• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ANGGOTA ORGANISASI PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII) WILAYAH BANTEN - FISIP Untirta Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH IKLIM ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ANGGOTA ORGANISASI PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII) WILAYAH BANTEN - FISIP Untirta Repository"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Konsentrasi Humas Program Studi Ilmu Komunikasi

Oleh:

Maya Maul Haya Sofa

NIM. 6662101704

KONSENTRASI HUBUNGAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

BANTEN

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

[Soekarno]

Skripsi ini kupersembahkan

Untuk Kedua Orang tua dan

(6)

iv

Terhadap Komitmen Anggota Organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) Wilayah Banten. Pembimbing I: Rahmi Winangsih, Dra., M.Si dan Pembimbing II: Nanief Afrilla F, S.Sos., M.Si

Suatu organisasi apapun bentuknya dan bidang kegiatannya akan melibatkan komunikasi dalam penyebaran informasi. Dalam setiap organisasi,komunikasi yang terjalin perlahan-lahan akan membentuk suatu iklim organisasi. Dengan keberadaannya yang sangat penting mempengaruhi cara hidup anggotanya, kepada siapa mereka berbicara, siapa yang mereka sukai, bagaimana perasaan mereka, bagaimana kegiatan kerjanya, bagaimana perkembangannya, apa yang dicapai, bagaimana mereka menyesuaikan diri dengan organisasinya. Didalam organisasi dibutuhkan adanya komitmen agar organisasi yang ditekuni bisa berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh iklim organisasi terhadap komitmen anggota organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) Wilayah Banten dengan menggunakan teori stringer. Inti dari teori Stringer ini adalah untuk mengukur dimensi iklim organisasi sesuai dengan karakteristiknya. Metode penelitian ini menggunakan meotode kuantitatif. Data dikumpulkan melalui kuisoner dengan skala Likert 1-4. Sedangkan sampel ditentukan dengan teknik sampling jenuh sebanyak 60 responden. Menerangkan bahwa hasil uji koefisien korelasi antara variabel X yaitu variabel iklim organisasi terhadap variabel Y yaitu variabel komitmen organisasi sebesar 0,907 memiliki tingkat hubungan yang kuat. Berdasarkan uji koefisien determinasi didapatkan bahwa iklim organisasi memberikan pengaruh sebesar 82,3 % terhadap komitmen anggota organisasi PII Wilayah Banten.

(7)

v

(PII) Banten region. Supervisor I: Rahmi Winagsih Dra., M.Si and Supervisor II: Naniek Afrilla F, S.Sos., M.Si.

An organization regardless of its formand field activities will in volve communicationin the dissemination of information. In every organisation, the communications that occurs slowly to form an organization’s climate. This happens also in the Pelajar Islam Indonesia (PII) Banten region. Organizational’s climate, which so essential to existence of life affects the way its members, to whom they speak, who they like how thwy feel how to activity works, how it goes, what you want to achieve and how to adjust to the organization. In organization there needs to be commitment to an organization that can develop and maintain occupied existence. Purposeofthis study was to determine The Influence of Organizational Climate On Organizational Members Commitment Pelajar Islam Indonesia (PII) Banten region, using stringer theory. The essence of this theory is to measure Stringer organizational climate the dimensions of according to the characteristics. This study uses quantitative methods. Datawere collected through a question nairewith Likert scale1-4. While the samplewas determined bysaturation samplingtechniqueas much as 60respondents. Explains that the test results correlation coefficient between variables X organizational climate variable to variable Y is the variable of organizational commitment level of 0.907 has a strong relationship. Based on the determination coefficient test showed that organizational climate effect of 82.3% of the members of the organization's commitment PII Banten region.

(8)

vi

Puji dan syukur sayapanjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan

Rahmat dan Karunia-Nya penulisdapatmenyelesaikanskripsi yang berjudul “Pengaruh

Iklim Organisasi Terhadap Komitmen Anggota Organisasi Pelajar Islam Indonesia

(PII) Wilayah Banten”. Shalawat beserta salam semoga terlimpah curahkan kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, hingga kepada

umatnya hingga akhir zaman.

Tentunya penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan,

dukungan, bimbingan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnyakepada Ayahanda tercinta Drs. HMS. Suhari,

AM,MA dan Ibunda terkasih Mamah Suhadiniyah yang tak pernah lelah untuk selalu

mendoakan dan mendidik. Terimakasih atas jasa-jasa dan kesabarannya sehingga

penulis lebih termotivasi untuk menyelesaikan penelitian ini dengan baik

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak yang telah

membantu. Untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas

Sultan AgengTirtayasa.

2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos M.Si selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial

(9)

vii

5. Ibu Rahmi Winangsih, Dra., M.Si selaku pembimbing I yang selalu

bijaksana memberikan bimbingan, doa, nasehat serta waktunya selama

penulisan skripsi ini.

6. Ibu Naniek Afrilla Framanik, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing II

yang telah mencurahkan perhatian, doa, kepercayaan dan masukan yang

sangat berarti bagi penulis.

7. Ibu Nurprapti Wahyu Widyastuti M.Si, Ibu Ulivina Restu H., S.Sos,

M.Ikom dan Bapak Idi Dimyati M.Ikom selaku penguji skripsi.

8. Bapak Rangga Galura Gumelar, Dipl.Ing (FH).,M.Si selaku Dosen

Akademik yang telah membimbing perkuliahan dari semester awal

hingga akhir.

9. Kepada ketua Pelajar Islam Indonesia (PII) Wilayah Banten Ika Fathullah

yang telah memberi izin dan bersedia membantu penulis untuk

melakukan penelitian ini.

10.Kepada Anggota Organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) yang telah

menjadi objek penelitian saya.

11.Kepada kelurga besar serta saudara-saudara tercinta yang yang telah

(10)

viii

perkuliahan. Terimakasih atas kebersamaan kalian selama ini.

13.Kepada teman terganteng saya Cheresthon Parulian Sihaloho yang selalu

memberikan semangat agar saya segera lulus. Horas Bang!

14.Kepada sahabat sekaligus kakak tercinta Nisfu Maryana, Putri Febrianti

dan Uum Umedah yang tak pernah bosan untuk membantu, memberikan

dorongan, semangat dan kasih sayang dalam penyusunan skripsi ini.

15.Tim MSG Puput Jolie dan Mondy Sunarta yang selalu memberikan

bantuan, doa serta kekonyolan, canda dan tawa kepada penulis.

16.Kepada Tim MMM ( Amel, Step, Akmal, Indra, Nanis dan Dhamar),

MMG ( Eki, Titie, Yosa dan Risya) TACS (Tata, Ayi, Chaca dan Sinta)

Annisa Nurprabandari, R osa Nofianti dan seluruh penghuni kelas F dan

G Non-Reguler dan kelas Reguler Ilmu Komunikasi angkatan 2010 yang

telah memberikan warna dan keceriaan selama perkuliahan.

17.Kepada teman tercantik saya Qory Lestari W, Nurhamidah Yuniar, Okta

Zikriani, Yani Pratiwi, Lulu Fadlina, Maya Lestari, Asri Gebby dan

Triara Y yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.

18.Kepada Organisasi HIMAKOM (Himpunan Mahasiswa Ilmu

Komunikasi) dan IMIKI (Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi) yang telah

(11)

ix semangat dan dukungan kepada saya.

20.Kepada sahabat SMP yang sangat luar biasa Andhika Pradana

Khairunnisa dan Silvi Utami yang senantiasa menjaga kebersamaan dan

persahabatan kami hingga saat ini.

21.Keluarga Besar KKM Comradery 49 yang beranggotakan 20 orang, yang

secara tidak langsung memberikan semangat dan doa kepada penulis.

