PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI
PERMAINAN LINGKARAN WARNA PADA KELOMPOK A
DI PAUD HARAPAN UMAT DESA KEBONDOWO
KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
TATI RAHMAWATI
NIM 116-14-011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
i
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI
PERMAINAN LINGKARAN WARNA PADA KELOMPOK A
DI PAUD HARAPAN UMAT DESA KEBONDOWO
KEC. BANYUBIRU KAB. SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
TATI RAHMAWATI
NIM 116-14-011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. Dosen IAIN Salatiga
Hal : Naskah Skripsi
Lamp : 4 eksemplar
Saudara : Tati Rahmawati
Kepada:
Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara:
Nama : Tati Rahmawati
NIM : 116-14-011
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Judul : PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERHITUNG
MELALUI PERMAINAN LINGKARAN WARNA PADA KELOMPOK A DI PAUD HARAPAN UMAT DESA KEBONDOWO KEC. BANYUBIRU
KAB. SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2017/2018
dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqasyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 25 Juli 2018
Pembimbing,
vi MOTTO
“Mengajarkan anak berhitung sama dengan mengajarkan anak tentang kejujuran karena dalam ilmu berhitung jawabannya selalu jujur dan pasti”
-Sulistiyawati-
“Ajarilah anak-anakmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zaman yang
berbeda dengan zamanmu”
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan teruntuk:
❖ Ibunda tercinta, Ibu Hj. Siti Nadiroh Terima kasih tiada terhingga
untukmu yang senantiasa ikhlas merangkai do’a-do’a untukku sehingga dalam keterbatasan kudapat menyelesaikan studi dengan
baik.
❖ Ayahanda terkasih, Bapak A.Samaun Tohjaya Alm. yang semasa
hidupnya mengharapkanku dapat menempuh pendidikan di IAIN
dan baru saat ini dapat mewujudkannya. Semoga Allah senantiasa
memberikan tempat yang terbaik di sisiNya.
❖ Suamiku tercinta, Bambang Puspito, S.Hut. yang selalu
memberikan support, doa dan kesempatan padaku mencari ilmu
disela-sela rutinitas sebagai seorang istri dan ibu.
❖ Anak-anakku tersayang, Hikmatyyar Syahril Ramadhan dan
Fadlilah Syaharani Maghfira yang selalu memberikan do’a,
senyum, dan semangat, agar tidak berputus asa dan terus maju.
❖ Adik-adikku, Iin Inayah, Mahruri, Rini Astini, dan Rudianto,
terima kasih atas support dan do’anya.
❖ Teman-teman pendidik PAUD Harapan Umat, terima kasih atas
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmannirrohiim,
Alhamdulillahi robbil ‘alamiin, segala puji dan syukur hanyalah milik
Allah Subhanahuwata’ala, karena dengan rahmat, taufiq dan ridhoNya penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Kemampuan
Berhitung melalui Permainan Lingkaran Warna pada Kelompok A di PAUD
Harapan Umat Tahun Pelajaran 2017/2018”.
Salam dan Sholawat selalu kita haturkan, kepada junjungan Nabiyullah
Muhammad Shallallahu ’alaihi wasallam yang membawa keteladanan dan ajaran
Islamiyyah sehingga menjadi penerang dalam menjalani kehidupan di dunia dan
di akhirat.
Dengan perasaan bangga dan terharu penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini merupakan tugas akhir yang tidak dapat dianggap ringan. Penulis sadar banyak
kekurangan dalam proses penyusunan skripsi ini, karena keterbatasan kemampuan
penulis sendiri. Tentunya banyak pihak yang membantu penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi,M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan IAIN Salatiga
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Islam Anak Usia Dini (PIAUD)dansebagai dosen pembimbing yang
telah setia dan sabar meluangkan waktunya untuk membimbing
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi.
4. Bapak Agung Hidayatulloh, M.Pd. Dosen Program Studi PIAUD yang
telah memberikan masukan dan support dalam menyelesaikan skripsi
ix
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta Staf karyawan di lingkungan
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan khususnya Program Studi
Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD).
6. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Atas semua jasa kepada mereka semua, penulis ucapkan “jazakumullah
khairan katsiran“. Semoga amal baiknya diterima dan dilipat gandakan oleh Allah
Subhanahuwata’ala. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini kurang mendekati kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sumbangsih
dari pembaca berupa kritik dan saran yang membangun guna tercapainya
penyusunan karya lain di kemudian hari. Dan semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis pribadi dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 21 Juli 2018
x ABSTRAK
Rahmawati,Tati.2018. Pengembangan Kemampuanm Berhitung Melalui
Permainan Lingkaran Warna pada Kelompok A di PAUD Harapan Umat Desa Kebondowo Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran
2017/2018. Skripsi. Jurusan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi
Pendidikan Islam Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Dra.Siti Asdiqoh, M.Si.
Kata Kunci: Kemampuan Berhitung; Permainan Lingkaran Warna.
Konsep berhitung sangat penting diberikan pada anak sebagai landasan penguasaan konsep matematika di jenjang pendidikan selanjutnya Media pembelajaran sangat dianjurkan agar anak mampu menerima pembelajaran dengan baik. Kemampuan berhitung yang belum berkembang menjadi masalah yang dihadapi guru kelompok A Berdasarkan kondisi tersebut rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu bagaimana pengembangan kemampuan berhitung melalui permainan lingkaran warna.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengembangan kemampuan berhitung melalui permainan lingkaran warna. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelompok A berjumlah 22 anak.
