• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Pelaku Ekonomi Melalui Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 3 Ngrambe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Pelaku Ekonomi Melalui Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 3 Ngrambe"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 84

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Materi Pelaku Ekonomi Melalui Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 3 Ngrambe

Oleh : SARIJAN, S.Pd.

SMP Negeri 3 Ngrambe Kabupaten Ngawi

ABSTRAK.

Penelitian ini bertujuan meningkatkan prestasi belajar IPS materi Pelaku Ekonomi melalui metode Jigsaw pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Ngrambe semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Ngrambe. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yang dimulai bulan November sampai Desember 2012. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Ngrambe dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa penerapan siklus I dan siklus II tampak bahwa ada peningkatan prestasi belajar siswa. Peningkatan tersebut di indikasikan (1) angka ketuntasan mengalami kenaikan dari 57% pada siklus 1 meningkat menjadi 93% pada siklus (2) Ketidaktuntasan mengalami penurunan yakni dari 43% pada siklus I menurun menjadi 7% pada siklus II. (3) Nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan dari 68 pada siklus I meningkat menjadi 77 pada siklus II

Kata kunci: meningkatkan, prestasi belajar, metode Jigsaw PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial : sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat

karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran sehari-hari, kemampuan siswa untuk menangkap konsep-konsep, prinsip-prinsip serta pengetahuan tentang

(2)

JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 85

fakta masih perlu ditingkatkan. Upaya proses peningkatan kemampuan anak untuk menangkap konsep-konsep, prinsip-prinsip serta pengetahuan tentang fakta tersebut sebisa mungkin harus menghindari metode pembelajaran yang monoton dan menjemukan. Dalam hal ini para guru perlu menerapkan penggunaan berbagai macam metode pembelajaran.

Metode pembelajaran sangat beragam namun demikian tingkat efektivitas dari metode pembelajaran kemungkinan akan berbeda satu dengan yang lain. Dengan kata lain metode pembelajaran tertentu jika diterapkan dalam populasi dan sampel yang berbeda maka hasilnya akan berbeda pula.

Dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sangat dimungkinkan untuk menggunakan bermacam-macam pendekatan pembelajaran. Dan sebagaimana diketahui bahwa SMP Negeri 3 Ngrambe merupakan salah satu sekolah negeri di Kecamatan Ngawi dalam rangka memantapkan eksistensinya sebagai sekolah rintisan bukan tidak mungkin inovasi metode pembelajaran selalu dilakukan. Artinya, metode pembelajaran yang bervariatif banyak diterapkan di SMP Negeri 3 Ngrambe namun demikian keefektifannya sampai saat ini belum terukur. Untuk itulah dalam hal ini kami ingin mengetahui secara ilmiah apakah metode belajar kooperatif tipe Jigsaw bisa memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dibanding dengan metode atau pendekatan pembelajaran yang tradisional.

Mendasar dari uraian di atas, dalam makalah ini penulis mengangkat

sekaligus meneliti secara ilmiah mengenai upaya meningkatkan prestasi belajar IPS melalui penerapan metode belajar kooperatif tipe Jigsaw pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Ngrambe.

Agar masalah yang penulis pilih untuk diteliti semakin jelas terfokus, maka penulis perlu merumuskan masalah yakni bagaimanakah upaya meningkatkan prestasi belajar IPS materi Pelaku Ekonomi melalui metode Jigsaw pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Ngrambe semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013?

Dalam pelajaran Ilmu Pengetahu an Sosial sangat dimungkinkan menggunakan bermacam-macam pende katan pembelajaran. Dan sebagaimana diketahui bahwa SMP Negeri 3 Ngrambe merupakan salah satu sekolah negeri di Kecamatan Ngrambe dalam rangka memantapkan eksistensi nya sebagai sekolah rintisan bukan tidak mungkin inovasi metode pembelajaran selalu dilakukan. Artinya, metode pembelajaran yang bervariatif banyak diterapkan di SMP Negeri 3 Ngrambe namun demikian keefektifan nya sampai saat ini belum terukur. Untuk itulah dalam hal ini kami ingin mengetahui secara ilmiah apakah metode belajar kooperatif tipe Jigsaw bisa memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dibanding dengan metode atau pendekatan pembelajaran yang tradisional.

