VII-1
BAB 7
RENCANA INDUK DAN PRA DESAIN
PENGEMBANGAN SPAM
7.1.
RENCANA POLA PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN FLORES TIMUR
7.1.1. KEBIJAKAN UMUM TATA RUANG PERENCANAAN TATA RUANG WILAYAH
Fungsi dan peran wilayah di Kabupaten Flores Timur terbagi menjadi dua kawasan, yaitu kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
7.1.1.1. Kawasan Perkotaan A. Fungsi dan Peran Wilayah
Dalam strategi pengembangan wilayah di Kabupaten Flores Timur ditetapkan beberapa fungsi dan peran wilayah, terutama untuk kawasan perkotaan (ibukota kecamatan) yang memiliki fungsi sebagai pusat pertumbuhan dalam skala pelayanan (pusat SSWP), yaitu
a. Fungsi dan Peran Pusat SSWP
Sebagai pusat pertumbuhan wilayah sekitarnya
Pada setiap pusat SSWP (Larantuka, Wulanggitang, Adonara Timur, Witihama dan Solor Timur) untuk menunjang fungsinya harus tersedia dan dilengkapi dengan pusat perdagangan untuk menampung barang dari wilayah yang dilayani, pusat koleksi dan distribusi barang jenis perdagangan sekunder dan tersier, pusat pengembangan industri kecil (pengelolaan/manajemen, pengolahan, koleksi dan
VII-2 distribusi pemasarannya), serta adanya fasilitas yang dapat melayani kecamatan sekitarnya.
Sebagai pusat pelayanan umum
Pada perkotaan yang mempunyai fungsi sebagai pusat SSWP, maka seharusnya juga merupakan pusat pelayanan umum yang melayani wilayah sekitarnya, mengingat sesuai dengan fungsinya sebagai pusat SSWP perkotaan ini tentunya mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Oleh karenanya pengembangan fasilitas umum yang dilakukan adalah fasilitas umum yang mempunyai skala pelayanan sub regional dan dapat melayani penduduk dalam lingkup sosial seperti pendidikan, kesehatan dan sebagainya.
b. Fungsi dan Peran Ibukota Kecamatan
Bagi perkotaan kecamatan yang tidak memiliki fungsi sebagai pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya, maka perkotaan kecamatan tersebut tetap merupakan wilayah inti bagi desa-desa sekitarnya pada tingkat kecamatan. Wilayah perkotaan kecamatan ini juga harus memberikan pelayanan sosial-ekonomi minimal sampai tingkat wilayah administrasi kecamatan itu sendiri seperti halnya wilayah yang berfungsi sebagi pusat SSWP. Jenis pelayanan sosial ekonomi yang seharusnya ada pada perkotaan kecamatan ini diantaranya yaitu pendidikan (tingkat SLTA), kesehatan (puskesmas) dan sebagainya.
B. Kebijaksanaan Keseimbangan Ekologi
Pemanfaatan ruang wilayah untuk berbagai kegiatan baik kegiatan yang produktif maupun kegiatan yang tidak produktif harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dalam arti menjaga keseimbangan ekologi. Untuk itu maka dalam pemanfaatan ruang wilayah harus terbagi dalam beberapa kawasan yang mepunyai fungsi masing-masing, sehingga perlu pengalokasian tanah yang ditetapkan sebagai kawasan yang dapat dibudidayakan dan kawasan yang tidak dapat dibudidayakan. Kawasan yang termasuk dalam kawasan bukan budidaya adalah hutan lindung, hutan suaka alam, hutan raya, taman nasional (di darat, dan di laut), hutan wisata dan cagar budaya yang telah ada dan akan dikembangkan harus ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peratuan/Perundangan yang berlaku. Penggunaan tanah untuk kegiatan permukiman pada suatu kawasan non budidaya sepanjang masih menjamin kelestarian alam dan perlindungan maka keberadaannya masih dapat dipertahankan, tetapi tidak diijinkan untuk diperluas atau dikembangkan lebih lanjut. Penggunaan tanah
VII-3 yang dipakai untuk kegiatan budidaya (sawah, permukiman, tegalan, dan sebagainya) yang terletak pada kawasan lindung dimana kegiatan tersebut tidak bisa menjamin fungsi hidrologis secara bertahap diubah menjadi hutan lindung sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan pemerintah. Pada kawasan dimana terdapat berbagai satwa yang dilindungi, maka berbagai kegiatan yang diperkirakan dapat mengganggu keberadaan satwa tersebut tidak boleh dilakukan.
Peralihan penggunaan tanah dalam kawasan perlindungan ini yang tidak menjamin terpeliharanya fungsi hidrologis dilarang, kecuali suatu jenis penggunaan tanah yang karena sifatnya tidak dapat dialihkan ke tempat lain (jaringan listrik, saluran air bersih, dan sebagainya) dengan tetap melakukan teknik konservasi. Walaupun demikian pemanfaatan tanah untuk kegiatan pertanian dan perkebunan dengan memanfaatkan peningkatan teknologi pengolahan sangat diperlukan baik sistem pengolahan tanah maupun sistem pola tanamnya. Selain itu pada daerah-daerah sekitar waduk, mata air dan pantai juga harus tetap dijaga kelestariannya khususnya untuk peralihan penggunaan. Oleh karena itu pada kawasan waduk lebih kurang 100 meter dari permukaan air tertinggi tidak ada kegiatan penggunaan tanah lainnya yang dapat menimbulkan dampak lingkungan, pada kawasan pantai dan sekitar mata air masing-masing pada radius 500 meter dari surut terendah 200 meter dari permukaan air tertinggi harus merupakan kawasan yang dilindungi.
Pada kawasan perkotaan pada dasarnya tanah yang ada dapat dialih fungsikan untuk kegiatan perkotaan yang berorientasi pada bidang non pertanian. Walaupun demikian pada kawasan perkotaan ini memerlukan ruang terbuka untuk menjaga keseimbangan ekologisnya. Hal ini sangat diperlukan terutama untuk menyediakan udara yang bersih di kota.
Untuk menyediakan ruang terbuka yang cukup bagi pembangunan perkotaan yang disesuaikan dengan kodisi perkotaan di Kabupaten Flores Timur, maka ditetapkan pengembangan ruang terbuka hijau kota sebagai berikut :
1. Kawasan perkotaan yang tidak berfungsi sebagai pusat SSWP maka dalam pengaturannya perlu disediakan ruang terbuka hijau (yang dapat juga berfungsi sebagai tanah cadangan pengembangan kota), dengan luas minimum 40% dari luas wilayah perkotaan yang telah ditetapkan, sedangkan jika mempunyai fungsi lindung
VII-4 diperlukan luasan tanah minimum 50%. Kebutuhan tanah tersebut diluar penghitungan untuk kebutuhan ruang terbuka pelengkap permukiman perkotaan. 2. Kawasan perkotaan yang berfungsi sebagai pusat SSWP maka dalam
pengaturannya perlu disediakan ruang terbuka hijau (dapat juga berfungsi sebagi tanah cadangan pengembangan kota), dengan luas minimum 30% dari luas wilayah perkotaan yang telah ditetapkan, sedangkan jika mempunyai fungsi lindung diperlukan luasan tanah minimum 40%.
3. Pengaturan antar bangunan perlu pengendalian Koefisien Dasar Bangunan dan Koefisien Lantai Bangunan sesuai dengan fungsi tiap-tiap zone. Kawasan yang temasuk kawasan konservasi harus tetap dijaga dan dilestarikan keseimbangan lingkungannya misalnya pada kawasan sekitar sungai yang merupakan kawasan yang perlu dikonservasi. Sedangkan pada bagian kota yang penggunaannya untuk permukiman dengan kondisi yang padat maka harus disediakan kawasan hijau tersendiri misalnya dengan menggunakan pot-pot bunga, jalur hijau dan sebagainya sehingga kondisi lingkungan yang padat tesebut memberikan kesan yang asri dan rapi.
4. Pada kawasan yang merupakan daerah yang akan dan atau tercemar misalnya kawasan industri harus disediakan kawasan penyangga (buffer zone) dan harus dilengkapi dengan studi AMDAL supaya kualitas lingkungan dan keseimbangan ekologi tetap terjaga.
5. Pada daerah perkotaaan yang memiliki potensi tanah sebagai hutan kota, maka keberadaannya harus tetap dilestarikan dan diupayakan pengembangan kehidupan fauna yang mendukung keseimbangan ekosistem.
