• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN WANITA PEKERJA GARMEN DALAM MEMBINA RELIGIUSITAS ANAK DI DUSUN NOBOTENGAH KELURAHAN NOBOREJO KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN WANITA PEKERJA GARMEN DALAM MEMBINA RELIGIUSITAS ANAK DI DUSUN NOBOTENGAH KELURAHAN NOBOREJO KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN WANITA PEKERJA GARMEN

DALAM MEMBINA RELIGIUSITAS ANAK

DI DUSUN NOBOTENGAH KELURAHAN

NOBOREJO KECAMATAN ARGOMULYO

SALATIGA TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

UMI LATIFAH

NIM: 111-12-051

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO



















Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara

yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan

(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini

telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Ibu dan Bapak tercinta, baik kandung maupun mertua yang sudah bersusah payah mengasuh, mendidik serta memberikan nasehat-nasehatnya dan tak

bosan mendo’akan dengan tulus ikhlas sepanjang waktu.

2. Suamiku tercinta Sefty Ageng S dan anaku Fatih Ilmi tersayang, yang selalu

memberikan semangat untuk menjadi pribadi yang tangguh.

3. Adik-adikku Rina Sri Ulfi dan Ikhwan Asyafa, yang selalu menghibur dengan penuh canda dan tawa.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di

hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “PERAN WANITA PEKERJA

GARMEN DALAM MEMBINA RELIGIUSITAS ANAK DI DUSUN NOBOTENGAH KELURAHAN NOBOREJO KECAMATAN

ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2016”

Skipsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi

ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

(9)

4. Bapak Mufiq, S.Ag. M.Phil. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya

membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala Desa dan para responden yang telah memberikan ijin serta membantu

penulis dalam melakukan penelitian di dusun Nobotengah.

8. Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan

memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat

diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Salatiga, September 2016 Penulis

(10)

ABSTRAK

Latifah, Umi. 2016. Skripsi. Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Peran Wanita Pekerja Garmen dalam Membina Religiusitas Anak di dusun Nobotengah Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Salatiga Tahun 2016 Pembimbing: Mufiq, S.Ag, M.Phil.

Kata kunci: peran wanita pekerja, membina religiusitas anak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran wanita pekerja garmen dalam membina religiusitas anak di Dusun Nobotengah Kel. Noborejo Kec. Argomulyo Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: (1) Bagaimana peran wanita pekerja garmen dalam keluarga di Dusun Nobotengah Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. (2) Bagaimana religiusitas anak pekerja garmen di Dusun Nobotengah Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. (3) Bagaimana peran wanita pekerja garmen dalam membina religiusitas anaknya di Dusun Nobotengah Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.

Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah wanita pekerja garmen dan anak.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa (1) Peran wanita pekerja garmen dalam keluarga di dusun Nobotengah sudah bisa memposisikan dirinya sebagai istri, ibu rumah tangga dan sebagai pekerja yang membantu suami mencari nafkah. (2) Kondisi religiusitas anak pekerja garmen di dusun Nobotengah yaitu aqidah anak sudah tertanam dengan baik terbukti dengan tuhan yang disembah adalah Allah, Nabi yang menjadi panutan Muhammad, kitab sucinya Al-Qur’an, malaikat yang wajib diketahui ada sepuluh, hafal nama-nama dan tugasnya, percaya hari kiamat itu pasti terjadi, tapi hanya Allah yang tahu kapan terjadinya dan segala sesuatu itu sudah ditentukan Allah. Ibadah anak terlihat sebagian besar

anak sudah menjalankan shalat wajib secara rutin, berdo’a setelah selesai shalat,

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN BERLOGO... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTTO... vi

A. Latar Belakang Masalah ... B. Fokus Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Definisi Operasional ... F. Metode Penelitian ... B. Religiusitas (Keberagamaan) Anak ... C. Membina Religiusitas Anak ...

17 17 22 39 BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN ...

A. Paparan Data dusun Nobotengah ... B. Temuan Hasil Penelitian ...

1. Peran wanita pekerja garmen dalam keluarga di dusun

Nobotengah... 2. Religiusitas anak pekerja garmen di dusun Nobotengah ...

44 44 50

(12)

3. Membina religiusitas anak ... 55

BAB IV PEMBAHASAN………...

A. Peran wanita pekerja garmen dalam keluarga di dusun Nobotengah.. B. Religiusitas anak pekerja garmen di dusun Nobotengah ... C. Membina religiusitas anak ...

57 57 59 62 BAB V PENUTUP ...

A. Kesimpulan... B. Saran ...

67 67 68 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi

3. Lembar Konsultasi 4. Surat Izin Penelitian

5. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 6. Instrumen Penelitian

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekarang ini semakin banyak pasangan suami istri yang memilih untuk sama-sama bekerja. Pilihan menjadi ibu rumah tangga sekaligus juga menjadi wanita karier bukan semata-mata karena tren masa kini atau sekadar

mencari kesibukan di luar rumah. Peran ganda tersebut biasanya dipilih karena tuntutan ekonomi keluarga yang dirasa semakin sulit, karena semakin

tingginya kebutuhan sehari-hari yang harus dipenuhi serta keinginan setiap keluarga untuk mendapatkan kehidupan yang lebih mapan dan lebih baik lagi. Dalam situasi demikian, biasanya para ibu dihadapkan pada pilihan

yang sangat sulit, yaitu antara mempertahankan kesinambungan karier dan harmonisasi dalam keluarga. Di dalam setiap pilihan pastinya ada

pengorbanan. Dan objek paling sensitive yang menjadi sasaran pengorbanan pertama adalah anak. Tidak jarang, bahkan sering terjadi di masyarakat, orang

tua melupakan kewajiban untuk mendidik anak. Padahal, betapa besar peran orang tua –termasuk juga ibu- terhadap pendidikan dan pembentukan karakter anak.

Allah berfirman dalam Q.S At-tahrim ayat 6 berbunyi:

(15)

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

Anak adalah amanat Allah bagi orang tuanya. Anak berhati bersih merupakan permata tiada ternilai di mata orang tuanya, juga merupakan

perhiasan kehidupan dunia dan penghibur bagi kesejukan hati orang tuanya (Djawas, 1996:107). Menyambung pendapat tersebut, Huda (2009:61)

menyatakan anak dapat menjadi impian yang menyenangkan, manakala dididik dengan baik, dan sebaliknya akan menjadi malapetaka (fitnah) jika tidak dididik. Inilah kemungkinan yang ditimbulkan, yaitu rasa optimis atau

pesimistis. Hal ini juga membawa pada pemahaman, apalah artinya memelihara anak, jika tidak dididik, anak didik berbuat jahat adalah

kesalahan pendidik. Jika anak-anak tidak mau belajar, hanya akan menyusahkan orang tua, nusa dan bangsa. Jelasnya anak harus dididik, karena pada hakikatnya manusia dilahirkan dengan fitrah dapat dididik dan dapat

mendidik.

Pendidikan utama yang sangat dibutuhkan bagi anak adalah

pendidikan agama, dimana hal tersebut secara langsung berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak. Pendidikan beragama pada anak

merupakan awal pembentukan kepribadian, baik atau buruk kepribadian anak tergantung pada orang tua serta lingkungan yang mengasuhnya.

Bekal pendidikan agama yang diperoleh anak dari lingkungan

(16)

tengah-tengah kemajuan yang demikian pesat. Keluarga mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dalam mendidik generasi-generasinya untuk mampu

terhindar dari berbagai bentuk tindakan yang menyimpang. Oleh sebab itu, perbaikan pola pendidikan anak dalam keluarga merupakan sebuah keharusan

dan membutuhkan perhatian yang serius.