22.Teman-teman dan semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu, terimakasih atas kebersamaan dan bantuan yang berarti kepada

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada

semuanya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih jauh dari

bentuk kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran dari

berbagai pihak atas segala kekurangan, kekeliruan, dan kesalahan dalam pembuatan

skripsi ini menjadi tanggung jawab penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Serang, Oktober 2014

(12)

x

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

MOTTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Identifikasi Masalah ... 9

1.4 Tujuan Penelitian ... 9

1.5 Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Pengertian Komunikasi ... 11

2.2 Organisasi ... 12

2.2.1 Pendekatan Organisasi ... 13

2.2.2 Unsur-unsur organisasi ... 15

2.3 Komunikasi Organisasi ... 15

2.3.1 Arus Komunikasi Dalam Organisasi ... 19

2.3.2 Aliran Komunikasi Dalam Organisasi ... 20

(13)

xi

2.5.2 Dimensi Komitmen Dalam Berorganisasi ... 31

2.5.3 Pemberdayaan Komitmen ... 32

2.6 Teori Stringer ... 34

2.7 Kerangka Berpikir ... 37

2.8 Operasional Variabel... 40

2.9 Hipotesis ... 42

2.10 Penelitian Terdahulu ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47

3.1 Metode Penelitian ... 47

3.2 Paradigma Penelitian ... 48

3.3 Jenis Data ... 48

3.4 TeknikPengumpulan Data ... 49

3.5 Populasi dan Sampel ... 50

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 52

3.7 Teknik Pengujian Instrumen ... 52

3.7.1 Uji Validitas ... 53

3.7.2 Uji Reliabilitas ... 56

3.7.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... 56

3.7.3.1 Hasil Uji Validitas Variabel X ... 55

3.7.3.2 Hasil Uji Validitas Variabel Y ... 56

3.7.3.3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ... 57

3.7.3.4 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ... 57

3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 58

(14)

xii

3.10 Data Distribusi Normal ... 63

3.11 Lokasi Penelitian dan Jadwal Penelitian ... 63

3.11.1 LokasiPenelitian ... 63

3.12.2 Jadwal Penelitian... 64

BAB IV PEMBAHASAN ... 65

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 65

4.1.1 Sejarah Pelajar Islam Indonesia ... 65

4.2 Hasil Data Penelitian ... 69

4.2.1 Data Diri Responden ... 69

4.3 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 70

4.3.1 Data Penelitian Variabel Iklim Organisasi ... 70

4.3.2 Data Penelitian Variabel Komitmen Organisasi ... 80

4.4 Analisis Deskripsi Data ... 87

4.5 pengujian Koefisien Korelasi ... 89

4.6 PengujianKoefisienDeterminasi ... 91

4.7 Analisis Regresi Linear ... 91

4.8 Pengujian Hipotesis ... 95

4.9 Data Distribusi Normal ... 97

4.10 Pembahasan ... 98

4.10.1 Iklim Organisasi PII Wilayah Banten ... 98

4.10.2 Komitmen Anggota Organisasi PII Wilayah Banten ... 106

(15)

xiii

(16)

xiv

Tabel 3.2 Tingkat ReliabilitasBerdasarkan Tingkat Alfa ... 57

Tabel 3.3 HasilUji Reliability Variabel X ... 58

Tabel 3.4 HasilUji Validity Variabel X ... 58

Tabel 3.5Hasil Uji Reliability Variabel Y ... 59

Tabel 3.6Hasil Uji Validity Variabel Y ... 59

Tabel 3.7 HasilUji Normality ... 60

Tabel 3.8 Kriteria Analisis Deskriptif ... 65

Tabel 4.1 JenisKelaminResponden ... 70

Tabel 4.2 Iklim Organisasi PII Wilayah Banten dapat mereflesikan perasaan Anggota ... 71

Tabel 4.3 Iklim Organisasi PII Wilayah Banten memberikan kewenangan dalam mengambil keputusan ... 72

Tabel 4.4Iklim Organisasi PII Wilayah Banten memberikan kejelasan tugas ... 73

Tabel 4.5 Iklim Organisasi PII Wilayah Banten memiliki tujuan Organisasi yang tinggi ... 74

Tabel 4.6 Iklim Organisasi PII Wilayah Banten meningkatkan Kinerja Anggota ... 75

Tabel 4.7 Iklim Organisasi PII Wilayah Banten meningktakan Derajat Kebanggan Anggota Terhadap Organisasi ... 76

Tabel4.8 Iklim Organisasi PII Wilayah Banten Memberikan Penghargaan Yang Positif bagi organisasi yang berprestasi ... 77

(17)

xv

Dukungan Yang Tinggi ... 80

Tabel 4.13 Saya Merasa Ikut Memiliki Organisasi PII Wilayah Banten ... 81

Tabel 4.14 Saya Merasa Terikat Secara Emosional dengan Organisasi PII Wilayah Banten ... 82

Tabel 4.15 Saya Percaya Terhadap Organisasi PII Wilayah Banten ... 83

Tabel 4.16 Saya Ikut Terlibat dalam Semua Kegiatan Organisasi PII Wilayah Banten ... 84

Tabel 4.17 Saya Sulit Terikat Dengan Organisasi Lain ... 85

Tabel 4.18 Saya Merasa Senag Bekerjasama dengan Pimpinan dan Sesama Anggota Organisasi ... 85

Tabel 4.19 Saya Berusaha Mempertahankan Diri dalam Organisasi PII Wilayah Banten ... 86

Tabel 4.20 Saya Berusaha Mewujudkan Visi dan Misi Organisasi PII Wilayah Banten ... 87

Tabel 4.21 Saya Berusaha Keras Mmberikan Waktu, tenaga dan Pikiran untuk Organisasi PII Wilayah Banten... 87

Tabel 4.22 Pengujian Korelasi ... 91

Tabel 4.23 Variabel Entered ... 92

Tabel 4.24 Model Summary ... 92

Tabel 4.25 Anova ... 92

Tabel 4.26 CoefisienT ... 93

(18)
(19)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial (Homo Socius), artinya manusia berada

bersama dan berinteraksi dengan manusia yang lain. Manusia dilahirkan untuk

bersama.Manusia dalam hidupnya tidak dapat lepas tanpa berinteraksi dengan

orang lain, dan manusiapun selalu hidup bermasyarakat atau berorganisasi mulai

dari ruang lingkup yang kecil maupun ruang lingkup yang besar. Sebagai makhluk

sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya.Ia ingin

mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya, bahkan ia ingin mengetahui apa yang

terjadi dalam dirinya, dan rasa ingin tahu inilah yang memaksakan manusia perlu

berkomunikasi.

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,

manusia dapat saling berhubungan dengan satu sama lain, baik dari kehidupan

sehari-hari dirumah tangga, lingkungan kampus, ditempat pekerjaan atau dimana

saja berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlihat dalam komunikasi.

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat dipungkiri, begitu juga

halnya dengan organisasi yang dapat berjalan lancar dan berhasil dengan adanya

komunikasi yang baik disuatu organisasi. Begitu juga sebaliknya. Kurangnya atau

tidak adanya komunikasi organisasi akan menyebabkan organisasi itu tidak

(20)

Atas dasar itu maka komunikasi organisasi perlu mendapat perhatian untuk

dipelajari dan dipahami oleh setiap orang yang terlihat dalam dunia organisasi.

Sebab, komunikasi yang efektiflah yang dapat menjamin tercapainya

tujuan-tujuan organisasi dan kemampuan berkomunikasi secara efektif dalam

menentukan keberhasilan seseorang, dimanapun ia berada bukan hanya didunia

organisasi saja.

Komunikasi yang terjalin terus menerus dalam sebuah organisasi

perlahan-lahan akan membentuk suatu iklim organisasi dan iklim komunikasi. Ada

hubungan yang sirkuler antara iklim organisasi dengan iklim komunikasi. Tingkah

laku komunikasi mengarahkan pada perkembangan iklim, diantaranya iklim

organisasi. Menurut Hillrieger dan slocum ( Jablin, 1987) iklim organisasi adalah

suatu set atribut organisasi dan subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota

organisasi yang disebabkan oleh cara-cara organisasi atau subsistem, terhadap

anggota dan lingkungannya. Iklim organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam

cara anggota organisasi bertingkah laku dan berkomunikasi. Iklim yang penuh

persaudaraan mendorong para anggota organisasi berkomunikasi secara terbuka,

rileks dan ramah tamah dengan anggota yang lain, sehingga terbentuklah suatu

iklim organisasi. Keberadaan iklim organisasi dalam sebuah organisasi sangatlah

penting, karena iklim organisasi mempengaruhi cara hidup anggotanya, kepada

siapa kita bicara,siapa yang kita sukai, bagaimana kegiatan kerja kita, apa yang

ingin dicapai dan bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi.

