• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Lingkaran Warna Pada Kelompok A Di PAUD Harapan Umat Desa Kebondowo Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Lingkaran Warna Pada Kelompok A Di PAUD Harapan Umat Desa Kebondowo Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018 - Test Repository"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI

PERMAINAN LINGKARAN WARNA PADA KELOMPOK A

DI PAUD HARAPAN UMAT DESA KEBONDOWO

KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

TATI RAHMAWATI

NIM 116-14-011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)

i

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI

PERMAINAN LINGKARAN WARNA PADA KELOMPOK A

DI PAUD HARAPAN UMAT DESA KEBONDOWO

KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG

TAHUN PELAJARAN 2017/2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

TATI RAHMAWATI

NIM 116-14-011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(3)
(4)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. Dosen IAIN Salatiga

Hal : Naskah Skripsi

Lamp : 4 eksemplar

Saudara : Tati Rahmawati

Kepada:

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:

Nama : Tati Rahmawati

NIM : 116-14-011

Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Judul : PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG

MELALUI PERMAINAN LINGKARAN WARNA PADA KELOMPOK A DI PAUD HARAPAN UMAT DESA KEBONDOWO KEC. BANYUBIRU

KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018

dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqasyahkan.

Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Salatiga, 25 Juli 2018

Pembimbing,

(5)
(6)
(7)

vi MOTTO

“Mengajarkan anak berhitung sama dengan mengajarkan anak tentang kejujuran karena dalam ilmu berhitung jawabannya selalu jujur dan pasti”

-Sulistiyawati-

“Ajarilah anak-anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang

berbeda dengan zamanmu”

(8)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan teruntuk:

❖ Ibunda tercinta, Ibu Hj. Siti Nadiroh Terima kasih tiada terhingga

untukmu yang senantiasa ikhlas merangkai do’a-do’a untukku sehingga dalam keterbatasan kudapat menyelesaikan studi dengan

baik.

❖ Ayahanda terkasih, Bapak A.Samaun Tohjaya Alm. yang semasa

hidupnya mengharapkanku dapat menempuh pendidikan di IAIN

dan baru saat ini dapat mewujudkannya. Semoga Allah senantiasa

memberikan tempat yang terbaik di sisiNya.

❖ Suamiku tercinta, Bambang Puspito, S.Hut. yang selalu

memberikan support, doa dan kesempatan padaku mencari ilmu

disela-sela rutinitas sebagai seorang istri dan ibu.

❖ Anak-anakku tersayang, Hikmatyyar Syahril Ramadhan dan

Fadlilah Syaharani Maghfira yang selalu memberikan do’a,

senyum, dan semangat, agar tidak berputus asa dan terus maju.

❖ Adik-adikku, Iin Inayah, Mahruri, Rini Astini, dan Rudianto,

terima kasih atas support dan do’anya.

❖ Teman-teman pendidik PAUD Harapan Umat, terima kasih atas

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirrohiim,

Alhamdulillahi robbil ‘alamiin, segala puji dan syukur hanyalah milik

Allah Subhanahuwata’ala, karena dengan rahmat, taufiq dan ridhoNya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Kemampuan

Berhitung melalui Permainan Lingkaran Warna pada Kelompok A di PAUD

Harapan Umat Tahun Pelajaran 2017/2018”.

Salam dan Sholawat selalu kita haturkan, kepada junjungan Nabiyullah

Muhammad Shallallahu ’alaihi wasallam yang membawa keteladanan dan ajaran

Islamiyyah sehingga menjadi penerang dalam menjalani kehidupan di dunia dan

di akhirat.

Dengan perasaan bangga dan terharu penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini merupakan tugas akhir yang tidak dapat dianggap ringan. Penulis sadar banyak

kekurangan dalam proses penyusunan skripsi ini, karena keterbatasan kemampuan

penulis sendiri. Tentunya banyak pihak yang membantu penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak

yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:

1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi,M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Islam Anak Usia Dini (PIAUD)dansebagai dosen pembimbing yang

telah setia dan sabar meluangkan waktunya untuk membimbing

penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

4. Bapak Agung Hidayatulloh, M.Pd. Dosen Program Studi PIAUD yang

telah memberikan masukan dan support dalam menyelesaikan skripsi

(10)

ix

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta Staf karyawan di lingkungan

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan khususnya Program Studi

Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).

6. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan

skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Atas semua jasa kepada mereka semua, penulis ucapkan “jazakumullah

khairan katsiran“. Semoga amal baiknya diterima dan dilipat gandakan oleh Allah

Subhanahuwata’ala. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini kurang mendekati kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sumbangsih

dari pembaca berupa kritik dan saran yang membangun guna tercapainya

penyusunan karya lain di kemudian hari. Dan semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis pribadi dan pembaca pada umumnya.

Salatiga, 21 Juli 2018

(11)

x ABSTRAK

Rahmawati,Tati.2018. Pengembangan Kemampuanm Berhitung Melalui

Permainan Lingkaran Warna pada Kelompok A di PAUD Harapan Umat Desa Kebondowo Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran

2017/2018. Skripsi. Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi

Pendidikan Islam Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra.Siti Asdiqoh, M.Si.

Kata Kunci: Kemampuan Berhitung; Permainan Lingkaran Warna.

Konsep berhitung sangat penting diberikan pada anak sebagai landasan penguasaan konsep matematika di jenjang pendidikan selanjutnya Media pembelajaran sangat dianjurkan agar anak mampu menerima pembelajaran dengan baik. Kemampuan berhitung yang belum berkembang menjadi masalah yang dihadapi guru kelompok A Berdasarkan kondisi tersebut rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu bagaimana pengembangan kemampuan berhitung melalui permainan lingkaran warna.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengembangan kemampuan berhitung melalui permainan lingkaran warna. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelompok A berjumlah 22 anak.

(12)

xi DAFTAR ISI

SAMPUL

JUDUL………i

LEMBAR LOGO IAIN………...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING………...iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………...iv

PENGESAHAN KELULUSAN………..v

MOTTO ...………...vi

PERSEMBAHAN...vii

KATA PENGANTAR………..viii

ABSTRAK………...x

DAFTAR ISI……….…..xi

DAFTAR TABEL………..…………...xiv

DAFTAR GAMBAR……….xv

DAFTAR LAMPIRAN……….xvi BAB I PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang Masalah……….1

B. Rumusan Masalah………..5

C. Tujuan Penelitian………. 6

D. Kegunaan Penelitian………. 6

1. Manfaat teoritis……….. 6

(13)

xii

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan……….………...7

1. Hipotesis tindakan……….. 7

2. Indikator keberhasilan……… 7

F. Metode Penelitian………. 8

1. Rancangan penelitian……… . 8

2. Subjek penelitian……… 9

3. Langkah-langkah penelitian……….. 9

4. Instrumen penelitian……… 10 5. Teknik pengumpulan data………..……… 11

G. Sistematika Penulisan……… 13 BAB II LANDASAN TEORI……… 15

A. Kajian Teori……… 15

1. Kemampuan berhitung……… 15

2. Perkembangan berhitung pada anak usia dini………... 21

3. Berhitung dalam Perspektif Islam………... 23

4. Perkembangan pendidikan anak usia dini………. … 25

5. Karakteristik Anak Usia Dini……….… ...30

6. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini………...……33

7. Pengertian permainan dan bermain………...35

8. Kajian materi……… 42

B. Kajian Pustaka……… 47

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN……….. 52

(14)

xiii

1. Sejarah berdirinya PAUD Harapan Umat………..52

2. Profil PAUD……… 53

3. Tujuan………55

4. Keadaan murid dan guru………... 55

B. Deskripsi Pelaksanaan Per Siklus………...59

1. Data Pra Siklus………... 59

2. Pelaksanaan Siklus I……… ..59

3. Pelaksanaan Siklus II……….. .67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...73

A. Deskripsi Per Siklus……… 73

1. Ketentuan penilaian………... 73

2. Hasil penelitian Siklus I………...74

3. Hasil penelitian Siklus II………....77

B. Pembahasan ……… 80

BAB V PENUTUP………..……… 83

A. Kesimpulan………..83

B. Saran………83

DAFTAR PUSTAKA………85

LAMPIRAN

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.Lembar Penilaian Pencapaian dan Perkembangan Anak………... 8

