• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DASAR TEORI. II.1 Sistem Informasi Geografis ( GIS )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DASAR TEORI. II.1 Sistem Informasi Geografis ( GIS )"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

DASAR TEORI

II.1 Sistem Informasi Geografis ( GIS ) II.1.1 Definisi GIS

Berikut merupakan beberapa definisi GIS dari berbagai pustaka (Prahasta, 2009):

1. GIS adalah teknologi informasi yang dapat menganalisa, menyimpan dan menampilkan, baik data spasial maupun non-spasial. GIS mengkombinasikan kekuatan perangkat lunak basis data relasional dan paket perangkat lunak CAD.

2. GIS merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan, penimbunan, pengambilan kembali data yang diinginkan dan penayangan data keruangan yang berasal dari kenyataan dunia (real world).

3. Sistem Informasi Geografis ( GIS ) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk memproses data spasial yang bergeoreferensi (berupa detail, fakta, kondisi, dan sebagainya), serta disimpan dalam suatu basis data, dan berhubungan dengan semua persoalan serta keadaan dunia nyata.

II.1.2 Komponen GIS

GIS merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan jaringan. GIS terdiri dari beberapa komponen berikut (Prahasta, 2009):

1. Perangkat Keras

Pada saat ini perangkat keras GIS tersedia untuk berbagai basis, diantaranya berbasis PC desktop, workstation, hingga multiuser host. GIS berbasis multiuser host dapat digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (hardisk) yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM)

(2)

7 yang besar. Perangkat keras lain yang dapat mendukung GIS adalah mouse, digitizer, printer, plotter, dan scanner.

2. Perangkat Lunak

Di sisi lain, GIS merupakan sistem perangkat lunak yang tersusun secara modular. Setiap subsistem diimplementasikan dengan menggunakan perangkat lunak yang terdiri dari beberapa modul.

3. Data dan Informasi Geografis

GIS dapat menyimpan data dan informasi geografis dengan cara mendijitasi data spasial dari peta dan menambahkan atribut berupa tabel.

4. Manajemen

Komponen ini melibatkan manusia sebagai pengelola GIS . Pembangunan GIS akan berjalan sesuai yang direncanakan jika proses pengerjaannya diatur secara menyeluruh. Hal ini dikarenakan pembangunan GIS melibatkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu.

II.1.3 Pengembangan Aplikasi GIS

Aplikasi dalam konteks ini merupakan istilah umum yang mencakup segala hal dalam penggunaan GIS lebih lanjut. (Prahasta, 2009). Di dalam aplikasi tersebut juga terdapat aplikasi basis data. Aplikasi ini memiliki fungsi-fungsi umum yang diperlukan untuk melakukan creating, editing, updating, deleting, query, reporting, dan maintaining basis data spasial.

Dalam dunia kerja tidak sedikit pekerjaan-pekerjaan operator yang membutuhkan kehati-hatian, ketekunan, dan ketelitian dalam waktu yang relatif lama untuk pekerjaan yang memiliki pola yang berulang membuat kesulitan dan kejenuhan operator. selain itu, keterbatasan software GIS dalam mengelola basis data yang cukup rumit menyebabkan software basisdata spasial yang mampu terintegrasi dengan software GIS sangat diperlukan. Untuk itu dibutuhkan suatu proses rekayasa perangkat lunak yang memerlukan pengetahuan teknis yang luas mengenai struktur data,model data, dan bahasa pemograman komputer.

Salah satu implementasi dari proses rekayasa perangkat lunak GIS adalah aplikasi desktop GIS. Desktop GIS merupakan aplikasi Sistem Informasi Geografis yang bersifat standalone, yaitu aplikasi yang hanya bisa dijalankan pada sebuah PC

(3)

8 (Personal Computer) sehingga tidak bisa diakses oleh orang lain tanpa terlebih dahulu melakukan proses instalasi aplikasinya di PC. Kelebihan dari aplikasi desktop GIS ini adalah kemampuannya dalam melakukan analisis dan pengolahan data. Sedangkan kelemahannya adalah terbatasnya tingkat aksesibilitas dalam distribusi informasinya.

