• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA Nama De

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA Nama De"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA

A. DEFINISI HIPOGLIKEMIA

 Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia). (Nabyl, 2009)

 Hipoglikemia = Hipoglikemia murni = True hypoglicemy = gejala hipoglikemia apabila gula darah < 60 mg/dl.(Dr Soetomo ,1998)

 Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 m mol/l, walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia A, 1997)

 Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa(true glucose) adalah 60 mg %,dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%. (Wiyono ,1999).

 Hipoglikemia adalah glukosa darah rendah, terjadi pada atau tergantung pada kadar gula atau glukosa di dalam tubuh lebih rendah dari kebutuhan tubuh. (www.medicare.com)

 Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose darah.

 Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa kurang dari 50 mg/%.

 Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau kadar glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L).

(2)

dengan kejang atau jitteriness hendaknya dilakukan pemeriksaan Dextrostix berulang.

Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma (koma hipoglikemik).

B. KLASIFIKASI HIPOGLIKEMIA

Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:

 Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.

 Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.

 Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.

 Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme

Selain itu Hipoglikemia juga dapat diklasifikasikan sebagai :  Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)

Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

 Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)

Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan.

 Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)

Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

(3)

KELOMPOK UMUR GLOKUSE <mg/dl DARAH PLASMA/SERUM Bayi/anak

Neonatus * BBLR/KMK * BCB

0 - 3 hr 3 hr

<40 mg/100 ml

<20 mg/100 ml

<30 mg/100 ml <40 mg/100 ml

<45 mg/100 ml

<25 mg/100 ml

<35 mg/100 ml <45 mg/100 ml

Laporan Pendahuluan Hipoglikemia

C. ETIOLOGI HIPOGLIKEMIA

Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

 Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas

 Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

 Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

 Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu : 1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.

Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.

2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.

(4)

3. Aktifitas terlalu berat.

Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.

4. Minum alkohol tanpa disertai makan.

Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.

5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.

Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.

6. Penebalan di lokasi suntikan.

Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.

7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.

Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.

8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.

Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.

9. Gangguan hormonal.

Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.

10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.

Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg. 11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.

(5)

D. FAKTOR RESIKO HIPOGLIKEMIA  Bayi dari ibu dengan dibetes melitus (IDM)

 Neonatus yang besar untuk massa kehamilan (BMK)  Bayi prematur dan lebih bulan

 BBLR yang KMK/bayi kembar dapat terjadi penurunan cadangan glikogen hati dan lemak tubuh

 Bayi sakit berat karena meningkatnya kebutuhan metabolisme yang melebihi cadangan kalori

 Neonatus yang sakit atau stress (sindrom gawat napas, hipotermia)

 Bayi dengan kelainan genetik/gangguan metabolik (penyakit cadangan glikogen, intoleransi glukosa)

 Neonatus puasa

 Neonatus dengan polisitemia  Neonatus dengan eritroblastosis

 Obat-obat maternal misalnya steroid, beta simpatomimetik dan beta blocker

Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan insulin atau sulfonylurea: (Mansjoer A, 1999)

1. Faktor-faktor yang berkaitan dengan pasien a. pengurangan/keterlambatan makan

b. kesalalahan dosis obat

c. latihan jasmani yang berlebihan d. penurunan kebutuhan insulin o penyembuhan dari penyakit o nefropati diabetic

o hipotiroidisme o penyakit Addison o hipopituitarisme

e. hari-hari pertama persalinan f. penyakit hati berat

g. gastro paresis diabetic

2. Faktor-faktor yang berkaitan dengan dokter a. pengendalian glukosa darah yang ketat

(6)

Laporan Pendahuluan Hipoglikemia E. PATOFISIOLOGI HIPOGLIKEMIA

Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.

Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

(7)

metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis.

 dehidrasi

 kehilangan elektrolit  asidosis

Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotic yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetic yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.

Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliseral.asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolic.

Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.

(8)

Pathway Hipoglikemia

Laporan Pendahuluan Hipoglikemia

F. TANDA DAN GEJALA HIPOGLIKEMIA

Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.