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan prestasi belajar IPS materi Pelaku Ekonomi melalui metode Jigsaw pada siswa kelas VIII-B SMP Negeri 3 Ngrambe semesterganjil tahun pelajaran 2012/2013

(3)

JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 86

KAJIAN TEORI

Metode Kooperatif tipe Jigsaw

Kata jigsaw berasal dari bahasa inggris yang berarti “gergaji atau memotong”. Dalam metode pembelajar an teknik jigsaw termasuk dalam jenis metode pembelajaran kooperatif, Nur Arif menyebutkan bahwa metode pembelajaran jigsaw adalah metode pembelajaran yang berusaha memotong atau memangkas penyampaian materi. Dalam metode ini siswa dikelompok kan dan dibentuk tim ahli, guru memberi materi yang berbeda dalam setiap kelompok ahli. Kelompok tersebut kemudian dikembalikan dalam groupnya untuk menjadi ahli dan menjelaskan pada anggota atau teman-temanya. (2001:2)

Jigsaw dikembangkan pertama kali oleh Elliot Aronson dan koleganya di Universitas Texas. Roy Killen (1996) sebagaimana dikutip Ibrahim menyata kan bahwa Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin dengan sedikit perbedaan. Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa dikelompokkan oleh secara hiterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi, “ahli” dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain sampai mereka menjadi “ahli” di konsep yang ia pelajari. Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka

kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assesmen yang lain pada semua topik yang diberikan. langkah-langkah pembelajaran dengan jigsaw (2000:86)

Dari kedua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran jigsaw adalah metode pembelajaran kooperatif yang menekan kan pada pembentukan kelompok ahli yang kemudian kelompok tersebut saling mempresentasikan hasil diskusi nya pada setiap anggota kelompok. Jadi, dalam jigsaw siswa dituntut menjadi ahli dalam materi tertentu dan mampu mempresentasikan keahliannya dalam kelompok,

Belajar kooperatif bukanlah sesuatu yang baru. Dalam belajar kooperatif, siswa dibentuk dalam bentuk kelompok-kelompok secara hiterogen untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerja sama didalam kelompoknya. Seperti menjadi pendengar yang baik siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.

Metode kooperatif tipe jigsaw dikembangkan pertama kali oleh Elliot

(4)

JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 87

Aronson dan koleganya di Universitas Texas. Dalam belajar kooperatif tipe jigsaw, secara umum siswa dikelompok kan oleh secara hiterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli (expert) pada suatu aspek tertentu dari materi tersebut. Setelah membaca dan mempelajari materi, “ahli” dari kelompok berbeda berkumpul untuk mendiskusikan topik yang sama dari kelompok lain sampai mereka menjadi “ahli” di konsep yang ia pelajari. Kemudian kembali ke kelompok semula untuk mengajarkan topik yang mereka kuasai kepada teman sekelompoknya. Terakhir diberikan tes atau assesmen yang lain pada semua topik yang diberikan.

Kerangka Berpikir

Dalam pelaksanaan proses

pembelajaran sehari-hari, kemampuan siswa untuk menangkap konsep-konsep, prinsip-prinsip serta pengetahu an tentang fakta masih perlu ditingkatkan. Upaya proses peningkatan kemampuan anak untuk menangkap konsep-konsep, prinsip-prinsip serta pengetahuan tentang fakta tersebut sebisa mungkin harus menghindari metode pembelajaran yang monoton dan menjemukan. Dalam hal ini para guru perlu menerapkan penggunaan berbagai macam metode pembelajaran.

Dalam pelajaran Ilmu Pengetahu an Sosial sangat dimungkinkan untuk menggunakan bermacam-macam pende katan pembelajaran. Dan sebagaimana diketahui bahwa SMP Negeri 3 Ngrambe

merupakan salah satu sekolah negeri di Kecamatan Ngawi dalam rangka memantapkan eksistensi nya sebagai sekolah rintisan bukan tidak mungkin inovasi metode pembelajaran selalu dilakukan. Artinya, metode pembelajaran yang bervariatif banyak diterapkan di SMP Negeri 3 Ngrambe namun demikian keefektifan nya sampai saat ini belum terukur. Untuk itulah dalam hal ini kami ingin mengetahui secara ilmiah apakah metode belajar kooperatif tipe Jigsaw bisa memiliki tingkat efektivitas yang tinggi dibanding dengan metode atau pendekatan pembelajaran yang tradisional.

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Ngrambe. Pemilihan tempat ini semata-mata didasarkan atas pertimbangan realitas dan ekonomis, karena tempat tinggal penulis yang tidak terlalu jauh dari tempat penelitian dan penulis sendiri bekerja di instansi yang bersangkutan sehingga dalam pengumpulan dan pencarian data akan lebih mudah. Sedangkan sasaran penelitian ini adalah siswa yang duduk di kelas VIII-B SMP Negeri 3 Ngrambe dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa. Penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yang dimulai bulan November 2012 sampai Desember 2012.