Aplikasi ini melakukan penyimpanan data di dalam database sehingga data bersifat terpusat di dalam server dan dapat di sharing di dalam jaringan. Setelah sistem operasinya dimasukkan ke memori sistem komputer dan kemudian pengguna mengeksekusi program aplikasi GIS-nya hingga User interface terkait muncul, setiap pengguna dapat berinteraksi secara langsung dengan program aplikasi tersebut. Interaksi yang intens ini dapat berlangsung selama pengguna melakukan proses input data, konversi data, query, analisis, akhirnya pembentukan layout peta.

Sebagai ilustrasi berikut contoh proses kerja aplikasi desktop GIS dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut (GISc, 2005):

Gambar 2.1 Diagram Proses Kerja GIS (GISc, 2005)

Dalam proses pengembangan aplikasi desktop GIS ini, sering kali terdapat kondisi dimana pengguna sistem sebenarnya telah mendefinisikan secara umum sejumlah sasaran yang perlu dipenuhi oleh aplikasi tersebut, meskipun masih belum mendefinisikan input, proses yang diperlukan, dan output. Sementara itu di lain pihak, pengembang sistem aplikasi ini tidak jarang menghadapi keraguan mengenai efektivitas, efisiensi, dan kualitas algoritma yang sedang dikembangkannya,

(4)

9 kemampuan adaptasi sistem terhadap sistem operasinya, dan Pengguna interface yang dirancangnya.

Oleh sebab itu, dalam proses pengembangan aplikasi desktop GIS ini melibatkan beberapa tahapan sebagai berikut (Prahasta, 2009):

1. Pengumpulan dan Analisis Kebutuhan Pengguna

Tahap ini sangat menekankan pada masalah pengumpulan kebutuhan pengguna pada tingkatan sistem (system requirements) dengan mendefinisikan konsep sistem beserta interface yang dapat menghubungkan aplikasi dengan pengguna dan perangkat lunaknya. Pada tahapan ini juga dilakukan pengumpulan kebutuhan elemen-elemen di tingkat perangkat lunak (software requierements). Selanjutnya pengembang akan menentukan domain data atau informasi, fungsi, proses, atau prosedur yang diperlukan dan interface yang diperlukan. Hasil akhir dari proses ini adalah system requirements specification dan software requirements specification.

2. Perancangan Prototipe Aplikasi (quick desain)

Pada tahap ini, kebutuhan atau spesifikasi perangkat lunak yang dihasilkan pada tahapan sebelumnya akan ditransformasikan kedalam bentuk arsitektur perangkat lunak yang memiliki karakteristik mudah dimengerti dan tidak sulit untuk diimplementasikan. Proses pertama akan menghasilkan rancangan yang bersifat global, sedangkan proses selanjutnya akan menghasilkan rancangan detail hingga semua modul (kelas), model/tipe data, fungsi, dan prosedurnya baik yang berfungsi sebagai interface maupun yang terdapat di dalam setiap modul terdefinisi.

3. Pembentukan Prototipe Aplikasi

Tahap ini sering juga disebut implementasi perangkat lunak atau coding. Dengan kata lain, pada tahapan ini dilakukan implementasi hasil rancangan ke dalam baris-baris kode program yang dapat dimengerti oleh komputer.

4. Evaluasi Prototipe Aplikasi

Setelah Aplikasi selesai diimplementasikan, pengujian atau evaluasi dapat segera dilakukan. Pengujian terlabih dahulu dilakukan pada setiap fungsi atau prosedur yang terdapat di dalam modul. Jika setiap fungsi atau prosedur tersebut selesai di uji dan terbukti tidak bermasalah, maka modul-modul

(5)

10 tersebut dapat segera diintegrasikan atau dikompilasi sehingga membentuk suatu aplikasi yang utuh. Kemudian dilakukan pengujian di tingkat aplikasi yang difokuskan pada pemeriksaan hasil; apakah sudah memenuhi permintaan yang telah didefinisikan.

5. Perbaikan Aplikasi

Tahap ini merupakan pengulangan (iterasi) perbaikan ke putaran proses sebelumnya (Analisis Kebutuhan, Perancangan, Pembentukan, dan evaluasi) untuk mencapai produk aplikasi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna (produk akhir).