Iklim organisasi organisasi yang kondusif akan membuat orang bekerja

(21)

tersebut. Iklim organisasi seperti ini akan membuat seseorang lebih betah dalam

bekerja dan membuat mereka puas dalam melakukan pekerjaannya. Iklim

organisasi digambarkan memiliki peran besar dalam keberhasilan yang dicapai

oleh organisasi. Hal ini terutama karena fungsi budaya yang memberikan satu set

nilai untuk penetapan prioritas dan memberikan bagaimana segala sesuatu

dilakukan dalam kelompok atau organisasi. Selain itu iklim organisasi juga

berfungsi sebagai fasilitator timbulnya komitmen bersama sebagai mekanisme

pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku

para anggota dari organisasi . Pengelolaan yang baik atas iklim organisasi akan

bisa mempengaruhi tercapai komitmen anggota yang tinggi.

Dalam organisasi dibutuhkan adanya komitmen organisasi dari setiap anggota

yang berada dalam struktur organisasi, karena dari komitmen organisasi tersebut

dapat memajukan dan mengembangkan organisasi yang ditekuninya. Komitmen

organisasi merupakan derajat kekuatan perasaan seseorang dalam

mengidentifikasikan dirinya bagian dari organisasi. Dengan begitu, komitmen

terhadap organisasi diartikan sebagai keadaan dimana seseorang mengaitkan

dirinya pada organisasi tertentu dan sasarannya serta berharap mempertahankan

keanggotaan dalam organisasi itu.

Meyer dan Allen (1991), merumuskan suatu definisi mengenai komitmen

dalam berorganisasi, yaitu sebagai suatu konstruksi psikologis yang merupakan

karakteristik hubungan anggota oganisasi dengan organisasinya serta memiliki

implikasi terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam

(22)

Mowday, Porter dan Steers (Dalam Sopiah 2008), menyatakan bahwa

peninjuan dalam komitmen beroganisasi dapat dilakukan dengan melihat absensi

anggota. Anggota yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi lebih

termotivasi untuk hadir dalam organisasi serta berusaha mencapai tujuan

organisasi.

Salah satu faktor penting dalam mencapai kemajuan organisasi yang

maksimal diantaranya adalah setiap anggota organisasi haruslah memiliki

komitmen yang tinggi terhadap organisasi yang ditekuninya. Komitmen

organisasi sendiri dapat diartikan sebagai hal yang menyebabkan, menyalurkan

dan mendukung perilaku anggota organisasi agar mau mendedikasikan dan

melibatkan diri dengan usaha yang maksimal dengan kemajuan organisasi yang

ditekuninya. Jika suatu organisasi memiliki anggota yang berkomitmen tinggi

terhadap organisasinya serta mendedikasikan dirinya kepada organisasi, maka

hal-hal yang dapat merugikan organisasi dapat diminimalisir.

Iklim organisasi dianggap memiliki hubungan yang positif dengan komitmen

organisasi. Ketika anggota organisasi menerima iklim organisasi yang positif ,

maka komitmen organisasi mereka akan meningkat. Begitu juga sebaliknya,

apabila setiap anggota organisasi menerima iklim organisasi yang negatif maka

dengan sendirinya komitmen mereka terhadap organisasi akan menurun.

Penelitian ini dilakukan pada anggota Pelajar Islam Indonesia (PII) Wilayah

Banten. Organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) pada awalnya didirikan di

Yogyakarta pada tanggal 4 Mei 1947. Para pendirinya adalah Yoesdi Ghozali,

(23)

Noersyaf.Setelahbanyak diskusi tentang dunia pelajar baik yang berada di

kota-kotamaupunpelajar yang jauhdariperkotaan berada di desa-desa yang dikenal

sebagai lembaga pendidikan pondok pesantren, maka mereka sepakat untuk

mendirikan sebuah organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) yang akan

menampung atau mewadahi dunia pelajar baik yang berada di pondok pesantren

maupun pelajar yang berada di berbagai kota.1

Pelajar Islam Indonesia (PII) dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran

Rumah Tangga (ART) nya merumuskan dan menetapkan tentang tujuan PII yakni :“Kesempurnaan Pendidikan dan Kebudayaan Yang Sesuai Dengan Islam Bagi

Rakyat Indonesia dan Umat Manusia”. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

PII telah berusaha mengintegrasikan dunia pelajar kota dan desa melalui berbagai

jenis training leadership ataulatihan kepemimpinan sesuai dengan tingkatan,

mulai dari tingkat dasar (Basic Training), tingkat pertengahan

(IntermediateTraining) dan tingkat lanjut (Advance Traning) hingga ke tingkat

Instruktur (Coaching Instructor). Materi yang dikembangkan meliputi masalah

keorganisasian, kepemimpinan, akhlak dan akidah Islam, Iman, ilmu dan amal

shaleh, integritas ilmu, peranan akal dan wahyu, sejarah perjuangan umat Islam,

khittoh perjuangan PII, falsafah perjuangan PII, perbandingan ideologi dan

lain-lain sesuai dengan tingkatannya.2

Adapun struktur kelembagaan organisasi PII terdiri dari Pengurus Besar

Pelajar Islam Indonesia (PBPII) yang terpusat di Ibu Kota Republik Indonesia,

1

Moh Husnie Thamrin. 1998.Pilar Dasar Garakan PII. Yoyakarta:Karya Cipta Jaya Hal 19 2

(24)

kemudian Pengurus Wilayah (PW) PII yang berada di wilayah Provinsi, Pengurus

Daerah (PD) PII yang berada di tingkat Kabupaten/Klota dan Pengurus

Komisariat PII yang berada di berbagai tingkat Kecamatan di wilayah Indonesia.

Hubungannya dengan aktifitas PII Provinsi Banten, sejak Banten menjadi

Provinsi pada tahun 2001, maka secara otomatis terbentuk kepengurusan wilayah

PII Provinsi Banten, Pengurus Daerah PII Kabupaten Serang, Pengurus Daerah

PII Cilegon, Pengurus Daerah PII Lebak, Pengurus Daerah PII Pandeglang,

Pengurus Daerah PII Kota Serang dan Pengurus Daerah PII Kabupaten

Tangerang. Pada umumnya kepengurusan PII adalah pelajar dan mahasiswa dari

berbagai sekolah dan perguruan tinggi.

Komitmen organisasi sangat erat kaitannya dengan kemajuan organisasi baik

dalam perkembangan organisasi maupun dalam persaingan dengan organisasi

lain. Berbicara mengenai komitmen organisasi, keberadaan anggota menjadi aktor

penting dalam kemajuan organisasihal itu dipengaruhi oleh adanya iklim

organisasi, karena tidak bisa dipungkiri iklim organisasi salah satu faktor untuk

meningkatkan sebuah komitmen dalam mencapai tujuan organisasi. Namun

terkadang iklim organisasi dalam sebuah organisasi berjalan tidak kondusif,

ketidakkondusifan iklim organisasi akan berdampak tidak optimalnya terhadap

komitmen anggota organisasi. Dapat dikemukakan seperti berikut:3

3

(25)

1. Pemahaman terhadap struktur yang belum merata dikalangan anggota.

Akibatnya anggota bekerja hanya berdasarkan perintah bukan mengacu

pada bidang kerja yang ada.

2. Perilaku menghindari tanggung jawab merupakan kebiasaan yang sering

terjadi dikalangan pegawai/anggota, sehingga terkesan jiwa kemandirian

dan kedewasaan sangat rendah.

3. Arus komunikasi yang belum tercipta dengan baik, masih bersifat

instruktif dari atasan ke bawahan, hal ini mengakibatkan keengganan

anggota untuk mengemukakan pendapat secara terbuka.

4. Penghargaan terhadap sumber daya manusia yang belum merata.

Penghargaan lebih didasarkan pada kedekatan dan kesenioran daripada

keadaan objektif dari pegawai yang ada, misalnya atas dasar prestasi.

5. Imbalan yang diterapkan tidak mengacu pada prinsip keadilan, kesetaraan,

dan kewajaran. Demikian juga dengan sangsi yang tidak merata

diberlakukan pada seluruh anggota.

