• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanggung Jawab Bambang Utoyo. Penyunting Tendas Teddy Soesilo. Wakil Ketua Penyunting Andrianus Hendro Triatmoko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penanggung Jawab Bambang Utoyo. Penyunting Tendas Teddy Soesilo. Wakil Ketua Penyunting Andrianus Hendro Triatmoko"

Copied!
268
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Borneo, Jurnal Ilmu Pendidikan adalah jurnal ilmiah,

Diterbitkan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsi Kalimantan Timur Terbit dua kali setahun, yakni setiap bulan Juni dan Desember

Penanggung Jawab

Bambang Utoyo

Penyunting

Tendas Teddy Soesilo

Wakil Ketua Penyunting

Andrianus Hendro Triatmoko

Penyunting Pelaksana

Prof. Dr. Dwi Nugroho Hidayanto, M.Pd., Prof. Dr. Husaeni Usman, M.Pd., Dr. Edi Rachmad, M.Pd., Drs. Ali Sadikin, M.AP, Drs. Masdukizen, Dra.Pertiwi Tjitrawahjuni,

M.Pd.,Dr. Sugeng, M.Pd., Dr. Pramudjono, M.S, Dr. Jarwoko, M.Pd, Dr. Rita Zahra, M.Pd, Samodro, M.Si

Sirkulasi

Sunawan

Sekretaris

Abdul Sokib Z.

Tata Usaha

Heru Buana Herman,Sunawan,

Alamat Penerbit/Redaksi : Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Kalimantan Timur, Jl. Cipto Mangunkusumo Km 2 Samarinda Seberang, PO Box 218

• Borneo, Jurnal Ilmu Pendidikan diterbitkan pertama kali pada Juni 2007 oleh LPMP Kalimantan Timur

• Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah dalam bentuk soft file dan print out di atas kertas HVS A4 spasi ganda lebih kurang 20 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman kulit dalam belakang

(3)

EDISI KHUSUS, Nomor 7, Mei 2016 ISSN 1858-3105

Diterbitkan oleh

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rakhmatNya serta hidayah-Nya, Borneo Jurnal Ilmu Pendidikan LPMP

Kalimantan Timur dapat diterbitkan.

Borneo Edisi Khusus, Nomor 7, Mei 2016 ini merupakan edisi khusus yang

diharapkan terbit untuk memenuhi harapan para penulis.

Tujuan utama diterbitkannya jurnal Borneo ini adalah memberi wadah kepada tenaga perididik, khususnya guru di Provinsi Kalimantan Timur untuk mempublikasikan hasil pemikirannya di bidang pendidikan, baik berupa telaah teoritik, maupun hasil kajian empirik lewat penelitian. Publikasi atas karya mereka diharapkan memberi efek berantai kepada para pembaca untuk melahirkan gagasan-gagasan inovatif untuk memperbaiki mutu pendidikan melalui pembelajaran dan Pemikiran. Perbaikan mutu pendidikan ini merupakan titik perhatian utama tujuan LPMP Kalimantan Timur sebagai lembaga penjaminan mutu pendidikan.

Pada edisi ini, jurnal Borneo memuat beberapa artikel yang ditulis oleh Guru dan Pengawas. jurnal Borneo edisi khusus Nomor 7 Mei 2016 ini semuanya memuat tulisan dari pengawas dan guru yang berasal dari Dinas Pendidikan Kabupaten Paser. Jurnal ini diterbitkan sebagai apresiasi atas semangat untuk memajukan dunia pendidikan melalui tulisan yang dilakukan oleh para pendidik dan tenaga kependidikan dari Kabupaten Paser. Untuk itu, terima kasih kami sampaikan kepada para penulis artikel sebagai kontributor sehingga jurnal Borneo edisi ini dapat terbit sesuai waktu yang ditentukan.

Ucapan terima kasih dan selamat kami sampaikan kepada pengelola jurnal Borneo yang telah berupaya keras untuk menerbitkan Borneo edisi ini. Apa yang telah mereka sumbangkan untuk menerbitkan jurnal Borneo mudah-mudahan dicatat sebagai amal baik oleh Alloh SWT.

Kami berharap, semoga kehadiran jurnal Borneo ini memberikan nilai tambah, khususnya bagi LPMP Kalimantan Timur sendiri, maupun bagi upaya perbaikan mutu pendidikan pada umumnya.

Redaksi

(5)

DAFTAR ISI

BORNEO, EDISI KHUSUS, Nomor 4, Januari 2016 ISSN : 1858-3105

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

1 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Bidang Studi Bahasa Indonesia Materi Menulis Permulaan Melalui Model Pembelajaran Picture And Picture Di Kelas I F SD Negeri 009 Balikpapan Barat

Iin Ratmayati

1

2 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Bidang Studi Bahasa Indonesia Materi Membaca Melalui Model Pembelajaran NHT(Numbered Head Together) Di Kelas I E SD Negeri 009 Balikpapan Barat

Marwiyah

11

3 Peningkatkan Hasil Belajar Pkn Bentuk – Bentuk Kesepakatan Bersama Melalui Model Pembelajaran Role Playing Pada Siswa Kelas V SD Negeri 022 Balikpapan Barat

Neneng Sarniah

23

4 Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Model Artikulasi Pada Siswa Kelas IV Di SDN 009 Balikpapan Barat Tahun 2014/2015

Ernawati

33

5 Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Dengan Model Induktif Dengan Teori Konstruktivisme Siswa Kelas IV A SDN 009 Balikpapan Barat Tahun Pelajaran 2014 – 2015

Najemiah

51

6 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Operasi Penjumlahan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Inside- Outside Circle Di Kelas I A SD Negeri 009 Balikpapan Barat

Siti Fatimah

(6)

7 Peningkatan Hasil Belajar Pkn Pada Materi Kebebasan Berorganisasi Melalui Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division Pada Siswa Kelas VB SD Negeri 009 Balikpapan Barat

Syarifuddin

73

8 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Bidang Studi Pendidikan Kewarganegaraan Materi Hidup Rukun Dan Tolong Menolong Melalui Model Pembelajaran Tari Bambu Di Kelas II E SD Negeri 009 Balikpapan Barat

Sarti Diana

83

9 Meningkatkan Hasil Belajar Keteladanan Nabi Ayub As Melalui Mendongeng Dengan Media Gambar Siswa Kelas V SDN 016 Balikpapan Tengah Tahun Pelajaran 2015/2016

Sufyansyah

93

10 Penggunaan Metode Pembelajaran Role Playing, Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Seni Budaya

Jumliah

109

11 Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Dengan Pendekatan Konstruktivisme

Supiyati

119

12 Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Dengan Pemberian Penguatan Positif

Supiyati

129

13 Upaya Meningkatkan Kualitas Mutu Belajar Siswa Melalui Metode Jigsaw Tentang Kisah Abu Lahab, Abu Jahal Dan Musailamah Al-Kazab Pada Kelas VI A SDN 003 Balikpapan Kota Tahun Pelajaran 2014/2015

Siti Aminah

141

14 Meningkatkan Prestasi Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 001 Balikpapan Selatan Dengan Banyak Membaca Dapat Membuat Tulisan

Yustinus Marwoto

(7)

