• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA PADA .docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA PADA .docx"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyakit salauran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatn yang tinggi diseluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau didalam rumah sakit/pusat perawatan. Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut diparenkim paru yang serius dijumpai sekitar 15% - 20%.

Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru. Pneumonia adalah radang parenkim paru yang dapat disebabkan oleh mikroorganisme dan kadang non infeksi. Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi.

Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak. (Suriani, 2006). Pneumonia pada anak seringkali bersamaan terjadinya proses infeksi akut pada bronchus dan disebut bronchopneumonia. Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronchus (bronchopneumonia).

Dalam pelaksanaan program P2 ISPA semua bentuk pneumonia (baik pneumonia maupun bronchopneumonia) disebut Pneumonia. Dalam keperawatan pneumonia atau bronkhopneumonia pada anak (bayi) termasuk masalah yang serius dan mengancam keselamatan jiwa. Karena sistem pernafasan pada bayi belum matur. Oleh karena itu, perawat maupun tim kesehatan lain harus mampu mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang ada pada anak (bayi) yang menderita pnuemonia.

B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa memahami tentang konsep dasar asuahan keperawatan pada anak dengan pneumonia

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami konsep medis tentang pneumonia.

b. Mahasiswa mampu menetapkan diagnosa keperawatan pada anak dengan pneumonia. c. Mahasiswa mampu merencanakan intervensi keperawatan pada anak dengan

(2)

BAB II PEMBAHASAN A. Definisi

Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus paru. Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak. (Suriani, 2006)

Pneumonia ialah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengensi jaringan paru (alveoli). (DEPKES. 2006)

Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi. Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).

Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran trakheabronkialis. (Ngastiyah, 1997)

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Selain gambaran umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium). (Wilson, 2006)

Pneumonia adalah suatu peradangan atau inflamasi pada parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agent infeksi.

Pneumonia adalah penyakit inflamasi pada paru yang dicirikan dengan adanya konsolidasi akibat eksudat yang masuk dalam area alveoli. (Axton & Fugate, 1993).

B. Etiologi

Beberapa penyebab dari pneumonia yaitu:

1. Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus. 2. Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus.

(3)

4. Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.

5. Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.

Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah: 1. virus sinsisial pernafasan

2. adenovirus

3. virus parainfluenza 4. virus influenza. C. Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran nafas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.

Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus.

Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.

(4)

diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi dan terdiri dari:

1. Susunan anatomis rongga hidung 2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring

3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sek¬ ret fiat yang dikeluarkan oleh set epitel tersebut.

4. Refleks batuk

5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi. 6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.

7. Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari imu¬ noglobulin A (IgA).

Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mem¬pengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan badan yang menurun, misal¬nya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun, faktor iatrogen seperti trauma pada paru, anestesia, aspirasi, pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.

D. Tanda Dan Gejala

Batuk nonproduktif, Ingus (nasal discharge), Suara napas lemah, Retraksi intercosta, Penggunaan otot bantu nafas, Demam, Ronchii, Cyanosis, Leukositosis, Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar, Batuk, Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas, Menggigil, Berkeringat, Lelah.

Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah: 1. kulit yang lembab

2. mual dan muntah 3. kekakuan sendi. E. Pemeriksaan Penunjang

(5)

2. Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas.

3. Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal.

4. Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat klinis penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :

a. Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobari b. Penebalan pleura pada pleuritis

c. Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumatokel

F. Penatalaksanaan Terapi

1. Bila dispnea berat berikan Oksigen

2. IVFD ; cairan DG 10 % atau caiara 24 Kcl, Glukosa 10 % tetesan dibagi rata dalam 24 jam.

3. Pengobatan: Penicilin Prokain 50.000 unit / kg BB / hari dan Kloramfenikol 75 mg /kg BB/ hari dibagi dalam 4 dosis.

G. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian

a. Data demografi

b. Riwayat Masuk, Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).

c. Riwayat Penyakit Dahulu, Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis penderita

d. Pengkajian :

(6)

- Sistem Pulmonal : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang paru,

- Sistem Cardiovaskuler : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun

- Sistem Neurosensori : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi

- Sistem Musculoskeletal : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris pernafasan

- Sistem genitourinaria : produksi urine menurun/normal, - Sistem digestif : konsistensi feses normal/diare

2. Diagnosa Keperawatan

a. Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan Gangguan pengiriman oksigen. b. Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan

pertahanan utama.

c. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.