Mengingat fungsi keluarga yang diantaranya adalah pertama, keluarga berfungsi untuk mengatur penyaluran dorongan seks, tidak ada masyarakat

yang memperbolehkan seks sebebas-bebasnya antara siapa saja dalam masyarakat. Kedua, reproduksi berupa pengembangan keturunan pun selalu

dibatasi dengan aturan yang menempatkan kegiatan ini dalam keluarga. Ketiga, keluarga berfungsi untuk mensosialisasikan anggota baru masyarakat sehingga dapat memerankan apa yang diharapkan darinya. Keempat, keluarga

mempunyai fungsi afeksi, keluarga memberikan cinta kasih pada seorang anak. Kelima, keluarga memberikan status pada anak bukan hanya status

yang diperoleh seperti status yang terkait dengan jenis kelamin, urutan kelahiran dan hubungan kekerabatan tetapi juga termasuk di dalamnya status

yang diperoleh orang tua yaitu status dalam kelas sosial tertentu. Keenam, keluarga memberikan perlindungan kepada anggotanya, baik perlindungan fisik maupun perlindungan bersifat kejiwaan (Sunarto, 2004:63-64).

Dari fungsi keluarga yang terkemuka di atas maka dapat disimpulkan, bahwa keluarga merupakan sumber dari segala perkembangan anak. Anak

(17)

sikap anak dalam beragama. Orang tua mempunyai peran besar dalam menanamkan sikap religi yang besar pada anak, sebab sangat percuma bila

anak beragama di luarnya saja tapi dalam hati anak tidak memiliki jiwa beragama. Jadi sikap religius sangat penting untuk ditanamkan pada anak

(Ghofir, 2004:1).

Keluarga dalam Islam merupakan lembaga pendidikan yang terpenting yang pengaruhnya sebanding dengan sekolah. Orang tua -bapak

dan ibu- masing-masing mempunyai hak dan kewajiban, demikian juga dengan anak-anak (Kastolani, 2009:126).

Sebagaimana hadis Rasulullah SAW:

(18)

jawaban atasnya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhori). (Al-asqalani, 2009:389)

Tanggung jawab orang tua dimulai dengan mendidik anak agar menjadi orang beriman, shaleh dan shalehah, dan menjaga kesehatan fisik,

serta memenuhi keperluannya dalam batas yang dibenarkan dan kemampuan yang tersedia (Djawas, 1996:130).

Dalam mendidik anak, orang tua tidak mungkin hanya berharap agar

anak-anaknya berperilaku dan bersikap sesuai dengan keinginannya. Orang tua harus berusaha memperlihatkan teladan yang baik.

Menurut Kiong (2008:31-32), teladan perilaku itulah yang akan mempengaruhi anak-anak secara efektif. Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya, itulah kata pepatah yang relevan sekali untuk menggambarkan

keberlanjutan atau keterkaitan perilaku orang tua dan anak-anaknya. Sekarang ini tidak cukup hanya memberitahu anak supaya jangan begini jangan begitu.

Yang lebih penting adalah memberikan contoh langsung dan konkret kepada mereka.

Namun sekarang ini, banyak orang tua yang sibuk bekerja. Banyak kalangan ibu sibuk di luar rumah. Seperti yang terjadi di dusun Nobotengah, banyak wanita yang bekerja di industri garmen, berangkat pagi pulang

malam. Membiarkan anaknya diasuh oleh kerabatnya atau pembantu rumah tangga. Setiap harinya anak lebih banyak menghabiskan waktu dengan

(19)

Padahal hakekatnya transformasi nilai pendidikan dan keagamaan pada akhirnya tetap akan berlangsung lebih lama bersama orang tuanya.

Dengan demikian sudah sewajarnya bagi seorang ibu untuk menyediakan waktu khusus dan mengusahakan waktu ekstra untuk berkumpul

bersama anak-anaknya. Sebab dengan begitu kehangatan dan kasih sayang seorang ibu dan sekaligus pendidikan langsung dari ibu sebagai pembina utama kebahagiaan anak bisa diberikan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji mangenai “PERAN WANITA PEKERJA GARMEN

DALAM MEMBINA RELIGIUSITAS ANAK DI DUSUN NOBOTENGAH KEL. NOBOREJO KEC. ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016”.

B. Fokus Masalah

Dalam penelitian kualitatif perumusan masalah lebih ditekankan untuk

mengungkap aspek kualitatif dalam suatu masalah. Maka dari itu, dalam penelitian ini penulis akan mengemukakan fokus masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran wanita pekerja garmen dalam keluarga di Dusun Nobotengah Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga? 2. Bagaimana religiusitas anak pekerja garmen di Dusun Nobotengah

Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga?

3. Bagaimana peran wanita pekerja garmen dalam membina religiusitas

(20)

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran wanita pekerja garmen dalam keluarga di Dusun Nobotengah Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.

2. Untuk mengetahui religiusitas anak pekerja garmen di Dusun Nobotengah Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga.

3. Untuk mengetahui peran wanita pekerja garmen dalam membina religiusitas anaknya di Dusun Nobotengah Kelurahan Noborejo

Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Untuk mendukung teori-teori yang sudah ada dalam peran wanita pekerja pada pendidikan anak.

b. Sebagai bahan perbandingan bagi penelitian berikutnya yang sejenis. c. Untuk memperkaya khasanah keilmuan terutama pengetahuan tentang

bagaimana peranan orang tua dalam mendidik religiusitas anak. 2. Manfaat Praktis

a. Diharapkan dari hasil penelitian ini, dapat dimanfaatkan sebagai

(21)

b. Bagi peneliti diharapkan dapat menumbuhkan pengetahuan dan memperluas wawasan berdasarkan pengalaman dari apa yang ditemui

di lapangan.

E. Definisi Operasional 1. Peran wanita

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran diartikan sebagai

tokoh pemain sandiwara (film) utama, tukang lawak, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam

masyarakat (Depdiknas, 2007:854). Adapun di dalam buku Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, kata peran berarti yang diperbuat, tugas, hal yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa (Daryanto, 1997:487).

Pengertian secara etimologis, peran merupakan suatu bagian yang memegang peranan atau bertindak terhadap terjadinya suatu peristiwa,

yang berpartisipasi ikut andil dalam suatu kegiatan bersama (Hartini, 1992:296).

Wanita merupakan seorang perempuan yang sudah menginjak masa dewasa (Yahya, 2000:1268). Dimana seorang wanita ini mempunyai peran dalam kehidupan berumah tangga untuk mengatur segala urusan

rumah tangga, terutama memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya. Jadi, peran wanita adalah partisipasi seorang perempuan dewasa

(22)

Pekerja adalah orang yang bekerja, orang yang menerima upah atas kerjanya, buruh, karyawan (Depdiknas, 2007:554).

Garmen adalah pakaian jadi (kbbi.web.id)

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pekerja garmen

ialah seseorang yang menerima upah atas kerjanya di bidang pakaian jadi. 3. Religiusitas anak

Secara etimologi religiusitas berasal dari bahasa Inggris

religiousity yang berarti ketaatan pada agama, baik yang berupa perintah maupun larangan yang merupakan ajaran-ajaran agama (Salim,

2000:1239).

J. Milton Yinger seorang ahli sosiologi Agama berpendapat bahwa agama adalah sistem kepercayaan dan praktek dengan makna, suatu

masyarakat atau kelompok manusia berjaga-jaga untuk menghadapi masalah terakhir di dunia ini (Hendropuspito, 1983:35).