15 Peningkatan Hasil Belajar Ipa Pada Materi Mengidentifikasi Fungsi Organ Tubuh Manusia Dan Hewan Dengan Menggunakan CD Interaktif Pada Siswa Kelas V Tahun Pelajaran 2014/2015 Di SDN 004 Balikpapan Kota Joula Diana Nangka

169

16 Peningkatan Proses Pembelajaran Tentang Luas Bangun Melalui Model Kooperatif Stad Dan Kuis Pada Siswa Kelas VI SDN 002 Balikpapan Kota Tuwariyanto

187

17 Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Ptk Melalui Pembimbingan Di Smp Binaan Kota Balikpapan Tahun 2015

Ahmad Mursyid

203

18 Peningkatan Kemampuan Guru Kelas VII Dan VIII SMP Negeri 2 Tarakan Dalam Melaksanakan Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik Melalui Program Supervisi Akademik Tahun Pembelajaran 2014/2015

Friny Napasti

223

19 Hasil Evaluasi Kegiatan Diklat Bedah Standar Kompetensi Lulusan (Skl) Ujian Nasional (UN) Jenjang Smp/ MTs. Kabupaten Kutai Timur Tahun 2016

Dalyana

237

20 Laboratorium IPA sebagai Sarana Penunjang Keberhasilan Pembelajaran IPA Fisika Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI TKJ 2 Semester II Pokok Bahasan Bunyi Tahun Pembelajaran 2015/2016 SMK Negeri 2 Balikpapan

Ramelan

(8)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 1 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BIDANG

STUDI BAHASA INDONESIA MATERI MENULIS

PERMULAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE DI KELAS I F SD NEGERI 009 BALIKPAPAN

BARAT Iin Ratmayati

Guru Bahasa Indonesia SD Negeri 009 Balikpapan Barat Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya penyerapan materi Menulis Permulaan tema Kegiatanku di kelas I F SD Negeri 009 Balikpapan Barat . Di mana materi Menulis Permulaan tema Kegiatanku merupakan Bidang Studi Bahasa Indonesia yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia melalui pembelajaran kooperatif Teknik Picture and Picture (memperlihatkan gambar). Manfaat penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi menulis permulaan di kelas I F SD Negeri 009 Balikpapan Barat.

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I F SD Negeri 009 Balikpapan Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan tes tertulis, observasi pada siswa dan guru, kuesioner, dan catatan lapangan. Analisis data dilakukan secara kualitatif disertai penyajian data dalam bentuk tabel. Dari hasil pengamatan teman sejawat pada pembelajaran Bahasa Indonesia materi Menulis Permulaan tema Kegiatanku sebelum perbaikan nilai rata-rata yang dicapai siswa hanya 59,19 atau sekitar 10 orang siswa saja yang tuntas. KKM yang telah ditentukan penulis yaitu 70,00 kemudian dilaksanakan siklus 1 dan diperoleh nilai rata-rata siswa 66,76, dimana hanya 23 orang siswa saja yang tuntas mencapai KKM atau

(9)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 2

sekitar 62,16. Pada siklus 2 rata-rata siswa menjadi 70,81 walaupun nilai ketuntasan di atas rata-rata KKM, namun ini dianggap masih kurang memuaskan penulis karena hanya selisih 0,81 angka yang diperoleh dari KKM yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga penulis merasa perlu melakukan perbaikan kembali. Setelah melalui perbaikan pada siklus 3 maka diperolehlah nilai rata-rata 82,97. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif Picture and Picture dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya materi menulis permulaan di kelas I F SD Negeri 009 Balikpapan Barat.

Kata kunci: menulis Permulaan, model pembelajaran picture and picture

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan salah satu satu kemampuan terpenting manusia yang memungkinkan ia unggul atas makhluk – makhluk lain di bumi. Bahasa memiliki peran sentral dalam intelektual, sosial, dan emosional siswa yang merupakan keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi.

Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, maka kemampuan berkomunikasi harus dilatih melalui belajar. Tugas guru adalah memberikan pengalaman berbahasa langsung kepada siswa. Kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu dalam berkomunikasi lisan (mendengarkan dan berbicara) dan tulis (membaca dan menulis) sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Dalam kehidupan sehari-hari peranan membaca sangat penting,hampir setiap aktivitas adalah membaca karena membaca dapat membantu memecahkan masalah, dapat memperkuat suatu keyakinan / kepercayaan, dan dapat meningkatkan prestasi serta memperluas pengetahuan.

Pembelajaran di kelas di zaman yang semakin modern ini harus disesuaikan dengan standar kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu cara memanfaatkan teknologi atau khususnya komputer untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa adalah dengan

(10)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 3 cara penggunaan komputer sebagai pelengkap atau pendamping dalam penyampaian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture (memperlihatkan gambar).

Dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya penyerapan materi Menulis Permulaan tema Kegiatanku di kelas I F SD Negeri 009 Balikpapan Barat. Di mana materi Menulis Permulaan tema Kegiatanku merupakan Bidang Studi Bahasa Indonesia yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Terbukti pada pembelajaran materi Menulis Permulaan tema Kegiatanku di kelas I F dari 37 siswa, sebanyak 27 orang siswa atau sebanyak 72,97% yang tidak tuntas dan hanya mencapai nilai rata-rata sebesar 59,19. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan kajian dan penelitian dengan maksud untuk menemukan pemecahannya sehingga kompetensi siswa yang digali melalui partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat direalisasikan dengan baik.

Berdasarkan hasil observasi di atas, penulis melakukan refleksi tentang apa yang terjadi dan mengapa hal tersebut terjadi. Dari hasil diskusi dengan teman sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang telah penulis laksanakan terungkap beberapa masalah yaitu (1) Guru kurang kreatif dalam memilih metode pembelajaran, metode yang digunakan hanya metode ceramah sehingga siswa cenderung pasif dan mudah bosan dalam belajar khususnya belajar Bahasa Indonesia. (2) Guru kurang jelas dalam menjelaskan materi pelajaran dan konsep dasar siswa sangat rendah serta tidak bertahan lama. Masih banyak siswa yang mengalami kesuitan dalam menulis permulaan. (3) Masih banyak siswa yang malu bahkan mungkin takut untuk bertanya kepada guru. Salah satu cara yang penulis gunakan untuk membantu dan mengaktifkan siswa yaitu dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif, agar peserta didik benar-benar aktif sebagai subjek dalam pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas masalah utama dalam Bidang Studi Bahasa Indonesia pokok bahasan Menulis Permulaan tema Kegiatanku dikelas I F SD Negeri 009 Balikpapan Barat adalah :

1. Apakah Pemahaman Hasil Belajar siswa terhadap materi Menulis Permulaan tema Kegiatanku, disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat?

(11)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 4

2. Apakah pembelajaran kooperatif dengan sintaks dapat membiasakan siswa untuk melakukan penyelidikan memecahkan masalah dan hasil belajar meningkat ?

3. Mengapa penggunaan pembelajaran kooperatif Picture and Picture (memperlihatkan gambar) dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia kelas I F SD Negeri 009 Balikpapan Barat pada materi Menulis Permulaan tema Kegiatanku?

KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Metode Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak 1996 : 279 dalam Trianto, S.Pd,M.Pd : 42 ).Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan prestasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberi kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama – sama siswa yang berbeda latar belakang (jenis kelamin, ras, suku, budaya, agama, sosial, dan ekonomi).

Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John Dewey dan Hebert Thelan (Ibrahim, 2000 : 11 dalam Trianto,S.Pd,M.Pd:45) yang menyatakan pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung. Selain itu, agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan, dan siswa dapat bekerja secara produktif dalam kelompok, maka siswa perlu diajarkan keterampilan–keterampilan kooperatif, yang meliputi tiga tingkat keterampilan yaitu keterampilan tingkat awal, tingkat menengah, tingkat akhir (Lungren dalam Raturaman 2002 dalam Trianto,S.Pd,M.Pd : 46 – 47). Jadi hakikatnya sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Pengertian Picture and Picture

Model Pembelajaran Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif,

(12)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 5 Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses pembelajaran.

Langkah-langkah Model Pembelajaran Picture and Picture

Langkah-langkah pembelajaran dengan model picture to picture adalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar pembelajaran Penyajian materi sebagai pengantar merupakan hal yang sangat penting diberikan oleh guru dengan tujuan mengarahkan siswa agar mencapai tujuan yang ditetapkan.

3. Guru menunjukkan gambar atau memperlihatkan gambar yang berhubungan dengan materi.

4. Guru memberikan kumpulan gambar kepada siswa dalam kelompok.

5. Siswa mengamati gambar- gambar dan mengklasifikasi ciri-ciri. 6. Siswa mengemukan pendapat/mempresentasikan alasan pemikiran. 7. Guru bersama sama dengan siswa melakukan diskusi kelas tentang

hasil pemikiran dari tiap kelompok. Penarikan kesimpulan pembelajaran bersama-sama.

8. Langkah terakhir pada pembelajaran dengan model picture to picture adalah guru mengajak siswa untuk dapat bersama-sama menyimpulkan materi yang dipelajari.

MANFAAT, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL

PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE Manfaat Model Pembelajaran Picture and Picture

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe Picture and Picture terhadap siswa yang hasil belajar rendah antara lain adalah siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari, dapat meningkat daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru

(13)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 6

untuk menganalisa gambar yang ada, dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar, pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru.

Kelebihan Model Pembelajaran Picture and Picture

Dalam setiap model pembelajaran tentu ada kelebihan dan kekurangannya, kelebihan dan kelemahan model pembelajaran picture and picture adalah:

Kelebihan model pembelajaran picture and picture yaitu guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa, melatih berpikir logis dan sistematis, membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik, siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas, materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.

Kekurangan Model Pembelajaran Picture and Picture

Sedangkan kekurangan atau kelemahan model pembelajaran Picture and Picture adalah memakan banyak waktu, banyak siswa yang pasif, guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas, banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain, dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, kulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran, kulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.

METODE PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I F SD Negeri 009 Balikpapan Barat dengan jumlah 37 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan tahapan-tahapan: Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Dalam perencanaan perbaikan, penulis menggunakan langkah – langkah sebagai berikut (1) guru menganalisis hasil belajar siswa yang tidak mencapai ketuntasan dalam pembelajaran, (2) guru mengadakan refleksi diri dari hasil pembelajaran,

(14)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 7 (3) guru membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran, (4) guru menggunakan metode kooperatif Type Picture and Picture (memperlihatkan gambar) dalam pembelajaran, (5) guru menggunakan alat peraga yang sesuai dengan pembelajaran, (6) guru lebih banyak memberikan perhatian kepada siswa.

Adapun variabel yang akan di teliti dalam rangka peningkatan partisipasi dan hasil belajar siswa pada penelitian ini adalah guru, siswa, dan proses pembelajaran.

HASIL PENELITIAN

Setelah perbaikan pada siklus 1, nilai yang diperoleh siswa dalam perbaikan pembelajaran belum memuaskan. Nilai rata – rata keseluruhan siswa hanya 66,76 atau hanya 62,16% yang tuntas sedangkan sekitar 14 orang siswa masih belum tuntas atau sekitar 37,84% dan dinyatakan belum tuntas. Pembelajaran dinyatakan tuntas apabila hasil penguasaan siswa 70 % dengan nilai KKM sebesar 70,00 seperti yang telah ditetapkan oleh penulis sebelumnya. Penulis sebagai pendidik merasa bertanggung jawab untuk melakukan kembali perbaikan.

Pada saat pembelajaran siklus 1, penulis memang belum maksimal dalam menggunakan alat peraga dan metode yang penulis gunakan memang model pembelajaran kooperatif tetapi belum maksimal dan ternyata hasil nilai siswa belum mencapai ketuntasan. Akhirnya penulis mengadakan refleksi dan diskusi dengan teman sejawat, kira – kira apa yang kurang dalam pembelajaran yang telah penulis laksanakan.

Pada perbaikan pembelajaran siklus 2, penulis menggunakan alat peraga yang tepat dan menarik namun hanya 3 orang siswa saja yang diajak saat melakukan percobaan, penulis menggunakan model pembelajaran yang kooperatif tekhnik Picture and Picture memperlihatkan gambar dengan cukup maksimal. Hal ini ditandai dengan semakin aktifnya siswa di dalam kelompok. Di mana kelompok yang dibentuk betul – betul melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk guru.

Penulis juga banyak memberikan motivasi saat pembelajaran berlangsung. Ternyata hasil belajar yang diperoleh pada siklus 2 cukup memuaskan dimana nilai rata-rata yang telah dicapai siswa berada di atas KKM yang telah ditentukan oleh penulis yaitu sebesar 70,81 dengan nilai ketuntasan siswa sebesar 78,38 dan nilai rata-rata siswa masih dianggap kurang memmuaskan oleh penulis, karena itu penulis

(15)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 8

menganggap perlu untuk melakukan perbaikan kembali. Setelah melakukan siklus 3 maka diperoleh peningkatan yang sangat signifikan baik dalam nilai rta-rata dan ketuntasan juga pada pembelajaran itu sendiri, dimana siswa tampak lebih aktif. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 82,97 atau sebanyak36 orang siswa dinyatakan tuntas, sedangkan 1 orang belum tuntas hanya mencapai nilai 60,00 atau sekitar 2,70% dan dianggap normal, ini berarti ketuntasan kelas mencapai 97,30%.

Dalam proses belajar mengajar dikelas yang efektif, guru harus memperhatikan faktor – faktor yang saling mempengaruhi antara lain : • Penyampaian materi harus jelas dan mudah dipahami.

• Pemilihan metode mengajar yang tepat dan bervariatif.

• Pemilihan media belajar yang tepat, mudah di dapat dan dikenal oleh anak.

• Penggunaan bahasa yang mudah, jelas, sehingga dapat mudah dimengerti dengan siswa.

• Penampilan guru yang menarik.

• Kondisi kelas hidup dan semua siswa aktif.

Selain hal diatas, untuk meningkatkan kemampuan guru perlu adanya kerja sama antara guru baik dalam satu sekolah maupun dengan sekolah lain yang terdekat melalui kegiatan Kelompok Kerja Guru ( KKG ). Demikian juga guru perlu kerja sama yang baik dengan orang tua siswa, agar selalu mendukung kegiatan belajar siswa baik di rumah maupun di sekolah.