Dimensi-dimensi iklim organisasi diatas secara tidak langsung akan

berpengaruh terhadap komitmen anggota yang ada didalam organisasi. Karena

ketika atmosfer yang ada dalam organisasi tidak kondusif maka komitmen yang

ada dalam organisasi tidak akan berjalan secara maksimal. Komitmen yang

kurang berjalan lancar ini dapat dilihat dari ketidakhadiranpengurus atau anggota

dalam rapat kerja sehingga kegiatanyang akan dilaksanakan menjadi terhambat

(26)

ikatan psikologis anggota terhadap organisasi yang dijalaninya sehingga anggota

anggota tidak seutuhnya merasa memiliki organisasi yang digelutinya.

Iklimorganisasi dirasakan sangat penting bagi berlangsungnya sebuah

komitmen organisasi.Komitmen yang baik akan menimbulkan sebuah ikatan

psikologis dan tanggung jawab anggota untuk menunjang organisasi dalam

mewujudkan stabilitas dan keharmonisan internal dan eksternalnya, sehingga

anggota yang memiliki komitmen akan tetap melanjutkan aktivitasnya demi

kelangsungan dan suksesnya tujuan organisasi.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, peneliti merasa tertarik

untuk menganalisis lebih lanjut mengenai sejauhmana pengaruh iklim organisasi

terhadap komitmen anggota organisasi PII Wilayah Banten, oleh karena itu maka penelitian ini berjudul “Pengaruh IklimOrganisasiTerhadap Komitmen Anggota

Organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII)Wilayah Banten”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah “Seberapa Besar Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Komitmen

Anggota Organisai PII Wilayah Banten”.

1.3 Identifikasi Penelitian

Dari perumusan masalah tersebut, maka masalah yang akan diidentifikasikan

adalah sebagai berikut :

1. Sejauh mana iklimorganisasi di PIIWilayah Banten?

(27)

3. Seberapa besar pengaruhiklim organisasi terhadap komitmen anggota

organisasi PII Wilayah Banten

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sejauh mana iklim organisasi yang ada di PIIWilayah Banten

2. Mengetahui sejauh mana komitmen anggota organisasi yang ada di

PIIWilayah Banten

3. Untuk mengetahui seberapapengaruh iklim organisasi terhadap komitmen

anggota organisasi PII Wilayah Banten

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini meliputi:

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan dan memperluas

pengetahuan bagi ilmu komunikasi, khususnya dalam bidang kajian

komunikasi organisasi mengenai pentingnya pengaruh iklim organisasi

terhadap komitmen anggota organisasi.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapakan tidak hanya memiliki manfaat secara

teoritis tetapi juga manfaat secara praktis, yakni penelitian ini dapat

memberikan kontribusi secara praktik khususnya bagi praktisi-praktisi dan

prilaku organisasi dalamberkomunikasi yang efektif dan seefesien

mungkin, serta dapat menjadi masukan bagi organisasi Persatuan Pelajar

Islam (PII) Wilayah Banten untuk meningkatakan komitmen organisasi

(28)

pula semua hasil dari penelitian ini bisa menjadi pedoman, baik bagi ketua

maupun anggota Persatuan Pelajar Islam (PII) Wilayah Banten untuk

melakukan setiap proses komunikasi organisasi yang dilakukan di

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Konseptual

2.1.1 Pengertian Ilmu Komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial dan memerlukan hubungan dengan orang

lain. Manusia ingin mendapatkan perhatian diantara sesama dan kelompok.

Diperlukan serba hubungan dan mempergunakan berbagai cara, alat , media dan

lain-lain.

Menurut Evveret M. Rogers dan Lawrence Kincaid menyatakan bahwa

komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau

melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya

terjadi saling pengertian yang mendalam.4 Dengan kata lain komunikasi adalah proses individu dalam mengirimkan pesan agar terbentuknya rasa saling

pengertian.

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah

proses penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang dari orang lain.

Komunikasi akan berhasil apabila timbul saling pengertian diantara kedua belah

pihak harus menyetujui satu gagasan tersebut, tetapi yang penting adalah kedua

belah pihak sama-sama memahami gagasan tersebut.

4

Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi. Hal 5..

(30)

Setiap proses komunikasi terdapat unsur-unsur (komponen-komponen)

terdiri dari sumber, komunikator, pesan, channel (saluran), komunikan dan efek.

Dalam proses komunikasi, komunikator dapat menjadi komunikan dan

sebaliknya.pesan memiliki inti pesan (tema) yang menjadi pengarah dalam

memepengaruhi orang lain dan mencoba mengubah sikap dan tingkah laku

komunikasi. 5

2.2 Organisasi

Organisasi adalah sebuah kelompok individu yang diorganisasikan untuk

mencapai tujuan tetrtentu. Jumlah individu sangat beragam antara organisasi yang

satu dengan organisasi yang lain. Ada yang beranggotakan tiga atau empat orang,

bekerja dengan kontak yang sangat dekat. Sementara itu, ada organisasi yang

memilki serkibu karyawan tersebar diseluruh dunia. Namun, yang menjadi fokus

pembicaraan disini adalah mereka yang bekerja didalam struktur tertentu.

Tingkatan struktur juga sangat beragam dari organisasi ke organisasi

lainnya. Dalam struktur yang sdangat ketat, peran dan posisi setiap orang berada

dalam hierarki yang didefinisikan dengan jelas. Didalam organisasi dengan

struktur yang lebih longgar, peran bisa bergantian, dan status hierarki bisa juga

kurang jelas dan relatif kurang penting.

Tujuan sebuah organisasi adalah menghasilkan pendapatan. Akan tetapi,

berbagai tujuan lain yang mendukung harus pula dicapai jika tujuan akhir tersebut

ingin dipenuhi. Misalnya, agar dapat mendatangkan pendapatan, organisasi harus

5

(31)

mempertahankan angkatan kerja yang efektif. Untuk itu, organisasi harus

memiliki orang-orang yang bermotivasi dan berdedikasi tinggi.6

2.2.1 Pendekatan Organisasi

Menurut Goldhaber (1990), yang namanya organisasi

sekurang-kuranngnya meliputi empat pendekatan, yaitu pendekatan ilmiah, pendekatan

hubungan antar manusia, pendekatan sistem dan pendekatan budaya.7 1. Pendekatan Ilmiah

Pendekatan ilmiah menganggap bahwa organisasi harus menggunakan

metode-metode ilmiah untuk meningkatkan produktivitas.Dalam

pandangan ini produktivitas pada umumnya menyangkut masalah fisik dan

psikologis. Produktivitas dipandang dalam bentuk permintaan fisik akan

pekerjaan dan kemampuan psikologis para pekerjanya. Pendekatan ini

komunikasi dianggap sebagai pemberian perintah dan menjelaskan

prosedur dan operasi.Yang dikenal hanyalah struktur formal organisasi

dan sistem komunikasi formal.

2. Pendekatan Hubungan Antarmanusia

Pendekatan hubungan antarmanusia berkembang sebagai reaksi terhadap

perhatian eksklusif faktor-faktor phisik dalam mengukur keberhasilan

organisasi. Salah satu asumsi prinsip dari pendekatan hubungan

antarmanusia adalah bahwa kenaikan kepuasaan kerja akan mengakibatkan

kenaikan produktivitas: seorang karyawan yang produktif. Oleh karena itu

6

Wiryanto,2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi. Hal 52. 7

(32)

fungsi manajamen adalah menjaga agar para karyawan terus merasa

puasan.

3. Pendekatan Sistem

Pendekatan sistem mengkombinasikan unsur-unsur terbaik dari

pendekatan ilmiah dengan pendekatan hubungan antarmanusia.Pendekatan

ini memandang organisasi sebagai suatu sistem di mana semua bagian

berinteraksi dan setiap bagian mempengaruhi bagian lainnya.

4. Pendekatan Budaya

Sebuah pendekatan kontemporer mengenai organisasi menganggap bahwa

perusahaan harus dipandang sebagai suatu kesatuan sosial dan kultur.

Pandangan cultural melihat organisasi dan para pekerjanya memiliki

seperangkat nilai-nilai dan tujuan yang sama. Itulah sebabnya para pekerja

berkontribusi untuk pertumbuhan dan kemakmuran ini, moral dan

produktivitas pekerja oleh karenanya berkaitan erat satu sama lain.

Keduanya tidak merupakan tujuan yang terpisah tetapi secara integrak

berkaitan.