C. Kebijaksanaan Optimasi Pemanfaatan Ruang
Sesuai dengan karakteristik kawasan perkotaan yang ada di Kabupaten Flores Timur, yakni sebagai kota kecamatan maka kegiatan perkotaan yang cenderung lebih intensif dibandingkan dengan kawasan sekitarnya, maka perlu pengendalian pem anfaatan ruang kota. Untuk itu optimasi pemanfaatan ruang pada kawasan perkotaan ditetapkan sebagai berikut :
1. Kawasan pusat kota ditetapkan intensitas kegiatannya memiliki intensitas yang lebih tinggi dibandingkan wilayah sekitarnya. Sesuai dengan fungsinya maka pada kegiatan pusat kota ini sebaiknya digunakan untuk kegiatan yang mempunyai skala pelayanan yang luas, dengan dominasi kegiatan perdagangan - jasa, perkantoran dan fasilitas umum lainnya.
VII-5 2. Sekitar kawasan pusat kota sebaiknya dilengkapi dengan ruang terbuka hijau,
misalnya taman kota, ruang terbuka untuk umum. Kawasan pusat kota ini dapat juga terdapat kawasan permukiman dengan fasilitas pelengkapnya, dengan kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan kawasan permukiman pada kawasan permukiman yang lainnya.
3. Untuk efesiensi pergerakan dan pelayanan kepada masyarakat, maka setiap kawasan perkotaan dibagi dalam beberapa bagian wilayah kota (BWK) dan setiap BWK memiliki pusat pelayanan skala BWK; selanjutnya setiap BWK dibagi dalam beberupa unit lingkungan (UL), dan setiap unit lingkungan memiliki pusat pelayanan skala unit lingkungan.
4. Untuk perkotaan yang memiliki fungsi khusus seperti perkotaan Tiwatobi terdapat Bandar Udara Gewayantana maka pemanfaatan ruang di sekitarnya perlu dibatasi dengan jarak tertentu agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat di sekitarnya atau sebaliknya
5. Pada kawasan perkotaan yang memiliki tanah yang subur, maka prioritas pengembangannya diupayakan agar diarahkan pada tanah yang kurang subur dengan catatan struktur tata ruang yang ideal juga tetap harus diperhatikan.
6. Untuk menjaga kualitas lingkungan dan estetika pembangunan perkotan, maka harus dikendalikan besaran koefisien dasar bangunan (KDB) dan koefisien lantai bangunan (KLB) yang proporsional dengan karakteristik kegiatan yang akan berkembang. 7. Sesuai dengan prinsip keseimbangan ekologi kawasan perkotaan, maka setiap kota
harus meyediakan ruang terbuka yang cukup, sesuai dengan standard kebutuhan ruangnya minimal 30 %.
8. Bagi kawasan perkotaan yang sekitar pusat kotanya sudah padat, atau jalan utamanya hanya satu, maka perlu memperkirakan untuk merencanakan jalan alternatif sebagai antisipasi perkembangan kota pada masa yang akan datang.
7.1.1.2. Kawasan Perdesaan
Penataan ruang kawasan perdesaan diarahkan untuk: a. pemberdayaan masyarakat perdesaan;
b. pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya; c. konservasi sumber daya alam;
d. pelestarian warisan budaya lokal;
e. pertahanan kawasan lahan abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan; dan f. penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-perkotaan.
VII-6
a. Kebijaksanaan Pengembangan Kawasan
Kawasan yang tidak terbangun pada umumnya berupa pertanian sawah, tegal, tanah perkebunan dan hutan dan tanah-tanah lain yang sifatnya tidak digunakan untuk tanah terbangun. Untuk tanah-tanah tersebut perlu adanya pengaturan dan pengembangannya, yang antara lain :
Tanah-tanah pertanian, terutama pertanian yang beririgasi teknis akan tetap dipertahankan sesuai dengan fungsinya.
Pergeseran atau perubahan dari tanah tak terbangun/sawah ke tanah terbangun, hendaknya memanfaatkan tanah sawah yang kurang subur.
Tanah untuk hutan perlu dipertahankan sesuai dengan fungsinya sebagai kawasan lindung, konservasi air dan tata hijau
Tanah-tanah perkebunan yang berpotensial sebagai penopang perekonomian penduduk seperti kopi, cengkeh, kakao, lada, mente dan kapuk tetap dipertahankan sesuai dengan fungsinya dan apabila ada penggunaan untuk tanah terbangun pada kawasan tersebut hendaknya penggunaannya berkaitan dengan fungsi perkebunan dan perlu dibatasi perkembangannya.
Sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan produktivitas sosial-ekonomi masyarakat maka dibentuk desa sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) di seluruh Kabupaten Flores Timur.
Pada Desa Pusat Pertumbuhan ditempatkan fasilitas yang mampu menjadi pusat orientasi dalam memenuhi kebutuhan dan sentra pemasaran hasil produksi.
Orientasi pemanfaatan ruang masih dipertahankan pada dominasi ruang terbuka, dengan peningkatan dan optimasi tanah pertanian, perkebunan, peternakan serta perikanan.
Dalam rangka pemanfaatan ruang untuk budidaya maka diutamakan intensifikasi di semua bidang budidaya.
Fungsi tanah yang diperuntukkan sebagai kawasan lindung beserta kawasan lindung turunannya tetap dipertahankan, dengan meningkatkan peran serta masyarakat setempat dalam pengelolaannya.
Peningkatan jaringan utilitas dalam hal ini peningkatan kualitas jaringan jalan, listrik, telepon dan air bersih agar kualitas hidup masyarakat dapat terus meningkat.
b. Kebijaksanaan Pengembangan Kegiatan Sosio-Ekonomi
Untuk peningkatan kegiatan sosio-ekonomi wilayah, maka bidang strategis dan mempunyai daya dorong yang kuat terhadap pemacuan pertumbuhan kegiatan sangat
VII-7 diperlukan. Bidang-bidang yang diperkirakan mampu untuk memacu pertumbuhan wilayah ini diharapkan akan mampu menyerap tenaga kerja yang lebih tinggi. Untuk lebih memacu pertumbuhan ekonomi maka kebijaksanaan pengembangannya antara lain :
Peningkatan keterkaitan antara bidang pertanian dan industri, misalnya membuat agro-industri, agropolitan dan kawasan strategis.
Meningkatkan nilai guna komoditi yang ada, misalnya dengan membuat industri rumah tangga atau sentra industri kecil.
Memberikan ketrampilan pada berbagai bidang.
Membuka/meningkatkan perhubungan, komunikasi dan transportasi pada wilayah yang memiliki potensi ekonomi yang belum dimanfaatkan secara optimum.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang identifikasi potensi bidang strategis pada setiap desa yang ada.
7.1.1.3. Kawasan Tertentu/Khusus
Kawasan Tertentu/Khusus yang terdapat di Kabupaten Flores Timur meliputi kawasan industri, lapangan udara, militer dan pariwisata. Kebijaksanaan-kebijaksanaan pengembangan kawasan-kawasan tersebut adalah:
a. Kawasan Industri
Kawasan industri, sesuai dengan arahan yang ada maka untuk ruang terbuka hijaunya minimum harus disediakan 30% dan pemanfatan tanah itu sendiri besaran KDB maksimum 40%. Bagi industri besar dan menengah akan dialokasikan dalam suatu industrian park (kawasan industri) di Waibalun di Kecamatan Larantuka serta berjauhan dengan kawasan permukiman, sedangkan industri kecil yang non polutif dapat membaur dengan permukiman penduduk. Dalam rangka menjaga kualitas lingkungan hidup, sejak dini diterapkaan pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan yang terpadu dan kontinyu.
b. Kawasan Lapangan Udara
Pengembangan kawasan di sekitar bandar udara Kecamatan Ile Mandiri, ditempuh melalui optimasi pemanfaatan ruang dilakukan dengan penetapan kawasan bebas seluas 3 km dari runway dan radius di sekitar bandar udara sejauh 2 km agar bebas dari kawasan terbangun dan permukiman. Pembatasan jenis kegiatan tidak menggangu aktivitas bandara.