Berikut diagram yang menggambarkan tahapan pembuatan aplikasi desktop GIS

Gambar 2.2 Tahapan Pembuatan Aplikasi Desktop GIS (Prahasta, 2009)

Setelah langkah perbaikan prototype, jika aplikasi telah dianggap sesuai dengan kebutuhan pengguna, maka aplikasi tersebut bisa dikatakan sudah jadi dan merupakan produk akhir dari pekerjaan ini.

II. 2. Konsep Sistem Managemen Basis Data

Menurut pustaka (Prahasta, 2009), database management system (DBMS) adalah sekumpulan data atau gabungan dari data yang saling berelasi (basis data) dengan sekumpulan program yang mengakses data tersebut. Database management system merupakan paket perangkat lunak (software) atau sistem yang digunakan untuk memudahkan pembuatan dan pemeliharaan basis data yang terkomputerisasi.

Identifikasi dan Analisis Perancangan Prototipe Pembentukan Prototipe Evaluasi Prototipe Produk Aplikasi Desktop GIS Perbaikan sesuai kebutuhan Yes No

(6)

11 Sementara itu, sistem basis data adalah kumpulan data yang tidak berulang dan dapat dibagi penggunaannya dalam waktu yang bersamaan. Basis data akan berjalan baik bila dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh pemakai dan mudah dalam penggunaannya (Dale, 1998). Pendapat lain dikemukakan Fathansyah (1999), basis data merupakan sistem yang terdiri dari kumpulan file (tabel) yang saling berhubungan dan sekumpulan program yang memungkinkan beberapa pemakai dan program lain mengakses dan memanipulasi file (tabel-tabel) tersebut. Dengan demikian, basis data adalah kumpulan data tidak berulang dalam bentuk file/tabel yang memungkinkan untuk dimanipulasi sesuai kebutuhan. Penggunaan basis data mendapatkan keuntungan sebagai berikut (Fathansah, 1999):

o Mencegah adanya data ganda,

o Kemudahan, kecepatan, dan efisiensi akses data, o Integritas data,

o Meningkatkan faktor keamanan data. II.2.1 Sistem Basis data

Sistem basis data merupakan sistem yang terdiri dari kumpulan berkas (tabel) yang saling berhubungan (dalam sebuah basis data di sebuah sistem komputer) dan sekumpulan program database management system (DBMS) yang memungkinkan beberapa pemakai dan atau program lain untuk mengakses dan memanipulasi berkas-berkas (tabel-tabel) tersebut (Fathansah, 1999). DBMS yang dimaksud adalah sistem perangkat lunak umum untuk memanipulasi basis data (Teorey, 2009).

Sebuah sistem pengelola basis data (DBMS) terbagi atas modul-modul yang masing-masing memiliki tanggung jawab dalam membentuk struktur sistem basis data secara keseluruhan. Terdapat empat komponen utama dalam sebuah sistem basis data (Fathansah, 1999), yaitu:

1. Perangkat Keras (Hardware). 2. Perangkat Lunak (Software). 3. Pemakai (Brainware). 4. Basis Data (Database).

(7)

12 II.2.3 Manfaat Basis Data

Pemanfaatan basis data bertujuan untuk memenuhi aspek-aspek di bawah ini (Fathansah, 1999) :

• Kecepatan dan Kemudahan (Speed)

Pemaanfaatan basis data dapat memudahkan dan mempercepat pekerjaan yang dilakukan dibandingkan secara manual (non-elektronik) maupun elektronik selain teknologi basis data.

• Efisiensi Ruang Penyimpanan (Space)

Redundansi (pengulangan) data dapat dikurangi dengan adanya teknologi basis data. Hal ini dapat mengurangi kapasitas dari ruang penyimpanan. • Keakuratan (Accuracy)

Terdapat aturan/batasan (constraint) yang secara ketat diterapkan dalam basis data. Hal ini dapat mengurangi ketidakakuratan pemasukan atau penyimpanan data.

