TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA VARIETAS KEDELAI
(Glycine max(L.) Merill)
SKRIPSI
OLEH
ROSMAWAN
09C10407107
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH-BARAT
PENGARUH CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glycine max(L.) Merill)
SKRIPSI
OLEH
ROSMAWAN
09C10407107
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Petanian Pada Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH ACEH-BARAT
Judul Skripsi : Pengaruh Cekaman Intensitas Cahaya Rendah Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max(L.) merill.)
Nama Mahasiswa : Rosmawan
Nim : 09C10407107
Program Studi : Agroteknologi
Menyetujui: Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama
Irvan Subandar, SP., MP NIDN 01 2906 7902
Pembimbing Anggota
Chairudin, SP NIDN 0122097301
Mengetahui:
Dekan Fakultas Pertanian
Diswandi Nurba, S.TP., M.Si NIDN 01 2804 8202
Ketua Program Studi Agroteknologi
Jasmi, SP., M.Sc NIDN 01 2708 8002
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/tugas akhir dengan judul:
Pengaruh Cekaman Intensitas Cahaya Rendah Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas
Kedelai(Glycine max(L.) merill) Yang disusun oleh :
Nama :ROSMAWAN
N I M :09C10407107 Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agroteknologi
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 16 Juli 2014 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI : 1. Irvan Subandar, SP., MP
Pembimbing I/ Ketua TIM Penguji ...
2. Chairudin, SP
Pembimbing II ...
3. Mita Setiyowati, SP., M.Sc
Penguji Utama ...
4. Jasmi, SP., MSc
Penguji Anggota ...
Meulaboh, 16 Juli 2014
Ketua Prodi Agroteknologi,
dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap
(Q.S. Al - Insyirah :6-8)
“Pelajarilah ilmu pengetahuan, Sesungguhnya mempelajari ilmu pengetahuan adalah Tanda takut kepada Allah SWT, menuntutnya adalah ibadah, mengingatnya adalah tasbih, membahasnya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah dan menebarkannya adalah pengorbanan”
(Al-Hadist : R.Tharmizi) Syukur Alhamdulillah…
Akhirnya sebuah perjalanan yang panjang kini berhasil kutempuh.Walau terkadang aku tersandung jatuh dan menangis namun nurani ku terus berbisik dan berkata “kamu pasti bisa”
Ibunda Tersayang...
Engkau membesarkan aku dengan air susu kasihmu. Memandikan aku dengan keringat cintamu. Dalam perjuanganku ada pengorbananmu. Dalam langkahku senantiasa diiringi doa tulusmu, Walau hari esok masih sebuah tanda tanya, semoga hari esok menjadi hari yang cerah Yang akan kumiliki, Tiada kasih seindah kasihmu. Tiada cinta semurni cintamu. Semoga Allah Swt membalas jasamu
Ayahanda terscinta...
Keringat dan peluh membasahi baju, terik matahari membakar kulitmu. Deras hujan Menerpa tubuhmu, tajamnya duri Ayahanda jejaki. Semua itu kau biarkan demi anakmu, Tetesan keringat dan lautan kasihmu hantarkan aku ke gerbang kesuksesan. Hanya Allah SWT yang dapat membalas segala kasih sayangmu. Semoga amal ibadahmu diterima disisi Nya.
Dengan penuh keihklasan dan segenap kasih sayang yang diiringi tulus do’a, Kupersembahkan dengan tulus karya tulis ini kepada Ayahanda tercinta Hamdan (Alm) dan Ibunda tersayang Sampuan, juga Kakak-kakak yang ku sayangi Siti Asma, Darmawati, Ainon Mardiah, Jasnidar, Mardiana, abang ipar Idrus, Mustafa, Mawardi dan juga keponakan ku tersayang yang selalu membuat hari-hari ku tersenyum bahagia Udin, Nuris, Iqbal, Awi, Ayu dan Razaq.
Terima kasih ku ucapkan kepada pembimbing Irvan Subandar SP.,MP, Chairudin, SP dan teman-teman seperjuangan yang selalu setia mengisi hari-hari ku; Herman Felani, SP, Fauziah, M.Nur, SP, Erlan Osrika, SP, Mula Narju, SP, Furqan Riski, SP, Junaidi, SP, Ikhsan Amirullah, SP. Nurdin, SP, Nur Azizah, Azwin , Waisul serta teman-teman semua khusus angkatan 09 Agroteknologi/B yang tak mungkin dapat ku sebutkan satu persatu Thank’s for All
Ya Allah...
Teguhkan Imanku, Tetapkanlah Hati dan Jiwaku Agar Selalu Melangkah di Jalan Mu Amin...
i
RINGKASAN
Rosmawan/09C10407107. Pengaruh Cekaman Intensitas Cahaya Rendah Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas kedelai (Glycine max(L.) merill). Di bawah bimbingan Irvan Subandar selaku pembimbing utama dan Chairudin selaku pembimbing anggota.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cekaman intensitas cahaya rendah terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai, serta nyata tidaknya interaksi kedua faktor tersebut. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat mulai 7 Agustus 2013 sampai dengan 2 Nopember 2013.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan petak terpisah (Split Plot). Faktor pertama adalah naungan yang terdiri dari 3 (tiga) taraf yaitu: tanpa naungan (kontrol), naungan 25% dan naungan 50%. Faktor yang kedua adalah varietas yang terdiri dari 3 (tiga) taraf yaitu: Anjasmoro, Kipas Merah Bireun dan Grobogan.
Peubah pertumbuhan dan produksi tanaman kacang kedelai yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun trifoliate, jumlah buku, umur berbunga, berat berangkasan kering, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, berat biji kering dan berat 100 butir.
Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan naungan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 dan 6 MST, jumlah buku umur 3 MST, umur berbunga, berat berangkasan kering, jumlah polong hampa, Berpengaruh nyata terhadap jumlah daun trifoliate pada umur 5 dan 6 MST,. Berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 dan 4 MST, jumlah buku umur 4 dan 5 MST dan berat 100 butir.
Varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2 dan 6 MST, jumlah daun trifoliate umur 4 dan 6 MST, jumlah buku umur 4 dan 5 MST, umur berbunga, berat berangkasan kering, jumlah polong hampa dan berat 100 butir. Berpengaruh nyata jumlah daun trifoliate umur 3 MST, namun berpengaruh tidak nyata terhadap daun trifoliate umur 5 MST dan jumlah buku umur 3 MST.
ii
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, dengan limpahan rahmat-nya penulis telah dapat menyelesaikan skripsi dengan judul“
PENGARUH CEKAMAN INTENSITAS CAHAYA RENDAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
BEBERAPA VARIETAS KEDELAI (Glicyne max (L) Merril)
selawat beserta salam kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat nya dari jahiliah ke alam islamiah.
Ucapan terima kasih sampaikan kepada:
1. Bapak Irvan Subandar, SP., MP Selaku pembimbing utama dan Bapak
Chairudin, SP sebagai pembimbing anggota yang telah memberi masukan dan
bimbingan sampai selesai skripsi ini.
2. Bapak Diswandi Nurba S.TP,.M.Si. Selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar dan Civitas Akademika yang telah menyediakan
sarana dan prasarana selama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas
Pertanian Universitas Teuku Umar.
3. Ibu Jasmi Sp,.M,Sc. Selaku ketua jurusan agroteknologi yang telah banyak
memberi saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
4. Ayahanda Hamdan (Alm) dan ibunda Sampuan beserta saudara saudaraku atas
do’a, cinta, kasih sayang, pengorbanan dan dukungan moril dan materil
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi hingga selesai.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga segala amal
dan bantuan mereka mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.