(9)

jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:

1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg %.

2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%).(3)

Adapun gejala- gejala hipoglikemi yang tidak khas adalah sebagai berikut:  Perubahan tingkah laku

 Serangan sinkop yang mendadak

 Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi  Keringat berlebihan waktu tidur malam

 Bangun malam untuk makan  Hemiplegi/ afasia sepintas

(10)

Laporan Pendahuluan Hipoglikemia

Penelitian pada orang yang bukan diabetes menunjukan adanya gangguan fungsi otak yang lebih awal dari fase I dan di namakan ganguan fungsi otak subliminal, di samping gejala yang tidak khas.

Kadang-kadang gejala fase adrenergic tidak muncul dan pasien langsung jauh pada fase gangguan fungsi otak, terdapat dua jenis hilangnya kewaspadaan, yaitu akut dan kronik.

Yang akut misalnya : pada pasien DMT I dengan glukosa darah terkontrol sangat ketat mendekati normal, adanya neuropati autonom pada pasien yang sudah lama menderita DM, dan menggunakan beta bloker yang non selektif,kehilangan kewaspadaan yang kronik biasanya irreversible dan di anggap merupakan komplikasi DM yang serius.

Sebagai dasar diagnosis dapat di gunakan trias whipple, yaitu hipoglikemia dengan gejala-gejala saraf pusat, kadar glukosa kurang dari 50 mg% dan gejala akan menghilang dengan pemberian glukosa.

Factor-faktor yang dapat menimbulkan hipoglikemia berat dan berkepanjangan adalah kegagalan sekresi hormone glukagen dan adrenalin pasien telah lama menderita DM) adanya antibody terhadap insulin, blockade farmakologik (beta bloker non selektif), dan pemberian obat sulfonylurea (obat anti DM yang berkasiat lama). (Mansjoer A, 1997).

(11)

ketergantungan insulin.Kedua awitan dari hipoglikemia adalah lebih cepat dan manifestasinya adalah lebih bervariasi, sering terjadi dengan cara yang tidak jelas sehingga dapat mengelakan perhatian seseorang sampai orang tersebut tidak menyadari apa yang sesungguhnya yang sedang terjadi dan tidak mampu untuk mencarari pengobatan yang tidak sesuai, sehingga reaksi hipoglikemia akibat insulin dapat terjadi di tengah-tengah kehidupan sehari-hari pasien.Yang setidaknya dapat memalukan dan yang lebih buruk sangat membahayakan. Ketiga meskipun pemulihan yang berarti dan hipoglikemia dapat cepat dan sempurna dalam beberapa menit setelah pengobatan yang sesuai, banyak pasien secara emosional (kemungkinan secara psikologis) tetap terguncang selama beberapa jam atau bahkan selama beberapa hari setelah reaksi insulin. Akhirnya dalam kondisi hipoglikemia ekstrim, masih mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan kerusakan otak permanen dan bahkan fatal.(Ester, 2000:).

Di kutip dari Karen Bruke 2005 ada beberapa tanda gejala ataupun manifestasi klinis yang meliputi:

 Lapar  Mual-muntah  Pucat,kulit dingin  Sakit kepala  Nadi cepat  Hipotensi  Irritabilitas

Manifestasi sebab perubahan fungsi serebral  Sakit kepala

 Koma

 Kesulitan dalam berfikir

 Ketidakmampuan dalam berkonsentrasi  Perubahan dalam sikap emosi

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG HIPOGLIKEMIA

1. Gula darah puasa

Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.

2. Gula darah 2 jam post prandial

Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam 3. HBA1c

(12)

waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.

4. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu 5. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

H. PENATALAKSANAAN HIPOGLIKEMIA

1. Glukosa Oral

Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba.

2. Glukosa Intramuskular

Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10

menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang

merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.

3. Glukosa Intravena

Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam.

(13)

Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.