• Ketersediaan (Availability)

Pertumbuhan data semakin lama akan semakin membesar padahal tidak semua data diperlukan pada saat tertentu. Ada data yang jarang terpakai hingga data yang sudah kadaluarsa. Ketika menggunakan teknologi basisdata, data tersebut dapat di akses sesuai kebutuhan.

• Kelengkapan (Completeness)

Kelengkapan data bersifat relatif, misalnya data yang dibutuhkan sekarang belum tentu lengkap untuk masa yang akan datang. Teknologi basis data dapat memperbaharui bukan hanya data baru tetapi struktur dari data tersebut.

• Keamanan (Security)

Teknologi basis data dapat menentukan hak akses suatu data. Hanya pengguna tertentu saja yang sudah ditentukan hak aksesnya terlebih dahulu untuk mendapatkan data tersebut.

• Kebersamaan Pemakai (Shareability)

Basis data dapat digunakan oleh banyak pengguna yang memungkinkan diakses secara bersamaan. Teknologi basis data dapat menghindari data yang tidak konsisten karena diubah pada saat yang sama.

(8)

13 II.3. Definisi P4T, SKP, dan ZNT

II.3.1 Konsep Tentang P4T a. Penguasaan Tanah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 16 tahun 2006, Penguasaan tanah adalah hubungan hukum antara orang per orang, kelompok orang, atau badan hukum dengan tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.

Dalam hubungan itu pemerintah menetapkan ketentuan- ketentuan yang dimuat dalam pasal 11 ayat 1. Pada pasal 12 dan ayat 1 yang bermaksud mencegah terjadinya penguasaan atas kehidupan dan pekerjaan orang lain yang melampaui batas dalam bidang-bidang usaha agraria yang mana bertentangan dengan azas keadilan sosial yang berperikemanusiaan. Sedangkan pada pasal 13 ayat 2, Segala usaha bersama dalam lapangan agraria harus didasarkan atas kepentingan bersama dalam rangka kepentingan nasional dan Pemerintah berkewajiban untuk mencegah adanya organisasi dan usaha-usaha perseorangan dalam lapangan agraria yang bersifat monopoli swasta.

Di dalam Pedoman dan Tata Cara Kerja Inventarisasi data P4T BPN tahun 2003 penguasaan tanah dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

1) Pemilik yaitu penguasaan tanah oleh pemiliknya sendiri.

2) Bukan pemilik yaitu penguasaan dengan cara bagi hasil, gadai, sewa, tanpa ijin, dan penguasaan dengan cara ijin tanpa kompensasi.

b. Pemilikan Tanah

Tinjauan mengenai pemilikan tanah ini sebenarnya merupakan tinjauan secara spesifik mengenai status penguasaan atas tanah yang dimiliki oleh pemegang hak telah bersertifikat atau belum. Kepemilikan tanah bagi masyarakat memberikan pengaruh keeratan hubungan psikologis antara pemegang hak dengan tanahnya. Menurut Pedoman dan Tata Cara Kerja Inventarisasi Data P4T BPN tahun 2003 adalah bukti kepemilikan tanah terbagi menjadi dua yaitu :

1) Sertifikat yang terdiri atas sertifikat hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, hak pengelolaan dan tanah wakaf.

(9)

14 2) Bukan sertifikat yang terdiri atas surat tanda bukti hak milik, petuk pajak

bumi, akta jual beli pejabat pembuat akte tanah, akta ikrar wakaf, hasil lelang, surat menunjukkan kavling, ijin lokasi, surat keterangan riwayat tanah oleh Kantor Pajak Bumi dan Bangunan, surat keterangan waris dan jual beli di bawah tangan.

c. Penggunaan Tanah

Penggunaan tanah di suatu wilayah mempunyai kaitan erat dengan pola kehidupan,masyarakat yang berdiam di wilayah tersebut. Hal ini sejalan dengan pengertian penggunaan tanah pada Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah bahwa penggunaan tanah adalah wujud tutupan permukaan bumi baik merupakan bentukan maupun buatan manusia. Dalam pasal ini menjelaskan bahwa penggunaan tanah dalam suatu wilayah terbagi atas 2 (dua) jenis yaitu Pertanian dan Non Pertanian. Berkaitan dengan hal di atas berdasarkan Pedoman dan Tata Cara Kerja Inventarisasi Data P4T BPN tahun 2003 adalah klasifikasi penggunaan tanah yaitu:

1) Pertanian yaitu pertanian tanah basah (sawah, kolam ikan), pertanian tanah kering (tegalan, kebun/perkebunan) dan pertanian campuran tanah kering dan basah.