xi DAFTAR ISI
SAMPUL
JUDUL………i
LEMBAR LOGO IAIN………...ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING………...iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN………...iv
PENGESAHAN KELULUSAN………..v
MOTTO ...………...vi
PERSEMBAHAN...vii
KATA PENGANTAR………..viii
ABSTRAK………...x
DAFTAR ISI……….…..xi
DAFTAR TABEL………..…………...xiv
DAFTAR GAMBAR……….xv
DAFTAR LAMPIRAN……….xvi BAB I PENDAHULUAN………1
A. Latar Belakang Masalah……….1
B. Rumusan Masalah………..5
C. Tujuan Penelitian………. 6
D. Kegunaan Penelitian………. 6
1. Manfaat teoritis……….. 6
xii
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan……….………...7
1. Hipotesis tindakan……….. 7
2. Indikator keberhasilan……… 7
F. Metode Penelitian………. 8
1. Rancangan penelitian……… . 8
2. Subjek penelitian……… 9
3. Langkah-langkah penelitian……….. 9
4. Instrumen penelitian……… 10 5. Teknik pengumpulan data………..……… 11
G. Sistematika Penulisan……… 13 BAB II LANDASAN TEORI……… 15
A. Kajian Teori……… 15
1. Kemampuan berhitung……… 15
2. Perkembangan berhitung pada anak usia dini………... 21
3. Berhitung dalam Perspektif Islam………... 23
4. Perkembangan pendidikan anak usia dini………. … 25
5. Karakteristik Anak Usia Dini……….… ...30
6. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini………...……33
7. Pengertian permainan dan bermain………...35
8. Kajian materi……… 42
B. Kajian Pustaka……… 47
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN……….. 52
xiii
1. Sejarah berdirinya PAUD Harapan Umat………..52
2. Profil PAUD……… 53
3. Tujuan………55
4. Keadaan murid dan guru………... 55
B. Deskripsi Pelaksanaan Per Siklus………...59
1. Data Pra Siklus………... 59
2. Pelaksanaan Siklus I……… ..59
3. Pelaksanaan Siklus II……….. .67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...73
A. Deskripsi Per Siklus……… 73
1. Ketentuan penilaian………... 73
2. Hasil penelitian Siklus I………...74
3. Hasil penelitian Siklus II………....77
B. Pembahasan ……… 80
BAB V PENUTUP………..……… 83
A. Kesimpulan………..83
B. Saran………83
DAFTAR PUSTAKA………85
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1.Lembar Penilaian Pencapaian dan Perkembangan Anak………... 8
Tabel 2.1 Tingkat Pencapaian dan Perkembangan Anak Usia 4 –5 tahun …... 23
Tabel 3.1. Jumlah murid PAUD Harapan Umat Tahun Pelajaran 2017/2018….. 55
Tabel 3.2. Daftar murid kelompok A………...56
Tabel 3.3. Keadaan Guru………...………...57
Tabel 4.1. Instrumen Penilaian Kemampuan Berhitung……….……...…73
Tabel 4.2. Indikator yang dinilai tiap Siklus………..74
Tabel 4.3. Hasil Penilaian Siklus I………...………..…74
Tabel 4.4.Hasil Penilaian Ketrampilan Guru Siklus I………. 76
Tabel 4.5. Pengamatan aktivitas siswa Siklus I……….76
Tabel 4.6. Data Hasil Penilaian Siklus II……….…...……77
Tabel 4.7.Hasil Pengamatan Ketrampilan Guru Siklus II………..………..……..79
Tabel 4.8. Pengamatan Aktivitas siswa Siklus II………..………... 79
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Siklus Penelitian………. 8
Gambar 2.1 Ciri Bermain………...37
Gambar 3.1.Struktur Kepengurusan PAUD Harapan Umat……… 58
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Hasil Observasi Pra Siklus
Lampiran 2: Lembar RPPH Siklus I
Lampiran 3: Lembar Data Hasil Peniaian Siklus I
Lampiran 4: Lembar Pengamatan terhadap Ketrampilan Guru Siklus I
Lampiran 5: Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I
Lampiran 6: Lembar RPPH Siklus II
Lampiran 7: Lembar Data Hasil PeniaianSiklus II
Lampiran 8: Lembar Pengamatan terhadap Ketrampilan Guru Siklus II
Lampiran 9: Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II
Lampiran 10: Lembar Tugas Siklus I
Lampiran 11: Lembar Tugas Siklus I
Lampiran 12: Lembar Tugas Siklus II
Lampiran 13: Lembar Tugas II
Lampiran 14: Foto Dokumen Penelitian
Lampiran 15: Lampiran Surat Tugas Pembimbing
Lampiran 16: Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 17: Surat Permohonan Ijin Pnelitian
Lampiran 18: Surat Balasan Ijin Penelitian
Lampiran 19 : Lembar Satuan Kredit Kegiatan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai usaha manusia
untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan
baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan untuk
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta mewariskannya
kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan
kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional berkaitan dengan Pendidikan Anak Usia Dini
tertulis pada pasal 28 ayat 1 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia dini
diselenggarakan bagi anak sejak lahir sampai enam tahun dan bukan
merupakan prasarat untuk mengikuti pendidikan dasar.” (Yuliani,
2013:6).
Selanjutnya pada Bab I pasal 1 ayat 14 ditegaskan bahwa
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu pembinaan yang ditujukan pada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
Urgensi pendidikan anak usia dini berdasarkan tujuan didaktis
psikologi adalah untuk mengembangkan berbagai aspek kecerdasan yang
merupakan potensi bawaan. Kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anak
hanya akan berarti apabila dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
yang dikenal dengan istilah kecakapan hidup atau life skills (Sojiono,
2013:43).
Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani
proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya. Anak usia dini berada pada masa rentang usia 0 – 8 Tahun.
Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai
aspek sedang mengalami masa cepat dalam rentang perkembangan
hidup manusia (Berk dalam Sojiono, 2013:6).
Banyak ahli menyatakan bahwa perkembangan anak sedang
berproses di usia 0 hingga 5 tahun, maka akhir-akhir ini muncul slogan
“The Golden Age” (masa periode emas) di usia ini. Saraf-saraf ini
bertambah banyak dan semakin berhubungan apabila anak diberikan
stimulasi. Semakin banyak stimulasi yang diberikan, akan semakin
rimbun jaringan saraf di otak. Prinsip dari saraf-saraf ini ada “use it or
lose it” (digunakan atau akan hilang). Apabila hubungan antar saraf ini
diperkuat terus menerus dengan stimulasi yang tepat, maka jaringan saraf
akan semakin kuat. Begitu juga sebaliknya, apabila hubungan itu tidak
Anak usia dini memiliki kemampuan yang luar biasa khususnya
pada masa anak-anak awal. Keinginan anak untuk belajar menjadikan
mereka aktif dan eksploratif. Anak belajar dengan seluruh panca
inderanya untuk memahami sesuatu dalam waktu singkat, mereka akan
beralih ke hal lain untuk dipelajari. Lingkungan kadang menjadikan anak
terhambat dalam mengembangkan kemampuan belajarnya. Lingkungan
yang tidak kondusif dapat menghambat keinginan anak untuk
bereksplorasi.
Kegiatan pengembangan pembelajaran matematika untuk anak usia
dini dirancang agar anak mampu menguasai berbagai pengetahuan dan
keterampilan matematika yang memungkinkan mereka untuk hidup dan
bekerja pada abad mendatang yang menekankan pada kemampuan
memecahkan masalah. Berhitung merupakan bagian dari matematika, yang
sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan
yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika
maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar (Depdiknas, 2007: 1).
Berhitung pada anak usia dini diharapkan tidak hanya berkaitan
dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial dan
emosional. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, berhitung pada anak
usia dini dilakukan secara menarik dan bervariasi.
Pada saat inilah permainan angka mulai diperkenalkan pada anak,
Alexander (dalam Arikunto, 2006:46) pengertian konsep angka adalah
melalui segala sesuatu yang ada dalam lingkungan anak dan
memanfaatkan serta menghitung jumlah mainan yang paling disukai anak.
Secara tidak sadar dalam kehidupan sehari-hari anak selalu
dikenalkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan matematika
misalnya berbagai bentuk angka atau bilangan. Tanpa disadari pertama
kali orang tua mengenalkan kepada anak antara lain adalah konsep
berhitung misalnya berapa jumlah jari tanganmu? Jam berapa kamu
bangun tidur ? Berapa kali kamu mandi dalam sehari? Ade diberi permen
berapa oleh ayah?
Benda-benda di sekitar kita juga banyak yang mengenalkan yang
berhubungan dengan matematika, misalnya pada jam dinding, mata uang,
kalender. Oleh karena itu dapat dikatakan angka telah menjadi bagian
dalam kehidupan sehari-hari. Jadi pembelajaran matematika atau berhitung
harus dikuasai oleh seorang anak.
Penyampaian pembelajaran berhitung yang kurang menarik dan
variatif akan membuat anak malas dan bosan sehingga anak tidak
semangat mengikutinya.
