• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UNIVERSITAS INDONESIA"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M DENGAN

KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN DIRI

PADA MASALAH KESEHATAN DIABETES MELLITUS

DI RW 05 KELURAHAN CISALAK PASAR,

CIMANGGIS, DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

KURNIASIH, S.Kep 0806457104

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS

DEPOK JULI 2013

(2)

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA BAPAK M DENGAN

KETIDAKEFEKTIFAN MANAJEMEN KESEHATAN DIRI

PADA MASALAH KESEHATAN DIABETES MELLITUS

DI RW 05 KELURAHAN CISALAK PASAR,

CIMANGGIS, DEPOK

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan

KURNIASIH, S.Kep 0806457104

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM PROFESI NERS

DEPOK JULI 2013

(3)

Karya tulis akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Kurniasih, S.Kep NPM : 0806457104

Tanda Tangan :

(4)
(5)

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N) ini. Penulisan KIA-N ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan KIA-N ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan KIA-N ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

(1) Bu Riri Maria, SKp., MANP, selaku koordinator Mata Ajar Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N);

(2) Bu Henny Permatasari, SKp., M.Kep, Sp. Kom, selaku dosen pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan KIA-N;

(3) Masyarakat RW 05 Cisalak Pasar khususnya keluarga Bpk M yang telah memberikan data untuk tersusunnya KIA-N ini;

(4) Keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan material dan moral; (5) Teman-teman saya yang telah memberikan semangat dan dukungannya.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, 7 Juli 2013 Penulis

(6)

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kurniasih, S.Kep NPM : 0806457104 Program Studi : Profesi Ners Departemen : Keperawatan Fakultas : Ilmu Keperawatan Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive

Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak M Dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri Pada Masalah Kesehatan Diabetes Mellitus Di RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 7 Juli 2013

Yang menyatakan

(7)

vi Universitas Indonesia

Program Studi : Ners Keperawatan

Judul : Asuhan Keperawatan Keluarga Bapak M Dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan Diri Pada Masalah Kesehatan Diabetes Mellitus Di RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok Perkembangan global yang terjadi saat ini menyebabkan Indonesia khususnya di daerah perkotaan mendapat pengaruh dari luar seperti pengaruh pola makan gaya barat yang mengandung makanan-makanan instan yang banyak mengandung kadar gula tinggi, kolesterol, zat pengawet, dan zat-zat campuran lainnya. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat perkotaan semakin rentan penyakit yaitu salah satunya diabetes mellitus (DM) yang disebabkan pola makan yang tidak baik tersebut. Diabetes mellitus ini juga banyak diderita di salah satu kota di Indonesia yaitu Depok dengan salah satu kelurahannya yaitu Cisalak Pasar khususnya di RW 05. Oleh karena itu, penulis membina salah satu keluarga yang menderita DM di RW 05 yaitu di RT 01 dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada keluarga Bpk M dengan DM. Intervensi unggulan untuk mengatasi diagnosa keperawatan tersebut yaitu manajemen diet. Evaluasi dari intervensi unggulan ini yaitu dengan manajemen diet yang baik, maka kadar glukosa darah dapat terkontrol dengan baik pula.

(8)

vii Universitas Indonesia Study Program : Ners Keperawatan

Title : Nursing care of Mr. M’s family with ineffective self health management in Diabetes Mellitus at RW 05 Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok

Global development is being on today make Indonesia especially urban areas got outside influences such as the influence of western style diet that containing instant foods that contain lots of high sugar levels, cholesterol, preservatives, and other mixed substances. This resulted make more vulnerable diseases on urban communities, that is diabetes mellitus (DM). Diabetes mellitus also suffered in one of the cities in Indonesia, that is Depok with one of the urban village Cisalak Pasar especially in RW 05. Therefore, the authors caring one of the family who suffer from diabetes is in RT 05 RW 01 with a nursing diagnosis ineffective self health management at the Mr. M’s family with DM. The best interventions to resolves that nursing diagnoses is dietary management. Evaluation from this intervention is if the people have a good dietary management, so the blood glucose levels can be controlled.

Key words: Diabetes mellitus, diet, dietary management

(9)

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi 1. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penulisan ... 6 1.3 Manfaat Penulisan ... 6 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8 2.1 Konsep Perkotaan ... 8

2.2 Konsep Keluarga Tahap Tumbuh Kembang Dewasa... 9

2.2.1 Tahap Perkembangan ... 9

2.2.2 Tugas Keluarga Dewasa di Bidang Kesehatan ... 10

2.2.3 Peran Perawat Keluarga ... 10

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan DM ... 11

2.3.1 Pengkajian ... 11

2.3.2 Diagnosis Keperawatan ... 12

2.3.3 Rencana Keperawatan ... 12

2.3.4 Implementasi ... 13

2.3.4.1 Manajemen Diet ... 14

2.3.4.2 Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Penderita DM ... 14

2.3.4.3 Pemilihan Jenis Makanan ... 16

2.3.4.4 Pengaturan Jadwal Makan ... 17

2.3.4.5 Standar Diet DM ... 18

2.3.5 Evaluasi ... 18

3. LAPORAN KASUS KELUARGA KELOLAAN ... 19

3.1 Data Umum ... 19

3.2 Pengkajian ... 19

3.3 Perencanaan ... 20

3.4 Implementasi dan Evaluasi ... 22

4. ANALISIS SITUASI... 27

4.1 Profil Wilayah ... 27

4.2 Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait KKMP Dan Konsep Kasus Terkait ... 27

(10)

(11)

Tabel 2.1 Jadwal Makan Penderita DM ...17

(12)

Lampiran 1: Pengkajian Keluarga ...47

Lampiran 2: Analisa Data ...57

Lampiran 3: Skoring Masalah ...59

Lampiran 4: Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga...62

Lampiran 5: Catatan Perkembangan ...85

Lampiran 6: Tingkat Kemandirian Keluarga ...97

Lampiran 7: Format Evaluasi Sumatif ...98

Lampiran 8: Leaflet Diabetes Mellitus dan Perawatannya ...100

Lampiran 9: Handout Penkes Manajemen Diet ... ...101

Lampiran 10: Contoh Menu 1700 Kalori ...102

Lampiran 11: Daftar Makanan Pengganti ...103

Lampiran 12: Leaflet Perawatan Kaki Bagi Penderita DM ...105

Lampiran 13: Leaflet Perawatan Kaki ...106

Lampiran 14: Langkah Senam Kaki DM ...107

Lampiran 15: Leaflet Penkes Rokok ...108

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menurut Lancester dan Stanhope (2004), kota merupakan pusat urban dengan jumlah penduduk lebih dari satu juta orang. Kota merupakan daerah yang menjadi pusat kegiatan dari pemerintahan, ekonomi, dan kebudayaan (Alfian, 2007). Banyak masyarakat dari daerah pedesaan (rural) beralih ke daerah perkotaan (urban) karena alasan tersebut, sehingga daerah perkotaan mengalami pertambahan penduduk. Penduduk yang bertambah tersebut terdiri dari masyarakat yang heteregon baik dari agama, suku, dan budaya. Cara hidup masyarakat kota pun lebih modern yakni mengikuti tren dunia jika dibandingkan dengan daerah pedesaan. Perubahan gaya hidup ke arah konsumerisme serta perubahan perilaku hidup tidak sehat pun semakin bertambah. Perubahan gaya hidup yang terjadi dapat menimbulkan berbagai masalah, salah satunya masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang dapat timbul seperti masalah kardiovaskuler dan penyakit degenaratif seperti DM (Lancester & Stanhope, 2004).

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang banyak diderita oleh masyarakat di dunia. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit degeneratif yang tidak dapat disembuhkan namun dapat dikontrol (Smeltzer, 2002). Data WHO pada tahun 2003 menyebutkan bahwa 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 milyar penduduk dunia menderita DM (MADINA, 2013). Penderita DM di seluruh dunia meningkat pada tahun 2010 yaitu diperkirakan sebesar 285 juta (6,4%) dan pada tahun 2030 diperkirakan akan meningkat menjadi 439 juta (7,7%) (Prijadi, Nila, dan Hartono, 2013).

Jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia atau lebih dari 60% berada di Asia. Penderita diabetes di India meningkat dari 40 juta menjadi 70 juta, China meningkat dari 39 menjadi 59 juta, Bangladesh dari 3,8 juta meningkat

(14)

menjadi 7,4 juta penderita (Vivalife, 2009). Menurut WHO tahun 2000 bahwa penderita DM di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 8,4 juta penderita dan meningkat menjadi 21,3 juta orang pada tahun 2010 (Republika, 2011). Berdasarkan peningkatan yang cukup tajam tersebut, Indonesia diperkirakan akan menempati posisi ke-4 jumlah penyandang diabetes terbanyak di seluruh dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat Riskesdas (2007).