2) Non Pertanian yaitu rumah dengan pekarangan dan rumah tanpa pekarangan, rumah susun/apartemen, perusahaan (took, gudang, bank, bioskop dll), industri (pabrik, percetakan, dll), kantor pemerintahan atau kantor desa/kelurahan, fasilitas pertemuan umum, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, kuburan, tanah kosong yang sudah diperuntukkan (tanah kosong yang sudah dipatok tetapi belum didirikan bangunan), tanah kosong, hutan.

d. Pemanfaatan Tanah

Pemanfaatan tanah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan nilai tambah tanpa mengubah wujud fisik penggunaan tanahnya. Data yang diperlukan dalam penelitian ini didasarkan pada klasifikasi pemanfaatan tanah menurut Pedoman dan Tata Cara Kerja Inventarisasi Data P4T BPN tahun 2003 meliputi:

(10)

15 1) Pemanfaatan tanah sepanjang tahun sesuai dengan penggunaannya.

2) Pemanfaatan tanah 6-12 bulan sesuai dengan penggunaannya. 3) Pemanfaatan tanah 1-6 bulan sesuai dengan penggunaannya. 4) Tanah tidak dimanfaatkan.

II.3.2 Zona Nilai Tanah

Di dalam Surat Keputusan Dirjen Pajak - KEP - 16 PJ.6 1998, Zona Nilai Tanah adalah zona geografis yang terdiri atas sekelompok objek pajak yang mempunyai satu Nilai Indikasi Rata-Rata (NIR) yang dibatasi oleh batas penguasaan/pemilikan objek pajak dalam wilayah properti desa/kelurahan. Sedangkan Nilai Indikasi Rata-rata adalah nilai pasar wajar rata-rata yang dapat mewakili nilai tanah dalam suatu Zona Nilai Tanah

Dalam Surat Edaran Dirjen Pajak (SE 06/PJ.6/1999 pada formulir 2), nilai tanah permeter persegi ditentukan dengan cara harga transaksi disesuaikan dengan waktu dan jenis data yang kemudian dihasilkan nilai pasar wajar dikurangi harga bangunan dengan menggunakan Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) waktu dilakukan penilaian, hasilnya dibagi dengan luas tanah sehingga menghasilkan nilai tanah permeter persegi.

Dalam penilaian properti tanah, bangunan merupakan satu kesatuan yang utuh yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi dalam menentukan nilai suatu properti. Tapi karena pajak bumi dan bangunan menggunakan DBKB, maka dapat dikatakan nilai tanah dan bangunan bukan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam menentukan nilai properti. Berikut ini merupakan rumus yang digunakan untuk menghitung nilai tanah:

 NP – NB = NPT

 NP T/LT = NT Keterangan:

- NP = Nilai Pasar (Rp) - NB = Nilai Bangunan (Rp) - NPT = Nilai Pasar Tanah (Rp) - LT = Luas Tanah (m2) - NT = Nilai Tanah (Rp/m2)

(11)

16 II.3.3 Sengketa, Konflik, dan Perkara (SKP)

a. Konflik

Berdasarkan Peraturan Kepala BPN tahun 2011, Konflik adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah berdampak luas secara sosio-politis. Di dalam kamus besar bahasa Indonesia konflik adalah suatu perselisihan antara dua pihak, tetapi perselisihan itu hanya dipendam dan tidak diperlihatkan dan apabila perselisihan itu diberitahukan kepada pihak lain maka akan menjadi sengketa.

Konflik pertanahan menurut A. Hamzah diistilahkan dengan delik di bidang pertanahan, yang pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:

1. Konflik pertanahan yang diatur dalam kodifikasi hukum pidana, yakni konflik (delik) pertanahan yang diatur dalam beberapa Pasal yang tersebar dalam kodifikasi hukum pidana (KUHP). (Sunindhia, 1988).