Meulaboh, 30 maret 2014
iii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ... i
UCAPAN TERIMA KASIH... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penelitian... 4
1.3. Hipotesis... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA... 6
2.1. Botani Tanaman kedelai... 6
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai ... 8
2.3. Peranan Cahaya Terhadap Tanaman Kedelai... 9
2.4. Pengaruh Cekaman Cahaya Rendah Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai. ... 10
2.5. pengaruh cekaman cahaya rendah terhadap produksi tanaman kedelai... 12
2.6. Varietas Kedelai... 14
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN... 16
3.1. Waktu dan Tempat ... 16
3.2. Bahan dan Alat ... 16
3.3. metode penelitian... ... 17
3.4. Rancangan Percobaan ... 17
3.5. Pelaksanaan Penelitian ... 19
3.6. Pengamatan ... 21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 23
4.1. Pengaruh Naungan ... 23
4.2. Pengaruh Varietas ... 34
4.3. Interaksi . ... 45
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 54
5.1. Kesimpulan... 54
5.2. Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA... 55
iv
Nomor Teks Halaman
1. Susunan Kombinasi Perlakuan Antara Naungan Dan Beberapa Varietas . 18
2. Rata-rata Tinggi Tanaman Akibat pengaruh Naungan Umur 2 dan 6 MST ... 23
3. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate Akibat Pengaruh Naungan Umur 3, 4, 5 dan 6 MST... 25
4. Rata-rata Jumlah Buku Akibat Pengaruh Naungan Umur 3, 4 dan 5 MST ... 27
5. Rata-rata Umur Berbunga Akibat pengaruh Naungan ... 28
6. Rata-rata Berat Berangkasan Kering Pertanaman Akibat Pengaruh Naungan ... 30
7. Rata-rata Jumlah Polong Hampa Pertanaman Akibat Pengaruh Naungan ... 31
8. Rata-rata Berat 100 Butir Pertanaman Akibat Pengaruh Naungan ... 33
9. Rata-rata Tinggi Tanaman Akibat Pengaruh Varietas Umur 2 dan 6 MST ... 34
10. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate Akibat Pengaruh Varietas Umur 3, 4, 5 dan 6 MST... 36
11. Rata-rata Jumlah Buku Akibat Pengaruh Varietas Umur 3, 4 dan 5 MST ... 38
12. Rata-rata Umur Berbunga Akibat Pengaruh Varietas ... 40
v
Nomor Teks Halaman
14. Rata-rata Jumlah Polong Hampa Pertanaman Akibat Pengaruh Varietas ... 43
15. Rata-rata Berat 100 Butir Pertanaman Akibat Pengaruh Varietas ... 44
16. Rata-rata Tinggi Tanaman Akibat Pengaruh Interaksi Naungan dan Varietas umur 3, 4 dan 5 MST ... 46
17. Rata-rata Jumlah Buku Akibat Pengaruh Interaksi Naungan dan Varietas umur 6 MST ... 48
18. Rata-rata Jumlah Polong Berisi Per Tanaman Akibat Pengaruh Interaksi Naungan dan Varietas ... 50
vi
Nomor Teks Halaman
1. Pengaruh Naungan Terhadap Tinggi Tanaman Umur 2 dan 6 MST ... 24
2. Pengaruh Naungan Terhadap Jumlah Daun Trifoliate Umur 3, 4, 5 dan 6 MST... 26
3. Pengaruh Naungan Terhadap Jumlah Buku Umur 3, 4 dan 5 MST... 27
4. Pengaruh Naungan Terhadap Umur Berbunga ... 29
5. Pengaruh Naungan Terhadap Berat Berangkasan Kering per Tanaman ... 30
6. Pengaruh Naungan Terhadap Jumlah Polong Hampa Per Tanaman... 32
7. Pengaruh Naungan Terhadap Berat 100 butir Pertanaman ... 33
8. Pengaruh Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 2 dan 6 MST... 35
9. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Daun Trifoliate Umur 3, 4, 5 dan 6 MST... 37
10. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Buku Umur 3, 4 dan 5 MS ... 39
11. Pengaruh Varietas Terhadap Umur Berbunga ... 41
12. Pengaruh Varietas Terhadap Berat Berangkasan Kering Per Tanaman... 42
13. Pengaruh Varietas Terhadap Jumlah Polong Hampa Per Tanaman... 44
14. Pengaruh Varietas Terhadap Berat 100 Butir Per Tanaman ... 45
15. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman Umur 3, 4 dan 5 MST... 47
16. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah Buku Umur 6 MST ... 49
17. Pengaruh Naungan dan Varietas Terhadap Jumlah polong berisi Per Tanaman ... 50
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan dan Beberapa Varietas umur 2 MST... 58
2. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai pada Berbagai Naungan dan Beberapa Varietas Umur 2 MST ... 58
3. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan dan Beberapa Varietas 3 MST ... 59
4. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai pada Berbagai Naungan dan Beberapa Varietas Umur 3 MST ... 59
5. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan dan Beberapa Varietas umur 4 MST... 60
6. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan dan Beberapa Varietas Umur 4 MST ... 60
7. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan dan Beberapa Varietas umur 5 MST ... 61
8. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan dan Beberapa Varietas Umur 5 MST ... 61
9. Rata-rata Tinggi Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan dan Beberapa Varietas umur 6 MST ... 62
10. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan dan Beberapa Varietas Umur 6 MST ... 62
11. Rata-rata jumlah Daun Trifoliate Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varieta Umur 3 MST ... 63
12. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Trifoliate Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan dan Beberapa Varietas Umur 3 MST... 63
viii
14. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Trifoliate Tanaman kedelai Pada Berbagai Naungan Beberapa Vaeietas Umur 4 HST ... 64
15. Rata-rata Jumlah Daun Trifolite Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas Umur 5 MST... 65
16. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Trifoliate Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Beberapa Varietas Umur 5 MST... 65
17. Rata-rata Jumlah Daun Trifoliate Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas Umur 6 MST... 66
18. Analisis Sidik Ragam Jumlah Daun Trifoliate Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas Umur 6 MST ... 66
19. Rata-rata Jumlah Buku Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas Umur 3 MST... 67
20. Analisis Sidik Ragam Jumlah Buku Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas Umur 3 MST ... 67
21. Rata-rata Jumlah Buku Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas Umur 4 MST... 68
22. Analisis Sidik Ragam Jumlah Buku Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas Umur 4 MST... 68
23. Rata-rata Jumlah Buku Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas Umur 5 MST... 69
24. Analisis Sidik Ragam Jumlah Buku Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas Umur 5 MST ... 69
25. Rata-rata Jumlah Buku Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas Umur 6 MST... 70
26. Analisis Sidik Ragam Jumlah Buku Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas Umur 6 MST ... 70
ix
Nomor Teks Halaman
28. Analisis Sidik Ragam Umur Berbunga Tanaman Kedelai Pada Berbagai
Naungan Dan Beberapa Varietas ... 71
29. Rata-rata Berat Berangkasan Kering Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas ... 72
30. Analisis Sidik Ragam Berat Berangkasan Kering Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas ... 72
31. Rata-rata Jumlah Polong Berisi Per Tanaman Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas ... 73
32. Analisis Sidik Ragam Jumlah Polong Berisi Per Tanaman Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas ... 73
33. Rata-rata Jumlah Polong Hampa Per Tanaman Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas ... 74
34. Analisis Sidik Ragam Jumlah Polong Hampa Per Tanaman Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas ... 74
35. Rata-rata Berat 100 Biji Per Tanaman Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas ... 75
36. Analisis Sidik Ragam Berat 100 Biji Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas ... 75
37. Rata-rata Berat Biji Kering Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas ... 76
38. Analisis Sidik Ragam Berat Biji Kering Tanaman Kedelai Pada Berbagai Naungan Dan Beberapa Varietas... 76
39. Deskripsi Varietas ... 77
40. Bagan Percobaan ... 80
41. Dokumentasi ... 81
1 1.1. Latar Belakang
Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas
pertanian penting dalam penyediaan bahan pangan, pakan dan bahan baku industri
(Cahyono, 2007). Sebagai bahan pangan yang penting, kedelai merupakan salah
satu tanaman sumber protein dan lemak yang memadai (Asadi et al., 1997 cit.
Silaen, 2004). Kedelai merupakan tanaman asli Daratan Cina dan telah
dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin
berkembangnya perdagangan antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19,
menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai negara tujuan
perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan
Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Awal mula
penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di Pulau Jawa, kemudian
berkembang ke Bali, Nusa Tenggara dan pulau-pulau lainnya (Cahyono, 2007).
Permintaan pasar yang terus meningkat setiap tahunnya secara langsung
menuntut agar ditingkatkannya produksi kedelai di dalam negeri guna menjamin
ketersediaan kedelai sebagai bahan baku berbagai produk pangan. Namun
kebutuhan yang demikian besar belum mampu dipenuhi oleh produksi kedelai
domestik sehingga membuat pemerintah melakukan impor kedelai. Kebutuhan
kedelai dalam negeri saat ini mencapai angka 2 juta ton per tahunnya
(Anonymous, 2009 cit. fikriati, 2009).
