• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DI SMA NEGERI 4 SUNGAI RAYA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DI SMA NEGERI 4 SUNGAI RAYA SKRIPSI"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

DI SMA NEGERI 4 SUNGAI RAYA

SKRIPSI

oleh :

WIJI TRI UTARI

NPM. 131620161

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

(2)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

DI SMA NEGERI 4 SUNGAI RAYA

SKRIPSI

Oleh :

WIJI TRI UTARI

NPM. 131620161

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Pada Program Studi

Pendidikan Kimia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS)

PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

DI SMA NEGERI 4 SUNGAI RAYA

SKRIPSI

Tanggung Jawab Yuridis Pada

WIJI TRI UTARI

NPM: 131620161

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Raudhatul Fadhilah, S.Pd, M.Si Fitriani, S.Si, M.Si, M.Sc

NIDN. 1127028801 NIDN. 1128078101

Disahkan

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak

(4)

LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Wiji Tri Utari

NPM : 131620161

Program Studi : Pendidikan Kimia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Larutan Penyangga di SMA Negeri 4 Sungai Raya

Skripsi ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak pada :

Hari : Senin

Tanggal : 07 Agustus 2017

Tim Penguji

Nama Tanda Tangan

1. Raudhatul Fadhilah, S.Pd, M.Si

Ketua ………...

2. Fitriani, S.Si, M.Si, M.Sc

Sekretaris ………...

3. Dini Hadiarti, M.Sc

Penguji I ………...

4. Tuti Kurniati, S.Pd, M.Si

Penguji II ………...

5. Raudhatul Fadhilah, S.Pd, M.Si

Pembimbing I ………...

6. Fitriani, S.Si, M.Si, M.Sc

(5)

i

NPM : 131620161

Program Studi : Pendidikan Kimia

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul

“PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA DI SMA NEGERI 4 SUNGAI RAYA” adalah hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan yang tidak sesuai dengan etika keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung segala resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan pelanggaran terhadap etika keilmuan atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Pontianak, 07 September 2017 Peneliti

(6)

ii

MOTTO

Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu

telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

urusan yang lain dan hanya kepada Allah lah hendaknya kamu berharap.”

(QS. Al-Insyirah: 6-8)

“Sesungguhnya jika kamu

bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)

kepadamu.”

(QS. Ibrahim: 7)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali

kaum itu sendiri yang mengubah apa-

apa yang pada diri mereka.”

(QS. Ar-Rad: 11)

(7)

iii

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmaanirrahim.

Dengan Rahmat Allah Swt yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Saya persembahkan karya ini untuk…

Ibunda tercinta yang selalu memberikan limpahan doa dan kasih sayang serta motivasi yang tak terhingga. Terima kasih telah menjadi Ibu yang kuat dan selalu setia

menemani dalam kondisi apapun.

Ayahanda tersayang yang telah tiada, semoga engkau selalu berada dalam kedamaian di tempat terindah-Nya.

Kedua kakakku yang selalu memberi semangat dan motivasi. Terima kasih telah menjadi kakak yang baik dan selalu mengayomi adik bungsu kalian ini.

Sahabat-sahabatku (1000 squad ; Fidza, Lya & Eno) yang terkasih nan tercinta, terima kasih banyak atas dukungan serta canda tawa yang selalu kalian berikan. Semoga dimasa depan kita akan menjadi insan-insan yang sukses selalu baik di dunia maupun di akhirat dan semoga hubungan baik kita selalu terjaga. Amin.

Teman-teman Pendidikan Kimia Angkatan 2013 senasib sepenanggungan, terima kasih atas segalanya sehingga membuat hari-hari semasa kuliah lebih berarti.

Dosen-dosen Pendidikan Kimia yang telah memberikan ilmu yang berguna dan bermakna dalam hidup saya.

(8)

iv ABSTRAK

WIJI TRI UTARI. 131620161. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Larutan Penyangga di SMA Negeri 4 Sungai Raya. Dibimbing oleh RAUDHATUL FADHILAH, S.Pd, M.Si dan FITRIANI, S.Si, M.Si, M.Sc.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh bahan ajar yang digunakan untuk membimbing siswa dalam kegiatan praktikum belum tersedia khususnya pada materi larutan penyangga. Penelitian ini bertujuan menghasilkan LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Larutan Penyangga di SMA Negeri 4 Sungai Raya yang valid, praktis dan efektif. Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pengembangan Borg & Gall. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi tidak langsung dan teknik pengukuran. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar angket dan soal tes hasil belajar. Hasil analisis menunjukkan bahwa LKS Praktikum Berbasis Inkuiri terbimbing yang dikembangkan valid dengan kriteria kevalidan sangat tinggi sebesar 1,00. Hasil uji coba lapangan awal diperoleh kepraktisan dan keefektifan masing-masing sebesar 83,71% dan 77,78%. Hasil uji coba lapangan utama diperoleh kepraktisan dan keefektifan masing-masing sebesar 85,65% dan 76,47%. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan dan keefektifan sehingga dapat digunakan dalam proses pembelajaran.

(9)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, semesta alam yang memegang kekuasaan di bumi dan di langit. Allah yang senantiasa mencurahkan kasih sayang-Nya kepada seluruh umat manusia di hamparan dunia ini, shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya yang dengan sepenuh jiwa, raga, dan hartanya senantiasa istiqomah memegang teguh yang mulia ini.

Alhamdulillahirobbil’alamin, atas ridha Allah semata penulis akhirnya mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Larutan

Penyangga di SMA Negeri 4 Sungai Raya”. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Arif Didik Kurniawan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak yang telah memberikan pengarahan, dorongan, dan motivasi.

2. Dedeh Kurniasih, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberikan dorongan dan motivasi dalam penyusunan skripsi. 3. Raudhatul Fadhilah, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing 1 dan Fitriani,

S.Si, M.Si, M.Sc selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah memberikan pengarahan, dorongan dan motivasi.

4. Dini Hadiarti, M.Sc selaku Dosen Penguji 1 dan Tuti Kurniati S.Pd, M.Pd selaku Dosen Penguji 2 yang telah memberikan masukan dan arahan yang berguna untuk memperbaiki skripsi ini.

5. Aisyah, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 4 Sungai Raya yang telah memberikan izin penelitian ini.

(10)

vi pengarahan, dan motivasi.

7. Ibunda, kedua kakakku dan semua keluarga yang telah memberikan doa yang tulus, semangat, bimbingan, dan motivasi yang sangat luar biasa tanpa henti-hentinya.

8. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak khususnya angkatan 2013 yang telah banyak memberikan dukungan, bantuan, motivasi dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan sehingga apabila di dalam skripsi ini terdapat kesalahan, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan untuk kita semua.

Pontianak, 07 September 2017

(11)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... i

MOTTO ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ...x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR PERSAMAAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...7

E. Definisi Operasional ...7

1. Penelitian dan pengembangan ...7

2. LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing ...8

3. Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry) ...9

4. Materi Larutan Penyangga ...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...11

A. Penelitian Dan Pengembangan ...11

B. Pengembangan Bahan Ajar...13

1. Pengertian Bahan Ajar ...13

2. Jenis-jenis Bahan Ajar ...13

3. Fungsi dan Tujuan Bahan Ajar ...13

4. Kualitas Pengembangan Bahan Ajar...14

(12)

viii

D. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ...18

1. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing ...18

2. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing ...19

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ...20

E. Materi Larutan Penyangga ...21

1. Sifat Larutan Penyangga ...21

2. Komponen Larutan Penyangga ...22

3. pH Larutan Penyangga ...23

4. Fungsi Larutan Penyangga ...24

BAB III METODE PENELITIAN ...26

A. Bentuk Penelitian ...26

B. Subjek Penelitian ...26

C. Prosedur Penelitian ...27

D. Teknik Dan Alat Pengumpul Data ...32

1. Teknik Komunikasi Tidak Langsung ...32

2. Teknik Observasi ...32

3. Teknik Pengukuran ...32

E. Analisis Data ...33

1. Analisis Kevalidan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing ...33

2. Analisis Kepraktisan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing ...35

3. Analisis Keefektifan LKS Berbasis Inkuiri Terbimbing ...37

4. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran ...37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...38

