• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Oleh karena setiap mata pelajaran / bidang studi mempunyai tugas tersendiri dalam membentuk pribadi siswa, hasil belajar untuk suatu mata pelajaran / bidang studi berbeda dari mata pelajaran / bidang studi lainnya.

Hasil belajar evaluasi adalah hasil belajar yang menunjukkan kemampuan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan pertimbangan yang dimiliki atau kriteria yang digunakan. Ditinjau dari sudut siswa, ada dua sumber kriteria yang dapat digunakan, yaitu kriteria yang dikembangkan sendiri oleh siswa dan kriteria yang diberikan oleh guru. Bloom membagi hasil belajar evaluasi atas pertimbangan yang didasarkan bukti-bukti dari dalam dan berdasarkan kriteria dari luar.

Evaluasi yang didasarkan pada pertimbangan dengan bukti-bukti dari dalam berhubungan dengan masalah-masalah ketepatan alur logika, konsistensi, dan kriteria lainnya. Sedangkan evaluasi dengan pertimbangan kriteria dari luar berkenaan dengan kriteria yang dapat diterima secara universal. Hasil belajar yang didasarkan pada pertimbangan dengan kriteria dari luar menuntut kemampuan siswa untuk menyeleksi atau mengingat kriteria.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2004 : 4). Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya (Hamzah : 2007 : 213 ).

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 76

Kondisi belajar mengajar yang efekif adalah adanya minat perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya, seorang anak menaruh minat dalam bidang kesenian, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian.

Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat siswa, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti motivasi, rasa percaya diri, dan minatnya.

Mengingat pentingnya minat dalam belajar, Ovide Declory (1871-1932) mendasarkan sistem pendidikan pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki oleh setiap orang yaitu minat terhadap makanan, perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah), mempertahankan diri terhadap macam-macam bahaya dan musuh, bekerja sama dalam olah raga (dalam. Mursela dan Usman, M. Uzer, 2005:27).

Metode Pembelajaran Kooperatif Model STAD

Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif mode STAD sebagai berikut :

1. Kelompokkan siswa dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga sampai dengan lima orang. Angota-anggota kelompok dibuat heterogen, meliputi karakteristik kecerdasan, kemampuan, motivasi belajar, jenis wkelamin, ataupun latar belakang etnis yang berbeda. 2. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan presentasi guru dalam

menjelaskan pelajaran berupa paparan masalah, pemberian data, pemberian contoh. Tujuan presntasi adalah untuk mengenalkan konsep dan mendorong rasa ingin tahu siswa.

3. Pemahaman konsep dilakukan dengan cara siswa diberi tugas-tugas kelompok Mereka boleh mengerjakan tugas-tgas tersebut secaraa serentak atau saling bergantian menanyakan kepada temannya yang lain atau mendiskusikan masalah dalam kelompok atau apa saja untuk menguasai materi pelajaran tersebut. Para siswa tidak hanya dituntut untuk mengisi lembar jawaban, tapi juga untuk mempelajari konsepnya. Anggota kelompok diberitahu bahwa mereka dianggap

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 77 belum selesai mempelajari materi sampai semua anggota kelompok memahami materi pelajaran tersebut.

4. Siswa diberi tes atau kuis individual dan teman sekelompoknya tidak boleh menolong satu sama lain. Tes individual ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa diberikan soal yang dapat diselesaikan dengancara menerapkan konsep yang dimiliki sebelumnya.

5. Hasil tes atau kuis selanjutnya dibandingkan dengan rata-rata sebelumnya dan poin akan diberikan berdasarkan tingkat keberhasilan siswa mencapai atau melebihi kinerja sebelumnya. Poin ini selanjutnya dijumlahkan untuk membentuk skor kelompok. 6. Setelah itu guru memberikan penghargan kepada kelompok yang terbaik prestasinya atau yang telah memenuhi kriteria tertentu. Penghargaan disini dapat berupa hadiah, sertifikat, dan lain-lain. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Menurut Sukidin dkk. (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan sosial eksperimental.

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD Negeri 009 Balikpapan Barat, kelas VB tahun pelajaran 2015/2016.

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari semester genap tahun ajaran 2015/2016.

Prasiklus : awal Januari 2016 Siklus I : 11 Januari 2016 Siklus II : 22 Januari 2016

Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas VB SD Negeri 009 Balikpapan Barat Tahun Pelajaran 2015/2016 pada Kompetensi Dasar : “Memahami Kebebasan Berorganisasi”

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 78

Jumlah Siswa Putra : 18 orang siswa Jumlah Siswa Putri : 16 orang siswa

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah: (1) Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang telah diberikan dalam waktu tertentu; (2) Untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai; dan (3) Untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharismi, 2002: 19). Sedangkan tujuan dari tes adalah untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secaraa individual maupun secara klasikal.