Tabel 2.1 Tingkat Pencapaian dan Perkembangan Anak Usia 4 –5 tahun …... 23

Tabel 3.1. Jumlah murid PAUD Harapan Umat Tahun Pelajaran 2017/2018….. 55

Tabel 3.2. Daftar murid kelompok A………...56

Tabel 3.3. Keadaan Guru………...………...57

Tabel 4.1. Instrumen Penilaian Kemampuan Berhitung……….……...…73

Tabel 4.2. Indikator yang dinilai tiap Siklus………..74

Tabel 4.3. Hasil Penilaian Siklus I………...………..…74

Tabel 4.4.Hasil Penilaian Ketrampilan Guru Siklus I………. 76

Tabel 4.5. Pengamatan aktivitas siswa Siklus I……….76

Tabel 4.6. Data Hasil Penilaian Siklus II……….…...……77

Tabel 4.7.Hasil Pengamatan Ketrampilan Guru Siklus II………..………..……..79

Tabel 4.8. Pengamatan Aktivitas siswa Siklus II………..………... 79

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian………. 8

Gambar 2.1 Ciri Bermain………...37

Gambar 3.1.Struktur Kepengurusan PAUD Harapan Umat……… 58

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Hasil Observasi Pra Siklus

Lampiran 2: Lembar RPPH Siklus I

Lampiran 3: Lembar Data Hasil Peniaian Siklus I

Lampiran 4: Lembar Pengamatan terhadap Ketrampilan Guru Siklus I

Lampiran 5: Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I

Lampiran 6: Lembar RPPH Siklus II

Lampiran 7: Lembar Data Hasil PeniaianSiklus II

Lampiran 8: Lembar Pengamatan terhadap Ketrampilan Guru Siklus II

Lampiran 9: Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II

Lampiran 10: Lembar Tugas Siklus I

Lampiran 11: Lembar Tugas Siklus I

Lampiran 12: Lembar Tugas Siklus II

Lampiran 13: Lembar Tugas II

Lampiran 14: Foto Dokumen Penelitian

Lampiran 15: Lampiran Surat Tugas Pembimbing

Lampiran 16: Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 17: Surat Permohonan Ijin Pnelitian

Lampiran 18: Surat Balasan Ijin Penelitian

Lampiran 19 : Lembar Satuan Kredit Kegiatan

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai usaha manusia

untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan

baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam

masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk

menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya

kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan

kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini

tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia dini

diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai enam tahun dan bukan

merupakan prasarat untuk mengikuti pendidikan dasar.” (Yuliani,

2013:6).

Selanjutnya pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu pembinaan yang ditujukan pada

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam

(19)

Urgensi pendidikan anak usia dini berdasarkan tujuan didaktis

psikologi adalah untuk mengembangkan berbagai aspek kecerdasan yang

merupakan potensi bawaan. Kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anak

hanya akan berarti apabila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

yang dikenal dengan istilah kecakapan hidup atau life skills (Sojiono,

2013:43).

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani

proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan

selanjutnya. Anak usia dini berada pada masa rentang usia 0 – 8 Tahun.

Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai

aspek sedang mengalami masa cepat dalam rentang perkembangan

hidup manusia (Berk dalam Sojiono, 2013:6).

Banyak ahli menyatakan bahwa perkembangan anak sedang

berproses di usia 0 hingga 5 tahun, maka akhir-akhir ini muncul slogan

The Golden Age” (masa periode emas) di usia ini. Saraf-saraf ini

bertambah banyak dan semakin berhubungan apabila anak diberikan

stimulasi. Semakin banyak stimulasi yang diberikan, akan semakin

rimbun jaringan saraf di otak. Prinsip dari saraf-saraf ini ada “use it or

lose it” (digunakan atau akan hilang). Apabila hubungan antar saraf ini

diperkuat terus menerus dengan stimulasi yang tepat, maka jaringan saraf

akan semakin kuat. Begitu juga sebaliknya, apabila hubungan itu tidak

(20)

Anak usia dini memiliki kemampuan yang luar biasa khususnya

pada masa anak-anak awal. Keinginan anak untuk belajar menjadikan

mereka aktif dan eksploratif. Anak belajar dengan seluruh panca

inderanya untuk memahami sesuatu dalam waktu singkat, mereka akan

beralih ke hal lain untuk dipelajari. Lingkungan kadang menjadikan anak

terhambat dalam mengembangkan kemampuan belajarnya. Lingkungan

yang tidak kondusif dapat menghambat keinginan anak untuk

bereksplorasi.

Kegiatan pengembangan pembelajaran matematika untuk anak usia

dini dirancang agar anak mampu menguasai berbagai pengetahuan dan

keterampilan matematika yang memungkinkan mereka untuk hidup dan

bekerja pada abad mendatang yang menekankan pada kemampuan

memecahkan masalah. Berhitung merupakan bagian dari matematika, yang

sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan

yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika

maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar (Depdiknas, 2007: 1).

Berhitung pada anak usia dini diharapkan tidak hanya berkaitan

dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial dan

emosional. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, berhitung pada anak

usia dini dilakukan secara menarik dan bervariasi.

Pada saat inilah permainan angka mulai diperkenalkan pada anak,

Alexander (dalam Arikunto, 2006:46) pengertian konsep angka adalah

(21)

melalui segala sesuatu yang ada dalam lingkungan anak dan

memanfaatkan serta menghitung jumlah mainan yang paling disukai anak.

Secara tidak sadar dalam kehidupan sehari-hari anak selalu

dikenalkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan matematika

misalnya berbagai bentuk angka atau bilangan. Tanpa disadari pertama

kali orang tua mengenalkan kepada anak antara lain adalah konsep

berhitung misalnya berapa jumlah jari tanganmu? Jam berapa kamu

bangun tidur ? Berapa kali kamu mandi dalam sehari? Ade diberi permen

berapa oleh ayah?

Benda-benda di sekitar kita juga banyak yang mengenalkan yang

berhubungan dengan matematika, misalnya pada jam dinding, mata uang,

kalender. Oleh karena itu dapat dikatakan angka telah menjadi bagian

dalam kehidupan sehari-hari. Jadi pembelajaran matematika atau berhitung

harus dikuasai oleh seorang anak.

Penyampaian pembelajaran berhitung yang kurang menarik dan

variatif akan membuat anak malas dan bosan sehingga anak tidak

semangat mengikutinya.

Dunia anak adalah dunia bermain, melalui bermain anak

memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif,

sosial, emosi dan perkembangan fisik. Melalui kegiatan bermain dengan

berbagai permainan anak dirangsang untuk berkembang secara umum baik

(22)

Melalui kegiatan bermain yang mengandung edukasi, daya pikir

anak terangsang pada perkembangan emosi,sosial, kognitif, bahasa dan

fisik motoriknya. Setiap anak memiliki kemampuan dan ketertarikan

bermain yang berbeda tergantung dari perkembangan anak. Dari

permainan juga biasanya akan menimbulkan fantasi-fantasi besar oleh

anak, dan tentu akan semakin menambah semangat belajar pada anak.