VII-8
c. Kawasan Militer
Untuk kawasan meliter di bedakan menjadi dua, yaitu komplek militer dan areal latihan. Di sekitar komplek militer harus dilakukan pelarangan penggunaan tanah yang memiliki intensitas kegiatan tinggi. Sedangkan pada areal latihan militer di Kelurahan Lokea di Kecamatan Larantuka apabila sudah tidak dapat memenuhi tingkat keamanan masyarakat yang berada di sekitarnya perlu dialokasi di kawasan yang baru. Kawasan militer harus jauh dari permukiman penduduk.
d. Kawasan Pariwisata
Dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Flores Timur agar pengembangannya tetap berwawasan lingkungan dan mengutamakan kelestarian, maka langkah-langkah kebijaksanaan yang harus ditempuh adalah :
Kegiatan pengembangan obyek pariwisata harus tidak meninggalkan keasliannya Dalam pengembangan pariwisata harus ada keterkaitan antar obyek melalui paket
wisata untuk lebih menghidupkan kepariwisataan di Kabupaten Flores Timur. Pelestarian wisata budaya untuk menunjang atraksi wisata
Peningkatan aksesibilitas (jalan dan transportasi), sarana/prasarana pariwisata sangat berperan penting bagi pengembangan pariwisata sehingga harus dikedepankan
Kegiatan promosi melalui leaflet, kalender wisata dan pekan wisata juga penting perannya bagi pengembangan pariwisata
7.1.1.4. Kebijakan Optimasi Pemanfaatan Air
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang vital, karena selain sangat dibutuhkan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya sumber daya ini jumlahnya tetap untuk itu perlu dimanfaatkan secara optimal. Untuk itu langkah - langkah optimasi dalam rangka pemanfaatannya dapat ditempuh melalui :
Pemenuhan kebutuhan air dapat dipenuhi dengan memanfaatkan sumber-sumber air baru yang belum dimanfaatkan secara optimal
Pemanfaatan aliran air agar tidak langsung bermuara di laut dengan pembangunan embung atau bendungan.
Untuk menjaga kontinuitas air permukaan (mata air) dilakukan penetapan pengamanan kawasan dengan pembuatan buffer 200 m di sekelilingnya.
VII-9 Pemanfaatan air yang digunakan sebagai konsumsi air minum oleh penduduk lebih
dioptimalkan dengan memperbanyak sambungan jaringan air oleh PDAM, dan kran umum.
Pemanfaatan air yang digunakan sebagai irigasi pertanian dioptimalkan dengan melakukan pola penggiliran tanam antara padi dan palawija yang terencana.
Pemanfaatan air yang digunakan untuk industri dioptimalkan dengan memberikan ketentuan dalam pembuatan intake (saluran masuk) air ke suatu industri, dan penentuan tarif tertentu yang harus dibayar oleh suatu pabrik apabila memanfaatkan air sungai untuk kegiatan produksinya.
Untuk menjaga kontinuitas air tanah dangkal dan dalam, maka kawasan-kawasan yang berfungsi sebagai kawasan mampu menangkap air hujan dalam jumlah besar (kawasan lindung) akan tetap dipertahankan.
Dalam menjaga kondisi air sungai maka dilakukan optimasi dengan penetapan garis sempadan sungai sejauh 100 meter untuk sungai besar, 50 meter untuk anak sungai di luar kawasan permukiman, serta 15 meter di kawasan permukiman untuk sungai dan anak sungai.
7.1.1.5. Kebijakan Optimasi Pemanfaatan Ruang Udara
Sejauh ini pemanfaatan ruang saluran udara akan terkait dengan aktifitas di bawahnya (tanah). Penggunaan ruang udara yang digunakan sebagai ruang untuk penempatan jaringan listrik tegangan tinggi dan ekstra tinggi, ruang pengaman di sekitar bandar udara, dan ruang perlindungan di atas hutan lindung harus mendapat pengawasan agar tidak di campuri oleh kegiatan lain yang dapat menimbulkan konflik dan saling membahayakan. Mengingat optimasi ruang udara terkait dengan aktifitas dibawahnya (tanah) maka, kebijaksanaan optimasinya berupa :
Penetapan ruang bebas bangunan dan aktifitas manusia di bawah jaringan listrik Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT). Ruang konservasi adalah 20 meter di kanan dan kiri jaringan. Semakin tinggi jarak jaringan ke tanah maka semakin kecil ruang yang dikonservasi
Penetapan ruang bebas bangunan dan aktifitas manusia di sekitar kawasan bandara udara Gewayantana. Untuk kawasan di sekitar bandar udara, optimasi pemanfaatan ruang dilakukan dengan penetapan kawasan bebas seluas 3 km dari runway dan radius di sekitar badar udara sejauh 2 km agar bebas dari kawasan terbangun dan permukiman.
VII-10
7.1.2. STRUKTUR TATA RUANG
Berdasarkan rencana tata ruang Propinsi Nusa Tenggara Timur, Kota Larantuka diarahkan sebagai hierarki II (Kota dengan Skala Kegiatan Wilayah). Kota yang mempunyai skala kegiatan wilayah di Propinsi Nusa Tenggara Timur adalah sebagai berikut:
Larantuka, Kabupaten Flores Timur;
Kota Soe, Kabupaten Timor Tengah Selatan; Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara; Baa, Kabupaten Rote Ndao;
Kalabahi, Kabupaten Alor; Kota Ende, Kabupaten Ende; Bajawa, Kabupaten Ngada; Ruteng, Kabupaten Manggarai; Lewoleba, Kabupaten Lembata;
Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat; Waitabula, Kabaten Sumba Barat; Reo, Kabupaten Manggarai; Marapokot, Kabupaten Ngada; Betun, Kabupaten Belu;
Aesesa/ Mbay, Kabupaten Ngada.
7.1.3. POLA PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
A. Luas Wilayah Produktif
Luas wilayah produktif di Kabupaten Flores Timur dilihat dari luas Lahan Pertanian Produktif dan luas Lahan Perkebunan Produktif. Untuk mengetahui presentase luas wilayah produktif diperoleh dengan membandingan luas lahan produktif dengan luas kawasan bududaya. Presentase luas wilayah produktif Kabuapten Flores Timur dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7.1 Persentase Luas Wilayah Produktif Kabupaten Flores Timur
No. Uraian Luas Ha 1 Luas Wilayah Produktif 57.041,05
2 Luas Seluruh Wilayah Budidaya 161.141
3 Rasio (1/2) 0.35
Sumber: Data Olahan dari RTRW Kabupaten Flores Timur, 2007-2027
VII-11 B. Luas Wilayah Kebanjiran
Kabupaten Flores Timur memiliki topografi yang bergunung-gunung dan berbukut bukit. Kondisi fisik alam Flores Timur ini mengakibatkan wilayah ini rawan terhadap bancana banjir. Luas wilayah rawan banjir di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7.2 Persentase Kawasan Rawan Banjir Kabupaten Flores Timur
No. Uraian Luas (Ha)
1 Luas Wilayah Rawan Banjir 1,402.34
2 Luas Wilayah Kabupaten Flores Timur 181,285.00
3 Rasio 0.01
Sumber: Data Olahan dari RTRW Kabupaten Flores Timur, 2007-2027
C. Luas Wilayah Kekekeringan
Letak geografis Kabupaten Flores Timur berdampak klimatologi yaitu hanya mengalami 2 musim yaitu musim kemarau dan musin hujan dengan lama musim kemarau lebih lama yakni selama 8 bulan dan musim hujan selama 4 bulan. Konsekuensinya Flores Timur menjadi wilayah yang tergolong kering dan selalu megalami bencana kekeringan. Kondisi wilayah yang juga mempengaruhi kekeringan adalah jenis tanah. Umumnya jenis tanah di Kabupaten Flores Timur terdiri dari jenis tanah alivial, greysol, kambisol, andosol, meditern, gromosol, rezina, padzolik dan yermosol. Presentase wilayah kekeringan di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7.3 Persentase Luas Wilayah Kekeringan Kabupaten Flores Timur
No. Uraian Luas (Ha)
1 Luas Wilayah Kekeringan 16,641.24
2 Luas Wilayah Kabupaten Flores Timur 181,285.00
Rasio 0.09
Sumber: Data Olahan dari RTRW Kabupaten Flores Timur, 2007-2027
D. Luas wilayah Perkotaan
Ada 2 wilayah perkotaan di Kabupeten Flore Timur. Wilayah perkotaan Larantuka seluas 9.981,71 Ha dan Wilayah perkotaan Waiwerang seluas 2.094,94 Ha. Presentase luas wilayah perkotaan di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada tabel berikut.
VII-12
Tabel 7.4 Persentase Luas Wilayah Perkotaan Kabupaten Flores Timur
No. Uraian Luas (Ha)
1 Luas Wilayah Perkotaan Larantuka 9,981.71
2 Luas Wilayah Perkotaan Waiwerang 2,094.91
Total 12,076.62
3 Luas Wilayah Kabupaten Flores Timur 181,285.00
Rasio 0.07
Sumber: Data Olahan dari RTRW Kabupaten Flores Timur, 2007-2027
VII-13
VII-14
7.2.