N O

DIAGNOSA KEPERAWATA

N

KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1. Kerusakan normal dan tak ada gejala distres pernapasan.

b. Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi.

a. Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas

b. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk efektif. b. Tindakan ini

(7)

senggang

2. Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan pertahanan utama

a. Mencapai waktu perbaikan infeksi

a.Pantau tanda vital dengan ketat, jumlah dan bau sekret.

a. Selama periode waktu ini, potensial

komplikasi fatal (\hipotensi/syok) dapat terjadi b. Meskipun pasien

(8)

c.Tunjukkan/dorong

c. Efektif berarti menurunkan 3. Ketidakefektifan

bersihan jalan nafas berhubungan dengan pembentukan

a. Tidak mengalami aspirasi

b. Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan b. Auskultasi area

paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas adventisius, mis., krekels, megi. c. Bantu pasien

napas sering. dada dan batuk efektif sementara gerakan dada tak simetris sering b. Penurunan aliran

(9)

terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret kental, dan spasme jalan napas/obstruksi c. Napas dalam

memudahkan ekspansi

maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk adalah

mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk

memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.

(10)

pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

(11)

TINJAUAN KASUS A. Pengkajian

Biodata

1) Identitas klien

Nama : “An.R” Umur : 7 bulan Jenis kelamin : Laki – laki Agama : Islam

Alamat : Jl R.A. Kartini Tanggal MRS : 28 Oktober 2012 Jam MRS : 09.00 WIB Tgl pengkajian : 28 Oktoer 2012

Jam pengkajian : 10.00 WIB Diagnosa medis : Pneumonia No. Registrasi : 7544 2) Identitas orang tua

Ayah

Nama : “Tn.N” Umur : 28 Thn Pendidikan : SD

(12)

Agama : Islam

Alamat : Jl R.A. Kartini Ibu

Nama : “Ny.M” Umur : 24 Thn Pendidikan : SMP

Pekerjaa : Ibu Rumah Tangga Agama : Islam

Alamat : Jl R.A. Kartini 3) Identitas sadara kandung

Klien adalah anak tunggal(tidak mempunyai saudara kandung) II. Keluhan utama/ alasan kunjungan

1) Keluhan utama : Sesak nafas

2) Alasan kunjungan : klien masuk rumah sakit dengan sesak nafas yang dialami sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam tinggi. III. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam yang tinggi.

2) Riwayat kesehatan masa lalu a. Prenatal care

(13)

2. Keluhan selama hamil: tidak ada keluhan 3. Riwayat terkena sinar dan terapi obat: tidak ada 4. kenaikan berat badan selama hamil: lupa

5. Imunisasi TT: 2kali

6. Golongan darah ayah: tidak tahu 7. Golongan darah ibu: B

b. Natal

1. Tempat melahirkan:di rumah 2. Lama dan jenis persalinan:spontan 3. Penolong persalinan:bidan

4. Cara memudahkan persalinan:tidak ada 5. Obat perangsang:tidak ada

6. Komplikasi waktu lahir:tidak ada c. Post natal

1. Kondisi bayi – BBL: 2,8 kg, PBL: 50 cm 2. Bayi kemerahan setelah lahir,tidak ada cianosis 3. Penyakit yang pernah dialami:demam

4. Kecelakaan yamg pernah dialami:tidak ada

5. Tidak pernah dioperasi dan dirawat dirumah sakit sebelumnya 6. Alergi makanan obat-obatan tidak ada

7. Komsumsi obat-obatan bebas jika sakit:tidak pernah

8. Perkembangan anak disebandingkan dengan anak yang lainnya sama 3) Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan anggota keluarga ada yang batuk-batuk yang disertai darah, yaitu nenek yang tinggal serumah dengan klien. Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti diabetes melitus.

