• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Ada beberapa hal yang lebih dahulu perlu dipahami dalam penelitian ini, yaitu, hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam, model kooperatif tipe CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending), dan Ilmu Pengetahuan Alam.

2.1.1 Hasil Belajar

2.1.1.1 Pengertian Hasil Belajar

Menurut bahasa, istilah” hasil belajar” atau yang sering dikenal dengan prestasi belajar berasal dari dua kata yaitu “ prestasi dan belajar”. Menurut Poewadaninta (2007:910) prestasi adalah “ sebagai hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjakan.”

Adapun mengenai pengertian belajar, ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para tokoh pendidikan. Cronbach ( dalam Suryabrata, 2008:231) menyatakan bahwa belajar adalah “ perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman”.

I Wayan Nurkancana (1990:27) dalam bukunya evaluasi Hasil Belajar menjelaskan bahwa hasil belajar adalah “ kecakapan baru yang diperoleh seorang individu yang mempengaruhi tingakah lakunya”.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil uasaha yang dicapai seseorang siswa berupa suatu kecakapan dan kegiatan belajar bidang akademik disekolah yang berupa ranah penngetahuan, nilai dan sikap serta keterampilan yang diperoleh siswa dari mengerjakan soal tes formatif yang ditunjukan dengan nialai dan setiapa akhir semester dilaporkan dengan lapor.

2.1.1.2 Bentuk-bentuk Hasil Belajar

Bentuk-bentuk hasil belajar merupakan jenis hasil belajar yang membahas tentang macam-macam yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Menurut Gagne ( dalam Suprijono, 2009:5-6) menyatakan bahwa bentuk hasil belajar terdiri dari 5 katagori, yaitu ;” informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap dan keterampilan motoris”.

(2)

Selanjutnya dalam system pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruksional, bentuk atau hasil belajar siswa ini menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benjamin S. Bloom ( dalam Sudjono, 2008; 49-52) yaitu:’ ranah kognitif ( cognitive domain), Ranah efektif ( affective domain) dan rah psikomotorik (psychomotor domain)”.

2.1.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Beberapa faktor yang turut serta mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik yang belajar. Muhibbin Syah ( 2000:132), secara global juga mengemukakan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa terdiri dari 3 macam, yaitu : factor internal, yakni kondisi jasmani dan rohani siswa, factor eksternal, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa dan factor pendekatan belajar, yakni strategi dan metode yang digunakan siswa untuk belajar.

menurut Sardiman (2007:39-47), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern (dari dalam) diri siswa dan faktor ekstern (dari luar) siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.

Senada dengan hal tersebut, menurut Sumadi Suryabrata ( 2006:233) faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri sendiri dan dari dalam diri pelajar. Yang termasuk faktor yang berasal dari dalam diri pelajar adalah faktor nonsosial dan faktor sosial. Sedangkan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar adalah faktor fisiologi dan faktor psikologis.

2.1.2 Hakekat Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta

(3)

didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2011: 3).

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Dalam tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Dalam Standar Kompetensi IPA (Depdiknas, 2011: 3), Mata Pelajaran IPA SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakina terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(4)

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Mata pelajaran IPA diberikan kepada peserta didik agar memiliki kemampuan sebagai berikut (KTSP,2010) :

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat

dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan

masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai

salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Kemampuan siswa perlu diketahui dan ditetapkan melalui standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). SK adalah SK dapat didefinisikan sebagai “pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran” (Center for Civeics Education, 1997:2). KD adalah pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan

(5)

sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Secara rinci SK dan KD untuk mata pelajaran IPA Kelas 5 pada semester 1 disajikan melalui tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1

SK dan KD IPA Kelas 5 Semester I

SK

KD

1. Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan.

1.1 Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia

1.2 Mengidentifikasi fungsi organ pernapasan hewan misalnya ikandan cacing tanah

1.3 Mengidentifikasi fungsi organ

pencernaan manusia danhubungannya dengan makanan dan kesehatan 1.4 Mengidentifikasi organ peredaran darah manusia

1.5 Mengidentifikasi gangguan pada organ peredaran darah manusia

2. Memahami cara tumbuhanhijau membuat makanan.

2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan

2.2 Mendeskripsikan ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai sumber makanan 3. Mengidentifikasi cara makhluk hidup

menyesuaikan diri dengan lingkungan.