A. Penelitian dan Pengumpulan Data Awal ...38

B. Perencanaan ...41

C. Pengembangan Draft Produk ...42

D. Uji Coba Lapangan Awal ...53

E. Revisi Produk Hasil Uji Coba Lapangan Awal ...55

F. Uji Coba Lapangan Utama ...57

(13)

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...62

A. Kesimpulan ...62

B. Saran ...62

(14)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Persentase Nilai Ulangan Harian Kimia ... 2

Tabel 3.1 Rekapitulasi Validitas Instrumen Penelitian ... 34

Tabel 3.2 Tabulasi Silang ... 34

Tabel 3.3 Kriteria Kevalidan Instrumen Penelitian ... 35

Tabel 3.4 Skor Pilihan Jawaban Angket Respon Siswa ... 36

Tabel 3.5 Kriteria Nilai Respon Siswa ... 36

Tabel 3.6 Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran ... 37

Tabel 4.1 Pengembangan Indikator dan Tujuan Pembelajaran... 42

Tabel 4.2 Rekapitulasi Validasi RPP ... 50

Tabel 4.3 Rekapitulasi Validasi Angket Respon Siswa ... 53

Tabel 4.4 Rekapitulasi Validasi Soal Post-test ... 49

Tabel 4.5 Rekapitulasi Validasi Ahli Materi ... 49

Tabel 4.6 Rekapitulasi Validasi Ahli Media ... 52

Tabel 4.7 Rekapitulasi Validasi Ahli Bahasa ... 52

Tabel 4.8 Data Hasil Analisis Angket Respon Siswa ... 56

(15)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 One-Shot Case Study Design ... 29

Gambar 3.2 One-Shot Case Study Design ... 30

Gambar 3.3 Prosedur Penelitian Pengembangan ... 31

Gambar 4.1 Penambahan Keterangan Gambar Sebelum Revisi ... 48

Gambar 4.2 Penambahan Keterangan Gambar Setelah Revisi ... 49

Gambar 4.3 Penambahan Daftar Isi ... 50

Gambar 4.4 Penambahan Daftar Pustaka ... 50

Gambar 4.5 Penambahan Nomor Halaman... 51

Gambar 4.6 Gambar Air Liur Sebagai Larutan Penyangga Sebelum Revisi ... 51

(16)

xii

DAFTAR PERSAMAAN

Halaman

Persamaan2.1 Reaksi Pembentukan Hidrogen Asetat ... 21

Persamaan2.2 Reaksi Ion Hidrogen ... 21

Persamaan2.3 Reaksi Penguraian Hidrogen Asetat ... 21

Persamaan2.4 Reaksi Pembentukan Molekul Ammonia ... 22

Persamaan2.5 Reaksi Pembentukan Ion Ammonium ... 22

Persamaan2.6 Reaksi Kesetimbangan Disosiasi Asam Lemah ... 22

Persamaan2.7 Tetapan Kesetimbangan Disosiasi Asam Lemah ... 22

Persamaan2.8 Konsentrasi Ion Hidrogen ... 22

Persamaan2.9 Konsentrasi Asam Tak Terdisosiasi ... 22

Persamaan2.10 Konsentrasi Anion ... 23

Persamaan2.11 Konsentrasi Ion Hidrogen ... 23

Persamaan2.12 Perhitungan pH ... 23

Persamaan2.13 Reaksi Kesetimbangan Disosiasi Basa Lemah ... 23

Persamaan2.14 Tetapan Kesetimbangan Disosiasi Basa Lemah ... 23

Persamaan2.15 Hubungan Konsentrasi Basa dan Garam ... 23

Persamaan2.16 Hubungan Konsentrasi Basa dan Garam ... 23

Persamaan2.17 Hasil Kali Ion Air ... 23

Persamaan2.18 Tetapan Kesetimbangan Disosiasi Asam Lemah ... 24

Persamaan2.19 Konsentrasi Ion Hidrogen ... 24

Persamaan2.20 Logaritma Perhitungan pH ... 24

Persamaan2.21 Rumus Perhitungan pH Mengandung Asam Lemah ... 24

Persamaan2.22 Rumus Perhitungan pH Mengandung Asam Lemah ... 24

Persamaan2.23 Rumus Umum Perhitungan pH ... 24

Persamaan2.24 Reaksi Asam Format dan Ion Format ... 24

Persamaan2.25 Perhitungan pH Asam Format dan Ion Format... 24

Persamaan2.26 Reaksi Penambahan Asam ... 25

(17)

xiii

(18)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A Pra-Penelitian

Lampiran A-1 Observasi Pra Penelitian... 68

Lampiran A-2 Hasil Wawancara Guru Kimia ... 70

Lampiran A-3 Daftar Nilai Ulangan Harian ... 71

LAMPIRAN B Instrumen Penelitian Lampiran B-1 Kisi-Kisi Lembar Validasi LKS Praktikum Ahli Materi ... 74

Lampiran B-2 Lembar Validasi LKS Praktikum Ahli Materi ... 75

Lampiran B-3 Kisi-Kisi Lembar Validasi LKS Praktikum Ahli Media ... 76

Lampiran B-4 Lembar Validasi LKS Praktikum Ahli Media ... 77

Lampiran B-5 Kisi-Kisi Lembar Validasi LKS Praktikum Ahli Bahasa ... 78

Lampiran B-6 Lembar Validasi LKS Praktikum Ahli Bahasa ... 79

Lampiran B-7 Lembar Observasi ... 80

Lampiran B-8 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 81

Lampiran B-9 Lembar Validasi RPP ... 89

Lampiran B-10 Kisi-kisi Soal Postest ... 90

Lampiran B-11 Soal Postest ... 91

Lampiran B-12 Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran Soal Postest... 92

Lampiran B-13 Lembar Validasi Soal Postest ... 93

Lampiran B-14 Kisi-kisi Angket Respon Siswa ... 96

Lampiran B-15 Angket Respon Siswa ... 97

Lampiran B-16 Lembar Validasi Angket Respon Siswa ... 98

LAMPIRAN C Hasil Penelitian Lampiran C-1 Hasil Validasi LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Ahli Materi ... 99

(19)

xv

Lampiran C-3 Hasil Validasi LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Ahli Media ... 101 Lampiran C-4 Rekapitulasi dan Perhitungan Hasil Validasi Ahli Media Terhadap

LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing ... 102 Lampiran C-5 Hasil Validasi LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Ahli

Bahasa ... 103 Lampiran C-6 Rekapitulasi dan Perhitungan Hasil Validasi Ahli Bahasa Terhadap

LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing ... 104 Lampiran C-7 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 105 Lampiran C-8 Rekapitulasi dan Perhitungan Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) ... 106 Lampiran C-9 Hasil Validasi Soal Posttest ... 107 Lampiran C-10 Rekapitulasi dan Perhitungan Hasil Validasi Soal Posttest ... 108 Lampiran C-11 Hasil Validasi Angket Respon SiswaTerhadap LKS Praktikum

Berbasis Inkuiri Terbimbing ... 110 Lampiran C-12 Rekapitulasi dan Perhitungan Hasil Validasi Angket Respon

SiswaTerhadap LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing .... 111

Lampiran C-13 Hasil Observasi Pembelajaran Tahap Uji Coba Lapangan Awal ... 112 Lampiran C-14 Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran Tahap Uji Coba

Lapangan Awal ... 113 Lampiran C-15 Hasil Observasi Pembelajaran Tahap Uji Coba Lapangan

Utama ... 115 Lampiran C-16 Rekapitulasi Hasil Observasi Pembelajaran Tahap Uji Coba

Lapangan Utama ... 116 Lampiran C-17 Hasil Angket Respon Siswa Tahap Uji Coba Lapangan Awal .. 118 Lampiran C-18 Analisis Kepraktisan Berdasarkan Angket Respon Siswa Tahap