PENGEMBANGAN WILAYAH/ DAERAH PELAYANAN (ZONASI)
Zona pelayanan SPAM Kabupaten Flores Timur dibagi dalam 3 (tiga) zona yang masing-masingnya meliputi beberapa kecamatan, yakni:
A. Zona I
1. Kecamatan Tanjung Bunga 2. Kecamatan Ile Mandiri 3. Kecamatan Lewolema 4. Kecamatan Larantuka 5. Kecamatan Demon Pagong 6. Kecamatan Titehena
7. Kecamatan Ilebura
8. Kecamatan Wulang Gitang B. Zona II
1. Kecamatan Adonara Barat 2. Kecamatan Wotanulumado 3. Kecamatan Adonara Tengah 4. Kecamatan Adonara Timur 5. Kecamatan Ile Boleng 6. Kecamatan Witihama 7. Kecamatan Kelubagolit 8. Kecamatan Adonara C. Zona III
1. Kecamatan Solor Timur 2. Kecamatan Solor Barat 3. Kecamatan Solor Selatan
Penetapan zona pelayanan ini didasarkan atas kemudahan dalam melakukan operasional dan manajemen penyediaan air sesuai dengan karakteristik dan kemiripan antar wilayah, Pembagian zona pelayanan dan cakupan wilayahnya dapat dilihat pada gambar berikut:
VII-15
VII-16
7.3.
TINGKAT PELAYANAN
Dalam menetapkan tingkat pelayanan SPAM Kabupaten Flores Timur, ada beberapa aspek yang menjadi acuan:
1. Kebijakan nasional pengembangan SPAM khususnya sasaran universal akses 100-0-100; 2. Tinjauan terhadap kebijakan, struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
Flores Timur;
3. Tinjauan terhadap SPAM eksisting di wilayah Kabupaten Flores Timur; 4. Perhitungan proyeksi kebutuhan air di wilayah Kabupaten Flores Timur; 5. Analisa potensi air baku;
6. Kesesuaian dengan rencana program PDAM Kabupaten Flores Timur dan program Pemerintah Kabupaten Flores Timur;
7. Diskusi dan pembahasan yang dilakukan dengan berbagai instansi terkait.
Berdasarkan hasil perhitungan, tingkat pelayanan air minum rata-rata pada masing-masing zona di Kabupaten Flores timur sampai dengan akhir tahun perencanaan adalah:
Zona I (Pulau Flores) 40% Zona II (Pulau Adonara) 48% Zona III (Pulau Solor) 24%
7.4.
RENCANA PENTAHAPAN PENGEMBANGAN (5 TAHUNAN)
Sasaran perbaikan atau perbaruan instalasi yang sudah ada, termasuk pipa, dan lain-lain, terutama pada instalasi tersedia yang sudah lama, tidak layak dan memerlukan perbaikan. Selain itu, pengembangan sistem informasi dan pendataan dalam rangka monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan air minum, peningkatan kapasitas masyarakat dalam penyelenggaraan SPAM melalui fasilitas kemitraan pemerintah dan dunia usaha/swasta/masyarakat dalam pengembangan SPAM.
Perencanaan ditujukan untuk dapat memenuhi kebutuhan air minum hingga tahun 2024. Pada tahap ini yang dilakukan adalah dengan memperluas area pelayanan baik secara perpipaan maupun non perpipaan. Sehingga masyarakat yang terlayani air bersih semakin bertambah dan juga penambahan kapasitas produksi sistem penyediaan air bersih. Optimalisasi sistem distribusi eksisting mengikuti jaringan jalan. Di tahap ini juga dilakukan
VII-17 penambahan kapasitas serta pengkajian perencanaan dan pentahapan sistem distribusi utama secara melingkar.
7.4.1. SISTEM ZONA PELAYANAN I
Sistem zona pelayanan I meliputi: 1. Kecamatan Tanjung Bunga 2. Kecamatan Ile Mandiri 3. Kecamatan Lewolema 4. Kecamatan Larantuka 5. Kecamatan Demon Pagong 6. Kecamatan Titehena
7. Kecamatan Ilebura
8. Kecamatan Wulang Gitang
Rencana pengembangan memuat program pengembangan SPAM Kabupaten Flores Timur untuk system zona pelayanan I baik dari sisi teknis maupun non teknis yang meliputi:
1. Pembangunan IKK baru
2. Program pengembangan SPAM IKK yang sudah ada, meliputi: Jaringan Perpipaan akan diperluas cakupan pelayanannya BJP terlindungi diarahkan menjadi Jaringan Perpipaan (JP).
Bukan Jaringan Perpipaan (BJP) tidak terlindungi dikembangkan menjadi BJP terlindungi
3. Optimalisasi, berupa:
Program baru dan kegiatan penyusunan studi kelayakan regionalisasi dalam rangka kerja sama pengelolaan antar daerah;
Penambahan pipa, booster, reservoir untuk peningkatan kapasitas produksi;
Penggunaan teknologi reverse osmosis, refillent filter dan lain-lain untuk pelayanan air minum dengan kualitas yang sesuai dengan standar baku mutu kualitas air minum berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan;
Pengembangan sistem informasi dan pendataan dalam rangka monitoring dan evaluasi kinerja pelayanan air minum;
Meningkatkan peran dunia usaha/swasta dan atau masyarakat (koperasi) dalam pembiayaan sarana air minum;
VII-18 Termasuk ke dalam upaya optimalisasi adalah Program Penyehatan PDAM Kabupaten Flores Timur dan pengembangan asset.
a. Program penyehatan PDAM melalui :
Optimalisasi sistem dengan menurunkan air tak berekening (penurunan Non Revenue Water (NRW);
Perluasan pelayanan untuk meningkatkan pendapatan (Efektifitas Tagihan); Perluasan pelayanan hingga mencapai skala ekonomis (Penyesuaian Tarif). b. Pengembangan aset manajemen PDAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pengelolaan melalui :
Peningkatan manajemen dan optimalisasi asset PDAM
Program penyusunan SOP untuk pemeliharaan asset sistem penyediaan air minum.
7.4.2. SISTEM ZONA PELAYANAN II
Sistem zona pelayanan II meliputi: 1. Kecamatan Adonara Barat 2. Kecamatan Wotan Ulu Mado 3. Kecamatan Adonara Tengah 4. Kecamatan Adonara Timur 5. Kecamatan Ile Boleng 6. Kecamatan Witihama 7. Kecamatan Kelubagolit 8. Kecamatan Adonara
Rencana pengembangan memuat program pengembangan SPAM Kabupaten Flores Timur untuk system zona pelayanan II baik dari sisi teknis maupun non teknis yang meliputi:
1. Pembangunan IKK baru 2. Optimalisasi, berupa:
Program baru dan kegiatan penyusunan studi kelayakan regionalisasi dalam rangka kerja sama pengelolaan antar daerah;
Penambahan pipa, booster, reservoir untuk peningkatan kapasitas produksi;
Penggunaan teknologi reverse osmosis, refillent filter dan lain-lain untuk pelayanan air minum dengan kualitas yang sesuai dengan standar baku mutu kualitas air minum berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan;
VII-19 Pengembangan sistem informasi dan pendataan dalam rangka monitoring dan
evaluasi kinerja pelayanan air minum;
Meningkatkan peran dunia usaha/swasta dan atau masyarakat (koperasi) dalam pembiayaan sarana air minum;
Termasuk ke dalam upaya optimalisasi adalah Program Penyehatan PDAM Kabupaten Flores Timur dan pengembangan asset.
a. Program penyehatan PDAM melalui :
Optimalisasi sistem dengan menurunkan air tak berekening (penurunan Non Revenue Water (NRW);
Perluasan pelayanan untuk meningkatkan pendapatan (Efektifitas Tagihan); Perluasan pelayanan hingga mencapai skala ekonomis (Penyesuaian Tarif). b. Pengembangan aset manajemen PDAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pengelolaan melalui :
Peningkatan manajemen dan optimalisasi asset PDAM
Program penyusunan SOP untuk pemeliharaan asset sistem penyediaan air minum.