Berikut adalah Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Perbaikan Siklus I, Siklus II dan Siklus III Pembelajaran Bahasa Indonesia Pokok Bahasan/Materi Menulis Permulaan Tema Kegiatanku di Kelas I F SD Negeri 009 Balikpapan Barat

(16)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 9 KESIMPULAN

Dari perbaikan yang telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

• Kurangnya pemahaman siswa terhadap Pokok Bahasan/Materi Menulis Permulaan tema Kegiatanku yang dihadapi oleh siswa kelas I F SD Negeri 009 Balikpapan Barat disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat sehingga tidak menarik perhatian siswa.

• Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Type Picture and Picture (memperlihatkan gambar), siswa lebih terampil dan aktif, sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa tentang pecahan meningkat dan siswa dapat menjawab soal – soal dan melakukan penyelidikan dalam memecahkan masalah yang diberikan guru serta berpikir kritis.

• Penggunaan metode kooperatif Type Picture and Picture (memperlihatkan gambar) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia Pokok Bahasan/Materi Menulis Permulaan Tema Kegiatanku kelas I F SD Negeri 009 Balikpapan Barat karena dengan metode ini siswa memiliki tanggung jawab pribadi yang lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Disamping itu siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi atau meningkatkan keterampilan berkomunikasi. SARAN

Berdasarkan kesimpulan, tersebut beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah :

• Hendaknya para guru menggunakan metode belajar yang tepat dan menyenangkan dalam pembelajaran agar prestasi siswa meningkat. • Metode pembelajaran kooperatif teknik Picture and Picture

(memperlihatkan gambar) dapat diterapkan oleh guru untuk mengembangkan sikap kreatif, kritis, kerja sama, saling menghargai, mengembangkan keterampilan komunikasi dengan orang lain dan yang lebih penting yaitu untuk meningkatkan nilai atau prestasi siswa.

(17)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 10

• Memberikan latihan – latihan, agar siswa lebih terampil dalam menulis.

• Memberikan motivasi dan perhatian yang lebih kepada siswa, sehingga siswa merasa lebih dekat dan akrab supaya tidak ada lagi siswa yang menganggap mata pelajaran Bahasa Indonesia sebagai momok baginya..

• Hendaknya para guru aktif dalam Kelompok Kerja Guru, agar tercipta keaktifan bertukar pikiran dan pengalaman yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional,2013.Kurikulum 2013 Jakarta: Depdiknas

Dimyati,Mudjiono,2006.Belajar dan Pembelajaran,Jakarta :PT.Adi Mahasatya

Heryanto dan H.M Akib Akhmid.2004.Statistik Dasar. Jakarta :Universitas Terbuka

Ibrahim, Muslimin, dkk 2006.Pembelajaran Kooperatif, Surabaya :Universitas Negeri Surabaya University Press

Igak Wardhani,dkk. 2007 Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta :Universitas Terbuka

Khafid M.Suyati.2008.Pelajaran Bahasa Indonesia 1.Jakarta : Pusat perbukuan

Priatna,Nanang.2007.Saya Ingin Pintar Bahasa indonesia1. Bandung :Grafindo Media Pratama

Trianto.2007.Model Teori dan Parktis Pembelajaran Terpadu (Dalam). Jakarta : Prestasi Pustaka

Trianto.2007.Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka

Jamal M. Asmani.2011.Tujuh Tips Aplikasi PAKEM.Yogyakarta:Diva Press

Istarani.2011.58 Model Pembelajaran Inovatif (Referensi Guru Dalam Menentukan Model Pembelajaran).Medan: Media Persada

(18)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 11 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA MATERI MEMBACA MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN NHT(NUMBERED HEAD TOGETHER) DI KELAS I E SD NEGERI 009 BALIKPAPAN

BARAT Marwiyah

Guru Bahasa Indonesia SD Negeri 009 Balikpapan Barat Abstrak

Dilatar belakangi oleh rendahnya pemahaman dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya penyerapan materi Membaca Permulaan di kelas I E SD Negeri 009 Balikpapan Barat. Di mana materi Membaca Permulaan merupakan Bidang Studi Bahasa Indonesia yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Terbukti pada pembelajaran materi Membaca di kelas I E dari 35 siswa terdapat 20 orang siswa yang tidak tuntas atau sekitar 57,14%. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia melalui pembelajaran kooperatif Teknik NHT (Numbered heads Together). Hasil penelitian perbaikan ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi guru, siswa dan sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi membaca permulaan. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I E SD Negeri 009 Balikpapan Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan tes tertulis, observasi pada siswa dan guru. Analisis data dilakukan secara kualitatif disertai penyajian data dalam bentuk tabel. Hasil pengamatan dengan teman sejawat pada pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus 1 diperoleh rata – rata nilai 67,14 dengan demikian belum mencapai ketuntasan karena baru mencapai 60,00% saja karena itu penulis melaksanakan kembali perbaikan pada siklus 2 rata – rata siswa menjadi 72,86 diatas KKM yang telah ditetapkan oleh penulis namun tingkat ketuntasananya

(19)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 12

baru mencapai 68,57% saja oleh sebab itu penulis merasa perlu mengadakan perbaikan kembali. Pada siklus 3 diperoleh nilai rata-rata 82,86 dengan nilai ketuntasan mencapai 97,14%. Sedangkan 2,86% atau masih 1 orang siswa yang belum tuntas namun di rasa wajar oleh penulis. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode kooperatif Type Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas I E SD Negeri 009 Balikpapan Barat. Kata kunci : hasil belajar, Pembelajaran Kooperatif NHT ( Numbered Head Togethter)

PENDAHULUAN

Proses pembelajaran itu tidak terbatas menyiapkan masa depan peserta didik, tetapi merupakan sarana proses membangun kecakapan intelektual sehingga dapat hidup dalam suasana apapun, kapanpun dan di manapun. Untuk menunjang pertumbuhan potensi dan kecakapan hidup siswa, pembelajaran harus dibuat sedemikian rupa sehingga menyenangkan, membebaskan dan memajukan anak didik agar bermakna dalam kehidupannya. Secara umum selama ini pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru (Teacher Centered) sehingga pembelajaran kurang menumbuhkan peran siswa aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Penulisan penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya pemahaman dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya penyerapan materi Membaca Permulaan di kelas I E SD Negeri 009 Balikpapan Barat. Di mana materi Membaca Permulaan merupakan Bidang Studi Bahasa Indonesia yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. Terbukti pada pembelajaran materi Membaca di kelas I E dari 35 siswa terdapat 20 orang siswa yang tidak tuntas atau sekitar 57,14% dari seluruh siswa yang belum mencapai target KKM yang telah ditetapkan oleh penulis. Adapun KKM yang ditetapkan sebelumnya yaitu nilai siswa minimal 70,00 dengan tingkat ketidak tuntasan di bawah 10%.Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan kajian dan penelitian dengan maksud untuk menemukan pemecahannya sehingga kompetensi siswa yang digali

(20)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 13 melalui partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dapat direalisasikan dengan baik.

