti dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan yang menjadi mitra kerja adalah guru yang ada di sekolah lokasi penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan masing-masing siklus dua kali perlakuan atau tindakan. Untuk memperoleh data–data yang akurat tentang tindakan kelas ini maka peneliti mengadakan observasi awal terhadap subyek penelitian sebagai data awal kriteria dasar untuk penilaian dalam penelitian ini, disamping itu selama ini peneliti hanya melihat gejala rendahnya keterampilan gerak guling depan pada sebagian besar siswa, untuk lebih jelasnya hasil penelitian tindakan kelas ini dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Hasil Pengamatan Observasi awal
Data observasi awal mengenai hasil belajar siswa kelas VII SMP N 1 Telaga kabubaten Gorontalo dalam melakukan gerak guling depan (roll depan) pada olahraga senam dilaksanakan oleh peneliti dan guru mitra pada tanggal 01 Oktober 2014
1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru
Pengamatan kegiatan dalam
melaksanakan proses pembelajaran
dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan lembar pengamatan kegitan guru. Terdapat (12) dua belas aspek yang di amati pada guru yaitu :
A. Kegiatan Awal 1. Formasi Barisan 2. Berdo’a
3. Absensi
4. Siswa melakukan pemanasan di bawah bimbingan guru
B. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan sekaligus
memperagakan dengan menyuruh salah seorang siswa yang sudah
mampu rangkaian gerakan guling depan (roll depan) yang meliputi : a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.
2. Guru memberikan tugas gerak pada siswa untuk melakukan rangkaian gerakan dasar guling depan (roll
depan) seperti yang telah di
contohkan.
3. Guru memberikan bantuan bagi
siswa yang kesulitan dalam
melakukan rangkaian gerak dasar guling depan (roll depan)
C. Kegiatan Penutup
1. Evaluasi hasil belajar siswa
2. Guru mengoreksi gerakan yang telah di lakukan oleh siswa, yang menurut
hasil pengamatan masih belum
sempurna
3. Cololing Down (pendinginan) 4. Absensi
5. Berdo’a dan bubar
Dari keduabelas aspek yang di amati tersebut, kriteria penilaian di beri kode (√) pada kolom yang berklasifikasi BS, B, C, K, KS sesuai dengan gerakan-gerakan yang di lakukan oleh siswa, apakah sudah sesuai dengan harapan atau tidak, dari hasil pengamatan yang di ketahui bahwa semua aspek dilaksanakan oleh guru.
2. Hasil Aktivitas Belajar Siswa
Untuk mengukur kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan (roll depan) dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan pembelajaran. Ada 5 (lima) aspek yang di amati atau di nilai pada siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan (roll depan) yaitu a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d).
Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.
Kegiatan obervasi awal dilaksanakan dalam bentuk praktek . Adapun hal-hal yang ditemui pada saat pelaksanaan observasi awal secara keseluruhan adalah dari 20 siswa yang diobservasi belum ada yang masuk dalam kategori kurang dan kurang sekali. 19 (95%) orang siswa yang termasuk kategori kurang (klasifikasi nilai antara 40-59), dan sebanyak 1 (5%) orang siswa kurang sekali (klasifikasi nilai antara 0-39), dalam melakukan guling depan yang terdiri dari berada pada kategori kurang karena umumnya rata-rata nilai praktek tersebut hanya berkisar pada 40-59. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1 Hasil Aktivitas Belajar Siswa (Observasi Awal) N o Klasifika si Nilai Kriteri a Aspek Jumla h Presenta se (%) 1 85-100 Baik Sekali - - 2 75-84 Baik - - 3 60-74 Cukup - - 4 40-59 Kurang 19 95 5 0-39 Kurang Sekali 1 5 JUMLAH 20 100
3. Refleksi Hasil Observasi Awal
Berdasarkan hasil pengamatan
terhadap penilaian nilai siswa dalam teknik dasar guling depan setelah mengikuti proses pembelajaran. Dari hasil observasi awal dapat diketahui bahwa dari jumlah 20 orang siswa, sebanyak 19 orang siswa yang belum memiliki kemampuan yang kurang dan 1 orang siswa memiliki kemampuan kurang sekali dalam melakukan teknik dasar guling depan. Dengan demikian sebanyak 20 orang (100%) siswa ini akan diberi tindakan dalam siklus I melalui metode explicit instruction, sementara itu guru mintra telah melakukan semua aspek tindakan secara baik. Maka dengan itu peneliti bersama guru mitra
berkesimpulan untuk melanjutkan tindakan di dalam siklus I
Hasil Pengamatan Siklus I
Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus 1 dengan rencana pembelajaran terlampir, kegiatan yang di amati adalah
kegiatan guru dalam melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode explicit instruction pada gerak dasar guling depan (roll depan) dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dengan hasil belajarnya. Dari kegiatan proses pembelajaran kemampuan melakukan gerak dasar guling depan (roll depan) dengan menggunakan metode explicit instruction.