Uji Coba Lapangan Awal ... 119 Lampiran C-19 Hasil Angket Respon Siswa Tahap Uji Coba Lapangan

(20)

xvi

Lampiran C-20 Analisis Kepraktisan Berdasarkan Angket Respon Siswa Tahap Uji Coba Lapangan Utama ... 121 Lampiran C-21 Hasil Posttest pada Uji Coba Lapangan Awal di Kelas XII IPA

SMA Negeri 4 Sungai Raya ... 122 Lampiran C-22 Analisis Efektifitas Berdasarkan Nilai Ketuntasan Siswa pada Uji

Coba Lapangan Awal ... 123 Lampiran C-23 Hasil Posttest pada Uji Coba Lapangan Utama di Kelas XI IPA

SMA Negeri 4 Sungai Raya ... 124 Lampiran C-24 Analisis Efektifitas Berdasarkan Nilai Ketuntasan Siswa pada Uji Coba Lapangan Utama ... 125 Lampiran C-25 Sampel LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing yang Telah

Digunakan dalam Pembelajaran... 126 Lampiran C-26 LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pegangan Siswa . 131 Lampiran C-27 LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pegangan Guru... 146

LAMPIRAN D Surat-surat Penelitian

Lampiran D-1 Surat Pernyataan Validator ... 161 Lampiran D-2 Surat Izin Penelitian ... 162

LAMPIRAN E Dokumentasi Penelitian

(21)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan experimental science, tidak dapat dipelajari hanya dengan membaca, menulis atau mendengarkan. Mempelajari ilmu kimia bukan hanya menguasai kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip tetapi mengetahui juga suatu proses penemuan dan penguasaan petunjuk atau metode ilmiah (Jahro dan Susilawati, 2009: 20). Realita yang terjadi di sekolah bahwa mata pelajaran kimia dianggap sulit oleh sebagian besar siswa SMA, sehingga banyak dari siswa yang tidak berhasil dalam belajar kimia. Selain itu, ada anggapan bahwa pelajaran kimia merupakan pelajaran yang menakutkan dan membosankan (Yuniasri, 2013: 2). Banyak faktor yang menyebabkan kimia dianggap sebagai pelajaran yang sulit, di antaranya kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep kimia dan banyak konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak (Nazar dkk, 2013: 1).

Faktor penyebab siswa merasa sulit dalam belajar kimia karena kurangnya pemahaman konsep juga dialami oleh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 4 Sungai Raya. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru kimia SMA Negeri 4 Sungai Raya (Lampiran A-2), bahwa kesulitan yang sering dialami siswa adalah penalaran konsep dalam materi pembelajaran kimia, salah satunya pada materi larutan penyangga. Materi larutan penyangga merupakan salah satu materi kimia Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdapat dalam Standar Isi yang termasuk ke dalam Standar Kompetensi 4 dengan Kompetensi Dasar 4.3 yaitu

(22)

Tabel 1.1 Persentase Nilai Ulangan Harian Kimia Materi Asam Basa, Larutan Penyangga dan Hidrolisis Garam XI IPA Tahun Ajaran 2015/2016

SMA Negeri 4 Sungai Raya

Kelas Asam Basa Larutan Penyangga Hidrolisis Garam

T (%) TT (%) T (%) TT (%) T (%) TT (%)

XI IPA 60,23 39,76 21,59 78,40 29,88 70,11

Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa persentase ketuntasan terendah sebesar 21,59% terdapat pada nilai ulangan harian materi larutan penyangga. Hal ini dikarenakan oleh masalah pemahaman konsep yang dialami oleh siswa. Menurut Dwijayanti & Siswaningsih (2005:2), pemahaman konsep siswa dapat ditingkatkan menggunakan metode praktikum, karena pada kegiatan praktikum dapat dikembangkan keterampilan psikomotorik, kognitif, dan juga afektif.

Hasil observasi (Lampiran A-1) menunjukkan bahwa selama ini di SMA Negeri 4 Sungai Raya telah menerapkan metode praktikum pada beberapa materi pelajaran kimia seperti pada materi uji larutan elektrolit, asam-basa, laju reaksi, koloid dan sebagainya. Tetapi metode praktikum belum terlaksana pada materi larutan penyangga. Belum terlaksananya praktikum pada materi larutan penyangga inilah yang dapat menyebabkan kurangnya pemahaman konsep siswa pada materi larutan penyangga. Salah satu kendala belum terlaksananya praktikum pada materi larutan penyangga karena belum tersedianya Lembar Kerja Siswa (LKS) praktikum yang mendukung untuk mengatasi masalah pemahaman konsep siswa pada materi ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru (Lampiran A-2), praktikum yang biasa dilakukan diambil dari buku paket siswa tanpa dimodifikasi terlebih dahulu oleh guru dan bersifat instruksi langsung, sehingga siswa hanya melakukan praktikum sesuai dengan instruksi yang terdapat dalam buku paket tersebut tanpa memikirkan alasan dari pengerjaan yang dilakukan tahap demi tahap.

(23)

pembelajaran yang digunakan sebagai media belajar alternatif yang termasuk media cetak berupa lembaran atau buku berisi materi visual. Padmaningrum (2008: 2) menyatakan bahwa keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik.

Pentingnya LKS dalam proses pembelajaran berkaitan dengan beberapa manfaat dan tujuan yang dimiliki oleh LKS itu sendiri, di antaranya LKS dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, membantu siswa dalam mengembangkan konsep, melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar, sebagai alat bantu guru dan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar, membantu siswa untuk menambah info tentang konsep, membantu siswa memperoleh catatan materi yang dipelajari dalam melakukan kegiatan pembelajaran, dan membantu guru dalam menyusun perangkat pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah juga perlu pengembangan perangkat pembelajaran, salah satunya LKS yang dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dan pedoman pembelajaran, supaya siswa dapat ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar (Afifah, 2015: 2).

Pembelajaran praktikum selain ditunjang dengan ketersediaan alat dan bahan, juga harus ditunjang dengan sumber atau media pembelajaran yang lain. Salah satu sumber dan media pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran praktikum adalah LKS praktikum. Menurut Afifah (2015: 2), LKS dapat menjadi sumber belajar atau media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang. Peran LKS di dalam pembelajaran salah satunya adalah dapat menuntun siswa dalam proses belajar dan mengembangkan kemampuan kerja ilmiahnya. Dalam hal ini, maka penting adanya LKS praktikum dapat mengembangkan serta membantu siswa melakukan kerja ilmiah dalam menemukan konsep pembelajaran yang ingin dicari, sehingga siswa menjadi terbiasa untuk melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah dan kemampuan kerja ilmiahnya dapat meningkat.

(24)

mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya (minds-on). Namun pada umumnya praktikum yang dilakukan belum memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam melakukan percobaan. Akibatnya siswa kurang memahami apa yang dilakukan dan alasannya melakukan praktikum tersebut. Hal ini kurang sesuai dengan karakteristik ilmu kimia sebagai proses, terlebih siswa menjadi kurang termotivasi melakukan kegiatan praktikum. Sehingga diperlukan model pembelajaran inkuiri terbimbing agar pembelajaran dengan metode praktikum yang terpusat pada siswa lebih efektif dalam

membimbing siswa untuk memahami konsep yang diajarkan (Pratiwi, 2013: 2).