J. PENGKAJIAN PRIMER HIPOGLIKEMIA 1. Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan :

 Chin lift/ Jaw thrust  Suction

 Guedel Airway  Instubasi Trakea 2. Breathing

Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan :  Beri oksigen

 Posisikan semi Flower 3. Circulation

Menilai sirkulasi / peredaran darah  Cek capillary refill

(14)

 Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan  Cek tekanan darah

Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil 4. Disability

Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

K. PENGKAJIAN SEKUNDER HIPOGLIKEMIA

Data dasar yang perlu dikaji adalah : 1. Keluhan utama :

sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis.

2. Riwayat : o ANC o Perinatal o Post natal o Imunisasi

o Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga o Pemakaian parenteral nutrition

o Sepsis

o Enteral feeding

o Pemakaian Corticosteroid therapi

o Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika o Kanker

3. Data fokus Data Subyektif:

o Sering masuk dengan keluhan yang tidak jelas

o Keluarga mengeluh bayinya keluar banyaj keringat dingin o Rasa lapar (bayi sering nangis)

o Nyeri kepala o Sering menguap o Irritabel

Data obyektif:

(15)

o Hight—pitched cry, lemas, apatis, bingung, cyanosis, apnea, nafas cepat irreguler, keringat dingin, mata berputar-putar, menolak makan dan koma

o Plasma glukosa < 50 gr/

Pengkajian head to toe

Data subyektif :

 Riwayat penyakit dahulu  Riwayat penyakit sekarang

 Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral.

Data Obyektif

a. Aktivitas / Istirahat

Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan istrahat/tidur Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitasLetargi/disorientasi, koma

b. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia.Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung

c. Integritas/ Ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi

Tanda : Ansietas, peka rangsang d. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare.Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare)

e. Nutrisi/Cairan

(16)

kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)

f. Neurosensori

Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatanTanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).

g. Nyeri/kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati

h. Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat

i. Keamana

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulitTanda : Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam) j. Seksualitas

Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita

k. Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.Penyembuhan yang lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diit, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadapglukosa darah.

L. DATA-DATA LABORATORIUM HIPOGLIKEMIA

(17)

M. MASALAH ATAU DIAGNOSA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA

YANG MUNGKIN MUNCUL

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Asma adalah sebagai berikut:

1 Kebersihan jalan nafas tidak efektif b.d inflamasi dan obstruksi jalan nafas, peningkatan sekresi trakheobronkheal

2 Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi, kelelahan otot pernafasan 3 PK: Hipoglikemia

4 Resiko aspirasi b.d secret produktif, sesak nafas

5 Resiko kebutuhan cairan kurang b.d intake tidak adekuat, pening-katan metabolisme, diaporesis

6 Kurang pengetahuan tentang asma b.d kurang informasi, keterbatas-an kognisi, tidak familier dengan sumber informasi

7 Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya 8 Takut b.d hospitalisasi, tindakan invasive, terapi inhalasi

9 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan O2, kelemahan 10 Defisit self care b.d kelemahan, kelelahan, sesak nafas

Laporan Pendahuluan Hipoglikemia

N. RENCANA KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA

N

o Diagnosa Kep NOC / Tujuan NIC / Intervensi

1. Bersihan jalan napas tiidak efektif b.d obs-truksi jalan nafas / pe-ningkatan sekresi trakhe-obronkheal.

Batasan karakteristik : Dispneu Orthopneu Sianosis

Ronkhi/krepitasi

Setelah dilakukan tindak-an keperawattindak-an selama … x 24 jam jalan napas klien efektif, dengan kriteria :

Status Respirasi : Patensi Jalan Nafas (0410) :

Suara napas bersih Tidak ada sianosis

Tidak sesak napas / dispneu

Airway Suctioning (3160) 1 Pastikan kebutuhan

suctioning

2 Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning

3 Informasikan pada klien dan ke-luarga tentang suctioning 4 Meminta klien napas dalam

sebe-lum suctioning

(18)

