• Tidak ada hasil yang ditemukan

Varden Zarden 19O:1O8) mengemukakan bahwa penguatan atau reinforcement adalah suatu kejadian atau peristiwa yang memungkinkan akan memperkkuat suatu respon tertentu. Sprinthal (1977:296) mendefinisikan penguatan atau reinforcement sebagai suatu yang meninjau terhadap peningkatan kemungkinan berulangnya atau munculnya kembali suatu respon. Sedangkan Dali Gulo (1982:245) Menyatakan bahwa penguatan atau reinforcement tindakan memperkuat dnegan menambah sesuatu, atau setiap keadaan yang memperbesar kemungkinan suatu respon tertentu akan muncul kembalai dalam situasi yang sama.

Dengan berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa penguat adalah suatu stimulus (rangsang) yang memperkuat dan mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki, baik sifatnya memperkuat agar sesuatu tingkah laku tetap dilakukan (disebut

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 132

dengan penguat positif) maupun memperkuat agar sesuatu tingkah laku itu tidak dilakukan lagi (disebut penguat negatif).

Sifat-sifat Penguatan

Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa penguatan atau reinforcement dapat mempunyai nilai positif maupun negatif. Dengan penguatan yang positif diartikan suatu keadaan dimana organisme berusaha untuk mengadakan suatu pendekatan atau mencapai sesuatu. Penguatan negatif dapat diartikan suatu keaadaan dimana organisme berusahu untuk mengurangi atau mengurangi suatu stimulus (Walker, 1973:103)

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini menggunakan model siklus menurut Mc Taggart dalam Basuki Wibowo (2003 : 17). Dalam hal ini peneliti menggunakan dua siklus. Adapun tahap setiap siklusnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Untuk lebih jelasnya proses analisis interaktif digambarkan dengan skema H.B. Sutopo (1996 : 87), sebagai berikut:

Gambar 2: Proses Analisis Interaktif

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Setiap siklus terdiri dari empat langkah, sebagai berikut:

1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.(tindakan) 2. Melakukan rencana. (tindakan)

3. Observasi, yaitu melakukan pengamatan terhadap proses dan hasil tindakan.

4. Refleksi, yaitu membandingkan keadaan antara silus dan sesudah tindakan.

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 133 Tabel 1: Data Frekuensi Nilai Matematika Kelas III-C Sekolah Dasar Negeri 006 Balikpapan Selatan Sebelum Tindakan

Tabel 2: Data Frekuensi Nilai Matematika Kelas III-C SD Negeri 006 Balikpapan Selatan Siklus I

0 1 2 3 4 5 6 7 9,1 – 10,0 8,1 – 9,0 7,1 – 8,0 6,1 – 7,0 5,1 – 6,0 4,1 – 5,0 3,1 – 4,0 2,1 – 3,0 Frekuensi

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 134

Agar memenuhi standar nilai yang diharapkan oleh peneliti maka dilanjutkan pada siklus II yang bertujuan siswa benar-benar menguasai pelajaran Matematika khususnya pada materi mencari luas pada permukaan nilai tempat serta operasi penjumlahan dan pengurangan.

Data frekuensi nilai Matematika siswa kelas III-C SD Negeri 006 Balikpapan Selatan pada siklus I tersebut dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :

Gambar 5. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas III-C SD Negeri 006 Balikpapan Selatan Siklus I

Agar lebih jelasnya untuk data hasil penilaian prestasi belajar Matematika siswa kelas III-C Sekolah Dasar Negeri 006 Balikpapan Selatan siklus II dapat terlihat pada tabel 3, sebagai berikut :

Tabel 3: Data Frekuensi Nilai Matematika Kelas III-C SD Negeri 006 Balikpapan Selatan Siklus II

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 135 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II ternyata pembelajaran Matematika pada pemberian penguatan positif mengalami peningkatan yang berarti. Dari jumlah keseluruhan siswa yang memperoleh nilai di atas 6,00 sebanyak 22 siswa atau 95,65% dan hanya 1 siswa yang memperoleh nilai di bawah 6,00 atau 4,35% yang memperoleh nilai di bawah cukup.

Untuk perinciannya siswa yang mendapat nilai istimewa 8 siswa, baik sekali 7 siswa baik 4 siswa, lebih dari cukup 6 siswa, cukup 1 siswa.