Berdasarkan Riskesdas (2007) menyatakan bahwa 6 dari 100 orang dewasa di Indonesia mengidap diabetes atau 5,7% yang bervariasi di beberapa kota besar di Indonesia. Hasil Riskesdas 2007 juga menyebutkan bahwa prevalensi DM pada tahun 2003 sebesar 7,2% di pedesaan dan 14,7% di perkotaan (Depkes RI, 2009). Depok merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki prevalensi cukup tinggi. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian Kesehatan RI dan bekerjasama dengan WHO mengungkapkan bahwa prevalensi penderita diabetes di Kota Depok pada rentang usia 25-64 tahun adalah sebesar 8% dengan prevalensi tertinggi pada rentang usia 55-64 tahun yakni sebesar 21,5% (Wibisono, 2012). Kelurahan Cisalak Pasar merupakan salah satu kelurahan di Depok yang salah satu wilayahnya yaitu RW 05, memiliki prevalensi DM terbanyak dibandingkan dengan RW lainnya yaitu dari hasil skrining singkat dan wawancara dengan kader setempat didapatkan data sebanyak 18 orang terdeteksi diabetes mellitus dan berdasarkan data sekunder dari residen FIK UI terdapat 30 orang terdeteksi DM. Jadi, total penderita DM di RW 05 yaitu 48 orang.

Penyebab tingginya angka kejadian DM khususnya di wilayah perkotaan yaitu terutama dipicu oleh pergeseran gaya hidup masyarakat di era globalisasi dengan salah satu aspek paling menonjol adalah tingginya konsumsi makanan gaya barat seperti makanan-makanan instan yang banyak mengandung kadar gula tinggi, kolesterol, zat pengawet, zat-zat campuran lainnya serta kurangnya mengkonsumsi makanan yang berasal langsung dari alam (Tim Vitahealth, 2004). Berdasarkan Riskesdas (2007) menyatakan

(15)

bahwa hampir 80 % prevalensi DM dipicu oleh gaya hidup tidak sehat salah satunya bersumber dari makanan. Menurut Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Endokrinologi Indonesia, Prof. Pradana Soewondo dalam Kompas (2013) juga menyatakan bahwa masyarakat Indonesia mengalami perubahan pola makan yaitu menyukai makanan dengan kandungan gula, garam, dan natrium berlebih serta minimnya konsumsi sayur dan buah, dapat memicu meningkatnya terjadinya diabetes. Selain itu, disebutkan bahwa perubahan gaya hidup dan lingkungan menjadi salah satu penyebab meningkatnya angka penderita diabetes seperti mayoritas mengkonsumsi junk food, jarang melakukan aktivitas fisik, dan banyak mengonsumsi rokok (OKEZONE, 2012).

Menurut penelitian Rahmawati, Amminuddisyam, dan Hidayanti (2011) bahwa mengkonsumsi makanan tidak sehat dapat memicu terjadinya DM yaitu sebanyak 82,1% responden yang memiliki pola makan (risiko kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan untuk terjadinya DM) yang tinggi, memiliki kadar glukosa darah tidak terkontrol sedangkan 39,6% responden yang memiliki pola makan yang rendah memiliki kadar glukosa darah terkontrol. Penelitian yang sama disebutkan pula bahwa peningkatan DM yang cukup tinggi berhubungan dengan adanya perubahan gaya hidup yaitu faktor yang paling menonjol adalah pola makan yang salah dan aktivitas fisik.

Hal tersebut juga terbukti pada gaya hidup salah satu kelurahan di Depok yaitu Kelurahan Cisalak Pasar khususnya di RW 05 yaitu berdasarkan hasil penyebaran 48 kuesioner, 51,25% memiliki pengetahuan cukup tentang DM, 46,25% mengatakan mengkonsumsi makanan yang manis (mengandung gula) lebih dari 3 kali dalam sehari, keluarga sering mengemil makanan atau minuman manis dalam seminggu sebesar 13,75%, 40% keluarga menyatakan tidak pernah berolahraga, dan 48% tidak pernah melakukan pemeriksaan gula darah.

(16)

Gaya hidup yang tidak sehat jika tidak dicegah atau dikontrol maka akan memperburuk kesehatan yakni dapat memunculkan komplikasi pada penderita DM. Komplikasi yang dapat timbul antara lain kebutaan, impotensi, penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, hipertensi, dan amputasi (Smeltzer, 2002). Upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk mencegah maupun mengontrol DM antara lain edukasi, diet, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis (PERKENI, 2011) sedangkan upaya di wilayah RW 05 yaitu telah diadakannya penyuluhan terkait DM di wilayah RW 05 oleh residen FIK UI dan tersedianya Posbindu yang diadakan sebulan sekali untuk mengontrol kesehatan dengan salah satunya yaitu adanya pemeriksaan gula darah. Upaya yang telah dilakukan tersebut belum optimal, ini dibuktikan dengan masih banyaknya angka kejadian DM.

Peran perawat komunitas sangat penting dalam mengatasi masalah DM yang semakin meningkat prevalensinya. Friedman (2003) menyebutkan bahwa peran perawat komunitas antara lain sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung dan edukator untuk keluarga. Mahasiswa praktik KKMP (Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan) mencoba berperan sebagai perawat komunitas dalam ranah keluarga yakni membina salah satu keluarga di RW 05 dengan masalah DM.

Keluarga yang mahasiswa bina yaitu keluarga Bpk M (62 tahun). Bpk M memiliki gaya hidup seperti suka mengkonsumsi makanan manis, tidak mengatur pola makan, tidak terlalu suka sayur, konsumsi buah jika diingatkan oleh istrinya, gula darah sewaktu didapatkan yaitu 248 mg/dl (saat pengecekkan, klien mengatakan telah makan dalam jangka waktu agak lama yaitu mengkonsumsi semangkuk bubur sampai akhirnya dilakukan pengecekkan gula darah tersebut). Berdasarkan data tersebut dapat ditegakkan diagnosis ketidakefektifan manajamen kesehatan diri.

Penulis melakukan proses asuhan keperawatan keluarga mulai dari pengkajian sampai evaluasi dengan menggunakan model Friedman (2003)

(17)

dengan intervensi unggulannya yaitu manajemen diet selama 5 minggu atau 10 kali kunjungan. Manajemen diet dipilih menjadi intervensi unggulan karena berdasarkan penelitian yang telah dipaparkan diatas, mayoritas menyebutkan bahwa pola makan adalah salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap kadar glukosa darah.

Intervensi yang dilakukan oleh penulis untuk mengatasi diagnosis ketidakefektifan manajamen kesehatan diri antara lain melakukan TUK 1 sampai TUK 5. Penulis melakukan TUK 1 yaitu mengenal masalah DM dengan memberikan edukasi definisi, penyebab, tanda dan gejala DM sampai keluarga dapat mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita DM; TUK 2 yaitu menjelaskan akibat DM sampai keluarga dapat memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang menderita DM; TUK 3 yaitu menjelaskan dan mengajarkan kepada keluarga cara perawatan DM salah satunya yaitu manajemen diet; TUK 4 yaitu memodifikasi lingkungan seperti menjauhkan makanan yang manis-manis; dan TUK 5 memotivasi penderita DM untuk pergi ke pelayanan kesehatan untuk cek gula darah secara berkala.

Evaluasi dari intervensi unggulan manajemen diet yang telah dilakukan oleh penulis selama 7 kali kunjungan yaitu didapatkan kadar glukosa darah yang tidak stabil karena ketidakstabilan pula dalam melakukan manajemen diet. Ini dibuktikan dengan kadar glukosa darah 334 mg/dl sebelum dilakukan manajemen diet, setelah kunjungan berikutnya didapatkan kadar glukosa darah 300 mg/dl dengan pengakuan dari Bpk M bahwa ia mematuhi pola makan yang telah diberikan oleh penulis. Penulis memonitoring diet pada kunjungan berikutnya didapatkan GDS= 417 mg/dl dengan pengakuan bahwa ia makan cemilan manis yaitu roti isi kacang ijo 3 bungkus dan begadang, pagi hari makan bubur ayam 1 mangkok penuh. Monitoring terus dilakukan pada kunjungan berikutnya didapatkan GDS= 447 mg/dl karena Bpk M mengatakan makan nasi padang 1 porsi, makan soto ayam, nasi juga tidak ditakar, pagi hari kemudian makan bubur seporsi, lalu diselingi makan nasi uduk. Kunjungan terakhir didapatkan GDS= 318 mg/dl dengan

(18)

pengakuan bahwa Bpk M telah mematuhi pengaturan makan kembali setelah mengetahui saat pemeriksaan kunjungan lalu GDS nya tinggi. Kesimpulan dari intervensi unggulan manajemen diet yang diterapkan kepada Bpk M adalah intervensi berhasil sebagian karena dengan manajemen diet yang baik dan terkontrol, ternyata Bpk M memiliki kadar glukosa darah yang terkontrol pula begitupun sebaliknya.

1.2TujuanPenulisan 1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan keluarga Bpk M dengan diagnosis ketidakefektifan manajemen kesehatan diri.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan laporan ini adalah memberikan gambaran tentang: 1.2.2.1 Pengkajian keperawatan terkait masalah kesehatan keluarga dengan DM.

1.2.2.2 Perencanaan keperawatan yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah keperawatan dengan DM

1.2.2.3 Implementasi yang dilakukan pada keluarga dengan masalah DM 1.2.2.4 Evaluasi tingkat keberhasilan intervensi yang dilakukan.