1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru
Pengamatan kegiatan dalam
melaksanakan proses pembelajaran
dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan lembar pengamatan kegitan guru. Terdapat (12) dua belas aspek yang di amati pada guru yaitu :
A. Kegiatan Awal 1. Formasi Barisan 2. Berdo’a
3. Absensi
4. Siswa melakukan pemanasan di
bawah bimbingan guru B. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan sekaligus
memperagakan dengan menyuruh
salah seorang siswa yang sudah mampu rangkaian gerakan guling depan (roll depan) yang meliputi : a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.
2. Guru memberikan tugas gerak pada siswa untuk melakukan rangkaian gerakan guling depan (roll depan) seperti yang telah di contohkan.
3. Guru memberikan bantuan bagi siswa yang kesulitan dalam melakukan rangkaian gerakan guling depan (roll depan)
C. Kegiatan Penutup
1. Evaluasi hasil belajar siswa
2. Guru mengoreksi gerakan yang telah di lakukan oleh siswa, yang menurut
hasil pengamatan masih belum
sempurna
3. Cololing Down (pendinginan) 4. Absensi
5. Berdo’a dan bubar
Dari keduabelas aspek yang di amati tersebut, kriteria penilaian di beri kode (√) pada kolom yang berklasifikasi BS, B, C, K, KS sesuai dengan gerakan-gerakan yang di lakukan oleh siswa, apakah sudah sesuai dengan harapan atau tidak, dari hasil pengamatan yang di ketahui bahwa semua aspek dilaksanakan oleh guru.
2. Hasil Aktivitas Belajar Siswa
Untuk mengukur kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan (roll depan) dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan pembelajaran. Ada 5 (lima) aspek yang di amati atau di nilai pada siswa dalam melakukan gerak guling depan (roll depan) yaitu a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.
Data hasil pengamatan Pada siklus I dan sampak terjadi peningkatan secara signifikan. Hasil pengamatan tersebut di dapat bahwa, dari 20 orang siswa, Klasifikasi baik 2 (10%), Klasifikasi Cukup 12 (60%), dan Klasifikasi Kurang 6 (30%). Untuk lebih jelasnya hasil tersebut Dapat diketahui pada tabel berikut :
Tabel 1.3 Hasil Aktivitas Belajar Siswa (Observasi Siklus I)
N o Klasifika si Nilai Kriteri a Aspek Jumla h Presenta se (%) 1 85-100 Baik Sekali - - 2 75-84 Baik 2 10 3 60-74 Cukup 12 60 4 40-59 Kurang 6 30 5 0-39 Kurang Sekali - - JUMLAH 20 100
3. Refleksi Hasil Tindakan Siklus Satu
Analisis dan refleksi merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan baik oleh peneliti maupun pengamat mulai dari awal kegiatan sampai akhir siklus dengan tujuan untuk mendapat gambaran umum
apakah tindakan yang dilakukan
mempengaruhi peningkatan teknik dasar guling depan bagi siswa kelas VII SMP N 1 Telaga.
Dari 5 aspek yang dinilai dalam kegiatan teknik guling depan yaitu a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok. keseluruhan ini dilakukan dengan praktek keseluruhan rata-rata perolehan sebanyak 63,5% artinya masih berada pada kategori cukup, Untuk itu mencapai indikator baik, sehingga dirasa perlu untuk mengulang kembali ke siklus kedua Hasil Pengamatan Siklus II
Pengambilan data pada siklus II sama dengan pengambilan data pada siklus I, yaitu dilaksanakan oleh peneliti dan guru mitra
sebagai pengamat (obsever). Pada
pelaksanaan tindakan siklus II ini, peneliti telah berupaya seoptimal mungkin untuk melakukan pembelajaran gerak guling depan (roll depan) dengan menggunakan metode explicit instruction. Berbagai kekurangan yang pernah dilakukan dalam pembelajaran
gerak guling depan (roll depan) pada siklus I, diupayakan tidak berulang lagi pada siklus II. 1. Hasil Pengamatan Kegiatan Guru
Pengamatan kegiatan dalam
melaksanakan proses pembelajaran dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar pengamatan kegitan guru. Terdapat (12) dua belas aspek yang di amati pada guru yaitu : A. Kegiatan Awal
1. Formasi Barisan 2. Berdo’a
3. Absensi
4. Siswa melakukan pemanasan di
bawah bimbingan guru B. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan sekaligus
memperagakan dengan menyuruh
salah seorang siswa yang sudah mampu rangkaian gerakan guling depan (roll depan) yang meliputi : a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.