Anak-anak kelompok A di PAUD Harapan Umat Tahun Pelajaran

2017/2018 sebagian besar kemampuan berhitungnya belum berkembang.

Antara lain anak-anak masih mengalami kesulitan. dalam membilang

angka 1-10, mengurutkan bilangan 1-10, mengenal konsep bilangan

dengan jumlah benda. Ada pula anak yang masih belum dapat

membedakan penulisan lambang angka yaitu 2 dan 5. Di samping itu pula

guru dalam menyampaikan pembelajaran, bersifat klasikal dengan media

papan tulis, dan spidol. Alat peraga dalam pembelajaran masih terbatas

sehingga anak merasa jenuh dan bosan.

Mengamati dari hal yang sudah dipaparkan diatas penulis

berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan

menggunakan media Permainan Lingkaran Warna sehingga pembelajaran

berhitung tidak membuat anak menjadi lekas bosan namun menjadi lebih

menyenangkan, karena diberikan melalui kegiatan bermain.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian in iadalah bagaimana

(23)

Warna Pada Kelompok A di PAUD Harapan Umat Desa Kebondowo Kec.

Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018 ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Pengembangan Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Lingkaran

Warna pada Kelompok A di PAUD Harapan Umat Desa Kebondowo Kec.

Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.

D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada lembaga-lembaga yang menangani pendidikan anak usia dini

ataupun masyarakat umum yang membutuhkan informasi tentang

perkembangan anak dan permainan yang tepat untuk meningkatkan

perkembangan kemampuan berhitung.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak

baik guru, anak atau siswa, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat :

a. Dapat mengembangkan kemampuan berhitung dengan

(24)

b. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran

berhitung pada anak usia dini.

E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis tindakan

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji

kebenaranya melalui penelitian. Menurut Arikunto (1996:67), hipotesis

yang dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut

“Adanya pengembangan kemampuan berhitung melalui permainan

lingkaran warna pada kelompok A di PAUD Harapan Umat Desa

Kebondowo Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran

2017/2018.

2. Indikator keberhasilan

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila anak mengalami

peningkatan perkembangan pada masing-masing indikator seperti:

anak mampu membilang angka 1-10, mengurutkan bilangan 1-10,

mengenal konsep bilangan dengan jumlah benda.

Adapun indikator pembelajaran berhitung terdapat pada Standar

Tingkat Pencapaian dan Perkembangan Anak/STPPA PAUD Aspek

(25)

Nilai Skor Keterangan

4 Berkembang Sangat Baik ( BSB )

3 Berkembang Sesuai Harapan (BSH )

2 Mulai Berkembang ( MB )

1 Belum Berkembang ( BB )

Tabel.1.1 Tabel Lembar Penilaian Pencapaian Dan Perkembangan Anak

F. Metode Penelitian

1. Rancangan penelitian

Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas atau

(Action Research) yang bertujuan memperbaiki suatu praktik

pembelajaran yang dilakukan di kelas (Arkunto,2006:58)

Model penelitian tindakan secara garis besar terdapat empat

tahapan yang lazim dilalui yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, dan refleksi.

Skema Siklus Penelitian

Gambar 1.2 Skema siklus penelitian (diambil dari Arikunto (2006:16) Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

(26)

2. Subjek penelitian

Penelitian dilakukan pada anak Kelompok A, dengan jumlah siswa

22 yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 10 anak perempuan, di

PAUD Harapan Umat Kec. Banyubiru Kab. Semarang. Dipilihnya

Kelompok A dikarenakan anak baru mengenal pembelajaran

matematika dan belum berkembang kemampuan berhitungnya.

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2017/

2018.

3. Langkah-langkah penelitian

Adapun tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari

empat tahapan penting, yaitu:

a. Tahap rencana

1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)

dengan penerapan metode bermain melalui permainan

lingkaran warna.

2) Menyiapkan alat permainan yaitu lingkaran warna yang akan

digunakan media pembelajaran pada anak.

3) Menyiapkan lembar tes observasi dan wawancara yang

ditujukan kepada anak dan guru yang diajak berkolaborasi

(guru kelas).

4) Membuat simulasi perbaikan.

b. Tahap tindakan

(27)

metode bermain melalui permainan lingkaran warna dengan

panduan RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian) yang

telah dibuat pada tahap perencanaan.

c. Tahap pengamatan

Pada tahap ini, penulis melakukan observasi segala

aktivitas anak dan guru dalam proses pembelajaran kemudian

dianalisis menjadi umpan balik dan disesuaikan dengan beberapa

indikator-indikator yang telah ditentukan penulis secara terlampir.

d. Tahap refleksi

Tahap ini untuk mengetahui sudah tercapaikah

pembelajaran yang menjadi target bagi peneliti yaitu meliputi

mencatat hasil observasi, evaluasi dan analisis hasil pembelajaran.

Jika pada Siklus I ternyata anak masih belum berkembang

kemampuan berhitungnya maka dilakukan perbaikan pada siklus

II, demikian selanjutnya, bila disiklus II belum menampakkan hasil

yang diharapkan maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.

4. Instrumen penelitian

Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian

tindakan kelas adalah :

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), yaitu panduan

pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses belajar

(28)

indikator kegiatan pembelajaran, alat dan sumber belajar, serta

hasil penilaian.

b. Lembar observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati

kegiatan anak didik dan guru selama proses pembelajaran

berlangsung pada tiap siklus.

5. Teknik dan pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

tindakan kelas adalah:

a. Tes

Tes adalah suatu tehnik pengukuran yang didalam nya

terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian

tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden

(Zainal Arifin, 2011; 226). Peneliti menggunakan beberapa

soal tes yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang nantinya

digunakan sebagai tes lisan. Sedangkan tes tertulis melalui

lembar kegiatan yang harus dikerjakan anak dengan materi

kemampuan berhitung permulaan.

b. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks,

suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan

psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah

proses-proses pengamatan dan ingatan. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono

(29)

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan secara sistematis dan sengaja, yang dilakukan

melalui pengamatan dan pencatatan hal yang diselidiki. Dalam

hal ini peneliti mengamati proses pengembangan kemampuan

berhitung pada anak, berbentuk hasil lembar tugas, dan lembar

observasi selama pembelajaran berlangsung.

c. Dokumentasi .

Pada teknik ini, peneliti dapat memperoleh informasi

dari berbagai macam sumber tertulis seperti lembar kegiatan

anak, dan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Dokumentasi meliputi lampiran foto kegiatan pembelajaran

sedang berlangsung.

d. Analisa data

Analisis data menurut Arikunto (2006:128) adalah

“proses mencari dan menyimpan secara sistematis data yang

diperoleh dari hasil penelitian dengan cara mengorganisasikan

data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana

yang penting dan mana yang harus dipelajari dan membuat

kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh diri sendiri dan

orang lain”.

Analisis data adalah suatu cara menganalisis data

(30)

Analisa data dilakukan penulis dengan menggunakan metode

deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan data yang

diperoleh melalui instrumen penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti dan

bagian akhir .

1. Bagian Awal

Pada bagian awal mencakup halaman sampul luar, lembar

berlogo, halaman sampul dalam, lembar persetujuan, lembar

pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian penelitian,

halaman motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,

daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.