1.3Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini yaitu meliputi manfaat untuk keluarga, masyarakat, perawat puskesmas, dan keilmuan.

1.3.1 Keluarga

Hasil dari penulisan ini bertujuan untuk memandirikan keluarga dan sebagai informasi untuk merawat anggota keluarga dengan diagnosis ketidakefektifan manajemen kesehatan diri dengan masalah DM.

1.3.2 Masyarakat

Hasil dari penulisan ini untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat, memberdayakan masyarakat, dan aktif dalam pencegahan masalah kesehatan DM khususnya dengan diagnosis ketidakefektifan manajemen kesehatan diri.

(19)

1.3.3 Perawat Puskesmas

Hasil dari penulisan ini dapat menjadi data dasar yang digunakan dalam memberikan pelayanan keperawatan dengan masalah DM, menjadi role model pelayanan asuhan keperawatan keluarga kepada klien dengan diagnosis ketidakefektifan manajemen kesehatan diri dengan masalah DM.

1.3.4 Keilmuan

Hasil dari penulisan ini dapat menjadi sumber informasi untuk laporan karya ilmiah akhir selanjutnya yaitu asuhan keperawatan keluarga dengan diagnosis ketidakefektifan manajemen kesehatan diri dengan masalah DM.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perkotaan

Kota merupakan pusat urban dengan jumlah penduduk lebih dari satu juta orang (Lancester & Stanhope, 2004). Kota merupakan daerah yang menjadi pusat kegiatan dari pemerintahan, ekonomi, dan kebudayaan (Alfian, 2007). Jadi, kota merupakan suatu tempat dengan jumlah penduduk lebih dari satu juta orang dan menjadi pusat kegiatan dari pemerintahan, ekonomi, dan kebudayaan.

Allender, Rector, dan Warner (2010) menyebutkan bahwa kota juga dapat dilihat dari bentuk fisik, ekonomi, jumlah penduduk, aspek sosial dan aspek hukumnya. Kota jika dilihat dari bentuk fisiknya yaitu memiliki gedung yang tinggi, memiliki tranportasi yang memadai, bentuk bangunan rumah lebih terlihat moderen dan mengikuti perubahan zaman. Kota jika dilihat dari aspek penduduknya yaitu jumlah penduduk kota lebih banyak dan heteregon baik dari agama, suku, dan budaya. Kota dilihat dari aspek sosialnya yaitu masyarakat yang tinggal di kota terlihat lebih bersifat individual. Kota dilihat dari segi ekonominya yaitu cara hidup masyarakat kota lebih moderen atau mengikuti tren dunia dan dilihat dari aspek hukumnya, kota memiliki hak-hak dan kewajiban hukum bagi penghuni suatu wilayah.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut, dapat menarik masyarakat dari daerah pedesaan (rural) ke perkotaan (urban) sehingga terjadi pertambahan penduduk dan dapat terjadi pula perubahan gaya hidup ke arah konsumerisme serta perubahan perilaku hidup tidak sehat. Menurut Tim Vitahealth (2004) juga menyebutkan bahwa salah satu aspek paling menonjol pada gaya hidup masyarakat kota adalah tingginya konsumsi makanan gaya barat seperti makanan-makanan instan yang banyak mengandung kadar gula tinggi, kolesterol, zat pengawet, zat-zat campuran lainnya serta kurangnya mengkonsumsi makanan yang berasal langsung dari alam. Hal ini lama-kelamaan dapat menimbulkan suatu masalah. Masalah yang dapat timbul antara lain masalah kesehatan pada

(21)

masyarakat perkotaan seperti penyakit kardiovaskuler seperti jantung dan stroke serta penyakit degeneratif seperti DM (Lancester & Stanhope, 2004).

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan data tahun 2003 bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit tidak menular yang banyak diderita di daerah perkotaan yaitu sebesar 14,7% dibandingkan di pedesaan yaitu sebesar 7,2% (Depkes RI, 2009). Tanda dan gejala DM yang dapat timbul yaitu cepat lapar, cepat haus, sering buang air kecil terutama pada malam hari, lemas, dan kulit gatal-gatal (Smeltzer, 2002). Perawat berperan penting untuk mengatasi tanda dan gejala DM tersebut sebelum penyakit DM bertambah parah. Peran perawat untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut menurut Friedman (2003) antara lain dapat sebagai advokat, koordinator, kolaborator, memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan umum seperti mengatasi masalah kesehatan dengan memberikan perawatan langsung serta memberikan bimbingan atau konseling kepada keluarga, dan sebagai pengawas kesehatan.

2.2 Konsep Keluarga Tahap Tumbuh Kembang Dewasa 2.2.1 Tahap Perkembangan

Tahap perkembangan pada keluarga dengan usia dewasa menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) yaitu (1) memperluas lingkaran keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar; (2) memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan; (3) membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit; (3) membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat; dan (4) menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan. Menurut Erikson (1982, dalam Potter & Perry, 2005) tugas perkembangan utama pada usia dewasa adalah mencapai generativitas yakni keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Teori Havighurst (1972, dalam Potter & Perry, 2005) menyatakan bahwa ada 7 tugas perkembangan pada dewasa yaitu pencapaian tanggung jawab sosial orang dewasa, menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan, membantu anak-anak remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia, mengembangkan aktivitas luang, berhubungan dengan pasangannya sebagai individu, menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis pada usia

(22)

pertengahan, dan menyesuaikan perubahan diri dengan orang tua yang telah lansia.

2.2.2 Tugas Keluarga Dengan Dewasa di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga memiliki tugas di bidang kesehatan menurut Friedman (2003), yaitu:

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga yaitu anggota keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga. Jika menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan yang terjadi, dan seberapa besar perubahannya.

b) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat untuk keluarga adalah upaya keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat yang sesuai dengan keadaan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat berkurang atau teratasi.

c) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan adalah dimana keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar namun keluarga memiliki keterbatasan. Oleh karena itu, anggota keluarga yang sakit perlu perawatan lanjutan yang dapat dilakukan di pelayanan kesehatan atau di rumah jika keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan pertolongan pertama.

d) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. Hal ini diperlukan untuk menunjang perawatan anggota keluarga yang sakit. e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga. Hal

ini diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat keparahan penyakit atau keberhasilan suatu tindakan kesehatan yang telah dilakukan oleh keluarga.

2.2.3 Peran Perawat Keluarga

Peran perawat dalam keluarga sangat penting. Menurut Friedman (2003) bahwa peran perawat keluarga antara lain dapat sebagai advokat, koordinator, kolaborator, memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan umum seperti mengatasi

(23)

masalah kesehatan dengan memberikan perawatan langsung serta memberikan bimbingan atau konseling kepada keluarga, dan sebagai pengawas kesehatan.

Perawat dalam mengubah kebiasaan kesehatan dapat dengan melakukan penyuluhan dan konseling kesehatan yaitu perawat sebagai pendidik dan fasilitator, namun cara ini tidak sepenuhnya mengubah kebiasaan klien (Friedman, 2003). Klien dalam mengubah kebiasaannya mungkin memiliki hambatan seperti hambatan eksternal (kurang fasilitas, kurang materi, dan kurang dukungan sosial) dan hambatan internal (kurang pengetahuan, kurang motivasi, kurang keterampilan untuk mempengaruhi perubahan pada kebiasaan kesehatan, dan ketidakjelasan tujuan jangka pendek serta jangka panjang) (Potter & Perry, 2005). Klien mengontrol dan bertanggung jawab terhadap perilaku kesehatan mereka sendiri (Friedman, 2003). Perawat hanya dapat memberikan penjelasan terkait perubahan kebiasaan dan menawarkan infomasi tentang risiko kesehatan, memberikan penguatan positif untuk perilaku dan keputusan sehat.

2.3 Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Diabetes Mellitus (DM) 2.3.1 Pengkajian

Pengkajian keluarga yang perlu dilakukan menurut Friedman (2003) yaitu mengidentifikasi data sosial-budaya, data lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stres serta strategi koping keluarga. Pengumpulan data keluarga berasal dari berbagai sumber wawancara klien tentang peristiwa yang lalu dan saat ini, temuan objekif seperti observasi rumah keluarga dan fasilitasnya serta penilaian subjektif seperti pengalaman yang dilaporkan keluarga. Lima tugas keluarga yang perlu dikaji pula seperti TUK 1 bagaimana keluarga dalam mengenal masalah kesehatan, TUK 2 bagaimana keluarga dalam memutuskan suatu masalah kesehatan, TUK 3 bagaimana keluarga dalam merawat kesehatannya, TUK 4 bagaimana keluarga dalam memodifikasi lingkungan agar mendukung kesehatannya, dan TUK 5 bagaimana keluarga dalam hal pemanfaatan pelayanan kesehatan.