7.4.3. SISTEM ZONA PELAYANAN III
Sistem zona pelayanan III meliputi: 1. Kecamatan Solor Timur 2. Kecamatan Solor Barat 3. Kecamatan Solor Selatan
Rencana pengembangan memuat program pengembangan SPAM Kabupaten Flores Timur untuk system zona pelayanan III baik dari sisi teknis maupun non teknis yang meliputi:
1. Pembangunan IKK baru 2. Optimalisasi, berupa:
Program baru dan kegiatan penyusunan studi kelayakan regionalisasi dalam rangka kerja sama pengelolaan antar daerah;
Penambahan pipa, booster, reservoir untuk peningkatan kapasitas produksi;
Penggunaan teknologi reverse osmosis, refillent filter dan lain-lain untuk pelayanan air minum dengan kualitas yang sesuai dengan standar baku mutu kualitas air minum berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan;
VII-20 Pengembangan sistem informasi dan pendataan dalam rangka monitoring dan
evaluasi kinerja pelayanan air minum;
Meningkatkan peran dunia usaha/swasta dan atau masyarakat (koperasi) dalam pembiayaan sarana air minum;
Termasuk ke dalam upaya optimalisasi adalah Program Penyehatan PDAM Kabupaten Flores Timur dan pengembangan asset.
a. Program penyehatan PDAM melalui :
Optimalisasi sistem dengan menurunkan air tak berekening (penurunan Non Revenue Water (NRW);
Perluasan pelayanan untuk meningkatkan pendapatan (Efektifitas Tagihan); Perluasan pelayanan hingga mencapai skala ekonomis (Penyesuaian Tarif). b. Pengembangan aset manajemen PDAM dalam rangka meningkatkan efisiensi dan
efektifitas pengelolaan melalui :
Peningkatan manajemen dan optimalisasi asset PDAM
Program penyusunan SOP untuk pemeliharaan asset sistem penyediaan air minum.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai rencana pentahapan dalam pengembangan SPAM di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada tabel berikut:
VII-21
Tabel 7.5 Rencana Tahapan Pengembangan SPAM di Kabupaten Flores Timur
NO URAIAN Tahap I Tahap II Tahap III SUMBER
DANA 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
SPAM PDAM
I OPTIMALISASI DAN REHABILITASI
A PDAM KOTA LARANTUKA
1 Air Baku
a. Perbaikan Bronkaptering √ APBN b. Perbaikan pompa √ APBN
Jum lah Air Baku
2 Pipa Transmisi
a. Perbaikan Pipa Transmisi √ APBD b. Pengadaan pemasangan Acc √ APBD
Jum lah Pipa Transmisi
3 Pipa Distribusi
a. Perbaikan pipa distribusi √ √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan Acc √ √ √ APBD
Jum lah Pipa Distrubusi
4 Pelayanan
a. Penggantian Meter Pelanggan √ √ √ √ √ PDAM
Jum lah Pelayanan
JUMLAH SISTEM KOTA LARANTUKA
B PDAM ADONARA TIMUR
1 Air Baku
a. Perbaikan Bronkaptering √ APBN b. Perbaikan pompa √ APBN
Jum lah Air Baku
2 Pipa Transmisi
a. Perbaikan Pipa Transmisi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan Acc √ √ √ APBD
Jum lah Pipa Transmisi
3 Pipa Distribusi
a. Perbaikan pipa distribusi √ √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan Acc √ √ APBD
Jum lah Pipa Distrubusi
4 Pelayanan
a. Penggantian Meter Pelanggan √ √ √ √ √ PDAM
Jum lah Pelayanan
JUMLAH SISTEM ADONARA TIMUR
VII-22
NO URAIAN Tahap I Tahap II Tahap III SUMBER
DANA 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
II PENGEMBANGAN
A PDAM KOTA LARANTUKA
1 Pipa Distribusi
a. Pembuatan Reservoar √ APBD
b. Pengadaan pemasangan Pipa distribusi √ √ √ APBD c. Pengadaan pemasangan Acc √ √ √ √ APBD
Jum lah Pipa Distrubusi
4 Pelayanan
a. penadaan pemasangan sambungan baru √ √ √ √ √ PDAM
Jum lah Pelayanan
JUMLAH SISTEM KOTA LARANTUKA
B PDAM ADONARA TIMUR
1 Air Baku
a. Pembuatan Bronkaptering √ APBN b. Pengadaan pemasangan pompa √ APBN
Jum lah Air Baku
2 Pipa Transmisi
a. Pengadaan pemasangan pipa transmisi √ √ √ b. Pengadaan pemasangan Acc √ √ √ APBN
Jum lah Pipa Transmisi APBN
3 Pipa Distribusi
a. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan Acc √ √ √ APBD
Jum lah Pipa Distrubusi
4 Pelayanan
a. penadaan pemasangan sambungan baru √ √ √ √ √ PDAM
Jum lah Pelayanan
JUMLAH SISTEM ADONARA TIMUR
JUMLAH PENGEMBANGAN
TOTAL PDAM FLORES TIMUR
SPAM NON PDAM
I OPTIMALISASI REHABILITASI DAN PENGEMBANGAN
A SPAM DESA LAWANABI KEC. TANJUNG BUNGAN
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN c. Penambahan HU √ √ √ √ √ APBD
VII-23
NO URAIAN Tahap I Tahap II Tahap III SUMBER
DANA 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
B SPAM DESA LEWOBELE KEC. LEWOLEMA
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN c. Penambahan HU √ √ √ √ √ √ APBD
JUMLAH SPAM LEWOBELE
C SPAM DESA PAINAPANG KEC. LEWOLEMA
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN c. Penambahan HU √ √ √ √ √ √ APBD
JUMLAH SPAM PAINAPANG
D SPAM DESAILE PADUNG KEC. LEWOLEMA
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN c. Penambahan HU √ √ √ √ √ APBD
JUMLAH SPAM ILEPADUNG
E SPAM DESA SINAR HADING KEC. LEWOLEMA
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN c. Penambahan HU √ √ √ √ √ APBD
JUMLAH SPAM SINAR HADING
F SPAM DESA BANTALA KEC. LEWOLEMA
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN c. Penambahan HU √ √ √ √ √ APBD
JUMLAH SPAM BANTALA
G SPAM DESA RIANGKOTEK KEC. LEWOLEMA
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN c. Penambahan HU √ √ √ √ √ √ APBD
JUMLAH SPAM RIANGKOTEK
H SPAM DESA LAMIKA KEC. DEMON PAGONG
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN c. Penambahan HU √ √ √ √ √ √ APBD
JUMLAH SPAM LAMIKA
I SPAM DESALEWOKLUOK KEC. DEMON PAGONG
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN
VII-24
NO URAIAN Tahap I Tahap II Tahap III SUMBER
DANA 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033
c. Penambahan HU √ √ √ √ √ √ APBD
JUMLAH SPAM LEWOKLUOK
J SPAM DESA LERABOLENG KEC. TITEHENA
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN
JUMLAH SPAM LERABOLENG √ √ √ √ √ APBD
K SPAM DESA ADABANG KEC. TITEHENA
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN c. Penambahan HU √ √ √ √ √ √ APBD
JUMLAH SPAM ADABANG
L SPAM DESA WATOWARA KEC. TITEHENA
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN c. Penambahan HU √ √ √ √ √ √ APBD
JUMLAH SPAM WATOWARA
L SPAM DESA ILEGERONG KEC. TITEHENA
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN c. Penambahan HU √ √ √ √ √ √ APBD
JUMLAH SPAM ILEGERONG
M SPAM DESA BOKANG WULU MATANG KEC. TITEHENA
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN c. Penambahan HU √ √ √ √ √ √ APBD
JUMLAH SPAM BOKANG WULU MATANG
N SPAM DESA KONGA KEC. TITEHENA
a. Pembenahan pipa distribusi √ √ APBD b. Pengadaan pemasangan pipa distribusi √ √ √ APBN c. Penambahan HU √ √ √ √ √ √ APBD
JUMLAH SPAM KONGA
JUMLAH OPTREHAB DAN PENGEMBANGAN
PELATIHAN APBN
a Pelatihan Operator jarinngan pipa √ √ √ √ √ APBN b Pelatihan perencanaan pipa √ √ √ √ √ APBN c Pelatihan keuangan √ √ √ √ √ APBN d Pelatihan Operator pompa √ √ √ √ √ APBN
VII-25
7.5.
KEBUTUHAN AIR
7.5.1. KLASIFIKASI PELANGGAN
Klasifikasi pelanggan yang terdapat di PDAM Kabupaten Flores Timur dibagi menjadi 2 golongan yaitu domestik dan non domestik.
