• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-8 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-8 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor: RISALAHDPD/SIPUR-8/III/2017

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH

SIDANG PARIPURNA DPD RI KE-8 MASA SIDANG III TAHUN SIDANG 2016 – 2017 DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

I. KETERANGAN

1. Hari : Kamis

2. Tanggal : 9 Maret 2017

3. Waktu : 15.00 WIB – 17.53 WIB

4. Tempat : R. Rapat Nusantara V

5. Pimpinan Rapat : 1. Muhammad Saleh (Ketua DPD RI) 2. GKR Hemas (Wakil Ketua DPD RI)

3. Prof. Dr. Farouk Muhammad (Wakil Ketua DPD RI) 6. Sekretaris Rapat

:

1. Prof. Dr. Sudarsono Hardjosoekarto (Sekretaris Jenderal DPD RI)

2. Adam Bachtiar, S.H., M.H. (Plt. Wakil Sekretaris Jenderal DPD RI)

7. Panitera : Ir. Sefti Ramsiaty, MM. (Kepala Biro Persidangan I) 8. Acara : 1. Laporan Pelaksanaan Tugas Alat Kelengkapan;

2. Pengesahan Keputusan DPD RI.

3. Pidato Penutupan Pada Akhir Masa Sidang III Tahun Sidang 2016 -2017

9. Hadir : Orang

(2)

II. JALANNYA RAPAT:

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera buat kita semua.

Om swastiastu.

Sebelum memulai Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Daerah mari kita menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan kepada para Anggota DPD serta seluruh hadirin dimohon untuk berdiri dan bersama-sama menyajikan lagu Indonesia Raya.

PEMBICARA: PADUAN SUARA Hiduplah Indonesia raya… Indonesia tanah airku. Tanah tumpah darahku. Di sanalah aku berdiri. Jadi pandu ibuku.

Indonesia kebangsaanku. Bangsa dan Tanah Airku. Marilah kita berseru. Indonesia bersatu. Hiduplah tanahku. Hiduplah negriku.

Bangsaku Rakyatku semuanya. Bangunlah jiwanya.

Bangunlah badannya. Untuk Indonesia Raya. Indonesia Raya. Merdeka Merdeka.

Tanahku negriku yang kucinta. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka.

Tanahku negriku yang kucinta. Indonesia Raya.

Merdeka Merdeka. Hiduplah Indonesia Raya.

Sebelum kita memasuki agenda Sidang Paripurna bahwa pada hari ini, hadir Badan Narkotika Nasional, (*suara hilang, red) nota kesepahaman kepala BNN Republik Indonesia Bapak Drs. Arman Depari selaku Deputi Pemberantasan, Drs. Ali Djohardi Wirogioto, SH.

(3)

Deputi Pencegahan BNN, dr. Diah Setia Utami, Sp. KJ., MARS Deputi Rehabilitasi, Drs. Arief Wicaksono Sudiotomo Deputi Hukum dan Kerjasama, Bapak Drs. Sobri Effendy Surya Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Bapak Drs. Gatot Subiyaktoro, Sekretaris Utama, Drs. Wahyu Adi, SH., M.Si (Inspektur Utama), dan Adrianna Supandi (Direktur Kerja Sama). Nota kesepahaman bersama yang akan dilakukan antara DPD RI dengan BNN merupakan bentuk dukungan dan komitmen bersama kedua lembaga dalam upaya perang terhadap narkoba yang akhir-akhir ini tidak hanya menyerang masyarakat umum tapi telah merambah para pejabat publik yang disesuaikan dengan tugas kewenangan kedua lembaga untuk detail ruang lingkup nota kesepahaman dapat dilihat pada naskah yang telah dibagikan.

PEMBICARA: MC

Sambutan Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia kepada yang terhormat Bapak Drs. Budi Waseso dipersilakan.

PEMBICARA: Drs. BUDI WASESO S.H (KETUA BNN) Bismillahirrahmanirrahiim.

Yang kami hormati Ketua DPD RI H. Muhammad Saleh, yang kami hormati Wakil Ketua DPD RI Prof. Dr. Farouk Muhammad, yang kami hormati Ketua Komite III Bapak Hardi Selamat, yang saya hormati Ketua Komite III Fahira Idris, yang saya hormati Wakil Ketua Komite III Pendeta Charles, yang kami hormati Bapak Simare, maaf para Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang saya hormati, para pejabat tinggi madya dan pratama Badan Narkotika Nasional, dan para undangan serta hadirin sekalian yang berbahagia.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera buat kita semua.

Om swastiastu.

Puji syukur kita haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat, kita semua dapat kembali bertemu dan bersilaturahmi di tempat ini pada acara penandatanganan nota kesepahaman antara Badan Narkotika Nasional dengan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan ridhonya untuk kegiatan ini dan memberikan kekuatan tambahan bagi kita semua dalam perjuangan besar melawan ancaman kejahatan narkotika dan prekursor narkotika.

Bapak-ibu hadirin sekalian yang kami hormati nota kesepahaman yang akan kita tanda tangani pada hari ini merupakan bentuk kesungguhan tekad dan komitmen nyata yang ditunjukkan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dalam mendukung upaya penanganan masalah narkotika dan prekursor narkotika, sekaligus merespon situasi bangsa yang berada dalam situasi darurat narkoba. Menghadapi tugas yang berat ini, Badan Narkotika Nasional bersifat terbuka dan membuka untuk menjalin kerja sama dan bersinergi dengan seluruh komponen bangsa untuk memperkuat barisan menghadapi ancaman bahaya laten narkotika dan prekursor narkotika. Dalam konteks inilah Badan Narkotika Nasional memandang penting dan strategis kerja sama dengan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, karena kerjasama ini merupakan satu peluang dan potensi besar yang dapat didayagunakan untuk mengoptimalkan langkah-langkah konkret dalam upaya penanganan masalah narkotika dan prekursor narkotika di Indonesia. Bapak-ibu hadirin sekalian yang kami hormati, Badan Narkotika Nasional akan senantiasa mendukung Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dalam penyelenggaran dan penyebarluasan informasi dengan memanfaatkan beragam saluran informasi yang ada di mana muatannya disesuaikan dengan perkembangan aktual publitas dan kampanye antinarkoba. Diharapkan dapat mempengaruhi

(4)

dan membentuk paradigma dan sikap yang positif, serta semangat hidup yang produktif sehingga masyarakat tidak pernah berpikir atau berniat untuk menyalahgunakan narkoba dan precursor, sedikit pun juga dalam bentuk apa pun juga. Kami juga menaruh harapan besar kepada Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia untuk terus mendukung draft langkah dan kiprah Badan Narkotika Nasional dalam upaya penanganan kejahatan narkotika dan prekursor narkotika baik di bidang pencegahan maupun pemberantasan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika di seluruh pelosok Indonesia.

Hadirin yang kami hormati dalam kesempatan yang baik ini, saya selaku Kepala Badan Narkotika Nasional menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang telah menjalin kerjasama dan bersinergi dalam upaya penanganan permasalahan narkotika dan prekursor narkotika. Marilah kita terus berjuang bersama, bekerja sekuat tenaga, menjadikan negara kita terbebas dari penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika, dalam rangka membangun masa depan bangsa Indonesia yang lebih baik. Demikian sambutan saya, atas segala kekurangan dan kesalahannya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wabillahitaufik walhidayah

Sekian dan terima kasih.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Om santi santi santi om.

PEMBICARA: MC

Penandatanganan nota kesepahaman bersama antara Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dengan Badan Narkotika Nasional Republik Indonesiap penandatanganan nota kesepahaman bersama antara Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dengan Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Pimpinan DPD dan Kepala BNN disilakan menuju tempat yang telah disiapkan. Didampingi oleh pimpinan Komite III. Penyerahan cindera mata dari Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia bersama Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia Berfoto Bersama. Acara penandatanganan nota kesepahaman bersama Kepala Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia meninggalkan ruang Sidang Paripurna.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Sidang dewan yang mulia, penandatanganan nota kesepahaman ini merupakan bentuk keseriusan DPD dalam mendukung upaya pemberantasan dan perang terhadap narkoba. Meningkatnya pengungkapan kasus narkoba pada tahun 2016, dari tahun sebelumnya oleh BNN merupakan suatu prestasi yang perlu kita apresiasi, terlebih BNN telah banyak mengungkap kasus peredaran narkoba berskala internasional. Namun di sisi lain hal ini juga mengundang keprihatinan kita bersama, mengingat pengungkapan kasus tersebut menunjukkan bahwa Indonesia masih menjadi pasar potensial pengedar narkoba skala internasional. Untuk itu, DPD RI memandang perlu memberikan dukungan penuh kepada BNN dalam mengambil langkah penindakan dan pencegahan peredaran narkoba. Diharapkan melalui nota kesepahaman ini, terbangun sinergi antara DPD RI dan BNN serta dapat mengaakselerasi upaya pemberantasan narkoba yang telah dilakukan selama ini.

DPD RI melalui alat kelengkapan maupun perorangan akan memberikan dukungan penuh kepada BNN untuk menyelamatkan masyarakat dan daerah terhadap pengaruh buruk penyalahgunaan narkoba, terlebih bagi generasi muda Bangsa Indonesia. Sebelum memasuki agenda selanjutnya, kami mohon waktu beberapa saat guna memberikan kesempatan kepada

(5)

Kepala BNN Bapak Komjen Drs. Budi Waseso beserta jajarannya untuk meninggalkan ruang sidang ini, dengan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas kerja sama yang baik ini, sekali lagi terima kasih.

