24
BAB II
KAJIAN TEORI
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang relevan terkait dengan penelitian yang dilakukan. Teori-teori tersebut digunakan sebagai dasar dalam melakukan penelitian maupun analisis. Kajian pustaka dari penelitian ini meliputi pengembangan wilayah, kawasan transmigrasi, dan KTM. Pada bab ini juga dijelaskan mengenai variabel-variabel yang akan digunakan pada penelitian.
2.1 Pengembangan Wilayah
Menurut Rustiadi (2009), pengembangan adalah melakukan sesuatu yang tidak dari “nol”, atau tidak membuat sesuatu yang sebelumnya tidak ada, melainkan melakukan sesuatu yang sebenarnya sudah ada tapi kualitas dan kuantitasnya ditingkatkan atau diperluas. Dan wilayah didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu di mana komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain salig berinteraksi secara fungsional.
Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau aspek fungsional. Menurut Budiharsono (2001) dalam Alhamidi (2018) mendefinisikan wilayah sebagai suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya tergantung secara internal dalam dimensi ruang dan merupakan wadah bagi kegiatan-kegiatan sosial ekonomi yang memiliki keterbatasan serta kesempatan ekonomi yang tidak sama. Dengan begitu definisi dari wilayah lebih menekankan kepada interaksi antar kegiatan manusia yang ada didalam batasan unit georafis tertentu.
Menurut Alkadri (2001), yang dimaksud dengan pengembangan adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa yang dapat dilakukan dengan apa yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup. Menurut Zen dalam Alkadri (2001) menggambarkan tentang pengembangan wilayah sebagai hubungan yang harmonis
antara sumber daya alam, manusia, dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan dalam memberdayakan masyarakat. Pada umumnya pengembangan wilayah mengacu pada perubahan produktivitas wilayah yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi dan juga mengacu pada pengembangan sosial yang berkaitan dengan aktivitas kesejahteraan manusia.
Menurut Triutomo (2001), pengembangan wilayah merupakan upaya memberikan kesejahteraan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, misalnya menciptakan pusat-pusat produksi, memberikan kemudahan prasarana dan pelayanan logistik dan sebagainya. Adapun tujuan dari pengembangan wilayah sebagai berikut:
• Memanfaatkan sumber daya secara optimal sehingga dapat mewujudkan potensi pembangunan wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu dengan dampak minimum dalam mencapai kesetaraan ekonomi.
• Menjamin perencanaan dan distribusi penduduk dan sumber daya ekonomi yang setara dari sebuah daerah.
• Mengatur lahan yang tersedia dalam pola ruang yang paling menguntungkan dan produksif bagi wilayah dan negeri dalam skala luas.
• Alokasi sumber daya tertentu untuk menghasilkan kegiatan ekonomi di wilayah terbelakang untuk menstabilkan ekonominya melalui perencanaan sejumlah kota menengah yang memadai dan untuk menyediakan layanan, pekerjaan, dan fasilitas sosial dan budaya. • Menghindarkan ekspansi perkotaan yang tidak sehat.
Pengembangan wilayah sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen tertentu yang perlu dikembangan di suatu wilayah (Friedman and Allonso, 2008):
a. Sumber daya lokal. Merupakan kekuatan alam yang dimiliki wilayah tersebut seperti lahan pertanian, hutan, bahan galian, tambang dan sebagainya. Sumber daya lokal harus dikembangkan untuk dapat meningkatkan daya saing wilayah tersebut.
b. Pasar. Merupakan tempat memasarkan produk yang dihasilkan suatu wilayah sehingga wilayah dapat berkembang.
c. Tenaga kerja. Tenaga kerja berperan dalam pengembangan wilayah sebagai pengelola sumber daya yang ada.
d. Investasi. Semua kegiatan dalam pengembangan wilayah tidak terlepas dari adanya investasi modal. Investasi akan masuk ke dalam suatu wilayah yang memiliki kondsi kondusif bagi penanam modal.