(14)

No.

Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Setelah Pemberian

V. Riwayat tumbuh kembang a. Pertumbuhan fisik

b. Berat badan baru lahir :2,8 kg c. Panjang badan: 50 cm

d. Perkembangan tiap tahap Usia anak saat

a. Berguling :4bulan b. duduk :6bulan c. merangkak :7bulan

d. senyum kepada orang lain pertama kali:2bulan e. bicara pertama kali:1bulan

f. berpakaian tanpa bantuan orang lain:belum bisa VI. Riwayat nutrisi

1. Pemberian asi

a. Pertama kali disusui:1minggu setelah bayi lahir b. cara pemberian:setiap kali bayi menangis

(15)

usia 0 – 6 bulan: ASI

usia 7 bulan : ASI + bubur beras merah VII. Riwayat psikososial

a. Anak tunggal

b. lingkungan berada di kota c. rumah dekat dengan masjid d. tidak ada tempat bermain e. tidak punya kamar sendiri f. ada tangga yang berbahaya g. anak tidak punya ruang bermain

h. hubungan antara anggota keluarga harmonis i. pengasuh anak adalah ibunya sendiri

VIII. Riwayat spiritual

Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa agar klien cepat sembuh dan diberikan umur yang panjang oleh Allah SWT.

IX. Reaksi hospitalisasi

a. Pemahaman tengtang keluarga dan rawat inap

b. Mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit: karena panik melihat anaknya

c. Apakah dokter menceritakan keadaan anaknya: iya d. Perasaan orang tua pada saat ini: takut,cemas dan kwatir e. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah sakit, klien hanya mampu menangis bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada

didekatnya.

(16)

Pola Makan:

No Pols makan Kondisi sebelum sakit Kondisi selama sakit

1. Pembatasan pola makan Cara makan

Nafsu makan baik ASI+ bubur beras merah 3x sehari

Pola minum Sebelum sakit Selama sakit

Minuman Frekuensi Jumlah masukan

minum ASI + air putih, 5-6 kali sehari,

± 1000-1500 ml/hari.

minum ASI + air putih, 3-5 kali sehari,

± 800-1000 ml/hari.

Pola Eliminasi BAK

Pola BAK Sebelum sakit Selama sakit

(17)

Jumlah keluaran Bau

Warna

± 1200cc, khas, jernih.

± 800 cc, khas, jernih.

BAB

Pola BAB Sebelum sakit Selama sakit

Frekuensi BAB Konsistensi Bau

Warna

2 – 3 kali sehari, lunak,

khas, kuning.

1 kali sehari, keras, khas, kuning.

Pola istirahat / tidur

Pola istirahat tidur Sebelum sakit Selama sakit

Banyaknya waktu tiudr Gangguan waktu tidur

±10 jam per hari, tidak ada.

± 6 jam perhari,

tida bisa tidur karena sesak nafas.

(18)

Pola personal higyene Sebelum sakit Selama sakit

Mandi

Keramas

3 kali sehari ( di mandikan ibu ),

3 kali 1 minggu

2 kali sehari ( di mandikan ibu pakai waslap ),

2 kali 1 minggu.

Pola aktivitas

Sebelum sakit Selama sakit

bisa bermain hanya bisa menangis

XI. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Lemah a. Tanda-tanda Vital

b. Tekanan darah :100/80 mmHg c. Nadi :98 x/Mnt d. Suhu :39 ºC e. Pernapasan :32 x/Mnt f. Antropometri

(19)

a. Hidung : Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan cuping hidung, tidak ada polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal dan cepat (takipneu).

b. Leher : tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor. c. Dada : bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran

antara posterior dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak simetris. d. Suara napas : Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang paru. e. clubbing finger : tidak ada.