Suyanti (2010: 68) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis dan logis sehingga siswa dapat merumuskan penemuannya sendiri. Dalam pembelajaran melalui inkuiri siswa dimotivasi untuk mengembangkan keterampilan proses, sehingga sifat ilmiah siswa seperti menghargai pendapat orang lain, terbuka terhadap gagasan baru, berpikir kritis, jujur dan kreatif dapat terlatih. Pembelajaran berbasis inkuiri di laboratorium terbagi menjadi 5 level, yaitu level 0: konfirmasi,

level ½: inkuiri terstruktur, level 1: inkuiri terbimbing, level 2: inkuiri terbuka,

dan level 3: inkuiri bebas (authentic inquiry). Gormally et al (2011: 45) mengungkapkan bahwa jenis inkuiri yang cocok digunakan untuk tingkat SMA adalah inkuiri terbimbing, dikarenakan inkuiri terbimbing menyediakan lebih banyak arahan untuk para siswa yang belum siap untuk menyelesaikan masalah dengan inkuiri tanpa bantuan karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan atau belum mencapai tingkat perkembangan kognitif yang diperlukan untuk berpikir abstrak. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing siswa memiliki kesempatan untuk menginvestigasi materi baik secara konseptual dan prosedural dengan arahan

berupa pertanyaan dalam LKS. Maka dapat disimpulkan bahwa penting adanya

LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dapat digunakan dalam metode praktikum

untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran.

(25)

kesimpulan. Berdasarkan tahapan-tahapan ini, sangat sesuai bila diterapkan dengan praktikum pada materi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu materi larutan penyangga khususnya pada sub materi sifat-sifat larutan penyangga. Pada sub materi ini berisi tentang konsep dasar mengenai larutan penyangga yang dapat mempertahankan pH larutan. Siswa mengetahui berbagai macam jenis asam, basa dan garam, namun asam atau basa lemah yang direaksikan dengan garamnya dapat mempertahankan pH larutan meski ditambahkan dengan air, asam ataupun basa yang lain. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai sifat larutan penyangga yang dapat mempertahankan pH tidak bisa hanya dengan mengandalkan hafalan, karena sifat larutan penyangga ini merupakan suatu konsep kimia yang bersifat mikroskopik. Oleh karena itu, siswa perlu melakukan eksperimen dan mengamati secara langsung perubahan pH larutan agar dapat memberikan bukti nyata bagi siswa yang bersifat makroskopis sehingga siswa akan mendapatkan pemahaman konsep yang kuat.

Telah terdapat penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Zahara (2013: 75) mengenai pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada subpokok materi hubungan hasil kali kelarutan dan pengendapan. Hasil penelitian pada tahap pengembangan model menunjukkan bahwa keterlaksanaan LKS berbasis inkuiri yang dikembangkan sangat baik dengan persentase sebesar 91,57% yang terdiri dari observasi keterlaksanaan tahapan inkuiri (100%) dan penilaian jawaban siswa terhadap tugas-tugas LKS (83,15%). Penilaian guru terhadap LKS praktikum berbasis inkuiri yang dikembangkan sangat baik dengan persentase penilaian sebesar 85,33% yang terdiri dari penilaian terhadap kesesuaian dengan konsep hubungan hasil kali kelarutan dan pengendapan (86,51%), dan kesesuaian dengan tata bahasa (83,93%). Respon siswa terhadap LKS berbasis inkuiri yang dikembangkan sangat baik dengan persentase sebesar 83,45%. Wulandari (2014: 96) pada penelitiannya mengenai pengembangan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada pokok bahasan sistem koloid melalui pembuatan dan pengujian sabun juga menunjukkan tingkat keterlaksanaan praktikum menggunakan LKS yang dikembangkan tergolong baik sekali (88,32%)

(26)

jawaban siswa terhadap tugas – tugas dalam LKS (77,86%). Adapun respon siswa

terhadap praktikum menggunakan LKS yang dikembangkan tergolong baik

(77,56%). Berdasarkan penilaian guru dan dosen terhadap LKS tergolong baik

sekali (82,29%) yang terdiri dari kesesuaian LKS yang dikembangkan dengan

konsep pembuatan dan pengujian sabun (79,72%) dan kesesuaian LKS dengan

syarat kebahasaan yang digunakan (84,86%).

Uraian yang telah dipaparkan di atas memberikan beberapa temuan masalah yang dapat diangkat oleh peneliti, khususnya pada LKS praktikum larutan penyangga, pelaksanaan praktikum itu sendiri, serta model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dianggap penting untuk pemahaman konsep siswa dalam melaksanakan praktikum. Maka dari itu, peneliti merasa perlu mengembangkan LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kevalidan lembar kerja siswa (LKS) praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga di SMA Negeri 4 Sungai Raya?

2. Bagaimanakah kepraktisan lembar kerja siswa (LKS) praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga di SMA Negeri 4 Sungai Raya?

3. Bagaimanakah keefektifan lembar kerja siswa berbasis (LKS) praktikum inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga di SMA Negeri 4 Sungai Raya?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut :

(27)

2. Mengetahui kepraktisan lembar kerja siswa (LKS) praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga di SMA Negeri 4 Sungai Raya.

3. Mengetahui keefektifan lembar kerja siswa (LKS) praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga di SMA Negeri 4 Sungai Raya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian pengembangan lembar kerja siswa (LKS) praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga di SMA Negeri 4 Sungai Raya adalah sebagai berikut:

1. Bagi pendidik, diharapkan dapat digunakan untuk menambah kreativitas dan motivasi dalam pembelajaran kimia.

2. Bagi peserta didik, diharapkan dapat digunakan untuk menambah motivasi dalam belajar kimia.

3. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

E. Definisi Operasional

1. Penelitian dan pengembangan

Metode penelitian dan pengembangan atau bahasa Inggrisnya Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifitas produk tersebut (Sugiyono, 2016 : 407). Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah LKS (Lembar Kerja Siswa) praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga di SMA Negeri 4 Sungai Raya berdasarkan aspek kelayakan, kevalidan dan keefektifan.

Bahan ajar yang layak digunakan haruslah memenuhi 3 kriteria yaitu valid, praktis, dan efektif yang dinyatakan oleh Nieveen (Putranto, 2015 : 25).

(28)

kevalidan yang meliputi kevalidan isi, kevalidan bahasa, dan kevalidan media. Kevalidan isi dilihat dari cakupan materi, keakuratan materi, dan kesesuaian dengan kompetensi serta pendekatan yang digunakan. Kevalidan bahasa meliputi kesesuaian dengan peserta didik, ketepatan kaidah penulisan, serta kebenaran istilah dan simbol. Kevalidan tampilan meliputi teknik penyajian dan pendukung penyajian. Indikator aspek kevalidan dari LKS berbasis inkuiri terbimbing dapat tercapai bila koefisien validitas LKS lebih dari 0,60 (Nur dkk, 2014: 118).

b. Aspek Kepraktisan (Practically) yang didasarkan pada kemudahan suatu media baik dalam mempersiapkan dan menggunakannya oleh siswa berdasarkan angket respon siswa terhadap media yang dikembangkan (Faroh dkk, 2014: 101). LKS yang dikembangkan dikatakan praktis jika rata-rata

respon siswa lebih dari ≥ 60% atau interpretasi kepraktisan menunjukkan

tinggi atau sangat tinggi (Prasetyo, 2012: 3).

c. Aspek Keefektifan (Effectiveness) didasarkan pada ketuntasan hasil belajar siswa. LKS berbasis inkuiri terbimbing dikatakan efektif jika setelah dilakukan pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing, siswa

tuntas secara klasikal dengan presentase ≥ 65% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut (Astuti dkk, 2012: 30).

2. LKS Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing

LKS praktikum merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan praktikum dan berfungsi sebagai alat evaluasi dalam proses belajar mengajar, selain itu dapat digunakan pula sebagai acuan dalam menuntun siswa untuk memahami masalah dan membantu kegiatan bernalar (Surianto, 2012: 3). LKS praktikum merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu siswa belajar secara terarah (Widjajanti, 2008: 1).

(29)

melakukan percobaan untuk memperoleh informasi, mengumpulkan dan menganalisis data dan membuat kesimpulan. Selain itu LKS yang dikembangkan ini juga berisi materi yang ringkas dan mudah dipahami dan intruksi yang meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan siswa dalam bekerja secara ilmiah, apersepsi yang dibahas lebih lanjut serta dengan keseluruhan tampilan yang menarik.