2. Bagian Inti

Bagian inti terdiri dari lima bab yaitu:

Bab I: PENDAHULUAN, meliputi latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis

tindakan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : LANDASAN TEORI, yang meliputi : kajian teori,

dan kajian pustaka.

Bab III : PELAKSANAAN PENELITIAN yang meliputi:

deskripsi Pelaksanaan Siklus I, deskripsi pelaksanaan Siklus II.

Bab IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yang

(31)

Bab V : PENUTUP, terdiri dari kesimpulan dan saran.

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Kemampuan berhitung

a. Pengertian kemampuan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2007:707)

disebutkan bahwa kemampuan berasal dari kata mampu yang

berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu. Kemampuan

dapat diartikan juga kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita

berusaha dengan diri sendiri.

Menurut Sumadi Suryabrata (1998:168) menyatakan bahwa

kemampuan biasanya diidentikkan dengan kemampuan individu

dalam melakukan suatu aktivitas, yang menitikberatkan pada

latihan dan performance atau apa yang bisa dilakukan oleh

individu setelah mendapatkan latihan tertentu. Sedangkan

kemampuan menurut Munandar (1999:17) potensi seseorang yang

merupakan bawaan sejak lahir serta dipermatang dengan adanya

pembiasaan dan latihan, sehingga mampu melakukan sesuatu.

Menurut pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

kemampuan adalah kesanggupan seseorang atau potensi bawaan

seseorang untuk melakukan sesuatu yang berkembang berdasarkan

(33)

b. Pengertian berhitung

Berhitung menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI:

2007: 406), berhitung atau menghitung berasal dari kata hitung

artinya adalah mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi,

menggalikan, membagi, memperbanyak dan sebagainya).

Berhitung adalah sebuah cara yang menyenangkan untuk

mempelajari konsep bilangan. Anak usia dini sudah dapat diajari

matematika atau berhitung permulaan melalui berbagai cara.

Berhitung dengan suara nyaring atau berhitung sambil bernyanyi

baik dilakukan ketika mengajarkan anak berhitung dan mengenal

bilangan. Pengenalan berhitung permulaan yang dilakukan sambil

bermain dan bernyanyi membuat anak lebih mudah untuk

menerima pembelajaran (Ismayati, 2010: 24).

Menurut Dali S.Naga dalam Mulyono (2003:253) berhitung

atau menghitung adalah cabang matematika yang berkenaan

dengan hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan

mereka terutama penjumlahan, pengurangan, perkalian dan

pembagian.

Kemampuan berhitung sangat diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari. Terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi

pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan anak

(34)

Berhitung sangat erat kaitannya dengan angka-angka.

Matematika adalah dasar dari semua ilmu, sehingga kemampuan

berhitung sangat penting dimiliki oleh semua orang. Berhitung

merupakan tahapan belajar yang harus dilalui oleh setiap anak,

sehingga pembelajaran ini pada anak usia dini sangat disarankan.

Dari beberapa pendapat ahli dapat kita simpulkan bahwa

kemampuan berhitung adalah kesanggupan atau kemampuan dari

seseorang atau potensi yang dimiliki seseorang untuk melakukan

perhitungan dengan mengenal konsep dasar matematika seperti

konsep bilangan, sehingga dapat melakukan perhitungan dengan

benar.

c. Tujuan pengenalan berhitung pada anak usia dini

Berhitung termasuk ke dalam pengembangan aspek

kognitif. Adapun tujuan umum pengenalan berhitung pada anak

usia dini adalah agar anak mengenal dan mengetahui dasar-dasar

pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya anak nanti dapat

lebih siap mengikuti pembelajaran matematika yang lebih

kompleks pada jenjang pendidikan yang lebih lanjut.

Sedangkan tujuan yang khusus pengenalan

berhitung/matematika sederhana yang ada dalam kehidupan

sehari-hari hal ini sesuai dengan Santika dalam (Depdiknas 2007: 1)

(35)

1) Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui

pengamatan terhadap benda- benda konkrit, gambar-gambar

atau angka-angka yang terdapat disekitar anak.

2) Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan

bermasyarakat yang dalam keseharianya memerlukan

keterampilan berhitung.

3) Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi

yang tinggi.

4) Memahami pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat

dalam memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa

yang terjadi disekitarnya.

5) Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan suatu

secara spontan.

Dapat disimpulkan pengenalan pembelajaran berhitung

pada anak usia dini bertujuan untuk melatih berpikir logis,

memiliki ketelitian dan memahami konsep ruang serta waktu,

agar dapat mengembangkan kreativitas serta memiliki imajinasi,

dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari

serta membantu anak menyesuaikan diri dalam kehidupan

(36)

d. Prinsip-prinsip pembelajaran berhitung permulaan

Konsep pembelajaran berhitung anak usia dini sangat

berguna bagi perkembangan kecerdasan logika matematikanya.

Menurut hasil penelitian Dr. Howard Gardner, seorang profesor

pendidikan dari Harvard University (dalam Adiningsih),

mengungkapkan bahwa kecerdasan logika matematika merupakan

salah satu dari delapan jenis potensi kecerdasan yang dimiliki anak.

Anak usia dini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama adalah kelompok pra sekolah (0 - 3 tahun),

kelompok kedua adalah kelompok anak yang sudah mampu

mengikuti pendidikan anak usia dini (3-6 tahun).

Seorang guru/pendidik dalam mengajarkan pembelajaran

berhitung permulaan harus melakukannya secara menyenangkan

dan bertahap. Pedoman permainan berhitung (Depdiknas, 2007: 2)

menyatakan pembelajaran berhitung permulaan harus

memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Pembelajaran berhitung diberikan secara bertahap, diawali

dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa

konkrit yang dialami melalui pengamatan di alam sekitar.

2) Pengetahuan dan ketrampilan pada pembelajaran berhitung

diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukarannya,

misalnya dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dari

(37)

3) Pembelajaran berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi

kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk

menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.

4) Pembelajaran berhitung membutuhkan suasana yang

menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan

bagi anak.

5) Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep

berhitung permulaan sebaiknya bahasa yang sederhana dan

jika memungkinkan mengambil contoh yang ada di

lingkungan sekitar anak.

6) Dalam pembelajaran berhitung anak dapat mengelompokkan

sesuai tahap penguasaannya yaitu tahap konsep masa transisi

dan lambang.

Menurut Sriningsih (2008:39) “prinsip pembelajaran

matematika merupakan hal penting yang harus dilaksanakan guru

dalam setiap karakteristik perkembangan anak dan tidak

menimbulkan kecemasan (stress bagi anak)”.

e. Tahapan perkembangan kemampuan berhitung

Depdiknas (2007 :7-8) menjelaskan ada tiga tahap dalam

penguasaan berhitung anak yaitu :

1) Tahap penguasaan konsep

Dimulai dengan mengenal konsep atau pengertian tentang

(38)

Pada tahap ini anak akan berekspresi untuk berhitung segala

macam benda yang ada disekitarnya.

2) Tahap transisi

Tahap ini merupakan tahap peralihan dari pemahaman benda

secara konkrit dengan ke pemahaman secara abstrak.

3) Tahap pengenalan lambang

Setelah anak mampu memahami sesuatu secara abstrak, maka

anak dapat dikenalkan pada tahap penguasaan terhadap konsep

bilangan dengan cara menyelesaikan soal.

Keterangan dari beberapa sumber di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa dalam memberikan pengenalan pembelajaran

berhitung pada anak usia dini harus memperhatikan prinsip-prinsip

antara lain diberikan secara bertahap, dapat dikelompokkan sesuai

tahap penguasaannya, menggunakan bahasa yang sederhana

(dimengerti oleh anak) dan dalam suasana yang aman serta

menyenangkan.