Kesulitan berbicara

8. Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu 9. Monitor respirasi dan status

oksigen nafas dalam, ditahan 2 detik lalu batuk 2-3 kali

3. Anjurkan klien nafas dalam be-berapa kali, dikeluarkan dengan pelan-pelan dan batukkan di akhir ekspirasi

(19)

hidung dan trachea / tenggorokan

2. Pertahankan patensi jalan nafas

3. Jelaskan pada klien /

keluarga tentang

pentingnya pemberian oksigen

4. Berikan oksigen sesuai kebutuhan

5. Pilih peralatan yang sesuai ke-butuhan : kanul nasal 1-3 l/mnt, head box 5-10 l/mnt, dll

6. Monitor aliran O2 7. Monitor selang O2

8. Cek secara periodik selang O2, humidifier, aliran O2 9. Observasi tanda

kekurangan O2 : gelisah, sianosis dll

10. Monitor tanda keracunan O2

11. Pertahankan O2 selama dalam transportasi

12. Anjurkan klien / keluarga

untuk mengamati

persediaan O2, air humidifier, jika habis laporkan petugas jaga.

Mengatur posisi (0840) 1 Atur posisi pasien semi

fowler, ekstensi kepala 2 Miringkan kepala bila

muntah

Fisioterapi dada (3230) 1. Tentukan adanya

kontraindikasi fisioterapi dada

2. Tentukan segmen paru-paru yang memerlukan fisioterapi dada

3. Posisikan klien dengan segmen paru yang memerlukan drainase dile-takkan lebih tinggi

(20)

untuk membantu mengatur posisi

5. Kombinasikan teknik perkusi dan posturnal drainase

6. Kombinasikan teknik fibrasi dan posturnal drainase 7. Kelola terapi inhalasi

8. Kelola pemberian bronchodilator, mukolitik 9. Monitor dan tipe sputum 10. Dorong batuk sebelum dan

sesudah posturnal drainase

Setelah dilakukan tindak-an perawattindak-an selama … X 24 jam pola nafas efektif, dengan criteria :

8. Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu 9. Monitor respirasi dan status

(21)

25

 > 14 th : < 11 atau > 24

Kedalaman nafas  Volume tidal de-wasa

saat istira-hat 500 ml  Volume tidal ba-yi 6-8

ml/kg BB Penurunan

kapasitas vital Timing rasio

fremitus

Tidak suara napas tambahan

catat area yang ventilasinya menurun / tidak ada dan catat adanya suara tam-bahan

6 K/p suction dengan mendengarkan suara ronkhi atau krakles

7 Monitor peningkatan gelisah, ce-mas, air hunger

8 Monitor kemampuan klien untuk batuk efektif

9 Catat karakteristik dan durasi batuk

10 Monitor sekret di saluran napas

11 Monitor adanya krepitasi 12 Monitor hasil rontgen thorak 13 Bebaskan jalan napas

dengan chin lift atau jaw thrust bila perlu

14 Resusitasi bila perlu

15 Berikan terapi pengobatan sesuai advis (oral, injeksi, atau terapi inhalasi)

Cough Enhancement

(3250)

1 Monitor fungsi paru-paru, kapasitas vital, dan inspirasi maksimal

2 Dorong klien melakukan nafas dalam, ditahan 2 detik lalu batuk 2-3 kali

3 Anjurkan klien nafas dalam be-berapa kali, dikeluarkan dengan pelan-pelan dan batukkan di akhir ekspirasi

Terapi Oksigen (3320) 1. Bersihkan sekret di mulut,

hidung dan trakhea / tenggorokan

2. Pertahankan patensi jalan nafas

3. Jelaskan pada klien /

keluarga tentang

pentingnya pemberian O2 4. Berikan oksigen sesuai

kebutuhan

(22)

ke-butuhan : kanul na-sal 1-3 l/mnt, head box 5-10 l/mnt, dll

6. Monitor aliran O2 7. Monitor selang O2

8. Cek secara periodik selang O2, air humidifier, aliran O2 9. Observasi tanda

Setelah dilakukan tindak-an keperawattindak-an selama - Tidak terkoordinasi

1. Pantau kadar gula sebelum

pemberian obat

hipoglikemia

2. Pantau tanda gejala hipoglikemia

3. Jika klien dapat menelan berikan jus jeruk, cola, atau jahe setiap 15 menit sampai kadar gula meningkat diatas 69 mg/dl