2. Guru memberikan tugas gerak pada siswa untuk melakukan rangkaian gerakan guling depan (roll depan) seperti yang telah di contohkan. 3. Guru memberikan bantuan bagi siswa
yang kesulitan dalam melakukan rangkaian gerakan guling depan (roll depan)
C. Kegiatan Penutup
1. Evaluasi hasil belajar siswa
2. Guru mengoreksi gerakan yang telah di lakukan oleh siswa, yang menurut
hasil pengamatan masih belum
sempurna
3. Cololing Down (pendinginan) 4. Absensi
5. Berdo’a dan bubar
Dari keduabelas aspek yang di amati tersebut, kriteria penilaian di beri kode (√) pada kolom yang berklasifikasi BS, B, C, K,
KS sesuai dengan gerakan-gerakan yang di lakukan oleh siswa, apakah sudah sesuai dengan harapan atau tidak, dari hasil pengamatan yang di ketahui bahwa semua aspek dilaksanakan oleh guru.
2. Hasil Aktivitas Belajar Siswa
Untuk mengukur kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar guling depan (roll depan) dengan menggunakan lembar pengamatan kegiatan pembelajaran. Ada 5 (lima) aspek yang di amati atau di nilai pada siswa dalam melakukan gerak guling depan (roll depan) yaitu a). Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras. b). Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok c). Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan. d). Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada. e). Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok.
Berdasarkan data hasil pengamatan kegiatan siklus II yang tercantum pada tabel di bawah, dapat diketahui dari 20 orang siswa yang di amati melalui indikator penilaian teknik dasar guling depan, terdapat 12 (60%) orang siswa berada dalam kategori “Baik Sekali”, dan 8 (40%) orang siswa berada kategori “Baik”. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1.5 Hasil Aktivitas Belajar Siswa (Observasi Siklus II)
N o Klasifika si Nilai Kriteri a Aspek Jumla h Presenta se (%) 1 85-100 Baik Sekali 12 60 2 75-84 Baik 8 40 3 60-74 Cukup - - 4 40-59 Kurang - - 5 0-39 Kurang Sekali - - JUMLAH 20 100 PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian di
lapangan maka diperoleh data siklus pertama yaitu untuk (a) Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras 3,45%, selanjutnya (b)
Meletakkan posisi kaki pada tangan matras
dengan sikap jongkok 2,35%, (c)
Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan 1,95%, (d) Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada yaitu 2%, dan (e) Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok 2,5%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa belum seluruhnya memiliki gerak dasar guling depan sesuai harapan, dengan demikian perlu adanya pelaksanaan tindakan pada siklus ke dua. Di samping itu kurang meningkatnya tindakan pada siklus pertama merupakan acuan untuk memperbaiki hal-hal yang masih perlu dibenahi untuk peningkatan gerak guling depan dimaksud pada siklus berikutnya, dengan kata lain kesalahan-kesalahan tindakan
pada siklus pertama diperbaiki pada
pelaksanaan tindakan pada siklus ke dua. Lebih lanjut, apabila pada siklus ke dua peningkatan gerak guling depan siswa telah memenuhi standar indikator kinerja yang diharapkan maka dapat disimpulkan bahwa
penggunaan metode ataupun starategi
pembelajaran baik dalam pembelajaran
maupun sejenisnya dapat meningkatkan gerak guling depan siswa atau penelitian dinyatakan berhasil.
Berdasarkan sedikit ulasan di atas maka berikut ini adalah gambaran hasil pelaksanaan siklus ke dua sebagai upaya dalam tahap-tahap proses peningkatan gerak dasar guling depan.
Pada pelaksanaan tindakan pada siklus ke dua ini gerak guling depan siswa meningkat menjadi 85,5%. artinya bahwa dalam komponen tersebut peningkatan gerak guling depan mencapai hingga 40,5% dari hasil pada observasi awal sebesar 45%. Peningkatan pada siklus ke dua tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. a) Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras 4%, selanjutnya (b) Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok 3,6%, (c) Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan 3,05%, (d) Meletakkan pundak pada matras dengan kepala menunduk hingga dagu menyentuh dada yaitu 3,05%, dan (e) Sikap akhir memegang kedua lutut dengan
peningkatan-peningkatan yang terjadi pada siklus ke dua ini maka dapat disimpulkan
bahwa dengan perubahan metode
pembelajaran maka beberapa komponen gerak
dasar guling depan siswa dimaksud
meningkat, alasannya karena dalam
penggunaan metode explicit instruction
pembelajaran siswa merasa lebih leluasa dalam mengeskpresikan gerakannya, sehingga dalam belajar siswa menemukan gaya belajarnya sendiri dan sesuai dengan tingkat perkembangan gerak guling depan yang ada pada siswa itu sendiri.
peningkatan gerak guling depan siswa melebihi indikator kinerja yang diharapkan, artinya bahwa pada masing-masing komponen gerak guling depan pada setiap siklus sangat
jelas selisih peningkatannya. Dengan
demikian maka hipotesis penelitian tindakan kelas yang menyatakan bahwa: “melalui perubahan metode pembelajaran maka gerak guling depan siswa kelas VII di SMP N 1 Telaga Meningkat” dan dapat di terima.
