BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gangguan pada system pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi pada system organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala-gejala serta gangguan yang relative ringan sampai Pneumonia berat.
Pneumonia adalah radang paru-paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Data yang diperoleh dari WHO dan UNICEF 50% dari pneumonia disebabkan oleh kuman ‘sterptokokus pneumonia’ (IPD) dan 30% oleh Haemophylus Influenza type B (HIB), sisanya oleh virus dan penyebab lain.
Secara global, sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun disebabkan oleh penyakit ‘streptokokus pneumonia’, didalamnya 700.000 hingga 1 (satu) juta balita terutama berasal dari Negara berkembang. Secara nasional angka kejadian pneumonia belum diketahui secara pasti. Data yang ada baru berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen P2M-PL Depkes RI tahun 2007 dari 31 provinsi ditemukan 477.429 balita dengan pneumonia atau 21,52 persen dari jumlah seluruh balita di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan mengenai penyakit pneumonia ini menarik beberapa rumusan masalah diantanya:
1. membahas tentang penyakit penoumonia melalui beberapa pengertian dari beberapa sumber.
2. mengetahui penyebab, manifestasi klinis, patofisiologi dan lainnya menyangkut penyakit pneumonia
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
BAB II PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI 1. PENGERTIAN
Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993)
Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam sebab seperti bakteri, virus, jamur,dan benda asing.
2. ETIOLOGI
Lebih dari 90% pneumonia bakterial disebabkan oleh “Diplococcus pneumoniae” (pneumo kokus), seringkali menimbulkan pneumonia lobaris. “Staphylococcus aureus”merupakan penyebab sebanyak 1-5%, terutama mengenai bayi dan orang tua. Pneumonia stafilokok ini lebih sering terjadi pada penderita diabetes militus,
Bakteri gram negatif merupakan kuman penting pada infeksi di rumah sakit. Seringkali terjadi pada penderita yang di intubasi trakeal dan pernapasan buatan. Yang sering ialah Pseudomonas.
3. MANIFESTASI KLINIK
Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental, terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
Tanda dan Gejala berupa: - Batuk nonproduktif - Ingus (nasal discharge) - Suara napas lemah - Retraksi intercosta
- Penggunaan otot bantu nafas - Demam
- Ronchii - Cyanosis - Batuk - Sakit kepala
- Kekakuan dan nyeri otot - Sesak nafas
- Menggigil - Berkeringat - Lelah
4. PATOFISIOLOGI
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar. Tentu itu semua tergantung besar kecilnya ukuran penyebab tersebut.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Sinar X
Mengidentifikasi distribusi struktural (misal:lobar,bronkial), dapat juga menyatakan abses/infiltrat, empiema (stapilococcus), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar X dada mungkin bersih.
GDA/Nadi oksimetri
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. Lebih dari 1 tipe organisme ada bakteri yang umum meliputi Diplococcus pneumonia, Stapilococcus aureus, A-hemolitik streptococcus, Haemophilus influenza.
JDL
Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
Pemeriksaan serologi, misal: titer virus atau Legionella, aglutinin dingin
Pemeriksaan fungsi paru
Volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar), tekanan jalan napas mungkin meningkat dan komplain menurun. Mungkin terjadi perembesan/hipoksemia.
Elektrolit
Natrium dan klorida mungkin rendah. Bilirubin: Mungkin meningkat.
Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka
Dapat menyatakan intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik, karakteristik sel raksasa ( rubeolla).
B. KONSEP KEPERAWATAN I. PENGKAJIAN
Identitas :
- Umur : Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibanding dewasa - Mycoplasma terjadi pada anak yang relatif besar
- Tempat tinggal: Lingkungan dengan sanitasi buruk beresiko lebih besar. Riwayat Masuk
Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pola kegiatan sehari-hari - Pola makanan/cairan
Gejala: kehilangan nafsu makan, mual/muntah Tanda: distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus - Aktivitas/istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda: penurunan toleransi terhadap aktivitas
Pengkajian Pemeriksaan Fisik 1. Sistem Integumen
Subyektif :
-Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
2. Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng
Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.
3. Sistem Cardiovaskuler Subyektif : sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun
4. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
5. Sistem Musculoskeletal Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan
6. Sistem genitourinaria Subyektif :
-Obyektif : produksi urine menurun/normal,
7. Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare
Studi Laboratorik : - Hb : menurun/normal
- Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah meningkat/normal
- Elektrolit : Natrium/kalsium menurun/normal.
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.
2. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan Infeksi Paru 3. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan :
- Distrees pernafasan - Penurunan intake cairan
- Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.
Suatu Keadaan di mana seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada status pernapasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif.