Produksi kedelai pada tahun 2012 Angka Tetap (ATAP) sebesar 843,15
ribu ton biji kering atau mengalami penurunan sebesar 8,13 ribu ton (0,96 persen)
2
(ARAM -I) diperkirakan 847,16 ribu ton biji kering atau mengalami peningkatan
sebesar 4,00 ribu ton (0,47 persen) dibandingkan tahun 2012. Peningkatan
produksi ini diperkirakan terjadi karena kenaikan luas panen seluas 3,94 ribu
hektar (0,69 persen) meskipun produktivitas diperkirakan mengalami penurunan
sebesar 0,03 kuintal/hektar (0,20 persen) diperkirakan terjadi karena kenaikan luas
panen seluas 3,94 ribu hektar (0,69 persen) meskipun produktivitas diperkirakan
mengalami penurunan sebesar 0,03 kuintal/hektar (0,20 persen) (Anonymous,
2013). Kondisi ini mendorong perlunya swasembada kedelai melalui peningkatan
produktivitas dan luas tanam, diantaranya melalui tumpangsari dengan tanaman
perkebunan, tanaman kehutanan atau tumpangsari dengan tanaman semusim
lainnya. Permasalahan yang dihadapi dalam pembudidayaan kedelai sebagai
tanaman sela adalah penaungan yang di akibatkan tanaman pokok.
Hanya saja kendala utama pengembangan kedelai sebagai tanaman sela
atau tumpang sari tersebut adalah rendahnya intensitas cahaya akibat faktor
naungan (Chozin et al., 1999 cit, fikriati 2009). Rata-rata intensitas cahaya
berkurang 50% di bawah tegakan karet berumur 2-3 tahun sedangkan pada
tumpang sari dengan jagung berkurang 33% (Asadiet al., 1997 cit. fikriati 2009)
Menurut Handayani (2003) cit. Kisman et al., (2007). Cekaman naungan
50% di bawah tegakan karet 2-3 tahun menyebabkan hasil per hektar tanaman
kedelai menurun 10-40%. Oleh karena itu, diperlukan genotipe atau varietas baru
kedelai yang mampu beradaptasi dan berproduksi tinggi pada lingkungan
tercekam naungan.
Tanaman kedelai merupakan salah satu tanaman yang memerlukan cahaya
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cahaya berperan penting dalam
proses fisiologi tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Unsur
radiasi matahari yang penting bagi tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas
cahaya, dan lamanya penyinaran. Bila intensitas cahaya yang diterima rendah,
maka jumlah cahaya yang diterima oleh satuan luas permukaan daun dalam
jangka waktu tertentu rendah (Gardneret al., 1991 cit. Pantiluet al., 2012)
Pada kebanyakan tanaman, kemampuan tanaman dalam mengatasi
cekaman intensitas cahaya rendah tergantung kepada kemampuannya melanjutkan
fotosintesis dalam kondisi kekurangan cahaya, adaptasi tanaman terhadap
intensitas cahaya rendah melalui dua cara, yaitu peningkatan luas daun untuk
mengurangi penggunaan metabolit dan mengurangi jumlah cahaya yang
ditransmisikan dan yang direfleksikan (Hale, 1987. Cit. Pantiluet al., 2012)
Pengurangan cahaya pada tanaman yang telah memperoleh cahaya, suhu
dan kelembaban yang optimum akan menyebabkan pengurangan pertumbuhan
akar dan tanaman menunjukkan gejala etiolasi (Williams, 1976 cit. Patilu et al.,
2012). Intensitas, kualitas dan lamanya penyinaran mempengaruhi proses
fotosintesis, tetapi yang terpenting adalah intensitasnya (Daniel et al., 1979. Cit.
Pantilu et al., 2012). Selanjutnya intentitas cahaya berpengaruh terhadap
pembesaran dan diferensiasi sel (Soekotjo, 1977 cit. Pantilu et al., 2012). Ruas
batang tanaman lebih panjang dan tersusun dari sel-sel berdinding tipis dengan
ruang antar sel lebih besar, jaringan pengangkut dan penguat lebih sedikit.
Hasil produksi kedelai yang optimum membutuhkan intensitas cahaya
4
diserap tanaman juga ditentukan oleh tingkat efisiensi penggunaan cahaya oleh
tanaman bersangkutan.
Selain dari intensitas cahaya, upaya intensifikasi pertanian juga membantu
dalam peningkatan produksi kedelai perlu penggunaan varietas unggul. Seseuai
dengan pendapat purwono ( 2007) cit. Krisnawati, (2004 ). Varietas kedelai sangat
menentukan besarnya hasil panen. Pada umumnya, varietas unggul dapat
memberikan hasil panen yang baik, karena varietas-varietas tersebut umumnya
tahan terhadap hama dan penyakit, tahan kekeringan, tahan rebah, polong tidak
mudah pecah (ulet), tanaman mudah membentuk bintil, dan produksinya tinggi
(Purwono, 2007 cit. Krisnawati, 2004).
Tanaman mengalami berbagai perubahan pada tingkat lingkungan dengan
intensitas cahaya rendah, anatomi morfologi, fisiologi, dan agronomi (Khumaida,
2002 cit. Puspitasari, 2012)
Berdasarkan permasalahan diatas maka penulis ingin melakukan penelitian
tentang pengaruh cekaman cahaya rendah terhadap pertumbuhan dan produksi
beberapa varietas kedelai.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh cekaman intensitas
cahaya rendah terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai serta
1.3. Hipotesis
1. Cekaman intensitas cahaya rendah berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman kedelai
2. Varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
3. Terdapat interaksi antara cekaman intensitas cahaya rendah dan varietas
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman Kedelai 2.1.1. Sistematika
Menurut Adisarwanto (2006) tanaman kedelai dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Subfamili : Papilionaceae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae
Genus : Glycine
Spesies :Glycine Max(L.) Merrill
2.1.2. Morfologi Tanaman Kedelai a. Akar
Akar kedelai terdiri dari akar tunggang yang pertumbuhannya lurus
masuk kedalam tanah dan akar serabut yang tumbuh dari akar tunggang, pada
akar-akar serabut terdapat bintil-bintil akar berisi bakteri Rhizobium javonicum,
yang mempunyai kemampuan mengikat N dari udara yang dapat digunakan untuk
b. Batang
Kedelai berbatang semak, dengan tinggi batang antara 30 – 100 cm.
Setiap batang dapat membentuk 3 – 6 cabang. Bila jarak antara tanaman dalam
barisan rapat, cabang menjadi berkurang atau tidak bercabang sama sekali
(Cahyono, 2007). Tipe bertumbuhan batang kedelai ada 2 macam yaitu
indeterminate (tipe ujung batang melilit) yaitu pertumbuhan yang ujung batangnya
tidak berakhir dengan rangkaian bunga atau cabang-cabangnya tumbuh melilit,
sedangkan diterminate (tipe batang tegak) dimana ujung batangnya berakhir
dengan rangkaian bunga dan lurus tegak keatas (AAK, 2007).
Bintil akar terbentuk dengan serangkaian proses yang diawali dengan
kehadiran suatu strain Rhizobium sp pada bulu akar tanaman leguminosa
dilanjutkan dengan penyusupan sel Rhizobium ke dalam sel bulu akar dan
penyusupan lebih lanjut ke sel jaringan akar yang lebih dalam. Interaksi antara sel
Rhizobium dengan sel jaringan akar, akan membentuk bintil-bintil akar
(Adisarwanto, 2006).
c. Daun
Kedelai termasuk daun majemuk dengan tiga helaian daun berbentuk
oval dengan ujung lancip. Apabila sudah tua, daun-daun ini akan mulai
menguning dan berguguran mulai dari bawah (Suprapto, 1999 cit. Rahmatullah,
2011).
d. Bunga
Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna, yaitu dalam satu bunga
8
berwarna ungu dan putih. Buah kedelai berbentuk polong. Sekitar 60 % bunga
rontok sebelum berbentuk polong (cahyono, 2007)
e. Biji
Biji kedelai memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang beragam,
bergantung pada varietasnya.Bentuknya ada yang bulat lonjong, bulat, bulat agak
pipih. Warnanya ada yang putih, krem, kuning, hijau, coklat, hitam, dan
sebagainya. Biji kedelai berkeping dua dan terbungkus oleh kulit bagian–bagian
biji terdiri dari kulit, keping biji, pusar biji (hylum) dan embrio yang terletak di
antara keping biji. Pusar biji atau hylum merupakan jaringan bekas biji melekat
pada dinding buah (Cahyono, 2007)
2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Kedelai 1. Iklim
Keadaan iklim sangat mempengaruhi produktifitas tanaman berproduksi
menurut Cahyono (2007), untuk pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai
yang baik memerlukan suhu berkisar 25ºC-28ºC. Akan tetapi tanaman kedelai
bisa tumbuh dan produksinya tinggi memerlukan suhu udara di atas 28ºC hingga
35ºC. Kelembaban udara yang optimal untuk tanaman kedelai adalah 60% dan
dengan rata-rata jumlah curah hujan yang sesuai dalam pembudidayaan tanaman
kedelai berkisar 1.500-2.500 mm/tahun atau curah hujan selama musim tanam
berkisar antara 300 -400 mm/3 bulan.