2. Perkembangan berhitung pada anak usia dini

Setiap periode perkembangan menunjukan ciri-ciri atau

karakteristik tertentu. Menurut Sofia Hartati (2005:17), “Karakteristik

perkembangan merupakan tugas perkembangan pada suatu periode

yang harus dicapai dan dikuasai oleh seorang anak”. Tugas

perkembangan meliputi berbagai karakteristik perilaku pada setiap

(39)

Adapun landasan dalam menyampaikan pembelajaran berhitung

tertuang dalam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

(STTPA) Pada Tahun 2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

137 tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini .

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian standar adalah

ukuran tertentu yang dijadikan sebagai dasar. Dengan demikian standar

menetapkan persyaratan formal yang menciptakan kriteria, metode,

proses dan teknis seragam harus dipenuhi. Ada delapan standar yang

harus dipenuhi dalam penyelenggaraan PAUD di antaranya adalah

Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak.

Standar tingkat pencapaian perkembangan anak adalah kriteria

tentang kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek

perkembangan mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik,

kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni.

Pembelajaran berhitung merupakan pembelajaran yang mengacu

pada pengembangan aspek kognitif.

Pengembangan aspek kognitif anak usia 4-5 tahun secara khusus yaitu

berpikir simbolik diharapk anak mampu melakukan beberapa hal, seperti

terdapat dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Tingkat Pencapaian dan Perkembangan Anak usia 4-5 tahun

Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak

(40)

- Berfikir Simbolik 1. Membilang banyak benda dari satu sampai sepuluh

2. Mengenal konsep bilangan 3. Mengenal lambang bilangan 4. Mengenal lambang huruf

Sumber: Permendikbud Nomor 137 tahun 2014

Dari tabel di atas pemberian pembelajaran berhitung yang

diberikan pada anak usia 4-5 tahun adalah: (a) Membilang banyak

benda 1-10, (b) Mengenal konsep bilangan, (c) Mengenal lambang

bilangan.

Kesimpulannya pembelajaran berhitung pada anak diberikan oleh

guru/pendidik harus sesuai dengan standar tingkat pencapaian dan

perkembangan anak yang sudah ditetapkan.

3. Berhitung dalam Perspektif Islam

Begitu pentingnya pengenalan kemampuan berhitung ini sehingga

mulai dikenalkan pada anak usia dini. Sesungguhnya dalam pandangan

Islam mempelajari berhitung/matematika dalam Al Qur’an sangatlah

dianjurkan. Mempelajari matematika sejak dini agar dapat membuka

jalan dalam menjalankan syariat agama yang terkait pada angka dan

hitungan. Manfaat mempelajari berhitung/matematika mulai dari

menghitung rakaat solat, menghitung hari dalam berpuasa, menghitung

berapa zakat yang harus dikeluarkan, juga menghitung berapa putaran

thawaf atau sa’i saat sedang menunaikan ibadah haji, sampai pada

(41)

Adapun firman Allah SWT di dalam Al Qur’an yang

menganjurkan untuk mempelajari kemampuan berhitung (Q.S. Yunus

ayat lima yang berbunyi:

َسْمَّشلا َلَعَج ْيِذَّلاَوُه

َباَسِحْلاَو َنْيِنِّسلاَدَدَعاْوُمَلْعَ تِل َلِزانم ُهَرَّدقَّواًرْوُ نَرَمَقْلاَّوًءآَيِض

َنْوُمَلْعَّ ي ٍمْوَقِل َتَي ْلَّا ُلِّصَفُ ي ِّقَحْلاِب َّلَِّا َكِلذ ُللها ْقَلَخاَم

Artinya “Dialah yang menjadikan matahari yang bersinar dan

bulan yang bercahaya, dan ditetapkannya manzilah-manzilah

(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan

tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang

demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda

(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”

Dari arti ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah Subhanahu

Wata’ala memerintahkan kepada kita untuk mengetahui bilangan

tahun dan perhitungan waktu artinya bahwa kita harus menguasai ilmu

berhitung.

Kemampuan menghitung harus dimiliki dan sangat penting agar

manusia dapat mengetahui berbagai macam persoalan yang

berhubungan dengan angka atau bilangan. Tujuannya agar manusia itu

menggunakan akalnya untuk berpikir agar dapat memecahkan

persoalan yang ada dalam kehidupan kita. Betapa Allah menciptakan

alam semesta ini dengan perhitungan yang matang dan teliti.

(42)

4. Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini

Anak-anak kita merupakan sumber aset bangsa, di tangan

mereka kelak roda negara kita dijalankan. Oleh karena itu sebagai

generasi penerus bangsa, mereka memerlukan pembinaan dan

pengembangan yang optimal yang harus dilakukan sejak usia dini.

Menurut Mansur (2005:88) yang dimaksud anak usia dini adalah

kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola

pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik kasar dan halus),

intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan

spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan

komunikasi yang khusus sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Sumber daya manusia yang berkualitas tidaklah datang begitu saja,

semua membutuhkan persiapan yang matang. Sehingga tidak salah

ungkapan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas yang harus

dipersiapkan sejak usia dini.

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakekatnya adalah

pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi

pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau

menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.

Pendidikan Anak Usia Dini memberi kesempatan untuk

(43)

untuk anak usia dini perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat

mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif,

bahasa, sosial, emosi, fisik dan motorik dan seni. Dengan kegiatan yang

bervariatif dan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan, maka anak

akan berkembang semua potensinya dengan baik dan seimbang.

Pendidikan anak usia dini memiliki peranan sangat penting untuk

mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka

memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Meskipun demikian PAUD

sebenarnya lebih berorientasi pada pengoptimalan fungsi perkembangan

anak melalui kegiatan permainan (e-journal Masdudi).

Pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa

”(1) Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang

pendidikan dasar, (2) Pendidkan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan

melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan informal, (3)

Pendidikan Anak Usia Dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau

bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan Anak Usia Dini jalur

pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5)

Pendidikan Usia Dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga

atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Menurut Yus (2011) dalam sejarah perkembangan anak usia dini

terdapat beberapa filsuf yang pemikirannya mendasari pendidikan anak

usia dini hingga saat ini, secara ringkas filosofi para filsuf tersebut

(44)

a. John Locke

John Locke terkenal dengan teori “Tabula Rasa”. Teori ini

berpendapat bahwa anak lahir dalam keadaan seperti kertas putih

sehingga lingkunganlah yang berpengaruh terhadap pembentukan

dirinya. Lingkunganlah yang mengisi kertas kosong tersebut yang

dinamakan pengalaman. Pengalaman-pengalaman anak akan

berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak.

b. Jean Jacques Rousseau

Jean Jaques Rousseau adalah salah satu filsuf yang

mendasari teori maturisional yang beranggapan bahwa yang

berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah berasal dari anak

sendiri atau berkembang secara alami. Pendidikan harus

membiarkan anak tumbuh tanpa intervensi dengan cara tidak

membandingkan anak antara satu dengan yang lainnya.

Dalam pemikirannya Rousseau beranggapan bahwa anak

lahir dalam keadaan baik, lingkunganlah yang membuat anak

menjadi tidak baik.

c. Friedrich Froebel

Menurut Froebel, sejak lahir dan menjalani masa

kanak-kanak, seseorang harus menjalani hidup sesuai perkembangannya.