Dari hasil diskusi dengan teman sejawat untuk mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang telah penulis laksanakan terungkap beberapa masalah yaitu guru kurang jelas dalam menjelaskan materi pelajaran dan konsep dasar siswa sangat rendah serta tidak bertahan lama. Salah satu cara yang penulis gunakan untuk membantu dan mengaktifkan siswa yaitu dengan menggunakan menggunakan model pembelajaran kooperatif, agar peserta didik benar-benar aktif sebagai subjek dalam pembelajaran. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan Membaca Permulaan Diharapkan hasil penelitian ini akan memberikan kontribusi langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia, sehingga kompetensi dan hasil belajar siswa dapat ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas masalah utama dalam Bidang Studi Bahasa Indonesia pokok bahasan Membaca Permulaaan dikelas I E SD Negeri 009 Balikpapan Barat adalah :

1. Apakah Pemahaman Hasil Belajar siswa terhadap materi Membaca permulaaan , disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat?

2. Apakah pembelajaran kooperatif dengan sintaks dapat membiasakan siswa untuk melakukan penyelidikan memecahkan masalah dan hasil belajar meningkat ?

3. Mengapa penggunaan pembelajaran kooperatif NHT (Numbered Heads Together)dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia kelas I E SD Negeri 009 Balikpapan Barat pada Pelajaran membaca Permulaan ?

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Meningkatkan pemahaman siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia melalui pembelajaran kooperatif TeknikNHT (Numbered heads Together)

2. Meningkatkan kreatifitas dan meningkatkan hasil belajar siswa untuk memenuhi standar kompetensi siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

3. Meningkatkan kemampuan guru untuk menggunakan model pembelajaran yang membuat anak aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan ( PAKEM ).

(21)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 14

4. Meningkatkan kemampuan mengajar guru yang senang mengembangkan pembelajaran inspiratif, interaktif, dan menantang. 5. Meningkatkan partisipasi aktif dalam kegiatan belajar untuk

mencapai kompetensi yang diharapkan siswa melalui pembelajaran kooperatif baik secara individu maupun kelompok.

6. Meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran kooperatif, sehingga diperoleh prestasi yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan

KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Metode Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak 1996 : 279 dalam Trianto, S.Pd,M.Pd : 42). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan prestasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberi kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama – sama siswa yang berbeda latar belakang (jenis kelamin, ras, suku, budaya, agama, sosial, dan ekonomi).

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya, dan agama serta sosial, kemampuan dan ketidakmampuan (Ibrahim, dkk 2000:9dalam Trianto,S.Pd,M.Pd : 44).Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas dasar tugas bersama dan belajar untuk menghargai satu sama lain.

Pengertian NHT( Numbered Heads Together )

Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Tehnik ini memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tehnik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Tehnik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.

(22)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 15 Salah satu metode pembelajaran kooperatif yang cukup banyak diterapkan di sekolah-sekolah adalah Numbered Heads Together atau disingkat NHT, tidak hanya itu saja, NHT juga banyak sekali digunakan sebagai bahan penelitian tindakan kelas (PTK).

Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Langkah-langkah Model Pembelajaran NHT

Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :

➢ Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. ➢ Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang

(23)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 16

ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

➢ Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

➢ Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru.Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

➢ Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

➢ Langkah 6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

MANFAAT DAN KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN NHT Manfaat model pembelajaran NHT

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :

1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran

3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar 4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam

7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Hasil belajar lebih tinggi

(24)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 17 Kelebihan model pembelajaran NHT

Dengan melihat sintaksnya saja, Anda pasti dapat mengira-ngira apa saja kelebihan dari model ini,sebagaimana dijelaskan oleh Hill (1993) dalam Tryana (2008) bahwa model NHT memiliki kelebihan diataranya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, mampu memperdalam pamahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, meningkatkan rasa percaya diri siwa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

METODE PENELITIAN

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I E SD Negeri 009 yang berjumlah 35 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus dengan tahapan-tahapan: Perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Adapun pelaksanaan perbaikan Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas I E SD Negeri 009 Balikpapan Barat sebagai berikut:

(25)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 18

HASIL PENELITIAN

Hasil pengamatan teman sejawat pada pembelajaran Bahasa Indonesia sebelum perbaikan nilai KKM 70 dan rata-rata ketuntasan diatas 90% kemudian dilaksanakan siklus 1 diperoleh rata – rata nilai 67,14 dengan demikian belum mencapai ketuntasan karena baru mencapai 60,00% saja karena itu penulis melaksanakan kembali perbaikan. Pada saat pembelajaran siklus 1, penulis memang belum maksimal dalam menggunakan alat peraga dan metode yang penulis gunakan memang model pembelajaran kooperatif tetapi belum maksimal dan ternyata hasil nilai siswa belum mencapai ketuntasan. Akhirnya penulis mengadakan refleksi dan diskusi dengan teman sejawat, kira – kira apa yang kurang dalam pembelajaran yang telah penulis laksanakan.

Pada siklus 2 rata – rata siswa menjadi 72,86 diatas KKM yang telah ditetapkan oleh penulis namun tingkat ketuntasananya baru mencapai 68,57% saja oleh sebab itu penulis merasa perlu mengadakan perbaikan kembali. Pada perbaikan pembelajaran siklus 2, penulis menggunakan alat peraga yang tepat dan menarik, menggunakan model pembelajaran yang kooperatif tekhnik Numbered Heads Together (NHT). Hal ini ditandai dengan semakin aktifnya siswa di dalam kelompok. Di mana kelompok yang dibentuk betul – betul melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk guru. Penulis juga banyak memberikan motivasi saat pembelajaran berlangsung.

Pada siklus 3 diperoleh nilai rata-rata 82,86 dengan nilai ketuntasan diatas rata-rata KKM artinya terjadi peningkatan yang sangat signifikan hasil belajar baik dari jumlah siswa yang tuntas belajar maupun rata – rata keaktifan siswa, sedangkan nilai ketuntasannya mencapai 97,14%. Sedangkan 2,86% atau masih 1 orang siswa yang belum tuntas namun di rasa wajar oleh penulis. Pada perbaikan siklus 3, penulis kembali menggunakan alat peraga yang tepat dan menarik, menggunakan model pembelajaran yang kooperatif tekhnik Numbered Heads Together (NHT) dengan maksimal. Hal ini ditandai dengan semakin aktifnya siswa di dalam kelompok.Di mana kelompok yang dibentuk betul – betul melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk guru.

Nilai ketuntasan Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Perbaikan Siklus I, Siklus II dan Siklus III Pembelajaran Bahasa Indonesia Pokok Bahasan Membaca Permulaan di Kelas I E SD Negeri 009 Balikpapan Barat dapat dilihat pada grafik berikut:

(26)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 19 Sumber : Hasil Pengamatan

KESIMPULAN

Dari perbaikan yang telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1 Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi Membaca Permulaan yang dihadapi oleh siswa kelas I E SD Negeri 009 Balikpapan Barat disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat sehingga tidak menarik perhatian siswa.

2 Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Type Numbered Heads Together (NHT), siswa lebih terampil dan aktif, sehingga pemahaman dan hasil belajar siswa tentang pecahan meningkat dan siswa dapat menjawab soal – soal dan melakukan penyelidikan dalam memecahkan masalah yang diberikan guru serta berpikir kritis.

