• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia secara makro dapat menjadi bahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia secara makro dapat menjadi bahan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi perekonomian Indonesia secara makro dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investor dalam penempatan dananya pada suatu jenis investasi. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan kinerja Badan Usaha menurun tajam, bahkan di antaranya menderita kerugian. Pada saat itu variabel ekonomi makro seperti tingkat suku bunga, nilai tukar rupiah, dan inflasi mengalami perubahan yang cukup tajam.

Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal pinjaman, dan dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas. Tingkat suku bunga yang meningkat menyebabkan investor menarik investasinya pada saham dan memindahkan pada investasi berupa tabungan dan deposito sehingga akan mempengaruhi harga saham dan return yang diisyaratkan oleh investor.

Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lainnya. Melemahnya kurs nilai tukar rupiah akan menyebabkan meningkatnya harga barang-barang impor diikuti oleh harga produk dalam negeri sehingga mengakibatkan inflasi, yaitu kecenderungan terjadinya peningkatan harga-harga produk secara keseluruhan.

Kondisi perekonomian Indonesia tahun 2005-2009 mengalami peningkatan yang diwujudkan melalui kinerja indikator makro ekonomi yang semakin membaik yang ditunjukkan pada Tabel 1.1

(2)

Tabel 1.1 Indikator Ekonomi

Tahun Inflasi (%) Nilai Tukar Rupiah (Rp) Suku Bunga SBI (%)

2005 10,40 9.709,80 10,54 2006 13,33 9.166,07 11,83 2007 6,40 9.136,20 8,6 2008 10,31 9.485,05 8,66 2009 4,89 10.129,13 7,15 Sumber :

Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa inflasi yang terjadi selama lima tahun tersebut mengalami fluktuasi. Pada saat inflasi mengalami penurunan, akan menjadi sinyal positif bagi investor dikarenakan menurunnya risiko daya beli uang (purchasing power of money) dan risiko penurunan pendapatan riil. Sebaliknya pada saat inflasi mengalami kenaikan akan berdampak pada para investor karena akan mempengaruhi kinerja badan usaha. Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang pada pihak ketiga berupa beban bunga akan menjadi meningkat.

Rata-rata nilai tukar rupiah Indonesia selama lima tahun itu berfluktuasi terhadap dolar US, ada mengalami apresiasi (penguatan nilai tukar) dan depresiasi (pelemahan nilai tukar). Pada saat depresiasi, nilai tukar menurun dan nantinya perlahan-lahan dapat meningkatkan suku bunga sehingga investor menarik sahamnya dan akan mempengaruhi harga saham. Pada saat terjadi apresiasi, suku bunga akan menurun dan akan berpengaruh pada harga saham.

Variabel suku bunga SBI rate selama lima tahun itu cenderung menurun sehingga kesempatan investasi yang lebih menarik adalah investasi pada saham dibandingkan investasi pada tabungan atau deposito. Selain itu, dengan adanya

(3)

penurunan tingkat suku bunga berarti biaya modal berupa beban hutang yang ditanggung perusahaan tidak besar.

Pergerakan nilai tukar yang tidak menentu ditambah kenaikan suku bunga yang terus berlangsung menjadi salah satu kendala yang cukup serius bagi perusahaan pembiayaan (multifinance). Dampaknya sungguh terasa terutama bagi perusahaan pembiayaan yang modalnya berasal dari perbankan.

Kenaikan suku bunga BI Rate menyebabkan bank-bank menaikkan suku bunga. Tidak hanya itu, bank-bank pun akan semakin selektif dalam pemberian kredit. Multifinance yang mempunyai sumber dana utama dari perbankan akan

mengalami masalah dari dua sisi sekaligus. Pertama, harga dana makin mahal dan relatif lebih sulit. Kedua, risiko makin besar karena harga ke konsumen lebih mahal sekaligus menurunnya daya beli masyarakat.

Kinerja perusahaan Multifinance mulai menunjukkan kekuatannya setelah krisis ekonomi. Hal ini terlihat dari mulai aktifnya pembiayaan yang dilakuka n perusahaan Multifinance yang terdiri atas sewa guna usaha (leasing), anjak

piutang (factoring), pembiayaan konsumen, dan kartu kredit. Ada peningkataan pembiayaan di industri ini, pembiayaan perusahaan Multifinance masih didominasi oleh sektor pembiayaan konsumen dan sewa guna usaha kemudian diikuti oleh anjak piutang dan kartu kredit. Peningkatan pembiayaan oleh perusahaan Multifinance dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini.