(24)

TUK 1 mengenal masalah yaitu apakah keluarga dapat mendefinisikan DM yaitu gangguan yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah sewaktu dan 2 jam setelah makan lebih dari 200 mg/dl dan gula darah puasa lebih dari 140 mg/dl; penyebab DM yaitu faktor keturunan, kegemukan, sering makan makanan manis, kurang olahraga, dan stres; tanda dan gejala DM seperti cepat lapar, cepat haus, sering buang air kecil terutama pada malam hari, lemas, dan kulit gatal-gatal sampai apakah keluarga dapat mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita DM; TUK 2 apakah keluarga dapat menjelaskan akibat DM yaitu kebutaan, impotensi, penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, hipertensi, amputasi dan apakah keluarga dapat memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang menderita DM; TUK 3 apakah keluarga dapat menjelaskan serta mendemonstrasikan cara perawatan DM seperti manajemen diet, minum obat secara teratur, perawatan kaki, senam kaki, olahraga teratur, kontrol gula darah minimal sebulan sekali; TUK 4 apakah keluarga telah memodifikasi lingkungan untuk meningkatkan kesehatannya; dan TUK 5 apakah keluarga sudah memanfaatkan pelayanan kesehatan.

2.3.2 Diagnosis Keperawatan yang Dapat Muncul Akibat DM

Diagnosis keperawatan merupakan keputusan klinik tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (NANDA, 2012). Diagnosis keperawatan memberikan dasar dalam pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi akuntabilitas seorang perawat (Friedman, 2003). Diagnosis yang dapat muncul pada keluarga terkait fungsi perawatan keluarga seperti ketidakefektifan manajemen kesehatan diri, ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan diri, ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapeutik, dll (NANDA, 2012).

2.3.3 Rencana Keperawatan dengan DM

Rencana keperawatan merupakan suatu pedoman tertulis yang terdiri dari berbagai intervensi keperawatan beserta tujuannya untuk menyelesaikan suatu diagnosis keperawatan (Friedman, 2003). Rencana keperawatan yang disertai tujuan yang jelas merupakan hal yang penting agar intervensi yang dilakukan pun

(25)

dapat bermakna untuk keluarga. Contoh rencana keperawatan untuk menyelesaikan diagnosis ketidakefektifan manajemen kesehatan diri dengan DM misalnya rencana intervensi untuk melakukan TUK 1 sampai TUK 3 dengan melakukan manajemen diet, melatih senam kaki, memotivasi untuk olahraga teratur dan kontrol gula darah secara berkala serta dilanjutkan dengan TUK 4 dan TUK 5 dengan tujuan agar masalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri dengan DM dapat teratasi.

2.3.4 Intervensi

Intervensi menurut Wright dan Bell (1994 dalam Friedman, 2003) merupakan suatu tindakan atau respon perawat yang meliputi tindakan terapeutik nyata dari perawat, yang terjadi dalam konteks hubungan perawat-klien untuk mempengaruhi fungsi individu, keluarga, dan komunitas. Intervensi keperawatan keluarga menurut Friedman (2003) antara lain modifikasi perilaku, modifikasi lingkungan, modifikasi gaya hidup, strategi pengajaran, dan lain-lain. Contoh intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri antara lain menjelaskan dan mengajarkan senam kaki, perawatan kaki, manajemen diet, memotivasi untuk olahraga teratur dan kontrol gula darah secara teratur. Salah satu dari intervensi tersebut yaitu manajemen diet, menjadi intervensi unggulan penulis untuk mengatasi masalah keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada keluarga Bpk M.

2.3.4.1 Manajemen Diet

Manajemen diet merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk diabetes (Smeltzer, 2002). Penatalaksanaan diet DM adalah penatalaksanaan diet yang meliputi 3 hal utama yaitu jumlah makanan, jenis makanan, dan jadwal makan (PERKENI, 2011). Menurut ADA (2010) manajemen diet adalah pembatasan jumlah energi, karbohidrat, lemak jenuh, dan natrium. Jadi dapat disimpulkan bahwa manajemen diet adalah salah satu penatalaksanaan DM yang memperhatikan jumlah makanan, jenis makanan, dan jadwal makan dengan membatasi pula jumlah energi, karbohidrat, lemak jenuh, dan natrium.

(26)

Tujuan utama dari manajemen diet menurut Smeltzer (2002) adalah memberikan semua unsur makanan esensial seperti mineral dan vitamin; mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai; memenuhi kebutuhan energi; mencegah fluktuasi kadar glukosa darah dengan mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal; dan menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat. Cara untuk mencapai tujuan tersebut yakni perlu memperhatikan kebutuhan energi serta zat gizi penderita DM.

2.3.4.2 Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Penderita DM

Pengaturan diet berdasarkan jumlah makanan pada klien DM berdasarkan konsensus pengelolaan dan pencegahan DM PERKENI (2011) meliputi:

2.3.4.2.1 Zat Gizi Penderita DM

a) Karbohidrat

Karbohidrat yang dianjurkan untuk penderita DM sebesar 45-65% total asupan energi dan makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi. Penggunaan sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi dan pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula jika tidak melebihi batas aman konsumsi harian.

b) Lemak

Asupan lemak yang dianjurkan yaitu sekitar 20-25% kebutuhan kalori. Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans seperti seperti daging berlemak dan susu penuh (whole milk), dan anjuran konsumsi kolesterol tidak leih dari 300 mg/hari.

c) Protein

Protein yang dibutuhkan yaitu sebesar 10 – 20% total asupan energi. Sumber protein yang baik adalah seafood seperti ikan, udang, cumi; daging tanpa lemak; ayam tanpa kulit; produk susu rendah lemak; kacang-kacangan; tahu; dan tempe.

d) Natrium

Anjuran asupan natrium untuk klien DM sama dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak melebihi 3000 mg atau sama dengan 6-7 g (1

(27)

sendok teh) garam dapur. Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit. e) Serat

Makanan yang mengandung serat seperti kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat seperti gandum. Anjuran konsumsi serat adalah ± 25 g/1000 kkal/hari.

f) Alkohol

Jika penderita DM ingin mengkonsumsi alkohol sebaiknya pada saat lambung tidak kosong agar tidak terjadi hipoglikemia. Penderita DM harus membatasi konsumsi alkohol.

g) Pemanis alternatif

Pemanis dapat dikelompokkan menjadi pemanis bergizi dan pemanis tak bergizi. Pemanis bergizi adalah gula alkohol (seperti isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan xylitol) dan fruktosa karena mengandung karbohidrat kompleks. Pemanis tak bergizi termasuk yaitu aspartam, sakarin, acesulfame, potassium, sukralose, dan neotame karena mengandung karbohidrat sederhana.

2.3.4.2.2 Kebutuhan Energi

Kebutuhan kalori perlu ditentukan pada penderita DM. Ada cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penderita DM yaitu dengan cara menghitung kebutuhan kalori. Kebutuhan kalori didapatkan dengan menghitung kebutuhan kalori basal yang besarnya 25 kalori/kg berat badan ideal (BBI) untuk wanita dan 30 kalori/kg berat badan ideal (BBI) untuk pria, ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa jenis kelamin, faktor umur, aktivitas, dan berat badan.

Perhitungan berat badan Ideal (BBI) dengan rumus Brocca yang dimodifikasi adalah:

Berat Badan Ideal (BBI) = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1kg

Kriteria hasil perhitungan adalah berat badan normal (BBN) yaitu jika BB pada rentang ± 10% BBI; kurus jika BB kurang dari rentang ± 10% BBI ; gemuk jika BB lebih dari rentang ± 10% BBI.

(28)

Perhitungan berat badan ideal menurut indeks massa tubuh (IMT) dapat dihitung dengan rumus:

IMT = BB(kg)/TB(m)2

Klasifikasi IMT yaitu BB kurang jika IMT <18,5; BB normal jika IMT 18,5-22,9; BB lebih jika IMT >23,0; dengan risiko jika IMT 23,0-24,9; obesitas tingkat I jika IMT 25,0-29,9; obesitas tingkat II jika IMT >30.

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain: (1) jenis kelamin (kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, kebutuhan kalori wanita sebesar 25 kal/kg BBI dan untuk pria sebesar 30 kal/kg BBI atau disebut kebutuhan basal); (2) umur (untuk pasien usia di atas 40 tahun, dikurangi 5% dari kebutuhan basal); (3) aktivitas fisik atau pekerjaan (kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik, penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada aktivitas ringan, 20% pada pasien dengan aktivitas sedang, dan 30% dengan aktivitas berat); (4) berat badan (bila masuk dalam kategori kegemukan, maka dikurangi sekitar 20% dari kebutuhan basal sedangkan jika kategori kurus ditambah 20 % dari kebutuhan basal, jika kategori normal tidak perlu ada penambahan maupun pengurangan).

2.3.4.3 Pemilihan Jenis Makanan

Penderita DM harus dapat memilih jenis makanan yang tepat. Makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang mengandung banyak karbohidrat sederhana, kolesterol, lemak trans, dan lemak jenuh serta tinggi natrium (ADA, 2010). Menurut Waspadji, Kartini, dan Suharyanti (2010) bahwa makanan yang dapat dikonsumsi adalah sumber karbohidrat kompleks, makanan tinggi serat larut air, dan makanan yang diolah dengan sedikit minyak. Penggunaan gula murni dapat digunakan hanya sebagai bumbu.