7.5.2. KEBUTUHAN AIR DOMESTIK
Kebutuhan air domestik pada setiap zona mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Kebutuhan air domestik pada tahun 2019 yang paling besar terdapat di zona I yaitu sebesar 42,44 l/dtk dan yang paling rendah terdapat di zona III yaitu 2,90 l/dtk. Pada tahun 2033 yaitu pada akhir perencanaan masing-masing zona harus memenuhi kebutuhan air domestik, zona I sebesar 66,42 l/dtk, zona II sebesar 22,22 l/dtk, dan zona III sebesar 6,84 l/dtk. Total kebutuhan air domestik tahun 2033 adalah sebanyak 95,48 liter/detik. Untuk lebih jelasnya terdapat pada tabel berikut :
Tabel 7.6. Kebutuhan Air Domestik Tahun 2019-2033
No Kecamatan Kebutuhan Air Domestik (liter/detik)
2019 2023 2027 2031 2033 ZONA I 1 Tanjung Bunga 1,74 2,45 3,40 4,41 4,69 2 Ile Mandiri 0,84 0,90 1,35 1,91 1,97 3 Lewolema 6,19 7,54 8,97 10,39 11,05 4 Larantuka 25,15 27,47 29,78 32,10 33,25 5 Demon Pagong 1,08 1,33 1,71 2,11 2,24 6 Titehena 5,64 6,49 7,57 8,70 9,11 7 Ilebura 0,51 0,61 0,91 1,24 1,28 8 Wulang Gitang 1,29 1,38 2,02 2,74 2,83 Jumlah ZONA I 42,44 48,17 55,70 63,59 66,42 ZONA II 1 Adonara Barat 1,78 1,98 2,60 3,33 3,47
2 Wotan Ulu Mado 0,57 0,61 0,98 1,40 1,44
3 Adonara Tengah 0,80 0,86 1,37 1,96 2,02 4 Adonara Timur 2,35 2,52 4,06 5,81 6,01 5 Ile Boleng 1,34 1,43 2,11 2,87 2,97 6 Witihama 1,03 1,10 1,76 2,50 2,59 7 Kelubagolit 0,75 0,80 1,27 1,81 1,88 8 Adonara 0,73 0,78 1,25 1,78 1,84 Jumlah ZONA II 9,36 10,08 15,41 21,46 22,22 ZONA III
VII-26
No Kecamatan Kebutuhan Air Domestik (liter/detik)
2019 2023 2027 2031 2033
1 Solor Timur 1,19 1,27 1,89 2,59 2,67
2 Solor Barat 1,28 1,51 2,17 2,88 3,08
3 Solor Selatan 0,43 0,46 0,74 1,05 1,08
Jumlah ZONA III 2,90 3,24 4,80 6,52 6,84
Kebutuhan Air Domestik (lt/dtk) 54,71 61,49 75,91 91,57 95,48 Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2018
7.5.3. KEBUTUHAN AIR NON DOMESTIK
Kebutuhan air non-domestik merupakan kebutuhan air yang digunakan untuk keperluan non rumah tangga dan sambungan kran umum. Kebutuhan air non domestik misalnya seperti penyediaan air bersih untuk perkantoran, perdagangan serta fasilitas sosial seperti tempat-tempat ibadah, sekolah, hotel, puskesmas, serta pelayanan jasa umum lainnya. Besarnya kebutuhan air non domestik ini pada setiap wilayah tidak selalu sama, tergantung besar kecilnya aktivitas yang berkembang di wilayah tersebut. Namun, secara umum besaran kebutuhan air non domestik adalah 15% dari kebutuhan air total dan direncanakan tetap hingga akhir tahun perencanaan. Besarnya kebutuhan air non domestik di Kabupaten Flores Timur dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7.7. Kebutuhan Air Non Domestik Tahun 2019-2033
No Kecamatan Kebutuhan Air Non Domestik (liter/detik)
2019 2023 2027 2031 2033 ZONA I 1 Tanjung Bunga 0,26 0,37 0,51 0,66 0,70 2 Ile Mandiri 0,13 0,14 0,20 0,29 0,30 3 Lewolema 0,93 1,13 1,35 1,56 1,66 4 Larantuka 3,77 4,12 4,47 4,81 4,99 5 Demon Pagong 0,16 0,20 0,26 0,32 0,34 6 Titehena 0,85 0,97 1,14 1,31 1,37 7 Ilebura 0,08 0,09 0,14 0,19 0,19 8 Wulang Gitang 0,19 0,21 0,30 0,41 0,42 Jumlah Zona I 6,37 7,23 8,35 9,54 9,96 ZONA II 1 Adonara Barat 0,27 0,30 0,39 0,50 0,52
2 Wotan Ulu Mado 0,09 0,09 0,15 0,21 0,22
3 Adonara Tengah 0,12 0,13 0,21 0,29 0,30
4 Adonara Timur 0,35 0,38 0,61 0,87 0,90
VII-27
No Kecamatan Kebutuhan Air Non Domestik (liter/detik)
2019 2023 2027 2031 2033 6 Witihama 0,15 0,16 0,26 0,38 0,39 7 Kelubagolit 0,11 0,12 0,19 0,27 0,28 8 Adonara 0,11 0,12 0,19 0,27 0,28 Jumlah Zona II 1,40 1,51 2,31 3,22 3,33 ZONA III 1 Solor Timur 0,18 0,19 0,28 0,39 0,40 2 Solor Barat 0,19 0,23 0,33 0,43 0,46 3 Solor Selatan 0,06 0,07 0,11 0,16 0,16
Jumlah Zona III 0,44 0,49 0,72 0,98 1,03
Kebutuhan Air Non Domestik (lt/dtk)
8,21 9,22 11,39 13,74 14,32 Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2018
7.5.4. KEHILANGAN AIR
Kehilangan dan kebocoran air adalah air yang bocor dari sistem yang bersangkutan, kesalahan meteran, sambungan-sambungan yang tidak sah dan lain-lain hal yang tidak dihitung. Kehilangan air ini perlu diketahui dan diperhitungkan dalam pengembangan SPAM sehingga dapat direncanakan upaya untuk menghindari kehilangan air yang lebih besar. Besarnya kehilangan air yang diperhitungkan dalam pengembangan SPAM adalah 20% pada awal tahun pengembangan tahun 2019 hingga tahun 2033. Seiring dengan peningkatan kebutuhan air, besarnya nilai kehilangan air yang kemungkinan terjadi pada pengembangan SPAM Kabupaten Flores Timur semakin besar pula. Nilai kehilangan air yang terjadi pada tahun 2019 hingga 2033 adalah 16,72 liter/detik, 17,01 liter/detik, 19,26 liter/detik, 21,56 liter/detik, dan 24,03liter/detik. Secara lengkap, besarnya kehilangan air yang terjadi di Kabupaten Flores Timur dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 7.8. Kehilangan Air Kabupaten Flores Timur Tahun 2019-2033
No Kecamatan Kehilangan Air (liter/detik)
2019 2023 2027 2031 2033 ZONA I 1 Tanjung Bunga 0,40 0,56 0,78 1,02 1,08 2 Ile Mandiri 0,19 0,21 0,31 0,44 0,45 3 Lewolema 1,42 1,73 2,06 2,39 2,54 4 Larantuka 10,76 10,48 10,00 9,30 8,87 5 Demon Pagong 0,25 0,31 0,39 0,48 0,52 6 Titehena 1,30 1,49 1,74 2,00 2,10
VII-28
No Kecamatan Kehilangan Air (liter/detik)
2019 2023 2027 2031 2033 7 Ilebura 0,12 0,14 0,21 0,29 0,30 8 Wulang Gitang 0,30 0,32 0,46 0,63 0,65 Jumlah ZONA I 14,73 15,25 15,96 16,54 16,50 ZONA II 1 Adonara Barat 0,41 0,45 0,60 0,77 0,80
2 Wotan Ulu Mado 0,13 0,14 0,23 0,32 0,33
3 Adonara Tengah 0,18 0,20 0,32 0,45 0,47 4 Adonara Timur 0,54 0,58 0,93 1,34 1,38 5 Ile Boleng 0,31 0,33 0,49 0,66 0,68 6 Witihama 0,24 0,25 0,40 0,58 0,60 7 Kelubagolit 0,17 0,18 0,29 0,42 0,43 8 Adonara 0,17 0,18 0,29 0,41 0,42 Jumlah ZONA II 2,15 2,32 3,54 4,94 5,11 ZONA III 1 Solor Timur 0,27 0,29 0,43 0,60 0,61 2 Solor Barat 0,30 0,35 0,50 0,66 0,71 3 Solor Selatan 0,10 0,11 0,17 0,24 0,25
Jumlah ZONA III 0,67 0,75 1,10 1,50 1,57
Kehilangan Air (liter/detik) 17,55 18,31 20,61 22,98 23,18 Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2018
7.5.5. REKAPITULASI KEBUTUHAN AIR
Rekapitulasi kebutuhan air atau kebutuhan air rata-rata adalah penjumlahan antara kebutuhan air domestik, kebutuhan air non domestik, dan kehilangan air. Untuk lebih lengkapnya dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel 7.9. Rekapitulasi Air Kabupaten Flores Timur Tahun 2019-2033
No Kecamatan Rekapitulasi Kebutuhan Air (liter/detik)