(4)

Tabel 1.2

Posisi Pembiayaan Rupiah dan Valuta Asing Perusahaan Multifinance Menurut Jenis Pembiayaan (dalam miliar rupiah)

Sumber:

Berdasarkan Tabel 1.2, tahun 2005 sampai tahun 2009 pembiayaan di industri ini mengalami peningkatan rata-rata sebesar 21,72% setiap tahunnya. Kenaikan pertumbuhan pembiayaan tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 37,03%, sedangkan pertumbuhan pembiayaan terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu 3,86%. Hal ini terjadi karena dampak dari krisis global pada pertengahan tahun 2008 yang menyebabkan terjadinya inflasi sehingga BI menaikkan suku bunga. Sulitnya mendapatkan funding dari bank akan menghambat Multifinance untuk mengembangkan pembiayaannya.

Pendanaan perbankan ke sektor perusahaan pembiayaan sepertinya akan terus meningkat, meski terjadi kenaikan tingkat suku bunga. Hal ini karena perbankan masih merupakan sumber utama pendanaan bagi perusahaan pembiayaan. Industri pembiayaan masih akan dihadapkan pada beberapa kendala di masa yang akan datang. Salah satunya adalah kenaikan suku bunga yang diprediksi masih akan terus berlangsung hingga akhir tahun seiring dengan naiknya suku bunga kredit perbankan dan pergerakan nilai tukar rupiah yang sangat berfluktuatif membuat industri perbankan dan industri pembiayaan harus tepat membuat kebijakan manajemen berikutnya.

Jenis Pembiayaan 2005 2006 2007 2008 2009 Leasing 19.085 32.644 36.482 50.680 46.528 Factoring 1.411 1.280 2.200 2.221 2.027 Kartu Kredit 1.763 1.477 1.442 1.145 930 Pembiayaan 45.387 57.296 67.562 83.191 93.054 Jumlah 67.646 92.697 107.686 137.237 142.539

(5)

Kinerja perbankan dapat dilihat dari pertumbuhan aset, kredit, dan dana pihak ketiga (DPK), pada gambar 1.1 berikut.

Gambar 1.1: Pertumbuhan Aset, Kredit, dan Dana Perbankan Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (20/5/2010, diolah)

Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa aset, kredit, dan dana pihak ketiga dari perbankan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal ini berarti sektor perbankan mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik. Perkembangan perbankan sepanjang tahun 2009 menunjukkan adanya recovery setelah krisis global yang berlangsung pada medio 2008. Hal tersebut tercermin dengan adanya pertumbuhan aset, kredit, dan dana pihak ketiga perbankan pada periode Juni hingga Desember 2009 yang relatif lebih tinggi dibanding semester pertama 2009 (Economic Review,2009).

Kegiatan perusahaan Multifinance dan kinerja Perbankan akan mempengaruhi pertumbuhan masing-masing perusahaan, yang berdampak pada harga saham perusahaan tersebut. Pergerakan harga saham yang cenderung mengikuti pergerakan inflasi, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, dan suku bunga ini menjadi ketertarikan bagi peneliti untuk meneliti apakah terdapat hubungan antara harga saham dengan variabel-variabel tersebut.

(6)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Ekonomi Makro terhadap Harga Saham pada Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana pengaruh variabel ekonomi makro yang terdiri dari : Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku Bunga terhadap Harga Saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia?”

C. Kerangka Konseptual

Harga saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran. Boedie dkk (dalam Utami dan Rahayu, 2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu inflasi, nilai tukar, dan suku bunga.

Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk-produk secara keseluruhan (Tandelilin, 2001:212). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut sebagai inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang pada pihak ketiga berupa beban bunga akan menjadi meningkat.

(7)

Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004:397), maksudnya mengukur nilai valuta suatu negara dari perspektif valuta negara lain. Hubungan nilai tukar dengan harga saham adalah berlawanan arah (negatif) di mana pada saat nilai tukar terdepresiasi maka harga saham naik, dan pada saat nilai tukar mengalami apresiasi maka harga saham turun. Nilai tukar dimasukkan dalam penelitian ini karena nilai tukar saat ini sering berfluktuasi yang dapat mengakibatkan pasar modal Indonesia mengalami kemunduran yang berdampak terhadap perekonomian Indonesia, juga karena adanya perbedaan pendapat hubungan antara nilai tukar dengan harga saham.

Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi variabilitas return suatu investasi yang tercermin akibat perubahan harga saham (Tandelilin, 2001:48-49). Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik. Apabila suku bunga meningkat maka harga saham akan turun, hal tersebut dapat terjadi karena investor akan lebih tertarik terhadap investasi yang terkait dengan suku bunga (misalnya deposito) dengan cara memindahkan investasinya.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka variabel yang mempengaruhi harga saham yang digunakan dalam penelitian ini yaitu inflasi, nilai tukar, dan suku bunga. Kerangka konseptual dapat digambarkan pada Gambar 1.2.

(8)

Gambar 1.2 : Kerangka Konseptual

Sumber : Utami dan Rahayu, 2003 (23/2/2010,diolah)

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka dihipotesiskan sebagai berikut: “Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku Bunga berpengaruh terhadap Harga Saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh antara variabel inflasi, nilai tukar, dan suku bunga terhadap harga saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a.Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan peneliti dalam bidang keuangan khususnya mengenai Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Harga Saham.

Inflasi (X1)

Suku Bunga (X3)

(9)

b.Bagi Investor

Sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam pengambilan keputusan melakukan investasi pada saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

c.Bagi Pihak Lainnya

Sebagai sumbangan pemikiran dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan pengembangan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah, dan suku bunga terhadap harga saham.

F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

(1) Variabel bebas (independent variable) yang terdiri dari inflasi, nilai tukar, dan suku bunga.

(2) Variabel terikat (dependent variable) yaitu harga saham.

b.Perusahaan yang menjadi target populasi adalah Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005-2009.

c.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(1) Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan publik yang ada di BEI dari tahun 2005-2009.

(2) Harga saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan yaitu pada saat closing price yang ada di BEI dari tahun 2005-2009.

(10)

(3) Data Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku Bunga pada tahun 2005-2009 yang dipublikasikan Bank Indonesia.

2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel Bebas (Independent Variable) 1. Inflasi (X1

Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk secara keseluruhan (Tandelilin, 2001:212). Data inflasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data perbulan yang kemudian dirata-ratakan menjadi data tahunan dengan menggunakan rumus:

)

Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang perusahaan Multifinance dan Perbankan pada pihak ketiga berupa beban bunga akan menjadi meningkat. Oleh karena itu, rata-rata inflasi tahunan akan dikalikan dengan beban bunga (interest expense) masing-masing perusahaan.

2. Nilai Tukar (X2

Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004:397), maksudnya mengukur nilai valuta suatu negara dari perspektif valuta negara lain. Nilai tukar diukur dari perubahan nilai tukar mata uang rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat (US$). Terdapat dua harga dalam nilai tukar yaitu harga jual dan

(11)

harga beli setelah disesuaikan dengan tingkat inflasi (Utami dan Rahayu, 2003). Harga jual nilai tukar dan harga beli nilai tukar dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai tukar tengah yang kemudian dirata-ratakan menjadi data tahunan dengan menggunakan rumus:

Fluktuasi nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap pendapatan (beban) operasional perusahaan sebagai hasil dari keuntungan (kerugian) transaksi valuta asing/derivatif. Oleh karena itu, rata-rata nilai tukar ini akan dikaitkan dengan other operating revenue dengan cara membagikan other operating

revenue dengan rata-rata nilai tukar tengah tahunan pada laporan keuangan

masing-masing perusahaan.

3. Suku Bunga (X3

Suku bunga yaitu berupa suku bunga riil yang dihitung dari perubahan suku bunga SBI jangka waktu satu bulan yang telah disesuaikan dengan tingkat inflasi (Utami dan Rahayu, 2003), yang dihitung dengan menggunakan rumus:

)

Rata-rata suku bunga tahunan ini akan dikalikan dengan piutang usaha perusahaan, yang disebut loans (pinjaman pada pihak ketiga) pada laporan keuangan masing-masing perusahaan.

(12)

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham masing-masing perusahaan yang termasuk perusahaan Multifinance dan Perbankan yang terdaftar di BEI. Harga saham dihitung dari harga bulanan yang dikalkulasikan menjadi rata-rata tahunan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (dalam Utami dan Rahayu, 2003):

3. Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan Multifinance dan Perbankan yang listing atau terdaftar di BEI selama periode

tahun 2005-2009. Pengambilan sampel menggunakan pendekatan Non probability sampling, yaitu dengan metode “Purposive Sampling”. Purposive Sampling

adalah teknik penentuan sampel dengan menggunakan kriteria (pertimbangan) tertentu (Sugiyono, 2005:78).