Sidang dewan yang mulia berdasarkan catatan hadir yang disampaikan oleh sekretariat jenderal sampai saat ini telah hadir sebanyak 67 orang anggota, dan telah menandatangani daftar hadir.

Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim Sidang Paripurna ke-8 Dewan Perwakilan Daerah ini kami buka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

KETOK 1X

Sidang dewan yang mulia, sesuai dengan jadwal acara sidang paripurna hari ini mempunyai tiga agenda pokok yaitu pertama laporan pelaksanaan tugas alat kelengkapan, yang kedua pengesahan keputusan DPD RI, yang ketiga pidato penutupan pada akhir masa sidang ke-2 tahun sidang 2016-2017. Sidang dewan yang mulia, marilah kita memasuki agenda laporan perkembangan pelaksanaan tugas alat kelengkapan DPD dan pengesahan keputusan DPD. Untuk urutan penyampaian laporan dimulai dari alat kelengkapan yang materi laporannya akan diambil keputusan, urutan pertama kami persilakan kepada Pimpinan Komite II untuk menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugasnya. Silakan Komite II, Komite IV, ada Komite IV? Atau dari BAP dulu BAP dulu, BAP.

PEMBICARA: ABDUL GHAFAR USMAN (KETUA BAP DPD RI)

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera buat kita semua.

Om swastiastu.

Ketua, Wakil Ketua, Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia yang saya hormati, para pimpinan alat kelengkapan, senator, rekan-rekan yang saya hormati, para pejabat eselon 1 2, 3 dan 4 serta para pejabat fungsional hadirin rekan media yang saya hormati. Diawali dengan kita bersyukur kepada Allah Tuhan Yang Kuasa, BAP (Badan Akuntabilitas Publik) Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia akan menyampaikan pertama, laporan pelaksanaan tugas, yang kedua, mohon pengesahan atas pengawasan yang dilaksanakan oleh BAP, kedua, juga pengesahan atas penyelesaian aspirasi yang disampaikan pengaduan oleh masyarakat sehingga kita terima, kita sampaikan, dan kita selesaikan sampai kita tuntaskan di Dewan Perwakilan Daerah ini. Dua inilah yang akan kami sampaikan kepada forum yang terhormat ini. Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati, dalam tatib BAP telah diberikan kewenangan. Jadi tatib sekarang bukan lagi tusi, bukan lagi tugas dan fungsi yang diberikan kepada BAP, tapi malah namanya wasi wewenang dan fungsi. Oleh karena itu, BAP memiliki fungsi dan memiliki kewenangan. Nah oleh karena itu, fungsi ini dilaksanakan secara efektif efisien, wewenang ini perlu dibuktikan dengan output dan

outcome yang dirasakan oleh masyarakat.

Bapak-ibu yang kami hormati, oleh karenanya, di dalam tatib juga mitra kerja BAP tidak ditulis secara otentik, tetapi semua yang terkait dengan wewenang dan fungsi tersebut, BAP berwewenang untuk melakukan komunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi yang kami lakukan ada 5, pertama komunikasi admistratif yang memerlukan data-data dan fakta, yang kedua, komunikasi struktural sesuai dengan struktur permasalahan yang disampaikan, yang ketiga komunikasi fungsional sesuai dengan fungsi-fungsi yang terkait, yang keempat, komunikasi personal sehingga anggota BAP memerlukan wawasan dan pergaulan baik nasional maupun internasional, namun sampai hari ini anggaran untuk itu belum terjangkau. Kelima adalah komunikasi politik ternyata komunikasi politik

(6)

inilah dapat menyelesaikan kasus-kasus dan permasalahan-permasalahan, baik secara hukum maupun yuridis.

Pertama yang kami mohon pengesahan atas tindak lanjut laporan hasil pemeriksanaan BPK yang terindikasi merugikan negara telah dilakukan pengawasan dan tindak lanjut ke-3 daerah dan 3 provinsi. Barat Kepulauan Riau, Tengah - Jawa Tengah, Timur - Papua Barat. Bapak dan Ibu yang kami hormati, dari hasil pertemuan, pembahasan, dan penelaahan, dan komunikasi yang intens yang dilakukan oleh tim, bahwa ternyata ada korelasi yang sangat antara penyelesaian tindak lanjut hasil temuan BPK yang terindikasi merugikan negara berkaitan erat dengan opini yang diberikan oleh BPK. Tetapi BAP lebih fokus kepada menindaklanjuti hasil temuan BPK, yang terindikasi merugikan negara. Bapak dan Ibu yang kami hormati, terhadap kerugian negara ini, ada 3 poin yang telah kami klarifikasi. Pertama berapa yang telah ditindaklanjuti, yang kedua yang belum ditindaklanjuti dibagi 2, yang belum yang dapat diselesaikan, yang belum yang tidak dapat diselesaikan, yang belum dapat diselesaikan kami beri target 3 bulan kepada masing-masing daerah untuk dapat menindaklanjuti. Sedangkan yang belum yang tidak bisa ditindaklanjuti maka kami akan melakukan dua tindak lanjut. Pertama disampaikan kepada paripurna ini untuk mohon disahkanakan akan kita sampaikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan kita sampaikan kepada DPR, dan tembusannya kepada BPK.

Tindak lanjut selanjutnya akan dilakukan tindak lanjut secara implementatif akan dilakukan pertemuan dengan instansi yang terkait baik BPK, maupun aparat hukum serta aparat-aparat kementerian yang terkait dengan sifatnya pertemuan yang RDP atau konsinyering sesuai dengan nomenklatur anggaran yang ada, namun anggaran ini baru kata-kata anggaran di BAP, adanya yang menjadi pertanyaan. Jadi jika anggaran ada, anggarannya adanya yang belum, ini yang perlu kami sampaikan ditindaklanjut ada dua akan kami lakukan mohon persetujuan akan kita sampaikan kepada sesuai dengan peraturan perundang-undangan kepada DPR dan kepada tembusan BPK. Tindak lanjut secara implementatif akan kami lakukan pertemuan dengan instansi yang terkait, dengan mempelajari aturan-aturan hukum yang berlaku untuk dimaklumi. Kerugian negara yang secara terus-menerus ditemui oleh BPK yang tidak dapat, tidak bisa ditindaklanjuti, maka BAP akan mengomunikasikan kepada pihak yang terkait dengan tiga. Satu, dipenuhi syarat-syarat administrasi oleh daerah lalui prosedur ketiga, kita akan mendorong dengan komunikasi politik sesuai dengan kewenangan yang ada dan kami juga telah menempuhi undang-undang yang tercantum dalam Undang-undang nomor 1 tahun 2004 juncto pasal 48 PP nomor 38 tahun 2016 tentang tata cara tuntutan ganti rugi kerugian negara daerah terhadap pegawai negeri bukan bendahara atau pejabat lain yang memungkinkan untuk dapat dihapuskan kerugian negara yang telah lebih 5 tahun jika memenuhi syarat-syarat dan prosedur yang tentukan.

Ini yang membanggakan para pemerintah daerah sehingga dirasakan oleh daerah dan oleh rakyat ternyata selama ini DPD memberikan bantuan dan solusi yang sangat efektif, beban-beban yang dirasakan oleh daerah. Inilah kami mohon perstujuan dari Paripurna agar hasil pengawasan dan konsep tindak lanjut yang kami lakukan, mohon pengesahan pada forum ini. Kedua tindak lanjut laporan pengaduan masyarakat terhadap masalah keabsahan ijazah sebagai alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Curug periode 2008-2013 yang selama ini tidak mendapat pengakuan terhadap ijazahnya dan telah melaporkan berbagai. Nah Alhamdulillah dengan komunikasi yang kita lakukan sehingga tuntas di lembaga DPD, ini sendiri telah kita panggil Kementrian Agama Republik Indonesia, pemerintah daerah Provinsi Bengkulu, dan kabupaten kota, STAIN dan yang terkait. Alhamdulillah dapat diselesaikan solusinya dengan diterbitkannya peraturan Menteri Agama Nomor 33 tahun 2016 tentang gelar akademik perguruan tinggi agama, maka dengan demikian gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI) yang dipersamakan dengan gelar ijazah Sarjana Pendidikan yang kita minta diperkuat dengan surat keterangan pendamping ijazah oleh dirjen yang terkait.

(7)

Alhamdulillah dengan lima komunikasi yang kita lakukan, komunikasi admistratif,

komunikasi struktural, komunikasi fungsional, dan komunikasi personal antara kita dengan intansi-intansi memerlukan. Oleh karena itu kami atas nama Dewan Perwakilan Daerah hadir di daerah dan terima kasih masyarakat daerah kepada anggota Dewan Perwakilan Daerah, terutama dari Bengkulu yang disampaikan oleh anggota dari DPD Bengkulu, Bapak Kanedi, dan Pak Kanedi juga menyampaikan salamnya kepada semua anggota DPD Bengkulu, sehingga dengan demikian masyarakat Bengkulu mengucapkan terima kasih kepada Dewan Perwakilan Daerah. Kebetulan juga Ketuanya dari Bengkulu, jadi bukan karena Ketuanya orang Bengkulu tapi kebetulan pada saat ini ketua dari Bengkulu.