Dunia anak adalah dunia bermain, melalui bermain anak
memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif,
sosial, emosi dan perkembangan fisik. Melalui kegiatan bermain dengan
berbagai permainan anak dirangsang untuk berkembang secara umum baik
Melalui kegiatan bermain yang mengandung edukasi, daya pikir
anak terangsang pada perkembangan emosi,sosial, kognitif, bahasa dan
fisik motoriknya. Setiap anak memiliki kemampuan dan ketertarikan
bermain yang berbeda tergantung dari perkembangan anak. Dari
permainan juga biasanya akan menimbulkan fantasi-fantasi besar oleh
anak, dan tentu akan semakin menambah semangat belajar pada anak.
Anak-anak kelompok A di PAUD Harapan Umat Tahun Pelajaran
2017/2018 sebagian besar kemampuan berhitungnya belum berkembang.
Antara lain anak-anak masih mengalami kesulitan. dalam membilang
angka 1-10, mengurutkan bilangan 1-10, mengenal konsep bilangan
dengan jumlah benda. Ada pula anak yang masih belum dapat
membedakan penulisan lambang angka yaitu 2 dan 5. Di samping itu pula
guru dalam menyampaikan pembelajaran, bersifat klasikal dengan media
papan tulis, dan spidol. Alat peraga dalam pembelajaran masih terbatas
sehingga anak merasa jenuh dan bosan.
Mengamati dari hal yang sudah dipaparkan diatas penulis
berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan media Permainan Lingkaran Warna sehingga pembelajaran
berhitung tidak membuat anak menjadi lekas bosan namun menjadi lebih
menyenangkan, karena diberikan melalui kegiatan bermain.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian in iadalah bagaimana
Warna Pada Kelompok A di PAUD Harapan Umat Desa Kebondowo Kec.
Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018 ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Pengembangan Kemampuan Berhitung Melalui Permainan Lingkaran
Warna pada Kelompok A di PAUD Harapan Umat Desa Kebondowo Kec.
Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran 2017/2018.
D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada lembaga-lembaga yang menangani pendidikan anak usia dini
ataupun masyarakat umum yang membutuhkan informasi tentang
perkembangan anak dan permainan yang tepat untuk meningkatkan
perkembangan kemampuan berhitung.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak
baik guru, anak atau siswa, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat :
a. Dapat mengembangkan kemampuan berhitung dengan
b. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran
berhitung pada anak usia dini.
E. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis tindakan
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji
kebenaranya melalui penelitian. Menurut Arikunto (1996:67), hipotesis
yang dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut
“Adanya pengembangan kemampuan berhitung melalui permainan
lingkaran warna pada kelompok A di PAUD Harapan Umat Desa
Kebondowo Kec. Banyubiru Kab. Semarang Tahun Pelajaran
2017/2018.
2. Indikator keberhasilan
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila anak mengalami
peningkatan perkembangan pada masing-masing indikator seperti:
anak mampu membilang angka 1-10, mengurutkan bilangan 1-10,
mengenal konsep bilangan dengan jumlah benda.
Adapun indikator pembelajaran berhitung terdapat pada Standar
Tingkat Pencapaian dan Perkembangan Anak/STPPA PAUD Aspek
Nilai Skor Keterangan
4 Berkembang Sangat Baik ( BSB )
3 Berkembang Sesuai Harapan (BSH )
2 Mulai Berkembang ( MB )
1 Belum Berkembang ( BB )
Tabel.1.1 Tabel Lembar Penilaian Pencapaian Dan Perkembangan Anak
F. Metode Penelitian
1. Rancangan penelitian
Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas atau
(Action Research) yang bertujuan memperbaiki suatu praktik
pembelajaran yang dilakukan di kelas (Arkunto,2006:58)
Model penelitian tindakan secara garis besar terdapat empat
tahapan yang lazim dilalui yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
Skema Siklus Penelitian
Gambar 1.2 Skema siklus penelitian (diambil dari Arikunto (2006:16) Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi Pelaksanaan
2. Subjek penelitian
Penelitian dilakukan pada anak Kelompok A, dengan jumlah siswa
22 yang terdiri dari 12 anak laki-laki dan 10 anak perempuan, di
PAUD Harapan Umat Kec. Banyubiru Kab. Semarang. Dipilihnya
Kelompok A dikarenakan anak baru mengenal pembelajaran
matematika dan belum berkembang kemampuan berhitungnya.
Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2017/
2018.
3. Langkah-langkah penelitian
Adapun tahap-tahap dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari
empat tahapan penting, yaitu:
a. Tahap rencana
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
dengan penerapan metode bermain melalui permainan
lingkaran warna.
2) Menyiapkan alat permainan yaitu lingkaran warna yang akan
digunakan media pembelajaran pada anak.
3) Menyiapkan lembar tes observasi dan wawancara yang
ditujukan kepada anak dan guru yang diajak berkolaborasi
(guru kelas).
4) Membuat simulasi perbaikan.
b. Tahap tindakan
metode bermain melalui permainan lingkaran warna dengan
panduan RPPH (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian) yang
telah dibuat pada tahap perencanaan.
c. Tahap pengamatan
Pada tahap ini, penulis melakukan observasi segala
aktivitas anak dan guru dalam proses pembelajaran kemudian
dianalisis menjadi umpan balik dan disesuaikan dengan beberapa
indikator-indikator yang telah ditentukan penulis secara terlampir.
d. Tahap refleksi
Tahap ini untuk mengetahui sudah tercapaikah
pembelajaran yang menjadi target bagi peneliti yaitu meliputi
mencatat hasil observasi, evaluasi dan analisis hasil pembelajaran.
Jika pada Siklus I ternyata anak masih belum berkembang
kemampuan berhitungnya maka dilakukan perbaikan pada siklus
II, demikian selanjutnya, bila disiklus II belum menampakkan hasil
yang diharapkan maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
4. Instrumen penelitian
Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian
tindakan kelas adalah :
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), yaitu panduan
pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam proses belajar
indikator kegiatan pembelajaran, alat dan sumber belajar, serta
hasil penilaian.
b. Lembar observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati
kegiatan anak didik dan guru selama proses pembelajaran
berlangsung pada tiap siklus.
5. Teknik dan pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
tindakan kelas adalah:
a. Tes
Tes adalah suatu tehnik pengukuran yang didalam nya
terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian
tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden
(Zainal Arifin, 2011; 226). Peneliti menggunakan beberapa
soal tes yang berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang nantinya
digunakan sebagai tes lisan. Sedangkan tes tertulis melalui
lembar kegiatan yang harus dikerjakan anak dengan materi
kemampuan berhitung permulaan.
b. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks,
suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan. Sutrisno Hadi dalam Sugiyono
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan secara sistematis dan sengaja, yang dilakukan
melalui pengamatan dan pencatatan hal yang diselidiki. Dalam
hal ini peneliti mengamati proses pengembangan kemampuan
berhitung pada anak, berbentuk hasil lembar tugas, dan lembar
observasi selama pembelajaran berlangsung.
c. Dokumentasi .
Pada teknik ini, peneliti dapat memperoleh informasi
dari berbagai macam sumber tertulis seperti lembar kegiatan
anak, dan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.
Dokumentasi meliputi lampiran foto kegiatan pembelajaran
sedang berlangsung.
d. Analisa data
Analisis data menurut Arikunto (2006:128) adalah
“proses mencari dan menyimpan secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil penelitian dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana
yang penting dan mana yang harus dipelajari dan membuat
kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh diri sendiri dan
orang lain”.