Secara kodrati, seorang anak membawa sifat baik, sifat buruk anak

(45)

Froebel juga mengajurkan agar indera anak dilatih dengan

pengamatan, eksplorasi atau peragaan terhadap makhluk hidup,

melalui hal tersebut anak akan belajar, berpikiran kemudian

melakukan atau yang biasa disebut learning by doing. Tahun 1831

Froebel mendirikan Kindergarten. Konsep kindergarten Froebel

sangat terkenal dan menjadi rujukan di berbagai Negara, bahkan di

Indonesia konsep Froebel terkenal pada masa sebelum

kemerdekaan.

d. Maria Montessori

Maria Montessori adalah seorang dokter bidang penyakit

anak yang meyakini bahwa pendidikan dimulai sejak lahir. Bayi

yang masih kecil perlu dikenalkan dengan orang-orang dan

suara-suara, diajak bermain dan bercakap-cakap agar anak-anak dapat

berkembang menjadi anak yang normal dan bahagia.

Dasar pendidikan Montessori yaitu penghargaan terhadap

anak, absorbent mind (pemikiran yang cepat menyerap), sensitive

periods (masa peka), penataan lingkungan sesuai dengan

karakteristik dan kebutuhan anak, pendidikan diri sendiri

(pedosentris), dan kebebasan”.

e. Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh pendidikan Indonesia,

dan karena kegigihannya ia dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan

(46)

dini. Pandangan Dewantara tentang pendidikan adalah ing ngarso

sung tulodho, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani

artinyadi depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, dan

di belakang memberikan daya kekuatan.

f. Howard Gardner

Gardner adalah tokoh yang terkenal dengan pemikirannya

tentang kecerdasan jamak, dalam pemikiran Gardner setiap anak

adalah cerdas, tugas guru adalah mengarahkannya agar anak

menjadi cerdas. Dimensi kecerdasan menurut Gardner antara lain:

kecerdasan bahasa, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan

musik, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan visual-spasial,

intrapersonal, interpersonal, naturalis dan spiritual.

5. Karakteristik anak usia dini

Pada masa usia dini karakteristik anak sangat berbeda

dibandingkan dengan karakteristik tahapan selanjutnya, beberapa

karakteristik anak usia dini menurut Hartati (2005:8), adalah sebagai

berikut:

a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar

Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia yang ada di

sekitarnya. Pada masa bayi anak mencoba meraih benda-benda yang

ada di sekitarnya kemudian pada usia hampir 1 tahun anak suka

(47)

usia 3-4 tahun anak sudah mulai bisa membuat kalimat dengan 4-5

kata, pada masa ini anak-anak suka membongkar pasang mainan

yang ada di sekitarnya.

Pada usia 5-7 tahun kemampuan anak untuk membuat kalimat

sudah mulai menyerupai orang dewasa. Pada masa ini anak juga

memiliki keingintahuan yang besar terhadap lingkungannya,

sehingga anak kerap bertanya pada orang dewasa baik itu guru

maupun orangtua tentang hal-hal yang dianggap menarik oleh anak,

dan sebaiknya orang tua menanggapi pertanyaan anak dengan baik

pula bahkan bisa juga orangtua balik bertanya pada anak, hal ini

untuk merangsang daya pikir dan penalaran anak.

b. Merupakan pribadi yang unik

Secara umum pola perkembangan anak usia dini adalah sama,

namun perlu disadari bahwa tiap-tiap anak memiliki keunikannya

sendiri-sendiri. Bahkan meskipun anak tersebut kembar. Keunikan

ini dapat berasal dari faktor genetis maupun berasal dari faktor

lingkungan anak. Guru sebagai pendidik harus benar-benar

memahami hal ini sehingga guru dapat memahami kebutuhan

tiap-tiap anak dalam pembelajarannya.

c. Suka berfantasi dan berimajinasi

Anak usia dini sangat suka berimajinasi dan berfantasi

dengan pikirannya, kemudian anak dapat menceritakannya dengan

(48)

saja hal tersebut hanya hasil dari imajinasi anak. Kadang anak usia

dini juga belum bisa membedakan dengan jelas antara kenyataan

dan fantasi, sehingga seringkali orang dewasa menganggap anak

berbohong.

Fantasi dan imajinasi pada anak sangat penting bagi

pengembangan kreativitas dan bahasanya. Untuk itu anak perlu

untuk mendapatkan bimbingan agar dapat membedakan antara

kenyataan dan fantasi, maupun fantasi dan imajinasi anak. Fantasi

menurut Lubis (2010) adalah kemampuan membentuk tanggapan

baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada. Sedangkan

imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan suatu objek

atau kejadian tanpa didukung data yang nyata, contohnya: adalah

teman imajiner bagi anak.

d. Masa paling potensial untuk belajar

Pada usia 0-8 tahun perkembangan otak anak dapat

mencapai 80%, sehingga jika anak diberikan stimulus-stimulus

yang dapat merangsang otak anak maka neuron-neuron yang ada

dalam otak anak akan berkembang atau bercabang-cabang sehingga

akan akan menjadi lebih cerdas. Namun pengalaman-pengalaman

yang diperoleh anak akan menetap jika digunakan secara

(49)

inilah disebut masa golden age yang merupakan masa paling

potensial untuk anak dalam belajar guna mengoptimalkan tumbuh

kembang anak.

e. Menunjukkan sikap egosentris

Egosentris artinya berpusat pada aku, artinya anak usiadini

pada umumnya hanya memahami sesuatu dari sudut pandangnya

sendiri, bukan sudut pandang orang lain. Seorang ahli anak, Jean

Piaget memasukkan karakter tersebut pada tahapan kognitif

praoperational pada usia 2-7 tahun.

f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek

Menurut Berg (1988) disebutkan bahwa sepuluh menit

adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat

duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya perhatian

yang pendek membuat ia sangat sulit untuk duduk dan

memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama, kecuali

terhadap hal-hal yang menyenangkan, pembelajaran dapat

dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bervariasi dan

menyenangkan.

g. Sebagai bagian dari makhluk sosial.

Anak usia dini mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan

di sekitarnya, pada masa ini anak akan belajar memahami

(50)

dalam hal ini anak juga belajar berperilaku sesuai harapan

sosialnya karena ia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

6. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini

a. Perkembangan Kognitif

Jean Piaget adalah seorang Psikolog Swiss yang terkenal,

Piaget menyebutkan bahwa proses kognitif yang penting dalam

otak anak adalah skema, asimilasi dan akomodasi, organisasi, serta

ekuilibrasi.

Skema dalam teori Piaget adalah tindakan atau representasi

mental yang mengatur pengetahuan. Asimilasi adalah masuknya

informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada (skema).

Akomodasi adalah penyesuaian skema agar sesuai dengan

informasi dan pengetahuan baru. Organisasi adalah

pengelompokkan perilaku yang terisolasi ke dalam sebuah sistem

kognitif dengan susunan yang lebih tinggi yang berfungsi secara

lebih lancar, pengelompokan atau penyusunan hal-hal ke dalam

kategori-kategori. Ekuilibrasi mekanisme yang diajukan Piaget

untuk menjelaskan bagaimana anak-anak beralih dari satu tingkat

pemikiran ke tingkat yang berikutnya

(Santrock,2009:48-49). Piaget mengajukan empat tahapan

perkembangan anak sebagai berikut:

(51)

Dalam tahap ini bayi membangun pemahaman

tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman

sensori dengan tindakan motorik mereka, itulah mengapa

disebut tahap sensorimotor. Piaget berpendapat bahwa

benda-benda yang bersifat permanen adalah pencapaian

yang penting dalam masa bayi. Pencapaian kedua adalah

kesadaran bertahap bahwa ada perbedaan atau batas antara

diri sendiri dan lingkungan sekitar. Menurut Piaget, seperti

inilah kehidupan mental bayi. Pada akhir periode

sensorimotor, anak dapat membedakan antara diri sendiri

dan dunia, serta sadar bahwa benda akan terus ada.