2. Tanah
Tanaman kedelai sebenarnya dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Namun
demikian, untuk mencapai tingkat pertumbuhan dan produktivitas yang optimal,
berpasir. Upaya program pengembangan kedelai bisa dilakukan dengan
penanaman dilahan kering masam dengan Ph tanah 4,5-5,5 yang sebenarnya
kondisi lahan katagori kurang sesuai. Untuk mengatasi berbagai kendala,
khususnya kekurangan unsur hara ditanah tersebut,dilakukan dengan penambahan
bahan organic, pupuk, dan pembenahan tanah. ( Adisarwanto, 2006 )
Tanaman kedelai tidak menghendaki keadaan air yang tergenang, keadaan
ini dapat menyebabkan akar tanaman mudah busuk dan tidak mampu menyerap
unsur hara dan dalam tanah yang dapat menyebabkan tanaman layu dan mati.
Cahyono (2007) menyatakan tanaman kedelai dapat ditanam di berbagai
ketinggian tempat dataran rendah, dataran medium, dan dataran tinggi pada
ketinggian 1-1. 300 m dpl.
2.3. Peranan Cahaya Terhadap Tanaman Kedelai
Cahaya merupakan faktor esensial untuk pertumbuhan dan perkembangan
berperan penting dalam proses tanaman. Cahaya fisiologi tanaman, terutama
fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Unsur radiasi matahari yang penting bagi
tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya intensitas cahaya
yang diterima penyinaran. Bila rendah, maka jumlah cahaya yang diterima oleh
satuan luas permukaan daun dalam jangka waktu tertentu rendah (Sopandieet al.,
2003 cit. puspitasariet al., 2012)
Cahaya sangat besar peranannya dalam proses fisiologi, seperti
fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, penutupan dan
pembukaan stomata, berbagai pergerakan tanaman, dan perkecambahan (Evan,
1973 cit. Silaen, 2004). Cahaya selain berperan dominan pada proses fotosintesis,
10
pada tahap awal pertumbuhan tanaman (McNellis, 1995 cit. Sundari, 2012).
Berukuran daun lebih besar, tipis, ukuran stomata lebih besar lapisan sel
epidermis tipis, jumlah daun lebih banyak dan ruang antar sel lebih banyak
(Khumaida, 2002 cit. Puspitasari, 2012).
Kedelai termasuk tanaman C3, yang mempunyai tingkat foto respirasi
yang lebih tinggi yang mengakibatkan hasil bersih fotosintesisnya jauh lebih
rendah bila dibandingkan dengan tanaman C4 (Baharsyah,1989 cit. Silaen, 2004).
2.4. Pengaruh Cekaman Cahaya Rendah Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Kedelai
Cahaya merupakan faktor esensial untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Cahaya berperan penting dalam proses fisiologi tanaman,
terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Unsur radiasi matahari yang
penting bagi tanaman ialah intensitas cahaya, kualitas cahaya, dan lamanya
penyinaran. Bila intensitas cahaya yang diterima rendah, maka jumlah cahaya
yang diterima oleh satuan luas permukaan daun dalam jangka waktu tertentu
rendah (Sopandieet al., 2003 cit. puspitasariet al.,2012).
Intensitas cahaya yang rendah juga membuat tanaman memiliki daun
berukuran stomata lebih besar, lapisan sel epidermis tipis, jumlah daun lebih
banyak dan ruang antar sel lebih banyak (Treshow, 1970 Cit. Pantiluet al., 2012).
Sependapat dengan Williams et al. (1976) cit. Lukitasari, (2010) menyatakan
bahwa berkurangnya cahaya yang diterima oleh tanaman akan dapat
mempengaruhi pengurangan pertumbuhan akar, serta tanaman menunjukkan
gejala etiolasi dengan ditunjukkan pertambahan panjang batang pada intensitas
perlakuan naungan 50%, pertumbuhan batangnya lebih panjang dibandingkan
pertumbuhan batang pada perlakuan naungan yang lainnya.
Pada kebanyakan tanaman, kemampuan tanaman dalam mengatasi cekaman
intensitas cahaya rendah tergantung kepada kemampuannya melanjutkan
fotosintesis dalam kondisi kekurangan cahaya, beberapa peneliti sebelumnya.
(Sopandie et al., 2003 cit. puspitasari et al., 2012), menjelaskan bahwa adaptasi
tanaman terhadap intensitas cahaya rendah melalui dua cara, yaitu peningkatan
luas daun untuk mengurangi penggunaan metabolit dan mengurangi jumlah
cahaya yang ditransmisikan dan yang direfleksikan.
Pengurangan cahaya pada tanaman yang telah memperoleh cahaya, suhu
dan kelembaban yang optimum akan menyebabkan pengurangan akan dan
tanaman menunjukkan gejala etiolasi. Lamanya penyinaran mempengaruhi proses
fotosintesis, tetapi yang terpenting adalah intensitasnya. Selanjutnya intensitas
cahaya mempengaruhi terhadap pembesaran dan diferensiasi sel. Intensitas
cahaya yang rendah juga akan menyebabakan tanaman memiliki daun.
Handayani (2003) cit. Kisman et al., (2007) menggolongkan adaptasi
tanaman terhadap naungan melalui dua mekanisme yaitu mekanisme
penghindaran (avoidance) dan mekanisme toleransi (tolerance). Mekanisme
penghindaran berkaitan dengan perubahan anatomi dan morfologi daun untuk
memaksimalkan penangkapan cahaya dan fotosintesis yang efisien, seperti
peningkatan luas daun dan kandungan klorofil b, serta penurunan tebal daun, rasio
klorofil a/b, jumlah kutikula, lilin, bulu daun, dan pigmen antosianin. Mekanisme
toleransi (tolerance) berkaitan dengan penurunan titik kompensasi cahaya serta
12
kompensasi cahaya sehingga dapat mengakumulasi produk fotosintat pada
tingkat cahaya yang rendah dibandingkan dengan tanaman cahaya penuh.
Menurut Sopandieet al.,(2003) cit. puspitasariet al., (2012), menyatakan
bahwa naungan dapat mengurangi enzim fotosintetik yang berfungsi sebagai
katalisator dalam fiksasi CO2 dan menurunkan titik kompensasi cahaya. Pengaruh
intensitas cahaya yang rendah terhadap hasil berbagai komoditi sudah banyak
dilaporkan. Naungan 50% pada genotipe padi yang sensitif menyebabkan jumlah
gabah/malai kecil serta persentase gabah hampa yang tinggi, sehingga produksi
biji rendah.
2.5. Pengaruh Cekaman Cahaya Rendah Terhadap Produksi Tanaman
Kedelai
Cahaya yang dapat dipergunakan untuk fotosintetis adalah cahaya yang
mempunyai panjang antara 400-700 nm. Cahaya itu kemudian disebut sebagai
radiasi aktif untuk fotosintesis. Tanaman yang memperoleh pencayaan dibawah
optimum hasil biji menjadi rendah baik pada tanaman C4 seperti jagung maupun
C3 seperti kedelai. Hasil biji rendah berhubungan dengan biomassa yang juga
rendah meskipun faktor pertumbuhan lain optimum, ini karena jumlah cabang
juga turun bila cahaya dibawah optimim yang berakibat pada karakteristik daun
antara lain indeks luas daun. ( Taiz, 1991 cit. Tri Lestari, 2005)
Menurut Salibusry (1992 cit. Tri Lestari, 2005), cahaya matahari
mempunyai peranan besar dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis,
respirasi, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, metabolisme tanaman hijau,
Perlakuan dengan pemberian naungan pada kedelai akan mempengaruhi
sifat morfologi tanaman. Morfologi tanaman kedelai bisa dipengaruhi oleh
naungan adalah batang tanaman tidak kokoh, karena garis tengah batang lebih
kecil sehingga tanaman, menjadi mudah rebah seperti di ungkapkan (Adisarwanto,
1999 cit. Ramadhani et al., 2013) sejalan dengan pendapat Asadi dkk (1991) cit.