Menurut Waspadji, Kartini, dan Suharyanti (2010) pula bahwa makanan yang mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup, gula, dan sari buah adalah jenis makanan yang harus dihindari. Sayuran dengan kandungan karbohidrat

(29)

tinggi seperti buncis, kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong, bit, dan bayam adalah jenis sayuran yang harus dibatasi. Sayuran yang bebas untuk dikonsumsi yaitu sayuran dengan kandungan kalori rendah seperti oyong, labu, lobak, selada, jamur, dan tomat. Buah-buahan berkalori tinggi seperti nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, dan sawo adalah jenis buah yang sebaiknya dibatasi.

Jenis-jenis makanan yang dapat dikonsumsi oleh penderita DM bukan tidak mungkin nantinya menimbulkan rasa bosan. Oleh karena itu, agar ada variasi makanan, dapat diganti dengan makanan penukar lain asalkan kandungan zat gizinya sama dengan makanan yang digantikannya (Suyono, 2009).

2.3.4.4 Pengaturan Jadwal Makan

Pengaturan jadwal makan adalah penting karena berkaitan dengan kadar glukosa darah (ADA, 2010). Penderita DM sebaiknya makan sesuai jadwal yaitu 3 kali makan utama dan 3 kali makan selingan (Rozaline, 2006). Jadwal makan standar yang digunakan oleh penderita DM disajikan dalam tabel berikut (Waspadji, 2007).

Tabel 2.1 Jadwal Makan Penderita DM

Jenis Makan Waktu Makan Makan pagi Selingan Makan siang Selingan Makan sore/malam Selingan 07.00 10.00 13.00 16.00 19.00 21.00

(30)

2.3.4.5 Standar Diet DM

Menurut Waspadji, Kartini, dan Suharyanti (2010), bahwa standar diet DM diberikan pada pasien diabetes atau pasien sehat yang bukan penyandang DM sesuai kebutuhannya. Menurut Tjokroprawiro (1989) terdapat 10 jenis standar diet menurut kandungan energi, yaitu 1100, 1300, 1500, 1700, 1900, 2100, 2300, 2500, 2700, dan 2900.

2.3.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi berguna untuk mengetahui apakah tindakan yang telah dilakukan oleh perawat tercapai atau tidak. Keberhasilan lebih ditentukan oleh hasil pada sistem keluarga dan anggota keluarga (bagaimana respon keluarga) daripada intervensi yang diimplementasikan (Friedman, 2003). Evaluasi dapat diukur dengan melakukan evaluasi sumatif, formatif, dan tingkat kemandirian keluarga.

Evaluasi sumatif merupakan evaluasi yang dilakukan setelah semua proses keperawatan dilakukan sedangkan evaluasi formatif merupakan evaluasi yang segera perawat lakukan setelah implementasi dilakukan yaitu berupa SOAP (subjektif, objektif, analisis, dan perencanaan) (Asmadi, 2008). Tingkat kemandirian dapat dievaluasi dengan melihat 7 kriteria dengan hasil tingkat kemandirian I jika memenuhi kriteria 1 dan 2, kemandirian II jika memenuhi kriteria 1 sampai 5, kemandirian III jika memenuhi kriteria 1 sampai 6, dan kemandirian IV jika memenuhi kriteria 1 sampai 7. Ketujuh kriteria tersebut yaitu menerima petugas kesehatan, menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana, menyatakan masalah kesehatan secara benar, memanfaatkan fasilitas kesehatan secara anjuran, melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran, melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif, dan melaksanakan tindakan promotif secara aktif.

(31)

3.1 Data Umum

Keluarga kelolaan yang mahasiswa kelola adalah salah satu keluarga di wilayah RW 05 Kelurahan Cisalak Pasar yaitu di wilayah RT 01. Keluarga ini memiliki salah satu anggota keluarga yang menderita DM yaitu Bapak M.

Bapak M merupakan kepala keluarga yang berusia 62 tahun dan istri dari Bapak M yaitu Ibu H yang berusia 60 tahun. Mereka beragama Islam dan berasal dari suku Betawi. Mereka memiliki tingkat pendidikan sampai sekolah dasar. Pekerjaan Bapak M adalah seorang tukang ojek dan sebagai ketua RT 01 sedangkan Ibu H adalah seorang ibu rumah tangga yang terkadang juga mengkreditkan pakaian kepada tetangga di sekitar rumahnya. Mereka memiliki 5 orang anak yaitu anak MH (42 tahun), anak E (38 tahun), anak H (36 tahun), anak A (32 tahun), dan anak AN (31 tahun). Berdasarkan usia anak pertama, maka keluarga ini merupakan keluarga dengan tumbuh kembang usia dewasa. Anak Bapak M dan Ibu H telah berkeluarga dan tinggal terpisah dengan mereka, hanya anak ke 5 bersama istri dan anaknya yang tinggal serumah dengan mereka. Oleh karena itu, tipe keluarga Bapak M adalah keluarga extended family.

3.2 Pengkajian

Keluarga Bapak M mengatakan bahwa Bapak M telah menderita DM sejak 2 tahun lalu, memiliki riwayat TB serta pernah mengalami kebutaan beberapa bulan lalu sedangkan Ibu H, anak ke 5, menantu serta cucunya mengatakan tidak memiliki masalah kesehatan. Bapak M mengatakan pula bahwa ia memiliki ibu yang menderita DM. Sebelum ia mengetahui dirinya DM, ia memang memiliki gaya hidup yang kurang baik seperti suka mengkonsumsi makanan manis, tidak mengatur pola makan, minum kopi 2 kali sehari dengan gula, tidak terlalu suka sayur, konsumsi buah jika diingatkan oleh istrinya, merokok ± 1 bungkus padahal istri sudah selalu mengingatkan agar kurangi atau berhenti merokok, suka begadang jika ada acara kesukaan, tidak pernah olahraga setelah keluar dari club

(32)

sepak bola tahun 1995 namun hanya jalan kaki saat pagi. Setelah mengetahui dirinya DM, Bapak M mengatakan belum juga mengubah gaya hidupnya. Selain itu, istri Bapak M juga mengatakan terkadang Bapak M stres jika melihat perilaku anak ke 3 yang memang rumah mereka sangat berdekatan dan karakteristik dari Bapak M yang lebih sering memendam masalah daripada menceritakannya kepada orang lain. Selain itu, Bapak M juga mengatakan jika mengetahui gula darahnya naik, ia langsung kepikiran. Bapak M mengatakan agar stresnya berkurang, ia hanya jalan-jalan saja dengan menggunakan motornya.

Berdasarkan pengkajian fisik yang dilakukan, kondisi Ibu H serta menantunya adalah baik sedangkan Bapak M memiliki masalah pada gula darahnya yaitu GDS= 248 mg/dl, ia mengatakan telah makan dalam jangka waktu agak lama sampai akhirnya dilakukan pengecekkan gula darah tersebut. Selain itu, Bapak M memiliki tinggi badan 156 cm dan berat badan 54 kg dengan IMT yang masih tergolong normal yaitu 22,2, kadang Bapak M terlihat batuk-batuk, terlihat minum kopi manis saat berbincang, dan terlihat agak murung saat membicarakan masalah anak ke 3 nya.

Saat ditanya terkait pengetahuan tentang DM, Bapak M mengatakan DM adalah penyakit gula dan ia tahu gula darahnya tinggi namun tidak mengetahui batas gula darah normal. Penyebab DM yang ia tahu adalah berawal dari pola makan yang tidak baik yaitu suka makanan manis. Tanda dan gejala DM yang ia tahu dan dirasakan pula yaitu rasa sering lapar, badan lemas serta kesemutan pada tangan dan kaki pula yang ia rasakan saat ini. Komplikasi yang ia tahu adalah amputasi dan kebutaan. Bapak M mengatakan setelah mengetahui dirinya DM, ia rajin untuk melakukan pemeriksaan di pelayanan kesehatan terdekat dan rajin mengkonsumsi obat Glibenclamide dan Metformin dengan dosis masing-masing yaitu 1x1 namun belum dapat mengatur makan sampai saat ini.

3.3 Perencanaan

Berdasarkan pengkajian keluarga yang telah dilakukan, maka mahasiswa menegakkan 3 diagnosa keperawatan. Diagnosa yang pertama adalah

(33)

ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bpk M dengan DM dengan data subjektif seperti suka mengkonsumsi makanan manis, tidak mengatur pola makan, tidak terlalu suka sayur, konsumsi buah jika diingatkan oleh istrinya, mengeluh sering kesemutan pada tangan dan kaki, pernah mengalami kebutaan, dan tidak pernah olahraga setelah keluar dari club sepak bola tahun 1995 namun hanya jalan kaki saat pagi. Data objektif yang didapat yaitu GDS= 248 mg/dl (saat pengecekkan, klien mengatakan telah makan dalam jangka waktu agak lama sampai akhirnya dilakukan pengecekkan gula darah tersebut), tinggi badan 156 cm dan berat badan 54 kg dengan IMT yang masih tergolong normal yaitu 22,2.

Diagnosa yang ke 2 yaitu perilaku kesehatan cenderung berisiko pada keluarga Bpk M khususnya Bpk M dengan data subjektif seperti merokok ± 1 bungkus, suka begadang jika ada acara kesukaan, dan minum kopi 2 kali sehari. Data objektif yang didapat yaitu terlihat minum kopi saat berbincang dan kadang terlihat batuk-batuk.