e. Kemampuan pemerintah. Pemerintah merupakan elemen pengaruh dalam pengembangan wilayah. Pemerintah yang berkapasitas akan dapat mewujudkan pengembangan wilayah yang efisien karena sifatnya sebagai katalisator pembangunan.
f. Transportasi dan komunikasi. Transportasi dan komunikasi berperan sebagai media pendukung yang menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya. Interaksi antara wilayah seperti aliran barang, jasa dan informasi akan sangat berpengaruh bagi tumbuh kembangnya suatu wilayah.
g. Teknologi. Kemampuan teknologi berpengaruh terhadap pemanfaatan sumber daya wilayah melalui peningkatan output produksi dan keefektifan kinerja sektor-sektor perekonomian wilayah.
2.2 Pusat Kota
Menurut Bourne (1982) dalam Prasetyo dan Pigawati (2013), pusat kota adalah inti dari suatu kota yang pada awalnya merupakan permukiman, yang kemudian berkembang menjadi pusat perkantoran, pusat komersil dan pusat komunikasi yang disebut dengan CBD (Central Business District). Pusat kota atau CBD terdiri dari satu atau lebih sistem pada suatu pusat bagian kota yang mempunyai nilai lahan yang sangat tinggi.
Selain itu, menurut Harris dan Ulman (1945) dalam Prasetyo dan Pigawati (2013), pusat kota adalah suatu bagian dari kota dimana terdapat fungsi-fungsi utama kegiatan perkotaan yang mendominasi.
Fungsi dari pusat kota sebagai pusat pelayanan kota pada dasarnya adalah sebagai berikut (Mitkovic dan Dinic, 2004 dalam Prasetyo dan Pigawati, 2013).
1. Supply-service (persediaan-layanan) 2. Catering-tourist (pelayanan-turis/wisatawan) 3. Financial-business (keuangan-bisnis) 4. Communication-information (komunikasi-informasi) 5. Educational-scientific (pendidikan-ilmiah) 6. Cultural-entertainment (budaya-hiburan) 7. Sport-recreation (olahraga-rekreasi)
8. Social-health protection (sosial-perlindungan kesehatan) 9. Social-political (sosial-politik)
Berdasarkan Priyadi dan Atmadji (2017), Teori Tempat Sentral (Central Place Theory) yang dikemukakan oleh Walter Christaller, menjelaskan bahwa kota sentral yang merupakan pusat bagi daerah sekitarnya yang menjadi penghubung perdagangan dengan wilayah lainnya. Menurut teori ini fungsi pokok suatu pusat kota adalah sebagai pusat pelayanan bagi daerah-daerah belakangnya (daerah komplementer), menyuplainya dengan barang dan jasa sentral seperti jasa perdaganagan, perbankan, fasilitas pendidikan, hiburan serta jasa-jasa dari pemerintahan kota/daerah.
Dengan demikian kota menyediakan segala fasilitas bagi kehidupan baik sosial maupun ekonomi, sehingga baik tempat tinggal maupun bekerja dan berekreasi dapat dilakukan didalam kota (Jayadinata, 1992 dalam Priyadi dan Atmadji, 2017).
2.3 Kawasan Transmigrasi
Menurut Peraturan Pemerintah No. 03 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian, Transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di Wilayah Pengembangan Transmigrasi atau lokasi permukimanan Transmigrasi.
Menurut Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia (2017), tujuan transmigrasi dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat sekitar. 2. Peningkatan dan pemerataan pembangunan daerah.
3. Memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 03 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian, kawasan transmigrasi adalah kawasan budidaya yang memiliki fungsi sebagai permukiman dan tempat usaha masyarakat dalam satu sistem pengembangan transmigrasi atau lokasi permukiman transmigrasi. Kawasan transmigrasi berupa: WPT (Wilayah Pengembangan Transmigrasi) dan LPT (Lokasi Permukiman Transmigrasi). Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT) adalah wilayah potensial yang ditetapkan sebagai pengembangan permukiman transmigrasi yang terdiri atas beberapa satuan kawasan pengembangan yang salah satu diantaranya direncanakan untuk mewujudkan pusat pertumbuhan wilayah baru sebagai kawasan perkotaan baru sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Sedangkan Lokasi Permukiman Transmigrasi (LPT) adalah lokasi potensial yang ditetapkan sebagai permukiman transmigrasi untuk mendukung pusat pertumbuhan wilayah yang sudah ada atau yang sedang berkembang sebagai kawasan perkotaan baru sesuai dengan rencana tata ruang wilayah.