2.2.2 Unsur-unsur Organisasi

Organisasi sangat bervariasi ada yang sangat sederhana ada juga yang

sangat kompleks. Maka untuk membantu kita untuk memahami organisasi

tersebut perhatikanlah model berikut yang menggambarkan elemen dasar

(33)

a. Struktur sosial

Struktur sosial adalah pola atau aspek hubungan yang ada antara

partisipan didalam suatu organisasi.

b. Partisipan

Partisipan adalah individu-individu yang memberikan kontribusi

kepada organisasi

c. Tujuan

Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan

kontroversial dalam mempelajari organisasi.

d. Teknologi

Yang dimaksud dengan teknologi adalah penggunaan mesin-mesin

atau perlengkapan mesin juga pengetahuan teknik dan keterampilan

partisipan.

e. Lingkungan

Sebagai organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi,

kebudayaan dan lingkungan sosial terhadap mana organisasi

tersebutharus menyesuaikan diri. Semua tertgantung pada

lingkungan yang lebih besar untuk dapat hidup, tetapi pekerjaan

sekarang menitikberatkan kepada lingkungan hidup.8

2.3 Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan

organisasi didalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi. Bila

8

(34)

suatu organisasi semakin besar dan kompleks maka akan mengakibatkan semakin

kompleks pula proses komunikasinya. 9

Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah

pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang

termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia,

hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari

atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan

kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang

sama level/tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan

berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.10

Menurut Everett M. Rogers dan R Argawala Communication

inOrganization sebagaimana dikutip Drs. Onong U. effendy, MA.(1984) menyebut suatu sistem.Secara lengkap organisasi didefinisikan sebagai “suatu

sistem yang mapan dari mereka bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama melalui jenjang kepangkatan dan organisasi”.11

Sedangkan menurut Goldhaber (1986) memberikan definisi komunikasi organisasi berikut,

organizational communications is the process of creating and exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope with environment uncertainty”.

Atau dengan kata-kata lain komunikasi organisasi adalah proses

menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling

9

Ibid hal 54 10

Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hal 65. 11

(35)

tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang

selalu berubah-ubah. Definisi ini mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses,

pesan, jaringan, saling bergantung, hubungan, lingkungan dan ketidakpastian.

Masing-masing dari konsep kunci ini akan dijelaskan satu persatu secara

ringkas.12

1. Proses

Suatu sistem terbuka yang dinamis yang menciptakan dan saling menukar

pesan diantara anggotanya. Karena gejala menciptakan dan menukar informasi ini

berjalan terus menerus dan tidak ada henti-hentinya maka dikatakan sebagai suatu

proses.

2. Pesan

Yang dimaksud dengan pesan adalah susunan simbol yang penuh arti tentang

orang, objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang.

3. Jaringan

Organisasi terdiri dari satu seri orang yang tiap-tiapnya menduduki posisi

atau peranan tertentu dalam organisasi. Ciptaan dan pertukaran pesan dari

orang-orang ini sesamanya terjadi melewati suatu set jalan kecil yang dinamakan

jaringan komunikasi. Suatu jaringan komunikasi ini mungkin mencakup hanya

dua orang, beberapa orang atau keseluruhan organisasi. Hakikat dan luas dari

jaringan ini dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain, hubungan peranan, arah

dan arus pesan, hakikat seri dari arus pesan, dan isi dari pesan.

12

(36)

4. Keadaan saling tergantung

Konsep kunci komunikasi organisasi keempat adalah keadaan yang saling

tergantung satu bagian dengan bagian lainnya.Hal ini telah menjadi sifat dari

suatu organisasi yang merupakan suatu sistem terbuka. Bila suatu bagian dari

organisasi mengalami gangguan maka akan berpengaruh kepada bagian lainnya

dan mungkin juga kepada seluruh sistem organisasi. Begitu juga halnya dengan

jaringan komunikasi dalam suatu organisasi saling melengkapi.Implikasinya, bila

pimpinan membuat suatu keputusan dia harus memperhitungkan implikasi

keputusan itu terhadap organisasinya secara menyeluruh.

5. Hubungan

Konsep kunci yang kelima dari komunikasi organisasi adalah hubungan

karena komunikasi organisasi merupakan suatu sistem terbuka, sistem kehidupan

sosial maka untuk berfungsinya bagian-bagian itu terletak pada tangan

manusia.Dengan kata-kata lain jaringan melalui mana jalannya pesan dalam suatu

organisasi dihubungkan oleh manusia.Oleh karena itu hubungan manusia dalam

organisasi yang mengfokuskan kepada tingkah laku komunikasi dari orang yang

terlibat dalam suatu hubungan perlu dipelajari.

6. lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan adalah semua totalitas secara fisik dan

faktor sosial yang diperhitungkan dalam pembuatan keputusan mengenai individu

dalam suatu sistem.Lingkungan ini dapat dibedakan atas lingkungan internal dan

lingkungan eksternal.Yang termasuk lingkungan internal adalah personalia

(37)

lainnya seperti tujuan, produk dan sebagainya.Sedangkan lingkungan eksternal

dari organisasi adalah langganan, saingan dan teknologi.

7. Ketidakpastian

Yang dimaksud dengan ketidakpastian adalah perbedaan informasi yang

tersedia dengan informasi yang diharapkan.Untuk mengurangi ketidakpastian ini

organisasi menciptakan dan menukar pesan diantara anggota, melakukan suatu

penelitian pengembangan organisasi, dan menghadapi tugas-tugas yang kompleks

dengan integrasi yang tinggi.

2.3.1 Arus Komunikasi dalam Organisasi

Arah dari informasi komunikasi organisasi dapat dilihat secara vertikal,

yaitu komunikasi keatas dan kebawah, serta komunikasi lateral yang

menyamping.13

1. Komunikasi Ke Atas

Komunikasi keatas merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hierarki

yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi. Komunikasi keatas sangat

penting untuk mempertahankan pertumbuhan organisasi. Komunikasi

memeberikan komunikasi kepada menajemen. Umpan balik diperlukan

untuk mengetahui semangat kerja para pekerjanya dan berbagai

ketidakpuasan yang terjadi.

Pesan yang dikirim keatas, terutama yang mentangkut ketidakpuasan para

pekerja, tidak didengar atau ditanggapi oleh manajemen, karena bisa

13

(38)

menggangu produktivitas. Apabila pesan itu diabaikan, maka para

karyawanpun merasa tidak perlu mengirim pesan keatas.

2. Komunikasi ke Bawah

Komunikasi kebawah merupakan pesan yang dikirim dari tingkat hierarki

yang lebih tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Manajemen dan karyawan

seringkali berbicara hal yang berbeda. Banyak manajer yang yang tidak

mengtahui bagaimana agar pesan mereka dapat dipahami oleh

karyawannya. Dari kedua jenis komunikasi keatas dan kebawah tersebut,

manajemen mengendalikan sistem komunikasinya. Manajemen memiliki

tanggung jawab yang lebih besar dalam membentuk dan mempertahankan

sistem komunikasi internal yang efektif dan efisien.

3. Komunikasi Lateral

Komunukasi lateral adalah pesan antara sesama, yakni dari manajer ke

manajer, karyawan ke karyawan. Pesan yang semacam ini bergerak

dibagian yang sama didalamorganisasi atau mengalir antarbagian.

Komunikasi lateral ini memeperlancar pertukaran pengetahuan,

pengalaman, metode dan masalah. Hal ini membantu organisasi membantu

organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang

lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.

2.3.2 Aliran Komunikasi dalam Organisasi

Informasi tidak bergerak dengan sendirinya, kenyataannya informasi

dialirkan oleh komunikator kepada komunikan. Dalam penyampaian informasi

(39)

jalan. Dalam suatu organisasi dalam bentuk perusahaan, aliran komunikasi

digunakamn menentukan informasi tersebuttepat sasarn dan dapat diapahami

secara sama oleh semua pihak.