Silaen, (2004) bahwa pada batas naungan tertentu, proses fisiologis di dalam
tanaman tersebut tidak terlalu dipengaruhi naungan sehingga tanaman tumbuh
normal, tidak terjadi etiolasi dan kerebahan yang tentunya tidak mempengaruhi
hasil.
Hasil produksi kedelai yang optimum membutuhkan intensitas cahaya yang
cukup. Produksi kedelai selain dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang diserap
tanaman juga ditentukan oleh tingkat efisiensi penggunaan cahaya oleh tanaman
bersangkutan. (Widiastuti,dkk2004 cit. Barus, 2004)
Menurut Agung dan Rahayu (2004) cit. Iqbal et al., (2013) menyatakan
bahwa pengembangan tanaman kedelai sebagai tanaman sela atau tumpang sari
dengan tanaman pangan semusim lain merupakan alternatif andalan untuk
meningkatkan produksi kedelai. Menurut Asadi et al., (1997) cit. Barus, (2004)
menyatakan bahwa dari rata-rata intensitas cahaya di lingkungan terbuka 800
kal/cm2 /hari. Cekaman naungan 50% menyebabkan hasil per hektar tanaman
kedelai menurun 10-40%.
Hasil penelitian Handayani (2003) cit. Kisman et al., (2005) menyatakan
bahwa tanaman kedelai yang ternaungi mengalami percepatan umur berbunga
antara 2 hari pada naungan 50% dan 65% dan 3 hari pada naungan 75% dan 85%.
14
tanaman pada naungan 75% lebih cepat dari pada tanaman pada naungan 50%.
Mekanisme toleransi tanaman terhadap naungan adalah dengan meningkatkan
tinggi tanaman dan luas daun dan mengurangi jumlah cabang, jumlah buku dan
ketebalan daun. Selain itu penelitian wirawati (2002) Cit. Iqbal et al., (2013) juga
menunjukkan bahwa kedelai pada intensitas cahaya rendah mengalami penurunan
jumlah polong per batang dan jumlah polong isi dan juga pada naungan akan
mempengaruhi warna daun. Makin tinggi tingkat naungan maka warna daun
cenderung lebih gelap. Warna daun pada tanaman yang tumbuh di bawah naungan
diduga disebabkan karena jumlah kloroplas yang makin meningkat.
Baharsjah (1985) cit. Barus, (2004) menyatakan bahwa penurunan cahaya
menjadi 40% sejak perkecambahan mengakibatkan penurunan jumlah buku,
cabang, diameter batang, jumlah polong dan hasil biji. Apabila intensitas cahaya
40% diberikan mulai awal pengisian polong dan hasil biji serta kadar protein biji
lebih rendah dibandingkan tanpa naungan. Kisman (2007) cit. Barus, (2004),
menambahkan bahwa turunnya kadar karbohidrat daun yang disebabkan
oleh turunnya proses fotosintesis atau terganggunya keseimbangan dalam sistem
tanaman.
2.6. Varietas Kedelai
Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang di
tandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji dan
ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang membedakan dari
jenis atau spesies yang sama, dan sekurang-kurangnya terdapat satu sifat yang
Penggunaan varietas unggul sangat berperan dalam penigkatan produktivitas
tanaman karena varietas unggul merupakan salah satu paket teknologi budaya
yang secara nyata dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.
varietas unggul yang digunakan antara lain : Anjasmoro, Kipas Merah Bireun, dan
Grobogan. Sejalan dengan meningkatnya industri makanan berbahan baku kacang
kedelai maka untuk meningkatkan produksinya dengan penggunaan
varietas-varietas unggul (Purwono, 2007 cit. Krisnawati, 2004).
Varietas adalah suatu kelompok individu yang memiliki ciri – ciri
morfologis atas tumbuh-tumbuhan yang tidak terlalu banyak berbeda satu dengan
yang lain. Biasanya adalah satu campuran kelompok tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai viabilitas yang kecil sekali. Semua individu sangat menyerupai satu
dengan lain dan sifatnya turun temurun, jenis varietas yang adaptif dengan
lingkungannya dapat tumbuh dengan baik dan memberikan hasil yang baik pula.
( kisman, 2007 cit. Barus, 2004,)
Varietas kedelai sangat menentukan besarnya hasil panen. Pada umumnya,
varietas unggul dapat memberikan hasil panen yang baik, karena varietas-varietas
tersebut umumnya tahan terhadap hama dan penyakit, tahan kekeringan, tahan
rebah, polong tidak mudah pecah (ulet), tanaman mudah membentuk bintil, dan
16
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di kebun Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat mulai dari 7 Agustus 2013 sampai
dengan 2 Nopember 2013.
3.2. Bahan dan Alat a. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Benih kedelai
Benih yang digunakan adalah benih kedelai varietas Anjasmoro, Kipas
Merah Bireun, Grobogan. Masing-maing benih tersebut berasal dari Balai
Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi) Malang.
2. Paranet (Naungan)
Paranet yang digunakan paranet berwarna hitam, 25% dan 50% tingkat
cekaman cahaya.
3. Inokulan Rhizobium
Inokulan Rhizobium yang digunakan berasal dari tanah bekas penanaman
kedelai.
4. Pupuk
Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk kandang sapi
dan pupuk Urea, Kcl dan SP 36.
5. Pestisida
b. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang,
polibag ukuran 35cm x 30 cm, tali plastik, bambu,timbangan analitik, alat ukur
(meteran), papan nama, oven, gunting, Lux Meter, gembor, termometer, kertas
label dan alat tulis menulis.
3.3. Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Kedelai ditanam di
polybeg dilapangan dan diberi tiga perlakuan naungan dengan menggunakan
paranet, yaitu tanpa naungan sebagai kontrol, naungan paranet 25% dan 50%.
Perlakuan naungan diberikan sejak tanam sampai panen.
3.4. Rancangan Percobaan
Pada percobaan lapang ini rancangan lingkungan yang digunakan adalah
Rancangan Acak Kelompok dan Rancangan Perlakuan Petak Terpisah (split
plot). Percobaan ini menggunakan tiga ulangan dimana anak petak tersarang
dalam petak utama. Tata letak percobaan di lapang terlihat pada lampiran 1.
Petak utama terdiri atas 3 (tiga) taraf perlakuan naungan (N), yaitu:
NO : Tanpa Naungan (Kontrol)
N1 : Naungan 25 %
N2 : Naungan 50 %
Sedangkan anak petak terdiri atas 3 (tiga) taraf perlakuan varietas (V):
V1 : Anjasmoro
V2 : Kipas Merah Bireun
V3 : Grobogan
Dengan demikian terdapat 9 kombinasi perlakuan dengan 27 satuan
18
berisi satu tanaman sehingga terdapat 162 unit percobaan. Dari masing-masing
satuan percobaan diambil tiga tanaman sampel destruktif dan tiga tanaman sampel
produksi.
Tabel 1. Susunan Kombinasi Perlakuan antara Naungan dan Beberapa Varietas.
No Kombinasi Perlakuan Naungan Varietas
1 N0V1 0% Anjasmoro
2 N0V2 0% Kipas Merah Bireun
3 N0V3 0% Grobogan
4 N1V1 25% Anjasmoro
5 N1V2 25% Kipas Merah Bireun
6 N1V3 25% Grobogan
7 N2V1 50% Anjasmoro
8 N2V2 50% Kipas Merah Bireun
9 N2V3 50% Grobogan
Model statistik yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Yijk= μ + ρk+ Ni + Vj+ Yik+(NV)ij+ έijk Dimana :
Yijk : nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh
kombinasi perlakuan taraf ke-i dari faktor varietas dan taraf ke-j dari
faktor naungan.
μ : nilai rata-rata umum
ρk : nilai pengaruh kelompok ke- k
Ni : nilai pengaruh taraf ke- i dari faktor naungan
VNij : nilai pengaruh pengaruh interaksi taraf ke-i faktor naungan dan taraf
ke-k vaktor varietas
Yik : nilai galat pengaruh petak utama
έijk : nilai galat pengaruh anak petak
Apabila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5% dengan rumus sebagai berikut :
BNT0,05 = t0,05 ;dbg
Dimana :
BNT0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5%
T;dbg 0,05 = Nilai baku t pada taraf 5 %; derajat bebas galat
KTg = Kuadarat Tengah Galat
r = Jumlah Ulangan
3.5. Pelaksanaan penelitian
1. Membuat selubung paranet
Perlakuan naungan (N) dilaksanakan dengan cara meletakkan paranet
hitam 25% (meneruskan cahaya 75%) dan paranet hitam 50% (meneruskan
cahaya 50%) di sisi atas dan keempat sisi samping areal pertanaman, dengan
demikian pertanaman kedelai terkurung (terselubungi) oleh paranet. Tinggi
paranet sekitar 2 m di atas permukaan tanah, paranet disangga oleh rangka bambu,
20
2. Persiapan Media Tanam
Media tanam terdiri atas campuran tanah dan pupuk kandang (8:1)
dimasukkan kedalam polybeg, sehingga tiap polybeg berisi sekitar 9 kg campuran
tanah. Pupuk kandangnya berasal dari kotoran sapi, polybeg kemudian diatur
berbaris di dalam selubung paranet dengan jarak 30 x 30 cm dan dibiarkan selama
seminggu agar media tanah dalam polybeg stabil.