4. Jika klien tidak dapat menelan berikan glucagon SC atau 50 ml glukosa 50% IV

5. Periksa kadar gula darah setelah 1 jam pemberian terapi glukosa

6. Konsul dengan ahli gizi untuk pemberian kudapan atau kabohidrat yang lebih

(23)

Ngt

Respiratory status : gas ekchange (0402) nasal untuk memfasilitasi suctioning nasotrakhea 5 Lakukan fisioterapi dada bila

perlu 2. Monitor status paru-paru 3. Pertahankan airway

4. Alat suction siap pakai, tempatkan disamping bed, dan suction sebelum makan 5. Beri makanan dalam jumlah

(24)

6. Pasang NGT bila perlu 7. Cek posisi NGT sebelum

mem-berikan makan

8. Cek residu sebelum memberikan makan

9. Hindari pemberian makanan jika residu banyak

10. Libatkan keluarga selama pembe-rian makan

11.Potong makanan menjadi kecil-kecil

12. Mintakan obat dalam bentuk sirup

13. Puyer pil sebelum diberikan 14. Jaga posisi kepala pasien

elevasi 30-40˚ selama dan setelah pem-berian makan 15. Anjurkan pasien / atur

posisi klien semi fowler atau fowler ketika makan

16. K/p per sonde atau drip feeding

17. Cek apakah makanan mudah di telan

Posisitioning/Mengatur posisi (0840)

1. Atur posisi pasien semi fowler, ekstensi kepala 2. Miringkan kepala bila

muntah

Respirasi Monitoring (3350)

1. Monitor rata-rata, ritme, kedalaman, dan usaha napas

2. Catat gerakan dada apakah simetris, ada penggunaan otot tambahan, dan retraksi 3. Monitor crowing, suara

ngorok

4. Monitor pola napas : bradipneu, takipneu, kusmaul, apnoe

(25)

6. K/p suction dengan mendengarkan suara ronkhi atau krakles

7. Monitor peningkatan gelisah, ce-mas, air hunger 8. Monitor kemampuan klien 12. Monitor hasil rontgen thorak 13. Bebaskan jalan napas

dengan chin lift atau jaw thrust bila perlu

14. Resusitasi bila perlu

15. Berikan terapi pengobatan sesuai advis (oral, injeksi, atau terapi inhalasi)

5. Intoleransi aktivitas b.d

Setelah dilakukan tindak-an keperawattindak-an selama … x 24 jam, klien mampu mencapai : activity to-leransi , dengan kriteria :

Activity tolerance (0005)

dalam batas nor-mal saat beraktivitas

Tekanan darah dias-tolik dalam batas nor-mal saat beraktivitas irama, pe-rubahan tekanan darah sebelum, selama, setelah aktivitas sesuai indi-kasi

2 Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat frekuensi untuk aktivitas 9 Kolaborasi yang

berhubungan de-ngan fisik, terapi rekreasi, pe-ngawasan program aktivitas yang tepat

(26)

pengalihan aktivitas rutin tiap hari

11 Bantu klien / keluarga mengenal ke-kurangan mutu aktivitas

12 Latih klien / keluarga mengenai peran fisik, sosial, spiritual , pe-ngertian aktivitas didalam peme-liharaan kesehatan

13 Bantu klien / keluarga menye-suaikan lingkungan dengan ke-inginan aktivitas 14 Berikan aktivitas yang

mening-katkan perhatian dalam jangka wak-tu tertentu

15 Fasilitasi penggantian aktivitas ketika klien sudah melewati batas waktu, energi dan pergerakan 16 Berikan lingkungan yang

tidak berbahaya untuk berjalan sesuai indikasi 17 Berikan bantuan yang positif

untuk partisipasi didalam aktivitas

18 Bantu klien menghasilkan motivasi sendiri

19 Monitor emosi, fisik, sosial, dan spiritual dalam aktivitas 20 Bantu klien / keluarga

monitor men-dapatkan kemajuan untuk men-capai tujuan

Manajemen Energi (0180) 1. Observasi adanya

pembatasan klien dalam melakukan aktivitas

2. Dorong mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan

3. Kaji adanya factor yang menyebabkan adanya kelelahan

4. Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat

(27)

secara berlebihan hana cara mandi, ma-kan, toileting, dan ber-pakaian serta mau mencoba diri klien Mandi dan

toiletting Aktifitas:

1. Tempatkan alat-alat mandi ditempat yang mudah dikenali dan mudah dijangkau klien

2. Libatkan klien dan dampingi 3. Berikan bantuan selama

2. Sediakan pakaian di tempat yang mudah dijangkau 3. Bantu berpakaian yg sesuai 4. Jaga privcy klien

(28)

digemari dan sesuai

6. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan berpakaian

NIC: ADL Makan

1. Anjurkan duduk dan berdo’a bersama teman

2. Dampingi saat makan

3. Bantu jika klien belum

Setelah dilakukan tindak-an keperawattindak-an selama

dilakukan perawatan dan pengobatan (tera-pi

Coping enhancement (5230)

realistik tentang aspek perawatan

7. Dorong klien untuk melakukan aktifitas sosial dan komunitas 3. Berbicara dengan pelan dan

(29)

Melarikan diri 4. Membina hubungan saling

9. Berikan peralatan / aktivitas yang menghibur untuk

Setelah diberikan penje-lasan selama … X

per-2. Jelaskan patofisiologi asma dan bagaimana hal ini

(30)

Knowledge : Health

7. Berikan informasi pada klien / orang tua tentang kondisi klien dengan tepat

11. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan atau men-dapatkan second opinion dengan cara yang tepat

14. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan dengan cara yang tepat 15. Instruksikan klien / orang

tua mengenai tanda dan gejala asma untuk melaporkan pada pemberi perawatan

16. Kuatkan informasi yang disediakan tim kesehatan yang lain dengan cara yang tepat

Teaching Procedur / Treatment (5618)

1. Informasikan kepada klien dan orang tua kapan prosedur pengobatan akan di-laksanakan

(31)

3. Informasikan tentang

5. Jelaskan tujuan dan alasan dilakukan prosedur pengobatan

6. Anjurkan kepada klien untuk kooperatif saat dilakukan prosedur pengobatan

7. Jelaskan tentang perasaan yang mungkin akan dialami selama di-lakukan prosedur pengobatan

9. Resiko kekurangan volu-me cairan

Setelah dilakukan tindak-an keperawatan banyaknya intake cairan dan kebiasaan eleminasi 2. Tentukan faktor resiko yang

me-nyebabkan

ketidakseimbangan cairan (hipertermi diuretik, kelainan ginjal, muntah, poliuri, diare, diaporesis, terpapar panas, infeksi)

3. Menimbang BB 4. Monitor vital sign

5. Monitor intake dan output 6. Periksa serum, elektrolit dan

mem-batasi cairan bila diperlukan

7. Jaga keakuratan catatan intake dan out-put

8. Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan rasa haus 9. Monitor warna dan jumlah

urin

(32)

Tekanan darah nor-mal

15. Pertahankan aliran infus sesuai advis 4. Pasang kateter kalau perlu 5. Monitor status hidrasi

(kelembaban mem-bran mukosa, denyut nadi, tekanan darah)

6. Monitor vital sign

7. Monitor tanda-tanda overhidrasi / kelebihan cairan (krakles, edema perifer, distensi vena leher, asites, edema pulmo)

8. Berikan cairan intravena 9. Monitor status nutrisi

10. Berikan intake oral selama 24 jam

11. Berikan cairan dengan selang (NGT) bila perlu 12. Monitor respon klien

terhadap terapi elektrolit 13.Kolaborasi dokter jika ada

tanda dan gejala kelebihan cairan

kristaloid (NaCl, RL)