Diagnosa yang ke 3 yaitu koping individu tidak efektif pada keluarga Bpk M khususnya Bpk M dengan data subjektif seperti memikirkan tingkah laku anak ke 3 yang membuat menjadi pikiran, kurang mau bercerita tentang masalah dan lebih sering dipendam sendiri, dan langsung kepikiran kalau gula darah naik. Data objektif yang didapat yaitu terlihat murung saat bercerita.

Setelah ketiga diagnosa keperawatan tersebut ditegakkan, lalu mahasiswa membuat rencana keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Mahasiswa melakukan skoring terlebih dahulu terhadap ketiga diagnosa keperawatan tersebut. Hasil skoring didapatkan bahwa masalah yang harus diatasi pertama kali atau yang utama yaitu ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bpk M dengan DM, kedua yaitu perilaku kesehatan cenderung berisiko pada keluarga Bpk M khususnya Bpk M, dan yang ketiga adalah koping individu tidak efektif pada keluarga Bpk M khususnya Bpk M. Oleh karena itu, penulis hanya membahas lebih lanjut tentang diagnosa utama atau diagnosa pertama saja yaitu

(34)

ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bpk M dengan DM mulai dari perencanaan sampai evaluasi.

Rencana asuhan keperawatan yang dibuat memiliki tujuan umum yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 minggu atau selama 7 kali kunjungan, ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bpk M dengan DM dapat teratasi. Tujuan khusus mengarah pada 5 tugas keluarga yaitu TUK 1 mengenal masalah kesehatan, TUK 2 memutuskan, TUK 3 merawat, TUK 4 memodifikasi lingkungan, dan TUK 5 pemanfaatan pelayanan kesehatan. Rencana keperawatan pada diagnosa keperawatan utama yaitu TUK 1 mengenal masalah yaitu dengan mendiskuskan definisi (gangguan yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah sewaktu & 2 jam setelah makan > 200 mg/dl dan gula darah puasa > 140 mg/dl), penyebab (faktor keturunan, kegemukan, sering makan makanan manis, kurang olahraga, dan stres), tanda dan gejala DM (cepat lapar, cepat haus, sering buang air kecil terutama pada malam hari, lemas, dan kulit gatal-gatal) sampai keluarga dapat mengidentifikasi anggota keluarga yang menderita DM; TUK 2 menjelaskan akibat DM (kebutaan, impotensi, penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, hipertensi, amputasi) dan keluarga dapat memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang menderita DM; TUK 3 menjelaskan dan mengajarkan kepada keluarga cara perawatan DM yang dapat dilakukan yaitu manajemen diet, motivasi minum obat secara teratur, perawatan kaki, senam kaki, motivasi olahraga teratur, kontrol gula darah minimal sebulan sekali, dengan intervensi yang lebih ditekankan yaitu manajemen diet; TUK 4 memodifikasi lingkungan seperti menjauhkan makanan yang manis-manis; dan TUK 5 memotivasi penderita DM untuk pergi ke pelayanan kesehatan untuk cek gula darah secara berkala.

3.4 Implementasi dan Evaluasi

Implementasi yang dilakukan untuk diagnosa utama yaitu dimulai pada kunjungan ke 3 pada tanggal 29 Mei 2013, mahasiswa melakukan TUK 1, 2, dan 3. TUK 1 yaitu mengenal masalah dengan mendiskuskan definisi, penyebab, tanda dan gejala DM sampai keluarga dapat mengidentifikasi anggota keluarga yang

(35)

menderita DM, TUK 2 menjelaskan akibat DM dan keluarga dapat memutuskan untuk merawat anggota keluarga yang menderita DM, dan TUK 3 yang dilakukan yaitu pemilihan makanan sesuai dengan triguna makanan serta pemilihan jenis makanan yang dibatasi dan boleh untuk dikonsumsi dengan menggunakan gambar serta motivasi minum obat secara teratur. Evaluasi dari kunjungan tersebut yaitu keluarga mampu mendefinisikan kembali definisi DM yaitu gula darah diatas 200; dapat menyebutkan 2 dari 5 penyebab DM yaitu keturunan dan makanan yang tidak terkontrol, 2 dari 5 tanda dan gejala DM yaitu lemes dan sering buang air kecil, 2 dari 7 akibat DM yaitu amputasi dan kebutaan; 2 dari 6 cara perawatan DM yaitu minum obat dan makan teratur; dan dapat menyebutkan kembali contoh jenis makanan sesuai triguna (zat tenaga: nasi, kentang; zat pengatur: sayur dan buah; zat pembangun: tempe, tahu, ikan, ayam) serta dapat membedakan jenis makanan yang dibatasi dan dibolehkan yaitu makanan yang dibatasi makanan yang manis, duren, dodol, kue sedangkan makanan yang dibolehkan yang kandungan gulanya sedikit seperti beras merah, apel, dan pir serta Bapak M setiap hari sudah rajin minum obat; TD= 110/70 mmHg. Analisa yang didapat dari implementasi tersebut adalah TUK 1, 2, dan sebagian TUK 3 (sebagian manajemen diet tercapai, minum obat berhasil), maka direncanakan untuk kunjungan berikutnya yaitu akan mengajarkan manajemen diet.

Pada kunjungan ke 4 tanggal 31 Mei 2013, melanjutkan TUK 3 yaitu manajemen diet. Mahasiswa sebelumnya telah menghitung kebutuhan kalori Bapak M sehingga mahasiswa telah menyediakan contoh menu sesuai dengan kebutuhan kalori yang dibutuhkan dan menjelaskan serta memberikan daftar makanan pengganti pula kepada Bapak M. Evaluasi dari kunjungan tersebut adalah Bapak M mengatakan akan mencoba mengatur makanannya sesuai dengan yang telah diajarkan dan akan membatasi makanan manis; Bapak M terlihat antusias untuk mengikuti aturan makan yang diberikan, gula darah sewaktu Bapak M yaitu 334 mg/dl; TD= 120/80 mmHg. Analisa dari kunjungan tersebut adalah TUK 3 manajemen diet tercapai sehingga rencana untuk kunjungan berikutnya yaitu monitor diet dan mengajarkan senam kaki.

(36)

Pada kunjungan ke 5 tanggal 4 Juni 2013, melakukan monitoring diet, melatih senam kaki, dan memotivasi untuk olahraga. Bapak M mengatakan bahwa ia sudah mencoba mengatur makanannya, jadwal makan juga sudah diatur, istri juga menyediakan makanan yang dibutuhkan, akan mencoba untuk senam kaki karena rasanya sering kesemutan, setiap hari Bapak M sudah olahraga namun hanya jalan pagi. GDS Bapak M yaitu 300 mg/dl (turun dari sebelumnya), TD= 110/80 mmHg. Analisa yang didapat dari implementasi tersebut adalah TUK 3 manajemen diet dan senam kaki tercapai sehingga rencana kunjungan berikutnya adalah melanjutkan monitoring diet, evaluasi senam kaki, mengajarkan perawatan kaki, TUK 4 dan TUK 5.

Pada kunjungan ke 6 tanggal 8 Juni 2013, memonitoring diet, mengevaluasi senam kaki, mengajarkan perawatan kaki, melakukan TUK 4 dan TUK 5. Bapak M mengatakan tidak mengikuti aturan makan yang telah dibuat (semalam mengkonsumsi 3 buah roti manis kacang ijo lalu pagi hari kemudian makan bubur ayam seporsi); senam kaki sudah dilakukan setiap pagi setelah bangun tidur dan rasa kesemutan masih terasa; setiap keluar rumah sudah menggunakan alas kaki namun untuk di dalam rumah tidak, serta sudah sering merendam kaki dengan air hangat; istri mengatakan tidak akan menaruh makanan manis di sembarang tempat; dan Bapak M sudah rajin ke pelayanan kesehatan selain itu jika obat DM habis, keluarga segera membelikannya. GDS Bapak M yaitu 417 mg/dl (naik dari sebelumnya), TD= 120/70 mmHg. Analisa dari implementasi tersebut adalah TUK 3 manajemen diet belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik sedangkan TUK 3 senam kaki dan perawatan kaki, TUK 4, dan TUK 5 tercapai. Perencanaan selanjutnya yaitu memonitoring diet, mengevaluasi senam kaki, dan mengevaluasi perawatan kaki.

Pada kunjungan ke 7 tanggal 11 Juni 2013, memonitoring diet, mengevaluasi senam kaki, dan mengevaluasi perawatan kaki. Bapak M mengatakan makan kadang baik kadang tidak, senam kaki dilakukan setiap hari dan rasa kesemutan sudah berkurang, perawatan kaki sekadar menggunakan sepatu atau sendal jika keluar rumah namun di dalam rumah belum menggunakannya, hanya hati-hati

(37)

saja dalam berjalan; TD= 120/80 mmHg. Analisa dari implementasi tersebut adalah TUK 3 manajemen diet belum sepenuhnya dipatuhi, senam kaki dan perawatan kaki sudah baik. Perencanaan selanjutnya adalah memonitoring diet dan mengevaluasi senam kaki.

