BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Saturasi oksigen 1. Oksigen
Oksigen atau zat asam adalah salah satu bahan farmakologi, merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau digunakan untuk proses pembakaran dan oksidasi. Oksigen merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya (utamanya menjadi oksida). Pada Temperatur dan tekanan standar, dua atom unsur ini berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomic. (Dedi Sudarmoko dan Agus Dwi Susanto,2010 ). Oksigen banyak dipakai untuk pasien dengan kelainan kardiopulmoner.
Kebutuhan Oksigen orang dewasa sehat pada kondisi istirahat rata-rata 53 liter oksigen per jam, kalau sedang bernapas rata-rata sekitar 500 mL udara per napas. Hal ini disebut volume tidal normal. yaitu terdiri dari 150 mL udara akan pergi ke daerah yang tidak berfungsi di paru-paru, hal ini yang disebut "ruangmati." Tingkat napas rata-rata adalah 12 napas per menit. Jadi, jumlah udara yang menghirup oleh orang yang tersedia untuk digunakan adalah 12 x(500 ml -150 ml) = 4.200 mL/menit. Kalikan dengan 60 untuk mendapatkan 252.000 mL / jam. Artinya, setiap jam, orang akan bernapas dalam 252 liter udara ( prasetyo Handrianto, 2011 )
Indikasi primer terapi oksigen adalah pada kasus hipoksemia yang telah dibuktikan dengan pemeriksaan analisa gas darah. Indikasi lain adalah trauma berat, infark miokard akut, syok, sesak napas, keracunan CO, pasca anestesi dan keadaan-keadaan akut yang diduga terjadi hipoksemia.
Adapun tujuan dari terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 %, sehingga dapat mencegah terjadinya hipoksia sel dan jaringan, menurunkan kerja pernapasan dan menurunkan kerja otot jantung. Untuk pemberian terapi oksigen sama seperti memberikan obat, sehingga beberapa kata kunci pada terapi oksigen adalah :
a. Siapa yang memerlukan terapi oksigen b.Bagaimana cara pemberian terapi oksigen c. Bagaimana cara memonitor pemberian oksigen
Untuk mendeteksi keadaan hipoksemia perlu dilakukan pemeriksaan antara lain :
1). Pemeriksaan gejala klinik seperti sianosis, disorientasi, takipnu, dispnu, takikardi atau bradikardi, aritmia, hipertensi atau hipotensi, polistemia dan clubbing.
2). Pemeriksaan analisa gas darah.
Pemeriksaan ini merupakan “gold standart analysis “ untuk mendeteksi keadaan hipoksemia dan dapat dilihat nilai PaO2 dan SaO2.
3). Pulsa oksimetri
Pulsa Oksimetri mengukur kadar oksigen di darah arteri. Alat ini bekerja dengan cara ditempelkan di bagian tertentu di tubuh pasien seperti telinga, jari, atau kaki yang selanjutnya akan mentransmisikan sinar melalui pembuluh darah pasien. Alat ini lalu mengukur perbedaan absorpsi panjang gelombang cahaya yang berbeda. Pulsa Oksimetri merupakan kemajuan di bidang kedokteran, dan banyak digunakan terutama di bidang anestesi dan perawatan intensif. Meski demikian, pulsa oksimetri memiliki sejumlah kekurangan, misalnya teknologi ini tidak bisa menembus jaringan yang lebih dalam, sensitif terhadap cahaya di sekitarnya, dan memiliki keterbatasan terhadap perfusi periferal seperti di jari. Oksimetri jaringan, teknologi yang
memugkinkan untuk menembus jaringan yang lebih dalam, tidak bisa memberikan sebuah ukuran absolut mengenai saturasi oksigen darah. Pulsa oksimetri adalah suatu metode non invasive untuk monitoring oksigen saturasi (SpO2) dari hemoglobin. Sekarang ini, alat pulsa okimetri banyak digunakan di tempat pelayanan kesehatan yang mencakup perawatan intensif, ruang penyembuhan rehabilitasi dan untuk monitoring pasien yang dianesthesia. Alat pulsa oksimetri mengijinkan dua panjang gelombang cahaya yang berbada (merah, biasanya 550 nm dan inframerah, biasanya 950 nm) untuk menembus sekeliling bagian peripheral dari tubuh pasien, biasanya ujung jari atau daun telinga, dan mengukur tiap panjang gelombang cahaya yang relatif berkurang (R-ratio). Jaringan biologi yang sedang diukur terdiri dari banyak unsur-unsur, mencakup kapiler, arteri, vena, kulit dan jaringan yang lainnya. Kecuali untuk pembuluh darah arteri, berkurangnya cahaya oleh unsur jaringan lainnya adalah relatif tetap. Transmisi cahaya melalui arteri adalah denyutan yang diakibatkan pemompaan darah oleh jantung
2. Saturasi oksigen
Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %. Dalam kedokteran , oksigen saturasi (S O2), sering disebut
sebagai "SATS", untuk mengukur persentase oksigen yang diikat oleh
hemoglobin di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial oksigen yang rendah, sebagian besar hemoglobin terdeoksigenasi, maksudnya adalah proses pendistribusian darah beroksigen dari arteri ke jaringan tubuh. Pada sekitar 90% (nilai bervariasi sesuai dengan konteks klinis) saturasi oksigen meningkat menurut kurva disosiasi hemoglobin-oksigen dan pendekatan 100% pada tekanan parsial oksigen> 10 kPa. Sebuah
oksimeter pulsa bergantung pada karakteristik penyerapan cahaya hemoglobin jenuh untuk memberikan indikasi kejenuhan oksigen.