2) Tahap Pra operasional (2-7 tahun)

Tahap ini lebih simbolik daripada tahapan

sensorimotor, pada tahap ini ditandai dengan anak bersifat

egosentris dan intuitif daripada logis.

3) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)

Pada tahapan ini anak sudah dapat berpikir

melibatkan penggunaan konsep operasi. Anak-anak lebih

berkembang lagi dalam hal pemikirannya. Pemikiran logis

menggantikan pemikiran intuitif, tetapi hanya dalam situasi

yang konkrit. Terdapat ketrampilan mengklasifikasikan,

(52)

4) Tahap Operasional Formal (11-15 tahun hingga masa

dewasa).

Pada tahapan ini individu-individu mulai mengambil

keputusan berdasarkan pengalaman nyata dan berpikir lebih

abstrak, idealis dan logis. Pemikirannya bertambah dewasa

dan jauh lebih matang. Pentingnya masa anak dan

karakteristik anak usia dini menuntut pendekatan yang akan

digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang memusatkan

perhatiannya pada anak ( Mansur 2005:91).

7. Pengertian permainan dan bermain

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2007:698)

per.ma.in.an; Nomina (kata benda); sesuatu yang digunakan untuk

bermain; barang atau sesuatu yang dipermainkan; mainan.

Permainan berasal dari kata “main” yang diberi imbuhan awalan

“per” dan akhiran “an”. Main artinya melakukan sesuatu yang

menyenangkan hati, namun karena diberi imbuhan maka berubah

menjadi kata benda yang artinya sesuatu yang dapat menyenangkan

hati. Menurut Musfiroh (2015:7.6). Pengertian lainnya adalah

permainan merupakan alat/sesuatu untuk mempelajari fungsi hidup

sebagai persiapan untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya.

Setiap permainan memiliki karakteristik, tujuan dan fungsi yang

berbeda. Permainan adalah media bagi anak untuk bermain

(53)

Sedangkan Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

setiap anak, bahkan dikatakan anak mengisi sebagian besar dari

kehidupannya dengan bermain. Arti lain dari kata bermain sama dengan

istilah main yakni menunjuk pada aktivitas seseorang yang melakukan

suatu jenis permainan. Contohnya: Rudi bermain bola.

Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberi

informasi dan mengembangkan imajinasi dalam suasana yang

menyenangkan bagi anak. Kegiatan bermain dapat dilakukan

menggunakan alat permainan maupun tidak (Sudono, 2000).

Menurut Lev Vygotsky dalam Musfiroh (2015:1.11)

menyatakan bahwa “Bermain merupakan sumber perkembangan anak,

terutama aspek berpikir, anak tidak serta merta menguasai pengetahuan

karena faktor kematangan, tetapi karena adanya interaksi aktif dengan

lingkungan”.

Bermain merupakan aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak

karena menyenangkan, bukan untuk mendapatkan hadiah atau pujian.

Bermain sangat penting bagi anak seperti halnya kebutuhan makanan

sehat dan bergizi bagi perkembangan anak.

a. Karakteristik bermain

Dalam kehidupan anak bermain mempunyai arti yang

sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yang sehat selalu

mempunyai dorongan untuk bermain.

(54)

Gambar 2.1 Ciri-ciri bermain

Sumber: Tadkiroatun Musfiroh (2008: 4 Cerdas melalui Bermain)

Dari Gambar 2.1 dapat disimpulkan bahwa kegiatan

bermain mengandung unsur: (1) menyenangkan dan

menggembirakan bagi anak; anak menikmati kegiatan bermain

tersebut; mereka tampak riang dan senang; (2) dorongan bermain

bermain muncul dari anak bukan paksaan orang lain; (3) anak

melakukan secara spontan dan suka rela; anak tidak merasa

diwajibkan; (4) semua anak ikut serta secara bersama-sama sesuai

peran masing-masing; (5) anak berlaku pura-pura, atau

memerankan sesuatu; anak pura-pura marah atau menangis; (6)

anak menetapkan aturan main sendiri, baik aturan yang diadopsi

dari orang lain maupun aturan yang baru; aturan main itu dipatuhi

oleh semua peserta bermain; (7) anak berlaku aktif; mereka CIRI-CIRI

BERMAIN

Motivasi dari dalam diri anak

(55)

melompat atau menggerakkan tubuh, tangan dan tidak sekedar

melihat; (8) anak bebas memilih mau bermain apa dan beralih ke

kegiatan bermain lain; bermain bersifat fleksibel

b. Tahapan-tahapan perkembangan bermain anak usia dini

Sofia Hartati (2005: 92) membagi tahapan bermain di bagi menjadi

tiga tahap, yaitu:

1) Exploration Play (0 – 2 tahun); Dalam tahap ini anak sudah

mulai timbul rasa ingintahunya untuk menjelajahi dunia

sekitar dan dirinya sendiri.Anak akan bergerak ke sana ke

mari hanya untuk memuaskan rasa ingin tahunya, dilakukan

tanpa aturan serta tujuan yang jelas.

2) Competency Play (3 – 6 tahun); adalah tahap anak melakukan

aktivitas dengan cara meniru orang lain yang dilihatnya. Pada

tahap ini anak sudah mulai mampu untuk mencapai tingkat

keterampilan tertentu, misalnya cara memegang sendok

makan atau pensil.

3) Achievement Play (7 – 10 tahun); adalah tahap permainan di

mana anak sudah mulai melakukan kegiatan bermain yang

sifatnya kompetitif. Kegiatan ini dilakukan karena anak sudah

ingin menunjukkan pretasinya. Kegiatan main pada tahap ini

contohnya bermain sepak bola.

(56)

Manfaat bermain dari berbagai aspek perkembangan anak

adalah sebagai berikut:

1) Fisik–Motorik: Anak terlatih motorik kasar dan halusnya serta

otot-otot tubuh terbentuk dengan baik.

2) Sosial-Emosional : Mendorong anak meninggalkan pola pikir

egosentris karena anak mulai bersosialisasi.

3) Kognitif: Bermain dapat meningkatkan kemampuan

konsentrasi anak, meningkatkan kemampuan anak dalam

memecahkan masalah, juga meningkatkan kreativitas anak

(Fatimaningrum, 2008).

d. Prinsip Bermain

1) Prinsip bermain bagi anak usia dini disesuaikan dengan usia,

minat, kemampuan, bakat, dan tingkat perkembangan yang

berbeda-beda pada setiap anak. Anak merupakan pribadi yang

unik.

2) Bermain dapat memberikan pengalaman nyata bagi

masing-masing anak sehingga anak termotivasi memperoleh

pengalaman belajar yang bermakna.

3) Proses bermain dilakukan dalam suasana gembira,bebas dari

rasa takut akan salah, tidak ada paksaan, boleh berpendapat

dan keinginan antara anak-anak dengan temannya

(57)

e. Tujuan bermain bagi anak usia dini

Adapun tujuan bermain antara lain :

1) Anak merasa senang.

2) Anak berlatih menggunakan seluruh inderanya.

3) Anak aktif melakukan kegiatan.

4) Anak belajar bekerja sama, berkomunikasi, dan

belajar memecahkan masalah.