3.1 Mengidentifikasi penyesuaian diri hewan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup 3.2 Mengidentifikasi penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahankan hidup

4. Memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses

4.1 Mendeskripsikan hubungan antara sifat bahan dengan bahanpenyusunnya, misalnya benang, kain, dan kerta 4.2 Menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara maupun tetap

(6)

2.1.3 Model Kooperatif Tipe CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) 2.1.3.1 Hakekat Model Pembelajaran Kooperatif CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)

Calfee et al (Jacob dkk., 2005:13) menjelaskan tentang pentingnya diskusi dalam pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah CORE yang merupakan singkatan dari Connecting, Organizing, Reflecting dan Extending. Menurut Harmsen (2005) elemenelemen tersebut digunakan untuk menghubungkan informasi lama dengna informasi baru, mengorganisasikan sejumlah materi yang bervariasi, merefleksikan segalan sesuatu yang siswa pelajari dan mengembangkan lingkungan belajar. Penjelasan mengenai model CORE

selengkapnya disajikan pada uraian berikut: a. Connecting

Connect secara bahasa artinya come or bring together, sehingga connecting dapat diaritkan dengan menghubungkan. Pengetahuan yang berguna adalah konstektual, dihubungkan dengan apa yang telah siswa ketahui. Diskusi menentukan koneksi untuk belajar. Agar dapat berperan dalam suatu diskusi, siswa harus mengingat informasi dan menggunakan pengetahuaannnya yang dimilikinya untuk menghubungkan dan menyusun ide-idenya. Calfee et al (Jacob dkk., 2005:13) berpendapat bahwa siswa belajar melaui diskusi belajar yang baik memiliki pertlian (coherence). Di samping itu, Katz & Nirula (2001) menyatakan bahwa dengan connecting, bagaimana sebuah konsep/ide dihubungkan dengan ide lain dalam sebuah

diskusi kelas. b. Organizing

Organize secara bahasa berarti arrange in a system that works well, artinya siswa mengorganisasikan informasi-informasi yang diperolehnya. Diskusi membantu siswa dalam mengorganisasikan pengetahuannya. Calfee et al (Jacob dkk., 2005:13) berpendapat bahwa berbagai partisipan berusaha untuk mengerti dan berkontribusi terhadap diskusi, mereka dikuatkan dengan menghubungkan dan mengorganisasikan apa yang mereka ketahui. Dalam hai ini Katz & Nirula (2001) menyatakan tentang bagaimana seseorang mengorganisasikan ide-ide mereka dan apakah organisasi tersebut membantu untuk memahami konsep.

(7)

c. Reflecting

Reflect secara bahasa berarti think deeply about something and express, artinya siswa memikirkan secara mendalam terhadap konsep yang dipelajarinya. Sagala (2007) mengungkapkan refleksi adalah cara berfikir kebelakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan dalam hal belajar di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Diskusi yang baik dapat meningkatkan kemampuan berfikir reflektif siswa. Guru melatih siswa untuk berfikir reflektif sebelum dan sesudah dikusi berlangsung. Menurut O’Flavohan & Stein (Jacob dkk., 2005:14), hal ini dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap kemampuan siswa dengan merefleksikan pada interaksi dan pada substansi berfikirnya.

d. Extending

Extend secara bahasa berarti make longer and larger, artinya dsikusi dapat membantu memperluas pengetahuan siswa. Perluasan pengetahuan tersebut harus disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan yang dimiliki siswa. Guthrie (Jacob dkk., 2005:15) menyatakan bahwa pengetahuangran dan prosedural siswa diperluas dengan cepat sehingga mereka memeliti terhadap jawaban atas pertanyaan yang mereka miliki; pengetahuan metakognitif meningkat sehingga mereka melakukan stratergi berdiskusi untuk memperoleh informasi sesame temannya dan guru serta mencoba untuk menjelaskan temuannya kepada teman-teman sekelasnya.

2.1.3.2 Karakteristik Model Kooperatif Tipe CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending)

CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memiliki sintak sebagai berikut:

1) Connecting, koneksi informasi lama-baru dan antar konsep 2) Organizing, organisasi ide untuk memahami materi 3) Reflecting, memikirkan kembali, mendalami, dan menggali

4) Extending, mengembangkan, memperluas, menggunakan dan menemukan. Dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) merupakan salah satu tipe belajar kooperatif dalam kelompok kecil

(8)

yang menekankan pada aktivitas siswa untuk mendalami dan menggali suatu ide melalui organisasi & ide dengan menghubungkan informasi lama dengan informasi yang baru. 2.1.3.3 Langkah-langkah Penerapan Model Kooperatif Tipe CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) dalam pembelajaran

Langkah-langkah dalam penerapan model kooperatif CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending) dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai

2) Guru mengaitkan materi yang sedang dipelajari siswa dengan materi yang telah dipelajar siswa sebelumnya.

3) Peserta didik diminta untuk berpikir dan mendalami tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.

4) Peserta didik diminta untuk mengembangkan materi yang dipelajari lebih luas dalam diskusi kelompok.

5) Guru memimpin pleno kecil dan masing-masing kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

6) Berawal dari kegiatan tersebut, mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan oleh siswa.