Pada kunjungan ke 8 tanggal 15 Juni 2013, memonitoring diet dan mengevaluasi senam kaki. Bapak M mengatakan semalam makan nasi padang 1 porsi, makan soto ayam, nasi juga tidak ditakar, pagi hari kemudian makan bubur seporsi, lalu diselingi makan nasi uduk; senam kaki dilakukan setiap hari dan sekarang sudah tidak kesemutan. Glukosa darah sewaktu Bapak M yaitu 443 mg/dl (naik dari sebelumnya), TD= 120/80 mmHg. Analisa dari implementasi tersebut adalah diet belum sepenuhnya dipatuhi dan senam kaki berhasil. Perencanaan kunjungan berikutnya yaitu memonitor diet dan evaluasi TUK 1-5 diagnosa utama.

Pada kunjungan ke 9 tanggal 18 Juni 2013, memonitoring diet dan mengevaluasi TUK 1-5 diagnosa utama. Bapak M mengatakan mematuhi kembali manajemen diet yang disarankan karena kemarin sempat tinggi gula darahnya takut komplikasi seperti dulu yaitu kebutaan; Bapak M dapat menyebutkan kembali definisi DM yaitu gula darah diatas 200; dapat menyebutkan 3 dari 5 penyebab DM yaitu keturunan, makanan tidak terkontrol dan stres, 3 dari 5 tanda dan gejala DM yaitu sering haus, sering buang air kecil serta gatal-gatal, 3 dari 7 akibat DM yaitu luka tidak sembuh, kesemutan dan baal serta sakit jantung; 6 dari 6 cara perawatan DM yaitu diet, minum obat teratur, perawatan kaki, senam kaki, olahraga, dan kontrol gula darah minimal sebulan sekali; TD= 120/80 mmHg. Analisa dari implementasi tersebut adalah TUK 1-5 tercapai. Perencanaan pada kunjungan berikutnya yaitu monitor diet.

Pada kunjungan ke 10 tanggal 22 Juni 2013, memonitoring diet dan memotivasi keluarga untuk menjalankan cara-cara perawatan DM yang telah diajarkan selama kunjungan. Keluarga mengatakan Bapak M makannya baik kembali karena pada kunjungan lalu, gulanya tinggi sekali; akan menjalankan terus cara-cara perawatan DM yang telah diajarkan. Keluarga antusias untuk menjalankan cara-cara

(38)

perawatan DM, GDS Bapak M yaitu 318 mg/dl (turun dari sebelumnya), TD= 120/80 mmHg. Analisa dari implementasi tersebut yaitu TUK 1-5 berhasil.

(39)

4.1Profil Lahan Praktek

RW 05 merupakan wilayah pemukiman yang terletak di Kelurahan Cisalak Pasar. Kelurahan ini terletak di wilayah yang cukup ramai karena berdekatan dengan Pasar Cisalak dan jalur utama akses Bogor-Jakarta sehingga dilalui banyak orang. Kelurahan Cisalak Pasar juga berdekatan dengan beberapa perusahaan besar sehingga banyak warga pendatang yang tinggal di wilayah Kelurahan Cisalak Pasar khususnya RW 05. Ini terbukti dari data Laporan Rekapitulasi Penduduk Kelurahan Cisalak Pasar bahwa pada bulan April 2012, RW yang paling banyak penduduknya adalah RW 05 yaitu sebesar 15,4% daripada 8 RW lainnya atau sebanyak 2816 jiwa, yang terdiri dari 1495 laki-laki dan 1321 perempuan.

RW 05 juga merupakan RW di Kelurahan Cisalak Pasar yang memiliki penderita DM terbanyak yaitu 48 orang. Gaya hidup warga RW 05 berdasarkan hasil penyebaran 48 kuesioner yaitu 51,25% memiliki pengetahuan cukup tentang DM, 46,25% mengatakan mengkonsumsi makanan yang manis (mengandung gula) lebih dari 3 kali dalam sehari, keluarga sering mengemil makanan atau minuman manis dalam seminggu sebesar 13,75%, 40% keluarga menyatakan tidak pernah berolahraga, dan 48% tidak pernah melakukan pemeriksaan gula darah.

4.2 Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait KKMP Dan Konsep Kasus Terkait

Kota merupakan suatu tempat dengan jumlah penduduk lebih dari satu juta orang dan menjadi pusat kegiatan dari pemerintahan, ekonomi, dan kebudayaan. Aspek yang dapat dilihat dari masyarakat perkotaan menurut Allender, Rector, dan Warner (2010) salah satunya yaitu aspek ekonominya dimana cara hidup masyarakat kota lebih moderen atau mengikuti tren dunia. Masyarakat dari daerah pedesaan (rural) beralih ke daerah perkotaan (urban) dapat karena alasan tersebut. Ini juga terbukti pada salah satu wilayah di Kota Depok yaitu wilayah Kelurahan Cisalak Pasar. Kelurahan ini banyak pendatang karena terdapat banyak

(40)

perusahaan besar untuk mata pencaharian mereka. Menurut Allender, Rector, dan Warner (2010) pula bahwa kota jika dilihat dari aspek penduduknya yaitu jumlah penduduk kota lebih banyak dan heteregon baik dari agama, suku, dan budaya. Hal ini juga terbukti bahwa penduduk yang heteregon baik dari agama, suku, dan budaya di Kelurahan Cisalak Pasar tersebar pada 9 RW. Menurut Laporan Rekapitulasi Penduduk Kelurahan Cisalak Pasar pada bulan April 2012, bahwa RW 05 adalah penduduk paling banyak daripada 8 RW lainnya yaitu sebesar 15,4% atau terdiri dari 2816 jiwa.

Allender, Rector, dan Warner (2010) menyebutkan bahwa perkotaan juga dicirikan sebagai suatu wilayah yang dapat menerima pengaruh dari luar secara cepat atau mengikuti tren dunia. Menurut Tim Vitahealth (2004) bahwa gaya hidup barat seperti mengkonsumsi junk food atau makanan cepat saji yang mengandung kadar gula tinggi, kolesterol, zat pengawet, zat-zat campuran lainnya serta kurangnya mengkonsumsi makanan yang berasal langsung dari alam merupakan salah satu contoh pengaruh dari luar. Hal tersebut dapat mengakibatkan masyarakat perkotaan semakin rentan akan penyakit salah satunya diabetes mellitus yang disebabkan pola makan yang tidak baik (Lancester & Stanhope, 2004). Hal ini dibuktikan dengan data tahun 2003 bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit tidak menular yang banyak diderita di daerah perkotaan daripada di pedesaan yaitu 7,2% di pedesaan dan 14,7% di perkotaan (Depkes RI, 2009). Hal tersebut juga terbukti pada masyarakat di RW 05 yaitu sebesar 46,25% mengatakan mengkonsumsi makanan yang manis (mengandung gula) lebih dari 3 kali dalam sehari dan di RW 05 pula terdapat banyak penderita DM yang terdeteksi yaitu sebanyak 48 orang.

Perawat keluarga berperan penting untuk mengatasi masalah DM yang ada di RW 05 tersebut. Perawat dapat menerapkan proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi terkait DM. Perawat keluarga juga harus memperhatikan konsep keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan karena perawat keluarga bekerja di ranah keluarga dalam suatu komunitas yaitu komunitas RW 05.

(41)

Perawat keluarga dalam hal ini diperankan oleh penulis. Penulis mengelola satu keluarga yaitu keluarga Bapak M dengan masalah DM yakni dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri. Penulis berperan sebagai perawat yang memberi perawatan langsung dan sebagai edukator. Peran ini telah sesuai dengan peran perawat menurut Friedman (2003). Penulis juga telah melakukan proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian sampai evaluasi dengan diagnosa keperawatan ketidakefektifan manajemen kesehatan diri serta telah menggunakan konsep keluarga menurut Friedman (2003) dalam melakukan asuhan keperawatan.

Pengkajian yang penulis telah lakukan yaitu Bapak M merupakan kepala keluarga yang berusia 62 tahun dan istri dari Bapak M yaitu Ibu H yang berusia 60 tahun. Beragama Islam dan berasal dari suku Betawi. Mereka memiliki tingkat pendidikan sampai sekolah dasar.

Menurut Erikson (1982, dalam Potter & Perry, 2005) tugas perkembangan utama pada usia ini adalah mencapai generativitas yakni keinginan untuk merawat dan membimbing orang lain. Ini terbukti bahwa Bpk M ada keinginan untuk merawat DM nya itu. Teori Havighurst (1972, dalam Potter & Perry, 2005) menyatakan bahwa ada 7 tugas perkembangan pada dewasa tengah yaitu pencapaian tanggung jawab sosial orang dewasa, menetapkan dan mempertahankan standar kehidupan, membantu anak-anak remaja menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia, mengembangkan aktivitas luang, berhubungan dengan pasangannya sebagai individu, menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis pada usia pertengahan, dan menyesuaikan perubahan diri dengan orang tua yang telah lansia. Tugas perkembangan tersebut telah dilakukan oleh Bpk M dengan baik.