Menurut Guetzzkow yang dikutip oleh R. Wayne Pace dan Don F. Faules

dalam buku komunikasi Organisasi menyatakan bahwa “aliran informasi dalam

suatu organisasi dapat terjadi dengan tiga cara : serentak, berurutan atau kombinasi dari kedua cara ini.”14

a. Penyebaran pesan secara serentak

Pada zaman sekarang, penyebaran pesan secara serentak diperusahaan

besar mudah dilakukan. Karena banyak teknologi yang memudahkan

manusia dalam menjalankan aktifitasnya. Sebut saja mesin fax, internet,

telepofon dan lain-lain. Penyebaran pesan secara serentak mungkin suatu

cara yang lebih umum, lebih efektif dan lebih efisiendaripada cara lainnya

untuk melancarkan aliran informasi dalam suatu organisasi.15

b. Dalam buku Komunikasi karya Abdullah Masmuh menjelaskan bahwa

penyebaran pesan secara berurutan disampaikan secara bertahap.bertahap

disini maksudnya adalah sesuai dengan struktur organisasi dalam

perusahaan. Aliran informasi ini memperlambat laju informasi yang akan

disampaikan pada semua pihak yang berada didalam perusahaan tersebut.

Maka individu cenderung menyadari adanya informasi pada waktu yang

14

R. Wayne Pace dan Don F.Faules,2006. Komunikasi Organisasi.Bandung: Rosdakarya. Hal 171 15

(40)

berlainan. Karena adanya perbedaan dalam menyadari informasi tersebut,

mungkin timbul masalah dalam koordinasi.

2.4 Iklim Komunikasi Organisasi

Iklim komunikasi organisasi dalam suatu perusahaan sangat menentukan

kinerja karyawan, maka dari itu pemimpin harus jeli dalam menangkap situasi dan

kondisi iklim diperusahaan tersebut. Istilah „Iklim‟ disini merupakan kiasan

(metafora). Kiasan adalah bentuk ucapan yang didalamnya suatu istilah atau frase

jelas artinya dalam situasi yang berbeda yang bertujuan menyatakan suatu

kemiripan16. Frase iklim komunikasi organisasi menggambarkan suatu kiasan bagi iklim fisik. Sama seperti iklim anda membentuk iklim fisik untuk suatu kawasan,

cara orang berkreasi terhadap suatu aspek organisasi dalam menciptakan suatu

iklim . Iklim fisik terdiri dari kondisi-kondisi cuaca umum mengenai suatu wilayah”17

2.4.2 Iklim Komunikasi

Menurut Redding iklim lebih luas dari persepsi karyawan terhadap

kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh dan

keterlibatan. Bahkan ia mengatakan bahwa iklim organisasi jauh lebih penting

daripada keterampilan atau teknik-teknik semata-mata dalam menciptakan suatu

organisasi yang efektif. Iklim penting karena mengaitkan konteks organisasi

dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan dan harapan anggota organisasi dan

membantu menjelaskan perilaku anggota organisasi.( R.Wayne Pace Don F.

16

R.wayne Pace dan Don F. Faules, 2005. Komunikasi Organisasi. Bandung: Remaja Rosdakarya hal 146

17

(41)

Faules, 1998:158)18. Dengan mengetahui sesuatu tentang iklim suatu organisasi kita dapat memahami lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk

bersikap dengan cara-cara tertentu. Redding mengemukakan lima dimensi penting

dari iklim , diantaranya sebagai berikut:

a. Supportiveness

Bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan

membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting.

b. Partisipasi keputusan bersama

Para pegawai disemua tingkat dalam organisasi harus diajak

berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah

kebijaksanaan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka dan diberi

kesempatan untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan manajemen diatas

mereka dengan tujuan agar mereka berperan serta dalam proses pembuatan

keputusan dan penentuan tujuan.

c. Kepercayaan

Dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia. Para anggota disetiap

tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan

hubungan yang didalamnya kepercayaan, keyakinan dan kredibilitas didukung

oleh pernyataan dan tindakan.

d. Keterbukaan dan keterusterangan

Suasana umum yang meliputi keterbukaan dan keterusterangan harus

mewarnai hubungan-hubungan dalam berorganiasasi agar para pegawai mampu

18

(42)

mengatakan apa yang ada didalam pikiran mereka tanpa mengindahkan apakah

mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan atau atasan.

e. Tujuan-tujuankinerja yang tinggi

Personel disemua tingkat dalam organisasi harus menunujukan suatu

komitmen terhadap tujuan-tujuan berkinerja tinggi, produktivitas tinggi, kualitas

tinggi, biaya rendah dan menunjukan perhatian besar pada anggota organisasi

lainnya.

Gibb menegaskan bahwa tingkah laku komunikasi tertentu dari anggota

organisasi mengarahkan pada iklim Supportiviness. Diantara tingkah laku tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Deskripsi, anggota organisasi memfokuskan pesan mereka kepada kejadian

yang dapat diamati daripada evaluasi secara subjektif atau emosional.

b. Orientasi masalah, anggota organisasi memfokuskan komunikasi mereka

kepada pemecahan kesulitan mereka secara bersama.

c. Spontanitas, anggota organisasi berkomunikasi dengan sopan dalam

merespons terhadap situasi yang terjadi.

d. “Empathi”, anggota organisasi memperlakukan anggota yang lain sebagai

teman dan tidak menekankan kepada kedudukan dan kekuasaan.

e. “Provisonalism”, anggota organisasi bersifat fleksibel dan menyesuaikan

diri pada situasi komunikasi yang berbeda-beda.19

19

(43)

2.4.1 Iklim Organisasi

Menurut Tagiuri (1968) iklim organisasi adalah kualitas yang relatif abadi

dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya,

mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan dalam sebuah dalam

istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan.20 Sedangkan menurut Payne dan Pugh iklim organisasi sebagai suatu konsep yang mereflesikan

isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan

anggota terhadap suatu sistem sosial.21

Iklim organisasi dibentuk melalui hubungan antara tuntutan lingkungan,

teknologi, komitmen, dan penampilan kerja. Hal ini menunujukan bagaimana

tuntutan struktur dan teknologi yang menggambarkan iklim tertentu, dipengaruhi

oleh harapan-harapan terhadap pekerjaan. Konsep iklim organisasi itu sendiri

tidak lepas dari sifat dan ciri yang terdapat dalam suatu lingkungan kerja timbul

terutama karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar atau tidak iklim

organisasi dianggap memengaruhi prilaku. Dengan kata lain, bahwa iklim

organisasi dapat dianggap sebagai kepribadian organisasi seperti yang dilihat dan

dirasakan oleh para anggotanya.

Iklim organisasi dipandang positif oleh anggota organisasi, maka

diharapkan sikap dan prilaku yang timbul akan positif. Tercapainya tujuan

organisasi sangat dipengaruhi oleh iklim organisasi. Iklim organisasi mampu

mengelola kebutuhan-kebutuhan organisasi secara optimal sehingga dapat

menciptakan suasana lingkungan internal (lingkungan psikologis) yang

20

Arni Muhammd,2008. Komunuikasi Organisasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Hal 82 21

(44)

menunjang tercapainya tujuan organisasi. iklim organisasi terdiri beberapa faktor

diantara lain:

1. Kepemimpinan, yaitu seberapa jauh pemimpin ditolak atau dihargai oleh

anggota.

2. Standar merupakan persepsi anggota terhadap derajat pentingnya hasil

kerja, dan kejelasan harapan terhadap anggota organisasi.

3. Tanggug jawab untui mengukur persepsi anggota terhadap besarnya

tanggung jawab yang telah dipercayakan kepada anggota.

4. Pnghargaan merupakan persepsi anggota terhadap pemberian penghargaan

yang diberikan dalam situasi kerja.

5. Identitas organisasi yaitu persepsi anggota terhadap pentingnya loyalitas

kelompok dalam diri anggota organisasi.

2.5 Komitmen Organisasi

Ada dua pendekatan dalam merumuskan definisi komitmen dalam

berorganisasi. Pertama, melibatkan usaha untuk mengilustrasikan bahwa

komitmen dapat muncul dalam berbagai bentuk. Maksudnya, arti dari komitmen

menjelaskan perbedaan hubungan antara anggota organisasi dan entitas lainnya.