Nah oleh karena itu dengan telah disahkan dan diakui secara formal dengan pertemuan yang dilakukan di lembaga kita ini, kita undang kementrian dan pemerintah terkait sehingga dengan selama delapan tahun tidak mendapatkan suatu penjelasan

alhamdulillah dapat diselesaikan, dan ini akan menjadi suatu preseden dan ini akan menjadi

satu konvensi bagi seluruh kasus yang beredar terjadi di seluruh Indonesia, ini akan menjadikan suatu pegangan sehingga DPD tampil dapat menyelesaikan satu secara menyeluruh, menyeluruh dengan satu, ini juga mohon persetujuan kita bersama. Demikian Bapak dan ibu yang kami mohonkan persetujuan dari kita bersama. Yang lainnya terhadap kasus-kasus yang terjadi penghematan dan efektif, dengan dana yang diberikan kepada kami, yang biasanya 1 kasus 1 analisis, kami telah melakukan dengan efektif, 2 kasus 1 anggaran, 2 kasus 1 pelaksanakan, seperti contoh di Aceh. Dua permasalahan yang sangat sulit dilakukan, tapi dengan penghematan kami laksanakan 2 kasus dengan 1 agenda dan 1 tim.

Alhamdulillah kita dapat mengkomunikasikan antara masyarakat dengan angkatan dengan

pangdam yang selama ini dirasakan oleh rakyat antara penyelesaian kasus-kasus yang antara pangdam dengan masyarakat, kita juga dapat menjadi solusi. Selanjutnya antara kewenangan kabupaten kota provinsi dan DPRD juga dapat kita komunikasikan, tetapi belum tuntas sehingga belum kami minta persetujuan dari Bapak-bapak semua. Mohon maaf jika terdapat kekurangan dan kelemahan dan jika terdapat hubungan dan korelasi dengan komite, memang dalam tatib dinyatakan aspirasi masyarakat, baik yang menyangkut lintas komite itu telah tercantum dalam tata tertib. Jadi jika terdapat kekurangan dan kelemahan dalam komunikasi kami mohon maaf dengan sebesar-besarnya. Sekali lagi mohon pimpinan dapat minta persetujuan dan mohon dukungan. Terima kasih.

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera buat kita semua.

Om santi santi om.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Setelah kita bersama mendengarkan laporan dari Pimpinan BAP, apakah kita dapat menyetujui 2 hal tadi ya. Pertama mengenai rekomendasi DPD RI atas penindaklanjutan pengaduan masyarakat terkait masalah keabsahan ijazah alumni STAIN Curup dan yang kedua rekomendasi DPD RI atas penindaklanjutan laporan hasil pemeriksaan BPK RI masa sidang ketiga tahun sidang 2016-2017 apa bisa disetujui?

KETOK 2X Selanjutnya kami mohon kepada Komite IV.

(8)

PEMBICARA: Drs. H. GHAZALI ABBAS ADAN (ACEH)

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah Assalatu Wassalamu ala Rasulillah Muhammadin wa ala alihi wasohbihi wal amma badu.

Yang terhormat Pimpinan DPD RI, teman-teman sekalian Anggota DPD RI, saya tidak baca semuanya. Yang pertama memang tidak biasa saya pidato pakai teks baik apalagi habis kampanye kemarin pake teks. Yang kedua agak panjang.

Baik, sesuai dengan jadwal sidang paripurna ini perkenankan kami menyampaikan laporan pelaksanaan tugas Komite IV DPD RI sebagai berikut.

1. Pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dalam pemilihan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia periode 2017-2021.

2. Hasil pengawasan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 tentang penerimaan negara bukan pajak.

A. Pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dalam pemilihan anggota Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 2017-2021.

DPD RI telah menerima surat dari DPR RI dengan nomor sekian tertanggal 13 Tahun 2017 perihal permohonan pertimbangan calon Anggota BPK RI. Sehubungan dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan pada pasal 14 ayat 2 menyebutkan bahwa pertimbangan DPD RI disampaikan secara tertulis yang memuat semua calon secara lengkap dan diserahkan kepada DPR RI dalam jangka waktu paling lama 1 bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat permintaan pertimbangan dari pimpinan DPR RI. Berdasarkan amanah konstitusi dan peraturan perundang-undangan tersebut, DPD RI melakukan proses penyusunan pertimbangan terhadap 28 orang calon anggota BPK RI. 2 orang diantaranya tidak mengikuti uji kelayakan dan kepatutan sehingga total calon Anggota BPK RI yang mengikuti uji kelayakan dan kepatutan sebanyak 26 orang.

Dalam penyusunan pertimbangan terhadap pemilihan anggota BPK RI masa jabatan 2017-2021, DPD RI melakukan beberapa tahap kegiatan sebagai berikut;

1. Penelahan berkas administrasi calon Anggota BPK RI, antara lain meliputi telaah latar belakang pendidikan, usia, pengalaman kerja, keahlian, serta jabatan.

2. Penyusunan mekanisme dan kriteria penilaian terhadap calon anggota BPK RI. Selanjutnya merekomendasikan 13 nama calon yang diprioritaskan sebagai berikut 1. Dr. Agung Firman Sampoerna 2. Hendra Susanto, ST., M.E., M.H. dan banyak gelar titel ini, susah saya baca 3. Dr. Muhammad Ridwansyah 4. Dr. Bambang Pamungkas. 5. Dr. PadriYarsyah 6. Syafrudin Mosi, S.I., M.M. 7. Dr. Ir. Dodi Supriyadi Brata Kusuma 8. Dr. Razaki Persada. 9. Dr. H. Eko Sambodo. 10. I Gede Kastawa 11. Ir. Isma Yatun 12. Dr. Drs. Mahendro Sumarjo.13. Dr. Abdul Latif.

B. Hasil pengawasan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang penerimaan negara bukan pajak.

1. Pembentukan tim kerja penerimaan negara bukan pajak pada 24 Oktober 2016.

2. Kegiatan FGD pada tanggal 5 sampai 7 Desember di Lampung, Jawa Tengah dan Provinsi Bali.

3. Rapat dengar pendapat 6 Februari 2017 dilakukan dengan para pemangku kepentingan di bidang pengelolaan keuangan negara yaitu Kementerian Hukum dan HAM, Kepolisian RI, Kementerian Perhubungan, Kementerian Komunikasi dan Informasi, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementrian ESDM.

(9)

4. Rapat Dengar pendapat pada tanggal 6 Maret 2017 dengan Kementerian Agama Kementerian Kesehatan, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Keuangan.

Keluaran yang diharapkan dari pelaksanaan pengawasan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 adalah tersediaannya informasi tentang pelaksanaan Undang-Undang nomor 20 Tahun 1997 tentang penerimaan keuangan negara bukan pajak dan secara spesifik mengenai:

1. Perkembangan besar alokasi PNPB yang diterima oleh daerah;

2. Informasi atas hak-hak daerah yang belum diterima yang bersumber dari PNPB; 3. Jenis-jenis PNPB Kementerian negara dan BUMN di masing-masing provinsi; 4. Efektivitas jadwal waktu penerimaan dan pemanfaatan PNPB;

5. Pemantauan monitoring yang dilakukan oleh pemerintah daerah atas pelaksanaan pengelolaan PNPB;

6. Aspirasi dan usul inisiatif revisi peraturan perundang-undangan untuk memperbaiki pengelolaan PNPB;

7. Solusi untuk mengantisipasi tidak tercapainya target penerimaan PNPB pada RAPBN 2017;

8. Masukan terhadap rencana perubahan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang penerimaan negara bukan pajak.

Fokus pelaksanaan terhadap pelaksanaan Undang-Undang nomor 20 tahun 1997 tentang PNPB menyangkut aspek:

1. Konsistensi penjabaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNPB ke dalam berbagai peraturan pemerintah dan peraturan menteri menyangkut petunjuk teknis pelaksanaan PNPB tersebut;

2. Perkembangan besaran alokasi PNPB yang diterima oleh daerah sebagaimana yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997;

3. Pesan dan keterbatasan PNPB dan APBD untuk menunjang pembiayaan pembangunan daerah;

4. Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan PNPB pada masing-masing kementerian dan lembaga negara;

5. Peraturan pelaksanaan yang tidak mengakomodasi kepentingan daerah;

6. Pemantauan monitoring yang dilakukan oleh pemerintah daerah atas pelaksanaan pengelolaan PNPB;

7. Jenis-jenis PNPB kementerian dan lembaga negara dan BUMN dimasing-masing provinsi;

8. Akurasi dalam penentuan target atau penyetoran PNPB;

9. Aspirasi pemerintah provinsi kabupaten kota mengenai mekanisme pengelolaan PNPB 10. Masukan terhadap rencana perubahan revisi terhadap Undang-Undang Nomor 20

Tahun 1997 tentang penerimaan negara bukan pajak.

