• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISWA KELAS IV A SDN 009 BALIKPAPAN BARAT TAHUN PELAJARAN 2014 – 2015

Najemiah

Guru IPA SDN 009 Balikpapan Barat Abstrak

Berdasarkan kurikulum 2004 maka peneliti ingin mengembangkan pembelajaran yang PAKEMI (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan dan Inovatif). Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah “Apakah penerapan model induktif dalam pembelajaran IPA yang dipandu dengan perangkat pembelajaran dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar IPA di SD?” Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran sains SD model induktif dan untuk mengetahui penerapan model induktif dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar IPA di SD.

Pendekatan Induktif dalam pembelajaran IPA memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II dan III) yaitu masing-masing 44,44%, 75,00% dan 100,00%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan induktif dengan teori konstruktivisme dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 52

Penerapan teori konstruktivisme dengan metode induktif mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pendekatan Induktif sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Kata Kunci: model induktif, teori konstruktivisme PENDAHULUAN

Pembelajaran IPA menurut Kurikulum 2004 harus mengikuti rambu-rambu berikut ini : (1) Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa; (2) Pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah; (3) Pembelajaran IPA dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan seperti pengamatan, pengujian atau penelitian, diskusi, penggalian informasi mandiri melalui tugas baca, wawancara nara sumber, simulasi atau bermain peran, nyanyian, demonstrasi atau peragaan model.

Berdasarkan kurikulum 2004 maka peneliti ingin mengembangkan pembelajaran yang PAKEMI (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan dan Inovatif). Sehingga peneliti mengambil judul“Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Pembelajaran IPA Model Induktif Dengan Teori Konstruktivisme Siswa Kelas IV A SD Negeri 009 Balikpapan Barat Tahun Pelajaran 2014 – 2015”.

Subjek penelitian yaitu siswa kelas IV SDN 009 Balikpapan Barat dengan waktu penelitian yang dilakukan pada Semester 2 tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan desain PTK yang dilakukan secara 4 tahap.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini diajukan rumusan masalah:Apakah penerapan model induktif dalam pembelajaran IPA yang dipandu dengan perangkat pembelajaran dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar IPA di SD?

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 53 Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan perangkat pembelajaran sains SD model induktif dan untuk mengetahui penerapan model induktif dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar IPA di SD.

Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat seperti berikut ini:

1. Dihasilkan perangkat pembelajaran IPA model induktif yang terdiri atas, Rencana Pembelajaran, Buku Siswa, Buku Kegiatan Siswa, Tes Keterampilan Proses, dan Tes Produk yang dapat digunakan langsung oleh guru untuk mengajar topik yang sama.

2. Jika model induktif dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA, maka model ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran IPA di SD.

3. Memberi kemudahan bagi guru SD dalam mengajar IPA dengan ketersediaan perangkat pembelajaran.

Mengingat keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti dalam hal biaya, waktu, dan kemampuan, maka pelaksanaan penelitian ini akan dibatasi dengan menggunakan subjek penelitian yaitu siswa kelas IV SDN 009 Balikpapan Barat dengan waktu penelitian yang dilakukan pada Semester 2 tahun pelajaran 2014/2015, Siklus I dilaksanakan padahari rabu, tanggal 7 Januari 2015, Siklus 2 dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 28 januari 2015. Sedangkan Siklus 3 dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2015.

KAJIAN PUSTAKA

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Menurut Kurikulum 2004, dalam pembelajaran IPA pemberian pengalaman langsung sangat ditekankan melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah (Diknas, 2003).

Model Induktif

Menurut Sagala (2010:77) langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu: (a) Memilih dan menentukan bagian dari pengetahuan (konsep, aturan umum, prinsip dan sebagainya) sebagai pokok bahasan yang akan diajarkan; (b) Menyajikan contoh-contoh spesifik dari konsep, prinsip

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 54

atau aturan umum itu sehingga memungkinkan siswa menyusun hipotesis (jawaban sementara) yang bersifat umum; (c) Kemudian bukti-bukti disajikan dalam bentuk contoh tambahan dengan tujuan membenarkan atau menyangkal hipotesis yang dibuat siswa; dan (d) Kemudian disusun pernyataan tentang kesimpulan misalnya berupa aturan umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah tersebut, baik dilakukan oleh guru atau oleh siswa.

Teori Belajar Konstruktivis yang Melandasi Model Induktif

Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa belajar melibatkan konstruksi pengetahuan saat pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan terdahulu. Secara garis besar prinsip-prinsip konstruktivis adalah a. pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara individu maupun sosial; b. pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar; c.siswa aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah; d. guru sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan mulus. (Suparno, 1997: 49)

Model Induktif Menekankan pada Keterampilan Berpikir Siswa Salah satu tujuan digunakannya model induktif dalam pembelajaran adalah untuk mengembangkan keterampilan berpikir siswa. Dalam setiap pengajaran, guru menyarankan siswa mereka berpikir dengan cara seperti berikut: a) Guru dalam mengajar menekankan perbandingan, ini salah satu yang terpenting dan fundamental dalam keterampilan berpikir; b) Meminta siswa untuk mengidentifikasikan sifat-sifat objek secara verbal, menyatakan hukum atau aturan, menemukan pola dan generalisasi; c) Dalam setiap kasus, siswa dituntut untuk menggunakan informasi yang mereka ketahui dalam konteks realistis.