Pada pasal 8 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 03 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian, Pemerintah Wilayah Pengembangan Transmigrasi (WPT) merupakan kawasan transmigrasi yang dikembangkan dari Kawasan Perdesaan menjadi sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam yang memiliki keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan dengan pusat pertumbuhan baru sebagai KPB. WPT terdiri atas beberapa SKP dan 1 KPB. KPB (Kawasan Perkotaan Baru) adalah bagian dari
kawasan transmigrasi yang ditetapkan menjadi pusat pertumbuhan dan berfungsi sebagai Pusat Pelayanan Kawasan Transmigrasi yang disingkat menjadi PPKT.
Pada pasal 13 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 03 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 15 Tahun 1997 Tentang Ketransmigrasian, menyebutkan bahwa KPB merupakan pusat pertumbuhan dalam kawasan transmigrasi yang berfungsi sebagai PPKT. Hal ini menandakan bahwa KPB mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Adapun yang perlu disediakan pada setiap KPB adalah sebagai berikut:
a. Permukiman;
b. Prasarana dan utilitas umum; c. Sarana perdagangan dan jasa; d. Sarana industri pengolahan; e. Sarana pelayanan umum;
f. Sarana pendididkan paling rendah tingkat menengah atas;
g. Sarana kesehatan paling rendah setingkat pusat kesehatan masyarakat rawat inap;
h. Sarana ruang terbuka hijau; dan i. Sarana terminal atau dermaga.
Dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016 Tentang Pembangunan dan Pengembangan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum Kawasan Transmigrasi dijelaskan jenis prasarana, sarana dan utilitas umum KPB kawasan transmigrasi yang perlu disediakan, sebaagai berikut:
a. Permukiman.
Jenis permukiman pada KPB meliputi 2 jenis, yaitu permukiman perkotaan, dan rumah pengelola kawasan.
b. Prasarana dan utilitas umum
1) Jaringan jalan dan saluran navigasi, meliputi: a) Jaringan kolektor sekunder (boulevard); b) Jaringan lokal sekunder antarzona; c) Jaringan lingkungan sekunder; d) Jembatan;
e) Gorong-gorong; dan
f) Bangunan pelengkap lainnya.
2) Saluran drainase, pengendali air, dan saluran irigasi disesuaikan dengan kebutuhan.
Jenis utilitas umum pada KPB meliputi: 1) Jaringan listrik;
2) Jaringan telepon;
3) Jaringan perpipaan air bersih; dan 4) Jaringan gas rumah tangga. c. Sarana pelayanan umum.
Jenis sarana pelayanan umum yang terdapat pada KPB meliputi: 1) Kantor pos cabang dan jasa pengiriman barang;
2) Alat pemadam kebakaran; 3) Kantor polisi sektor;
4) Kantor Urusan Agama (KUA); 5) Kantor pengelola;
6) Pusat peribadatan;
7) Pusat olah raga dan kesenian; 8) Terminal dan/atau dermaga; 9) Instalasi sarana air bersih;
10) Instalasi pengelolaan air limbah (IPAL); 11) Tempat sampah rumah tangga;
12) Tempat pembuangan sementara (TPS); 13) Tempat pembuangan akhir (TPA);
14) Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST); dan 15) Sarana pemakaman/TPU.
d. Sarana pendidikan.
Jenis sarana pendidikan pada KPB meliputi: 1) Gedung SD/MI;
2) Gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs); dan
3) Gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah (MA).
e. Sarana kesehatan.
Jenis sarana pelayanan kesehatan pada KPB adalah pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dengan tempat perawatan.
f. Sarana perdagangan dan jasa.