Kesimpulan dari rekomendasi hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-undang nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP adalah sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Kementerian lembaga merumuskan jenis dan tarif PNBP sesuai dengan kepentingan masing-masing kementerian lembaga. Akibatnya tidak ada kriteria dalam penentuan jenis dan tarif PNPB, tarif yang berlaku pada masing-masing K/L tidak seragam serta memunculkan banyak peraturan pemerintah yang mengatur hal tersebut;

2. Pelimpahan kewenangan urusan dari pusat ke daerah sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 belum diikuti dengan penyerahan kewenangan yang memadai kepada daerah dalam pengelolaan pendapatan yang potensinya ada di daerah;

(10)

3. Dalam pengelolaan penerimaan negara bukan pajak yang menimbulkan resiko bagi daerah belum mempertimbangkan adanya kebijakan alokasi atas PNPB tersebut atas meningkatkan kapasitas fiskal daerah;

4. Pelayanan kepada masyarakat merupakan kewajiban pemerintah untuk kepentingan masyarakat karena itu pemerintah seharusnya tidak membebani PNPB berada kepada masyarakat atas pelayanan yang diberikan terutama untuk pelayanan adminstrasi dan pelayanan dasar;

5. Pengelolaan PNPB belum mempertimbangkan secara optimal kepentingan dan kesejahteraan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh belum ada pengaturan mengenai PNPB yang dibagihasilkan kepada daerah;

6. Penerimaan negara bukan pajak yang relevan untuk didaerahkan adalah a. Penerimaan atas pelayanan kepolisian b. Penerimaan atas jasa cek in bandara; c. Penerimaan jasa kepelabuhanan dan kenavigasian; d. Penerimaan jasa telekomunikasi; e. Pelayanan bidang pertanahan; f. Pelayanan pendidikan; g. Jasa Labuh jangkar kapal laut; h. Sumbangan pihak ketiga dari BUMN dan perusahaan swasta bagi pemerintah daerah. 7. Disisi kepastian hukum dan keadilan Undang-Undang nomor 20 tahun 1997 tentang

PNBP dirasakan sudah tidak sesuai dengan perkembangan ketatanegaraan dan tuntutan penyelenggaraan ekonomi daerah karena itu perlu dilakukan revisi undang-undang tersebut untuk menciptakan sistem pengelolaan penerimaan negara daerah bukan pajak yang adil transparan akuntabel dan sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat;

8. PNBP yang dihitung disetorkan dan dilaporkan sendiri oleh wajib bayar berdasarkan

assassment tidak dapat diandalkan akurasinya karena berpotensi menjadi terjadi

kesalahan hitung yang dilakukan oleh wajib bayar;

9. Pemerintah daerah mengalami kesulitan dalam mengakses informasi dan melakukan pengawasan perkembangan PNPB. Ini disebabkan oleh belum adanya dasar hukum yang menjadi dasar dimungkinkannya akses informasi PNPB tersebut. Wah masih agak lumayan ini tapi sebentar lagi lah.

E. Rekomendasi 1. Aspek yuridis 2. Aspek impiris. Tidak saya baca lagi.

Pimpinan, Anggota, dan Hadirin sidang paripurna yang kami hormati. Malam, demikian topik-topik pokok-pokok materi perkembangan DPD dalam memilih anggota Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia periode 2017-2021 dan hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang pendapatan negara bukan pajak yang kami ajukan pada sidang paripurna yang terhormat dan mulia ini dengan harapan dapat diambil keputusan sebagai berikut: 1. Pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dalam pemilihan Anggota Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia periode 2017-2021; Hasil 2. Hasil pengawasan Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 tentang penerimaan negara bukan pajak. Ya agak susah memang pidato pakai teks ini ya karena ya pidato selama ini tidak pakai apa-apa, langsung terbuka ketengah-tengah masyarakat.

Hadirin yang saya muliakan, Pimpinan yang saya hormati, demikianlah laporan pelaksanaan tugas Komite IV yang dapat kami sampaikan dalam sidang paripurna kali ini. Pada masa sidang mendatang Komite IV akan melanjutkan pembahasan antara lain terhadap

(11)

1. RUU tentang pajak penghasilan; 2. RUU tentang pengelolaan keuangan negara dan daerah; 3. Rekomendasi RKP tahun 2018.

Kami atas nama Pimpinan dan Anggota Komite IV DPD RI mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan dukungan yang terhormat Pimpinan, Anggota, dan Kesekjenan DPD RI, para staf ahli, dan rekan-rekan Anggota dan rekan-rekan awak media dalam pelaksanaan tugas Komite IV DPD RI.

Pimpinan Komite IV, Dr. H. Ajiep Padindang, S.E., M.M., Ghazali Abbas Adan, Drs. H. Budiono, M.ed. Demikian mohon maaf kalau ada ucapan-ucapan yang tidak transparan ya maklum saya ulangi lagi saya tidak biasa memang pidato-pidato seperti ini, pidato tidak pakai apa-apa terbuka.

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Setelah kita bersama-sama mendengarkan laporan dari pimpinan Komite IV tadi, apakah kita dapat menyetujui hasil kerja Komite IV tentang yang pertama pertimbangan DPD RI terhadap pemilihan anggota BPK RI periode 2017-2021, yang kedua hasil pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 tentang penerimaan negara bukan pajak, setuju?

Selanjutnya, kami persilakan kepada Komite II.

PEMBICARA: PARLINDUNGAN PURBA, S.H., M.M. (KETUA KOMITE II DPD RI)

Terima kasih.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Salam sejahtera bagi kita.

Om swastiastu. Namo budaya. Horas.

Nuhun sewu.

Yang saya hormati, Bapak ketua, bapak wakil ketu,a dan ibu wakil ketua, dan Sekjen yang saya hormati, tentu teman-teman seluruh anggota DPD yang hadir pada hari ini. Izinkan pada kesempatan ini kami menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite II DPD RI pada sidang paripurna 8 DPD RI pada hari ini. Pertama-tama kita pada panjatkan puji dan syukur telah memberi berbagai macam kenikmatan kepada kita sehingga dapat kita bertemu dalam silaturahmi tetapi sebelum itu kami juga dari Komite II memberikan apresiasi kepada Komite III yang tadi telah melaksanakan acara yang cukup serimonial dan bermakna, kerjasama DPD RI dengan BNN. Tepuk tangan untuk Komite III dulu.

Pada kesempatan ini izinkanlah kami mewakili Komite II untuk dapat menyampaikan secara singkat mengenai poin-poin penting dari pelaporan pelaksanaan tugas Komite II pada Masa Sidang ini. Satu, Penyusunan RUU usul inisiatif. Sesuai dengan dinamika politik penetapan prolegnas 2015-2019 Komite II DPD RI telah memutuskan untuk menyusun 2 RUU usul inisiatif yaitu undang-undang RUU tentang Geologi dan RUU tentang Energi Terbarukan tahapan yang sedang kami lakukan saat ini adalah melakukan inventarisasi masalah.

Yang kedua penyusunan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang. Dalam melakukan tugas fungsi pengawasan, Komite II telah melakukan penyusunan hasil pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Perlu kami sampaikan beberapa poin rekomendasi penting dari

(12)

pengawasan tersebut antara lain: DPD RI mendesak kepada pemerintah untuk segera menyelesaikan persoalan Tata Kelola Perizinan Indonesia, terutama terkait dualisme kewenangan perizinan antara pemerintah dan pemerintah daerah.

DPD RI mendorong pemerintah tegas terhadap IUP yang masih bermasalah dan memberikan sanksi tegas terhadap segala bentuk pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan pemegang izin usaha pertambangan. Yang kedua DPD RI mendorong pemerintah untuk melakukan sejumlah langkah-langkah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan daerah penghasil SDA. Langkah langkah itu adalah segera merevisi skema pembagian dari seluruh jenis kewajiban PNBP SDA pertambangan, mineral, dan batubara, untuk memastikan peningkatan dan kesejahteraan daerah penghasil SDA secepatnya, mengeluarkan payung hukum pelaksanaan participating interest dari kegiatan usaha tambang Indonesia. Mewajibkan perusahaan pertambangan untuk memanfaatkan sumber daya lokal atau lokal konten dimana tambang tersebut beroperasi. Mewajibkan untuk memproritaskan pemanfaatan sumber daya mineral dan batu bara untuk kebutuhan local. Mewajibkan

coprogram corporate social responsibility sesuai dengan perusahaan-perusahaan tambang

untuk kegiatan produktif yang membentuk nilai cretaing self walace. Yang ketiga terkait dengan kebijakan pemerintah tentang Freeport DPD RI mendukung dan memberikan penghargaan kepada kebijakan pemerintah terhadap penanganan masalah PT Freeport yang dimana kami sangat mendukung karena apa? karena 3 hal yang disampaikan pada saat itu adalah pertama PT. Freeport boleh mengekspor konsentrat dengan 3 catatan. Pertama harus membangun smelter 5 tahun, sudah itu divestasi saham 51 %, dan perubahan bentuk izin dari rezim kontrak karya (KK) menjadi YOPK. Ini merupakan izin usaha pertambangan khusus.

Kita memahami bahwa saat ini PT. Freeport itu menguasai lahan di atas 90,000. Jadi dengan adanya YOPK ini dia akan mendapat batas sebesar 25,000 tapi lebihnya bisa diminta dengan izin yang baru dan ini akan menambah pendapatan dari PPH, PPN, PBB dan lain-lain tetapi pada saat itu kami juga menganjurkan agar pemerintah melakukan negosiasi dengan pihak Freeport sehingga mempertimbangkan aspek kesejahteraan rakyat Papua dan pembangunan sektor pertambangan khususnya indonesia masa depan. DPD RI mendesak pemerintah untuk konsisten dengan semangat hilirisasi sektor pertambangan minerba tentang pertambangan yaitu terkait dengan pembangunan smelter.

DPD RI mendesak pemerintah untuk menangani secara serius ancaman kerusakan alam yang ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan. Ketujuh DPD RI mendorong pemerintah untuk segera melakukan pengendalian produksi pertambangan Indonesia dengan menetapkan kuota produksi dari setiap provinsi di Indonesia. Kedelapan DPD RI merekomendasikan kepada pemerintah untuk dapat memberikan perhatian lebih lagi terhadap pertambangan rakyat. 9. DPD RI meminta pemerintah untuk meningkatkan pengawasan terhadap jalannya usaha pertambangan di Indonesia.