4. Sistem cardiovaskuler

a. Kongjungtiva tidak anemia,bibir cyianosis,arteri karotis kuat,tekanan vena jugularis tidak meninggi.

b. Suara jantung : S1’ Lup’ ,S2’ Dup’. c. Tidak ada bising aorta & Mur-mur.

d. Ukuran jantung normal,Capillary Refilling time 3 detik. 5. Sistem pencernaan

a. Gaster tidak kembung, tidak ada nyeri.

b. Abdomen : Hati tidak teraba, Lien & ginjal tidak teraba. c. Peristaltik : 30 x/Mnt

6. Sistem indra a. Mata

1) Kelopak mata : Tidak edema 2) Bulu mata : Menyebar 3) Alis : Menyebar

4) Mata : Reaksi terhadap rangsangan cahaya ada b. Hidung

1) Stuktur hidung simetris kiri & kanan , penciuman baik, tidak ada trauma di hidung, mimisan tidak ada

(20)

1) Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang bersih, serumen tidak ada.

2) Fungsi pendengaran normal ( jika klien di panggil maka ia akan menoleh ke arah suara tersebut.

7. Sistem Saraf

a. Fungsi Serebral

- Orientasi,daya ingat,perhatian dan perhitungan tidak Di identifikasi, b. Kesadaran

a) Eyes : 4 b) Motorik : 6 c) Verbal : 5

d) GCS : 15 (normal 13-15) d. Fungsi Cranial

a) Nervus I (olfaktorius): Penciuman tidak diidentifikasi

b) Nervus II (optikus): Visus dan lapang pandang tidak diidentifikasi

c) Nervus III,IV,VI (okulomotorius,troklearis,abducens): Gerakan otot mata tidak diidentifikasi

d) Nervus V (trigeminus):Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi. e) Nervus VII (facialis) ; Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi f) Nervus VIII (akustikus): Pendengaran normal. Keseimbangan tidak dapat

diidentifikasi.

g) Nervus IX (glosofaringeus): Fungsi pengecapan tidak dapat diidentifikasi. h) Nervus X (Vagus): Gerakan ovula tidakdapat diidentifikasi

i) Nervus XI (aksesoris) : Sternocledomastoideus dan trapesius tidak dapat diidentifikasi

j) Nervus XII (hipoglosus) : Gerakan lidah tidak dapat diidentifikasi e. Fungsi motorik

a) Massa otot : lemah b) Tonus otot : menurun

(21)

f. Fungsi sensorik

Suhu,gerakan,posisi dan diskriminasi tidak dapat Diiidentifikasi. g. Fungsi Cerebellum

Koordinasi dan keseimbangan tidak dapat dikaji. h. Refleks

Refleks bisep(+),Refleks trisep(+),dan Refleks babinski(+) i. Iritasi Meningen

Tidak ditemukan adanya kaku kuduk. j. Pemeriksaan tingkat perkembangan

Dengan menggunakan DDST :

a) Motorik kasar : duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan b) Motorik halus : mencari benang, menggaruk manik- manik,

memindahkan kubus, mengambil 1 kubus

c) Bahasa : meniru bunyi kata- kata, dapat berkata papa atau mama

d) Personal sosial : tepuk tangan 8. Sistem Muskuloskeletal

a) Kepala

Bentuk : Normal

Gerakan : tidak diidentifikasi b) Vertebrae

(22)

Klien belum jalan,ortholan barlaw’s tidak dilakukan d) Lutut

Tidak bengkok dan tidak kaku,gerakan baik(aktif) e) Kaki

tidak bergerak. f) Tangan

Tidak bengkak,tanga kanan terpasang infuse 9. Sistem Integument

a) Rambut : hitam,tidak mudah dicabut

b) kulit : kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu kulit menyebar, tidak ada tahi lalat.

c) Kuku : warna merah muda,permukan datar,tidak mudah patah,kuku pendek dan agak bersih.