Analisis data adalah suatu cara menganalisis data
Analisa data dilakukan penulis dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan data yang
diperoleh melalui instrumen penelitian.
G. Sistematika Penulisan
Skripsi terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian inti dan
bagian akhir .
1. Bagian Awal
Pada bagian awal mencakup halaman sampul luar, lembar
berlogo, halaman sampul dalam, lembar persetujuan, lembar
pengesahan kelulusan, halaman pernyataan keaslian penelitian,
halaman motto, persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,
daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.
2. Bagian Inti
Bagian inti terdiri dari lima bab yaitu:
Bab I: PENDAHULUAN, meliputi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, hipotesis
tindakan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : LANDASAN TEORI, yang meliputi : kajian teori,
dan kajian pustaka.
Bab III : PELAKSANAAN PENELITIAN yang meliputi:
deskripsi Pelaksanaan Siklus I, deskripsi pelaksanaan Siklus II.
Bab IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yang
Bab V : PENUTUP, terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kemampuan berhitung
a. Pengertian kemampuan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2007:707)
disebutkan bahwa kemampuan berasal dari kata mampu yang
berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu. Kemampuan
dapat diartikan juga kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita
berusaha dengan diri sendiri.
Menurut Sumadi Suryabrata (1998:168) menyatakan bahwa
kemampuan biasanya diidentikkan dengan kemampuan individu
dalam melakukan suatu aktivitas, yang menitikberatkan pada
latihan dan performance atau apa yang bisa dilakukan oleh
individu setelah mendapatkan latihan tertentu. Sedangkan
kemampuan menurut Munandar (1999:17) potensi seseorang yang
merupakan bawaan sejak lahir serta dipermatang dengan adanya
pembiasaan dan latihan, sehingga mampu melakukan sesuatu.
Menurut pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kesanggupan seseorang atau potensi bawaan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang berkembang berdasarkan
b. Pengertian berhitung
Berhitung menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI:
2007: 406), berhitung atau menghitung berasal dari kata hitung
artinya adalah mengerjakan hitungan (menjumlahkan, mengurangi,
menggalikan, membagi, memperbanyak dan sebagainya).
Berhitung adalah sebuah cara yang menyenangkan untuk
mempelajari konsep bilangan. Anak usia dini sudah dapat diajari
matematika atau berhitung permulaan melalui berbagai cara.
Berhitung dengan suara nyaring atau berhitung sambil bernyanyi
baik dilakukan ketika mengajarkan anak berhitung dan mengenal
bilangan. Pengenalan berhitung permulaan yang dilakukan sambil
bermain dan bernyanyi membuat anak lebih mudah untuk
menerima pembelajaran (Ismayati, 2010: 24).
Menurut Dali S.Naga dalam Mulyono (2003:253) berhitung
atau menghitung adalah cabang matematika yang berkenaan
dengan hubungan-hubungan bilangan nyata dengan perhitungan
mereka terutama penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian.
Kemampuan berhitung sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Terutama konsep bilangan yang merupakan dasar bagi
pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan anak
Berhitung sangat erat kaitannya dengan angka-angka.
Matematika adalah dasar dari semua ilmu, sehingga kemampuan
berhitung sangat penting dimiliki oleh semua orang. Berhitung
merupakan tahapan belajar yang harus dilalui oleh setiap anak,
sehingga pembelajaran ini pada anak usia dini sangat disarankan.
Dari beberapa pendapat ahli dapat kita simpulkan bahwa
kemampuan berhitung adalah kesanggupan atau kemampuan dari
seseorang atau potensi yang dimiliki seseorang untuk melakukan
perhitungan dengan mengenal konsep dasar matematika seperti
konsep bilangan, sehingga dapat melakukan perhitungan dengan
benar.
c. Tujuan pengenalan berhitung pada anak usia dini
Berhitung termasuk ke dalam pengembangan aspek
kognitif. Adapun tujuan umum pengenalan berhitung pada anak
usia dini adalah agar anak mengenal dan mengetahui dasar-dasar
pembelajaran berhitung sehingga pada saatnya anak nanti dapat
lebih siap mengikuti pembelajaran matematika yang lebih
kompleks pada jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
Sedangkan tujuan yang khusus pengenalan
berhitung/matematika sederhana yang ada dalam kehidupan
sehari-hari hal ini sesuai dengan Santika dalam (Depdiknas 2007: 1)
1) Dapat berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui
pengamatan terhadap benda- benda konkrit, gambar-gambar
atau angka-angka yang terdapat disekitar anak.
2) Dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan
bermasyarakat yang dalam keseharianya memerlukan
keterampilan berhitung.
3) Memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi
yang tinggi.
4) Memahami pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat
dalam memperkirakan kemungkinan urutan suatu peristiwa
yang terjadi disekitarnya.
5) Memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan suatu
secara spontan.
Dapat disimpulkan pengenalan pembelajaran berhitung
pada anak usia dini bertujuan untuk melatih berpikir logis,
memiliki ketelitian dan memahami konsep ruang serta waktu,
agar dapat mengembangkan kreativitas serta memiliki imajinasi,
dan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
serta membantu anak menyesuaikan diri dalam kehidupan
d. Prinsip-prinsip pembelajaran berhitung permulaan
Konsep pembelajaran berhitung anak usia dini sangat
berguna bagi perkembangan kecerdasan logika matematikanya.
Menurut hasil penelitian Dr. Howard Gardner, seorang profesor
pendidikan dari Harvard University (dalam Adiningsih),
mengungkapkan bahwa kecerdasan logika matematika merupakan
salah satu dari delapan jenis potensi kecerdasan yang dimiliki anak.
Anak usia dini dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama adalah kelompok pra sekolah (0 - 3 tahun),
kelompok kedua adalah kelompok anak yang sudah mampu
mengikuti pendidikan anak usia dini (3-6 tahun).
Seorang guru/pendidik dalam mengajarkan pembelajaran
berhitung permulaan harus melakukannya secara menyenangkan
dan bertahap. Pedoman permainan berhitung (Depdiknas, 2007: 2)
menyatakan pembelajaran berhitung permulaan harus
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Pembelajaran berhitung diberikan secara bertahap, diawali
dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa
konkrit yang dialami melalui pengamatan di alam sekitar.
2) Pengetahuan dan ketrampilan pada pembelajaran berhitung
diberikan secara bertahap menurut tingkat kesukarannya,
misalnya dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dari
3) Pembelajaran berhitung akan berhasil jika anak-anak diberi
kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk
menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri.
4) Pembelajaran berhitung membutuhkan suasana yang
menyenangkan dan memberikan rasa aman serta kebebasan
bagi anak.
5) Bahasa yang digunakan di dalam pengenalan konsep
berhitung permulaan sebaiknya bahasa yang sederhana dan
jika memungkinkan mengambil contoh yang ada di
lingkungan sekitar anak.
6) Dalam pembelajaran berhitung anak dapat mengelompokkan
sesuai tahap penguasaannya yaitu tahap konsep masa transisi
dan lambang.
Menurut Sriningsih (2008:39) “prinsip pembelajaran
matematika merupakan hal penting yang harus dilaksanakan guru
dalam setiap karakteristik perkembangan anak dan tidak
menimbulkan kecemasan (stress bagi anak)”.
e. Tahapan perkembangan kemampuan berhitung
Depdiknas (2007 :7-8) menjelaskan ada tiga tahap dalam
penguasaan berhitung anak yaitu :
1) Tahap penguasaan konsep
Dimulai dengan mengenal konsep atau pengertian tentang
Pada tahap ini anak akan berekspresi untuk berhitung segala
macam benda yang ada disekitarnya.