2019 2023 2027 2031 2033 ZONA I 1 Tanjung Bunga 2,40 3,38 4,69 6,09 6,47 2 Ile Mandiri 1,16 1,25 1,87 2,63 2,72 3 Lewolema 8,54 10,41 12,37 14,33 15,25 4 Larantuka 39,68 42,07 44,25 46,21 47,11 5 Demon Pagong 1,49 1,83 2,36 2,91 3,09 6 Titehena 7,78 8,96 10,45 12,01 12,57 7 Ilebura 0,70 0,85 1,25 1,71 1,77
VII-29
No Kecamatan Rekapitulasi Kebutuhan Air (liter/detik)
2019 2023 2027 2031 2033
8 Wulang Gitang 1,78 1,90 2,79 3,78 3,90
Jumlah ZONA I 63,54 70,65 80,01 89,67 92,88
ZONA II
1 Adonara Barat 2,46 2,73 3,59 4,60 4,79
2 Wotan Ulu Mado 0,79 0,85 1,35 1,93 1,99
3 Adonara Tengah 1,11 1,18 1,90 2,70 2,79 4 Adonara Timur 3,25 3,48 5,60 8,01 8,30 5 Ile Boleng 1,85 1,98 2,91 3,96 4,10 6 Witihama 1,42 1,52 2,43 3,46 3,57 7 Kelubagolit 1,03 1,10 1,76 2,50 2,59 8 Adonara 1,01 1,08 1,72 2,45 2,53 Jumlah ZONA II 12,92 13,91 21,27 29,62 30,66 ZONA III 1 Solor Timur 1,64 1,75 2,61 3,57 3,69 2 Solor Barat 1,77 2,09 3,00 3,98 4,25 3 Solor Selatan 0,59 0,63 1,02 1,45 1,49
Jumlah ZONA III 4,01 4,47 6,62 8,99 9,43
Rekapitulasi Kebutuhan Air (liter/detik)
80,47 89,03 107,90 128,28 132,98 Sumber: Hasil Analisis Konsultan, 2018
7.6.
ALTERNATIF RENCANA PENGEMBANGAN
7.6.1.
SISTEM ZONA PELAYANAN ISistem zona pelayanan I meliputi: 1. Kecamatan Tanjung Bunga 2. Kecamatan Ile Mandiri 3. Kecamatan Lewolema 4. Kecamatan Larantuka 5. Kecamatan Demon Pagong 6. Kecamatan Titehena
7. Kecamatan Ilebura
8. Kecamatan Wulang Gitang
Salah satu alternatif rencana pada sistem zona pelayanan I adalah pengembangan Sistem Jaringan Koneksi Terpadu (Pengembangan IPA Regional). Sistem terpadu dimaksudkan
VII-30 untuk mensuplai kekurangan kapasitas distribusi di masing-masing IKK. Melalui penunjukan satu IPA sentral yang menjadi IPA terpusat diharapkan akan melayani beberapa IKK yang ada disekitarnya. Sistem ini merupakan koneksi terpadu, pengembangan ke depan dapat diharapkan juga mampu melayani wilayah tetangga, sehingga dengan demikian IPA ini dapat bersifat regional.
Alternatif lain selain sentralisasi IPA yang dimaksudkan untuk menghindari kerusakan pada sistem pusat yang dapat mempengaruhi sistem yang lain adalah dengan membangun jaringan interkoneksi yang menghubungkan booster-booster, sehingga kerusakan satu sistem tidak mempengaruhi sistem yang lain.
Secara garis besar dalam memenuhi kebutuhan akibat rencana peningkatan jumlah pelanggan diperlukan program pembangunan sarana dan dan prasarana air minum agar air terproduksi dan terdistribusi ke pelanggan dengan kuantitas, kualitas dan kontinuitas yang sesuai dengan peraturan. Kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan dimulai dari unit-unit yang ada adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan atau peningkatan kapasitas unit produksi bila debit cadangan tidak mencukupi sesuai proyeksi kebutuhan air minum pada tahun rencana
2. Pengadaan dan pemasangan pipa Induk serta assesories bila wilayah pelayanan belum terpasang jaringan pipa induk yang melayani wilayah tersebut.
3. Rehabilitasi pipa induk lama untuk jaringan pusat Kabupaten Flores Timur terkait usia pipa serta kebocoran pipa akibat beban yang yang berubah dari rencana awal.
4. Pengadaan dan pemasangan pipa sekunder untuk wilayah-wilayah pengembangan baru.
5. Pengadaan dan pemasangan pipa tersier untuk wilayah pengembangan baru dan wilayah lama yang belum terpasang.
6. Peremajaan sebagian peralatan dan unit instalasi IPA.
7. Peremajaan pipa yang sudah tidak layak sesuai dengan simulasi jaringan dari NWS yang sesuai dengan program Penanggulangan Kebocoran Air (Non Revenue For Water (NRW).
8. Pemasangan sambungan rumah.
9. Pelaksanaan Program Penurunan Kehilangan Air (PKA) yang seiring dengan peremajaan pipa yang sudah tidak layak. Program ini bertumpu pada pembentukan DMA pada setiap Sub zone. Prioritas adalah pada Zone dengan tingkat kehilangan air paling besar. Program ini didahului dengan program Interzone yang bertujuan
VII-31 menghitung dan menemukan Zone yang paling besar kehilangan airnya. Termasuk di dalamnya schedule penggantian meter pelanggan dan rehabilitasi dan penggantian meter induk.
10. Program peningkatan kualitas air produksi sampai di tangan pelanggan. 11. Program optimalisasi pelayanan pelanggan.
12. Program peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.
Untuk lebih jelas mengenai skema pengembangan di zona I (Pulau Flores) dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini:
VII-32
VII-33
VII-34
VII-35
VII-36
VII-37
VII-38
VII-39
VII-40
VII-41
VII-42
VII-43
VII-44
VII-45
VII-46
VII-47
VII-48
7.6.2.
SISTEM ZONA PELAYANAN IISistem zona pelayanan II meliputi: 1. Kecamatan Adonara Barat 2. Kecamatan Wotan Ulu Mado 3. Kecamatan Adonara Tengah 4. Kecamatan Adonara Timur 5. Kecamatan Ile Boleng 6. Kecamatan Witihama 7. Kecamatan Kelubagolit 8. Kecamatan Adonara
Salah satu alternatif rencana pada sistem zona pelayanan II adalah pengembangan Sistem Jaringan Koneksi Terpadu (Pengembangan IPA Regional). Sistem terpadu dimaksudkan untuk mensuplai kekurangan kapasitas distribusi di masing-masing IKK. Melalui penunjukan satu IPA sentral yang menjadi IPA terpusat diharapkan akan melayani beberapa IKK yang ada disekitarnya. Sistem ini merupakan koneksi terpadu, pengembangan ke depan dapat diharapkan juga mampu melayani wilayah tetangga, sehingga dengan demikian IPA ini dapat bersifat regional.
Alternatif lain selain sentralisasi IPA yang dimaksudkan untuk menghindari kerusakan pada sistem pusat yang dapat mempengaruhi sistem yang lain adalah dengan membangun jaringan interkoneksi yang menghubungkan booster-booster, sehingga kerusakan satu sistem tidak mempengaruhi sistem yang lain.
Secara garis besar dalam memenuhi kebutuhan akibat rencana peningkatan jumlah pelanggan diperlukan program pembangunan sarana dan dan prasarana air minum agar air terproduksi dan terdistribusi ke pelanggan dengan kuantitas, kualitas dan kontinuitas yang sesuai dengan peraturan. Kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan dimulai dari unit-unit yang ada adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan atau peningkatan kapasitas unit produksi bila debit cadangan tidak mencukupi sesuai proyeksi kebutuhan air minum pada tahun rencana
2. Pengadaan dan pemasangan pipa Induk serta assesories bila wilayah pelayanan belum terpasang jaringan pipa induk yang melayani wilayah tersebut.