Adapun kriteria penarikan sampel dalam penelitian ini adalah:

a. Emiten yang sahamnya aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dan tidak pernah di-suspend (diberhentikan) selama periode tahun 2005-2009. b. Emiten yang mempublikasikan laporan keuangan per tahun selama periode

tahun 2005-2009.

c. Emiten yang mempublikasikan harga saham perbulan selama periode tahun 2005-2009

(13)

Tabel 1.3

Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Pengambilan Sampel

a. Perusahaan Multifinance

b. Perusahaan Perbankan

No Karakteristik Sampel Jumlah

1. Perusahaan Perbankan yang terdaftar selama periode 2005-2009 20

2. Perusahaan yang pernah disuspend 0

3. Perusahaan yang belum mempublikasikan laporan keuangan (2)

4. Perusahaan yang tidak mempublikasikan harga saham perbulan (1)

Jumlah Akhir Sampel 17

Sumber: www.idx.co.id (27/2/2010, diolah peneliti)

Berdasarkan Tabel 1.3, diperoleh sampel penelitian sebanyak 6 perusahaan Multifinance dan 17 perusahaan Perbankan, sebagai berikut:

Tabel 1.4

Nama-nama Perusahaan Multifinance

Sumber: www.idx.co.id (27/2/2010, diolah peneliti)

No Karakteristik Sampel Jumlah

1. Perusahaan pembiayaan yang terdaftar selama periode 2005-2009 8

2. Perusahaan yang pernah disuspend 0

3. Perusahaan yang belum mempublikasikan laporan keuangan (2)

4. Perusahaan yang tidak mempublikasikan harga saham perbulan 0

Jumlah Akhir Sampel 6

No. Kode Nama Perusahaan

1. ADMF PT. Adira Dinamika Multifinance Tbk 2. BBLD PT. Buana Finance Tbk

3. BFIN PT. BFI Finance Indonesia Tbk 4. CFIN PT. Clipan Finance Indonesia Tbk 5. INCF PT. Indocitra Finance Tbk

(14)

Tabel 1.5

Nama-nama Perusahaan Perbankan

Sumber: www.idx.co.id (27/2/2010, diolah peneliti)

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia.

5. Tempat dan Waktu Penelitian

a.Tempat Penelitian

No. Kode Nama Perusahaan

1. BABP PT. Bank ICB Bumiputera Tbk 2. BBCA PT. Bank Central Asia Tbk

3. BBNI PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 4. BBNP PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 5. BBRI PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 6. BKSW PT. Bank Kesawan Tbk

7. BMRI PT. Bank Mandiri Tbk 8. BNGA PT. Bank CIMB Niaga Tbk

9. BNII PT. Bank Internasional Indonesia Tbk 10. BNLI PT. Bank Permata Tbk

11. BSWD PT. Bank Swadesi Tbk

12. BVIC PT. Bank Victoria International Tbk 13. INPC PT. Bank Artha Graha Internasional Tbk 14. MAYA PT. Bank Mayapada Internasional Tbk 15. MEGA PT. Bank Mega Tbk

16. NISP PT. Bank OCBC NISP Tbk 17. PNBN PT. PAN Indonesia Bank Tbk

(15)

Penelitian dilakukan di BEI melalui situs www.yahoofinance.com,

b.Waktu Penelitian

Waktu penelitian yaitu dimulai pada bulan Mei 2010 sampai dengan Juli 2010.

6. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder yaitu berasal dari publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten, laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, berbagai hasil penelitian dan buku referensi, jurnal-jurnal, majalah-majalah, laporan harga saham yang terdapat di Bursa Efek Indonesia.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik.

a. Metode Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas.

b. Metode Analisis Statistik

(16)

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari inflasi, nilai tukar, dan suku bunga terhadap harga saham. Model yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3

Di mana : Y = Harga saham + e a = Konstanta X1 X = Inflasi 2 X = Nilai Tukar 3 b = Suku Bunga

1-3 = Koefisien regresi variabel X

e = Standard error

1-3

Ada beberapa kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak bias (Situmorang dkk, 2008 : 55-105), yaitu :

a) Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas dan variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah berdistribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui analisis Kolmogrov-Smirnov. Apabila diperoleh nilai signifikan uji Kolmogrov-Smirnov lebih besar dari (>) 0,05 maka data dinyatakan normal.