2) Tahap transisi
Tahap ini merupakan tahap peralihan dari pemahaman benda
secara konkrit dengan ke pemahaman secara abstrak.
3) Tahap pengenalan lambang
Setelah anak mampu memahami sesuatu secara abstrak, maka
anak dapat dikenalkan pada tahap penguasaan terhadap konsep
bilangan dengan cara menyelesaikan soal.
Keterangan dari beberapa sumber di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam memberikan pengenalan pembelajaran
berhitung pada anak usia dini harus memperhatikan prinsip-prinsip
antara lain diberikan secara bertahap, dapat dikelompokkan sesuai
tahap penguasaannya, menggunakan bahasa yang sederhana
(dimengerti oleh anak) dan dalam suasana yang aman serta
menyenangkan.
2. Perkembangan berhitung pada anak usia dini
Setiap periode perkembangan menunjukan ciri-ciri atau
karakteristik tertentu. Menurut Sofia Hartati (2005:17), “Karakteristik
perkembangan merupakan tugas perkembangan pada suatu periode
yang harus dicapai dan dikuasai oleh seorang anak”. Tugas
perkembangan meliputi berbagai karakteristik perilaku pada setiap
Adapun landasan dalam menyampaikan pembelajaran berhitung
tertuang dalam Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
(STTPA) Pada Tahun 2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
137 tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini .
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian standar adalah
ukuran tertentu yang dijadikan sebagai dasar. Dengan demikian standar
menetapkan persyaratan formal yang menciptakan kriteria, metode,
proses dan teknis seragam harus dipenuhi. Ada delapan standar yang
harus dipenuhi dalam penyelenggaraan PAUD di antaranya adalah
Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak.
Standar tingkat pencapaian perkembangan anak adalah kriteria
tentang kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek
perkembangan mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik,
kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni.
Pembelajaran berhitung merupakan pembelajaran yang mengacu
pada pengembangan aspek kognitif.
Pengembangan aspek kognitif anak usia 4-5 tahun secara khusus yaitu
berpikir simbolik diharapk anak mampu melakukan beberapa hal, seperti
terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 2.1 Tingkat Pencapaian dan Perkembangan Anak usia 4-5 tahun
Lingkup Perkembangan Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
- Berfikir Simbolik 1. Membilang banyak benda dari satu sampai sepuluh
2. Mengenal konsep bilangan 3. Mengenal lambang bilangan 4. Mengenal lambang huruf
Sumber: Permendikbud Nomor 137 tahun 2014
Dari tabel di atas pemberian pembelajaran berhitung yang
diberikan pada anak usia 4-5 tahun adalah: (a) Membilang banyak
benda 1-10, (b) Mengenal konsep bilangan, (c) Mengenal lambang
bilangan.
Kesimpulannya pembelajaran berhitung pada anak diberikan oleh
guru/pendidik harus sesuai dengan standar tingkat pencapaian dan
perkembangan anak yang sudah ditetapkan.
3. Berhitung dalam Perspektif Islam
Begitu pentingnya pengenalan kemampuan berhitung ini sehingga
mulai dikenalkan pada anak usia dini. Sesungguhnya dalam pandangan
Islam mempelajari berhitung/matematika dalam Al Qur’an sangatlah
dianjurkan. Mempelajari matematika sejak dini agar dapat membuka
jalan dalam menjalankan syariat agama yang terkait pada angka dan
hitungan. Manfaat mempelajari berhitung/matematika mulai dari
menghitung rakaat solat, menghitung hari dalam berpuasa, menghitung
berapa zakat yang harus dikeluarkan, juga menghitung berapa putaran
thawaf atau sa’i saat sedang menunaikan ibadah haji, sampai pada
Adapun firman Allah SWT di dalam Al Qur’an yang
menganjurkan untuk mempelajari kemampuan berhitung (Q.S. Yunus
ayat lima yang berbunyi:
َسْمَّشلا َلَعَج ْيِذَّلاَوُه
َباَسِحْلاَو َنْيِنِّسلاَدَدَعاْوُمَلْعَ تِل َلِزانم ُهَرَّدقَّواًرْوُ نَرَمَقْلاَّوًءآَيِض
َنْوُمَلْعَّ ي ٍمْوَقِل َتَي ْلَّا ُلِّصَفُ ي ِّقَحْلاِب َّلَِّا َكِلذ ُللها ْقَلَخاَم
Artinya “Dialah yang menjadikan matahari yang bersinar dan
bulan yang bercahaya, dan ditetapkannya manzilah-manzilah
(tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda
(kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.”
Dari arti ayat di atas dapat disimpulkan bahwa Allah Subhanahu
Wata’ala memerintahkan kepada kita untuk mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan waktu artinya bahwa kita harus menguasai ilmu
berhitung.
Kemampuan menghitung harus dimiliki dan sangat penting agar
manusia dapat mengetahui berbagai macam persoalan yang
berhubungan dengan angka atau bilangan. Tujuannya agar manusia itu
menggunakan akalnya untuk berpikir agar dapat memecahkan
persoalan yang ada dalam kehidupan kita. Betapa Allah menciptakan
alam semesta ini dengan perhitungan yang matang dan teliti.
4. Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini
Anak-anak kita merupakan sumber aset bangsa, di tangan
mereka kelak roda negara kita dijalankan. Oleh karena itu sebagai
generasi penerus bangsa, mereka memerlukan pembinaan dan
pengembangan yang optimal yang harus dilakukan sejak usia dini.
Menurut Mansur (2005:88) yang dimaksud anak usia dini adalah
kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan yang bersifat unik, dalam arti memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik kasar dan halus),
intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan
spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi yang khusus sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Sumber daya manusia yang berkualitas tidaklah datang begitu saja,
semua membutuhkan persiapan yang matang. Sehingga tidak salah
ungkapan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas yang harus
dipersiapkan sejak usia dini.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakekatnya adalah
pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau
menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.
Pendidikan Anak Usia Dini memberi kesempatan untuk
untuk anak usia dini perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat
mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif,
bahasa, sosial, emosi, fisik dan motorik dan seni. Dengan kegiatan yang
bervariatif dan sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan, maka anak
akan berkembang semua potensinya dengan baik dan seimbang.
Pendidikan anak usia dini memiliki peranan sangat penting untuk
mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka
memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Meskipun demikian PAUD
sebenarnya lebih berorientasi pada pengoptimalan fungsi perkembangan
anak melalui kegiatan permainan (e-journal Masdudi).
Pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa
”(1) Pendidikan Anak Usia Dini diselenggarakan sebelum jenjang
pendidikan dasar, (2) Pendidkan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan
melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan informal, (3)
Pendidikan Anak Usia Dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau
bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan Anak Usia Dini jalur
pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5)
Pendidikan Usia Dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Menurut Yus (2011) dalam sejarah perkembangan anak usia dini
terdapat beberapa filsuf yang pemikirannya mendasari pendidikan anak
usia dini hingga saat ini, secara ringkas filosofi para filsuf tersebut
a. John Locke
John Locke terkenal dengan teori “Tabula Rasa”. Teori ini
berpendapat bahwa anak lahir dalam keadaan seperti kertas putih
sehingga lingkunganlah yang berpengaruh terhadap pembentukan
dirinya. Lingkunganlah yang mengisi kertas kosong tersebut yang
dinamakan pengalaman. Pengalaman-pengalaman anak akan
berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak.
b. Jean Jacques Rousseau
Jean Jaques Rousseau adalah salah satu filsuf yang
mendasari teori maturisional yang beranggapan bahwa yang
berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah berasal dari anak
sendiri atau berkembang secara alami. Pendidikan harus
membiarkan anak tumbuh tanpa intervensi dengan cara tidak
membandingkan anak antara satu dengan yang lainnya.