3 Penggunaan metode kooperatif Type Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran B,Indonesia kelas I E SD Negeri 009 Balikpapan Barat karena dengan metode ini siswa memiliki tanggung jawab pribadi yang lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Disamping itu siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi atau meningkatkan keterampilan berkomunikasi

(27)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 20

SARAN

Berdasarkan kesimpulan, tersebut beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah :

1 Hendaknya para guru menggunakan metode belajar yang tepat dan menyenangkan dalam pembelajaran agar prestasi siswa meningkat. 2 Metode pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together

(NHT)dapat diterapkan oleh guru untuk mengembangkan sikap kreatif, kritis, kerja sama, saling menghargai, mengembangkan keterampilan komunikasi dengan orang lain dan yang lebih penting yaitu untuk meningkatkan nilai atau prestasi siswa.

3 Memberikan latihan – latihan, agar siswa lebih terampil dalam berhitung.

4 Memberikan motivasi dan perhatian yang lebih kepada siswa, sehingga siswa merasa lebih dekat dan akrab supaya tidak ada lagi siswa yang menganggap Bahasa Indonesia sebagai momok baginya. 5 Hendaknya para guru sering melaksanakan PTK dalam

pembelajaran.

6 Hendaknya para guru aktif dalam Kelompok Kerja Guru, agar tercipta keaktifan bertukar pikiran dan pengalaman yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.

7 Menjalin kerja sama yang baik dengan orang tua siswa demi kemajuan dan prestasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional,2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jakarta : Depdiknas

Dimyati,Mudjiono,2006.Belajar dan Pembelajaran,Jakarta :PT.Adi Mahasatya

Heryanto dan H.M Akib Akhmid.2004.Statistik Dasar. Jakarta :Universitas Terbuka

Ibrahim, Muslimin, dkk 2006.Pembelajaran Kooperatif, Surabaya :Universitas Negeri Surabaya University Press

Igak Wardhani,dkk. 2007 Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta :Universitas Terbuka

(28)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 21 Khafid M.Suyati.2008.Pelajaran Bahasa Indonesia 1.Jakarta : Pusat

perbukuan

Priatna,Nanang.2007.Saya Ingin Pintar Bahaa Indonesia 1. Bandung :Grafindo Media Pratama

Trianto.2007.Model Pembelajaran Terpadu (Dalam Teori dan Parktis). Jakarta :Prestasi Pustaka

Trianto.2007.Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta :Prestasi Pustaka

(29)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 22

(30)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 23 PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN

BENTUK - BENTUK KESEPAKATAN BERSAMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 022 BALIKPAPAN BARAT

Neneng Sarniah

Guru PKN SD Negeri 022 Balikpapan Barat Abstrak

Pelajaran PKn merupakan pelajaran yang sangat luas cakupannya sehingga dianggap sulit untuk dipelajari. Guru yang kurang kreatif dan kurang tepat dalam merencanakan dan menetapkan strategi pembelajaran merupakan faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa khususnya pada materi bentuk-bentuk kesepakatan bersama. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKN khususnya pada materi bentuk-bentuk kesepakatan bersama. Manfaat penelitian adalah meningkatkan kualitas mutu pendidikan di sekolah.

Penelitian ini menggunakan desain PTK yang terdiri dari 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 022 Balikpapan Barat yang berjumlah 23 orang. Teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan (observasi) dan metode tes. Sedangkan teknik analisis data menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian diperoleh data yaitu pada prasiklus terdapat 15 siswa yang tidak tuntas atau rata-rata 60 dengan persentase ketuntasan 34,78%. Pada siklus 1 terdapat 9 siswa yang tidak tuntas atau dengan rata-rata 73,48 dengan persentase ketuntasan 65,22%. Dan pada siklus 2 hanya terdapat 1 siswa yang tidak tuntas atau mencapai nilai rata-rata 84,78 dengan persentase ketuntasan sebesar 91,30%. Model pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 022 Balikpapan Barat, khususnya pada materi bentuk-bentuk kesepakatan bersama.

(31)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 24

Kata kunci :hasil belajar, model pembelajaran role playing PENDAHULUAN

PKn dianggap ilmu yang sukar dan sulit dipahami. PKn adalah pelajaran formal yang berupa sejarah masa lampau, perkembangan sosial budaya, perkembangan teknologi, tata cara hidup bersosial, serta peraturan kenegaraan. Begitu luasnya materi PKn menyebabkab anak sulit untuk diajak berfikir kritis dan kreatif dalam menyikapi masalah yang berbeda. Sementara anak usia sekolah dasar tahap berfikir mereka masih belum formal, karena mereka baru berada pada tahap Operasi Onal Konkret ( Peaget : 1920 ).

Berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas V SD Negeri 022 Balikpapan Barat, PKn kurang diminati siswa karena PKn dianggap sebagai mata pelajaran hafalan yang membosankan. Adapun masalah Pembelajaran PKn di kelas V SD Negeri 022 Balikpapan Barat adalah sebagai berikut : 1) Pembelajaran masih berpusat pada guru sehingga siswa menjadi pasif dalam kegiatan pembelajaran.; 2) Kurang op-timalnya hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 022 Balikpapan Barat yang terlihat dari hasil rata-rata tes formatif yaitu 60 dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 75 terdapat 15 siswa yang belum tuntas; 3) Siswa merasa bosan dan kurang antusias mengikuti pembelajaran PKn; 4) Komunikasi guru dan siswa dalam pembelajaran berlangsung satu arah yaitu didominasi oleh guru; 5) Guru kurang kreatif dalam mengajar PKn, khususnya dalam penggunaan metode pembelajaran.

Salah satu cara yang penulis gunakan untuk membantu dan mengaktifkan siswa yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pokok Bahasan Bentuk-bentuk Kesepakatan Bersama dalam Musyawarah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan yakni “Apakah penerapan model pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 022 Balikpapan Barat pada mata pelajaran PKn pada materi bentuk-bentuk kesepakatan bersama?”

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan penelitian ini adalah:

(32)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 25 1) mengetahui peningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 022 Balikpapan Barat pada mata pelajaran PKn pada materi bentuk-bentuk kesepakatan bersama melalui penerapan model pembelajaran Role Playing

2) mendeskripsikan penerapan model pembelajaran Role Playing untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 022 Balikpapan Barat pada mata pelajaran PKn pada materi bentuk-bentuk kesepakatan bersama

KAJIAN PUSTAKA Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena setiap mata pelajaran / bidang studi mempunyai tugas tersendiri dalam membentuk pribadi siswa, hasil belajar untuk suatu mata pelajaran / bidang studi berbeda dari mata pelajaran / bidang studi lainnya.

Hasil belajar evaluasi adalah hasil belajar yang menunjukkan kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pertimbangan yang dimiliki atau kriteria yang digunakan. Ditinjau dari sudut siswa, ada dua sumber kriteria yang dapat digunakan, yaitu kriteria yang dikembangkan sendiri oleh siswa dan kriteria yang diberikan oleh guru. Bloom membagi hasil belajar evaluasi atas pertimbangan yang didasarkan bukti-bukti dari dalam dan berdasarkan kriteria dari luar. Pengertian Model Mengajar

Menurut Joyce dan Weil 1971 model mengajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

Model mengajar merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan – bahan pengajaran, dan bimbingan pengajaran di kelas atau yang lain.

