1.1 LA TAR BELAKANG
Amerika Serikat telah mendokumentasi penurunan partisipasi di program
akuntansi selama lebih dari satu dekade. Ada kekhawatiran luas terhadap program
akademik akuntansi tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan jumlah profesi
akuntan (Wells dan Fieger, 2006). Di New Zealand permintaan profesi akuntan
sangat banyak tetapi banyak siswa yang enggan untuk menjadikan akuntansi
se:bagai pilihan karir pertama mereka (Malthus dan Fowler, 2008). Meskipun New
Zealand Institute of Chartered Accountants
(NZICA) telah bekerja keras untuk
mempromosikan akuntan, dan mengubah beberapa persepsi negatif tentang
profesi akuntan, tetapi jumlah siswa dalam negeri yang lulus dari program gelar
akuntansi di New Zealand mengalami penurunan (Ahmed
et a/.,
1997; Wells,
2006; Tan dan Laswad, 2006). Studi yang dilakukan oleh Kasim
et a/.
(2008)
terhadap
Accountant QualifYing Examination
(AQE) di Malaysia menunjukkan
kdulusan ujian kualifikasi akuntan dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, dan
b~:myaknyamata ujian yang diambil.
Fenomena kekurangan akuntan profesional juga terjadi di Indonesia.
Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di dunia
h~:myamemiliki jumlah profesi akuntan publik yang sangat minim. Berdasarkan
artikel yang dimuat di website Ikatan Akuntan Indonesia tanggal 14 Maret 2013,
jumlah akuntan publik di Indonesia hanya sebanyak 1.000 orang pada tahun 2012,
dengan struktur usia 60% diantaranya telah berusia 50 tahun ke atas
dan
hampir
separuh lebih dari jumlah Akuntan Publik tersebut terkonsentrasi di Jakarta.
Sedangkan tidak semua lulusan Ujian Sertiftkasi Akuntan Publik (USAP)
menjadi akuntan publik (hanya 26% menjadi akuntan publik). Gani
dan
Leo
(2009) dalam penelitiannya tentang Ujian Sertiftkasi Akuntan Publik
menunjukkan beberapa hal, diantaranya adalah semakin muda peserta ujian
semakin siap mereka menghadapi ujian, karena mereka cenderung memiliki
waktu yang lebih banyak untuk mempersiapkan diri, terdapat perbedaan pola
kelulusan antar mata ujian dan antar kesempatan ujian, proporsi lulus USAP pada
kesempatan keempat adalah tertinggi, peserta hams mengulang minimal dua kali
agar dapat lulus USAP,
dan
soal ujian USAP
tri~hbelum memenuhi nilai
minimum untuk disebut valid dan reliebel.
Selain itu pertumbuhan akuntan publik
di
Indonesia sangat lambat.
Akibatnya, kira-kira 5-10 tahun ke depan ketika akuntan publik yang berusia 60
tahunan mundur atau sudah tidak praktik akan terjadi penurunan jumlah akuntan
publik yang signiftkan. Hal
ini
mengakibatkan Indonesia tertinggal jauh dengan
Malaysia (2.500 akuntan publik) dan negara tetangga lainnya. Apabila
dibandingkan dengan pasar potensial yang ada di Indonesia malm kebutuhan akan
Akuntan Publik adalah sangat besar.
Berdasarkan data dari Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI),
perbandingan jumlah akuntan publik hingga 31 Maret 2011 dengan
negara-negara lain terutama negara-negara ASEAN adalah seperti tabel 1 berikut.
Tabel1
Perbandingan Jumlah Akuntan Publik di ASEAN
Negara
Jumlah Penduduk
Jumlah Akuntan Publik
Presentase
Indonesia
237 juta
926
0,0004
Singapura
5juta
15.126
0,3024
Malaysia
25 juta
2.460
0,0098
Filip ina
88juta
15.020
0,0171
Thailand
66juta
6.070
0,0092
Vietnam
85 juta
1.500
0,0018
Sumber: IAPI
Dari data tersebut terlihat bahwa rasio JQllllah akuntan publik di
Indonesia dengan jumlah penduduknya tergolong sangat kecil jika dibandingkan
dengan rasio yang dimiliki oleh negara-negara tetangga di kawasan ASEAN.