Jenis sarana perdagangan dan jasa pada KPB meliputi: 1) Pertokoan dan/atau ruko;
2) Los pasar, kios, dan pasar grosir;
3) Perbengkelan alsintan/elektronik/otomotif;
4) Gedung jasa keuangan dan perbankan cabang unit; 5) Gedung perdagangan sarana produksi pertanian; 6) Gedung pusat pelayanan koperasi induk;
7) Rumah wirausaha;
8) Wisma/losmen/penginapan; dan
9) Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). g. Sarana industri pengolahan.
Jenis sarana industri pengolahan pada KPB meliputi: 1) Industri pengolahan hasil pertanian;
2) Industri kecil rumah tangga; dan 3) Industri pengolahan limbah-industri. h. Sarana ruang terbuka hijau.
Jenis sarana ruang terbuka hijau pada KPB meliputi: 1) Lapangan olah raga;
2) Pertamanan; 3) Hutan kota;
5) Sempadan sungai; dan
6) Jalur pengaman jalan dan median jalan. 2.4 Kota Terpadu Mandiri
Berdasrkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Ketransmigrasian, penyelenggaraan transmigrasi tidak lagi terfokus kepada pemecahan masalah persebaran penduduk, namun bergeser pada pengembangan ekonomi dan pembangunan daerah. Penyelenggaraan tersebut bertujuan uuntuk meningkatkan kesejahteraan transmigrasi dan masyarakat sekitarnya.Upaya yang dilakukan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam mendukung pengembangan daerah transmigrasi yaitu KTM.
Menurut Direktorat Jenderal Pengembangan Kawasan Transmigrasi (2017), yang dimaksud dengan KTM adalah kawasan transmigrasi yang pembangunan dan pengembangannya dirancang menjadi pusat pertumbuhan yang mempunyai fungsi perkotaan melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Fungsi perkotaan yang dimaksud yaitu mencakup:
1. Pusat kegiatan ekonomi wilayah; 2. Pusat kegiatan industri pengolahan; 3. Pusat pelayanan jasa dan perdagangan;
4. Pusat pelayanan kesehatan, pusat pendidikan dan pelatihan; 5. Sarana pemerintahan;
6. Fasilitas umum dan sosial, dan 7. Sarana prasarana dan utilitas.
Adapun tujuan yang akan dicapai dari program KTM adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan sentra-sentra agribisnis dan agroindustri. 2. Membuka kesempatan kerja dan peluang usaha.
3. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para transmigran dan penduduk di sekitar kawasan transmigrasi.
Dalam mencapai tujuan KTM, memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Pusat kegiatan pertanian berupa pengolahan barang pertaniaan jadi dan setengah jadi serta kegiatan agribisnis.
2. Pusat pelayanan agroindustri khusus dan pemuliaan tanaman unggul. 3. Pusat kegiatan Pendidikan dan pelatihan di Sektor Peranian, Industri dan
Jasa.
4. Pusat perdagangan wilayah yang dtandai dengan adanya pasar-pasar grosir dan pergudangan komoditas sejenis.
Melalui Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor: KEP.214/MEN/V/2007 tentang Pedoman Umum Pembangunan dan Pengembangan Kota Terpadu Mandiri di Kawasan Transmigrasi, sampai dengan tahun 2019 telah ditetapkan sebanyak 49 KTM yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Kata kota yang digunakan pada KTM bukan berarti membangun suatu kota seperti kota metropolitan, melainkan kota yang memiliki arti bahwa pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi dirancang seperti membangun kota yang dapat mempercepat tumbuhnya suatu kawasan yaitu Kota Terpadu Mandiri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pusat adalah pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan berbagai hal, urusan, dan sebagainya. Pusat Kota Terpadu Mandiri merupakan pokok pangkal dari berbagai hal dan urusan yang berkaitan dengan pembangunan dan pengembangan kawasan transmigrasi yang mempunyai fungsi perkotaan melalui pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Segala kegiatan yang dilakukan di kawasan transmigrasi akan terintegrasi dengan pusat KTM.