10. Sistem Endokrin

a) kelenjar thyroid : tidak ada pembesaran b) Ekskresi urine berlebihan : tidak ada

c) Polidipsi dan Poliphagi : tidak ada d) Keringat berlebihan : tidak ada e) Riwayat air seni dikerumuni semut : tidak ada. 10. Sistem Perkemihan

Edema palpebra tidak ada,edema anasarka tidak ada, kencing batu tidak ada. 12. Sistem Reproduksi

Tidak dikaji 13. Sistem Immune

(23)

b) Penyakit yang berhubungan dgn cuaca seperti batuk dan flu c) Bicara

 Ekspresive :Klien menangis jika merasakan sakit  Reseptive : tidak diidentifikasi

XII. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah lengkap (trombosit dan LED): Trombosit = 450 103/µL 2. LED = 7 mm/jm

3. kultur sputum : terdapat virus sinnsial pernafasan XIII. Penatalaksanaan

a) Terapi oksigen b) Cairan glukosa 10%

c) Kloramfenikol 250 mg 3X sehari B. Analisa Data

Nama Pasien : An.R Umur : 7 bulan No.Registrasi : 7544

No Data penunjang Kemungkinan penyebab

1 DO:

– Klien nampak sesak

– pernapasan cuping hidung, pernapasan dangkal

– Klien nampak pucat dan cianosis

Peningkatan O2 dan Co2 yang berdifusi

Kecepatan difusi gas menurun

(24)

2

DS:

– Ibu klien mengatakan anaknya sesak.

DO:

– Klien nampak batuk berlendir dan beringus. – terdengar bunyi ronchi, stridor pada lapang paru. – Pergerakan dada tidak simetris.

– TTV: T : 100/80 N : 98 X/ menit S : 39 C

P : 32 X/ menit

DS :

– Ibu klien mengatakan bahwa anaknya

Batuk berlendir dan beringus.

terganggu

Pembentukan sel eksudat

Alveoli dibronciolus berisi eksudat eritrosit, fibrin dan bakteri

Penumpukan secret/mucus

(25)

3

– Klien mengatakan dadanya terasa sakit saat batuk.

DO :

– KU : Lemah – Suu : 39 C DS :

– Klien mengeluh badannya panas.

DO :

– Porsi makan tidak dihabiskan

– Selera makan menurun – BB : 15 kg

TB : 120 cm

DS :

– Ibu klien mengatakan anaknya malas makan. – Ibu klien mengatakan porsi makan anaknya tidak

dihabiskan. Edema antara

Stimulus chemoreseptor hipotalamus.

Termoregulator

Peningkatan metabolisme

Kompensasi cadangan lemak yang

(26)

kapiler dan alveoli

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret. 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus. 3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam,

takipnea. C. INTERVENSI

1. Tidak efektifnya jalan nafas berhubungan dengan peradangan, penumpukan secret. Tujuan : Jalan nafas efektif, ventilasi paru adekuat dan tidak ada penumpukan secret. Rencana tindakan :

1) Monitor status respiratori setiap 2 jam, kaji adanya peningkatan status pernafasan dan bunyi nafas abnormal.

2) Lakukan perkusi, vibrasi dan postural drainage setiap 4 – 6 jam, 3) Beri therapy oksigen sesuai program.

4) Bantu membatukkan sekresi/pengisapan lender.

5) Beri posisi yang nyaman yang memudahkan pasien bernafas.

6) Ciptakan lingkungan yang nyaman sehingga pasien dapat tidur tenang. 7) Monitor analisa gas darah untuk mengkaji status pernafasan.

8) Beri minum yang cukup.

9) Sediakan sputum untuk kultur/test sensitifitas.

10) Kelola pemberian antibiotic dan obat lain sesuai program.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveolus.

Tujuan : Pasien memperlihatkan perbaikan ventilasi, pertukaran gas secara optimal dan oksigenasi jaringan secara adekuat.

Rencana Tindakan :

1. Observasi tingkat kesadaran, status pernafasan, tanda-tanda sianosis setiap 2 jam. 2. Beri posisi fowler/semi fowler.

3. Beri oksigen sesuai program. 4. Monitor analisa gas darah.

(27)

3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.