Kerangka Berpikir

Belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan tingkah laku dari pembelajar baik aktual maupun potensial. Sedangkan mengajar merupakan suatu proses pengaturan dan pengorganisasian

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 55 lingkungan sekitar siswa yang dapat mendorong dan menumbuhkan minat siswa untuk belajar. Model induktif merupakan suatu model pembelajaran yang berdasarkan prinsip konstruktivisme, yaitu suatu pandangan yang menyatakan bahwa siswa membangun pemahaman mereka sendiri tentang segala sesuatu.

Penerapan model pembelajaran induktif dalam pelajaran IlmuPengetahuanAlam, akan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran karena selama proses pembelajaran siswa dituntut untuk melakukan pengamatan terhadap contoh-contoh yang diberikan oleh guru untuk menemukan karakteristik dari suatu konsep, mencatat data hasil pengamatan, mendiskusikan hasil pengamatan sampai diperoleh suatu simpulan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertempat di SDN 009 Balikpapan Barat kelas IV semester 2 tahun Pelajaran 2014 – 2015. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2015 semester genap Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas IV A SDN 009 Balikpapan Barat sejumlah 36 orang, sejumlah 19 orang siswa putra dan 17 orang siswa putri.

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya.Observasi dibagi dalam tiga siklus, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam tiga siklus dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Rencana Pelajaran (RP)

2. Lembar Kegiatan Siswa

3. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar 4. Tes formatif

Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode pembelajaran model Induktif dengan teori Konstruktivisme, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 56

P : Σ X

Σ N = Nilai rata-rata

Keterangan: Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar P = Jumlah Nilai siswa tuntas

Jumlah Skor maksimal Ideal x 100 % Keterangan:

P = Persentase Ketuntasan Belajar

HASIL PENELITIAN

Analisis Data Penelitian Persiklus Siklus I

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 7 Januari 2015 di kelas IV dengan jumlah siswa 36 siswa.Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun rekapitulasi hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I

Dari tabel 1 di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pendekatan induktif pada pembelajaran IPA diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 64,72 dan ketuntasan belajar baru mencapai 44,44% atau ada 16 siswa dari 36 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 44,44% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85,90%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 57 baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan pendekatan induktif pada teori konstruktivisme. Karena hasil yang dicapai belum seperti yang diharapkan penulis maka diadakan kembali penelitian dengan melakukan Siklus II.

Siklus II

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada Rabu, tanggal 28Januari 2015 di kelas IV dengan jumlah siswa 36 siswa. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II Adapun rekapitulasi hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II

Berdasarkan tabel 2 diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 71,39 dan dari 36 siswa yang telah tuntas sebanyak 27 siswa dan 9 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 75,00% (termasuk kategori Belum Tuntas). Namun hasil pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan Induktif sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus II ini ketuntasan secara klasikal belum tercapai, sehingga penelitian ini dilanjutkan kembali pada siklus III.

Siklus III

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 Februari 2015 di kelas IV dengan jumlah siswa 36 siswa. Adapun proses belajar mengajar

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 58

mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III. Adapun rekapitulasi hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III

Berdasarkan tabel 3 diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 83,89 dan dari 36 siswa yang telah tuntas sebanyak 36 siswa. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 100% termasuk kategori Tuntas. Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan Induktif sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus III.

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pendekatan Induktif dalam pembelajaran IPA memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II dan III) yaitu masing-masing 44,44%, 75,00% dan 100,00%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan pendekatan induktif dengan teori konstruktivisme dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA materi Energi Alternatif yang paling dominan adalah

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 59 bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah pembelajaran pendekatan induktif dengan teori konstruktivisme dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing danmengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

KESIMPULAN

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan metode induktif dengan teori konstruktivisme memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I sebesar 44,44%, siklus II sebesar 75,00% dan siklus III sebesar 100%.

2. Penerapan teori konstruktivisme dengan metode induktif mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukkan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan pendekatan Induktif sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

SARAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal, maka disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan induktif dengan menggunakan teori konstruktivisme memerlukan persiapan yang cukup matang,

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 60

sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pendekatan ini dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1994. Kurikulum IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud. Diknas. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Diknas.

Eggen, D.D & Kauchak, D.P. 1996. Strategies for Teacher. Boston:Allyn and Bacon

Sudjana, N. 1988. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

(BORNEO, Edisi Khusus Nomor 7, Mei 2016) 61 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PADA OPERASI PENJUMLAHAN MELALUI