2.5 Identifikasi Variabel
Pada tahap identifikasi variabel dilakukan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan penelitian ini. Berikut merupakan kumpulan variabel-variabel yang digunakan pada penelitian terdahulu.
Tabel II. 1 Identifikasi Variabel No. Variabel Renindya Azizza K (2019) Budi Sutomo (2008) Suhandy Siswoyo (2009) Emilya dan Tri Wibowo (2016) Asbi Samli (2012) 1. Permukiman √ √
No. Variabel Renindya Azizza K (2019) Budi Sutomo (2008) Suhandy Siswoyo (2009) Emilya dan Tri Wibowo (2016) Asbi Samli (2012)
3. Sarana perdagangan dan jasa √ √ √ √ 4. Sarana industri pengolahan √ 5. Sarana pelayanan umum √ √ √ √ √ 6. Sarana pendidikan √ √ √ √ √
7. Sarana kesehatan √ √ √ √ √
8. Sarana ruang terbuka hijau √ √ √ 9. Sarana terminal/dermaga √ √
Sumber: Peneliti, 2019
Tabel diatas merupakan tabel identifikasi variabel dari beberapa penelitian terdahulu. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan variabel yang digunakan dalam penelitian terdahulu, sehingga perlu dilakukan verifikasi variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini.
2.4.1 Verifikasi Variabel
Berdasarkan variabel yang telah diidentifikasi, tidak seluruhnya dipilih untuk dijadikan variabel dalam penelitian ini. Tahap ini dilakukan agar variabel yang dipilih merupakan variabel yang sesuai. Oleh karena itu perlu adanya verifikasi variabel dari variabel yang telah diidentifikasi dan disesuaikan dengan penelitian ini serta diberi justifikasi atau alasan pemilihan variabel tersebut. Berikut merupakan tabel verifikasi variabel yang digunakan dalam penelitian.
Tabel II. 2 Verifikasi Variabel
No. Variabel Keterangan Justifikasi Verifikasi
1. Permukiman Dipilih
Komponen Permukiman dalam KTM terdiri atas: permukiman penduduk yang sudah ada; permukiman transmigrasi yang telah diserahkan pembinaannya; lokasi-lokasi transmigrasi yang masih dibina; areal yang dapat direncanakan untuk permukiman transmigrasi baru (Suhandy Siswoyo, 2009). Digunakan sebagai variabel sarana dan prasarana pada KPB
No. Variabel Keterangan Justifikasi Verifikasi
2. Prasarana dan
utilitas Dipilih
Pengembangan KTM
memerlukan adanya dukungan sarana dan prasarana, berupa jaringan prasarana perhubungan dan utilitas umum (Suhandy Siswoyo, 2009). Digunakan sebagai variabel sarana dan prasarana pada KPB 3. Sarana perdagangan dan jasa Dipilih
Untuk mendukung kegiatan usaha transmigran dan masyarakat yang berada di wilayah belakang KTM atau di WPT perlu dibangun sarana perdagangan dan jasa untuk kegiatan pemasaran (Emilya dan Tri Wibowo, 2016). Digunakan sebagai variabel sarana dan prasarana pada KPB
4. Sarana industri pengolahan Dipilih
Prasarana dan sarana pendukung utama yang harus disiapkan untuk kegiatan basis perkotaan di KTM adalah berupa areal untuk pembangunan industri-industri pengolahan hasil pertanian serta areal bisnis lainnya (Emilya dan Tri Wibowo 2016). Digunakan sebagai variabel sarana dan prasarana pada KPB
5. Sarana pelayanan umum Dipilih
KTM yang berfungsi sebagai tempat bermukim penduduk KTM, perlu menjamin
ketersediaan prasaran dan sarana kebutuhan dasar lingkungan permukiman (Emilya dan Tri Wibowo, 2016). Digunakan sebagai variabel sarana dan prasarana pada KPB 6. Sarana pendidikan Dipilih
KTM yang berfungsi sebagai tempat bermukim penduduk KTM, perlu menjamin
