• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berusaha tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (KBBI, 1996;14). Soetomo (1993;68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.

Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu.

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 65 Dalam kamus Bahasa Indonesia, hasil adalah sesuatu yang didapat dari jerih payah yang dilakukan, sedangkan belajar adalah berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai sesuatu.

Belajar menurut Susanto (1991;1) adalah belajar merupakan proses dimana otak atau pikiran mengadakan reaksi terhadap kondisi-kondisi luar dan reaksi itu dapat di modifikasi dengan pengalaman-pengalaman yang dialami sebelumnya. Melalui proses belajar anak dapat mengadaptasi dirinya pada lingkungan hidupnya. Adaptasi itu dapat berupa perubahan pikiran, sikap dan keterampilan.

Herman Hudoyo (1979; 89) mengatakan bahwa belajar matematika melibatkan struktur hirarki dari konsep-konsep tingkat tertinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah terbentuk sebelumnya.

Sedangkan menurut Ros Effendi (1980;148) berpendapat bahwa belajar matematika berarti mempelajari fikiran-fikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.

Belajar matematika adalah belajar tentang bilangan, belajar menjumlah, mengurangi dan membagi yang terdapat dalam aljabar, aritmetika dan geometri (Mohammad Soleh, (1998;3).

Dari pernyataaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah melibatkan diri yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang semuanya telah tersusun secara hirarki dari konsep-konsep yang rendah sampai konsep-konsep yang lebih tinggi.

Hakekat Metode Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

Tujuan penting dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan siswa dalam kecakapan hidup yaitu bagaimana bekerjasama dan berkolaborasi. Kecakapan hidup ini amat penting untuk dimiliki dalam bermasyarakat. Sehingga, mereka bisa bersosialisasi dengan orang lain tidak mementingkan diri mereka sendiri.

Dalam pembelajaran kooperatif, kerjasama dan komunikasi antar anggota kelompok sangat berperan penting dalam membangun komunikasi sehingga mereka bisa menyelesaikan tugas yang diberikan selama kegiatan.

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 66

Menurut Lundgren (Naila Widia; 2013 ; 3) unsur -unsur dasar yang perlu ditanamkan pada diri siswa dalam cooperative learning agar lebih efektif adalah sebagai berikut :

1. Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain. Disamping juga tanggung jawab terhadap diri sendiri.

2. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan yang sama.

3. Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama besar diantara anggota kelompok.

4. Para siswa akan diberikan suatu hukuman yang mendidik atau penghargaan dan pujian yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok.

5. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh kecakapan hidup dalam bekerjasama selama belajar.

6. Para siswa akan diminta pertanggungjjawaban secara individual mengenai materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Hakekat Belajar Mengajar Kooperatif Teknik Inside – Outside Circle

Pembelajaran model kooperatif teknik inside – outside circle adalah suatu model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antara siswa. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil lalu dibuat 2 buah lingkaran yaitu satu lingkaran menghadap kedalam dan lingkaran yang lainnya menghadap keluar yang berarti mereka saling berhadapan satu sama lain meskipun dalam bentuk lingkaran.

Model Pembelajaran Lingkaran dalam dan Luar Inside-outside circle (IOC) adalah model pembelajaran dengan sistim lingkaran kecil dan lingkaran besar (Spencer Kagan, 1993), dimana siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.

Dari pendapat diatas disimpulkan bahwa pembelajaran dengan kooperatif teknik inside-outside circle adalah proses yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu dan siswa dapat merinteraksi dan bekerjasama dalam belajar.

Sintaknya adalah separuh dari jumlah siswa membentuk lingkaran kecil menghadap keluar, separuhnya lagi membentuk lingkaran besar menghadap ke dalam, siswa yang berhadapan berbagi

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 67 informasi secara bersamaan, siswa yang berada di lingkran luar berputar kemudian berbagi informasi kepada teman (baru) di depannya, dan seterusnya.