3. Inkuiri terbimbing (Guided Inquiry)

Inkuiri terbimbing (guided inquiry) merupakan model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan siswa dalam melaksanakan proses investigasi untuk mengumpulkan data berupa fakta dan memproses fakta tersebut sehingga siswa mampu membangun kesimpulan secara mandiri guna menjawab pertanyaan atau permasalahan yang diajukan oleh guru (teacher-proposed research question) (Maguire et al, 2010: 55).

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan LKS inkuiri terbimbing yang akan dilaksanakan terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Merumuskan masalah.

Tahap merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang memancing siswa untuk mencari jawabannya. Pada penelitian ini siswa diberikan LKS yang berisi masalah dalam suatu hasil percobaan kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru.

b. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan pada tahapan perumusan masalah sebelumnya.

c. Menguji hipotesis

(30)

Mengumpulkan data pada tahap ini adalah aktifitas menjaring informasi yang dilakukan pada saat menguji hipotesis yang diajukan. Data yang dihasilkan berupa tabel pengamatan yang telah disajikan dalam LKS.

d. Menganalisis data

Siswa menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil uji hipotesis. Setelah menganalisis data, maka siswa dapat menyimpulkan apakah hipotesis yang telah dibuat sesuai atau tidak dengan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

e. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan. Setelah diambil kesimpulan, kemudian dicocokkan dengan hipotesa asal, apakah hipotesa diterima atau tidak.

4. Materi Larutan Penyangga

Materi larutan penyangga adalah salah satu materi dalam mata pelajaran kimia yang terdapat dalam standar isi yang termasuk ke dalam Standar

Kompetensi 4 dengan Kompetensi Dasar 4.3 yaitu “Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup”, dengan

merujuk pada KTSP yang dipelajari di kelas XI semester genap. Sub materi yang terdapat pada materi pokok larutan penyangga, yaitu :

a.Sifat-sifat larutan penyangga, b.Komponen Larutan Penyangga c.pH larutan penyangga,

d.Fungsi larutan penyangga.

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Dan Pengembangan

Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah – langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi juga bisa perangkat lunak (software), seperti program computer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen, dll (Sukmadinata, 2010 : 164).

Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2016 : 407). Borg and Gall (Mulyatiningsih, 2012 : 163) menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Menurut Borg and Gall ada sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan (Mulyatiningsih, 2012 : 163):

1. Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting). Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai.

(32)

3. Pengembangan draft produk (develop preliminary form of product). Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrumen evaluasi.

4. Uji coba lapangan awal (preliminary field testing). Uji coba lapangan ini melibatkan sekitar 6 sampai 12 subjek uji coba. Hal ini penting dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan yang dapat terjadi selama penerapan model yang sesungguhnya berlangsung. Selain itu, uji coba skala kecil juga bermanfaat untuk menganalisis kendala yang mungkin dihadapi dan berusaha untuk mengurangi kendala tersebut pada saat penerapan model berikutnya. Selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara dan pengedaran angket respon.

5. Merevisi hasil uji coba (main product revision). Memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba.

6. Uji coba lapangan utama (main field testing). Pada pengujian ini disarankan mengambil sampel yang lebih banyak yaitu 30 sampai dengan 100 orang responden. Data kuantitatif penampilan guru sebelum dan sesudah menggunakan model yang dicobakan dikumpulkan. Hasil-hasil pengumpulan data dievaluasi dan kalau mungkin dibandingkan dengan kelompok pembanding.

7. Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operasional product revision). Menyempurnakan produk hasil uji lapangan utama.

8. Uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing). Dilaksanakan dengan melibatkan 40 sampai 200 subjek. Pengujian dilakukan melalui angket, wawancara dan observasi serta analisis lainnya.

9. Penyempurnaan produk akhir (final product revision). Penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan kegiatan.

(33)

B. Pengembangan Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Widodo dan Jasmadi, 2008 : 36). Bahan atau materi pembelajaran pada dasarnya adalah isi dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/subtopik dan rinciannya (Ruhimat, 2011:152). Menurut National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Training

(Nugraha dkk, 2013: 28), bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

2. Jenis-jenis Bahan Ajar

Jenis-jenis bahan ajar menurut Tocharman (Nugraha dkk, 2013: 28) dalam diklat pembinaan SMA oleh Depdiknas, yaitu bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).

3. Fungsi dan Tujuan Bahan Ajar

(34)

dipelajari atau dikuasainya. Alat evaluasi pencapaian atau penguasaan hasil pembelajaran (Hamdani, 2011: 121).

Tujuan bahan ajar menurut Hamdani (2011: 122) adalah:

a) Membantu siswa dalam mempelajari sesuatu. Segala informasi yang didapat dari sumber belajar, kemudian disusun dalam bentuk bahan ajar. Hal ini membuka wacana dan wahana baru bagi siswa karena materi ajar yang disampaikan adalah sesuatu yang baru dan menarik.

b) Menyediakan berbagai jenis pilihan bahan ajar. Pilihan bahan ajar yang dimaksud tidak hanya terpaku oleh satu sumber, melainkan dari berbagai sumber belajar yang dapat dijadikan suatu acuan dalam penyusunan

bahan ajar.

c) Memudahkan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran akan lebih mudah karena bahan ajar disusun sendiri dan disampaikan dengan cara yang bervariatif. d) Agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Dengan berbagai

jenis bahan ajar yang bervariatif diharapkan kegiatan pembelajaran tidak monoton, hanya terpaku oleh satu sumber buku, atau di dalam kelas. 4. Kualitas Pengembangan Bahan Ajar

Nieveen (Putranto, 2015 : 25) menyampaikan bahwa kualitas bahan ajar yang dikembangkan haruslah memenuhi 3 kriteria yaitu valid, praktis, dan efektif.

(35)

tercapai bila koefisien validitas LKS lebih dari 0,60 (Nur dkk, 2014: 118).

b. Aspek Kepraktisan (Practically) yang didasarkan pada kemudahan suatu media baik dalam mempersiapkan dan menggunakannya oleh siswa berdasarkan angket respon siswa terhadap media yang dikembangkan (Faroh dkk, 2014: 101). Prasetyo (2012: 3) berpendapat bahwa dari segi kepraktisan, menyatakan bahwa LKS yang dikembangkan dikatakan praktis jika rata-rata respon siswa lebih dari ≥ 60% atau interpretasi kepraktisan menunjukkan tinggi atau sangat tinggi. c. Aspek Keefektifan (Effectiveness) didasarkan pada ketuntasan hasil belajar siswa. Media pembelajaran dikatakan efektif jika terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara sebelum menggunakan media dengan setelah menggunakan media yang dikembangkan. LKS berbasis inkuiri terbimbing dikatakan efektif jika setelah dilakukan pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing, siswa

tuntas secara klasikal dengan presentase ≥ 65% dari jumlah siswa yang

ada di kelas tersebut (Astuti dkk, 2012: 30)

C. LKS Praktikum

(36)

Widodo dan Jasmadi (2008: 57) menyatakan bahwa bahan ajar yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan seperti: syarat didaktik, syarat konstruksi dan syarat teknis.

a. Syarat- syarat didaktik

Bahan ajar dapat dikatakan memenuhi syarat didaktik. Artinya mampu mengikuti asas-asas belajar mengajar yang efektif, seperti, memperhatikan adanya perbedaan individual, menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep bukan pada materi, memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa, tidak hanya ditujukan untuk mengenal fakta-fakta dan konsep-konsep materi, tetapi juga dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa, memuat pengalaman belajar yang ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional, dan sebagainya), dan bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran (Rohaeti, dkk, 2009: 3).

b. Syarat - syarat konstruksi

Syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pengguna yaitu siswa (Rohaeti, dkk, 2009: 3).

c. Syarat-syarat teknis

Syarat-syarat teknis dalam penyusunan bahan ajar memperhatikan hal-hal seperti kejelasan tulisan dan gambar serta kemenarikan tampilan (Indah, 2015: 692).