ketersediaan prasaran dan sarana kebutuhan dasar lingkungan permukiman (Emilya dan Tri Wibowo, 2016). Digunakan sebagai variabel sarana dan prasarana pada KPB
7. Sarana kesehatan Dipilih
KTM yang berfungsi sebagai tempat bermukim penduduk KTM, perlu menjamin
ketersediaan prasaran dan sarana kebutuhan dasar lingkungan permukiman (Emilya dan Tri Wibowo, 2016). Digunakan sebagai variabel sarana dan prasarana pada KPB 8. Sarana ruang
terbuka hijau Dipilih
KTM yang berfungsi sebagai tempat bermukim penduduk KTM, perlu menjamin
ketersediaan prasaran dan sarana kebutuhan dasar lingkungan permukiman (Emilya dan Tri Wibowo, 2016). Digunakan sebagai variabel sarana dan prasarana pada KPB
No. Variabel Keterangan Justifikasi Verifikasi
9. Sarana
terminal/dermaga Dipilih
Untuk mendukung kegiatan usaha transmigran dan masyarakat yang berada di wilayah belakang KTM atau di WPT perlu dibangun terminal untuk kegiatan distribusi hasil pertanian (Emilya dan Tri Wibowo, 2016). Dilebur dengan sarana pelayanan umum Sumber: Peneliti, 2019
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel yang telah diidentifikasi sebelumnya tidak semua dipilih untuk menjadi variabel pada penelitian karena variabel tersebut tidak berhubungan dengan sarana dan prasarana, dan terdapat variabel yang dilebur dengan variabel lainnya. Variabel yang tidak dipilih yaitu variabel sarana ruang terbuka hijau, sedangkan variabel yang dilebur dengan variabel lainnya yaitu variabel sarana terminal/dermaga. Sehingga variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variabel yang telah diidentifaksi, dan akan dilanjut pada tahap penetapan variabel.
2.4.2 Penetapan Variabel
Berdasarkan sintesis variabel yang telah dilakukan, semua variabel yang dipilih dan terdapat variabel yang dilebur dengan variabel lainnya. Berikut merupakan tabel variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Tabel II. 3 Penetapan Variabel
No. Variabel Sub-Variabel Keterangan
1. Permukiman Permukiman perkotaan
Kawasan Perkotaan Baru Rumah pengelola kawasan
2. Prasarana dan Utilitas Jaringan jalan Jaringan drainase Jaringan listrik Jaringan telepon
Jaringan perpipaan air bersih Jaringan gas rumah tangga
3. Sarana Perdagangan dan Jasa Pertokoan Pasar Perbengkelan alsintan/elektronik/otomotif Gedung jasa keuangan
No. Variabel Sub-Variabel Keterangan
Gedung perdagangan sarana produksi pertanian
Gedung pusat pelayanan koperasi induk
Rumah wirausaha
Wisma/losmen/penginapan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU)
4. Sarana Industri Pengolahan
Industri pengolahan hasil pertanian
Industri kecil rumah tangga Industri pengolahan limbah-industri
5. Sarana Pelayanan Umum
Kantor pos cabang dan jasa pengiriman barang
Alat pemadam kebakaran Kantor polisi sektor
Kantor Urusan Agama (KUA) Kantor pengelola
Pusat peribadatan
Pusat olah raga dan kesenian Terminal dan/atau dermaga Instalasi sarana air bersih Instalasi pengelolaan air limbah (IPAL)
Tempat pembuangan sementara (TPS)
Tempat pembuangan akhir (TPA) Tempat pengolahan sampah terpadu (TPST)
Sarana pemakaman/TPU
6. Sarana Pendidikan
Gedung SD/MI
Gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Gedung Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah (MA)
7. Sarana Kesehatan Puskesmas
8. Sarana Ruang Terbuka Hijau
Lapangan olah raga Pertamanan
No. Variabel Sub-Variabel Keterangan
Sempadan sungai Jalur pengaman jalan