HASIL PENELITIAN

Aktivitas guru yang paling dominan pada siklus I adalah membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, yaitu 13,3 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah memberi umpan balik/ evaluasi, dan menjelaskan materi yang sulit yaitu masing-masing sebesar 20 %. Sedangkan aktivitas siswa yang paling dominan adalah mengerjakan/ memperhatikan penjelasan guru yaitu 12,2 %. Aktivitas lain yang presentasinya cukup besar adalah diskusi antara siswa/ antara siswa dengan guru, dan membaca buku yaitu masing-masing 12,8 %.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.

1. Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. 2. Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan

menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan

3. Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.

Aktivitas guru yang paling dominan pada siklus II adalah menyampaikan tujuan, memotivasi siswa, menyampaikan materi/ langkah-langkah/strategi, menjelaskan materi yang sulit, meminta siswa menyajikan dan mendiskusikan hasil kegiatan, dan memberikan umpan balik yaitu 12,2 %, sedangkan mengaitkan dalam pelajaran sebelumnya sebesar 8,16 %, membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 79 konsep sebesar 10,2 %, serta membimbing siswa merangkum pelajaran sebesar 10 %.

Ketuntasan hasil belajar siswa

Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahawa metode pembelajaran kooperatif model STAD memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I dan Siklus II yaitu masing-masing 73,71% dan 85,71%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Sehingga penelitian tidak dilanjutkan ke siklus III.

GRAFIK KETUNTASAN BELAJAR KELAS VB

Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan anlisis data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan mennerapkan metode pembelajaran kooperatif model STAD dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasakan analisi data, diperoleh aktifitas siswa dalam proses pembelajaran PKn pada pokok bahasan “Kebebasan Berorganisasi” dengan metode pembelajaran kooperatif model STAD yang paling dominan adalah bekerja dengan sesama anggota kelompok, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktifitas siswa dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktifitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah kegiatan belajar mengajar dan menerapkan pengajaran konstektual model pengajaran berbasis masalah

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 80

dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul, diantaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana persentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dapat disimpulkan sebagai berikut. c. Model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement

Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas VB SD Negeri 009 Balikpapan Barat, khususnya pada kompetensi dasar kebebasan berorganisasi

d. Model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) pada kompetensi dasar kebebasan berorganisasi pada siswa kelas VB SD Negeri 009 Balikpapan Barat dilakukan dengan cara guru mengelompokkan siswa dan menjelaskan materi organisasi, memberikan tugas kelompok untuk memantapkan pemahaman siswa, memberi tes individual kepada siswa, memberikan penghargaan pada siswa yang mendapat nilai terbaik e. Setelah diadakan tindakan kelas pemahan siswa semakin baik, hal

tersebut dapat dilihat dari ketuntasan siswa yaitu pada siklus 1 ketuntasan hanya mencapai 57,14 sedangkan pada siklus 2 ketuntasan mengalami peningkatan signifikan sebesar 94,29%. Sedangkan nilai rata-rata siswa kelas VB pada siklus 1 adalah 73,71 dan siklus 2 meningkat menjadi 85,71.

SARAN

1. Bagi guru yang akan melaksanakan pembelajaran hendaknya terlebih dahulu menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalam merancang pembelajaran, guru hendaknya mempertimbangkan:

a. materi yang akan diajarkan b. karakteristik siswa

c. menentukan strategi dan model pembelajaran yang akan diterapkan.

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 81 2. Guru yang akan menerapkan model pembelajaran STAD hendaknya dilakukan telaah terlebih dahulu agar menghasilkan strategi pembelajaran yang berbeda dan lebih inovatif.

3. Guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan cara menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi, ditunjang dengan alat peraga dan media pembelajaran untuk memotivasi dan menumbuhkan minat belajar siswa.

4. Siswa harus rajin membaca buku-buku referensi agar memiliki perbendaharaan kata yang banyak sehingga lebih mudah dalam membuat karya tulis. Perbendaharaan kata sangat mempengaruhi keterampilan menulis.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon .

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta.

Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha Nasional.

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.

Djamarah,Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Putra.

Felder, Richad M. 1994. Cooperative Learning In The Technical Corse, (online), (Pcll\d\My% Document\Coop % 20 Report.

Hadi, Sutrisno. 1982. metodologi research, jilid I.yogayakarta: yp. Fak. Psikologi UGM.

Hasibuan, JJ. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universiats Press.

Nur,Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Surabaya. University Press.

Universitas Negeri Srabaya.

Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya University Negeri.

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 82

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 83 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BIDANG STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MATERI HIDUP RUKUN DAN TOLONG MENOLONG