3. Rehabilitasi pipa induk lama untuk jaringan pusat Kabupaten Flores Timur terkait usia pipa serta kebocoran pipa akibat beban yang yang berubah dari rencana awal.
VII-49 4. Pengadaan dan pemasangan pipa sekunder untuk wilayah-wilayah pengembangan
baru.
5. Pengadaan dan pemasangan pipa tersier untuk wilayah pengembangan baru dan wilayah lama yang belum terpasang.
6. Peremajaan sebagian peralatan dan unit instalasi IPA.
7. Peremajaan pipa yang sudah tidak layak sesuai dengan simulasi jaringan dari NWS yang sesuai dengan program Penanggulangan Kebocoran Air (Non Revenue For Water (NRW).
8. Pemasangan sambungan rumah.
9. Pelaksanaan Program Penurunan Kehilangan Air (PKA) yang seiring dengan peremajaan pipa yang sudah tidak layak. Program ini bertumpu pada pembentukan DMA pada setiap Sub zone. Prioritas adalah pada Zone dengan tingkat kehilangan air paling besar. Program ini didahului dengan program Interzone yang bertujuan menghitung dan menemukan Zone yang paling besar kehilangan airnya. Termasuk di dalamnya schedule penggantian meter pelanggan dan rehabilitasi dan penggantian meter induk.
10. Program peningkatan kualitas air produksi sampai di tangan pelanggan. 11. Program optimalisasi pelayanan pelanggan.
12. Program peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.
Untuk lebih jelas mengenai skema pengembangan di zona II (Pulau Adonara) dapat dilihat pada gambar-gambar berikut ini:
VII-50
VII-51
7.6.3.
SISTEM ZONA PELAYANAN IIISistem zona pelayanan III meliputi: 1. Kecamatan Solor Timur 2. Kecamatan Solor Barat 3. Kecamatan Solor Selatan
Salah satu alternatif rencana pada sistem zona pelayanan II adalah pengembangan Sistem Jaringan Koneksi Terpadu (Pengembangan IPA Regional). Sistem terpadu dimaksudkan untuk mensuplai kekurangan kapasitas distribusi di masing-masing IKK. Melalui penunjukan satu IPA sentral yang menjadi IPA terpusat diharapkan akan melayani beberapa IKK yang ada disekitarnya. Sistem ini merupakan koneksi terpadu, pengembangan ke depan dapat diharapkan juga mampu melayani wilayah tetangga, sehingga dengan demikian IPA ini dapat bersifat regional.
Alternatif lain selain sentralisasi IPA yang dimaksudkan untuk menghindari kerusakan pada sistem pusat yang dapat mempengaruhi sistem yang lain adalah dengan membangun jaringan interkoneksi yang menghubungkan booster-booster, sehingga kerusakan satu sistem tidak mempengaruhi sistem yang lain.
Secara garis besar dalam memenuhi kebutuhan akibat rencana peningkatan jumlah pelanggan diperlukan program pembangunan sarana dan dan prasarana air minum agar air terproduksi dan terdistribusi ke pelanggan dengan kuantitas, kualitas dan kontinuitas yang sesuai dengan peraturan. Kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan dimulai dari unit-unit yang ada adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan atau peningkatan kapasitas unit produksi bila debit cadangan tidak mencukupi sesuai proyeksi kebutuhan air minum pada tahun rencana
2. Pengadaan dan pemasangan pipa Induk serta assesories bila wilayah pelayanan belum terpasang jaringan pipa induk yang melayani wilayah tersebut.
3. Rehabilitasi pipa induk lama untuk jaringan pusat Kabupaten Flores Timur terkait usia pipa serta kebocoran pipa akibat beban yang yang berubah dari rencana awal.
4. Pengadaan dan pemasangan pipa sekunder untuk wilayah-wilayah pengembangan baru.
5. Pengadaan dan pemasangan pipa tersier untuk wilayah pengembangan baru dan wilayah lama yang belum terpasang.
VII-52 7. Peremajaan pipa yang sudah tidak layak sesuai dengan simulasi jaringan dari NWS
yang sesuai dengan program Penanggulangan Kebocoran Air (Non Revenue For Water (NRW).
8. Pemasangan sambungan rumah.
9. Pelaksanaan Program Penurunan Kehilangan Air (PKA) yang seiring dengan peremajaan pipa yang sudah tidak layak. Program ini bertumpu pada pembentukan DMA pada setiap Sub zone. Prioritas adalah pada Zone dengan tingkat kehilangan air paling besar. Program ini didahului dengan program Interzone yang bertujuan menghitung dan menemukan Zone yang paling besar kehilangan airnya. Termasuk di dalamnya schedule penggantian meter pelanggan dan rehabilitasi dan penggantian meter induk.
10. Program peningkatan kualitas air produksi sampai di tangan pelanggan. 11. Program optimalisasi pelayanan pelanggan.
VII-53
VII-54
7.7.
PENURUNAN TINGKAT KEBOCORAN
7.7.1. PENURUNAN KEBOCORAN TEKNIS
Permasalahan kebocoran teknis yang dialami dalam pengembangan SPAM di Kabupaten Flores Timur adalah kerusakan meter air milik pelanggan, pencurian air, dan kerusakan jaringan perpipaan, baik karena kerusakan akibat gangguan alam dan manusia, pipa habis masa pakai, pecah, korosif, dan sebagainya serta pemasangan pipa yang kuran sempurna. Besarnya kebocoran air yang diprediksikan terjadi pada tahun-tahun mendatang adalah 20%. Permasalahan kebocoran air tersebut tentunya harus ditindaklanjuti agar tidak memberikan kerugian bagi pelanggan air bersih.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kebocoran teknis antara lain:
1. Melakukan perbaikan dan penggantian meter air secara bertahap pada wilayah tertentu sesuai dengan skala prioritas.
2. Memperbaiki dan mengatur kembali sistem distribusi air.
3. Melakukan penggantian meter induk dan pemasangan meter induk baru pada unit-unit produksi yang belum ada meter induk.
4. Melakukan pengecekan, perbaikan, pemeliharaan rutin ataupun pengadaan jaringan perpipaan dan perpompaan.
5. Melakukan perbaikan pada penyebab kebocoran air dengan tepat.
7.7.2. PENURUNAN KEBOCORAN NON TEKNIS
Kebocoran air non teknis dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah ketidaktelitian dalam pembacaan meteran air pelanggan yang tidak sesuai dengan ukuran dan teknis distribusi air, kesalahan dalam pencatatan angka meteran air, adanya sambungan liar yang tidak diketahui oleh petugas PDAM, dan penggunaan air untuk pemakaian yang tidak tercatat seperti pemadam kebakaran.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak kebocoran non teknis antara lain:
1. Menyempurnakan data jaringan pipa transmisi dan distribusi.
2. Melakukan pengumpulan datan dan informasi yang akurat mengenai pelanggan (inventarisasi pelanggan).
3. Meningkatkan keterampilan, ketelitian, dan kecermatan petugas PDAM, khususnya petugas pencatat meteran air.
4. Memberikan penyuluhan pada masyarakat yang belum menjadi pelanggan PDAM dan menjelaskan kerugian pemasangan sambungan air liar.
VII-55
7.8.
POTENSI AIR BAKU
7.8.1. PERHITUNGAN WATER BALANCE
Analisis water balance dilakukan dengan membandingkan antara ketersediaan air sebagai potensi, jumlah air yang sudah dimanfaatkan pada kondisi eksisting, dan kebutuhan air sebagai fungsi tempat, waktu, teknologi dan finansial. Analisis water balance dilakukan pada kondisi eksisting dan kondisi waktu-waktu yang diproyeksikan di masa-masa yang akan datang. Dari analisis water balance ini akan diketahui jumlah air, baik air permukaan maupun air tanah/mata air, yang masih tersisa dan dapat dikembangkan untuk berbagai sektor pada masa mendatang. Disamping itu hasil dari analisis water balance ini juga dapat digunakan sebagai rekomendasi pemanfaatan sumberdaya air yang tersisa untuk berbagai sektor.
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Baku Kabupaten Flores Timur akan dilaksanakan sesuai dengan zona-zona pengembangan yang telah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, potensi air baku yang akan digunakan juga disesuaikan dengan kondisi dan keadaan sumber air baku yang terdapat pada masing-masing zona pengembangan.
Berikut ini merupakan Water Balance pada masing-masing zona pengembangan: A. Zona I (Pulau Flores)