Langkah-langkah pembelajarannya

Menurut Spencer Kagan, ada lima langkah utama dalam penerapan Model IOC ini, yaitu:

1. Langkah pertama, separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.

2. Langkah kedua, separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama dan menghadap ke dalam.

3. Langkah ketiga, kemudian dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan.

4. Langkah keempat, siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam, sehingga masing-masing siswa mendapatkan pasangan baru.

5. Langkah terakhir, giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya.

Kelebihan dan kekurangan model Inside-Outside Circle

Kelebihan penggunaan Model IOC ini adalah, siswa akan mudah mendapatkan informasi yang berbeda-beda dan beragam dalam waktu bersamaan, Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong-royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Sedangkan kekurangan penerapan Model IOC adalah membutuhkan ruang kelas yang besar, terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalah gunakan untuk bergurau, dan rumit untuk dilakukan.

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Tindakan yang diberikan adalah proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe inside – outside circle yang dibagi dalam tiga siklus dengan empat tahapan yaitu

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 68

(a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan evaluasi, dan (d) refleksi.

Penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini dilakukan di SD negeri 009 Balikpapan Barat di kelas I A dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang.

Teknik Pengumpulan Data

Pada saat diadakan perbaikan yang harus dilakukan adalah untuk pengumpulan data yang dilakukan ada beberapa cara yaitu tes unjuk kerja, dan observasi.

Test adalah ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, kepribadian seseorang (KBBI;2001,1186). Yang dimaksud test unjuk kerja dalam penelitian ini yaitu siswa diberi tugas secara tertulis maupun praktek. Test unjuk kerja dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah merekasudah melalui tahap-tahap pembelajaran. Dengan mengadakan tes unjuk kerja tersebut peneliti dapat mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran pada setiap siklus.

Hal yang diamati dalam penelitian ini antara lain kondisi dan partisipasi siswa saat mengikuti proses pembelajaran dan nilai yang diperoleh siswa. Selain siswa juga guru terutama guru terutama persiapan dan kemampuan guru dalam pembelajaran.

HASIL PENELITIAN

Hasil pengamatan teman sejawat pada pembelajaran matematika pada pokok bahasan penjumlahan sebelum diadakan penelitian tersebut diperoleh nilai rata-rata 56,84 dengan ketuntasan sebesar 34,29%.

Pada saat pembelajaran siklus I, diperoleh rata – rata nilai 65,00 dengan ketuntasan sebesar 60,00%. Peneliti memang belum maksimal dalam menggunakan alat peraga dan metode yang peneliti gunakan memang model pembelajaran kooperatif Inside – Outside Circle tetapi belum maksimal dan ternyata hasil nilai siswa belum mencapai ketuntasan. Akhirnya penulis mengadakan refleksi dan diskusi dengan teman sejawat, kira – kira apa yang kurang dalam pembelajaran yang telah penulis laksanakan.

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 69 Pada perbaikan pembelajaran siklus II, diperoleh nilai rata-– rata siswa menjadi 71,05 dengan nilai ketuntasan sebesar 77,14%, penulis menggunakan alat peraga yang tepat dan menarik, menggunakan model pembelajaran yang kooperatif teknikInside – Outside Circle dengan lebih baik. Hal ini ditandai dengan semakin aktifnya siswa di dalam kelompok. Di mana kelompok yang dibentuk betul – betul melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk guru.peneliti juga banyak memberikan motivasi saat pembelajaran berlangsung. Ternyata hasil belajar yang diperoleh pada siklus 2 cukup memuaskan dan semakin banyak siswa tuntas.