2. Konflik pertanahan yang diatur di luar kodifikasi hukum pidana, yakni konflik (delik) pertanahan yang khusus terkait dengan peraturan perundang-undangan pertanahan di luar kodifikasi hukum pidana. (Hamzah, 1991)

b. Sengketa

Berdasarkan Peraturan Kepala BPN tahun 2011, Sengketa adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, badan hukum, atau lembaga yang tidak berdampak luas secara sosio-politis. Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia, sengketa adalah segala sesuatu yang menyebabkan perbedaan pendapat, pertikaian atau perbantahan.

Timbulnya sengketa hukum mengenai tanah berawal dari pengaduan suatu pihak (orang atau badan hukum) yang berisi keberatan dan tuntutan hak atas tanah baik terhadap status tanah, prioritas maupun kepemilikannya dengan harapan dapat memperoleh penyelesaian secara administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

Sifat permasalahan dari suatu sengketa secara umum ada beberapa macam, antara lain (Herwandi, 2010):

(12)

17 1. Masalah yang menyangkut prioritas dapat ditetapkan sebagai pemegang hak yang sah atas tanah yang berstatus hak, atau atas tanah yang belum ada haknya;

2. Bantahan terhadap sesuatu alas hak/bukti perolehan yang digunakan sebagai dasar pemberian hak;

3. Kekeliruan/kesalahan pemberian hak yang disebabkan penerapan peraturan yang kurang atau tidak benar;

4. Sengketa atau masalah lain yang mengandung aspek-aspek sosial praktis.

c. Perkara

Berdasarkan Peraturan Kepala BPN No 3 tahun 2011, Perkara adalah perselisihan pertanahan yang penyelesaiannya dilaksanakan oleh lembaga peradilan atau putusan lembaga peradilan yang masih dimintakan penanganan perselisihannya di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Di dalam peraturan kepala BPN no.4 tahun 2008, perkara pertanahan di bagi menjadi 2 berdasarkan jenis perkaranya, yaitu:

1. Perkara Perdata

2. Perkara Tata Usaha Negara

Berikut ini adalah contoh format data sengketa, konflik dan perkara yang ada di BPN:

(13)

18 Gambar 2.5 Format Data Perencanaan dan Pengendalian Penanganan Kasus

Pertanahan

Gambar

Gambar 2.1 Diagram Proses Kerja GIS (GISc, 2005)
Gambar 2.2 Tahapan Pembuatan Aplikasi Desktop GIS (Prahasta, 2009)
Gambar 2.4  Format Data Pengaduan Kasus Pertanahan
Gambar 2.6 Format Data Registrasi Kasus Perta

Referensi

Dokumen terkait

Sistem basis data adalah sistem yang terdiri dari atas kumpulan file (tabel) yang saling berhubungan (dalam sebuah basis data di sebuah sistem komputer) dan sekumpulan

Sistem Manajemen Basis Data / Database Management System (DBMS) terdiri dari koleksi data yang saling berhubungan dan kumpulan program untuk mengakses data

Sistem Basis Data merupakan sistem yang terdiri dari kumpulan tabel data yang saling berhubungan (dalam sebuah basis data di sebuah sistem komputer) dan

Secara umum sistem basis data adalah suatu system yang terdiri dari kumpulan file (tabel) yang saling berhubungan (dalam sebuah basis data di sebuah sistem komputer) dan sekumpulan

Menurut Arisandy dan Kurniawan (2017:178) “sistem basis data (database) adalah sistem yang terdiri dari kumpulan file atau tabel yang saling berhubungan dan

Secara umum sistem basis data merupakan sistem yang terdiri dari kumpulan file (tabel) yang saling berhubungan (dalam sebuah basis data di sebuah sistem komputer) dan

Basis data (database block), basis data merupakan kumpulan data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan

Secara umum sistem basis data merupakan sistem yang terdiri dari kumpulan file (tabel) yang saling berhubungan (dalam sebuah basis data di sebuah sistem komputer) dan sekumpulan