5) Mengembangkan rasa ingin tahu, harga diri, percaya diri, dan

anak belajar mengembangkan nilai-nilai.

6) Anak memperoleh pengalaman nyata.

7) Anak menuju kemandirian (Fatimaningrum, 2008).

Banyak jenis permainan yang bisa diajarkan pada anak, semua

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan anak. Bermain

dengan angka sebelum anak pandai berhitung langkah pertama adalah

mengerti tentang arti angka

.

Mutiah (2012) dalam Psikologi bermain anak usia dini menyatakan bahwa”belajar huruf dan angka merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi keberhasilan anak dimasa yang akan datang. Burns dalam bukunya math thier way keduanya mendasarkan pada teori Piaget yang menunjukkan bagaimana konsep matematika yang sudah dapat diperkenalkan melalui dari usia tiga tahun adalah kelompok bilangan (aritmatika, berhitung), pola dan fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, grafik, estimasi, probabilitas, pemecahan masalah”.

Kemampuan berhitung permulaan pada anak berbeda-beda

(58)

juga akanlebih baik dibandingkan anak yang tidak mendapatkan

stimulasi.

Bermain adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi

anak. Melalui kegiatan bermain, semua aspek perkembangan anak

ditumbuhkan sehingga anak menjadi lebih sehat sekaligus cerdas.

Anak-anak bermain dengan menggunakan seluruh emosinya,

perasaannya dan pikirannya. Kesenangan merupakan salah satu

elemen pokok dalam bermain. Anak akan terus bermain sepanjang

aktivitas tersebut menghiburnya. Permainan adalah stimulasi yang

sangat tepat bagi anak (Adriana:2013:46).

Demikian besar peran bermain dalam kehidupan anak

sebagaimana diungkapkan oleh banyak ahli tersebut, dapat

disimpulkan bahwa bermain atau permainan merupakan sarana

utama dalam pengembangan berbagai aspek perkembangan anak

yaitu Nilai Agama dan Moral, Bahasa, Fisik Motorik, Sosial

Emosi, Kognitif dan Seni, yang memiliki karakteristik, tujuan dan

fungsi sebagai persiapan untuk menghadapi kehidupan yang

sebenarnya.

8. Kajian Materi

a. Permainan Lingkaran Warna

Lingkaran menurut Kamus Besar BahasaIndonesia (KBBI

(59)

pada jarak yang sama dari titik pusat: bundaran. Lingkaran dalam

matematika termasuk katagori bangun datar yang luas dan

kelilingnya dapat diukur.

Arti warna menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh

benda-benda yang dikenainya; corak rupa, seperti biru dan hijau

(KBBI 2007). Dari arti kata- kata di atas dapat disimpulkan bahwa

Lingkaran Warna adalah bangun datar berbentuk bundar dengan

corak rupa/warna .

Lingkaran Warna adalah istilah yang digunakan peneliti

sebagai alat bermain berbentuk bangun datar dengan corak warna

di dalamnya.

Permainan Lingkaran Warna yang dipilih dalam pemberian

tindakan kelas adalah media bagi anak dalam pembelajaran

berhitung permulaan pada anak kelompok A di PAUD Harapan

Umat. Permainan ini yang menggunakan bangun datar berbentuk

lingkaran dengan warna- warni yang beraneka ragam. Diharapkan

saat anak-anak melakukan permainan tidak merasa jenuh dan bosan

karena pembelajaran berhitung identik dengan angka-angka saja,

namun dengan alat peraga tersebut anak-anak lebih tertarik, senang

dan bersemangat dalam belajar sehingga kemampuan berhitung

permulaan yang disampaikan berkembang dengan baik.

(60)

Adapun media lingkaran warna terbuat dari :

Matte terbuat dari kain atau MMT berbentuk lingkaran yang

dibagi menjadi sepuluh bagian dengan warna yang berbeda

yang terdapat tulisan angka 1-10

2) Alat pelengkap:

a) Kertas Asturo berbentuk Lingkaran dengan

berwarna-warni terdapat angka dari 1-10

b) Wadah/tempat berupa penampan dan baskom plastik

c) Bola kecil berwarna-warni.

3) Cara Main

Cara bermain dalam permainan Lingkaran Warna adalah

sebagai berikut:

a) Setiap anak berdiri sambil memegang tepi lingkaran,

lalu berjalan memutar dan bernyanyi “Lingkaran kecil

-lingkaran kecil -lingkaran -lingkaran kecil, -lingkaran

besar, lingkaran besar lingkaran besar, besar, besar,

semakin besar, besar besar, duduk yang manis.

b) Anak duduk melingkar di tepi Lingkaran Warna

c) Anak berdoa/membaca Basmallah sebelum permainan

dimulai

d) Bernyanyi lagu yang berhungan angka/ bilangan .Contoh

lagu yang berhubungan dengan bilangan misalnya; Lagu

(61)

lima, enam, tujuh, delapan. Siapa rajin ke sekolah cari

ilmu sampai dapat. Sungguh senang amat senang,

bangun pagi-pagi sungguh senang” .

e) Guru mengenalkan bilangan-bilangan yang terdapat pada

lingkaran juga nama-nama warna dan memberitahukan

peraturan saat bermain.

f)Guru mengabsen nama anak. Anak yang dipanggil

namanya melompat memutari lingkaran sambil berhitung

dari angka 1-10.

g) Anak mengambil salah satu pelengkap alat permainan

yang bentuk lingkaran terbuat dari kertas asturo yang

terdapat angka-angka dari 1-10 secara acak .

h) Anak mengambil bola/benda lain seperti bendera,

sesuai angka yang terdapat pada kertas yang diambil

anak.

i)Pemberian pujian (reward) bagi anak yang sudah

menyelasaikan permainan.

j)Penutup, bernyanyi dan bertepuk tangan dengan

menyanyikan lagu yang berhubungan dengan angka atau

bilangan.

b. Kelebihan Media Lingkaran Warna

Kelebihan yang dimiliki oleh media lingkaran warna antara

Gambar

Tabel.1.1 Tabel Lembar Penilaian  Pencapaian Dan Perkembangan Anak
Gambar 2.1 Ciri-ciri bermain
Tabel 3.1 Jumlah murid PAUD Harapan Umat Tahun Pelajaran 2017/2018
Tabel 3.2. Daftar Murid Kelompok A.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji kecernaan menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kecernaan bahan kering, NDF dan ADF, akan tetapi tidak memberikan

Penelitian ini dibagi dalam 4 tahap kegiatan, yaitu percobaan proses batch untuk memperoleh hubungan pengaruh variabel proses terhadap pertumbuhan sel dan produksi

dengan mutu produk dan pelayanan, dimana besarnya pengaruh ( adjusted R square ) 0,096 (9,6%), yang artinya mutu produk dan pelayanan mempengaruhi hasil kepuasan pelanggan

Pada penambahan TiO 2 5% memiliki arus yang paling besar pada karakterisasi arus – tegangan, kapasitansi, loss coefficient, dan konduktansi yang paling tinggi,

Sebagai fungsi layanan bagi pengunjung sekolah beberapa ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Perpustakaan, berkaitan dengan aspek layanan tersebut adalah (1)

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya yang dilakukan guru pembina dalam menumbuhkan minat siswa pada kegiatan muhadhoroh di pondok pesantren

Gambar (c) merupakan hasil hidrolisis dengan kombinasi perlakuan konsentrasi asam yang lebih tinggi (0.5 M), waktu kontak lebih lama (total waktu 5`), dan menggunakan

[r]