(37)

laboratorium, melakukan pembahasan dan membuat laporan (Jahro dan Susilawati, 2009: 22). Menurut Hamdani (2011 :163) metode praktikum dapat dilakukan kepada siswa setelah guru memberikan arahan, aba-aba, petunjuk pelaksanaannya. Kegiatan ini berbentuk praktik dengan mempergunakan alat-alat tertentu.

Bentuk LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum memiliki arti bahwa petunjuk praktikum merupakan salah satu isi (content) dari LKS (Prastowo, 2012: 211). Menurut Surianto (2012: 3), LKS praktikum merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan praktikum dan berfungsi sebagai alat evaluasi dalam proses belajar mengajar, selain itu dapat digunakan pula sebagai acuan dalam menuntun siswa untuk memahami masalah dan membantu kegiatan bernalar. Dalam melakukan penalaran siswa akan mempunyai kesempatan lebih luas untuk mengemukakan pendapatnya. Sedangkan menurut Widjajanti (2008:1), LKS praktikum merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran untuk membantu siswa belajar secara terarah.

(38)

bukan sekedar menghafal. LKS ini dapat dikerjakan oleh siswa secara mandiri maupun dalam kelompok kecil serta dapat juga sebagai panduan dalam diskusi kelas (Padmaningrum, 2008: 2).

D. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

1. Hakikat Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri Terbimbing

Inkuiri adalah salah satu cara belajar atau penelaahan yang bersifat mencari pemecahan permasalahan dengan cara kritis, kreatif, dan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena didukung oleh data atau kenyataan (Hamdani, 2011: 182). Dalam berinkuiri pengajar mengeksplorasi minat pembelajar, memberikan pertanyaan yang mendorong pembelajar untuk melakukan inkuiri, bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran (Iskandar, 2011: 17). Menurut Mudalara (2012: 5) model pembelajaran inkuiri terbagi menjadi tiga, yaitu: (1) inkuiri terbimbing (guided inquiry); (2) inkuiri bebas (free inquiry); (3) inkuiri bebas yang dimodifikasikan (modified free inquiry). Perbedaan ketiganya lebih ditandai dengan seberapa besar campur tangan guru dalam penyelidikan tersebut.

Menurut Mudalara (2012: 5) model pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Menurut Sofiani (2011: 2) pembelajaran inkuiri terbimbing diawali dari permasalahan yang diajukan guru yang tidak bisa dijelaskan dengan mudah atau tidak bisa dijelaskan dengan cepat, kemudian siswa melakukan pengamatan sampai pada kesimpulan. Akan tetapi guru mengontrol pertanyaan-pertanyaan yang diungkapkan, hipotesis yang dibuat dan apa yang telah diamati siswa. Model pembelajaran guided inquiry tepat diterapkan bagi siswa yang belum terbiasa melakukan inkuiri. Oleh sebab itu, siswa mendapat bimbingan mulai dari merumuskan masalah sampai pada membuat simpulan.

(39)

keterampilan- keterampilan proses dalam lingkup pembelajaran, berpikir, dan pemecahan masalah, (2) mengarahkan siswa untuk memperoleh hak dalam belajar, (3) memperbaiki sikap terhadap ilmu pengetahuan, (4) meningkatkan pembelajaran dengan teknologi informasi, dan (5) mendukung pengembangan keterampilan – keterampilan proses dalam kerja sama dan komunikasi.

2. Langkah-langkah pembelajaran inkuiri terbimbing

Trianto (2014: 83-84) menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut :

a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan.

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Pada kegiatan ini, kemampuan yang dituntut yaitu: (a) kesadaran terhadap masalah; (b) melihat pentingnya masalah; dan (c) merumuskan masalah.

b. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

Kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini yaitu: (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b) melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan merumuskan hipotesis.

c. Mengumpulkan data

(40)

dari melihat hubungan,mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan tren, sekuensi, dan keteraturan.

d. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam

menguji hipotesis yaitu pemikiran ‘benar’ atau ‘salah’. Setelah

memperoleh kesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

e. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Dari data yang telah dikelompokkan dan dianalisis, kemudian diambil kesimpulan.

(41)

Kelemahan model inkuiri terbimbing yang dinyatakan oleh Hanafiah dan Cucu (2012: 79), siswa harus memiliki keinginan untuk kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. Jika dalam keadaan kelas besar maka model ini tidak akan mencapai hasil yang memuaskan. Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan terbiasa dengan gaya lama maka model inkuiri ini sangat mengecewakan.

E. Materi Larutan Penyangga 1. Sifat Larutan Penyangga

Suatu larutan yang mengandung suatu asam lemah plus suatu garam dari asam itu, atau suatu basa lemah plus suatu garam dari basa itu, mempunyai kemampuan bereaksi baik dengan asam kuat maupun basa kuat. Sistem semacam itu dirujuk sebagai larutan berbuffer (berpenyangga), karena sedikit penambahan asam kuat atau basa kuat itu hanya mengubah pH sedikit (Keenan et al, 1984 : 625).

Jika sedikit asam klorida ditambahkan pada suatu larutan yang mengandung asam asetat dan natrium asetat, ion asetat yang bersifat basa itu bereaksi dengan ion hydrogen yang ditambahkan untuk membentuk lebih banyak molekul hidrogen asetat (Keenan et al, 1984 : 625):

H+ + C2H3O2- HC2H3O2 (2.1)

pH itu tidak berubah dengan nyata.

Sebaliknya, jika ion hidrogen diambil dengan menambahkan natrium hidroksida yang bersifat basa

H+ + OH- H

2O (2.2)

hidrogen asetat yang berbentuk molekul akan mengion untuk membentuk lebih banyak ion hidrogen (Keenan et al, 1984 : 625):

HC2H3O2 H+ + C2H3O2- (2.3)

(42)

Sebagai contoh lebih lanjut, jika natrium hidroksida ditambahkan ke dalam larutan yang mengandung ammonia dan ammonium klorida, ion ammonium yang bersifat asam itu bereaksi dengan ion hidroksida tambahan untuk membentuk molekul-molekul ammonia:

OH- + NH

4+ H2O + NH3 (2.4)

pH tidak berubah banyak (Keenan et al, 1984 : 626).

Sebaliknya, jika ion hidroksida dihilangkan dengan penambahan asam, hidrogen klorida, dengan membentuk air, ammonia akan mengion untuk membentuk lebih banyak ion hidroksida:

NH4 + H2O  NH4+ + OH- (2.5)

Sekali lagi, pH larutan tidak berubah banyak kecuali bila kuantitas asam yang ditambahkan besar (Keenan et al, 1984 : 626).

2. Komponen Larutan Penyangga

Umumnya, larutan buffer mengandung campuran dari suatu asam lemah dan garamnya atau suatu basa lemah dan garamnya. Konsentrasi ion hydrogen dapat dihitung dari tinjauan – tinjauan tentang kesetimbangan kimia yang terdapat dalam larutan- larutan tersebut. Larutan buffer yang terdiri dari suatu asam lemah dan garamnya, maka kesetimbangan disosiasinya adalah (Svehla, 1990: 52):

HA H+ + A- (2.6)

Tetapan kesetimbangan dapat dinyatakan sebagai

Ka = [H+][A−]

[HA] (2.7)

Dengan konsentrasi ion hidrogen dapat dinyatakan seperti pada persamaan [H+]= Ka[HA]

[A−] (2.8)

Asam bebas yang terdapat, hampir tak terdisosiasi sama sekali, karena adanya anion A-, dalam jumlah-jumlah yang banyak yang berasal dari garamnya. Maka konsentrasi total asam (c), hampir sama dengan konsentrasi asam yang tak terdisosiasi,

ca ≈[HA] (2.9)

(43)

konsentrasi anion (Svehla, 1990: 52):

cs ≈[A-] (2.10)

Penggabungan persamaan-persamaan (2.8), (2.9), dan (2.10), maka dapat dinyatakan konsentrasi ion-hidrogen sebagai (Svehla, 1990 :52):

[H+] = Ka𝑐𝑎

𝑐𝑠 (2.11)

atau pH sebagai

pH = pKa + log 𝑐𝑠

𝑐𝑎 (2.12)

Sama halnya, bila buffer itu terbuat dari basa lemah MOH dan garamnya, yang mengandung kation M+, kesetimbangan disosiasi yang terjadi dalam larutan demikian adalah

MOH H+ + OH- (2.13)

Dimana tetapan kesetimbangan disosiasidapat dinyatakan sebagai

Kb = [M+][OH−]

[MOH] (2.14)

Dengan pertimbangan-pertimbangan yang serupa, kita dapat menuliskan untuk konsentrasi total basa c, dan untuk konsentrasi garam c, hubungan-hubungan berikut (Svehla, 1990: 53):

cb ≈[MOH] (2.15)

dan

cs ≈[M+] (2.16)

Sehingga, dalam setiap larutan air maka hasilkali ion air adalah (Svehla, 1990: 53):

Kw = [H+][OH-] = 10-14 (2.17)

3. pH Larutan Penyangga

(44)

dihambat. Kerja suatu enzim, tumbuhnya kultur bakteri, dan proses biokimia lain bergantung pada pengendalian pH oleh sistem berbuffer (Keenan et al, 1984 : 628).