Saturasi oksigen atau oksigen terlarut (DO) adalah ukuran relatif dari jumlah oksigen yang terlarut atau dibawa dalam media tertentu. Hal ini dapat diukur dengan probe oksigen terlarut seperti sensor oksigen atau
optode dalam media cair.
a. Pengukuran Saturasi Oksigen :
Pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik. Penggunaan oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil atau mendadak (Brunner, Suddart, 2002).
Adapun cara pengukuran saturasi oksigen antara lain :
1). Saturasi oksigen arteri (Sa O2) nilai di bawah 90% menunjukan
keadaan hipoksemia (yang juga dapat disebabkan oleh anemia ). Hipoksemia karena SaO2 rendah ditandai dengan sianosis .
Oksimetri nadi adalah metode pemantauan non invasif secara kontinyu terhadap saturasi oksigen hemoglobin (SaO2). Meski
oksemetri oksigen tidak bisa menggantikan gas-gas darah arteri, okksimetri oksigen merupakan salah satu cara efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil dan mendadak. Oksimetri nadi digunakan dalam banyak lingkungan, termasuk unit perawatan kritis, unit keperawatan umum, dan pada area diagnostik dan pengobatan ketika diperlukan pemantauan saturasi oksigen selama prosedur.
2). Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak
mengkonsumsi oksigen tubuh. Dalam perawatan klinis, Sv O2 di
bawah 60%, menunjukkan bahwa tubuh adalah dalam kekurangan oksigen, dan iskemik penyakit terjadi. Pengukuran ini sering digunakan pengobatan dengan mesin jantung-paru (Extracorporeal
Sirkulasi), dan dapat memberikan gambaran tentang berapa banyak aliran darah pasien yang diperlukan agar tetap sehat.
3). Tissue oksigen saturasi (St O2) dapat diukur dengan spektroskopi inframerah dekat . Tissue oksigen saturasi memberikan gambaran tentang oksigenasi jaringan dalam berbagai kondisi.
4). Saturasi oksigen perifer (Sp O2) adalah estimasi dari tingkat
kejenuhan oksigen yang biasanya diukur dengan oksimeter pulsa
perangkat.
Pemantauan saturasi O2 yang sering adalah dengan menggunakan Oksimetri nadi yang secara luas dinilai sebagai salah satu kemajuan terbesar dalam pemantauan klinis (Giuliano & Higgins, 2005).Untuk pemantauan saturasi O2 yang dilakukan di ICU ( Intensive Care Unit ) Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang juga dengan menggunakan Oksimetri nadi. Alat ini merupakan metode langsung yang dapat dilakukan di sisi tempat tidur, bersifat sederhana dan non invasive untuk mengukur saturasi O2 arterial (Leah, 2004 ; Higgins, 2005).
b. Alat yang digunakan dan tempat pengukuran
Alat yang digunakan adalah Oksimetri nadi yang terdiri dari dua diode pengemisi cahaya (satu cahaya merah dan satu cahaya inframerah) pada satu sisi probe, kedua diode ini mentransmisikan cahaya merah dan inframerah melewati pembuluh darah, biasanya pada ujung jari atau daun telinga, menuju fotodetektor pada sisi lain dari probe (Welch 2005). Pemilihan lokasi yang tepat dengan landas vascular yang berdenyut secara adekuat. Lokasi yang dapat digunakan meliputi jari (paling popular), daun telinga tapi kurang akurat ( Jenson et al.1998), ibu jari kaki dapat digunakan selain jari, namun perkusi yang buruk lebih sering terjadi ( Hanning&Alexander-Williams 1995).
c. Prosedur pengukuran 1)Persiapan Alat
a) Oksimetri nadi b) Sensor probe c) Pembersih cat kuku 2)Persiapan Pasien
a) Pada pasien dan keluarganya b) Bersihkan tempat yang akan diukur c) Tentukan tepat yang akan diukur 3)Pelaksanaan
a) Cuci tangan
b) Cek sirkulasi perifer dengan menggunakan teknik pengisian kapiler
c) Cek fungsi alat oksimetri nadi
d) Bersihkan kuku dari cat kuku atau lepaskan anting-anting bila kita akan mengukur ditelinga
e) Bersihkan area pengukuran dengan alkohol f) Pasang sensor probe
g) Anjurkan pasien untuk bernafas biasa h) Tekan tombol on pada oksimetri nadi
i)Dengarkan suara atau tanda dari oksimetri nadi j)Observasi gelombang yang ada pada oksimetri nadi
k) Yakinkan bahwa batas alarm alat sudah sesuai dengan kondisi yang diperlukan
l)Baca dan catat hasil pengukuran
m) Bila dilakukan pemantauan yang terus menerus maka pindahkan sensor probe tiap 2 jam
n) Bila dilakukan sesaat, lepaskan probe dan matikan oksimetri nadi
d). Faktor-faktor yang mempengaruhi saturasi oksigen pada pasien yang terpasang ventilator diantarannya :
1). Tekanan darah 2) Kadar hemoglobin 3). Setting ventilator
4). Pasien banyak bergerak
5). Penempatan alat yang kurang atau tidak tepat 6). Terjadinya akral dingin
B. Ventilator 1. Ventilator
Ventilator adalah suatu alat yang digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi (Carpenito, 2000).