Tujuan : Pasien akan mempertahankan cairan tubuh yang normal. Rencana Tindakan :

1. Catat intake dan out put cairan. Anjurkan ibu untuk tetaap memberi cairan peroral serta hindari susu yang kental/minum yang dingin agar merangsang batuk.

2. Monitor keseimbangan cairan membrane mukosa, turgor kulit, nadi cepat, kesadaran menurun, tanda-tyanda vital.

3. Pertahankan keakuratan tetesan infuse sesuai program. 4. Lakukan oral hygiene.

E. Evaluasi

Nama Pasien : An.R No.Regristasi : 7544

No Tanggal Evaluasi

1.

2.

28 – 10 – 2012

29 – 10 – 2012

S : Klien mengeluh Sesak O : Klien masih sesak A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 2,3,4.

S : Klien mengeluh masih batuk dan beringus O : Klien masih batuk

Pergerakan dada tidak simetris,terdengar bunyi ronchi.

(28)

3.

4.

30-10-2012

31-10-2012

P : Lanjutkan intervensi 2,3,4.

S : ibu Klien mengatakan anaknya badannya masih panas.

O : Badan klien masih teraba panas

Suhu 38 c

A: Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 2, 3,4.

S : Ibu klien mengatakan anaknya malas makan O : Klien malas makan

Klien hanya makan ½ porsi A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi 2,3, 4, 5

(29)

Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Insiden pneumonia berbeda untuk daerah yang satu dengan daerah yang lain. Dan dipengaruhi oleh musim, insiden meningkat pada usia lebih 4 tahun. Dan menurun dengan

meningkatnya umur. Faktor resiko yang meningkatkan insiden yaitu umur 2bulan, gisi kurang, BBLR, tidak mendapat hasil yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi kurang lengkap, membentuk anak dan defisiensi vitamin A, dosis pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortabilitas dapat diturunkan kurang dari 1% bila pasien disertai dengan mall nutrisi, energi, protein,(MEP) dan terlambat berobat, kasus yang tidak diobati maka angka mortalitasnya masih tinggi. Maka kita sebagai perawat yang profesional dalam melakukan proses keperawatan harus memperhatikan hal-hal tersebut. Agar implementasi yang kita berikan sesuai dengan diagnosa

keperawatan dan tepat pada sasaran. B. Saran

Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan asuhan keperawatan yang terbaik untuk pasiennya.

DAFTAR PUSTAKA

Biddulph, Jonn, dkk. 1999. Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: TIM

(30)

http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/02/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan.html

http://stikmuh-ptk.medecinsmaroc.com/t3-askep-anak-dengan-pneumonia

http://wwwensufhy.blogspot.com/2011/04/asuhan-keperawatan-anak-pneumonia.html

Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.

Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4, EGC, Jakarta. Suparman. (1990). Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis zonasi kawasan kota pusaka tersebut didapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan Kota Pusaka di Kota Palembang yaitu faktor

Dari dapat kita simpulkan bahwa suatu ideologi terbuka, karena bersifat demokratis, memiliki apa yang mungkin dapat kita sebut sebagai dinamika internal yang

Pada diagram di atas terlihat bahwa akronim Kaur merupakan bentuk kependekan dari Kepala urusan Proses pembentukannya terbentuk melalui pengekalan hurf

Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui pelaksanaan bagi hasil tanah pertanian yang berlaku di Desa Blagungan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. Jenis

Dengan mengucapkan puji syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul “PERCERAIAN

Persediaan diterjemahkan dari kata “inventory” yang merupakan timbunan barang (bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir, dll) yang secara sengaja disimpan

Kapolres Purworejo AKBP satrio Wibowo, SIK melalui Kapolsek Banyuurip AKP Rahmad Efendi mengatakan, penangkap tersangka berawal sewaktu Unit Reskrim melakukan

Bentuk PC yang diadopsi dari penelitian Schotanus (2007) serta Nollet dan Beauliu (2003) adalah lead buying pada fase concentration. Pada tipe keanggotaan PC jenis ini semua