Larutan buffer standar dapat dibuat dari asam lemah dan garam (dari) asam lemah itu. Suatu persamaan untuk menghitung angka banding asam terhadap garam yang diperlukan untuk memperoleh larutan dengan pH yang diinginkan, pH suatu buffer yang mengandung asam lemah HA dapat dihitung sebagai berikut (Keenan et al, 1984 : 625):

Ka = [H+][A−]

[HA] (2.18)

[H+] = Ka x [𝐻𝐴]

[𝐴−] (2.19)

-log [H+] = -log Ka– log[𝐻𝐴][𝐴] (2.20)

pH = pKa – log[𝐻𝐴]

[𝐴−] (2.21)

atau

pH = pKa + log [𝐴−]

[𝐻𝐴] (2.22)

Untuk suatu larutan dalam mana konsentrasi HA dan A- sama,

pH = pKa + log 1,0 = pKa + 0 = pKa (2.23)

Misalnya, dalam suatu larutan berbuffer dari asam format-ion format, dalam mana

[HCHO2] = [CHO2-], (2.24)

pH = pKa = -log Ka = -log (1,8 x 10-4) = 3,74 (2.25) 4. Fungsi Larutan Penyangga

(45)

keseimbangan asam basa. Terdapat banyak kemungkinan penyangga dari asam-asam lemah dan basa-basa lemah. Di dalam darah manusia ada sejumlah penyangga yang terjadi secara simultan. Ini meliputi (Sastrohamidjojo, 2005: 201):

1. Pelarutan CO2 dan HCO3 -2. H3PO4- dan HPO2

-3. Berbagai protein yang dapat menerima ion-ion hidrogen

Cairan intrasel dan ekstrasel dalam organisme hidup mengandung pasangan asam-basa konjugasi yang berfungsi sebagai buffer pada pH cairan. Buffer dalam sel yang utama adalah pasangan asam-basa konjugasi dihidrogen fosfat-monohidrogenfosfat, H2PO4- - HPO42- . Buffer luar sel yang utama adalah pasangan asam-basa konjugasi asam karbonat - bikarbonat, H2CO3 -HCO3. Sistem buffer yang kedua ini membantu menjaga agar pH darah berharga hampir konstan, mendekati 7,4, meskipun zat- zat yang bersifat asam dan basa terus – menerus masuk ke aliran darah. Kerja penyangga dari suatu larutan yang mengandung asam karbonat dan ion bikarbonat, didasarkan pada reaksi berikut (Keenan et al, 1984 : 629).

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. BENTUK PENELITIAN

Bentuk penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research & development). Sugiyono (2016: 407) menyatakan bahwa secara umum metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengembangan dari Borg & Gall (Sukmadinata, 2010 : 190) yang meliputi 10 langkah yaitu : (1) Penelitian dan pengumpulan data, (2) Perencanaan pengembangan produk, (3) Pengembangan produk awal, (4) Uji coba produk awal, (5) Penyempurnaan produk awal, (6) Uji coba produk yang telah disempurnakan, (7) Penyempurnaan produk yang telah disempurnakan, (8) Pengujian produk yang telah disempurnakan, (9) Uji lapangan produk yang telah disempurnakan (10) Implementasi dan institusionalisasi produk. Namun, pada penelitian ini dilakukan hingga tahap ke tujuh saja sesuai dengan kebutuhan untuk mengefisienkan waktu, biaya, dan tenaga dari peneliti. Sebagai acuan, penelitian Maghfiroh & Wahyudi (2017 : 289) juga melakukan penelitian dengan metode pengembangan dari Borg & Gall hingga tahap ke tujuh.

B. SUBJEK PENELITIAN

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI dan XII IPA SMA Negeri 4 Sungai Raya dengan total berjumlah 43 siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sampel menurut Sugiyono (2016: 118) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari sampel uji coba lapangan awal dan sampel uji coba lapangan utama.

1. Sampel uji coba lapangan awal

(47)

(Mulyatiningsih, 2012: 163) membatasi jumlah sampel dalam uji lapangan awal melibatkan sekitar 6-12 orang. Untuk memudahkan penentuan besarnya sampel, maka digunakan pengambilan nilai tengah dari rentang jumlah sampel yang dibatasi oleh Borg & Gall. Berdasarkan perhitungan didapatkan jumlah sampel uji coba lapangan awal sebanyak 9 orang siswa kelas XII IPA. Siswa dari kelas tersebut dipilih masing-masing 3 siswa berkemampuan tinggi, 3 siswa berkemampuan sedang, dan 3 siswa berkemampuan rendah dalam mata pelajaran kimia.

2. Sampel uji coba lapangan utama

Borg & Gall (Mulyatiningsih, 2012: 164) menyebutkan dalam uji coba lapangan utama disarankan mengambil sampel yang lebih banyak. Sampel uji coba lapangan utama pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA dengan jumlah sebanyak 34 siswa.

C. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur penelitian dan pengembangan pada penelitian ini menggunakan tujuh dari sepuluh langkah metode pengembangan yang dikembangkan Borg & Gall (Mulyatiningsih, 2012: 163).

1. Penelitian dan pengumpulan data

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis kebutuhan, kajian literatur, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang menimbulkan permasalahan sehingga perlu ada pengembangan produk baru (Mulyatiningsih, 2012: 163). Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Kebutuhan

(48)

b. Kajian Literatur

Analisis kajian literatur terhadap teori-teori dan beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan berkaitan dengan pentingnya media pembelajaran LKS untuk mengoptimalkan hasil belajar siswa.

c. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor yang menimbulkan permasalahan sehingga perlu ada pengembangan produk baru. Pada tahap ini peneliti melakukan observasi pra-penelitian (Lampiran A-1) untuk mengumpulkan informasi mengenai proses pembelajaran kimia pada SMA Negeri 4 Sungai Raya. Observasi ini juga dilengkapi dengan wawancara terhadap guru mata pelajaran kimia (Lampiran A-2) dan daftar nilai ulangan harian (Lampiran A-3) kelas XII IPA tahun ajaran 2015/2016 yang telah mempelajari materi larutan penyangga.

2. Perencanaan

LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga yang akan dikembangkan pada penelitian ini berisi sintaks inkuiri diantaranya: rumusan masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis, menganalisis data dan merumuskan kesimpulan. Selain itu LKS yang dikembangkan ini juga berisi materi yang ringkas dan mudah dipahami, intruksi yang meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan siswa dalam bekerja secara ilmiah, apersepsi yang dibahas lebih lanjut dalam materi, serta gambar-gambar yang mendukung materi larutan penyangga.

3. Pengembangan Draft Produk

(49)

telah disusun sebelumnya dan hasilnya digunakan sebagai acuan dalam proses revisi.