Keagamaan berasal dari kata agama yaitu kebutuhan jiwa (psikis) manusia yang menyatu dan mengendalikan sikap, pandangan, kelakuan,

dan cara menghadapi tiap-tiap masalah (Daradjat, 1982:47).

Glock dan Strak (dalam Ancok dan Suroso, 1995:76) mendefinisikan agama merupakan sistem simbol, sistem keyakinan,

sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlambangkan yang semuanya itu berpusat pada persoalan- persoalan yang dihayati

(23)

Dari istilah agama muncullah apa yang dinamakan religiusitas. Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa kokoh

keyakinan, seberapa sering melaksanakan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang

Muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam (Nashori, 2002:33).

Anak berarti keturunan kedua (Depdiknas, 2007:41). Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak, adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Dapat disimpulkan religiusitas anak adalah gambaran keadaan

dalam diri seseorang yang belum berusia delapan belas tahun, yang memiliki motivasi untuk bertindak dan bertingkah laku sesuai dengan

ajaran agama yang dianut. F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Rancangan Penelitian a. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(24)

Moleong (2011:6) penelitian kulitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam buku berjudul Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa

(Maslikhah, 2013:67) juga disebutkan bahwa penelitian berjenis kualitatif biasanya memuat tentang jenis pendekatan penelitian, data

dan sumber data, teknik pengumpulan data, validitas data, dan teknik analisis data.

b. Rancangan penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah field research yang bermaksud untuk mengetahui data

responden secara langsung dari lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan mengetahui situasi atau keadaan sebenarnya tentang peran

wanita pekerja garmen dalam membina religiusitas anak di dusun Nobotengah.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi penelitian

Dalam penelitian yang kami adakan ini, lokasi berada di dusun

(25)

Waktu penelitian dilaksanakan sejak penyusunan proposal yaitu dari Mei 2016 sampai penulisan laporan penelitian ini selesai

pada Agustus 2015.

3. Sumber Data a. Data Primer

Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang

dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22). Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang peran wanita pekerja garmen dalam membina

religiusitas anak di dusun Nobotengah Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Salatiga. Adapun sumber data langsung

peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan ibu yang bekerja di garmen dan anak.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi dan

dokumen resmi dari instansi. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan melengkapi informasi yang telah

(26)

a. Pengamatan

Metode ini digunakan peneliti dengan mengamati langsung

lapangan untuk mengetahui peran wanita pekerja garmen dalam membina religiusitas anak.

b. Wawancara

Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2011:186). Dalam penelitian ini yang akan diwawancara adalah wanita atau ibu yang bekerja di garmen beserta anak.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel-variabel, baik itu berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274).

5. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah seluruh data terkumpul. Di sini, data-data yang sudah ada dijabarkan secara naratif dan lebih kompleks,

disertai dengan pendapat-pendapat dari peneliti, didukung oleh referensi-referensi terkait.

(27)

Menurut Moleong (2008:324) ada empat kriteria yang digunakan yaitu: kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),

ketergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability).

Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan

(credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan

penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi

secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian peneliti menggunakan teknik tringulasi data yaitu teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008:330). Pada teknik ini peneliti melakukan:

a. Triangulasi teknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil

pengamatan dengan data hasil wawancara.

b. Triangulasi sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil

wawancara antar narasumber terkait dan membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen.

7. Tahap-tahap Penelitian

Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap

(28)

Tahap ini meiputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada

subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan

Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan peran wanita pekerja garmen dalam membina religiusitas anak di Dusun Nobotengah Kel. Noborejo Kec. Argomulyo Salatiga Tahun

2016. Data ini diperoleh dengan pengamatan, wawancara dan dokumentasi.

c. Tahap analisis data

Menurut Miles dan Huberman yang dikutip Sugiyono (2011:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data dan

penarikan kesimpulan.

1) Mereduksi atau merangkum data, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu.

2) Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya secara naratif.

3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum pernah

ada.

d. Tahap penulisan laporan

(29)

Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saran-saran demi

kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam 5 (lima) bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, fokus

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II ini berisi landasan teori tentang peran wanita pekerja garmen dalam membina religiusitas anak yang meliputi peran

wanita pekerja, religiusitas anak dan membina religiusitas anak. BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal mengenai: gambaran umum lokasi penelitian yaitu di Dusun Nobotengah, penyajian data yang meliputi: data responden serta hasil wawancara terhadap wanita

pekerja garmen dan anak di Dusun Nobotengah. BAB IV PEMBAHASAN

(30)

religiusitas anak di Dusun Nobotengah Kel. Noborejo Kec. Argomulyo Salatiga Tahun 2016.

BAB V PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang

(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Wanita Pekerja

Wanita merupakan seorang perempuan yang sudah menginjak masa dewasa (Yahya, 2000:1268). Dimana seorang wanita ini mempunyai peran dalam kehidupan berumah tangga untuk mengatur segala urusan rumah

tangga. Sedangkan pekerja adalah orang yang bekerja, orang yang menerima upah atas kerjanya, buruh, karyawan (Depdiknas, 2007:554).

Jadi, wanita pekerja adalah seorang perempuan dewasa yang menerima upah atas kerjanya.

Sebagai seorang wanita pekerja yang sekaligus sebagai ibu, wanita

tetap dituntut berbagi tugas dalam mendidik dan memperhatikan anak-anaknya bersama suami sebagai kepala keluarga.

1. Peran wanita dalam keluarga

Wanita sebagai bagian dari keluarga mempunyai tugas-tugas antara

lain sebagai istri, sebagai ibu rumah tangga, sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Menurut Hemas (dalam Pudjiwati,1997:35) memaparkan bahwa tugas yang disandang oleh seorang wanita yaitu:

a. Wanita sebagai istri

Wanita tidak hanya sebagai ibu rumah tangga tetapi juga

(32)

sebagai istri dituntut untuk setia pada suami agar dapat menjadi motivator kegiatan suami.

Hubungan antara suami dan istri sangat erat sekali, ibarat sebuah jiwa di mana yang separuh milik suami dan

separuhnya adalah milik istri. Ketaatan dan kesetiaan adalah merupakan bagian yang fundamental dalam kehidupan bekeluarga. Sehingga apabila kesetiaan ini dilanggar oleh satu pihak akan

membuat keluarga menjadi berantakan. b. Wanita sebagai ibu rumah tangga

Sebagai ibu rumah tangga yang bertanggung jawab secara terus-menerus memperhatikan kesehatan rumah dan tata laksana rumah tangga, mengatur segala sesuatu di dalam rumah tangga untuk

meningkatkan mutu hidup. Keadaan rumah harus mencerminkan rasa nyaman, aman tentram, dan damai bagi seluruh anggota

keluarga.

c. Wanita sebagai pendidik

Ibu adalah wanita pendidik pertama dan utama dalam keluarga bagi putra-putrinya. Menanamkan rasa hormat, cinta kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kepada masyarakat dan orang

tua. Pada lingkungan keluarga, peran ibu sangat menentukan perkembangan anak yang tumbuh menjadi dewasa sebagai warga

(33)

Di dalam Islam, ibu dikatakan ideal yaitu mampu mendidik anak dengan nilai ke-Islaman sejak masih dini, memiliki budi pekerti

yang baik (akhlakul karimah), selalu menjaga perilakunya agar menjadi teladan bagi anaknya, memiliki sikap penyabar, sopan

serta lembut dalam berbicara agar kelak sang anak dapat memiliki kepribadian yang tangguh dan baik.