Karena pada siklus II rata-ratanya sudah memenuhi standart yang diharapkan yaitu 7,92 maka oleh peneliti tidak dilanjutkan pada siklus selanjutnya. Bagi siswa yang belum mencapai nilai yang diharapkan diberikan perbaikan dan bagi siswa yang sudah mencapai nilai yang diharapkan diberikan penguatan sehingga siswa akan lebih giat belajar.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik nilai Matematika pada pemberian penguatan positif berikut ini :

Gambar 6. Grafik Nilai Matematika Siswa Kelas III-C SD Negeri 006 Balikpapan Selatan Siklus II

Secara lebih rinci perkembangan prestasi belajar Matematika siswa kelas III-C SD Negeri 006 Balikpapan Selatan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel Rekapitulasi Nilai Rata-rata Sesudah Tindakan Kelas Mata Pelajaran Matematika Sebelum dan Siklus I

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 136

Tabel Persentase Siswa yang Memperoleh Nilai Lebih dari Sama dengan 6,00 Sebelum dan Sesudah Siklus I

Dari tabel 4 dan 5 dapat dilihat bahwa pembelajaran Matematika dilaksanakan pada siklus I pada pemberian penguatan positif sudah menunjukkan peningkatan prestasi, namun peningkatan tersebut belum sesuai yang diharapkan peneliti. Dengan demikian penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan materi yang sama.

Setelah dilaksanakan tindakan untuk pembelajaran Matematika dengan menggunakan penguatan positif pada siklus II terlihat adanya perkembangan prestasi belajar Matematika dari siklus I.

Tabel 6. Nilai Rata-rata Kelas Mata Pelajaran Matematika Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus II

Selanjutnya dari perhitungan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata pada siklus II, dapat peneliti paparkan dalam tabel berikut:

Tabel 7. Persentase Siswa yang Memperoleh Nilai Lebih dari Sama dengan 6,00 Sebelum dan Sesudah Siklus II

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 137 Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran Matematika pemberian penguatan positif dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas III-C SD Negeri 006 Balikpapan Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus, dengan menerapkan pembelajaran Matematika melalui penggunaan penguatan positif pada siswa kelas III-C Sekolah Dasar Negeri 006 Balikpapan Selatan dapat diketahui bahwa: Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya, artinya bahan pembelajaran Matematika dengan materi nilai tempat serta operasi penjumlahan dan pengurangan indikator melakukan operasi penjumlahan tanpa menyimpan dan dengan menyimpan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III-C Sekolah Dasar Negeri 006 Balikpapan Selatan Tahun Pelajaran 2010/2011. Dengan demikian pembelajaran Matematika dengan materi nilai tempat serta operasi penjumlahan dan pengurangan yang dilaksanakan pada siswa kelas III-C dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka ada beberapa saran untuk dipertimbangkan dan sekaligus untuk meningkatkan prestasi belajar siswa serta sekaligus sebagai penutup dalam penelitian ini, meliputi bagi sekolah, bagi guru, bagi siswa, dan bagi orang tua.

1. Kepada Guru

Hendaknya mempersiapkan secara cermat dan tepat perangkat pendukung pembelajaran Matematika dan fasilitas belajar khususnya penguatan positif. Karena penguatan positif sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pembelajaran yang pada akhirnya berpengaruh pada proses dan prestasi belajar siswa.

2. Kepada Siswa

Siswa hendaknya ikut serta berperan aktif dalam proses pembelajaran dan selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 138

oleh guru serta meningkatkan usaha belajarnya, sehingga akan memperoleh hasil atau prestasi yang optimal.

3. Kepada Orang Tua

Peran serta dan perhatian orang tua sangat menentukan keberhasilan pendidikan siswa, sebab waktu yang paling banyak adalah di rumah. Oleh karenanya pengawasan siswa di rumah lebih banyak daripada di sekolah. Pendidikan akan berhasil apabila ada kerjasama antara orang tua dan guru. Bimbingan orang tua di rumah sangat berarti dalam kemajuan belajar siswa, tanpa bantuan orang tua, pendidikan anak tidak optimal

DAFTAR PUSTAKA

Arif S. Sadiman, dkk. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Aristo Rahadi. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud

Basuki Wibowo. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud Depdiknas Kurikulum 2006. Kurikulum Tahun 2006. Jakarta:

Depdikbud

H.B. Sutopo. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University

Muhibin Syah. 2002. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Rosda Karya.

Mulyani Sumantri. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Maulana Mulyono Abdurrahman. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan

Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Ngalim Purwanto. M. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Oemar Humalik. 1999. Metodologi Pengajaran Ilmu Pendidikan. Bandung: Mandar Maju

Singgih. G. Gunarso. 2000. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Slameto. 2002. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

ST. Negoro B Harahajo. 1998. Ensiklopedia Matematika. Jakarta: Gradia Indonesia

Sutartinah Tirtonegoro. 1998. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bina Aksara

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 139 Suyitno. 2003. Matematika. www.Duniaguru.com

Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional

W.J.S. Poewadarminto. 2002. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 140

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 141 UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS MUTU BELAJAR SISWA MELALUI METODE JIGSAW TENTANG KISAH ABU LAHAB, ABU JAHAL DAN MUSAILAMAH AL-KAZAB PADA

KELAS VI A SDN 003 BALIKPAPAN KOTA TAHUN