Pekerjaan Bapak M adalah seorang tukang ojek dan sebagai ketua RT 01 sedangkan Ibu H adalah seorang ibu rumah tangga yang terkadang juga mengkreditkan pakaian kepada tetangga di sekitar rumahnya. Bapak M dan Ibu H memiliki 5 orang anak yaitu anak MH (42 tahun), anak E (38 tahun), anak H (36 tahun), anak A (32 tahun), dan anak AN (31 tahun). Berdasarkan usia anak

(42)

pertama, maka keluarga ini merupakan keluarga dengan tumbuh kembang usia dewasa. Tugas perkembangan pada keluarga dengan dewasa menurut Friedman, Bowden, dan Jones (2003) yaitu (1) memperluas lingkaran keluarga dari keluarga inti menjadi keluarga besar; (2) memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan pernikahan; (3) membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan sakit; (3) membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat; dan (4) menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan. Tugas perkembangan keluarga tesebut sudah dicapai oleh keluarga Bapak M.

Penulis kemudian mengkaji fungsi perawatan kesehatan keluarga yaitu Bapak M mengatakan bahwa Bapak M telah menderita DM sejak 2 tahun lalu, memiliki riwayat TB serta pernah mengalami kebutaan beberapa bulan lalu sedangkan Ibu H, anak ke 5, menantu serta cucunya mengatakan tidak memiliki masalah kesehatan. Bapak M mengatakan pula bahwa ia memiliki ibu yang menderita DM. Sebelum ia mengetahui dirinya DM, ia memang memiliki gaya hidup yang kurang baik seperti suka mengkonsumsi makanan manis, tidak mengatur pola makan, minum kopi 2 kali sehari dengan gula, tidak terlalu suka sayur, konsumsi buah jika diingatkan oleh istrinya, merokok ± 1 bungkus padahal istri sudah selalu mengingatkan agar kurangi atau berhenti merokok, suka begadang jika ada acara kesukaan, tidak pernah olahraga setelah keluar dari club sepak bola tahun 1995 namun hanya jalan kaki saat pagi. Setelah mengetahui dirinya DM, Bapak M mengatakan belum juga mengubah gaya hidupnya.

Pengkajian selanjutnya yaitu istri Bapak M mengatakan terkadang Bapak M stres jika melihat perilaku anak ke 3 yang memang rumah mereka sangat berdekatan dan karakteristik dari Bapak M yang lebih sering memendam masalah daripada menceritakannya kepada orang lain. Selain itu, Bapak M juga mengatakan jika mengetahui gula darahnya naik, ia langsung kepikiran. Bapak M mengatakan agar stresnya berkurang, ia hanya jalan-jalan saja dengan menggunakan motornya.

(43)

Berdasarkan pengkajian fisik yang dilakukan, Bapak M memiliki masalah pada gula darahnya yaitu GDS= 248 mg/dl, ia mengatakan telah makan dalam jangka waktu agak lama sampai akhirnya dilakukan pengecekkan gula darah tersebut. Selain itu, Bapak M memiliki tinggi badan 156 cm dan berat badan 54 kg dengan IMT yang masih tergolong normal yaitu 22,2, kadang Bapak M terlihat batuk-batuk, terlihat minum kopi manis saat berbincang, dan terlihat agak murung saat membicarakan masalah anak ke 3 nya.

Pengkajian DM juga dilakukan pada 5 tugas keluarga menurut Friedman (2003) yaitu Bapak M mengatakan DM adalah penyakit gula dan ia tahu gula darahnya tinggi namun tidak mengetahui batas gula darah normal. Penyebab DM yang ia tahu adalah berawal dari pola makan yang tidak baik yaitu suka makanan manis. Tanda dan gejala DM yang ia tahu dan dirasakan pula yaitu rasa sering lapar, badan lemas serta kesemutan pada tangan dan kaki pula yang ia rasakan saat ini. Komplikasi yang ia tahu adalah amputasi dan kebutaan. Bapak M mengatakan setelah mengetahui dirinya DM, ia rajin untuk melakukan pemeriksaan di pelayanan kesehatan terdekat dan rajin mengkonsumsi obat Glibenclamide dan Metformin dengan dosis masing-masing yaitu 1x1 namun belum dapat mengatur makan sampai saat ini.

Langkah selanjutnya setelah pengkajian adalah merumuskan diagnosa. Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data-data yang telah diperoleh pada saat pengkajian. Diagnosa yang pertama adalah ketidakefektifan manajemen kesehatan diri (NANDA, 2012) pada Bpk M dengan DM dengan data subjektif seperti suka mengkonsumsi makanan manis, tidak mengatur pola makan, tidak terlalu suka sayur, konsumsi buah jika diingatkan oleh istrinya, mengeluh sering kesemutan pada tangan dan kaki, pernah mengalami kebutaan, dan tidak pernah olahraga setelah keluar dari club sepak bola tahun 1995 namun hanya jalan kaki saat pagi. Data objektif yang didapat yaitu GDS= 248 mg/dl (saat pengecekkan, klien mengatakan telah makan dalam jangka waktu agak lama sampai akhirnya dilakukan pengecekkan gula darah tersebut), tinggi badan 156 cm dan berat badan 54 kg dengan IMT yang masih tergolong normal yaitu 22,2.

(44)

Diagnosa yang ke 2 yaitu perilaku kesehatan cenderung berisiko (NANDA, 2012) pada keluarga Bpk M khususnya Bpk M dengan data subjektif seperti merokok ± 1 bungkus, suka begadang jika ada acara kesukaan, dan minum kopi 2 kali sehari. Data objektif yang didapat yaitu terlihat minum kopi saat berbincang dan kadang terlihat batuk-batuk.

Diagnosa yang ke 3 yaitu koping individu tidak efektif (NANDA, 2012) pada keluarga Bpk M khususnya Bpk M dengan data subjektif seperti memikirkan tingkah laku anak ke 3 yang membuat menjadi pikiran, kurang mau bercerita tentang masalah dan lebih sering dipendam sendiri, dan langsung kepikiran kalau gula darah naik. Data objektif yang didapat yaitu terlihat murung saat bercerita.

Tahap selanjutnya setelah ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu membuat rencana keperawatan. Rencana keperawatan yang akan diimplementasikan berdasarkan prioritas yakni dilakukan skoring terbih dahulu. Berdasarkan prioritas yakni didapatkan diagnosa utama yaitu ketidakefektifan manajemen kesehatan diri. Perawat dalam perencanaan, implementasi dan evaluasi yakni membantu klien mempertahankan kebiasaan yang lebih sehat dalam menjaga kesehatan dan memberikan alternatif kebiasaan buruk kepada kebiasaan yang lebih sehat.

Rencana keperawatan yang telah dibuat yaitu memiliki tujuan umum dan tujuan khusus. Perencanaan yang telah dibuat ini telah sesuai dengan Friedman (2003) bahwa pada fase perencanaan memiliki tujuan umum dan khusus. Tujuan umum pada fase perencanaan yang dilakukan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 minggu atau selama 7 kali kunjungan, ketidakefektifan manajemen kesehatan diri pada Bpk M dengan DM dapat teratasi. Tujuan khususnya yaitu TUK 1 mengenal masalah yaitu dengan mendiskuskan definisi (gangguan yang ditandai dengan kenaikan kadar gula darah sewaktu & 2 jam setelah makan > 200 mg/dl dan gula darah puasa > 140 mg/dl), penyebab (faktor keturunan, kegemukan, sering makan makanan manis, kurang olahraga, dan stres), tanda dan gejala DM (cepat lapar, cepat haus, sering buang air kecil

Gambar

Tabel 2.1  Jadwal Makan Penderita DM ...............................................................17
Tabel 2.1 Jadwal Makan Penderita DM  Jenis Makan  Waktu Makan  Makan pagi  Selingan  Makan siang  Selingan  Makan sore/malam  Selingan  07.00 10.00 13.00 16.00 19.00 21.00

Referensi

Dokumen terkait

memberi akibat hapusnya status hak guna bangunan pada tanah tersebut. Hapusnya hak atas tanah menyebabkan hapusnya hapusnya hak tanggungan, hal ini berdasarkan

Bakterial vaginosis adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang dikarakterisasi oleh pergantian konsentrasi Lactobacillus yang tinggi sebagai flora normal vagina

Terdapat regulasi tentang RM pasien gawat darurat yang memuat waktu kedatangan dan keluar pasien, ringkasan kondisi pasien saat keluar dari gawat darurat, dan instruksi tindak

yaitu penjual yang menentukan apa yang harus dibeli konsumen dimana produsen berorientasi pada produksi yang sebanyak-banyaknya tanpa memperdulikan apakah produk tersebut

Akhirnya kepada semua pihak yang selama ini ikut membantu penulis dan memberikan dorongan serta bantuan kepada penulis untuk meraih gelar ini, kiranya Tuhan

Data stabilitas tambahan hendaklah tersedia, yang mencakup masa simpan yang dinyatakan dari produk nonaktif ketika direkonstitusi dengan aktivitas 99mTc tertinggi

Dari penelitian yang dilakukan mendapatkan kesimpulan bahwa LKS IPA Dari penelitian yang dilakukan mendapatkan kesimpulan bahwa LKS IPA Terpadu SMP kelas VIII