Tidak ada yang meragukan betapa pentingnya ibu dalam

pendidikan anak seperti kasih sayang dan perhatian dari seorang ibu. Karena perhatian dan kasih sayang tersebut akan menimbulkan

perasaan di terima dalam diri anak-anak dan membangkitkan rasa percaya diri di masa-masa pertumbuhan mereka.

Karena itu, hal ini dipertegas oleh Lidya Yurita dalam

bukunya Mukjizat Doa Ibu!, yang mengatakan bahwa

“Ibu muncul sebagai sosok yang siap siaga dan serba bisa. Kasih sayang, kelembutan dan perhatiannya menempatkan ibu menjadi sosok yang dibutuhkan seluruh anggota keluarga.”

Begitu juga, dalam bukunya Khairiyah Husain Thaha yang berjudul Konsep Ibu Teladan yang menyatakan bahwa:

“Orang tua terutama ibu yang banyak bergulat dengan anak,

(34)

2. Hukum Islam tentang wanita yang bekerja

Islam memberi jalan kebahagiaan dan martabat yang tinggi bagi

wanita serta memberi rambu, nilai dan menuntun tatanan moral mana yang pantas dan tidak pantas. Wanita memiliki tanggung jawab dalam

rumah tangga sebagai konsekuensi alamiah atau fitrah, mengemban tugas utama berkenaan dengan tugas-tugas reproduksi (hamil, melahirkan, menyusui, mengasuh anak).

Islam menempatkan laki-laki menjadi pemimpin dalam keluarga yang berkewajiban mencari nafkah, tetapi peran wanita sebagai istri dan

ibu bagi anak-anaknya untuk membantu ekonomi keluarga tidak bisa dihindari, seperti di zaman modern sekarang ini. Realita bahwa wanita bekerja merupakan sebuah pilihan karena berbagai alasan.

Bekerja sesungguhnya merupakan perwujudan dari eksistensi dan aktualisasi diri manusia dalam hidupnya. Manusia, baik laki-laki

maupun wanita diciptakan Allah SWT untuk melakukan aktivitas pekerjaannya dan merupakan bagian dari amal saleh. Selain dimaknai

sebagai ibadah, dengan bekerja maka seseorang akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik secara jasmani maupun rohani. Islam mengajarkan adanya kewajiban untuk bekerja sekaligus hak untuk

mendapatkan pekerjaan yang dapat berlaku baik laki-laki maupun wanita. Manusia dituntut untuk memperjuangkan kebutuhan hidup,

(35)

Wanita atau ibu bekerja telah ada sejak masa lalu. Pada waktu kecilnya Muhammad Rasulullah diketahui banyak para ibu

bekerja. Misalnya, Halimah As-Sa’diyah yang bekerja untuk menyusuinya. Istri Rasulullah, Khadijah binti Khuwailid dikenal sebagai

pedagang yang sukses dan sangat berperan membantu perjuangannya. Melihat keterlibatan wanita dalam pekerjaan pada masa awal Islam, maka dapat dikatakan Islam membenarkan wanita aktif

dalam berbagai aktivitas. Wanita mempunyai hak untuk bekerja selama pekerjaan tersebut membutuhkannya dan atau selama wanita

membutuhkan pekerjaan tersebut serta selama norma-norma agama dan susila tetap terpelihara.

Islam telah meletakkan syarat-syarat tertentu bagi wanita yang

ingin bekerja di luar rumah, yaitu: karena kondisi keluarga yang mendesak, keluar bersama mahramnya, tidak berdesak-desakan dengan

laki-laki dan bercampur baur dengan mereka, dan pekerjaan tersebut sesuai dengan tugas seorang perempuan (As-Sya’rawi, 2003:141).

Di kalangan muslim, terdapat kelompok yang mengkhawatirkan jika wanita bekerja yang mengakibatkan perbuatan tidak terpuji karena dimungkinkan adanya hubungan dan pergaulan antara laki-laki dan

wanita sehingga dapat terjadi fitnah, perselingkuhan yang merusak kehidupan rumah tangga. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

memberikan pandangan tentang pekerja wanita, dikatakan bahwa:

(36)

perempuan sudah cukup bagi perempuan tanpa harus memasuki pekerjaan yang menjadi tugas para laki-laki. Orang-orang yang berakal dari negara-negara barat telah menyeru keharusan untuk mengembalikan perempuan pada kedudukan yang telah disediakan Allah SWT dan diatur sesuai dengan fisik dan akalnya.”

Selanjutnya Qardhawi mengategorikan hukum wanita bekerja di luar rumah atau melakukan aktivitas adalah jaiz (dibolehkan) dan dapat

sebagai sunah atau bahkan kewajiban (wajib) karena tuntutan (membutuhkannya), misalnya pada janda yang diceraikan suaminya,

dan karena untuk membantu ekonomi suami atau keluarga. Demikian juga dalam literatur fikih, khususnya fikih Hambali sebagaimana yang ditulis Faqihuddin Abdul Kodir, tidak ditemukan adanya larangan

perempuan bekerja selama ada jaminan keamanan dan keselamatan, karena bekerja adalah hak setiap orang. Suami tidak

berhak melarang istri bekerja mencari nafkah apabila suami tidak bisa bekerja mencari nafkah karena sakit, miskin atau karena yang lain.

B. Religiusitas (Keberagamaan) Anak 1. Pengertian religiusitas (keberagamaan)

Secara etimologi religiusitas berasal dari bahasa Inggris

religiousity yang berarti ketaatan pada agama, baik yang berupa perintah

maupun larangan yang merupakan ajaran-ajaran agama (Salim, 2000:1239).

(37)

masyarakat atau kelompok manusia berjaga-jaga untuk menghadapi masalah terakhir di dunia ini (Hendropuspito, 1983:35).

Keagamaan berasal dari kata agama yaitu kebutuhan jiwa (psikis) manusia yang menyatu dan mengendalikan sikap, pandangan, kelakuan,

dan cara menghadapi tiap-tiap masalah (Daradjat, 1982:47).

Glock dan Strak (dalam Ancok dan Suroso, 1995:76) mendefinisikan agama merupakan sistem simbol, sistem keyakinan,

sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlambangkan yang semuanya itu berpusat pada persoalan- persoalan yang dihayati

sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).

Dari istilah agama muncullah apa yang dinamakan religiusitas. Religiusitas diartikan sebagai seberapa jauh pengetahuan, seberapa

kokoh keyakinan, seberapa sering melaksanakan ibadah dan kaidah, dan seberapa dalam penghayatan atas agama yang dianutnya. Bagi seorang

Muslim, religiusitas dapat diketahui dari seberapa jauh pengetahuan, keyakinan, pelaksanaan dan penghayatan atas agama Islam (Nashori,

2002:33).

Selanjutnya Ancok dan Suroso (1995:76) mengemukakan bahwa keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi

kehidupan manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (beribadah) tapi juga ketika

(38)

yang tak tampak dan terjadi pada hati seseorang. Karena itu keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi dan

dimensi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa agama adalah sistem yang berdimensi banyak.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah suatu gambaran keadaan dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku

(baik tingkah laku yang tampak maupun tak tampak), bersikap, dan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran agama yang dianutnya.

2. Dimensi atau aspek religiusitas (keberagamaan)

Glock dan Stark (dalam Ancok dan Suroso, 1995:77-78) membagi dimensi atau aspek religiusitas menjadi lima, kelima aspek atau dimensi

tersebut yaitu :

a. Dimensi keyakinan

Yaitu dimensi yang berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu

dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup

keyakinan itu bervariasi tidak hanya diantara agama-agama, tetapi sering kali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.