4. Uji Coba Lapangan Awal

Kegiatan selanjutnya adalah menguji coba produk. Borg & Gall (Mulyatiningsih, 2012: 163) membatasi jumlah sampel dalam uji coba lapangan awal melibatkan sekitar 6-12 orang sampel. Nugraha dkk (2013 : 32) menyatakan bahwa uji coba lapangan awal dilakukan untuk mengetahui dan mencari kekurangan, kelemahan, kendala serta hambatan yang mungkin terjadi selama proses pembelajaran. Apabila bahan ajar sudah memenuhi kriteria keefektifan dan kepraktisan maka penelitian dapat dilanjutan pada tahap selanjutnya yaitu uji coba lapangan utama. Uji coba lapangan awal melibatkan satu kelas yang siswanya sudah pernah belajar materi larutan penyangga yaitu kelas XII IPA. Sampel pada uji coba lapangan awal ini melibatkan 9 orang siswa. Siswa dari kelas tersebut dipilih masing-masing, yaitu 3 orang berkemampuan tinggi, 3 orang berkemampuan sedang dan 3 orang berkemampuan rendah dalam mata pelajaran kimia. Untuk menguji keefektifan produk, digunakan penelitian pre-experimental dengan bentuk one-shot case study dengan X adalah perlakuan dan O adalah hasil. Desain penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1 (Sugiyono, 2016: 110):

Gambar 3.1 One-shot case study design 5. Merevisi Hasil Uji Coba

Revisi produk dilakukan berdasarkan hasil analisis kevalidan dari validator dan uji coba produk tahap pertama. Dengan menganalisis kekurangan yang ditemui berdasarkan validasi dan selama uji coba produk, maka kekurangan tersebut dapat segera diperbaiki. LKS berbasis inkuiri terbimbing perlu direvisi pada saat nilai validitas isi LKS ≤ 0,60 dan nilai respon dari siswa pada uji coba lapangan awal kurang dari 60.

6. Uji Coba Lapangan Utama

Borg & Gall (Mulyatiningsih, 2012: 164) menyebutkan dalam uji coba lapangan utama disarankan mengambil sampel yang lebih banyak yaitu

(50)

melibatkan sekitar 30-100 orang sampel. Uji coba lapangan utama melibatkan seluruh siswa kelas XI IPA dengan jumlah seluruhnya sebanyak 34 orang siswa. Uji coba lapangan utama bermanfaat untuk melihat sejauh mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan tujuan. Uji lapangan utama ini dilakukan untuk memperoleh produk akhir dari LKS praktikum berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan. Dalam menguji keefektifan produk, digunakan penelitian pre-experimental dengan bentuk one-shot case study dengan X adalah perlakuan dan O adalah hasil. Desain penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.2 (Sugiyono, 2016: 110):

Gambar 3.2 One-shot case study design

7. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Coba Lapangan Utama

Revisi produk selalu dilakukan setelah produk diterapkan atau diujicobakan. Hal ini dilakukan terutama apabila ada kendala-kendala baru yang belum terpikirkan pada saat perancangan. Masukan dan saran dalam uji coba lapangan utama dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam merevisi produk LKS berbasis inkuiri terbimbing. LKS berbasis inkuiri terbimbing perlu direvisi pada saat nilai respon dari siswa kurang dari 60. Prasetyo (2012: 3) berpendapat bahwa dari segi kepraktisan, menyatakan bahwa LKS yang dikembangkan dikatakan praktis jika rata-rata respon siswa lebih dari ≥ 60% atau interpretasi kepraktisan menunjukkan tinggi atau sangat tinggi. Secara umum, prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut :

(51)

Analisis Kebutuhan Kajian Literatur Identifikasi Masalah

Perencanaan

Penyusunan Instrumen Penelitian Rancangan awal LKS praktikum

berbasis inkuiri terbimbing

Validasi Ahli

Tidak

Uji Coba Lapangan Awal

Uji Coba Lapangan Utama Penelitian dan pengumpulan data

Pengembangan draft produk

Valid Revisi

Ya

Status Penerimaan Produk Ya

Revisi 1 Tidak

Status Penerimaan Produk Ya

Revisi 2 Tidak

Produk Akhir

(52)

D. Teknik Dan Alat Pengumpul Data

Adapun teknik dan alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: 1. Teknik Komunikasi Tidak Langsung (Lembar Validasi dan Angket)

Teknik komunikasi tidak langsung digunakan untuk mengetahui kevalidan dan kepraktisan LKS berbasis inkuiri terbimbing pada materi larutan penyangga. Instrumen yang digunakan adalah lembar validasi dan angket. Lembar validasi digunakan untuk mengetahui kevalidan LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan dan untuk memperoleh informasi tentang kualitas LKS berbasis inkuiri terbimbing berdasarkan penilaian para ahli. Teknik pengumpul data validasi dilakukan dengan cara memberikan rancangan LKS berbasis inkuiri terbimbing yang telah diselesaikan dan lembar validasi kepada para ahli. Penilaian terdiri dari empat kategori yaitu sangat tidak sesuai (nilai 1), tidak sesuai (nilai 2), sesuai (nilai 3) dan sangat sesuai (nilai 4).

Angket yang digunakan pada penelitian ini adalah angket respon siswa terhadap LKS berbasis inkuiri terbimbing. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa setelah menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala Likert dengan 4 skala penilaian. Untuk pilihan 4 mulai dari SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai) dan STS (Sangat Tidak Sesuai) (Widoyoko, 2014: 78).

2. Teknik Observasi (Lembar Observasi)

Observasi atau pengamatan merupakan suatu cara atau teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sugiyono, 2016 : 220). Instrumen yang digunakan berupa lembar observasi. Dalam lembar observasi ini dicantumkan beberapa indikator yang akan dianalisis. Penilaian tiap aspek dalam lembar observasi ini berbentuk

skala Guttman yang terdiri dari ‘Ya’ dan ‘Tidak’.

(53)

ini akan menunjukkan keterlaksanaan tahapan inkuiri terbimbing yang dilakukan dalam pembelajaran.

3. Teknik Pengukuran (Soal posttest)

Teknik pengukuran digunakan untuk mengetahui keefektifan LKS berbasis inkuiri terbimbing. Instrumen yang digunakan adalah soal posttest dengan bentuk soal essay. Teknik pengukuran dilakukan dengan memberikan soal posttest kepada siswa sesudah pembelajaran menggunakan LKS berbasis inkuiri terbimbing. Data hasil belajar siswa yang diperoleh digunakan untuk menentukan keefektifan LKS berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan.

E. Analisis Data

1. An

Gambar

Gambar 3.3 Prosedur Penelitian Pengembangan
Tabel 3.3 Kriteria Kevalidan Instrumen Penelitian
Gambar 4.1 Sebelum penambahan keterangan gambar (Sebelum revisi)
Gambar 4.2 Setelah penambahan keterangan gambar (Setelah revisi)
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Pikeun pihak pamaréntah, utamana Dinas Pendidikan Jawa Barat kudu mikaweruh kana kapamalian-kapamalian anu masih kénéh tumuwuh sarta dipaké kénéh ku masarakat, ulah

– Penggunaan langsung, yaitu fungsi kernel digunakan sebagai fungsi basis dari model machine learning tersebut, contoh: radial basis function networks. – Penggunaan tidak

Leading Sector : Badan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Barito Kuala Instansi Pendukung : Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Kuala. Pen erima Laporan Badan Lingkungan Hidup

Apabila terhadap tanah yang dilakukan atass pemindahan hak seperti jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, pihak

PENYELENGGARAAN PROGRAM PARENTING BERBASIS E-LEARNING D ALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEND ID IK ANAK.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kekuatan otonomi pribadi agar mampu mengorganisasikan perilaku positif sehingga memunculkan keharmonisan baik bagi budayanya sendiri maupun budaya orang lain

dengan daftar isian dokumen kualifikasi perusahaan saudara pada aplikasi SPSE, yang akan. dilaksanakan

Berdasarkan Hasil Evaluasi terhadap Dokumen Penawaran dan Evaluasi terhadap persyaratan kualifikasi yang telah saudara sampaikan untuk Paket Pekerjaan Pembangunan Landscape,