Prosedur Penelitian

Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

Dalam tahap ini peneliti mempersiapkan segala sesuatu yang

(5)

JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 88

berkaitan dengan kegiatan penelitian. Hal-hal yang dipersiapkan antara lain guru menyiapkan perangkat pembelajar an dan alat ukur untuk mengetahui atau mengevaluasi tindakan penelitian ini tanpa mengesampingkan kendala-kendala dalam pelaksanaan tindakan.

Agar penelitian tindakan ini dapat berjalan dengan baik dan untuk mengurangi unsur subjektivitas maka pihak yang melakukan tindakan kelas mencari pasangan sebagai pengamat dalam proses jalannya tindakan. Karena dalam tahap ini akan terjadi penelitian yang ideal apabila dilakukan secara berpasangan (terjadi kolaborasi antara pihak yang melakukan tindakan dengan pihak yang mengamati jalannya proses tindakan). Untuk itu peneliti berkola borasi dengan guru IPS kelas VIII.

Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap pelaksanaan tindakan ini adalah pelaksanaan yang merupakan penerapan isi rancangan, yaitu melaksanakan tindakan di kelas. Semua rencana yang telah disiapkan di lapangan harus sesuai dengan rumusan yang telah ditetapkan dalam rancangan, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan harus sinkron, harus berlaku wajar dan tidak dibuat-buat.

Pengamatan Tindakan (Observasi)

Dalam pelaksanaan pemberian tindakan kelas seorang guru atau peneliti dibantu oleh guru yang lain atau teman sejawat untuk mengamati dan pencatatan dengan berpedoman pada instrumen yang telah disiapkan.

Refleksi Tindakan (Refleksing)

Refleksi tindakan merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dengan kegiatan refleksi ini akan diketahui kelebihan dan kelemahan dari pelaksanaan penelitian tindakan tersebut. Data hasil dari pengamatan tindakan dicari akar permasalahannya, dianalisis dan dikaji secara matang sehingga dapat diketahui apa yang harus ditingkatkan atau yang harus diperbaiki serta dipertahankan. Kegiatan ini sebagai acuan untuk merencanakan kegiatan-kegiatan pada siklus berikutnya, yang kemudian dijabarkan pada kegitan setiap siklus.

Sumber pengumpulan data penelitian ada 2 yaitu tes dan non tes, tes meliputi tes nilai dan hasil belajar, sedangkan non tes meliputi pedoman observasi untuk guru, lembar angket untuk siswa. Kedua jenis instrumen tersebut digunakan untuk penelitian, instrumen tes adalah instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk menjaring data yang bersifat kuantitatif yang diarahkan pada hasil belajar siswa. Secara spesifik data yang dikumpulkan dengan menggunakan instrumen yang bersifat dokumenter yang berupa lembar kerja siswa (LKS) yang dikerjakan siswa. Instrumen non tes adalah instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk menjaring data yang bersifat kualitatif, misalnya permasalahan yang timbul pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Keoptimalan siswa dalam mengerjakan lembar kerja siswa, aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, ketrampilan kooperatif siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

(6)

JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 89

Cara Memonitoring dan Teknik Pencatatan

Dalam kaitan ini pembelajaran dirancang dalam bentuk kelompok yang lebih dominan daripada kegiatan individual. Cara merekam kinerja yang dihasikan selalu bersifat kolaboratif antara guru dengan peneliti yang mempertimbangkan kerincinan dan ketepatan informasi. Berkaitan dengan cara memonitoring ini, data kinerja siswa berupa hasil kegiatan pembelaran dan tes penguasaan materi ajar yang dikembangkan. Teknik pencatatan lebih difokuskan pada catatan anekdot dalam penguasaan materi ajar. Rekaman tingkah laku dan rekaman kinerja dilakukan dengan check list atau rating scale

sedangkan penguasaan pokok bahasan dilakukan dengan tes. Teknik yang dikembangkan ini selalu bertumpu pada konteks pembelajaran yang berlangsung di kelas yakni kooperatif tipe jigsaw. Teknis Analis Data