(39)

seberapa tingkat keyakinan Muslim terhadap kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap kebenaran ajaran-ajaran-ajaran-ajaran yang

bersifat fundamental dan dogmatik. Di dalam keberislaman, isi dimensi keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para

malaikat, Nabi/Rosul, kitab-kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar.

b. Dimensi praktik agama

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen

terhadap agama yang dianutnya. Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting, yaitu:

1) Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan

formal dan praktik-praktik suci yang mengharapkan para pemeluk melaksanakan.

2) Ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari

komitmen sangat formal dan khas publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relatif spontan, informal, dan khas

pribadi.

Ancok dan Suroso menjajarkan dimensi peribadatan dengan

(40)

dan dianjurkan oleh agamanya. Dalam keberislaman, dimensi ini menyangkut pelaksanaan sholat, puasa, zakat, haji, membaca

Al-Qur’an, doa, zikir, ibadah kurban, i’tikaf di masjid di bulan puasa

dan sebagainya.

c. Dimensi pengalaman

Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak

tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan

langsung mengenai kenyataan terakhir (kenyataan terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural). Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan,

perasaan-perasaan, persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok

keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi ketuhanan, yaitu dengan tuhan,

kenyataan terakhir, dengan otoritas transedental.

Oleh Ancok dan Suroso dimensi ini disejajarkan dengan akhlak. Yaitu menunjuk pada seberapa tingkatan Muslim

berperilaku dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan

(41)

menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup,

menjaga amanat, mematuhi norma-norma Islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran Islam, dan

sebagainya.

d. Dimensi pengetahuan agama

Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang

yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan

tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu keyakinan adalah syarat bagi penerimanya. Walaupun demikian, keyakinan tidak perlu

diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada keyakinan. Lebih jauh, seseorang dapat

berkeyakinan kuat tanpa benar-benar memahami agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang amat sedikit.

Dalam keberislaman, dimensi ini menyangkut pengetahuan tentang isi Al-Qur’an, pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun Iman), hukum-hukum Islam,

sejarah Islam dan sebagainya. e. Pengamalan atau konsekuensi

(42)

hari ke hari. Istilah “kerja” dalam pengertian teologis digunakan

disini. Walaupun agama banyak menggariskan bagaimana

pemeluknya seharusnya berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana

konsekuensi-konsekuensi agama merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau semata-mata berasal dari agama.

Ancok dan Suroso menjajarkan dimensi ini dengan

penghayatan. Yaitu menunjuk pada seberapa jauh tingkat Muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan dan

pengalaman-pengalaman religius. Dalam keberislaman dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat/akrab dengan Allah, perasaan doa-doanya sering terkabul, perasaan tentram bahagia karena

menuhankan Allah, perasaan bertawakkal (pasrah diri secara positif) kepada Allah, perasaan khusuk ketika melaksanakan sholat

atau berdoa, perasaan tergetar ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al-Quran, perasaan bersyukur kepada Allah, perasaan

mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi religiusitas (keberagamaan)

Ada dua faktor yang mempengaruhi sikap keberagamaan, yaitu

faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi kejiwaan. Sedangkan faktor

(43)

a. Faktor intern 1) Hereditas

Setiap manusia yang lahir membawa sifat keturunan yang berasal dari gen-gen orang tuanya, meskipun gen-gen

keturunan tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Namun tidak jauh menyimpang dari sifat dasar yang ada. Perkembangan jiwa keagamaan anak dapat dipengaruhi oleh

sifat- sifat orang tuanya, benih yang berasal dari keturunan tercela dapat mempengaruhi sifat-sifat keturunan berikutnya.

2) Tingkat usia

Perkembangan jiwa keberagamaan anak-anak berbeda dengan perkembangan jiwa keberagamaan pada usia remaja.

Perkembangan jiwa keberagamaan anak-anak ditentukan oleh tingkat usia serta perkembangan berbagai aspek

kejiwaan termasuk perkembangan berpikir. Anak yang menginjak usia berpikir kritis, lebih kritis pula dalam

memahami ajaran agama. 3) Kepribadian

Kepribadian seseorang dipengaruhi oleh aspek

hereditas dan pengaruh lingkungan. Unsur bawaan merupakan faktor intern yang memberi ciri khas pada diri seseorang, yang

(44)

memiliki perbedaan dalam kepribadian. Dan perbedaan ini diperkirakan berpengaruh terhadap perkembangan jiwa

keberagamaan. Dengan menggunakan kaidah fikih mengemukakan bahwa diri sendiri termasuk orang yang

dibebani tanggungjawab pendidikan menurut Islam. Apabila manusia telah mencapai tingkat mukallaf maka ia menjadi bertanggung jawab sendiri untuk mempelajari dan

mengamalkan ajaran agama Islam. Hal ini sangat erat kaitannya dengan keluarga atau semua anggota keluarga yang

mendidik pertama kali.

Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada

masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun (Daradjat, 1970:58).

4) Kondisi kejiwaan

Kondisi kejiwaan seseorang berhubungan dengan

kepribadian seseorang. Hubungan ini menunjukkan bahwa ada suatu kondisi kejiwaan seseorang terkadang bersifat menyimpang.

b. Faktor ekstern 1) Keluarga

(45)

pengembangan kepribadian anak sangatlah dominan. Dalam hal ini, orang tua mempunyai peranan yang sangat penting

dalam menumbuhkembangkan fitrah beragama anak. Menurut Hurlock, keluarga merupakan training centre bagi penanaman

nilai-nilai. Pengembangan fitrah atau jiwa beragama anak, seyogianya bersamaan dengan perkembangan kepribadiannya, yaitu sejak lahir bahkan lebih dari itu sejak dalam kandungan.

Oleh karena itu, sebaiknya pada saat bayi masih berada dalam kandungan, orang tua (terutama ibu) seyogianya lebih

meningkatkan amal ibadahnya kepada Allah, seperti melaksanakan salat wajib dan sunnat, bedoa, berdzikir, membaca Al-Qur’an dan memberi sedekah (Yusuf, 2000:138).

Dalam Zakiah Daradjat (1970:110), sikap orang tua terhadap agama, akan memantul kepada anak. Jika orang tua

menghormati ketentuan-ketentuan agama, maka akan bertumbuhlah pada anak sikap menghargai agama, demikian

pula sebaliknya, jika sikap orang tua terhadap agama itu negatif, acuh tak acuh, atau meremehkan, maka itu pulalah sikap yang akan bertumbuh pada anak.

Jadi, dalam lingkungan keluarga faktor orang tua sangat menentukan, karena akan masuk ke dalam pribadi anak

(46)

orang tua mempunyai tanggungjawab dalam mendidik anak-anaknya karena dalam keluarga mempunyai waktu banyak

untuk membimbing, mengarahkan anak-anaknya agar mempunyai perilaku islami.

2) Institusi (sekolah)

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang mempunyai program yang sistematik dalam melaksanakan

bimbingan, pengajaran dan latihan kepada anak agar mereka berkembang sesuai dengan potensinya. Menurut Hurlock

pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak sangat besar, karena sekolah merupakan substitusi dari keluarga dan guru-guru substitusi dari orang tua (Yusuf,

2000:140).

Sikap keteladanan guru sebagai pendidik serta

pergaulan murid dinilai berperan dalam menanamkan kebiasaan tingkah laku yang baik. Pembiasaan yang baik

merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa keberagamaan seseorang.

Dalam Zakiah Daradjat (1970:114), hubungan sosial anak semakin erat pada masa sekolah, maka perhatiannya

(47)

mengaji, temannya ke masjid mereka akan senang pula ke masjid.