Kedua, melibatkan usaha untuk memisahkan diantara berbagai entitas tempat

individu berkembang menjadi memiliki komitmen. Kedua pendekatan ini tidak

compatible, namun dapat menjelaskan definisi komitmen, bagaimana proses

perkembangannya, dan bagimana implikasinya terhadap individu dan organisasi

(Meyer & Allen, 1997).22

22

(45)

Sebelum munculnya dua pendekatan tersebut, ada pendekatan lain yang

lebih dahulu muncul dan lebih lama digunakan, yaitu pembedaan berdasarkan

attitudinal commitment atau pendekatan berdasarkan sikap dan behavioral

commitment atau pendekatan berdasarkan tingkah laku (Mowday, Porter & Steers,

1982; Reichers; Salancik; Scholl; Staw dalam Mayer & Allen, 1997). Attitudinal

commitmentberfokus pada proses ketika seseorang mulai memikirknan

hubungannya dalam, organisasi atau menentukan sikapnya terhadap organisasi.

Dengan kata lain, hal ini dapat dianggap sebagai pola pikir ketika individu

memikirkan sejauh mana nilai dan tujuannya sendiri sesuai dengan organisasi

tempat ia berada. Adapun behavioral commitment berhubungan dengan proses

ketika individu merasa terikat kepada organisasi tertentu dan cara mereka

mengatasi setiap masalah yang dihadapi.23

Komitmen dianggap sebagai psychological state, namun hal ini dapat

berkembang secara retrospektif (sebagai justifikasi terhadap tingkah laku yang

sedang berlangsung). Mayer dan Allen (1991), merumuskan suatu definisi

mengenai komitmen dalam berorganisasi ssebagai suatu kontruksi psikologis yang

namun hal ini dapat berkembang secara retrospektif (sebagai justifikasi terhadap

tingkah laku yang sedang berlangsung). Mayer dan Allen (1991), merumuskan

suatu definisi mengenai komitmen dalam berorganisasi ssebagai suatu kontruksi

psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dengan

organisasinya dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk

melanjutkan keanggotaannya dalam berorganisasi. Berdasarkan definisi tersebut

23

(46)

anggota yang memiliki komitmen terhadap organisasinya akan lebih dapat

bertahan sebagai bagian dari organisasi dibandingkan anggota yang tidak

memiliki komitmen organisaasi.

Penelitian dari Baron dan Greenberg (1990), menyatakan bahwa

komitmen memiliki arti penerimaan yang kuat dalam diri individu terhadap tujuan

dan nilai-nilai perusahaan, sehingga individu tersebut akan berusaha berkarya

serta memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan diperusahaan tersebut.

Berdasarkan berbagai definisi mengenai komitmen terhadap organisasi

mereflesikan tiga dimensi utama, yaitu komitmen dipandang mereflesikan

orientasi afektif terhadap organisasi, pertimbangan kerugian jika meninggalkan

organisasi, dan beban moral untuk terus berada dalam organisasi (Mayer dan

Allen, 1997).24

2.5.1 Membangun Komitmen

Menurut Martin dan Nicholos (1991, dalam Soekidjan, 2009), tiga pioar

yang harus dibangun adalah:

1. Rasa memiliki ( a sense of belonging)

2. Rasa bergairah terhadap pekerjaannya

3. Kepemilikan terhadap organisasi ( ownwership)

Rasa memiliki dapat dapat dibangun dengan menumbuhkan rasa yakin

anggota bahwa apa yang dikerjakan berharga, rasa nyaman dalam organisasi, cara

mendapat dukungan penuh dari organisasi berupa misi dan nilai-nilai yang jelas

yang berlaku diorganisasi. Rasa bergairah terhadapa pekerjaan ditimbulkan

24

(47)

dengan cara memberi perhatian, memberi delegasi wewenang, serta memberi

kesempatan serta ruang yang cukup bagi anggota/karyawan bahwa mwnggunakan

keterampilan dan keahliannya secara maksimal. Rasa kepemilikan dapat

ditimbulkan dengan melibatkan anggota/karyawan dalam membuat

keputusan-keputusan (Soekidjan, 2009), mempromosikan komitmen kolektif, meningkatkan

stabilitas sistem sosial, serta mengendalikan perilaku anggota.

Schein (1992, dalam Rastodio, 2009) mendefinisikan budaya organisasi

sebagai suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan atau

dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dengan maksud agar organisasi

belajar mengatasi atau menanggulangi masalah-masalahnya yang timbul akibat

adaptasi eksternal dan integrasi internal yang sudah berjalan dengan cukup baik,

sehingga perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar

memahami, memikirkan dan merasakan berkenaan dengan masaslah-masalah

tersebut.

Menurut Noe dan Mondy (1993, dalam Rastodio, 2009), budaya organisasi

adalah sistem dari shared values, keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan dalam suatu

organisasi yang saling berinteraksi dengan struktur formalnya untuk mendapatkan

norma-norma perilaku. Budaya organisasi juga mencakup nilai-nilai dan

standar-standar yang mengarahkan perilaku pelaku organisasi dan menentukan arah

organisasi secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian di atas, merskipun konsep budaya organisasi

memunculkan perspektif yang beragam, dapat kesepakatan diantara para ahli

(48)

budaya organisasi berkaitan dengan sistem makna bersama yang diyakini oleh

anggota organisasi ( Rastadio, 2009).

Gibson, dkk (1996) menjelaskan bahwa komitmen organisasi melibatkan

tiga aspek, yaitu :25

1. Identifikasi dengan tujuan organisasi

Mewujud dalam bentuk kepercayaan anggota terhadap organisasi,

identifikasi dapat dilakukan dengan memodifikasi tujuan organisasi,

sehingga mencakup beberapa tujuan pribadi para anggota atau dengan kata

lain organisasi memasukan pula kebutuhan dan keinginan anggota dalam

tujuan organisasinya. Hal ini akan membuahkan suasana saling

mendukung diantara para anggota dengan organisasi dan keinginan untuk

memiliki organisasi. Lebih lanjut, suasana tersebut akan membawa

anggota dengan rela menyumbangkan sesuatu bagi tercapainya tujuan

organisasi, karena anggota anggota menerima tujuan organisasi yang

dipercayai telah disusun demi kebutuhan pribadi mereka pula.

2. Perasaan keterlibatan

Keterlibatan atau partisipasi pegawai dalam aktivitas-aktivitas kerja

penting untuk diperhatikan karena adanya keterlibatan anggota

menyebabkan mereka akan mau dan senang bekerjasama baik dengan

pimpinan ataupun dengan sesama anggota. Salah satu cara yang dapat

dipakai untuk memancing keterlibatan anggota adalah mengajak

partisipasi mereka dalam berbagai kesempatan pembuatan keputusan yang

25

(49)

dapat menuumbuhkan keyakinan pada anggota apa yang telah diputuskan

adalah merupakan keputusan bersama. Disamping itu, dengan melakukan

hal tersebut bahwa anggota merasa diterima sebagai bagian yang utuh dari

organisasi, dan konskeuensi lebih lanjut, mereka merasa wajib untuk

melaksanakan bersama apa yang telah diputuskan karena adanya rasa

keterikatan dengan apa yang mereka ciptakan. Hasil riset menunjukan

bahwa tingkat kehadiran mereka yang memiliki rasa keterlibatan yang

tinggi umumnya tinggi pula.

3. Perasaan loyalitas terhadap organisasi

Loyalitas pegawai terhadap organisasi memilik makna kesediaan

seseorang untuk melanggengkan hubungannya dengan organisasi, kalau

perlu mengorbankan kepentingan pribadinya tanpa mengharapakan

apapun. Kesediaan anggota untuk memperthankan diri bekerja dalam

organisasi adalah hal yang penting dalam menunjang komitmen anggota

terhadap organisasi. Hal ini dapat diupayakan bila anggota merasakan

adanya keamanan dan kepuasan didalam organsasi tempat ia bergabung.

2.5.2 Dimensi Komitmen dalam Berorganisasi

Mayer dan Allen (1991), merumuskan tiga dimensi komitmen dalam

berorganisasi, yaitu affective, continuance dan normative. Ketiga hal ini tepat

dinyatakan sebagai komponen berorganisasi. Hal ini disebabkan hubungan

anggota organisasi dengan organisasi mencerminkan perbedaan tingkatan ketiga

(50)

a. Affective commitment

Affective commitmentmerupakan keinginan untuk terikat pada organisasi,

individu menetap dalam organisasi karena keinginan sendiri. Dalam tipe ini

individu memiliki adanya kesesuaian antara nilai pribadi dan nilai organisasi.

b. Continuence commitmen

Dimensi ini berkaitan kesadaran anggota organisasi sehingga akan mengalami

kerugian jika meninggalkan organisasi. Anggota organisasi dengan continuence

commitment yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena

memang memiliki keinginan untuk itu.

c. Normative commitment

Merupakan gambaran perasaan keterikatan untuk terus berada dalam

organisasi. Anggota organisasi dengan normative commitment yang tinggi akan

terus menjadi anggota dalam organisasi karena merasa dirinya harus berada dalam

organisasi tersebut. (Allen dan Meyer, 1997).