Metode Bermain Peran

Metode bermain peran adalah berperan atau mamainkan peranan dalam dramatisir masalah social atau psikologis. Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang di gunakan untuk

(33)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 26

menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku, dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain (Depdikbud, 1964 : 171 ).

Melalui metode bermain peran siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok social yang anggotanya teman – temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial.

Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah – masalah hubungan antara manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas. Menurut Sumantri ( 2001 ) bermain peran merupakan model mengajar yang berakar pada dimensi personal dan sosial dari pendidikan. Model ini mencoba membantu indivisu untuk menemukan makna pribadi dalan dunia sosial dan memecahkan dilema – dilema dengan bantuan kelompok sosial. Dalam hal ini memungkinkan individu untuk bekerjasama untuk menganalisis situasi sosial terutama permasalahan interpersonal dalam mengembangkan cara – cara yang demokratis untuk menghadapi situasi tersebut.

Dalam model mengajar bermain peran, sebagian siswa adalah pemain peran yang lainnya mengamati. Seseorang meletakkan dirinya pada posisi orang lain yang juga bermain peran. Bila empati, simpati, kemarahan, dan kasih sayang serta apeksi dilakukan dalam berinteraksi, berarti bermain peran dapat dilaksanakan dengan baik / berhasil.

Hal penting dalam model mengajar bermain peran adalah keterlibatan siswa untuk berpartisipasi dalam situasi atau masalah nyata serta adanya keinginan untuk mengatasi suatu masalah bersama. Pemahaman siswa dalam model belajar bermain peran dapat memberikan contoh pada siswa dalam kehidupan sehari – hari untuk berperilaku sebagai berikut :

1. Menjajagi perasaan.

2. Menambah pengetahuan tentang sikap, nilai – nilai dan persepsinya. 3. Mengembangkan keterampilan dan sikapnya dalam memecahkan

masalah.

4. Mengkaji pelajaran dengan berbagai cara.

Penerapan model Role Playing pada materi bentuk-bentuk kesepakatan bersama pada siswa kelas V SD Negeri 022 Balikpapan Barat dilakukan dengan sintaks yaitu (1) membagi siswa menjadi beberapa kelompok, ada kelompok pemeran dan pengamat, (2)

(34)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 27 selanjutnya guru mempersiapkan kebutuhan peran, (3) kelompok pemeran bermain drama sesuai materi sementara kelompok lain sebagai pengamat, (4) kemudian kelompok pengamat mempresentasikan hasil pengamatannya terhadap kelompok pemain, (5) guru menyimpulkan permainan yang telah dilakukan, (7) terakhir siswa mengerjakan latihan berkaitan dengan materi bentuk kesepakatan bersama dalam bermusyawarah.

METODE PENELITIAN

Pelaksanaan perbaikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dilakukan 2 (dua) siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan, yaitu tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (Mulyasa, 2010:70).

Dalam penilitian ini peneliti mengambil lokasi di SD Negeri 022 Balikpapan barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret tahun pelajaran 2015 / 2016 semester 2 (genap). Subjek penelitian dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas V (lima) SD Negeri 022 Balikpapan Barat yang berjumlah 23 orang yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan.

Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah metode observasi, dan metode tes, maka instrument yang dipakai adalah pedoman observasi, dan lembar soal tes. Pedoman observasi yang digunakan peneliti yaitu memuat garis besar sejauh mana minat dan sikap positif serta partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan lembar soal tes digunakan untuk menguji kemampuan dan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini, analisis data dimulai sejak awal sampai akhir pengumpulan data. Data yang diperoleh dari perhitungan persentasi dari hasil penilaian observasi pada saat tindakan dilakukan. Hasil observasi tersebut kemudian dianalisis terhadap indikator penggunaan peningkatan prestasi belajar siswa. Analisis yang digunakan adalah teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Perhitungan dalam proses analisis data menghasilkan persentase pencapaian yang selanjutnya.

HASIL PENELITIAN Siklus 1

a. Perencanaan

Pada tahap awal ini, peneliti mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan pembelajaran menulis karangan. Peneliti juga

(35)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 28

mendata siswa kelas V sebagai subjek penelitian. Peneliti melakukan berbagai persiapan antara lain yaitu (1) menyusun rencana pembelajaran untuk pembelajaran menulis karangan deskripsi, (2) menyiapkan media pembelajaran, (3) menyiapkan lembar observasi, (4) menyiapkan daftar nilai, dan (5) mengadakan pelatihan pembelajaran kepada guru model sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat .

b. Pelaksanaan

Penelitian pada siklus 1 dilakukan pada hari Selasa, 8 Maret 2016.

1) Kegiatan awal

Kegiatan pembelajaran dimulai dengan membaca doa bersama, mencatat kehadiran siswa, kegiatan apersepsi, menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai siswa, dan 28riter motivasi tentang pentingnya musyawarah..

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti, membagi siswa menjadi beberapa kelompok, ada kelompok pemeran dan pengamat. Selanjutnya guru mempersiapkan kebutuhan peran. Kelompok pemeran bermain drama sesuai materi sementara kelompok lain sebagai pengamat. Kemudian kelompok pengamat mempresentasikan hasil pengamatannya terhadap kelompok pemain. Guru menyimpulkan permainan yang telah dilakukan. Terakhir siswa mengerjakan latihan berkaitan dengan materi bentuk kesepakatan bersama dalam bermusyawarah.

3) Kegiatan akhir

Pada kegiatan ini, guru model dan siswa menyimpulkan hasil belajar yang telah dilakukan. Kegiatan akhir ini dilakukan selama 10 menit.

c. Pengamatan (observasi) Pembelajaran yang dilakukan pada siklus 1dilaksanakan cukup baik.

Pada kegiatan awal dan penutup guru melakukan kegiatan dengan baik. Tetapi pada kegitan inti kegiatan yang dilakukan guru kurang baik. Misalnya guru kurang maksimal dalam menggali kemampuan siswa. Guru juga tidak memberikan materi pelajaran dengan baik. Persiapan kebutuhan pemain juga kurang termasuk bimbingan guru dalam role playing juga kurang.. Terakhir guru tidak memberikan refleksi terhadap penampilan kelompok pemeran.

(36)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 29 Observasi (pengamatan) juga dilakukan pada siswa saat proses pembelajaran berlangsung. Materi pelajaran yang diberikan guru tidak sepenuhnya terserap dengan baik. Siswa masih merasa bingung karena materi terlalu singkat. Kelompok pemeran juga masih bingung dengan drama yang akan dimainkan dan peran masing-masing. Tidak semua kelompok pengamat mempresentasikan hasil pengamatannya di depan kelas.

Kurang baiknya hasil observasi guru dan siswa juga berpengaruh pada hasil belajar siswa. Pada siklus 1 ini memang sudah ada peningkatan bila dibandingkan hasil belajar pada pra siklus. Walaupun demikian masih banyak siswa yang belum tuntas pada materi bentuk-bentuk kesepakatan bersama. Dari 23 siswa di SD Negeri 022 Balikpapan Barat pada siklus 1 terdapat 9 (29riteria) siswa yang belum tuntas. Nilai mereka berada di bawah nilai ketuntasan yaitu 75. Ada 10 (sepuluh) siswa yang memperoleg nilai pada rentang 75-85 dan 4 (empat) siswa memperoleh nilai pada rentang 86-100.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus 1 ini maka peneliti memutuskan untuk melanjutkan pembelajaran ke siklus 2 agar hasil yang dicapai meningkat dan melebihi batas KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah.