3) Masyarakat

Dalam masyarakat, individu (terutama anak-anak dan

remaja) akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya. Corak perilaku anak atau remaja merupakan cermin dari corak atau perilaku

warga masyarakat (orang dewasa) pada umumnya. Oleh karena itu, kualitas perkembangan jiwa beragama anak sangat

bergantung pada kualitas perilaku atau pribadi orang dewasa atau warga masyarakat (Yusuf, 2000:141).

4. Perkembangan jiwa beragama pada anak

a. Perkembangan agama pada anak

Dalam Jalaluddin (1996:66-67), menurut penelitian Ernest Harms

perkembangan agama anak-anak melalui tiga tingkatan, yaitu:

1) The Fairy Tale Stage (Tingkatan Dongeng)

Tingkatan ini dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun. Pada tingkatan ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat perkembangan ini anak

menghayati konsep ke-Tuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Kehidupan masa ini masih

(48)

fantastis yang diliputi oleh dongeng-dongeng yang kurang masuk akal.

2) The Realistic Stage (Tingkatan Kenyataan)

Tingkatan ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar hingga

sampai ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini ide ke-Tuhanan anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realis). Konsep ini timbul

melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran dari orang dewasa lainnya. Pada masa ini ide keagamaan pada anak

didasarkan atas dorongan emosional, hingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang formalis. Berdasarkan hal itu maka pada masa ini anak-anak tertarik dan senang kepada

lembaga keagamaan yang mereka lihat yang dikelola oleh orang dewasa dalam lingkungan mereka. Segala bentuk tindak (amal)

keagamanaan mereka ikuti dan mempelajarinya dengan penuh minat.

3) The Individual Stage (Tingkat Individu)

Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka.

(49)

a) Konsep ke-Tuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut

disebabkan oleh pengaruh luar.

b) Konsep ke-Tuhanan yang lebih murni yang dinyatakan

dalam pandangan yang bersifat personal (perorangan). c) Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistik. Agama telah

menjadi etos humanis pada diri mereka dalam menghayati

ajaran agama. Perubahan ini setiap tingkatan dipengaruhi oleh faktor intern yaitu perkembangan usia dan faktor

ekstern berupa pengaruh luar yang di alaminya. b. Sifat-sifat agama pada anak

Dalam Jalaluddin (1996:68-71), ide keagamaan pada anak

hampir sepenuhnya autoritarius, maksudnya konsep keagamaan pada diri mereka dipengaruhi oleh faktor dari luar diri mereka. Hal

tersebut dapat dimengerti karena anak sejak usia muda telah melihat, mempelajari hal-hal yang berada di luar diri mereka. Mereka telah

melihat dan mengikuti apa-apa yang dikerjakan dan diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka tentang sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan agama.

Orang tua mempunyai pengaruh terhadap anak sesuai dengan prinsip eksplorasi yang mereka miliki. Dengan demikian ketaatan

(50)

mereka. Bagi mereka sangat mudah untuk menerima ajaran dari orang dewasa walaupun belum mereka sadari sepenuhnya manfaat

ajaran tersebut. Berdasarkan hal itu maka bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat dibagi atas:

a. Unreflective (tidak mendalam)

Anak menerima konsep keagamaan berdasarkan otoritas, maka jarang terdapat anak yang melakukan perenungan (refleksi)

terhadap konsep keagamaan yang diterima. Pengetahuan yang masuk pada anak dianggap sebagai sesuatu yang menyenangkan,

terutama yang dikemas dalam bentuk cerita.

b. Egosentris

Pemahaman religiusitas anak didasarkan atas kepentingan

dirinya. Maka sebaiknya pendidikan agama lebih dikaitkan pada kepentingan anak. Misalnya ketaatan ibadah dikaitkan dengan

kasih sayang Tuhan kepada dirinya.

c. Anthromorphis

Konsep ketuhanan pada anak berasal dari pengalamannya pada saat ia berhubungan dengan orang lain. Sehingga dalam hal ketuhanan, anak mengaitkan sifat-sifat Tuhan dengan sifat

manusia.

(51)

Perilaku keagamaan pada anak, baik yang menyangkut ibadah maupun moral baru bersifat lahiriah, verbal dan ritual

tanpa keinginan untuk memahami maknanya. e. Imitatif

Dalam melakukan perilaku sehari-hari, tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak pada dasarnya diperoleh dari hasil meniru.

f. Rasa heran

Rasa takjub pada anak dapat menimbulkan ketertarikan

pada agama melalui cerita keagamaan yang bersifat fantastis. 5. Karakteristik individu yang memiliki religiusitas

Individu yang memiliki religiusitas tinggi akan tercermin dalam

perilakunya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Glock dan Stark dalam dimensi religiusitas, Ancok dan Suroso menjelaskan karakteristik

individu yang memiliki religiusitas berdasarkan dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark yang memiliki kesesuaian

dengan islam, yaitu:

a. Memiliki ciri utama berupa keyakinan (aqidah) yang kuat. Aqidah ini mengungkap masalah keyakinan manusia terhadap rukun

iman (iman kepada Allah, Malaikat, kitab-kitab, Nabi, hari pembalasan dan qadha qadar). Seorang muslim yang religius akan

(52)

kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, mencintai dan melaksanakan perintah Allah, serta menjauhi larangan-Nya,

meyakini adanya hal-hal yang dianggap suci dan sakral, seperti kitab suci, tempat ibadah dan sebagainya.

b. Mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan diajarkan oleh agamanya. Seorang muslim yang beribadah dengan baik menggunakan jam-jam yang dimilikinya untuk beribadah

kepada Allah dengan shalat, banyak berdzikir, berdoa, rajin berpuasa dan zakat serta ibadah-ibadah lainnya.

c. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan disesuaikan dan dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya seperti suka menolong, bekerjasama, berderma, menegakkan keadilan dan kebenaran, jujur, memaafkan,

menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat dan sebagainya.

d. Mengetahui dan memahami hal-hal yang pokok mengenai

dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi terhadap ajaran agamanya, seperti mengetahui tentang isi Al-Qur’an,

pokok-pokok ajaran yang harus diimani dan dilaksanakan (rukun Iman dan rukun Islam), hukum-hukum Islam, sejarah Islam dan sebagainya.

e. Merasakan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Allah, seperti

(53)

ketika mendengar asma-asma Allah (seperti suara adzan dan alunan ayat-ayat suci Al-Qur’an) dan perasaan syukur atas nikmat

yang dikaruniakan Allah.

C. Membina Religiusitas (Keberagamaan) Anak

Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak untuk memperoleh pendidikan. Ayah dan ibu sebagai pendidiknya dan anak sebagai peserta didiknya. Keluarga sebagai satuan unit sosial terkecil

merupakan lingkungan pendidikan yang paling utama dan pertama. Ini artinya bahwa keluarga merupakan lingkungan yang paling bertanggung

jawab untuk mendidik anak-anak. Mendidik anak pada hakekatnya merupakan usaha riil orang tua untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak (Maimunah, 2010:24).

Sebagai umat beragama, orang tua dan pendidik berkewajiban untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan yang meliputi nilai-nilai aqidah, ibadah

dan akhlak. Penanaman nilai-nilai tersebut yang berlangsung sejak usia dini, mampu membentuk religiusitas anak mengakar secara kuat dan mempunyai

pengaruh sepanjang hidup. Hal ini terjadi pada anak usia itu karena dalam diri anak tersebut belum mempunyai konsep yang dapat digunakan untuk menolak ataupun menyetujui yang masuk pada dirinya.