Data yang terkumpul berupa data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif dilakukan triangulasi atau pengecekkan dengan sumber lewat kolaborasi antara peneliti dengan guru dan siswa, sedangkan data kuantitatif dianalisis dengan memaparkan secara deskriptif dalam bentuk histogram atau cara lain yang meberikan kejelasan akan informasi yang diperoleh. Kesemua data yang diikumpulkan dalam rangka menjelaskan keberhasilan proses dan keberhasilan produk dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Keberhasilan proses mengacu pada peningkatan kinerja

yang terekam lewat aktivitas pembelajaran diskusi kelompok ahli sedangkan keberhasilan produk di dapat dari hasil penyekoran tes yang diberikan kepada subjek penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kondisi Pratindkaan

Subjek penelitian dapat dideskripsikan yakni kelas VIII-B yang terdiri dari 30 siswa dengan kemam puan yang hiterogen. Secara realitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SMP Negeri 3 Ngrambe sering menghadapi masalah utamanya dalam tingkat penguasaan materi. Perbedaan sikap dan karakter siswa yang memiliki latar belakang sosial yang berbeda berdampak pada munculnya perbedaan nilai pada siswa. Perbedaan nilai yang terjadi pada siswa kelas VIII-B semester ganjil sangat terlihat dengan jelas. Ada sekelompok anak yang memiliki nilai yang tinggi dan sekelompok anak memiliki nilai yang sangat rendah. Atau dengan kalimat lain dapat disebutkan bahwa ketika ditetapkan standar ketuntasan minimal (SKM) yakni 70 secara individu dari 30 siswa yang dinyatakan tuntas hanya mencapai 17 siswa atau 59% siswa sedang 10 siswa atau 41% siswa memiliki nilai di bawah 70 atau belum tuntas.

Hasil Penelitian Siklus I

Observasi dalam siklus I ini terdapat dua hal yakni observasi terhadap preses belajar mengajar dan observasi terhadap hasil pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw. Penerapan

(7)

JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 90

siklus I diperoleh hasil pengamatan tentang situasi kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode jigsaw yang menunjukkan bahwa siswa tampak senang ditunjuk kan dengan 63%, siswa tampak antusias dalam belajar 67 % dan siswa yang aktif mengikuti pelajaran 77 %. Siswa berpartisipasi dalam pembelajar an 80%, Siswa mampu mencari jawaban atas pertanyaan yang diberikan, 73%

Siswa mampu menjalin kerjasama 77% dan Siswa membuat kesimpulan bersama 80%. Dan jika dirata-rata minat belajar siswa mencapai 74% atau berkriteria baik.

Adapun dalam penerapan siklus I, hasil pembelajaran mengacu pada penerapan metode Jigsaw hasilnya sebagaimana tabel 1 di bawah ini

Tabel 1 Prestasi Belajar Siswa Siklus I

No Interval Ketercapaian Persentase

1 50-59 3 10 2 60-69 10 33 3 70-79 17 57 4 80-89 0 0 5 90-100 0 0 Jumlah 30 100

Prestasi belajar siswa siklus I tersebut dalam tabel 1 di atas dapat

dibuat dalam bentuk grafik sebagai berikut.

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar siswa setelah penerapan siklus I telah mengalami peningkatan dibanding dengan

studi pendahuluan. Peningkatan tersebut diindikasikan (1) jumlah siswa tuntas pada siklus I sebanyak 17 siswa atau 57% sedang siswa yang belum tuntas sebanyak

(8)

JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 91

13 siswa atau 43% siswa. (2) Jumlah rata-rata secara klaisikal sebesar 68. Dengan hasil ini tampak bahwa prestasi belajar siswa telah mengalami peningkatan akan tetapi masih di bawah target yang ditetapkan yakni 85% ketuntasan secara klasikal. Dengan melihat beberapa catatan tersebut berarti bahwa penggunaan metode kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan masih belum optimal sehingga perlu ditindaklanjuti dengan siklus II dengan beberapa perubahan tindakan.

Hasil Penelitian Siklus II

Observasi dalam siklus II ini terdapat dua hal yakni observasi terhadap preses belajar mengajar dan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Jigsaw. Dari

siklus II diperoleh hasil pengamatan tentang situasi kegiatan belajar mengajar menunjukkan bahwa siswa tampak senang ditunjukkan dengan 93%, siswa tampak antusias dalam belajar 93% dan siswa yang aktif mengikuti pelajaran 90%. Siswa berpartisipasi dalam pembelajaran 87%, Siswa mampu mencari jawaban atas pertanyaan yang diberikan, 87% Siswa mampu menjalin kerjasama 83% dan Siswa membuat kesimpulan bersama 77%. Dan jika dirata-rata minat belajar siswa mencapai 87% atau berkriteria sangat baik.