Pengawasan harus dilakukan dalam berbagai aspek mulai dari aspek administrasi, lingkungan, produksi, pemasaran, keselamatan kerja, keuangan, tanda kutip penetapan dan pengawasan pembayaran iuran produksi dengan memastikan jumlah produksi baik secara kuantitas maupun kualitas, bahan mineral, dan batubara. Memastikan jenis kalori di batubara mulai dari hulu sampai hilir pertambangan dan juga mengutamakan kepentingan nasional dan khususnya daerah.

Mengingat pentingnya pengawasan Undang-Undang ini, Komite II meminta kepada sidang paripurna yang mulia agar dapat mengesahkan pengawasan RI tersebut menjadi bagian daripada produk DPD RI pada tahun 2017. Selain hal tersebut kami sampaikan juga bahwa dalam Rapat Pleno Komite II berkembang usulan pembentukan Pansus panitia khusus gula. Untuk itu kami telah menyusun kerangka acuan sebagai dasar pijakan bagi Pansus gula dalam melaksanakan tugas. Selanjutnya kami sampaikan usulan dimaksud pada sidang paripurna pada hari ini agar dibahas oleh Panmus pada masa sidang berikutnya.

(13)

PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)

Baik saya rasa begini, kembali lagi kita tidak perlu panjang ini, memang masalahnya kita bahas dalam tim kecil dululah sebelum kita bawa ke sini. Hanya memang saya mohon “kerelaan” dari anggota Timja maupun Panmus mungkin nanti akan mendahului sebelum tanggal 3 begitukan, sebelum tanggal 3 diundang tapi undangnya pasti hanya samalah soal, jangan dipinta lagi harinya begitu yah. Saya pikir itu saja nanti, jadi bisa kita setujui? Kita sejutu ya.

KETOK 2X Ada yang menyimpang gak kira-kira?

PEMBICARA: INTSIAWATI AYUS, S.H., M.H. (RIAU)

Baik apa yang disampaikan oleh Ibu Anna Latuconsina yang sudah diklarifikasi oleh Pak Gafar tadi oke. Namun saya melihatnya siapa pun nanti yang menjadi Pimpinan DPD bisa digunakan atau tidak, mesti juga dari tim Pak Bahmid untuk menuangkan juga mekanisme pemilihan pimpinan MPR sekalipun itu sudah ada di, ada artinya BPKK apa Kelompok DPD. Ada, ada di Kelompok DPD ada tapi tetap harus dituangkan juga di sini. Terpilih atau tidak pun Pak Oso kemungkinan yah, kemungkinan maka kita juga harus dibuat catatan untuk mekanisme pemilihan pimpinan, antisipasi jangan kerja dua kali. Terima kasih. PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)

Baik, saya, sebelum anu saya langsung saja. Jadi nanti begini Bapak, Ibu BPKK maupun ini, Ibu Iin, pada saat nanti tim kerja Panmus tentang DPD itu bekerja. Jadi kita harapkan juga ada tim juga dari Kelompok yang sudah akan disinkron lagi-lagi mari teman-teman, ya tidak usah terlalu banyak ini, insya Allah semua itu akan berjalan lancarlah. Semangat kebersamaan kita bangun bagaimana Pak Fatwa, pasti setuju.

PEMBICARA: H. AHMAD NAWARDI, S.Ag (JAWA TIMUR) Setuju. Pimpinan.

PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)

Ini masalah bakal calon kepemimpinan kita nanti ini ramai sekali diperbincangkan di luar, di mass media, medsos dan sebagainya. Saya sendiri sudah membuat komentar, diminta oleh Gatra, itu komentar saya kemudian dan itu dibagi. Lalu ketua MPR sendiri juga pernah tanya saya, saya dengar Pak Oso mau maju jadi ketua DPD. Saya bilang bagaimana itu dengan jabatannya disini saya bilang, belum tahu kalau soal itu, tapi soal mau maju kesana itu sudah ramai, diluar juga sudah ramai. Kalau saya sampai di rapat kerja menteri dalam negeri juga saya kemukakan itu berbagai pandangan dan saya juga memahami bahwa itu tidak bertentangan dengan undang-undang kalau dia mau menjadi ketua, tapi untuk kita jadikan catatan bahwa pasti akan mendapat sorotan besar dari masyarakat berhubung dia ketua umum satu partai, ketua umum partai Hanura.

Saya sendiri kan orang yang sudah lama menyosialisasikan sebaiknya setiap anggota itu ada orientasi politik yang jelas sehingga enak melakukan hubungan kesana, tetapi dengan cara istilah koran itu bedol desa, ramai-ramai, menurut saya kalau ada yang punya cita-cita

(14)

konkrit mau mencalon di DPR itu bagus-bagus saja tapi kita akan disorot keras oleh masyarakat, terutama masalah ketua umum partai menjadi ketua DPD.

Saya pernah ditanya apakah karena dia dekat dengan pemerintah, saya pikir bagaimana kalau partai yang oposisi jadi ketua di sini? Dua-duanya akan mendapatkan sorotan dan saya kira, kita akan ada pekerjaan-pekerjaan rumah yang, maksud saya pekerjaan rumah itu akan ada kendala-kendala psikologis, komentar masyarakat yang tidak bisa kita diamkan komentar masyarakat itu.

Kita lembaga politik, dinilai secara politik, terutama oleh masyarakat politik. Jadi menurut saya tidak, memang tidak ada dilarang oleh undang-undang tapi undang-undang itu sebagai kebijakan pokok, tapi kita lembaga politik itu diikat dengan suatu etika, etika itu terjemahannya yang paling pas adalah kepantasan. Nah, ini, kalau saya tidak sama sekali tidak menghalangi Saudara Oso mau kesini, saya tidak dalam posisi itu, tapi saya memberikan catatan. Saya memberikan catatan bahwa kita akan menghadapi diskusi dengan masyarakat dan sekarang sudah ramai, sekarang sudah ramai sekali.

Jadi itu supaya, kita jadikan catatan, tidak semua yang tidak bertentangan Undang-Undang itu pantas untuk dilakukan. Kepantasan itu, etika itu yang paling pas terjemahannya adalah kepantasan. Ketua umum suatu partai menjadi ketua DPD itu saya menganggap tidak pantas. Itu saya berharap, saya, hubungan saya dengan Saudara Oso tidak terganggu dengan ini karena adalah forum politik memang yang dengan antara dua saudara juga bisa berbeda, ayah dengan bapak juga bisa berbeda. Jadi kita tidak perlu ragu-ragu dan saya sudah melopori, tidak ragu-ragu saya memberikan komentar tentang itu meskipun saya tetap pelihara hubungan dengan Saudara Oso.

Ada, saya disini, ada apa-apa pergi lapor dulu ke Pak Oso, ada garis partai. Ini tidak, mestinya tidak begitu, mencolok. Ah, ini maaf ini garis partai. Saya tentu ada orientasi politik saya di PAN itu, hanya saya gunakan untuk memudahkan komunikasi, tapi saya tidak mau jadi pengurus harian disana. Saya tidak mau menjadi anggota dewan kehormatan, sewaktu-waktu saya nasehati ketua umum PAN itu, kalau ada sedikit anu saya nasehati, dan dia perhatikan, tapi tidak terbuka, tapi saya tidak akan bilang bahwa ini garis partai saya, di sini kita adalah perorangan. Dipilih secara perorangan tapi memang kalau ada politisi yang tidak punya orientasi politik yang jelas itu diragukan komitmen kenegarawanan itu.

Memang negara kita ini tidak bisa itu Undang-Undang Dasar partai politik itu ikut menentukan jadi nanti akan dua yang menentukan disini, ada yang menentukan berdasarkan garis partai dan ada yang menentukan di sini berdasarkan indepedensi kita. Ini akan kita alami seperti itu agar kita mengantisipasinya dan mungkin Saudara Oso itu yah perlu sebenarnya didatangkan kesini untuk diskusi ini.

Saya juga diamanati oleh seorang anggota DPD dari Kalimantan Barat tolonglah Bapak sebagai senior, katanya ini, pergi bicara baik-baik dengan Pak Oso. Saya tidak, kalau ke rumahnya mau saya tetapi kalau kesitu untuk, khusus untuk ini saya merasa tidak pantas mendapatkan saya apa namanya semacam garis-garis dari sana. Tidak semua yang tidak dilarang undang-undang itu pantas kita kerjakan. Terima kasih.

PEMBICARA: dr. DELIS JULKARSON HEHI (SULAWESI TENGGARA) Pimpinan, Pimpinan.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Pimpinan, ini masukan saja tidak perlu ditanggapi.

(15)

PEMBICARA: MESAKH MIRIN (PAPUA)

Maksudnya jangan diskusi seseorang ditempat ini karena dia juga anggota DPD. Bukan saya tersinggung ya, ini yang saya mau sampaikan kepada kalian. Dia punya hak untuk mencalonkan, apa masalahnya?

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Iya oke.

PEMBICARA: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III DPD RI) Lanjut Ketua, lanjut Pak Ketua, lanjut, lanjut.