(17)

b) Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi yang tinggi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan :

Bila VIF > 5 maka terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Bila VIF < 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Hubungan linear antar variabel inilah yang disebut dengan multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen.

c) Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada t-1

Tabel 1.6

(periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dalam satu model regresi, maka digunakan model statistik dari D-W (Durbin-Watson) dengan ketentuan sebagai berikut:

Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl d du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 - dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 - du ≤ d ≤ 4 - dl Tidak ada autokorelasi, positif atau

negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du

(18)

dl = batas bawah

d) Uji Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain sama, maka disebut homoskedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot di sekitar nilai X dan Y. Jika ada pola tertentu, maka terjadi gejala

heteroskedastisitas.

2) Pengujian Hipotesis

a) Pengujian Hipotesis Serempak (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa “Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku Bunga mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Harga Saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Bentuk pengujian:

H0 : b1 = b2 = b3

H

= 0, artinya inflasi, nilai tukar, dan suku bunga tidak mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

1 : b1 ≠ b2 ≠ b3

Pada penelitian ini nilai F

≠ 0, artinya inflasi, nilai tukar, dan suku bunga

mempunyai pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

hitung akan dibandingkan dengan Ftabel

H

pada tingkat

signifikan α = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji simultan atau uji F: 1 ditolak (H0 diterima) jika Fhitung ≤ Ftabelpada α = 5%

(19)

H1 diterima (H0 ditolak) jika Fhitung > Ftabel b) Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

pada α = 5%

Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa “Inflasi, Nilai Tukar, dan Suku Bunga mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap Harga Saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Bentuk pengujian:

H0 : b1 = b2 = b3

H

= 0, artinya inflasi, nilai tukar, dan suku bunga tidak mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

1 : b1 ≠ b2 ≠ b3

Pada penelitian ini nilai t

≠ 0, artinya inflasi, nilai tukar, dan suku bunga

mempunyai pengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham Perusahaan Multifinance dan Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

hitung akan dibandingkan dengan ttabel

H

pada tingkat

signifikan α = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji parsial atau uji t: 1 ditolak (H0 diterima) jika thitung ≤ ttabel

H

pada α = 5% 1 diterima (H0 ditolak) jika thitung > ttabel

c) Koefisien Determinasi (R

pada α = 5% 2

Koefisien determinasi adalah koefisien nilai yang menunjukkan besarnya variasi variabel dependen (variabel terikat) yang dipengaruhi oleh variasi variabel independen (variabel bebas). Pengukuran besarnya persentase kebenaran dari uji regresi tersebut dapat dilihat melalui nilai koefisien determinasi multiple R

)

2

(koefisien determinan mengukur proporsi dari variasi yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas). Semakin tinggi R2 (mendekati

(20)

satu), maka semakin baik regresi tersebut. Namun, apabila semakin mendekati nol maka variabel bebas secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel terikat.

Gambar

Tabel 1.1  Indikator Ekonomi
Gambar 1.1: Pertumbuhan Aset, Kredit, dan Dana Perbankan Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (20/5/2010, diolah)

Referensi

Dokumen terkait

Minyak pelumas pada suatu sistem permesinan berfungsi untuk memperkecil- gesekan-gesekan pada permukaan komponen komponen yang bergerak dan bersinggungan. selain itu minyak

Perubahan Nilai pH, Kadar Asam Laktat, Serat Kasar dan Viabilitas BAL Yoghurt (%) dengan Variasi Konsentrasi Tepung Jamur Tiram Putih selama Penyimpanan………59.. Pengujian Salmonella

“Saya sangat senang sekali karena anak saya mendapatkan kesempatan untuk dikhitan gratis dan saya mengucapkan terimakasih kepada UMM serta panitia acara ini,” kata Chudori, orang

Ini terlihat dari hasil pada proses pembelajaran menggunakan metode outbound sebagai berikut: (a) bersabar menunggu giliran total hasil observasi mencapai

Mandibular vertical asymmetry in adult orthodontic patients with different vertical growth patterns: A cone beam computed tomography study.. Anison JJ, Rajasekar L,

Peneliti akan mengumpulkan data-data dengan menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa/i S1 Sastra China Universitas Kristen Maranatha guna mendapatkan faktor penyebab

Berdasarkan Tabel 10. dapat diketahui bahwa rata-rata nilai tambah netto pada agroindustri keripik belut di Kabupaten Klatenbulan Desember 2015 sebesar Rp

Mahasiswa diharapkan dapat memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam. perencanaan suatu