3. Penanaman
Benih kedelai yang telah dilumuri dengan inokulan rhizobium ditanam
pada polybeg tersebut dengan lubang tanam sedalam 2–3 cm. Tiap lubang tanam
berisi tiga butir benih, setelah itu seputar benih ditaburi Furadan, kemudian
lubang tanam ditutup dengan tanah. Pada umur 1-2 minggu setelah tanam (MST)
tanaman dijarangkan sehingga tinggal 1 tanaman tiap polybeg. Pada umur 1 MST
media tanam diberi pupuk urea dengan dosis pemupukan 0.3 gr Urea, 1.25 gr
TSP, dan 1 gr KCl per polibag.
4. Pemeliharaan tanaman a. Penyiraman
Penyiraman tanaman dilakukan pada pagi dan sore hari dengan
memperhatikan faktor cuaca.
b. Penyiangan
Penyiangan gulma dilaksanakan secara manual dengan mencabut gulma
yang ada di polybeg dan mencangkul lahan di sekeliling polybeg.
c. Penyulaman
d. Pengendalian Hama dan penyakit
Pengendalian hama dan penyakit menggunakan pestisida, pestisida yang
di gunakan adalah decis
5. Panen
Waktu panen ditentukan apabila polong telah kehilangan warna hijaunya.
Panen dilakukan dengan cara menggunting tangkai polong dan tetap membiarkan
tanaman kedelai hidup dengan polong lain yang belum bisa dipanen, sampai
semua polong habis dipanen.
3.6. Pengamatan
Peubah yang diamati pada penelitian ini meliputi:
1. Tinggi tanaman
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali mulai 2-6 MST.
Tinggi tanaman diukur dari kotiledon sampai titik tumbuh yang terletak di ujung
batang.
2. Jumlah daun trifoliate
Jumlah daun dihitung mulai daun trifoliat pertama sampai daun yang
sudah terbuka penuh dan dilakukan seminggu sekali mulai 2-6 MST.
3. Jumlah Buku
Jumlah buku dihitung mulai buku yang berada pada ujung tajuk
hingga akhir mendekati akar. Pengamatan dilakukan setiap minggu 2-6 MST.
4. Umur Berbunga (HST)
Pengamatan waktu berbunga dilakukan setelah 75% tanaman
22
5. Berat Brangkasan kering per tanaman
Pengamatan berat berangkasan kering per tanaman dilakukan setalah
tanaman di panen, dengan cara mengeringkan tanaman kedelai dalam oven pada
suhu 70° C selama 48 jam, lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan
analitik.
6. Jumlah Polong Berisi Pertanaman
Jumlah polong berisi pertanaman dilakukan pada saat panen dengan cara
menghitung seluruh polong berisi pada setiap perlakuan.
7. J u mlah Polong Hampa Pertanaman
Jumlah polong hampa dilakukan pada saat panen dengan cara menghitung
seluruh polong hampa pada setiap perlakuan.
8. Berat Biji Kering (gram ) Pertanaman
Berat biji kering pertanaman di lakukan setelah biji kering dipilih semua
biji yang bagus lalu ditimbang secara keseluruhan per tanaman sampel dengan
menggunakan timbangan analitik
9. Berat 100 Butir (gram) Pertanaman
Dilakukan dengan cara menimbang 100 biji kering pada masing-masing
23 4.1. Pengaruh Naungan
Hasil uji F pada analisis ragam lampiran bernomor genap (2 sampai
dengan 38) menunjukkan bahwa faktor naungan berpengaruh sangat nyata
terhadap tinggi tanaman pada umur 2 dan 6 MST, jumlah buku umur 3 MST,
umur berbunga, berat berangkasan kering, jumlah polong hampa. Berpengaruh
nyata terhadap jumlah daun trifoliate pada umur 5 dan 6 MST,. Berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 dan 4 MST, jumlah buku umur 4
dan 5 MST dan dan berat 100 butir.
1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam lampiran genap (2 sampai dengan 10)
menunjukkan bahwa naungan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman
umur 2 dan 6 MST. Rata-rata tinggi tanaman akibat pengaruh naungan umur 2
dan 6 MST dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata tinggi tanaman akibat pengaruh naungan umur 2 dan 6 MST.
Naungan % Tinggi Tananam ( cm)
2 MST 6 MST
0 7,089 a 52,393 a
25 9,226 b 72,404 b
50 11,352 c 111,619 c
BNT0,05 0,650 3,833
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% ( uji BNT )
Data tabel 2 menunjukkan bahwa naungan berpengaruh terhadap tinggi
tanaman pada umur 2 dan 6 MST, tinggi tanaman tertinggi akibat naungan pada 2
dan 6 MST dijumpai pada perlakuan naungan 50% yang berbeda nyata dengan
24
Pengaruh naungan terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Pengaruh naungan terhadap tinggi tanaman umur 2 dan 6 MST
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi pada umur
2 dan 6 MST dijumpai pada naungan 50%, hal ini disebabkan karena perbedaan
tingkat naungan mempengaruhi intensitas cahaya, suhu udara, dan kelembaban
udara lingkungan tanaman, sehingga intensitas cahaya yang diterima
oleh tanaman berbeda dan mempengaruhi ketersediaan energi cahaya yang akan
diubah menjadi energi panas dan energi kimia seperti
yang disebutkan oleh Zhamar (2008) cit.Tawakkal (2009) bahwa perbedaan tinggi
tanaman disebabkan oleh besarnya intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman
dan berkaitan dengan hormon tanaman yaitu auksin. Tanaman yang tumbuh di
bawah naungan memperoleh intensitas cahaya yang rendah sehingga
tidak mengalami kerusakan auksin sehingga hormon auksin tetap bisa merangsang
2.Jumlah Daun Trifoliate (helai)
Hasil uji F pada analisis ragam lampiran genap (12 sampai dengan 18)
menunjukkan bahwa naungan berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun
trifoliate umur 3 dan 4 MST dan berpengaruh nyata umur 5 dan 6 MST. Rata-rata
jumlah daun trifoliate umur 3, 4, 5 dan 6 MST akibat pengaruh naungan dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata jumlah daun trifoliate akibat pengaruh naungan umur 3, 4, 5 dan 6 MST.
Naungan % Jumlah Daun Trifoliate (helai)
3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 0 5,889 13,815 29,148 b 43,593 b 25 4,704 11,741 24,778 ab 37,407 a 50 4,074 9,519 21,889 a 36,556 a
BNT0,05 - - 4,062 3,784
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% ( uji BNT )
Data tabel 3 menunjukkan bahwa naungan berpengaruh tidak nyata
terhadap jumlah daun trifoliate pada umur 3 dan 4 MST, dan berpengaruh nyata
pada umur 5 dan 6 MST. Jumlah daun trifoliate terbanyak umur 5 dan 6 MST
akibat naungan di jumpai pada perlakuan naungan 0% yang berbeda nyata dengan
perlakuan naungan 25% dan 50%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah daun trifoliat terbanyak pada
umur 5 dan 6 MST dijumpai pada naungan 0%, Penelitian ini menunjukkan
bahwa semakin tingginya tingkat naungan semakin rendah jumlah daun trifoliat.
Hal ini diduga intensitas cahaya rendah pada perlakuan naungan akan mengurangi
sumber energi sehingga laju fotosintesis yang didapatkan tanaman akan menurun.
Hal ini sependapat dengan Gardner et al., (1991) cit. Pantiluet al., (2012) bahwa
26
oleh satuan luas permukaan daun dalam jangka waktu tertentu rendah. Kondisi
kekurangan cahaya berakibat terganggunya metabolisme, sehingga menyebabkan
menurunnya laju fotosintesis dan sintesis karbohidrat yang mengakibatkan
menurunnya jumlah daun trifoliate (Sopandie et al., 2003 cit. puspitasari et al.,
2012 ).