Adapun dalam penerapan siklus II, hasil pembelajaran mengacu pada penerapan metode Jigsaw hasilnya sebagaimana tabel 4.2 di bawah ini

Tabel 2 Prestasi Belajar Siswa Siklus II

No Interval Ketercapaian Persentase

1 50-59 0 0 2 60-69 2 7 3 70-79 12 40 4 80-89 16 53 5 90-100 0 0 Jumlah 30 100

Prestasi belajar siswa siklus II tersebut dalam tabel 2 di atas dapat dibuat dalam bentuk grafik sebagai berikut :

(9)

JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 92

.

Berdasarkan tabel dan grafik di atas dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar siswa setelah penerapan siklus II telah mengalami peningkatan dibanding dengan siklus I. Peningkatan tersebut diindikasikan (1) jumlah siswa tuntas pada siklus II sebanyak 28 siswa atau 93% sedang siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa atau 7% siswa. (2) Jumlah rata-rata secara klaisikal sebesar 77. Dengan hasil ini tampak bahwa prestasi belajar siswa telah mengalami peningkatan akan tetapi masih di bawah target yang ditetapkan yakni 85% ketuntasan secara klasikal.

Dari hasil tersebut tampaknya penerapan metode jigsaw pada siklus II hasilnya memuaskan. Suasana pembel ajaran tampak rilek. Dilihat dari hasil penerapan siklus II diketahui bahwa hampir semua kelompok mampu menyelesaiakan tugas secara baik. Dan dilihat dari prestasi belajar siswa tampak bahwa hanya 1 anak yang memperoleh hasil di bawa SKM sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan siklus II ini mampu mening katkan prestasi belajar dan dengan hasil ini pula tidak diperlukan siklus berikutnya. Dengan hasil ini maka

penelitian dianggap selesai dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus III.

Pembahasan Hasil Penelitian

Metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materi Pelaku Ekonomi dapat meningkatkan kreativi tas dan keberanian siswa juga rasa percaya diri guru dalam proses pembel ajaran. Penggunaan model pembel ajaran ini menyangkut tiga aspek, yaitu : 1) ranah afektif, 2) ranah kognitif, dan 3) ranah psikomotor. Pembelajaran seperti ini akan memudahkan bagi siswa untuk meng ingat materi dan melatih anak untuk mengembangkan pemikiran pribadinya dihubungkan dnegan materi yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan teknik jigsaw dalam pembelajaran IPS pada kelas VIII-B di SMP Negeri 3 Ngrambe ini dilakukan dalam 2 siklus. Dan dari hasil peng amatan terhadap pelaksanaan diskusi ahli tampak bahwa penerapan teknik jigsaw pelaksanaan pembejaran bisa berjalan efektif. Upaya penerapan Teknik Jigsaw selain bertujuan mening katkan prestasi juga meningkat kan minat belajar siswa. Dan melalui penerapan siklus I dan II maka minat belajar siswa mengalami kenaikan. Kenaikan minat belajar siswa

(10)

JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 93

tersebut bahwa siswa tampak senang ditunjuk kan 30% lebih baik dari siklus I yakni 63 % menjadi 93%, siswa antusias dalam belajar naik dari 67% menjadi 93%, siswa yang aktif mengikuti pelajaran naik dari 77% menjadi 90%, siswa berpartisipasi dalam pembel ajaran naik dari 80% menjadi 87%, Siswa mampu mencari jawaban atas pertanyaan yang diberikan naik dari 73% menjadi 87%. Siswa mampu menjalin kerjasama naik dari 77% menjadi 83%, dan siswa dalam membuat kesimpulan bersama meng alami kenaikan dari 80% menjadi 77%. Dan jika dirata-rata minat siswa telah mengalami peningkatan sebesar 13% yakni dari 74%

menjadi 87% atau dari kriteria baiuk menjadi baik sekali.

Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar maka peneliti bersama dengan guru kelas melakukan ulangan harian dengan materi yang yang sama namun soal berbeda. Terlebih dahulu peneliti dan guru IPS menyusun soal ulangan harian, pedoman penyekoran dan penilaian. Untuk standar ketuntasan minimal ditetapkan 70 untuk individual dan 80% untuk klasikal.