Fakta-fakta tersebut di atas cukup menyedihkan bagi dunia akuntansi Indonesia.
Profesi akuntan publik tampaknya sudah tidak menarik lagi. Hal ini
ditandai dengan akuntan publik yang beralih profesi dan tidak menjadi pilihan
utama mahasiswa akuntansi untuk berkarir. Kesiapan Akuntan Publik Indonesia
menghadapi terbukanya pasar internasional antara lain kendala penguasaan bahasa
asing.
Auditor yang bekerja di kantor akuntan publik hanya sedikit yang
benar-benar menjadi akuntan publik. Karena selain mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan
Publik (USAP), para cal on akuntan publik harus memiliki pengalaman 1000 jam
audit dalam 5 tahun terakhir. Bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa
kebanyakan auditor yang bekerja di kantor akuntan publik hanya sebagai ajang
untuk mencari pengalaman. Boone et al. (2006) menunjukkan bahwa calon
akuntan dari sekolah yang lebih selektif, dengan gelar tinggi, dan yang ikut
sekolah terletak di tempat yurisdiksi dengan persyaratan 150 jam penuh, memiliki
nilai kelulusan rata-rata lebih tinggi. Namun, juga menemukan penurunan
signiflkan dalam tingkat lulus rata-rata selama periode transisi 150 jam. Hasil
penelitian tersebut sejalan dengan basil penelitian Raghunandan et al. (2003) yang
menunjukkan bahwa kandidat akuntan pertama kali yang secara nasional memiliki
minimal 150 jam per semester pendidikan dapat lebih baik mengerjakan pada
tljian CPA.
Berdasarkan kenyataan tersebut maka pemerih\_ah berupaya meningkatkan
jumlah akuntan publik di Indonesia dengan mengeluarkan Undang-Undang
Akuntan Publik pada tanggal 5 April 2011. Hal yang paling mendasar dari
Undang-Undang ini adalah pemerintah tidak membatasi setiap orang yang
ingin mengikuti pendidikan profesi akuntan publik dengan memperbolehkan
lulusan dari non akuntansi mengikuti pendidikan tersebut. Oleh karena itu
peluang berkarir menjadi Akuntan Publik di Indonesia sangat terbuka lebar
(Marjani,
2012).
Akuntan publik sebagai salah satu jenis profesi yang mampu memberi
peluang dalam dunia kerja Karena akuntan publik salah satu profesi yang diberi
kewenangan untuk memberi jasa audit. Menurut Meryana (2012) Undang-Undang
perseroan terbatas mewajibkan bahwa perseroan dengan
asetdi atas 50 milyar
wajib
dilakukan
audit, sehingga hal
ini
dapat menguatkan jika profesi akuntan
publik sangat diperlukan mengingat jumlah perseroan terbatas di Indonesia relatif
banyak, bahkan perusahaan terbuka hanya bisa diaudit oleh akuntan publik
berdasarkan undang-undang. Pemerintah dalam melengkapi kualitas kinerjanya
juga melimpahkan audit keuangan negara kepada akuntan publik baik langsung
atau atas nama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemilihan umum atau dana
kampanye perlu dilakukan pengauditan dan hanya akuntan publik yang berhak
mengaudit untuk mengetahui bahwa kegiatan yang berkenaan dengan pemilu
tersebut sesuai dengan prosedur yang disepakati. Sektor perpajakan juga menjadi
peluang akuntan publik dan sektor perbankan untuk mewajibkan audit bagi
nasabahnya yang memperoleh fasilitas kredit. Hal
ini
sebagai pelengkap
persyaratan kredit dan bank pemberi kredit pun mehgetahui kinerja pemsahaan.