Pengaruh naungan terhadap jumlah daun trifoliate dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Pengaruh naungan terhadap jumlah daun trifoliate Umur 3, 4, 5 dan 6 MST
3. Jumlah Buku
Hasil uji F pada analisis ragam lampiran genap (20 sampai dengan 24)
menunjukkan bahwa naungan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah buku
umur 3 MST dan berpengaruh tidak nyata umur 4 dan 5 MST. Rata-rata jumlah
buku umur 3, 4 dan 5 MST akibat pengaruh naungan dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata jumlah buku akibat pengaruh naungan umur 3, 4, dan 5 MST
Naungan % Jumlah Buku
3 MST 4 MST 5 MST
0 6,481 c 9,593 12,556
25 6,074 b 9,407 12,111
50 5,481 a 9,074 11,963
BNT0,05 0,226 -
-Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% ( uji BNT )
Data tabel 4 menunjukkan bahwa naungan berpengaruh sangat nyata
terhadap jumlah buku umur 3 MST, dan berpengaruh tidak nyata umur 4 dan 5
MST. Jumlah buku terbanyak umur 3 MST akibat naungan dijumpai pada
perlakuan 0% yang berbeda nyata dengan perlakuan naungan 25% dan 50%.
Pengaruh naungan terhadap jumlah buku dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Pengaruh naungan terhadap jumlah buku umur 3, 4 dan 5 MST
jumlah buku terbanyak pada umur 3 MST dijumpai pada naungan 0%.
Hal ini disebabkan dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang diterima tanaman.
seperti yang dikemukakan Baharsyah et al., (1985) penurunan intensitas cahaya
menjadi 40% sejak perkecambahan mengakibatkan pengurangan jumlah buku,
cabang, diameter batang, jumlah polong dan hasil biji. Anggraeni, (2010) juga
menyatakan, intensitas cahaya 50% dapat menurunkan jumlah daun, jumlah buku,
tebal daun, rasio klorofil, kerapatan stomata, kerapatan trikoma, jumlah polong
28
isi, jumlah polong hampa, jumlah polong total, bobot kering tajuk, bobot kering
akar, serta indeks panen.
4.Umur Berbunga (hari)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 28) menunjukkan bahwa
naungan berpengaruh sangat nyata terhadap umur berbunga. Rata-rata umur
berbunga akibat pengaruh naungan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata-rata umur berbunga akibat pengaruh naungan.
Naungan % Umur Berbuga (hari)
0 35,222 b
25 33,037 a
50 31,741 a
BNT0,05 1,093
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNT)
Data tabel 5 menunjukkan naungan berpengaruh terhadap umur berbunga,
umur berbunga tercepat akibat pengaruh naungan dijumpai pada perlakuan
naungan 50% yang berbeda nyata dengan perlakuan naungan 0% namun tidak
berbeda nyata dengan perlakuan naungan 25%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur bunga tercepat dijumpai pada
naungan 50%. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat naungan
maka umur berbunga semakin cepat. Hal ini dikarenakan umur berbunga kedelai
di pengaruhi oleh intensitas cahaya, kelembaban dan suhu. Hal ini sesuai dengan
pendapat Hidayat, O. D. (1988) cit. Harsanti (2011) menyatakan bahwa pada suhu
tinggi dan kelembaban rendah, jumlah sinar matahari yang jatuh pada ketiak
tangkai daun lebih banyak. Hal ini akan merangsang pembentukan bunga. Hasil
penelitian Zhamar (2008) cit.Tawakkal (2009 ) juga menyatakan bahwa pada fase
berbunga dan umur panen yang lebih cepat dibandingkan pada lingkungan tidak
ternaungi. Widiastuti et al., (2004) cit. Barus, (2004) juga melaporkan bahwa
naungan dapat mempercepat umur berbunga maupun umur panen, karena kisaran
suhu pada kondisi ternaungi sesuai untuk perkembangan fase generatif kedelai.
Secara fisiologis, tanaman yang ditanam di dalam naungan akan menghasilkan
fotosintat yang lebih sedikit dibanding tanaman yang ditanam pada pencahayaan
penuh. Namun, kurangnya cahaya yang diterima oleh tanaman di dalam naungan
membuat tanaman kurang melakukan transpirasi. Hal ini disebabkan oleh
kelembaban udara tumbuh tanaman di dalam naungan 50% yang basah sehingga
menurunkan suhu disekitar tanaman. Oleh sebab itu, Proses pembungaan dapat
terbentuk karena adanya protein yang mudah larut (fi tokrom), dimana kondisi
lingkungan naungan dapat mengubah pigmen (fi tokrom) pada tanaman kedelai
yang ternaungi menjadi bentuk yang mengawali induksi pembungaan (Karamoy,
2009 cit. Suyamto, 2011).
Pengaruh naungan terhadap umur berbunga dapat dilihat pada gambar 4.
30
5.Berat Berangkasan Kering Pertanaman (gram)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 30) menunjukkan bahwa
naungan berpengaruh sangat nyata terhadap berat berangkasan kering pertanaman.
Rata-rata berat berangkasan kering akibat pengaruh naungan dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata berat berangkasan kering pertanaman akibat pengaruh naungan.
Naungan % Berat Berangkasan Kering Pertanaman (gram)
0 110,553 c
25 98,867 b
50 88,229 a
BNT0,05 7,069
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% ( uji BNT )
Data tabel 6 menunjukkan naungan berpengaruh terhadap berat
berangkasan kering per tanaman, berat berangkasan kering per tanaman terberat
akibat naungan dijumpai pada perlakuan naungan 0% yang berbeda nyata
dengan perlakuan naungan 25% dan naungan 50%.
Pengaruh naungan terhadap berat berangkasan kering dapat dilihat pada
gambar 5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat berangkasan kering per
tanaman terberat dijumpai pada naungan 0% . Hal ini diduga bahwa dilingkungan
yang terbuka maka bobot berangkasan kering semakin banyak karena tanaman
mendapat cahaya yang optimal untuk pertumbuhan. Lakitan (2001) cit. Harsanti
(2011) berpendapat bahwa perlakuan naungan akan mengurangi sumber energi
sehingga laju fotosintesis menurun. Jumin (1992) cit. Kisman et al. (2007)
menambahkan bahwa berat kering tanaman merupakan resultan dari ketiga proses
yaitu penumpukan asimilat melalui fotosintesis, penurunan asimilat akibat
respirasi dan akumulasi ke bagian penumpukan.
6. Jumlah Polong Hampa Per Tanaman
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 34) menunjukkan bahwa
naungan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong hampa. Rata-rata
jumlah polong hampa akibat pengaruh naungan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata jumlah polong hampa pertanaman akibat pengaruh naungan. Naungan % Jumlah Polong Hampa Pertanaman
0 7,889 c
25 5, 556 b
50 3,926 a
BNT0,05 0,380
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% ( uji BNT )
Data tabel 7 menunjukkan naungan berpengaruh terhadap jumlah polong
hampa per tanaman. Jumlah polong hampa per tanaman terbanyak akibat naungan
dijumpai pada perlakuan naungan 0% yang berbeda nyata dengan perlakuan
32
Pengaruh naungan terhadap jumlah polong hampa dapat dilihat pada
gambar 6.
Gambar 6. Pengaruh naungan terhadap jumlah polong hampa pertanaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah polong hampa per tanaman
terbanyak dijumpai pada naungan 0%. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat naungan maka jumlah polong hampa semakin rendah. Hal ini
disebabkan karena pada lingkungan ternaungi jumlah polong menurun sehingga
fotosintat dapat terdistribusi keseluruh polong sehingga mengurangi jumlah
polong hampa. Hasil penelitian Baharsyah (1985) cit. Barus, (2004) mengatakan
bahwa intensitas cahaya mempengaruhi pendistribusi fotosintat keseluruh bagian
tanaman terutama pada fase pengisian polong.
7. Berat 100 Butir Per Tanaman (gram)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 36) menunjukkan bahwa
naungan berpengaruh tidak nyata terhadap berat 100 butir. Rata-rata berat 100
Tabel 8 Rata-rata berat 100 butir akibat pengaruh naungan.
Perlakuan Berat 100 Butir (gram) Pertanaman
0 12,147
25 12,057
50 12,016
BNT0,05
-keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% ( uji BNT )
Data tabel 8 menunjukkan naungan tidak berpengaruh terhadap berat 100
butir pertanaman, berat 100 butir pertanaman terberat akibat naungan dijumpai
pada perlakuan naungan 0% tidak berbeda nyata dengan perlakuan naungan 25%
dan naungan 50%.