PEMBICARA: MESAKH MIRIN (PAPUA)

Kalian kan kemarin, Ibu Hemas, Saudara kan kemarin pimpinan kita sampaikan juga seperti melalui Sidang Paripurna. Jadi saya bilang kalian mohon maaf sekarang ini. Saudara sekalian jangan kita diskusikan seseorang di tempat ini, apa perannya terus kenapa, Setya Novanto juga ketua partai Golkar kenapa juga dia jadi ketua DPR RI? Jadi jangan...

PEMBICARA: H. AHMAD NAWARDI, S.Ag (JAWA TIMUR) Pimpinan. Soal materi, soal materi ya, materi Tatib.

Jadi sepanjang materi, ini, menurut saya karena Timja belum disahkan maka ini belum menjadi pedoman, pedoman kita kecuali Timja sudah bekerja dari ini. Jadi materi ini menurut saya cukup kita abaikan, menurut saya tidak boleh seperti ini kedepannya Pak Pimpinan. Kalau belum, Timja belum disahkan bekerja, hal-hal seperti ini menurut saya tidak bisa masuk ke ruang Panmus. Ini jangan sampai seperti yang terjadi kemarin-kemarin ada selebaran-selebaran, saya anggap selebaran-selebaran kalau belum putusan Timja, menurut saya selebaran. Nah, selembaran kalau bahasa Jawa selebaran itu celana dalam, bahasa Jawa, seleber, bahasa Madura seleber.

Nah Pimpinan, jadi nanti mohon ke Timja karena di Tatib itu sudah jelas aturan-aturan dalam pilihan sepanjang tetap seperti Tatib menurut saya kita sepakati. Nah, apabila ada yang keluar dari Tatib, nah, dari yang sudah dibahas di Tatib maka itu akan panjang maka menurut saya Tatib, Timja nanti yang bekerja siapapun, menurut saya jangan sampai keluar dari Tatib. Begitu saja atau menterjemahkan Tatib. Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Ringkasnya, sebentar-sebentar Pak. Ringkasnya begini Timja UUD 1945-nya adalah Tatib. Jangan bertentangan dengan Tatib, betul ya, singkat saja, oke silakan.

PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)

Saya ada interupsi dari Saudara Mesakh itu yang menyamakan ketua DPD dengan ketua DPR, itu lain sekali. Itu kalau disana memang sarangnya begitu.

(16)

PEMBICARA: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III DPD RI) Baik, silakan Pak Bahmid.

PEMBICARA: H. ABDURRAHMAN ABUBAKAR BAHMID, Lc (GORONTALO) Yang pertama ini untuk meluruskan, bahwa Timja ini bukan, ini Timja sudah disahkan. Ada tim kajian, ini sudah disahkan dan sudah cukup lama. Yang belum ada itu adalah perintah dari Panmus untuk membahas ini. Perintah untuk membahas aturan itu masalahnya. Oke kita terima itu, tapi ini paling tidak untuk pembahasan awal nanti akan ada penugasan.

Nah, kami minta masukan, kami minta masukan karena memang belum mutlak karena akan disahkan juga di Paripurna. Terutama masukan tentang siapa yang akan memimpin wilayah dan bagaimana kalau ada pimpinan MPR atau pimpinan lembaga lain yang legislatif itu akan maju menjadi pimpinan DPD. Bagaimana aturannya itu yang menurut saya paling dibutuhkan.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Baik, jadi mungkin mengenai mekanisme dan sebagainya nanti Timja yang akan, tim kajian, yah, tim kajian yang akan merumuskan. Nah, ini, saya sampaikan mungkinkan banyak kawan-kawan yang sangat rajin, ada yang kurang rajin, ada yang agak malas Panmus ya, saya sampaikan bahwa Timja, tim kajian dan Timja itu sudah dibentuk lama, sudah lama yah ada SK-nya. Jadi jangan nanti itu menjadi perdebatan kok itu ada tiba-tiba ada tim, tidak, itu sudah lama dibentuk, oke. Pak Muqowam.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Saya hanya ingin memberi masukan lagi bahwa nama sidang besok itu adalah Sidang Paripurna Luar Biasa, itu saja.

PEMBICARA: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III DPD RI) Pimpinan, Pak Muqowam yang lebih paham karena dia, beliau di Pansus Tatib tapi hasil pengecekan kami, pada saat pemilihan namanya Sidang Paripurna. Sidang Luar Biasa adalah sidang yang tidak ditetapkan oleh Panmus. Sementara ini adalah ditetapkan oleh Panmus maka dia tidak disebut dengan sidang luar biasa.

Oleh karena itu, mari kita buka Tatib atau saya yang salah atau Pak Muqowam yang salah.

PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA KOMITE IV DPD RI)

Interupsi Ketua, tidak usah diperdebatkan.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Pak Ajiep, saya kira bapak yang bisa menengahi saya dan Pak Hardi karena ketua paling banyak Bapak. Saya cuma satu, Pak Hardi tiga, Bapak empat. Silakan.

(17)

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Memang susah kita kalau bicara sama politisi ini.

Silakan Pak Ajiep.

PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)

Saya sebelum lanjut, jelaskan lagi. Ini dari sini saja persoalan materi mekanisme itu beberapa pendapat. Jadi tadi kita sebenarnya saya sudah tawarkan mekanisme itu akan dilakukan oleh tim kerja, nah, hanya mohon tadi tim kerja ini mohon kerelaan akan harus terlebih dulu datang, dari tanggal 3, nah itu satu. Kedua, mau tidak mau Panmus juga begitu. Jadi mohon pengertian kita bersama, kerelaan kita semua nanti, mungkin Panmus itu akan dilakukan pada hari Minggu sore kali, Minggu paginya tim kerja dulu, termasuk membahas pasal-pasal semua itu. Tapi lagi-lagi tolong, marilah suasananya kita bangun suasana.

Jadi Pak Nawardi, mana beliau? Tidak usah lagi ini ngomong selebaran apa segala macam saya itu menyinggung, saya tersinggung nanti. Saya ini sudah baik-baik itu, tolong Pak Nawardi itu, dulu ada, bukan, ada saya punya pendapat, saya bagi pendapat saya. Cuma tidak ada nama saya, tapi sudah clear tidak ada masalah, jadi marilah suasananya kita bangun saling ini bagaimana sih. Termasuk hal yang kencang sekalipun seperti yang dikatakan Pak Fatwa, mari nanti kita akan selesaikan di sana itu. Jadi itu saja gambaran punya saya, terima kasih Pak.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Memang Nawardi ini harus diselesaikan secara jantan ini.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI) Pak, saya kira sesuai dengan namanya Pak, Nawardi so nawar terus Pak. PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Oh, nawar-nawar terus ya, benar.

PEMBICARA: Dr. H. AJIEP PADINDANG, S.E., M.M. (KETUA KOMITE IV DPD RI)

Terima kasih Pak Ketua.

Saya mau masuk ke materi inti dan menghimbau kalau kita Rapat Panmus berikutnya tolong kita agak fokus memang kepada agenda kita, pada kita semuanya. Komite IV mau melaporkan persiapan yang dilaporkan nanti didalam Sipur, bahwa sudah diizinkan Pak. PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Belum.

Kita masuk keagenda selanjutnya ya karena soal, pedoman tadi sudah disetujui ya. Kita masukin agenda yang ketiga yaitu pengunduran diri Ketua BK, Wakil Ketua dan Anggota BK ya.

(18)

Pimpinan merima surat dari Pak Dr. H. Lalu Suhaimi, Wakil Ketua BK Provinsi NTB Nomor: 06DPD-NTB/B-70/II/2017 tanggal 20 Februari 2017 perihal pengunduran diri sebagai Pimpinan dan Anggota BK. Yang kedua, surat dari Bapak Dr. (HC) A.M Fatwa Ketua BK dari Provinsi DKI Jakarta. Nomor surat, nota dinas tanggal 1 Maret 2017 perihal pengunduran diri. Dalam suratnya Pak Lalu Suhaimi dan Pak A.M Fatwa bukan pengunduran diri, mohon pengunduran diri iya, betul-betul, beda-beda.

Kalau Pak Fatwa mohon untuk mengundurkan diri ya, kalau Pak Lalu mengajukan pengunduran diri. Nah, sesuai dengan Tata Tertib Pasal 101 Ayat 1, keanggotaan Badan Kehormatan terdiri atas 17 orang anggota yang mencerminkan keterwakilan wilayah, wilayah timur dan tengah mohon untuk melakukan rapat wilayah untuk menentukan pengganti Bapak Lalu Suhaimi Ismi dan Bapak A.M Fatwa tapi ini, dia kan bermohon, permohonannya disetujui dulu atau tidak begitu?

PEMBICARA: Hj. EMMA YOHANNA (SUMATERA BARAT) Pak Ketua, boleh saya bicara Pak Ketua?

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Iya silakan Ibu Emma.

PEMBICARA: Hj. EMMA YOHANNA (SUMATERA BARAT) Terima kasih.

Karena Pak Fatwa apa Pak Lalu sudah mengajukan surat untuk pengunduran diri saya belum membuat surat tetapi melalui forum ini saya juga mengundurkan diri sebagai Anggota BK karena ini mungkin keterwakilan wilayah ya saya tidak tahu. Saya sudah berpikir tadi, saya surat ini kemana saya kirimkan begitu. Jadi karena ini Panmus saya sampaikan, saya mengundurkan diri dari BK. Terima kasih Pak.

PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)

Saya boleh fokus ya. Jadi kalau Lalu Suhaimi dan saya itu ada kesamaan, niat pendirian didalam soal hubungannya juga menyangkut sifat moral dua setengah itu. Jadi meskipun kami berdua sebenarnya tidak setuju diadakan pemilihan tempo hari karena kami berkeyakinan ya pada akhir Maret atau awal April kami sudah habis dua setengah juga. Jadi ini sebenarnya ada semacam solidaritas atas mundurnya semua Pimpinan DPD itu, ada semacam itu tapi tidak saya kemukakan dalam surat. Jadi ada sikap moral pribadi saya, sudah sering mengemukakan saya akan (berbicara tanpa mic, red). Saya kira jarang yang sampai 5 tahun, saya sudah 5 tahun jadi Pimpinan, Pimpinan BK. Itu saya menganggap itu tidak pantas contoh itu.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI) Mohon interupsi Ketua.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Iya. Ibu Iin dulu.

(19)

PEMBICARA: INTSIAWATI AYUS, S.H., M.H (RIAU)

Nah, izin, dengan sangat saya menghormati Pak Fatwa sebagai Ketua BK dan nanti juga akan meletakkan jabatannya. Namun izin Pimpinan mengingat waktu kita untuk Paripurna bisa dipilah untuk pembagian alokasi waktu rapat di Panmus ini karena saya juga dari MD3 mau melaporkan. Terima kasih.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Pak Fatwa mohon maaf, saya kira Pak Fatwa memang man of momentum, Semua momentum bisa dimainkan, dalam bahasa saya ini Pak. Saya kira pengunduran itu cukup di alat kelengkapan tersebut, itu jadi mekanisme, saya kira sudah lah baru kemudian pimpinan yang masih ada melaporkan kedalam Panmus, bahwa sudah ada pengundurkan diri yang terhormat Pak Fatwa, ada dari Pak Lalu sehingga Panmus itu tidak membicarakan hal itu.

Jadi kembalikan kepada ruang BK lah, ini tidak, menurut saya Pak Fatwa, mohon maaf, kok tampaknya tidak harus sampai di Panmus seperti ini. Saya mungkin salah Pak Fatwa tapi menurut bacaan saya, itu seperti itu sesuai dengan tata tertib yang ada begitu loh Pak. Ini mohon maaf, jadi man of momentum Pak Fatwa itu luar bisa. Terima kasih.

PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)

Ini saya, saya sebenarnya posisi saya di sini melaporkan saja, melaporkan dan pengesahannya itu kan sebenarnya di Paripurna. Jadi saya maksudkan itu karena paripurna yang akan datang itu sudah lewat 1 April ya, saya ingin sama dengan pimpinan, sama-sama dengan semua Pimpinan. Ada momen psikologis buat saya itu, suara hati nurani tapi bukan maksudnya hanura iya, bukan. Jadi saya juga bukan soal momentum ya, memang saya perlu ada kesinambungan. Sudah lama saya bicara dengan Saudara Fahira supaya ada pergantian itu. Jadi saya bukan soal momentum tetapi memang ada rasa empati, simpati bersama-sama dengan mundurnya selesainya tugas dari Pimpinan kita, saya juga ingin menyelesaikan. Jadi tapi kalau mau diterjemahkan itu soal momentum ya itu terserah saja tapi itu sikap moral saya.

PEMBICARA: H. AHMAD NAWARDI, S.Ag (JAWA TIMUR) Mungkin bisa dilanjutkan, tidak perlu ditanggapi.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI)

Begini Ketua, mohon maaf interupsi. Soal namanya Pak Fatwa itu menjadi kewenangan wilayah lah. Terima kasih.

PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)

Iya, saya ini kan, tadi kami Pimpinan juga sudah membahas itu karena diajukan kepada Pimpinan. Pertama, dua orang sekaligus, tadi kami berbicara ya sudah bertahap ah. Pak Fatwa didahulukan, kita minta Pak Lalu Suhaimi tahanlah supaya kepemimpinan BK ini masih terus ini dan tadi Pak Lalu Suhaimi setuju. Asal memang dari ini begitu, paling tidak supaya ini kelangsungan karena masih ada masalah yang ini.

(20)

Kemudian yang kedua, soal pergantian karena pergantian rapat wilayah itu sudah memberikan haknya jatah untuk periode 2016 – 2017 kepada DKI maka itu ya sudah diselesaikan saja oleh DKI begitu, jadi itu yang kita minta persetujuan Panmus itu yang kita ini kan. Jadi karena memang dasarnya itu sudah diberikan kepada DKI dan saya pikir kita mohon persetujuan di sini iya sudah tidak repot, mekanisme selanjutnya Pak Fatwa nanti kembali ke BK, kalau Pak Suhaimi kita minta bertahan dulu. Penggantinya itu kita akan lebih lanjut proses. Kita setujui kepada, melalui provinsinya saja begitu, supaya tidak ribut lagi, rumit lagi ngaturnya begitu. Itu iya, terima kasih, Pak.

PEMBICARA: Drs. H. AKHMAD MUQOWAM (KETUA KOMITE I DPD RI) Ketua, sedikit ketua.

Boleh tidak seseorang memimpin dua alat kelengkapan? Ini saya tanya saja. PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)

Lihat anggotanya, sebagai anggotanya bukan pimpinan. Kalau pimpinan baru tentu mekanisme kembali BK yang memimpin begitu.

PEMBICARA: INTSIAWATI AYUS, S.H., M.H (RIAU)

Kalau begitu clear ketua, kembali ke Tatib. Lanjutkan untuk agenda berikutnya. Terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Jadi yang Pak Fatwa, disetujui begitu ya. Pada prinsipnya di dalam Panmus ini menyetujui. Nah, kemudian sebagai penggantinya, dari pengganti sebagai anggota ya, anggota BK, itu Fahira tapi sebagai Pimpinan, kembali kepada BK itu sendiri. Nanti itu pemilihan.

PEMBICARA: BAIQ DIYAH RATU GANEFI, S.H (NTB)

Satu menit Ketua. Apakah nanti itu permohonannya Pak Suhaimi sudah mengundurkan diri, kemudian dianulir dengan itu, kok rasanya kita, coba dipertanyakan lagi karena beliau sudah menulis surat begitu kemudian dianulir lagi kok rasanya seperti main-main. Maaf, walaupun satu dapil saya kok kurang percaya. Terima kasih Ketua.

PEMBICARA: H. AHMAD NAWARDI, S.Ag (JAWA TIMUR) Pimpinan, interupsi Pimpinan.

Jadi persoalan BK, kita kembalikan Pimpinan BK kembalikan kepada anggota BK biar bahas internal BK. Itu saja terima kasih.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI) Oke saya setuju. Silakan, silakan.

(21)

PEMBICARA: Drs. HARDI SELAMAT HOOD (KETUA KOMITE III DPD RI) Saya setuju untuk dikembalikan ke BK, tidak pada tempatnya juga Panmus memutuskan, menerima atau menolak karena itu urusannya di sana.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Oke, kita masuk agenda selanjutnya itu. Keanggotaan Pansus Tenaga Kerja Asing. Sipur ke 7 tanggal 21 Februari 2017 telah menyepakati pembentukan Pansus tenaga Kerja Asing dengan komposisi sebagai berikut, ini perhatikan baik-baik. Komite III empat orang, Komite I dua orang, Komite II dua orang, Komite IV satu orang, PPUU satu orang, PURT satu orang, BK satu orang, BAP satu orang, BKSP satu orang, BPKK satu orang, jumlah 15 orang.

Sehubungan dengan hal tersebut telah dikirim surat dari Sekretariat Jenderal DPD RI Nomor: DN 150/03/DPD RI/II/2017 tanggal 27 Februari 2017 perihal usulan nama Anggota Pansus tenaga kerja asing sampai dengan sekarang 9 alat kelengkapan yang telah menyerahkan usul nama anggota Pansus yaitu PURT, PPUU, BK, BPKK, Komite IV, BAP, Komite III, Komite II mohon BKSP segera menyerahkan usulan nama anggota Pansus agar menyerahkan sehingga dapat segera dilakukan pemilihan Pimpinan Pansus.

Mengingat dalam pembahasan Panmus yang lalu bahwa masalah tenaga kerja asing terdapat berbagai aspek terkait seperti industri, dampak sosial, keamanan dan lain-lain sehingga wilayah kerja Pansus terhadap tenaga kerja asing plus sehubungan dengan hal tersebut maka pada rapat Panmus pada hari ini perlu menyepakati nama Pansus. Jadi namanya Pansus Tenaga Kerja Asing saja atau Pansus Tenaga Keja Asing Plus begitu. Nah, ya sehingga diharapkan Pansus nantinya dapat bekerja dengan komprehensif dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Kami mohon masukan dan tanggapan dari Bapak dan Ibu Anggota Panmus, silakan.

PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)

Iya, saya sama tetap pendirian saya dulu bahwa namanya tenaga kerja asing saja. Pansus Tenaga Kerja Asing bukan Pansus Tenaga Kerja, pakai asing karena kalau tenaga kerja kita banyak di luar negeri itu mencari kerja di sana itu keuntungan bagi kita, tapi kalau tenaga kerja asing yang di sini itu merugikan tenaga kerja kita dan kedaulatan negara. Bahaya untuk janga panjang kedaulatan negara. Saya kira kita paham semua bagaimana sekarang merembet China-China itu ke berbagai sektor. Saya banyak tahu ini karena istri saya yang kedua China. Jadi itu ada fakta-fakta saya perhatikan itu datang tenaga kerja dari asing tapi tidak pernah saya campuri begitu, tapi saya perhatikan itu merembet kemana-mana saya lihat itu. Ini merugikan.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Baik, kita sepakati saja ya. Namanya Pansus Tenaga Kerja Asing pakai Plus tidak? PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)

(22)

PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI) Tapi isinya itu plus. Namanya setuju. Tidak usah plus begitu.

PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI) Tidak ada plus-plus tenaga kerja asing.

PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI)

Tenaga kerja Asing itu karena untuk mempertegas bahwa ini isinya itu bukan tenaga kerja asing tapi soal investasi, soal keamanan, soal perdagangan, soal sosial banyak sekali kaitannya.

PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI) Iya, itu otomatis saja.

PEMBICARA: Prof. Dr. FAROUK MUHAMMAD (WAKIL KETUA DPD RI) Iya, oke. Yang penting sepakat saja tidak usah terlalu ini. Namanya TKA. PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Setuju ya. Silakan Pak.

PEMBICARA: Prof. Dr. JOHN PIERIS, S.H., M.S. (KETUA BPKK DPD RI)

Saya mau menambah persepektif saja. Tenaga kerja asing itu luas persepektifnya, yang bekerja di negara kita dan kita bekerja di negara lain. Yang bekerja di negara lain itu di sebut tenaga kerja asing juga di sana. Iya artinya itu juga dibahas, soal keamanannya juga kemarin apa yang terjadi disemprot itu, saudara tirinya itu juga masalah politik jadi harus luas cakupannya. Persiapan kita mengirimkan tenaga kerja Indonesia baik jadi tenaga kerja asing di sana, juga harus aspek budaya masuk, keterampilan masuk, politik masuk semua masuk. Terima kasih Pak Ketua.

PIMPINAN RAPAT: H. MOHAMMAD SALEH, S.E. (KETUA DPD RI)

Begini, biar kita, ini mesti agak sensitif ya memutuskan. Yang pertama kalau tenaga kerja kita yang ada di luar negeri itu namanya TKI, Tenaga Kerja Indonesia. Ya karena ini kita hanya fokus pada masalah tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia, benar ya? PEMBICARA: DR (HC) A. M. FATWA (KETUA BK DPD RI)

Jadi kita bicara mengantisipasi bahaya kedaulatan negara.

Pimpinan Komite I Ahmad Muqowam,Wakil Ketua Fachrul Razi, ada Pak Fachrul. Wakil Ketua Beny Ramdhani hadir tetapi bil ghaib karena tidak hadir pada kesempatan kali ini, bil ghaib ya.

(23)

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

PEMBICARA: BAIQ DIYAH RATU GANEFI, SH (NTB) Pimpinan.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, SE (KETUA DPD RI) Silakan bu.

PEMBICARA: BAIQ DIYAH RATU GANEFI, SH (NTB)

Karena PPUU tidak mengambil keputusan maka kami akan menyerahkan saja pak. PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, SE (KETUA DPD RI)

Silakan. Selanjutnya Komite III.

PEMBICARA: FAHIRA IDRIS, SE, MH (WAKIL KETUA KOMITE III DPD RI)

Bismilahirahmanhirahim.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kepada yang terhormat bapak, ibu para Pimpinan DPD RI.

Yang terhormat para pimpinan alat kelengkapan DPD RI yang terhormat. Sahabat-sahabat Anggota DPD RI dan hadirin yang berbahagia.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pada Sidang Paripurna yang mulia ini, perkenankanlah kami menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas Komite III. Adapun program kegiatan yang menjadi prioritas pembahasan Komite III pada Masa Sidang III Tahun Sidang 2016-2017 adalah yang pertama, penyusunan RUU sebagai usul inisiatif Komite III DPD RI. Saat ini Komite III DPD RI sedang menyusun 2 Rancangan Undang-Undang yaitu Rancangan Undang-Undang Tentang Sistem Pengupahan dan Rancangan Undang-Undang Tentang Ketahanan Keluarga. Adapun penyusunan RUU tersebut hingga saat ini masih dalam tahap inventarisasi materi yang meliputi 2 kegiatan yaitu RDPU dan expert meeting.

Kkemudian yang kedua, pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri. Komite III telah melakukan kegiatan inventarisasi materi melalui kunjungan kerja ke Bahrain dan Kuwait yang dilaksanakan pada tanggal 1-7 Maret yang lalu. Hasil dari inventarisasi materi ini akan menjadi bahan bahasan dalam kegiatan finalisasi penyusunan pengawasan DPD RI atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004.

Tiga, pengawasan atas pelaksanaan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Penyebaran dan penyalahgunaan narkoba akhir-akhir ini memang semakin memprihatinkan, dibutuhkan penangan yang sismatis dan massif serta dukungan dari semua instansi pemerintah dan komponen masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba di tanah air. Oleh karena itu hari ini kami dari Komite III mengucapkan terima kasih kepada DPD RI dan BNN atas upayanya melakukan kerjasama melalui penandatanganan nota kesepahaman bersama MoU dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

Pimpinan, bapak, ibu Anggota DPD RI yang kami hormati. Sidang dewan yang kami muliakan.

(24)

Selain melaksanakan 3 program priotas di atas pada masa sidang ini Komite III juga melaksanakan rapat kerja dengan Menteri Agama Republik Indonesia yang dilaksanakan tanggal 27 Februari lalu dengan membahas program kerja Kementerian Agama tahun 2017, pengelolaan dana haji, pemanfaatan kuota haji, pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer di Madrasah dan Madrasah Aliyah serta membahas tentang potensi konflik sosial keagamaan di Indonesia. Setelah mendengar pemaparan melalui dialog dan tanya jawab secara intensif dengan Menteri Agama Komite III memberikan apresiasi kepada Menteri Kementerian Agama RI yang telah menyelenggarakan kebijakan bidang agama. Disamping itu Komite III mengharapkan Kementerian Agama agar melakukan :

1. Melakukan sosialisasi dan transparansi terkait akses informasi pengelolaan dana haji khususnya berkaitan dengan nilai manfaat yang diperoleh dari setoran awal BPIH yang digunakan untuk membiayai belanja operasional penyelenggaraan ibadah haji.

2. Melakukan koreksi perbaikan dan penyempurnaan kebijakan terkait pendidikan agama khususnya berkenaan dengan :

a. Sertifikasi guru yang mengajar mata pelajaran agama yang bertugas di dinas pendidikan.

b. Impassing bagi guru bukan PNS Madrasah dan sekolah.

c. Peningkatan subsidi bagi peningkatan infrastruktur Pesantren, Madrasah, Sekolah Keagamaan dan mutu serta kesejahteraan guru ngaji guru di pesantren Madrasah dan sekolah keagamaan.

d. Regulasi yang memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk memberikan bantuan keuangan pada penyelenggaraan pendidikan agama dengan berkoordinasi dengan instansi terkait.

3. Melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan dugaan kriminalisasi terhadap ulama dalam rangka mencegah konflik berbasis agama di masyarakat.

4. Optimalisasi nilai manfaat dan haji bagi penyelenggaraan ibadah haji secara profesional dengan memerhatikan peraturan perundang-undangan.

5. Melakukan distribusi kuota haji ke daerah secara berkeadilan sesuai peraturan perundang-undangan.

Pimpinan, bapak, ibu anggota DPD RI yang kami hormati. Sidang dewan yang kami muliakan.

Demikianlah laporan perkembangan pelaksanaan Komite III DPD RI dan pada akhirnya perkenankanlah kami mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat pimpinan beserta seluruh anggota DPD RI dan semua pihak yang banyak membantu program kegiatan Komite III. Semoga segala upaya dukungan yang diberikan dapat balasan kebaikan yang berlipat dari Allah SWT. Satu pantun untuk kita semua “anak gadis berbaju merah, berjalan manis berpegang erat, mari kita kembali ke daerah untuk menjemput aspirasi rakyat”.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pimpinan Komite III, Bapak Hardi Selamat Hood, Bapak Pendeta Charles Simaremare dan saya sendiri, Fahira Idris.

Terima kasih.

PIMPINAN SIDANG: H. MOHAMMAD SALEH, SE (KETUA DPD RI) Selanjutnya PPUU, eh BPKK.

PEMBICARA : INTSIAWATI AYUS, SH., MH (WAKIL KETUA BPKK)

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga, perbaikan yang diperlukan adalah usaha Toko Yella Bakery Banjarmasin dalam menjalankan usahanya sebaiknya penentuan harga pokok produksi menggunakan Metode

Bagi guru: dapat dijadikan sebagai bahan kajian literatur untuk melakukan penelitian mengenai nilai APTI pada Ficus lyrata Warb dan tembesi Samanea saman (Jacq) Merr

Subyek penelitian merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Subyek dipilih oleh peneliti dan dianggap memiliki loyalitas untuk menjawab dan memberikan informasi dan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-Exclusive

Metode analisis potensi kecelakaan yang digunakan adalah tool FTA dengan pendekatan top down yang dimulai dari top level event yang telah dianalisis berdasarkan

Dengan metode Formal Safety Assessment (FSA) akan didapatkan suatu analisa yang akurat dan mendalam mengenai risiko yang akan terjadi, biaya dalam pengendalian risiko

Disetiap proses pekerjaan konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Nagreg V Bandung dapat menimbulkan berbagai macam risiko baik dari metode pelaksanaan, alat, material

Dari hasil analisis yang dilakukan diketahui risiko yang bersifat dominan dari hasil perhitungan nilai risiko antara lain keruntuhan/terjatuhnya girder dengan nilai