Siklus 2

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1, maka peneliti menyusun rencana perbaikan pembelajaran. Peneliti melakukan berbagai persiapan sama seperti yang dilakukan pada siklus 1.

b. Pelaksanaan

Penelitian pada siklus 2 dilakukan pada hari Selasa, 28 Maret 2016. Penelitian ini dilakukan di ruang kelas V. Peneliti kemudian melakukan berbagai persiapan, di antaranya menyiapkan infokus sebagai media pembelajaran. Guru model memulai pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Guru melaksanakan pembelajaran secara sistematis, mulai dari kegiatan awal hingga kegiatan akhir.

Adapun pelaksanaan pembelajaran pada siklus 2 adalah sebagai berikut.

(37)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 30

1) Kegiatan awal

Kegiatan awal pembelajaran dilakukan kurang dari 10 menit dengan tujuan menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan membaca doa bersama, mencatat kehadiran siswa, kegiatan apersepsi, menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai siswa, dan 30riter motivasi tentang pentingnya materi menulis karangan.

2) Kegiatan inti

Pada kegiatan inti, membagi siswa menjadi beberapa kelompok, ada kelompok pemeran dan pengamat. Selanjutnya guru mempersiapkan kebutuhan peran. Sebelum kelompok pemeran bermain drama, guru memutarkan video singkat tentang musyawarah pemilihan ketua RT. Video ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pementasan drama kelompok. Kelompok pemeran membagi tugas sesuai dengan karakter yang akan dimainkan. Kelompok pemeran bermain drama sesuai materi sementara kelompok lain sebagai pengamat. Kemudian kelompok pengamat mempresentasikan hasil pengamatannya terhadap kelompok pemain. Guru menyimpulkan permainan yang telah dilakukan. Terakhir siswa mengerjakan latihan berkaitan dengan materi bentuk kesepakatan bersama dalam bermusyawarah.

3) Kegiatan akhir

Penutup pelajaran dilakukan dengan membuat kesimpulan c. Pengamatan (observasi)

Pada pelaksanaan pembelajaran, peneliti juga melakukan observasi untuk mengawasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran dengan model Role Playing. Hasil observasi yang dilakukan pada guru dapat diketahui bahwa pada observasi guru yaitu pada siklus 2, guru model melaksanakan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan. Seluruh langkah-langkah kegiatan pembelajaran sudah dilaksanakan dengan maksimal. Guru menjelaskan materi den memberikan rambu-rambu yang jelas pada siswa agar lebih memahami materi yang dipelajari. Hal tersebut sangat penting dilakukan agar hasil belajar siswa mengalami peningkatan.

Pembelajaran yang dilakukan guru dengan model Role Playing berada pada 30 kriteria sangat baik. Keterampilan guru dalam

(38)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 31 pembelajaran model Role Playing ini dikatakan berhasil dengan sangat baik yaitu pada skor 3,33.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus 2 ini juga mengalami banyak peningkatan. Siswa terlihat lebih antusias dan mendalami perannya masing-masing. Pemahaman siswa pada materi yang diberikan juga sangat baik. Skor pengamatan siswa juga mengalami peningkatan yang signifikan.

Hasil belajar siswa pada siklus 2 ini juga sangat baik. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru 90% dapat terjawab semua. Pada rentang nilai yang diperoleh siswa pada siklus 2 ini yaitu ada 10 siswa yang berada pada rentang nilai 75-85 dan ada 12 siswa yang hsil belajarnya berada pada rentang nilai 86-100. Hanya ada 1 siswa yang berada pada rentang nilai 61-74. Artinya pada siklus 2 ini hanya ada 1 siswa yang tidak tuntas.

e. Refleksi

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus 2 ini maka peneliti memutuskan untuk tidak melanjutkan pembelajaran ke siklus berikutnya. Karena hasil belajar yang diperoleh siswa sudah sangat baik karena telah mencapai 91,30%. Guru dan siswa telah melaksanakan pembelajaran dengan sangat baik pada siklus 2 ini.

GRAFIK HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 022 BALIKPAPAN BARAT

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan pada pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yaitu pada

(39)

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 32

materi bentuk-bentuk kesepakatan bersama. Hasil belajar siswa terus meningkat setelah diterapkan model pembelajaran Role Playing.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Model pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas V SD Negeri 022 Balikpapan Barat, khususnya pada materi bentuk-bentuk kesepakatan bersama.

b. Peningkatan hasil belajar PKn pada materi bentuk-bentuk kesepakatan bersama yaitu pada prasiklus terdapat 15 siswa yang tidak tuntas atau mencapai ketuntasan rata-rata 60, pada siklus 1 terdapat 9 siswa yang tidak tuntas atau mencapai ketuntasan rata-rata 73,48, dan pada siklus 2 hanya terdapat 1 siswa yang tidak tuntas atau mencapai ketuntasan rata-rata 84,78.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarjaya, Beni S. (2008). Model-Model Pembelajaran Kreatif. Bandung: Tinta Emas

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SD/MI. Jakarta: Depdiknas

Kamaroesid, Herry. (2009). Menulis Karya Ilmiah Untuk Jabatan Guru. Jakarta: GP Press

Mulyasa, Prof.DR. (2010). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (2001). Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan & Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya

Junaidi, 2009. Model Pembelajaran Bermain Peran. (http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06.html) diunduh tanggal 12 Pebruari 2016 pukul 20.42

Dra. Dyah Sriwilujeng, M.Pd, Buku PKn untuk SD Kelas V, Jakarta, Esis.

Widihastuti, Setiati. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan untuk SD Kelas V. Jakarta:Pusat Perbukuan

Gambar

GRAFIK  HASIL BELAJAR SISWA KELAS V  SD NEGERI 022 BALIKPAPAN BARAT
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini sesuai dengan tujuan flokulasi yaitu menciptakan aliran yang lambat atau tenang, sehingga flok dapat menggumpal dengan ukuran yang lebih besar dan

bahwa untuk operasionalisasi pendayagunaan sarana dan prasarana penunjang peningkatan kualitas produksi dan pelayanan terhadap pelaku usaha kecil menengah sebagaimana

Tanggap Darurat Krisis Kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan segera pada saat kejadian akibat bencana untuk menangani dampak kesehatan yang ditimbulkan,

Dari nilai absolute parameter teknik sebagai pedoman utama dan interaksi diantara parameter teknik maka dapat ditentukan parameter mana yang menjadi prioritas untuk

Nilai induksi magnetik total (solenoid dan inti konsentrat endapan pasir besi) dari empat lokasi yaitu pantai Carolina, Pesona, Bungus dan Sako

Gel antiseptik minyak atsiri daun cengkeh formula 1, 2, 3, dan 4 dilakukan pengujian daya sebar pada minggu ke-0 atau pada hari dimana gel tersebut dibuat kemudian diuji lagi

Hasil triwulan 2 tahun 2011 nilai CAR dari saham winner untuk semua bulan bernilai positif dengan nilai CAR pada akhir periode triwulan atau pada bulan ke-3 sebesar 0,39% dan

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2014 tentang Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Ketua, Wakil