Pengaruh naungan terhadap berat 100 butir dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 7. Pengaruh naungan terhadap berat 100 butir pertanaman
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak berpengaruh naungan terhadap
berat 100 butir disebabkan karena besar kecilnya ukuran biji tidak terlalu
dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi lebih ditentukan oleh faktor genetik dari
setiap varietas. Hal ini sependapat dengan Kasno et al., (1987) cit. Evita (2011)
komponen hasil seperti polong berisi dan bobot 100 biji lebih dominan ditentukan
oleh sifat genetik tanaman, karena berkaitan dengan kemampuan tanaman
34
4.2. Pengaruh Varietas
Hasil uji F pada analisis ragam Lampiran bernomor genap (2 sampai
dengan 38) menunjukkan bahwa varietas berpengaruh sangat nyata terhadap
tinggi tanaman pada umur 2 dan 6 MST, jumlah daun trifoliate umur 4 dan 6
MST, jumlah buku umur 4 dan 5 MST, umur berbunga, berat berangkasan
kering, jumlah polong hampa dan berat 100 biji. Berpengaruh nyata jumlah daun
trifoliate umur 3 MST, namun berpengaruh tidak nyata terhadap daun trifoliate
umur 5 MST dan jumlah buku umur 3 MST.
1. Tinggi Tanaman (cm)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 2 dan 10) menunjukkan bahwa
varietas berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 2 dan 6 MST.
Rata-rata tinggi tanaman akibat pengaruh varietas umur 2 dan 6 MST dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata tinggi tanaman akibat pengaruh varietas umur 2 dan 6 MST.
Perlakuan Varietas Tinggi Tananam ( cm)
2 MST 6 MST
Anjasmoro 9,844 b 87,541 b
Kipas Merah Bireun 7,489 a 73,237 a
Grobogan 10,333 b 75,637 a
BNT0,05 0,743 4,929
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidakberbeda nyata pada taraf 5% (ujiBNT )
Data tabel 9 menunjukkan bahwa varietas berpengaruh terhadap
tinggi tanaman umur 2 dan 6 MST, tinggi tanaman tertinggi akibat pengaruh
varietas dijumpai pada perlakuan varietas Anjasmoro yang berbeda nyata dengan
Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada gambar 8
Gambar 8. Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman umur 2 dan 6 MST
Data Tabel 9 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi pada berbagai
varietas yang diuji dijumpai pada varietas Anjasmoro. Hal ini disebabkan karena
perbedaan varietas yang berkaitan dengan tanaman itu sendiri yang mempunyai ke
unggulan dari masing-masing varietas, hal ini sejalan dengan pendapat Astanto
(1995) cit. Susanto et al., (2012), bahwa varietas adalah sekelompok tanaman
yang mempunyai ciri khas seragam dan stabil serta mengandung perbedaan yang
jelas dari berbagai varietas lain, sehingga masing-masing mempunyai sifat-sifat
yang khusus antara lain keunggulan agronomi. Muchidin (1991) cit. Evita (2011)
menyatakan pola genetik merupakan suau takaran baku yang menentukan
potensinya untuk tumbuh maksimal pada lingkungan yang menguntungkan, jadi
rendahnya kemampuan suatu varietas untuk beradaptasi pada lingkungan akan
36
Haspoh (2006), menambahkan bahwa setiap varietas selalu terdapat perbedaan
respon genetik pada kondisi lingkungan tempat tumbuhnya.
2. Jumlah Daun Trifoliate (helai)
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 12 sampai 18) menunjukkan
bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun trifoliate umur 3 MST,
berpengaruh sangat nyata umur 4 dan 6 MST dan tidak nyata umur 5 MST.
Rata-rata jumlah daun trifoliate umur 3, 4, 5 dan 6 MST akibat pengaruh varietas dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rata-rata jumlah daun trifoiate akibat pengaruh varietas umur 3, 4, 5 dan 6 MST
Perlakuan Varietas Jumlah Daun Trifoliate (helai) 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST Anjasmoro 4,741 a 10,704 a 24,889 42,556 b Kipas Merah Bireun 4,481 a 10,704 a 24,667 41,704 b Grobogan 5,444 b 13,667 b 26,259 33,296 a BNT0,05 0,775 1,352 - 5,561
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% (uji BNT)
Tabel 10. menunjukkan bahwa varietas berpengaruh terhadap jumlah daun
trifoliate 3, 4, dan 6 MST, jumlah daun trifoliate terbanyak umur 3 dan 4 MST
akibat pengaruh varietas dijumpai pada perlakuan varietas Grobogan yang
berbeda nyata dengan varietas Kipas Merah Bireun dan varietas Anjasmoro,
Sedangkan pada umur 6 MST jumlah daun trifoliate terbanyak di jumpai pada
varietas Anjasmoro yang tidak berbeda nyata dengan varietas Kipas Merah Bireun
Pengaruh varietas terhadap jumlah daun trifoliate dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Pengaruh varietas terhadap jumlah daun trifoliate
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah daun trifoliate pada berbagai
varietas yang di uji dijumpai pada varietas Anjasmoro. Hal ini diduga dipengaruhi
oleh perbedaan faktor genetik. Sejalan dengan pernyataan Purwono, (2007) cit.
Krisnawati (2004), bahwa varietas menunjukkan respon beragam pada semua
parameter lingkungan tumbuh, pertumbuhan dan hasil kacang kedelai ditentukan
oleh faktor genetik dan lingkungan, varietas kacang kedelai yang berbeda akan
memberikan pertumbuhan dan hasil yang berbeda karena perbedaan faktor
genetiknya. Sitompul dan Guritno (1995) cit. Kisman et al., (2007) juga
menyatakan penampilan tanaman dikendalikan oleh sifat genetik dibawah
faktor-faktor lingkungan. Hal ini disebabkan program genetik pada suatu fase
pertumbuhan yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan
keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat
susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan
berasal dari jenis yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995cit. Kismanet al., 2007)
38
3. Jumlah Buku
Hasil uji F pada analisis ragam (Lampiran 20 sampai 24) menunjukkan bahwa
varietas berpengaruh tidak nyata umur 3 MST terhadap jumlah buku dan
berpengaruh sangat nyata umur 4 dan 5 MST. Rata-rata jumlah buku umur 3, 4
dan 5 MST akibat pengaruh varietas dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rata-rata jumlah buku akibat pengaruh varietas umur 3, 4 dan 5 MST.
Perlakuan Varietas Jumlah Buku
3 MST 4 MST 5 MST
Anjasmoro 6,037 9,852 c 12,704 b
Kipas merah bireun 6,000 9,296 b 12,630 b
Grobogan 6,000 8,926 a 11,296 a
BNT0,05 - 0,352 0,502
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% ( uji BNT )
Data tabel 11 menunjukkan bahwa varietas berpengaruh terhadap jumlah
buku umur 3, 4 dan 5 MST, jumlah buku terbanyak umur 3 MST akibat pengaruh
varietas dijumpai pada perlakuan varietas Anjasmoro yang tidak berbeda nyata
dengan varietas Kipas Merah Bireun dan varietas Grobogan. Pada umur 4 MST
jumlah buku terbanyak didapati pada varietas Anjasmoro yang berbeda nyata
dengan varietas Kipas Merah Bireun dan varietas Grobogan pada umur 5 MST
jumlah buku terbanyak didapati pada varietas Anjasmoro yang berbeda nyata
dengan varietas Grobogan namun tidak berbeda nyata dengan varietas Kipas
Pengaruh varietas terhadap jumlah buku dapat dilihat pada gambar 10.
Gambar10. Pengaruh varietas terhadap jumlah buku umur 3, 4 dan 5 MST
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah buku pada berbagai varietas
yang diuji dijumpai pada varietas Anjasmoro. Hal ini disebabkan karena setiap
varietas memeiliki ciri khusus yang berpengaruh satu sama lain sehingga akan
menunjukkan keragaman penampilan seperti yang dikemukakan oleh Loveless
(1989) cit. Haspoh (2006), suatu fenotip (penampilan dan cara berfungsinya)
induvidu merupakan hasil interaksi antara genotip (warisan alami) dan
lingkungannya. dipengaruhi oleh fenotip tidak dapat selamanya ditentukan oleh
perbedaan genotip atau lingkungan, ada kemungkinan perbedaan fenotip antara
individu yang terpisahkan disebabkan oleh perbedaan lingkungan atau perbedaan
keduanya.
Anjasmoro Kipas Merah Bireun Grobogan