Aturan dalam Wajib Da:ftar Perusahaan mewajibkan perusahaan dengan nilai aset
25 milyar wajib memasukan LKTP (laporan keuangan yang telah diaudit).
Walaupun sudah terbuka kesempatan dan peluang yang besar untuk
menjadi akuntan publik tetapi jumlah akuntan publik di Indonesia belum
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan (Rozak, 2010). Beberapa ahli
tdah menganalisis
permasalahan yang dihadapi oleh profesi akuntan
kontemporer. Salah satu diantaranya adalah Belkaoui (2011) yang menyatakan
beberapa permasalahan yang dihadapi oleh akuntan, diantaranya adalah teknologi
akuntansi yang maju menyebabkan terjadinya proses perubahan seorang pemilik
usaha produksi menjadi penjual tenaga akuntan (proletarisasi akuntan), yangmana
mencenninkan adanya suatu pergeseran pengendalian ke
arah
manajemen dan
hilangnya kebebasan kreatif yang telah dimiliki oleh akuntan sebagai profesional
yang bekerja sendiri. Akuntan menjadi subyek
dariotoritas dan pengendalian
darimanajemen dan ditempatkan menjadi bawahan. Proletarisasi menjadikan akuntan
hanya sebagai seorang teknisi
darisebuah fungsi, memisahkannya dari isu-isu
sosial, moral, dan teknologi utama
dariprofesinya Perubahan-perubahan ini
menyebabkan penurunan jumlah dan kualitas
dariorang-orang yang masuk ke
dalam program akuntansi. Selain itu, sekitar 85% lulusan akuntansi yang
bergabung dengan kantor-kantor akuntan besar akan meninggalkannya dalam
waktu
1 0
tahun untuk posisi-posisi di pemerintahan, industri, pendidikan atau
kantor-kantor akuntan yang lebih kecil.
Profesi akuntan publik merupakan profesi yang menjembatani hubungan
antara pihak manajemen dan pemilik atau pihak
~anajemenyang mengelola
suatu unit usaha. Kegiatan utama dari profesi akuntan publik berfokus pada
kegiatan audit dengan tujuan untuk memberikan pendapat kewajaran terhadap
laporan keuangan yang dibuat oleh pihak manajemen (Baridwan,
2002).
Pendapat
akuntan publik ini berguna bagi pihak-pihak yang terkait dengan laporan
keuangan, yaitu pihak perusahaan (manajemen) maupun pihak luar perusahaan
(investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat) dalam pengambilan keputusan.
Profesi ini juga memberikan peluang untuk mendapatkan peketjaan yang
menantang dan bervariasi karena dapat ditugaskan di berbagai tempat dan
berbagai perusahaan yang memiliki
ciri
dan kondisi yang berbeda. Jadi
scbenarnya peranan akuntan publik sangat penting dalam perkembangan dunia
usaha
menyebabkan memilih profesi akuntan publik sudah sering dilakukan, sedangkan
penelitian yang secara kualitatif masih jarang dijumpai. Untuk itu dalam
penelitian ini, mencoba menggali informasi secara kualitatif tentang apa saja yang
melatarbelakangi seseorang memilih profesi akuntan publik. Melalui penelitian
sccara kualitatif ini, diharapkan dapat menggali dan mengungkap
informasi-informasi yang kemungkinan tidak bisa terungkap melalui penelitian kuantitatif.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka permasalahan dalam
pcnelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengapa akuntan publik dijadikan sebagai pilihan profesi?
2. Bagaimana akuntan publik memaknai profesinya sehingga dalam menjalankan
profesinya dapat menjadi lebih bernilai?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian fenomenologi tentang akuntan publik sebuah pilihan
profesi ini adalah sebagai berikut:
1.