Dalam pemikirannya Rousseau beranggapan bahwa anak
lahir dalam keadaan baik, lingkunganlah yang membuat anak
menjadi tidak baik.
c. Friedrich Froebel
Menurut Froebel, sejak lahir dan menjalani masa
kanak-kanak, seseorang harus menjalani hidup sesuai perkembangannya.
Secara kodrati, seorang anak membawa sifat baik, sifat buruk anak
Froebel juga mengajurkan agar indera anak dilatih dengan
pengamatan, eksplorasi atau peragaan terhadap makhluk hidup,
melalui hal tersebut anak akan belajar, berpikiran kemudian
melakukan atau yang biasa disebut learning by doing. Tahun 1831
Froebel mendirikan Kindergarten. Konsep kindergarten Froebel
sangat terkenal dan menjadi rujukan di berbagai Negara, bahkan di
Indonesia konsep Froebel terkenal pada masa sebelum
kemerdekaan.
d. Maria Montessori
Maria Montessori adalah seorang dokter bidang penyakit
anak yang meyakini bahwa pendidikan dimulai sejak lahir. Bayi
yang masih kecil perlu dikenalkan dengan orang-orang dan
suara-suara, diajak bermain dan bercakap-cakap agar anak-anak dapat
berkembang menjadi anak yang normal dan bahagia.
Dasar pendidikan Montessori yaitu penghargaan terhadap
anak, absorbent mind (pemikiran yang cepat menyerap), sensitive
periods (masa peka), penataan lingkungan sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan anak, pendidikan diri sendiri
(pedosentris), dan kebebasan”.
e. Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara adalah tokoh pendidikan Indonesia,
dan karena kegigihannya ia dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan
dini. Pandangan Dewantara tentang pendidikan adalah ing ngarso
sung tulodho, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani
artinyadi depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, dan
di belakang memberikan daya kekuatan.
f. Howard Gardner
Gardner adalah tokoh yang terkenal dengan pemikirannya
tentang kecerdasan jamak, dalam pemikiran Gardner setiap anak
adalah cerdas, tugas guru adalah mengarahkannya agar anak
menjadi cerdas. Dimensi kecerdasan menurut Gardner antara lain:
kecerdasan bahasa, kecerdasan logika-matematika, kecerdasan
musik, kecerdasan gerak tubuh, kecerdasan visual-spasial,
intrapersonal, interpersonal, naturalis dan spiritual.
5. Karakteristik anak usia dini
Pada masa usia dini karakteristik anak sangat berbeda
dibandingkan dengan karakteristik tahapan selanjutnya, beberapa
karakteristik anak usia dini menurut Hartati (2005:8), adalah sebagai
berikut:
a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia yang ada di
sekitarnya. Pada masa bayi anak mencoba meraih benda-benda yang
ada di sekitarnya kemudian pada usia hampir 1 tahun anak suka
usia 3-4 tahun anak sudah mulai bisa membuat kalimat dengan 4-5
kata, pada masa ini anak-anak suka membongkar pasang mainan
yang ada di sekitarnya.
Pada usia 5-7 tahun kemampuan anak untuk membuat kalimat
sudah mulai menyerupai orang dewasa. Pada masa ini anak juga
memiliki keingintahuan yang besar terhadap lingkungannya,
sehingga anak kerap bertanya pada orang dewasa baik itu guru
maupun orangtua tentang hal-hal yang dianggap menarik oleh anak,
dan sebaiknya orang tua menanggapi pertanyaan anak dengan baik
pula bahkan bisa juga orangtua balik bertanya pada anak, hal ini
untuk merangsang daya pikir dan penalaran anak.
b. Merupakan pribadi yang unik
Secara umum pola perkembangan anak usia dini adalah sama,
namun perlu disadari bahwa tiap-tiap anak memiliki keunikannya
sendiri-sendiri. Bahkan meskipun anak tersebut kembar. Keunikan
ini dapat berasal dari faktor genetis maupun berasal dari faktor
lingkungan anak. Guru sebagai pendidik harus benar-benar
memahami hal ini sehingga guru dapat memahami kebutuhan
tiap-tiap anak dalam pembelajarannya.
c. Suka berfantasi dan berimajinasi
Anak usia dini sangat suka berimajinasi dan berfantasi
dengan pikirannya, kemudian anak dapat menceritakannya dengan
saja hal tersebut hanya hasil dari imajinasi anak. Kadang anak usia
dini juga belum bisa membedakan dengan jelas antara kenyataan
dan fantasi, sehingga seringkali orang dewasa menganggap anak
berbohong.
Fantasi dan imajinasi pada anak sangat penting bagi
pengembangan kreativitas dan bahasanya. Untuk itu anak perlu
untuk mendapatkan bimbingan agar dapat membedakan antara
kenyataan dan fantasi, maupun fantasi dan imajinasi anak. Fantasi
menurut Lubis (2010) adalah kemampuan membentuk tanggapan
baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada. Sedangkan
imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan suatu objek
atau kejadian tanpa didukung data yang nyata, contohnya: adalah
teman imajiner bagi anak.
d. Masa paling potensial untuk belajar
Pada usia 0-8 tahun perkembangan otak anak dapat
mencapai 80%, sehingga jika anak diberikan stimulus-stimulus
yang dapat merangsang otak anak maka neuron-neuron yang ada
dalam otak anak akan berkembang atau bercabang-cabang sehingga
akan akan menjadi lebih cerdas. Namun pengalaman-pengalaman
yang diperoleh anak akan menetap jika digunakan secara
inilah disebut masa golden age yang merupakan masa paling
potensial untuk anak dalam belajar guna mengoptimalkan tumbuh
kembang anak.
e. Menunjukkan sikap egosentris
Egosentris artinya berpusat pada aku, artinya anak usiadini
pada umumnya hanya memahami sesuatu dari sudut pandangnya
sendiri, bukan sudut pandang orang lain. Seorang ahli anak, Jean
Piaget memasukkan karakter tersebut pada tahapan kognitif
praoperational pada usia 2-7 tahun.
f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek
Menurut Berg (1988) disebutkan bahwa sepuluh menit
adalah waktu yang wajar bagi anak usia sekitar 5 tahun untuk dapat
duduk dan memperhatikan sesuatu secara nyaman. Daya perhatian
yang pendek membuat ia sangat sulit untuk duduk dan
memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama, kecuali
terhadap hal-hal yang menyenangkan, pembelajaran dapat
dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bervariasi dan
menyenangkan.
g. Sebagai bagian dari makhluk sosial.