(33)

atau infeksi

9 Monitor IWL (missal : diaporesis)

10 Anjurkan klien untuk menghindari mengu-bah posisi dengan cepat, dari tidur ke duduk atau berdiri 11 Monitor berat badan

12 Monitor tanda dehirasi ( turgor kulit menurun, pengisian kapiler lambat, membrane mukosa kering, urin output menurun, hipotensi, rasa haus me-ningkat, nadi lemah)

13 Dorong intake oral (distribusikan cairan selama 24 jam dan beri cairan diantara waktu makan) 14 Pertahankan aliran infuse 15 Posisi pasien Trendelenburg

/ kaki ele-vasi lebih tinggi dari kepala ketika hipotensi jika perlu

Monitoring Elektrolit (2020)

1 Monitor elektrolit serum 2 Laporkan jika ada

ketidakseimbangan elektrolit

3 Monitor tanda dan gejala ketidakseim-bangan

elektrolit (kejang, kram perut, tremor, mual dan muntah, letargi, ce-mas, bingung, disorientasi, kram otot, nyeri tulang, depresi pernapasan, gangguan irama jantung, penurunan kesadaran : (apatis, coma)

Manajemen Elektrolit (2000) 1 Pertahankan cairan infus

yang me-ngandung

elektrolit

2 Monitor kehilangan elektrolit lewat suction nasogastrik, diare, diaporesis

(34)

salin

4 Berikan diet makanan yang kaya kalium

5 Berikan lingkungan yang aman bagi klien yang mengalami gangguan

neurologis atau

neuromuskuler

6 Ajari klien dan keluarga tentang tipe, penyebab, dan pengobatan ketidak-seimbangan elektrolit

7 Kolaborasi dokter bila tanda

dan gejala

ketidakseimbangan elektrolit menetap.

8. Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit 9. Monitor efek samping

pemberian suplemen elektrolit.

10. Kolaborasi dokter pemberian obat yang mengandung elektrolit (aldakton, Kcl, Kalsium Glukonas).

11. Berikan suplemen elektrolit baik lewat oral, NGT, atau infus sesuai advis dokter

DAFTAR PUSTAKA

Nining. 2009. Koma Hipoglikemia. Dimuat

dalam http://ns-nining.blogspot.com/2009/07/koma-hipoglikemi.html

_________. 2010. Askep Hipoglikemia. Dimuat

dalam http://blog.ilmukeperawatan.com/askep-hipoglikemia.html

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika

Joanne C. McCloskey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC). Mosby-Year Book Judith M. Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC Intervention

Referensi

Dokumen terkait

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 181 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8

Objek penelitian ini adalah heat exchanger tipe shell and tube dengan kemiringan sudut baffle 30° jenis baffle yang digunakan double segmental.. Proses pengujian

Mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural yang relevan dan menganalisis informasi dan data biologi lingkungan, serta mengambil kesimpulan (melakukan intepretasi

Karena itu dalam rangka melaksanakan tugas Kepala Sekolah sebagai Supevisor/Penyelia maka perlu disusun program supervisi yang secara menyeluruh dan sistematis menjabarkan

Gustin Khairani : Isolasi Dan Uji Kemampuan Bakteri Endofit Penghasil Hormon IAA (Indole Acetic Acid) Dari Akar Tanaman Jagung (Zea mays L.), 2010. Acetic Acid) atau yang

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan, peneliti dapat menarik kesimpulan tentang analisis kinerja Reksadana Saham Syariah bahwa Reksadana Cipta Syariah

Langkah yang lakukan guru BK di SMPN 6 Danau Panggang adalah memperkirakan apakah masalah yang dihadapi siswa masih mungkin diatasi. Langkah ini menunjukkan beberapa

8 BALAJI CHITRA MANDIRA 9 CAUVERY CORNER 10 CHEATAN THEATRE 11 ELGIN TALKIES 12 GALAXY THEATRE 13 GOVERDHAN THEATRE 14 HIMALAYA TALKIES 15 KALPANA THEATRE 17 KAPALI THEATRE 18