2. Macam-macam ventilator
a. Menurut sifatnya ventilator dibagi tiga tipe yaitu: 1). Volume Cycled Ventilator.
Prinsip dasar ventilator ini adalah cyclusnya berdasarkan volume. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai volume yang ditentukan. Keuntungan volume cycled ventilator adalah perubahan pada komplain paru pasien tetap memberikan volume tidal yang konsisten.
2). Pressure Cycled Ventilator
Perinsip dasar ventilator tipe ini adalah cyclusnya menggunakan tekanan. Mesin berhenti bekerja dan terjadi ekspirasi bila telah mencapai tekanan yang telah ditentukan. Pada titik tekanan ini, katup inspirasi tertutup dan ekspirasi terjadi dengan pasif. Kerugian pada tipe ini bila ada perubahan komplain paru, maka volume udara yang diberikan juga berubah, sehingga pada pasien
yang status parunya tidak stabil, penggunaan ventilatortipe ini tidak dianjurkan.
3). Time Cycled Ventilator
Prinsip kerja dari ventilator type ini adalah cyclusnya berdasarkan waktu ekspirasi atau waktu inspirasi yang telah ditentukan. Waktu inspirasi ditentukan oleh waktu dan kecepatan inspirasi (jumlah napas permenit) Normal ratio I : E ( inspirasi : ekspirasi) 1 : 2.
b. Menurut modenya ventilator ada 6 mode, yaitu : a). Control Mode Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekwensi nafas, pasien dalam keadaan apnoe atau diistirahatkan napasnya.
b). Assist Mode
Pasien mulai ada napas spontan dan ventilator mengontrol frekwensi dari pernapasan.
c). Assist control ventilation
Merupakan gabungan dari Assist Mode dan control mode, volume tidal dan frekwensi pernapasan serta ventilasi dikontrol oleh ventilator apabila pasien tiba-tiba tidak dapat bernapas spontan d). Intermitten Mandotory Ventilation (IMV)
Pasien menerima volume dan frekwensi dari ventilator, diantara pernapasan dari ventilator pasien diberi kesempatan untuk bernapas sendiri
Modus ini sama dengan IMV, hanya pada modus ini bantuan pernapasan pada ventilator tidak terjadi pada saat pasien bernapas spontan, sehingga tidak terjadi benturan antara napas pasien dengan napas bantuan dari ventilator.
f). Continous Positif Airway Pressure
Modus ini member tekanan positif untuk membantu ventilasi selama siklus pernapasan dan tidal volume ditentukan oleh pasien sendiri.
3. Proses Pemberian Ventilator
Sebelum memasang ventilator pada pasien, terlebih dahulu dilakukan tes paru pada ventilator untuk memastikan pengesetan sesuai pedoman standar. Sedangkan pengesetan awal adalah sebagai berikut:
a. Fraksi oksigen inspirasi (FiO2) 100% b. Volume Tidal: 4-5 ml/kg BB
c. Frekwensi pernafasan: 10-15 kali/menit d. Aliran inspirasi: 40-60 liter/detik
e. PEEP (Possitive End Expiratory Pressure) atau tekanan positif akhir ekspirasi: 0-5 Cm, ini diberikan pada pasien yang mengalami oedema paru dan untuk mencegah atelektasis. Pengesetan untuk pasien ditentukan oleh tujuan terapi dan perubahan pengesetan ditentukan oleh respon pasien yang ditujunkan oleh hasil analisa gas darah (Blood Gas Analysis ).
4. Indikasi pemakaian ventilator a. Henti jantung
b. Henti Napas
c. Hipoksemia yang tidak teratasi dengan pemberian oksigen non invasive d. Asidosis respiratori yang tidak teratasi dengan obat-obatan dan
pemberian oksigen non invasive. e. Gagal napas atau manifestasi klinis f. Takhaipneu
g. Penggunaan otot pernapasan tambahan h. Penurunan kesadaran
i. saturasi oksigen menurun drastis
j. Pembedahan yang memerlukan anasthesi umum C. Kerangka teori :
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep penegertian tertentu ( Notoatmodjo, 2005 ).
Penelitian ini menggunakan variabel tunggal artinya variabel hanya untuk mengungkapkan dan mendiskripsikan unsur atau factor-faktor didalam setiap gejala yang termasuk dalam variable tersebut ( Hadari Nawawai dan HM Martini Hadari, 1992 )