Sedangkan pada perbaikan pembelajaran siklus III, nilai rata-rata siswa menjadi 83,95 dengan ketuntasan sebesar 97,37% artinya terjadi peningkatan hasil belajar baik dari jumlah siswa yang tuntas belajar maupun rata – rata siswa. Penulis menggunakan alat peraga yang tepat dan menarik, menggunakan model pembelajaran yang kooperatif teknikInside – Outside Circle dengan percaya diri dan lebih tepat. Hal ini ditandai dengan semakin aktifnya siswa di dalam kelompok. Di mana kelompok yang dibentuk betul – betul melaksanakan tugas sesuai dengan petunjuk guru.peneliti juga banyak memberikan motivasi saat pembelajaran berlangsung. Ternyata hasil belajar yang diperoleh pada siklus III sangat memuaskan dan hampir seluruh siswa tuntas.

Berikut adalah grafik nilai ketuntasan siswa kelas I A SDN 009 pada mata pelajaran matematika

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 70

KESIMPULAN

Dari perbaikan yang telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

• Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi Penjumlahan yang dihadapi oleh siswa kelas I A SD Negeri 009 Balikpapan Barat disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat sehingga tidak menarik perhatian siswa serta kurangnya penguatan yang diberikan oleh guru.

• Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Inside – Outside Circle, siswa lebih terampil dan aktif, sehingga pemahaman, kemampuan dan hasil belajar siswa tentang penjumlahan meningkat dan siswa mampu menjawab soal – soal dan melakukan kegiatan pembelajaran dengan aktif dan kreatif dalam memecahkan masalah yang diberikan guru serta berpikir kritis. • Penggunaan metode kooperatif teknik Inside – Outside Circle dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika kelas I A SD Negeri 009 Balikpapan Barat karena dengan metode ini siswa memiliki tanggung jawab pribadi yang lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Disamping itu siswa bekerja sama dengan sesama siswa lainnya dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi atau meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan, tersebut beberapa hal yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika adalah:

• Hendaknya para guru menggunakan metode belajar yang tepat dan menyenangkan dalam pembelajaran agar prestasi siswa meningkat. • Pembelajaran kooperatif teknik inside-outside circle dapat

diterapkan oleh guru untuk mengembangkan sikap kreatif, kritis, kerja sama, saling menghargai, mengembangkan keterampilan komunikasi dengan orang lain dan yang lebih penting yaitu untuk meningkatkan nilai atau prestasi siswa.

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 71 • Memberikan latihan–latihan dengan membuat siswa tertarik dalam mmengerjakan latihan-latihan tersebut, agar siswa lebih terampil khususnya dalam belajar matematika berhitung.

• Memberikan motivasi dan perhatian yang lebih kepada siswa, sehingga siswa merasa lebih dekat dan akrab supaya tidak ada lagi siswa yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan baginya.

• Hendaknya para guru selalu melakukan hal-hal yang baru dan memperbaharui metode dan model pembelajarannya sehingga siswa tidak merasa bosan, takut dan tidak aktif dalam pembelajaran. • Hendaknya para guru aktif dalam Kelompok Kerja Guru, agar

tercipta keaktifan bertukar pikiran dan pengalaman yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.

• Menjalin kerja sama yang baik dengan orang tua siswa demi kemajuan dan prestasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional,2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.Jakarta : Depdiknas

Dimyati,Mudjiono,2006.Belajar dan Pembelajaran,Jakarta : PT.Adi Mahasatya

Heryanto dan H.M Akib Akhmid.2004.Statistik Dasar. Jakarta : Universitas Terbuka

Ibrahim, Muslimin, dkk 2006.Pembelajaran Kooperatif, Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press

Igak Wardhani,dkk. 2007 Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : Universitas Terbuka

Khafid M.Suyati.2007.Pelajaran Matematika 5 B.Jakarta : Erlangga Priatna,Nanang.2007.Saya Ingin Pintar Matematika 5. Bandung :

Grafindo Media Pratama

Trianto.2007.Model Pembelajaran Terpadu (Dalam Teori dan Parktis). Jakarta : Prestasi Pustaka

Trianto.2007.Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka

Djamilah,2012. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pecahan Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw di Kelas V SD Negeri 004 Balikpapan

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 72

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 73 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN PADA MATERI

KEBEBASAN BERORGANISASI MELALUI MODEL