2.5.3 Pemberdayaan Komitmen

Pemberdayaan yang dapat dikembangkan untuk memperkuat komitmen

organisasi, yaitu sebagai berikut :

1. Lama bekerja (time)

Lama bekerja merupakan waktu yang telah djalani seseorang dalam

melakukan pekerjaan pada perusahaan. Semakin lama seseorang bertahan dalam

(51)

2. Kepercayaan (trust)

Setelah pemberdayaan dilakukan oleh pihak manajemen, langkah selanjutnya

yatitu membangun kepercayaan antara manjemen dan karyawan. Adanya saling

percaya diantara anggota organisasi akan menciptakan kondisi yang baik untuk

pertukaran informasi dan saran tanpa adanya rasa takut. Kepercayaan anatara

keduanya dapat diciptakan dengan cara :

a. Meyediakan waktu dan sumber daya yang cukup bagi karyawan

b. Menyediakan pelatihan yang mencukupi bagi kebutuhan kerja

c. Menghargai perbedaan pandangan dan perbedaan kesuksesan yang diraih

karyawan

d. Meyediakan akses informasi yang cukup

3. Rasa percaya diri (confident)

Rasa percaya diri karyawan bisa dilakukan dengan cara menghargai

kemampuan yang dimiliki karyawan sehingga komitmen terhadap perusahaan

makin tinggi. Keyakinan karyawa dapat ditimbulkan dengan cara:

a. Mendelegasikan tugas penting kepada karyawan

b. Menggali saran dan ide dari karyawan

c. Memperluas tugas dan membangun jaringan antar departemen

d. Menyediakan instruksi tugas untuk penyelesaian pekerjaan yang baik

4. Kredibiltas (credibility)

Menjaga kredibiltas dengan penghargaan dan mengembangkan lingkungan

kerja yang mendorong kompetisi yang sehat sehingga tercipta organisasi yang

(52)

a. Memandang karyawan sebagai partner strategis

b. Meningkatkan target disemua bagian pekerjaan

c. Mendorong inisiatif individu untuk melakukan perubahan melalui

partisipasi

d. Membantu meyelesaikan perbedaan dalam penentuan tujuan dan prioritas

5. Pertanggungjawaban (accountability)

Pertanggung jawaban keryawan pada wewenang yang diberikan dengan

menetapkan secara konsisten dan jelas tentang peran, standar dan tujuan tentang

penilaian terhadap kinerja karyawan dalam penyelesaian dan tanggung jawab

terhadap wewenang yang diberikan. Akuntabilitas dapat dilakukan dengan cara:

a. Menggunakan jalur training dalam mengevaluasi kinerja karyawan

b. Memberikan tugas yang jelas dan ukuran yang jelas

c. Melibatkan karyawan dalam penentuan standar dan ukuran kerja

d. Memberikan saran dan bantuan kepada karyawan dalam menyelesaikan

tugasnya.

Jika karyawan memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaannya,

kecilnya peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lain, adanya pengalaman

yang baik dalam bekerja, dan adanya usaha yang sungguh-sungguh dari organisasi

untuk membantu karyawan baru dalam belajar tentang organisasi dan

pekerjaannya akan tercipta komitmen pada organisasi.

(53)

Memahami komunikasi berarti, memahami apa yang terjadi dalam selama

komunikasi berlangsung. Apabila seseorang ingin memahami iklim organisasi

dalam sebuah organisasi harus paham pengertian dari komunikasi itu sendiri.

Maka, sebagai landasan untuk memecahkan masalah yang telah

dikemukakan, peneliti memerlukan kerangka pemikiran berupa teori, teori

merupakan informasi ilmiah yang diperoleh dengan meningkatkan abstraksi

pengertian-pengertian maupun hubungan-hubungan pada proposisi. Sedangkan

pemahaman proposisi itu sendiri merupakan pernyataan tentang sifat dari realita

yang dapat diuji kebenarannya.Dalam hal ini, penulis menggunakan teori

komunikasi organisasi sebagai landasan teori penelitian. Teori komunikasi

organisasi merupakan studi tentang bagaimana banyak organisasi menjalankan

fungsinya dan bagaimana mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh

orang-orang yang bekerja didalamnya.26

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh iklim organisasi

terhadap komitmen anggota organisasi PII Wiayah Banten. Berkaitan dengan

masalah diatas maka yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini adalah

Teori Stringer.

Robert Stringer (2002) berpendapat bahwa karakteristik atau dimensi iklim

organisasi memengaruhi anggota organisasi untuk berprilaku tertentu. Oleh

karena itu, iklim organisasi dapat dilukiskan dan diukur dalam pengertian dimensi

tersebut. Dimensi tersebut diantaranya adalah strukur (structure) organisasi.

Struktur berusaha mereflesikan perasaan diorganisasi secara baik dan mempunyai

(54)

peran dan tanggung jawab yang jelas dalam organisasi. Struktur tinggi jika

anggorta organisasi merasa pekerjaan mereka didefinisikan secara baik. Struktur

rendah jika mereka merasa tidak ada kejelasan mengenai siapa yang melakukan

tugas dan mempunyai wewenang mengambil keputusan.

Dimensi selanjutnya adalah standar-standar (standars). Dalam suatu

organisasi mengukur perasaan tekanan untuk meningkatkan kinerja dan derajat

kebanggan yang dimiliki oleh anggota organisasi dalam melakukan pekerjaan

yang baik. Standar-standar tinggi artinya anggota organisasi selalu berupaya

mencari jalan untuk meningkatkan kinerja. Standar-standar rendah mereflesikan

harapan yang lebih rendah untuk kinerja.

Dimensi selanjunya adalah Penghargaan (recognition) mengindikasikan

bahwa anggota organisasi merasa dihargai jika mereka dapat menyelesaikan tugas

secara baik. Penghargaan merupakan ukuran penghargaan dihadapkan dengan

kritik dan hukuman atas penyelesaian pekerjaan. Iklim orgnasasi yang menghargai

kinerja berkearkteristik keseimbangan antara imbalan dan kritik. Penghargaan

rendah artinya penyelesaian pekerjaan dengan baik diberi imbalan secara tidak

konsisten.

Dukungan (support) mereflesikan perasaan percaya dan saling mendukung

yang terus berlangsung diantara kelompok kerja. Dukungan tinggi jika anggota

organisasi merasa bahwa mereka bagian dari tim yang berfungsi dengan baik dan

merasa memperoleh bantuan dari atasannya, jika mengalami kesulitan dalam

menjalankan tugas. Jika dukungan rendah, anggota organisasi merasa terisolasi

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Tabel 2.2
Tabel 3.1
Tabel diatas menunujukan bahwa r hitung yang didapat dari hasil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dimensi iklim organisasi terhadap komitmen afektif karyawan medis dan non medis di Rumah Sakit

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul Pengaruh Iklim Organisasi terhadap Komitmen Organisasi dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Mentoring , Komitmen Organisasi, Budaya Organisasi, Motivasi, Iklim Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Auditor Pemula yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim organisasi dan motivasi kerja terhadap komitmen organisasi pegawai negeri sipil di Lingkungan Pemerintah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim organisasi dan motivasi kerja terhadap komitmen organisasi pegawai negeri sipil di Lingkungan Pemerintah

Penelitian ini memiliki tujuan mengetahui pengaruh iklim organisasi terhadap kinerja karyawan melalui komitmen organisasi sebagai variabel intervening pada karyawan UD

dilakukan pada penelitian ini adalah mencoba men- cari permasalah dan memecahkannya berkaitan dengan komitmen karyawan terhadap organisasi dan iklim organisasional yang harus

Hal utama yang dilakukan pada penelitian ini adalah mencoba men- cari permasalah dan memecahkannya berkaitan dengan komitmen karyawan terhadap organisasi dan iklim organisasional