Kriteria Hasil:
- Tidak mengalami aspirasi.
- Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru.
Intervensi Rasional
Kaji frekuensi / kedalaman pernapasan dan gerakan dada.
Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial (normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.
Bantu pasien napas sering. Tunjukkan/ bantu pasien mempelajari melakukan batuk, mis., menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.
Penghisapan sesuai indikasi. Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.
2. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan Infeksi Paru Karakteristik :
Batuk (baik produktif maupun non produktif) haluaran nasal, sesak nafas, Tachipnea, suara nafas terbatas, retraksi, demam, diaporesis, ronchii, cyanosis, leukositosis
Kriteria Hasil:
Akan mengalami pola nafas efektif yang ditandai dengan : - Suara nafas paru bersih dan sama pada kedua sisi - Suhu tubuh dalam batas 36,5 – 37,2OC
- Laju nafas dalam rentang normal
- Tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi dan diaporesis
Intervensi Rasional
Lakukan pengkajian tiap 4 jam terhadap RR, S, dan tanda-tanda keefektifan jalan napas
Evaluasi dan reassessment terhadap tindakan yang akan/telah diberikan
Lakukan Phisioterapi dada secara terjadwal
Lakukan suction secara bertahap Membantu pembersihan jalan nafas
3. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan : - Distrees pernafasan
- Penurunan intake cairan
- Peningkatan IWL akibat pernafasan cepat dan demam Karakteristik:
Hilangnya nafsu makan/minum, letargi, demam., muntah, diare, membrana mukosa kering, turgor kulit buruk, penurunan output urine.
Kriteria Hasil:
Akan mendapatkan sejumlah cairan yang adekuat ditandai dengan : - Intake adekuat, baik IV maupun oral
- Tidak adanya , muntah, diare - Suhu tubuh dalam batas normal
- Urine output adekuat, BJ Urine 1.008 – 1,020
Intervensi Rasional
Catat intake dan output, berat diapers untuk output
Evaluasi ketat kebutuhan intake dan output
Kaji dan catat suhu setiap 4 jam, tanda devisit cairan dan kondisi IV line
Meyakinkan terpenuhinya kebutuhan cairan
Catat BJ Urine tiap 4 jam atau bila perlu Evaluasi obyektif sederhana devisit volume cairan
Lakukan Perawatan mulut tiap 4 jam Meningkatkan bersihan sal cerna, meningkatkan nafsu makan/minum
Kriteria Hasil:
- Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi.
- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi.
Intervensi Rasional
Pantau tanda vital dengan ketat, khusunya selama awal terapi.
Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (\hipotensi/syok) dapat terjadi.
Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret (mis., meningkatkan pengeluaran daripada menelannya) dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret.
Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau menghindarinya, penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman.
Tunjukkan/dorong tehnik mencuci tangan yang baik.
Efektif berarti menurunkan penyebaran /tambahan infeksi.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menelaah dari pembahasan mengenai Pneumonia, maka dapat di simpulkan bahwa penyakit pneumonia itu adalah radang paru dimana terdapat konsolidasi yang disebabkan pengisian rongga alveoli atau bronkus oleh eksudat yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Selain itu banyaknya angka kejadian penyakit pneumonia khususnya pada balita bisa disebabkan diantaranya tingkat pendidikan responden yang dari pengamatan langsung di lapangan didapatkan informasi bahwa sebagian besar pendidikan ibu-ibu yang mempunyai balita dengan penyakit pneumonia di klinik hanya tamatan SD (Sekolah Dasar). Itu artinya semua tergantung pengetahuan perorang sehingga setelah membaca inti dari bahasan ini maka setiap individu lebih sigap dalam mencegah terjadinya maupun mengobati penyakit tersebut
B. Saran
“mencegah lebih baik daripada mengobati” adalah saran yang sangat bijak untuk menjauhkan seseorang dari penyakit pneumonia. Selain itu kami mempunyai beberapa saran di antaranya
1. Perhatikan sanitasi lingkungan dan perketat personal hygien 2. Tingkatkan imunitas tubuh
3. Hindari mikroba penyebab dengan berbagai cara seperti mamakai masker setiap berkendara
4. Kenali gejalanya. Jika terdapat gejala dan tanda penyakit segera konsultasi ke ahli atau ke dokter
DAFTAR PUSTAKA
Acton, Sharon Enis & Fugate, Terry (1993) Pediatric Care Plans, AddisonWesley Co. Philadelphia
Donges,marilynn.Rencana Asuhan Keperawatan. edisi3:Buku Kedokteran.
Himawan,dr.Sutisa.1973.Patologi. Universitas Indonesia:Jakarta