Anak usia dini mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan
di sekitarnya, pada masa ini anak akan belajar memahami
dalam hal ini anak juga belajar berperilaku sesuai harapan
sosialnya karena ia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
6. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini
a. Perkembangan Kognitif
Jean Piaget adalah seorang Psikolog Swiss yang terkenal,
Piaget menyebutkan bahwa proses kognitif yang penting dalam
otak anak adalah skema, asimilasi dan akomodasi, organisasi, serta
ekuilibrasi.
Skema dalam teori Piaget adalah tindakan atau representasi
mental yang mengatur pengetahuan. Asimilasi adalah masuknya
informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada (skema).
Akomodasi adalah penyesuaian skema agar sesuai dengan
informasi dan pengetahuan baru. Organisasi adalah
pengelompokkan perilaku yang terisolasi ke dalam sebuah sistem
kognitif dengan susunan yang lebih tinggi yang berfungsi secara
lebih lancar, pengelompokan atau penyusunan hal-hal ke dalam
kategori-kategori. Ekuilibrasi mekanisme yang diajukan Piaget
untuk menjelaskan bagaimana anak-anak beralih dari satu tingkat
pemikiran ke tingkat yang berikutnya
(Santrock,2009:48-49). Piaget mengajukan empat tahapan
perkembangan anak sebagai berikut:
Dalam tahap ini bayi membangun pemahaman
tentang dunia dengan mengoordinasikan pengalaman
sensori dengan tindakan motorik mereka, itulah mengapa
disebut tahap sensorimotor. Piaget berpendapat bahwa
benda-benda yang bersifat permanen adalah pencapaian
yang penting dalam masa bayi. Pencapaian kedua adalah
kesadaran bertahap bahwa ada perbedaan atau batas antara
diri sendiri dan lingkungan sekitar. Menurut Piaget, seperti
inilah kehidupan mental bayi. Pada akhir periode
sensorimotor, anak dapat membedakan antara diri sendiri
dan dunia, serta sadar bahwa benda akan terus ada.
2) Tahap Pra operasional (2-7 tahun)
Tahap ini lebih simbolik daripada tahapan
sensorimotor, pada tahap ini ditandai dengan anak bersifat
egosentris dan intuitif daripada logis.
3) Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Pada tahapan ini anak sudah dapat berpikir
melibatkan penggunaan konsep operasi. Anak-anak lebih
berkembang lagi dalam hal pemikirannya. Pemikiran logis
menggantikan pemikiran intuitif, tetapi hanya dalam situasi
yang konkrit. Terdapat ketrampilan mengklasifikasikan,
4) Tahap Operasional Formal (11-15 tahun hingga masa
dewasa).
Pada tahapan ini individu-individu mulai mengambil
keputusan berdasarkan pengalaman nyata dan berpikir lebih
abstrak, idealis dan logis. Pemikirannya bertambah dewasa
dan jauh lebih matang. Pentingnya masa anak dan
karakteristik anak usia dini menuntut pendekatan yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran yang memusatkan
perhatiannya pada anak ( Mansur 2005:91).
7. Pengertian permainan dan bermain
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 2007:698)
per.ma.in.an; Nomina (kata benda); sesuatu yang digunakan untuk
bermain; barang atau sesuatu yang dipermainkan; mainan.
Permainan berasal dari kata “main” yang diberi imbuhan awalan
“per” dan akhiran “an”. Main artinya melakukan sesuatu yang
menyenangkan hati, namun karena diberi imbuhan maka berubah
menjadi kata benda yang artinya sesuatu yang dapat menyenangkan
hati. Menurut Musfiroh (2015:7.6). Pengertian lainnya adalah
permainan merupakan alat/sesuatu untuk mempelajari fungsi hidup
sebagai persiapan untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya.
Setiap permainan memiliki karakteristik, tujuan dan fungsi yang
berbeda. Permainan adalah media bagi anak untuk bermain
Sedangkan Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
setiap anak, bahkan dikatakan anak mengisi sebagian besar dari
kehidupannya dengan bermain. Arti lain dari kata bermain sama dengan
istilah main yakni menunjuk pada aktivitas seseorang yang melakukan
suatu jenis permainan. Contohnya: Rudi bermain bola.
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberi
informasi dan mengembangkan imajinasi dalam suasana yang
menyenangkan bagi anak. Kegiatan bermain dapat dilakukan
menggunakan alat permainan maupun tidak (Sudono, 2000).
Menurut Lev Vygotsky dalam Musfiroh (2015:1.11)
menyatakan bahwa “Bermain merupakan sumber perkembangan anak,
terutama aspek berpikir, anak tidak serta merta menguasai pengetahuan
karena faktor kematangan, tetapi karena adanya interaksi aktif dengan
lingkungan”.
Bermain merupakan aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak
karena menyenangkan, bukan untuk mendapatkan hadiah atau pujian.
Bermain sangat penting bagi anak seperti halnya kebutuhan makanan
sehat dan bergizi bagi perkembangan anak.
a. Karakteristik bermain
Dalam kehidupan anak bermain mempunyai arti yang
sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yang sehat selalu
mempunyai dorongan untuk bermain.
Gambar 2.1 Ciri-ciri bermain
Sumber: Tadkiroatun Musfiroh (2008: 4 Cerdas melalui Bermain)
Dari Gambar 2.1 dapat disimpulkan bahwa kegiatan
bermain mengandung unsur: (1) menyenangkan dan
menggembirakan bagi anak; anak menikmati kegiatan bermain
tersebut; mereka tampak riang dan senang; (2) dorongan bermain
bermain muncul dari anak bukan paksaan orang lain; (3) anak
melakukan secara spontan dan suka rela; anak tidak merasa
diwajibkan; (4) semua anak ikut serta secara bersama-sama sesuai
peran masing-masing; (5) anak berlaku pura-pura, atau
memerankan sesuatu; anak pura-pura marah atau menangis; (6)
anak menetapkan aturan main sendiri, baik aturan yang diadopsi
dari orang lain maupun aturan yang baru; aturan main itu dipatuhi
oleh semua peserta bermain; (7) anak berlaku aktif; mereka CIRI-CIRI
BERMAIN
Motivasi dari dalam diri anak
melompat atau menggerakkan tubuh, tangan dan tidak sekedar
melihat; (8) anak bebas memilih mau bermain apa dan beralih ke
kegiatan bermain lain; bermain bersifat fleksibel
b. Tahapan-tahapan perkembangan bermain anak usia dini
Sofia Hartati (2005: 92) membagi tahapan bermain di bagi menjadi
tiga tahap, yaitu:
1) Exploration Play (0 – 2 tahun); Dalam tahap ini anak sudah
mulai timbul rasa ingintahunya untuk menjelajahi dunia
sekitar dan dirinya sendiri.Anak akan bergerak ke sana ke
mari hanya untuk memuaskan rasa ingin tahunya, dilakukan
tanpa aturan serta tujuan yang jelas.
2) Competency Play (3 – 6 tahun); adalah tahap anak melakukan
aktivitas dengan cara meniru orang lain yang dilihatnya. Pada
tahap ini anak sudah mulai mampu untuk mencapai tingkat
keterampilan tertentu, misalnya cara memegang sendok
makan atau pensil.
3) Achievement Play (7 – 10 tahun); adalah tahap permainan di
mana anak sudah mulai melakukan kegiatan bermain yang
sifatnya kompetitif. Kegiatan ini dilakukan karena anak sudah
ingin menunjukkan pretasinya. Kegiatan main pada tahap ini
contohnya bermain sepak bola.