Selanjutnya, nilai-nilai agama yang ditanamkan akan menjadi warna pertama pada dasar konsep diri anak. Dan dalam proses selanjutnya

(54)

kata hati, yang pada usia remaja akan menjadi dasar penilaian dan penyaringan terhadap nilai-nilai yang masuk pada dirinya.

Bentuk-bentuk pelaksanaan ajaran Islam atau dasar-dasar pendidikan agama bagi anak yaitu sebagai berikut:

1. Membina aqidah anak

Aqidah secara bahasa berarti ikatan, secara terminologi berarti landasan yang mengikat yaitu keimanan. Aqidah juga sebagai ketentuan

dasar mengenai keimanan seorang muslim, landasan dari segala perilakunya, bahkan aqidah sebenarnya merupakan landasan bagi

ketentuan syariah yang merupakan pedoman bagi seseorang berperilaku di muka bumi (Daradjat, 1992:317).

Aqidah memiliki enam aspek yaitu: keimanan pada Allah, kepada

para Malaikat-Nya, iman kepada para Rasul utusan-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada hari akhir, dan iman kepada ketentuan yang telah

dikehendaki-Nya, apakah takdir baik atau takdir buruk. Dan seluruh aspek ini merupakan hal yang gaib, yang tidak mampu ditangkap panca

(55)

sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka. (Depag, 2009:2).

Dari penjelasan di atas, didapatkan lima pola dasar pembinaan aqidah anak seperti: membacakan kalimat tauhid pada anak,

menanamkan kecintaan mereka pada Allah, pada Rasulullah Muhammad SAW, mengajarkan Al-Qur’an dan menanamkan nilai perjuangan Rasul

serta pengorbanan beliau.

Dalam Hafidhz (1988:110), Imam Al-Ghazali menjelaskan secara

khusus bagaimana menanamkan keimanan pada anak. Beliau berkata:

“Langkah pertama yang bisa diberikan kepada mereka dalam

menanamkan keimanan adalah dengan memberikan hafalan. Sebab proses pemahaman harus diawali dengan hafalan terlebih dahulu. Ketika anak hafal akan sesuatu kemudian memahaminya, akan tumbuh dalam dirinya sebuah keyakinan dan akhirnya anak akan membenarkan apa yang telah dia yakini sebelumnya. Inilah proses pembenaran dalam sebuah keimanan yang dialami anak pada

umumnya.”

2. Membina ibadah anak

Fuad Kauma dan Nipan (1997:201) menyatakan, setelah anak mengetahui dan memahami dengan pendidikan aqidah, maka

anak-anak pun perlu merealisasikan dalam bentuk ibadah. Karena aqidah tidak hanya diyakini saja, melainkan harus dikerjakan dalam ibadah. Dalam Al- Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56 Allah SWT berfirman:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Depag, 2009:523)

Pembinaan dalam beribadah bagi anak ini terbagi dalam 4 dasar

(56)

a) Pembinaan Shalat

Pembinaan shalat ini bertahap mulai dari perintah melaksanakan shalat, anak mulai dikenalkan adanya kewajiban

dalam melaksanakan shalat baik itu syarat sah shalat maupun rukun-rukun shalat serta larangan-larangannya, membiasakan anak

menghadiri shalat jum’at, membawa anak ikut ke masjid dan

mengikat anak dengan masjid. b) Pembinaan ibadah puasa

Puasa merupakan ibadah ritual yang berhubungan erat dengan proses peningkatan ruh dan jasad. Di dalam ibadah ini anak diajarkan untuk mengenal semakin dalam makna sebenarnya dari

bentuk keikhlasan dihadapan Allah SWT karena puasa bukan hanya mengajarkan anak untuk menahan diri dari haus dan lapar saja tapi

juga dilatih untuk selalu bersikap sabar. c) Pembinaan mengenai ibadah haji

Pembinaan mengenai ibadah haji ini sarana untuk melatih diri anak agar terbiasa dalam melaksanakan bentuk ibadah yang memerlukan ketabahan fisik yang kuat.

Sebagaimana kita ketahui pula bahwa haji merupakan bentuk ibadah yang penuh dengan berbagai macam kesulitan dan kepayahan

(57)

diharapkan pada saat mencapai dewasa nanti, dia akan mulai terbiasa dan tidak lagi dianggap sebagai bentuk ibadah yang berat baginya.

d) Pembinaan ibadah zakat

Dengan mengeluarkan zakat, anak dikenalkan pada bentuk

penyucian harta dan diri. Maka anak pun akan belajar mengenal arti tolong menolong yang merupakan kewajiban setiap manusia. Karena harta yang dikeluarkan akan disalurkan kepada mereka yang

membutuhkan. 3. Membina akhlak anak

Akhlak merupakan bentuk jamak dari khuluq yang berarti perangai

atau tabiat. Dalam Ihya’ Ulumudin, Ibnu Maskawih berpendapat bahwa

akhlak adalah suatu sifat yang tertanam di dalam jiwa, darinya timbul

perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan pertimbangan-pertimbangan pikiran dahulu (Ammar, 2013:400).

Sedangkan menurut Ahmad Amin (dalam Abdud, 2000:9) akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Lebih dalam lagi akhlak adalah implementasi

dari iman dalam segala bentuk perilaku (Daradjat, 1993:58).

Orang tua wajib membina anak-anak sejak dini dengan sikap, perilaku dan berkepribadian baik agar anak-anak dapat berbakti kepada

orang tua, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi orang-orang yang lebih muda serta bisa menjaga diri dari pergaulan sehari-hari

(58)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data

1. Dusun Nobotengah

Letak geografis Dusun Nobotengah terletak di Kelurahan Noborejo Kecamatan Argomulyo Salatiga. Terdiri dari 2 RW dan 6 RT, dengan

jumlah warga 926 orang. Wilayah Nobotengah meliputi rumah warga, pekarangan dan tegalan. Keadaan keberagamaan penduduk Dusun

Nobotengah adalah 100% beragama Islam.

Dari segi pendidikan, penduduk Dusun Nobotengah adalah berpendidikan rendah. Sehingga mayoritas penduduknya bekerja sebagai

petani ladang dan buruh pabrik.

Untuk batas wilayah Dusun Nobotengah adalah sebagai berikut:

Sebelah utara : Dusun Pamot Sebelah selatan : Sungai

Sebelah barat : Dusun Nobokulon Sebelah timur : Dusun Nobowetan 2. Gambaran Responden

Responden yang diambil dengan berbagai pertimbangan diharapkan mampu memberikan gambaran umum tentang bagaimana peran wanita

(59)

Responden yang peneliti ambil sebagai sampel adalah: a. Ibu PI

Ibu PI adalah wanita berusia 43 tahun, memiliki seorang suami dan 3 orang anak dan bekerja di PT Nesia Pan Pacific Knit di Klero.