4. KESIMPULAN
1. Berdasakan hasil pencapaian pelaksanaan penelitian tindakan kelas, maka dapat disimpulkan hipotesis tindakan yaitu
melalui melalui metode explicit
instruction maka gerak dasar guling depan (roll depan) siswa kelas VII di SMP N 1 Telaga Kabupaten Gorontalo Meningkat.
2. Adapun hasil penelitian yang diperoleh di lapangan khususnya siklus pertama untuk (a) Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras 3,45%, selanjutnya (b) Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok 2,35%, (c)
Membengkokkan tangan pada saat
melakukan guling depan 1,95%, (d) Meletakkan pundak pada matras dengan
kepala menunduk hingga dagu
menyentuh dada yaitu 2%, dan (e) Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok 2,5%, Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa rata-rata
keseluruhan ini dilakukan dengan praktek perolehan sebanyak 63,5% artinya masih
berada pada kategori cukup siswa belum seluruhnya memiliki gerak dasar guling depan sesuai harapan.
3. Selanjuntya pada siklus ke dua (a) Sikap awal melakukan posisi kaki pada matras 4%, (b) Meletakkan posisi kaki pada tangan matras dengan sikap jongkok 3,6%, (c) Membengkokkan tangan pada saat melakukan guling depan 3,05%, (d) Meletakkan pundak pada matras dengan
kepala menunduk hingga dagu
menyentuh dada yaitu 3,05%, dan (e) Sikap akhir memegang kedua lutut dengan sikap jongkok 3,4% keseluruhan ini dilakukan dengan praktek keseluruhan rata-rata perolehan sebanyak 85,5% artinya telah berada pada kategori baik
sekali. Berdasarkan
peningkatan-peningkatan yang terjadi pada siklus ke dua ini maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode explicit instruction maka beberapa komponen gerak dasar siswa dalam guling depan
(roll depan) dimaksud meningkat,
alasannya karena dalam penggunaan metode explicit instruction siswa merasa lebih leluasa dalam mengeskpresikan gerakannya, sehingga dalam belajar siswa menemukan gaya belajarnya sendiri dan sesuai dengan tingkat perkembangan gerak yang ada pada siswa itu sendiri.
5. REFERENSI
Aan Sunjata Wisahati, Teguh Santoso. 2010, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. : Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional : Jakarta
Biasworo Adisuyanto Aka. 2009, Cerdas dan Bugar Dengan Senam Lantai : Gramedia Widiasarana Indonesia : Surabaya
Burhan Nurgiyantoro. 1995, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra : BPFE-YOGYAKARTA : Yogyakarta Dadan Heryana, Giri Verianti. 2010,
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kementrian Pendidikan Nasional : Jakarta
Dini Rosdiana. 2012, Model Pembelajaran Langsung Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. : Alfabeta : Bandung
Edy Sih Mitranto, Slamet. 2010,
Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan Penjas Orkes. Pusat
Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional : Jakarta
Endang Widyastuti, Agus Suci. 2010, Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan. : Pusat Perbukuan,
Kementerian Pendidikan Nasional : Jakarta
Faridha Ismail, Sri Santoso Sabarini. 2010, Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan. : Pusat Perbukuan,
Kementerian Pendidikan Nasional : Jakarta
Hamzah B. Uno, Nurdin Mohammad. 2012, Belajar Dengan Pendekatan Pailkem. Bumi Aksara : Jakarta
Hendra Agusta. 2009, Pola Gerak Dalam Senam. : IPA abong : Jakarta
Jhon, Mary Jean Traetta. 2008, Dasar-Dasar Senam. : Angkasa : Bandung
Miftahu Huda. 2013, Model-Model
Pengajaran dan Pembelajaran. :
Pustaka Pelajar : Malang
Nanang Hanafiah, Cucu Suhana. 2009, Konsep Strategi Pembelajaran. : Refika Aditama : Bandung
Sarjono, Sumarjo. 2010, Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan. :
Pusat Perbukuan, Kementerian
Pendidikan Nasional : Jakarta
Sri Wahyuni, Sutarmin, Pramono. 2010, Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan. : Pusat Perbukuan,
Kementerian Pendidikan Nasional : Jakarta
Zainal Aqib. 2013, Model-Model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. : Yrama Widya : Bandung