Setelah diterapkan siklus I dan II maka prestasi belajar tampak ada peningkatan yang cukup baik. Peningkatan prestasi belajar siswa tersebut dapat dipaparkan dalam tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 prestasi belajar siswa siklus I,II

No Interval Nilai Ket

Siklus I Siklus II 1 50-59 3 0 2 60-69 10 2 3 70-79 17 12 4 80-89 0 16 5 90-100 0 0 Jumlah 30 30

Peningkatan prestasi tersebut dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut.

(11)

JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 94

Peningkatan prestasi belajar siswa diindikasikan (1) angka ketuntasan mengalami kenaikan dari 57% pada siklus 1 meningkat menjadi 93% pada siklus (2) Ketidaktuntasan mengalami penurunan yakni dari 43% pada siklus I menurun menjadi 7% pada siklus II. (3) Nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan dari 68 pada siklus I meningkat menjadi 77 pada siklus II.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan teknik jigsaw dalam pembelajaran IPS pada kelas VIII-B di SMP Negeri 3 Ngrambe menunjukkan bahwa minat belajar mengalami kriteria baik menjadi baik sekali. Sedangkan dilihat dari peningkatan prestasi, penerapan siklus I dan siklus II tampak bahwa ada peningkatan yang signifikan Kenaikan tersebut di indikasikan angka ketuntasan mengalami kenaikan dari 57% pada siklus 1 meningkat menjadi 93% pada siklus II. SARAN-SARAN

Dengan hasil tersebut hendaknya guru bisa memilih pendekatan, metode yang bervariasi supaya suasana pembelajaran tidak membosankan. Dan mengingat penerapan metode jigsaw ini mampu meningkatkan prestasi belajar maka handaknya bisa dicobakan pada materi yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2003,

Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung : Citra.

Departemen Pendidikan Nasional, 2006,

Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan Tingkat Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah, Jakarta : Binatama Raya.

Etin Solihatin, 2007, Cooperative Learning, Jakarta : Bumi Aksara.

Fajar, Arief Nur. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Malang: Unisma

0 2 4 6 8 10 12 14 Frekwensi 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Nilai

Grafik 3: Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Siklus I Siklus II

(12)

JIPE Vol II No. 1 Edisi Maret 2017 /p- ISSN 2503-2542 e-ISSN 2503-2550 95

Hudojo, H. 1998. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Menurut Pandangan Konstruktivis. Makalah disajikan pada Seminar Nasional “Upaya-upaya Meningkatkan Peran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dalam Era Globalisasi. Program Pasca Sarjana IKIP Malang.

Ibrahim, M dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press.

Nurhadi, 2002, Contextual Teaching and Learning (CTL), Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikdasmen Direktorak Pendidikan Lanjutan Pertama.

Oemar Hamalik, 1983, Metode Belajar dan Kesulitan Belajar, Bandung : Tarsito.

Paul Suparno, 1997, Dalam Model Pembelajaran Bahan Ajar dan Penilaian, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Slamet Raharjo, 2000, Media Pembelajaran, Jawa Timur : Media Pembinaan Pendidikan Slameto, 1988, Belajar dan Faktor-faktor

Yang Mempengaruhinya, Jakarta : Bina Aksara.

Suparno P. 1997. Filsafat Konstruktivisne dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, 2006, Solo : Bintang Pustaka Abadi

Winarno Surahmad, 1985, Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung : Tarsito

Gambar

Tabel 1 Prestasi Belajar Siswa Siklus I
Tabel 2 Prestasi Belajar Siswa Siklus II
Tabel 3 prestasi belajar siswa siklus I,II
Grafik 3: Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Prosiding ini terdiri dari 39 makalah yang berupa hasil kajian ataupun hasil penelitian pendidikan yang terkait dengan pembelajaran aktif dan/atau pengembangan

Sesuai dengan salah satu agenda Pemprov Jatim tahun 2006-2008 bahwa di Bangil terpilih menjadi klaster industri kecil bordir karena dipandang sebagai jenis usaha yang relatif

Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan perilaku sosial antara siswa yang mengikuti ekstrakurikuler cabang olahraga individu berada dalam kategori baik

[r]

Contoh keputusan dalam manajemen valuta asing adalah penjualan asset valuta asing dan menaikkan dana valas; sedangkan contoh kebijakan manajemen valuta asing antara lain

Saat ini seiring semakin baiknya perhatian Pemerintah di tingkat Pusat tentunya diharapkan dapat berdampak positif bagi Perhatian Pemerintah Daerah untuk pembinaan SOIna

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Tulisan singkat ini hanya memfokuskan terkait dengan bagaimana kita sebagai orang tua untuk terus tidak berhenti mengendalikan anak-anak kita dari berbagai macam