Manfaat bermain dari berbagai aspek perkembangan anak
adalah sebagai berikut:
1) Fisik–Motorik: Anak terlatih motorik kasar dan halusnya serta
otot-otot tubuh terbentuk dengan baik.
2) Sosial-Emosional : Mendorong anak meninggalkan pola pikir
egosentris karena anak mulai bersosialisasi.
3) Kognitif: Bermain dapat meningkatkan kemampuan
konsentrasi anak, meningkatkan kemampuan anak dalam
memecahkan masalah, juga meningkatkan kreativitas anak
(Fatimaningrum, 2008).
d. Prinsip Bermain
1) Prinsip bermain bagi anak usia dini disesuaikan dengan usia,
minat, kemampuan, bakat, dan tingkat perkembangan yang
berbeda-beda pada setiap anak. Anak merupakan pribadi yang
unik.
2) Bermain dapat memberikan pengalaman nyata bagi
masing-masing anak sehingga anak termotivasi memperoleh
pengalaman belajar yang bermakna.
3) Proses bermain dilakukan dalam suasana gembira,bebas dari
rasa takut akan salah, tidak ada paksaan, boleh berpendapat
dan keinginan antara anak-anak dengan temannya
e. Tujuan bermain bagi anak usia dini
Adapun tujuan bermain antara lain :
1) Anak merasa senang.
2) Anak berlatih menggunakan seluruh inderanya.
3) Anak aktif melakukan kegiatan.
4) Anak belajar bekerja sama, berkomunikasi, dan
belajar memecahkan masalah.
5) Mengembangkan rasa ingin tahu, harga diri, percaya diri, dan
anak belajar mengembangkan nilai-nilai.
6) Anak memperoleh pengalaman nyata.
7) Anak menuju kemandirian (Fatimaningrum, 2008).
Banyak jenis permainan yang bisa diajarkan pada anak, semua
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kecerdasan anak. Bermain
dengan angka sebelum anak pandai berhitung langkah pertama adalah
mengerti tentang arti angka
.
Mutiah (2012) dalam Psikologi bermain anak usia dini menyatakan bahwa”belajar huruf dan angka merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi keberhasilan anak dimasa yang akan datang. Burns dalam bukunya math thier way keduanya mendasarkan pada teori Piaget yang menunjukkan bagaimana konsep matematika yang sudah dapat diperkenalkan melalui dari usia tiga tahun adalah kelompok bilangan (aritmatika, berhitung), pola dan fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, grafik, estimasi, probabilitas, pemecahan masalah”.
Kemampuan berhitung permulaan pada anak berbeda-beda
juga akanlebih baik dibandingkan anak yang tidak mendapatkan
stimulasi.
Bermain adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi
anak. Melalui kegiatan bermain, semua aspek perkembangan anak
ditumbuhkan sehingga anak menjadi lebih sehat sekaligus cerdas.
Anak-anak bermain dengan menggunakan seluruh emosinya,
perasaannya dan pikirannya. Kesenangan merupakan salah satu
elemen pokok dalam bermain. Anak akan terus bermain sepanjang
aktivitas tersebut menghiburnya. Permainan adalah stimulasi yang
sangat tepat bagi anak (Adriana:2013:46).
Demikian besar peran bermain dalam kehidupan anak
sebagaimana diungkapkan oleh banyak ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa bermain atau permainan merupakan sarana
utama dalam pengembangan berbagai aspek perkembangan anak
yaitu Nilai Agama dan Moral, Bahasa, Fisik Motorik, Sosial
Emosi, Kognitif dan Seni, yang memiliki karakteristik, tujuan dan
fungsi sebagai persiapan untuk menghadapi kehidupan yang
sebenarnya.
8. Kajian Materi
a. Permainan Lingkaran Warna
Lingkaran menurut Kamus Besar BahasaIndonesia (KBBI
pada jarak yang sama dari titik pusat: bundaran. Lingkaran dalam
matematika termasuk katagori bangun datar yang luas dan
kelilingnya dapat diukur.
Arti warna menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh
benda-benda yang dikenainya; corak rupa, seperti biru dan hijau
(KBBI 2007). Dari arti kata- kata di atas dapat disimpulkan bahwa
Lingkaran Warna adalah bangun datar berbentuk bundar dengan
corak rupa/warna .
Lingkaran Warna adalah istilah yang digunakan peneliti
sebagai alat bermain berbentuk bangun datar dengan corak warna
di dalamnya.
Permainan Lingkaran Warna yang dipilih dalam pemberian
tindakan kelas adalah media bagi anak dalam pembelajaran
berhitung permulaan pada anak kelompok A di PAUD Harapan
Umat. Permainan ini yang menggunakan bangun datar berbentuk
lingkaran dengan warna- warni yang beraneka ragam. Diharapkan
saat anak-anak melakukan permainan tidak merasa jenuh dan bosan
karena pembelajaran berhitung identik dengan angka-angka saja,
namun dengan alat peraga tersebut anak-anak lebih tertarik, senang
dan bersemangat dalam belajar sehingga kemampuan berhitung
permulaan yang disampaikan berkembang dengan baik.
Adapun media lingkaran warna terbuat dari :
Matte terbuat dari kain atau MMT berbentuk lingkaran yang
dibagi menjadi sepuluh bagian dengan warna yang berbeda
yang terdapat tulisan angka 1-10
2) Alat pelengkap:
a) Kertas Asturo berbentuk Lingkaran dengan
berwarna-warni terdapat angka dari 1-10
b) Wadah/tempat berupa penampan dan baskom plastik
c) Bola kecil berwarna-warni.
3) Cara Main
Cara bermain dalam permainan Lingkaran Warna adalah
sebagai berikut:
a) Setiap anak berdiri sambil memegang tepi lingkaran,
lalu berjalan memutar dan bernyanyi “Lingkaran kecil
-lingkaran kecil -lingkaran -lingkaran kecil, -lingkaran
besar, lingkaran besar lingkaran besar, besar, besar,
semakin besar, besar besar, duduk yang manis.
b) Anak duduk melingkar di tepi Lingkaran Warna
c) Anak berdoa/membaca Basmallah sebelum permainan
dimulai
d) Bernyanyi lagu yang berhungan angka/ bilangan .Contoh
lagu yang berhubungan dengan bilangan misalnya; Lagu
lima, enam, tujuh, delapan. Siapa rajin ke sekolah cari
ilmu sampai dapat. Sungguh senang amat senang,
bangun pagi-pagi sungguh senang” .
e) Guru mengenalkan bilangan-bilangan yang terdapat pada
lingkaran juga nama-nama warna dan memberitahukan
peraturan saat bermain.
f)Guru mengabsen nama anak. Anak yang dipanggil
namanya melompat memutari lingkaran sambil berhitung
dari angka 1-10.
g) Anak mengambil salah satu pelengkap alat permainan
yang bentuk lingkaran terbuat dari kertas asturo yang
terdapat angka-angka dari 1-10 secara acak .
h) Anak mengambil bola/benda lain seperti bendera,
sesuai angka yang terdapat pada kertas yang diambil
anak.
i)Pemberian pujian (reward) bagi anak yang sudah
menyelasaikan permainan.
j)Penutup, bernyanyi dan bertepuk tangan dengan
menyanyikan lagu yang berhubungan dengan angka atau
bilangan.
b. Kelebihan Media Lingkaran Warna
Kelebihan yang dimiliki oleh media lingkaran warna antara