7) Guru memberikan kesimpulan 8) Penutup

2.2 Penelitian yang Relevan

Model pembelajaran kooperatif memiliki potensi untuk mengurangi kelas-kelas pasif kedalam kelas dinamis dan prientasi kelompok. Banyak penelitian yang telah dilaksanakan dalam rangka menguji pembelajarn kooperatif ( Isjoni, 2009:125), di antaranya adalah yang dilaksanakan oleh De Vries & Slavin dengan model “ games-games tournament”, Aronson, Blaney & Slavin (1983) dengan model jigsaw dan jigsaw II”, Lindquist (1995) denngan model “ group investigation”. Hasil-hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas dan kerjasama di kelas, prestasi yang dipertahankan, dan prestasi actual.

Kajian penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran CORE ini pernah dilaksanakan oleh Edy Sutomo (2008) Mahasiswa IKIP PGRI Semarang dengan judul

(9)

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Metode CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending) pada pokok bahasan himpunan siswa kelas VII A semester II MTs Thowalib Pesagen Gunungwungkal Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2009/2010. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Hasil kajian dalam penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa model pembelajaran CORE dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Siswa menjadi lebih berani dalam bertanya, berani berpendapat dan berani dalam berargumentasi.

2.3 Kerangka Berfikir

Hasil belajar yang dicapai seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor utama yang mempengaruhi minat belajar siswa dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari individu sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu/lingkungan.

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar siswa penerapan model pembelajaran. Penerapan model pembelajaran kooperatif CORE (Connecting, Organizing, Refleting, Extending) akan dapat menumbuhkan kerja sama, kelas menjadi lebih hidup, dapat mengoptimalisasi partisipasi siswa dalam pembelajaran , dan dapat meningkatkan daya pikir siswa. Tumbuhnya aktivitas dan kerjasama pada diri siswa akan mampu meningkatkan perhatian dan minat belajar siswa. Siswa yang memiliki perhatian dan minat akan memudahkan siswa untuk mencerna, mengingat dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Kemampuan mencerna, mengingat dan menguasai materi pelajaran merupakan salah satu kemapuan kognitif yang merupakan indicator prestasi belajar siswa. Dengan demikian, penerapan model kooperatif CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) efektif dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Kerangka pikir dapat digambarkan sebagai berikut:

(10)

2.1 GAMBAR KERANGKA PIKIR

Guru masih menggunakan pembelajaran

konvensional

Guru Kurang

mengaktifkan kegiatan

siswa di kelas

Hasil belajar IPA siswa

Rendah di bawah

75

Ketrampilan interaksi

sosial dan kerjasama

antar siswa kurang

Diterapkan model kooperatif tipe CORE

dalam pelajaran IPA

Langkah-langkah pembelajarannya :

1. Membuka pelajaran dengan kegiatan yang menarik siswa yaitu menyanyikanyang mana isi lagu berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

2. Penyampaian konsep lama yang akan dihubungkan dengan konsep baru oleh guru kepada siswa. Connecting (C),

3. Pengorganisasian ide-ide untuk memahami materi yang dilakukan oleh siswadengan bimbingan guru. Organizing (O)

4. Pembagian kelompok secara heterogen (campuran antara yang pandai, sedang,dan kurang), terdiri dari 4-5 orang.

5. Memikirkan kembali, mendalami, dan menggali informasi yang sudah didapatdan dilaksanakan dalam kegiatan belajar kelompok siswa. Reflecting (R)

Guru mengaktifkan

kegiatan siswa di

kelas

Hasil belajar IPA siswa

meningkat

≥ 7

5

Siswa lebih aktif

dalam pembelajaran

(11)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka fikir dapat disusun hipotesis dalam penelitian ini adalah :” di duga dapat ditingkatkan hasil belajar IPA dengan menerapkan model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting, Extending) siswa kelas V SD Wonorejo 02 kabupaten Pati Semester I /2012-2013”.

Referensi

Dokumen terkait

 Peserta didik dibimbing untuk mencari informasi penting dalam bacaan dan kaitkan dengan tujuan pembelajaran dan tema yang berlangsung..  Peserta didik diberi

[r]

Secara umum proses sertifikasi mencakup : peserta yang telah memastikan diri kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi untuk paket/okupasi Petugas Pengambil Contoh dapat

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Data atau fakta yang akan dinalar

Untuk aplikasi ICMP, FTP maupun Iperf, jaringan DSTM memiliki kinerja lebih rendah dari pada jaringan IPv6 dan IPv4, karena waktu kirim paket yang dibutuhkan

[r]

Pada sistem DS-SS sinyal informasi ditebar menjadi sinyal yang memiliki spektrum frekuensi yang jauh lebih lebar dibanding spektrum sinyal aslinya dengan sebuah

Abstrak : Penelitian ini dilatarbelakangi oleh terjadinya krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1997, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan sebagai dampak