Ibu PI bekerja 5 hari dalam seminggu, yaitu hari senin sampai dengan

hari jum’at. Setiap harinya ibu PI berangkat jam 06.30 pagi dan

pulang selepas maghrib.

b. Ananda IA

Ananda IA adalah putra bungsu dari ibu PI yang berusia 9

tahun dan sekarang duduk dikelas 4 Madrasah Ibtidaiyah. Setiap harinya ananda IA pergi ke sekolah jam 06.30 dan pulang jam 13.30 WIB. Sepulang dari sekolah ananda IA lebih banyak menghabiskan

waktu di rumah atau bermain dengan teman-temannya sampai ashar. Setiap maghrib, ananda IA pergi ke Mushola yang tidak jauh dari

rumah untuk mengaji. Sepulang mengaji ananda IA melakukan aktivitas lainnya seperti melihat televisi dan belajar.

c. Ibu J

Ibu J adalah seorang ibu yang berumur 27 tahun dan memiliki seorang anak yang berusia 6 tahun yang duduk di bangku Taman

Kanak-kanak. Setiap harinya ibu J bekerja di PT Sadua Indo Gintungan Butuh Tengaran. Bekerja lima hari dalam seminggu, dari

(60)

d. Ananda ZB

Ananda ZB adalah putri ibu J yang sekarang duduk di kelas B

Taman Kanak-kanak. Setiap harinya ananda ZB diasuh oleh tetangga depan rumahnya dari pagi sampai sore hari. Kegiatan ananda ZB

adalah pagi berangkat sekolah jam 07.00 dan pulang jam 10.00 WIB. Setiap hari sebelum maghrib, ZB diantar orang tuanya untuk mengaji disalah satu rumah seorang ustadz yang tidak jauh dari rumah.

e. Ibu IH

Ibu IH merupakan ibu satu orang putri yang berusia 10 tahun.

Ibu IH bekerja di PT. Nesia Pan Pacific Knit di Klero. Setiap harinya ibu IH berangkat bekerja jam 06.30 WIB dan jika jam lembur, pulang terkadang sampai jam 21.00 WIB.

f. Ananda NA

Ananda NA merupakan anak dari ibu IH yang sekarang duduk

dikelas 4 SD. Ananda NA bersekolah di salah satu lembaga pendidikan islam terpadu di Getasan. Setiap hari ananda NA

berangkat sekolah pada jam 06.30 WIB dan pulang pada jam 14.30 WIB. Sepulang sekolah Ananda NA istirahat dan selepas ashar mengikuti TPA.

g. Ibu NH

Ibu NH adalah ibu dua orang anak. Ibu NH bekerja di garmen

(61)

kecelakaan. Setiap pagi ibu NH berangkat kerja jam 06.45 WIB dan pulang jam 16.00 WIB.

h. Ananda I

Ananda I merupakan anak bungsu ibu NH. Sekarang ananda I

berusia 12 tahun dan duduk dibangku SMP. Ananda I termasuk anak yang patuh dan berbakti kepada orang tuanya, karena dalam keseharian ananda I berangkat sekolah jam 06.30 WIB dan pulang jam

13.00 WIB dan sepulang dari sekolah waktu ananda I lebih banyak digunakan untuk membantu orang tuanya dalam mengerjakan

pekerjaan rumah yang mampu dia kerjakan daripada bermain dengan teman-temannya, meskipun kadang-kadang ananda I juga bermain. i. Ibu NY

Ibu NY berumur 34 tahun. Memiliki 2 orang anak laki-laki. Ibu NY bekerja di PT Muara Krakatau Dusun Rejosari Klero sejak 8

bulan yang lalu. Setiap harinya Ibu NY berangkat jam 06.30 WIB dan pulang sore menjelang petang.

j. Ananda MR

Ananda MR adalah anak kedua Ibu NY yang sekarang duduk dibangku kelas VI MI. Setiap harinya Ananda MR berangkat sekolah

jam 06.45 WIB dan pulang jam 14.00 WIB. Sepulang sekolah ananda MR istirahat atau bermain dengan teman sebayanya. Setelah maghrib

(62)

k. Ibu Sar

Ibu Sar bekerja di PT Golden Flower Ungaran. Ibu Sar

memiliki satu orang putra yang berumur 7 tahun. Setiap hari Ibu Sar berangkat bekerja jam 05.30 WIB karena tempat kerja yang jauh dari

rumah dan pulang jam 17.30 WIB. l. Ananda R

Ananda R sekarang ini duduk di bangku kelas 1 Madrasah

Ibtidaiyah. Ananda R setiap hari berangkat sekolah jam 06.30 WIB dan pulang sekolah jam 11.30 WIB. Sepulang sekolah Ananda R

bermain dengan teman sebayanya. Dari waktu ashar sampai jam 17.00 WIB ananda R belajar mengaji di TPA.

m. Ibu SS

Ibu SS bekerja di PT. Nesia Pan Pacific Knit Klero. Ibu SS memiliki satu orang anak yang berusia 8 tahun. Ibu SS bekerja 5 hari

dalam seminggu, yaitu hari senin sampai dengan hari jum’at. Setiap

harinya ibu SS berangkat jam 06.30 WIB pagi dan pulang jam 19.00

WIB. n. Ananda C

Ananda C adalah anak ibu SS yang sekarang duduk di bangku

kelas dua sekolah dasar. Aktifitas ananda C mulai dari pagi adalah berangkat sekolah jam 06.45 WIB dan pulang sekolah jam 12.00

(63)

14.00 WIB. Setelah bermain ananda C mengikuti kegiatan keagamaan di salah satu mushola dalam bentuk TPA.

o. Ibu SF

Ibu SF berusia 25 tahun dan memiliki 2 orang putra. Setiap

harinya ibu SF bekerja disalah satu garmen di Ungaran. Setiap harinya ibu SF berangkat bekerja jam 06.30 dan pulang 18.30 WIB.

p. Ananda OP

Ananda OP adalah putra pertama ibu SF yang berusia 6 tahun. Setiap harinya ananda OP dan adiknya diasuh oleh neneknya.

Aktifitas ananda OP setiap pagi berangkat sekolah jam 07.30 WIB dan pulang jam 10.00 WIB. Sepulang sekolah ananda OP bermain dengan teman sebayanya. Selepas bermain, jam 15.30 WIB ananda OP diantar

neneknya pergi ke TPA untuk belajar mengaji. q. Ibu G

Ibu G bekerja di PT Muara Krakatau Klero dan memiliki 2 orang anak. Setiap harinya ibu G berangkat bekerja jam 06.30 WIB

dan pulang 16.30 WIB. r. Ananda LP

Ananda LP adalah anak pertama ibu G yang berumur 10 tahun

dan duduk di kelas 4 Sekolah Dasar. Aktifitas ananda LP mulai dari pagi adalah berangkat sekolah jam 06.45 WIB dan pulang sekolah jam

Referensi

Dokumen terkait

Contoh preseden rancangan longitudinal yang pertama adalah penelitian berjudul “ A Synthetic Cohort Analysis of Canadian Housing Careers ” (Crossley dan Ostrousky, 2003).

Due to this issue, this research analyzes the role of website usability, satisfaction, loyalty, security perception and trust in developing positive word-of-mouth

Khaul dilakukan dengan cara mengadakan pengajian umum dan ditempatkan di area pemakaman, antusiasme masyarakat sangat tinggi dalam acara ini karena menyangkut kepentingan

melakukan proses pe4jualan ekspor dan juga perusahaan menyiapakan karyawan cadangan yang akan meng-handle pekerjaan yang tidak masuk tersebut.. Apakah tahap penjualan

Dalam masalah ini penulis menggunakan suatu metode sebagai bahan pertimbangan untuk mengurangi pemborosan biaya persediaan ini yaitu metode Material Requirement Planning (MRP),

Nardi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Net Profit Margin, dan Return On Investment Terhadap Harga Saham pada

Kekuatan tarik komposit tertinggi terjadi pada komposit serat daun nanas dengan proses perendaman dengan fraksi volume 50% sebesar 33,20 MPa, regangan tertinggi terjadi

Bale Luar menggambarkan hubungan antar manusia untuk saling menghormati dan mempertahankan sikap kekeluargaan, sedangkan Bale Dalem yang lebih privat, memperlihatkan