• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW HUKUM HAK ASASI MANUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVIEW HUKUM HAK ASASI MANUSIA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW HUKUM HAK ASASI MANUSIA

Annancya Jati Kusumaningrum annancyajatik@students.unnes.ac.id

DATA BUKU :

Judul buku : Penerapan Hukum Dalam Kasus Kekerasan Seksual Terhadap

Anak

Pengarang : Ismantoro Dwi Yuwono, S.H. Penerbit : Pustaka Yustisia

Tahun Terbit : 2015

Kota Penerbit : Yogyakarta Bahasa Buku : Indonesia Jumlah Halaman : viii + 180 hlm

ISBN Buku : 978 – 602 – 7984 – 28 – 8

DISKUSI /PEMBAHASAH REVIEW :

Buku ini dikarang oleh Ismantoro Dwi Yuwono, S.H. Beliau merupakan lulusan dari Universitas Widya Mataram Yogyakarta pada tingkat sarjana, dengan bidang Ilmu Hukum Ketatanegaraan.

(2)

Berangkat dari unsur-unsur yang terkandung di dalam pengertian kekerasan seksual tersebut, maka kita dapat mengelompokkan kekerasan seksual ke dalam 2 kelompok besar sifat dari kekerasan itu, yakni : kekerasan dalam bentuk verbal (mengancam) dan kekerasan dalam bentuk tindakan konkret (memaksaatau memperkosa). Ancaman adalah tindakan menakut-nakuti. Tujuan dari anacaman adalah agar pihak lain bertindak sesuai dengan keinginan pihak yang menakut-nakuti. Memaksa adalah perintah dari satu pasal 45 KUHP anak dibawah umur adalah anak yang berumur kurang dari 16 tahun.

(3)

demikian, untuk mengalihkan libido ke dalam bentuk yang positif norma sosial saja tidak cukup harus ada kontrol yang ketat secara kolektif dari masyarakat terhadap perilaku semua orang yang ada di lingkungan masyarakat setempat. Di dalam pasal 20 Undang-Undang Perlindungan Anak tersebut di tentukan bahwa yang berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak adalah negara, pemerintah, masyarakat, dan orang tua.

Walupun KUHP telah telah memberikan perangkat normatif kontrol kolektif sampai hari ini masih saja marak terjadinya tindak kekerasan terhadap anak. Fenomena yang menandakan bahwa ketentuan normatif hanya berhenti pada rumusan normatif semata. Dengan kata lain, kontrol kolektif secara konkret belum terealisasi dengan baik. Ketidakpedulian terhadap sesama inilah yang kemudian memunculkan budaya tega dalam kehidupan bermasyarakat hari ini. Orang tega membiarkan anak berada dalam ancaman kekerasan seksual dan orang tega membiarkan anak menjadi korban kekerasan seksual. Asal tidak mengganggu kepentingan pribadinya orang tidak peduli fenomena itu. Bagi orang yang berfalsafah hidup bebas kesengsaraan orang lain adalah tanggung jawab orang yang bersangkutan dan keluarganya bukan tanggung jawab dirinya sebagai manusia “atom” dan telah terindividualisasi. “Urusanmu adalah Urusanmu, aku akan mengurus urusanku sendiri”, begitu komitmen orang yang telah mengalami individualisme.

Sitem perlindungan hukum di bahas pada bab 2, pada buku ini penulis menjelaskan secara rinci mengenai dasar hukum yang digunakan, contoh kasus serta penjelasan yang lainnya. Ketidakmampuan manusia untuk memperlihatkan atau memberikan sinyal fisik terhadap datangnya kesuburan inilah yang kemudian membuat manusia selalu melakukan hubungan seksual baik masa subur maupun di masa tidak subur. Supaya manusia selalu memiliki keinginan untuk melakukan hubungan seksual di masa subur maupun tidak subur, maka secara filogenetik terpasanglah rasa nikmat ketika manusia sedang berhubungan seksual. Dan akhirnya, dalam perkembangannya, manusia dalam melakukan aktivitas seksual tidak hanya berorientasi pada reproduksi tetapi juga berorientasi pada perburuan kenikmatan. Orientasi perburuan kenikmatan seksual dalam perkembanganny mendorong sebagai manusia untun mencari objek-objek seksual yang menyimpang, seperti oral seks dan sodomi. Bahkan lebih jauh lagi, untuk kepentingan kenikmatan seksual semata.

Ketertarikan orang dewasa terhadap seks rekreasional yang menempatkan anak sebagai objek perangsan dan pelampiasan libido di dalam KUHP dikategorikan sebagai tindakan yang terlarang dan di ancam dengan hukuman pidana. Secara normatif hal ini diatur dalam pasal 287 KUHP. Perlindungan hukum pidana terkesan masih setengah hati karena di dalam KUHP disebutkan bahwa persetubuhan anatara orang dewasa itu walaupun dilarang, namun tindakan ini baru bisa dijatuhi hukuman pidana jika hal itu dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Dengan kata lain, tindakan ini dimasukan oleh KUHP sebagai delik aduan. Ini artinya, pelaku baru bisa diproses secara hukum apabila ada pihak yang melaporkan. Dan, apabila laporan dicabut oleh pihak pelapor, konsekuensinya pelaku tidak dapat diproses lanjut secara hukum.

(4)

melindungi anak dari kejahatan perkosaan harus tidak ada namanya delik aduan, semua delik pemerkosaan pada anak harus dikategorikan sebagai delik murni, harus diproses dan diselesaikan oleh aparat penegak hukum tanpa harus adanya aduan/laporan dari pihak manapun. Karena kekerasan seksual terhadap anak yang dikategorikan sebagai delik aduan oleh KUHP dianggap dampaknya tidak terlalu merusak pada anak, maka konsekuensinya adalah para perumus KUHP pun mengancam hukuman bagi pelaku pemerkosa anak lebih rendah ketimbang ancaman pemerkosaan yang terjadi pada perempuan dewasa.Ketika bujukan, rayuan, dan iming-iming hadiah dan janji tersebut berhasil membuat anak melakukan perbuatan cabul seperti yang diminta oleh si pelaku, maka berlakulah pasal 290 ayat 2e KUHP yang mengancam pelaku dengan hukuman yang sama dengan ancaman hukuman pasal 290 ayat 2e, yakti 7 tahun penjara.

Pemerkosaan anak di dalam rumah oleh KUHP dibagi menjadi 2 bentuk, yakni pertama, pemerkosaan yang dilakukan oleh suami kepada istrinya tetapi istrinya masih anak-anak. Kedua, pemerkosaan yang dilakukan oleh orang tua kepada anak asuhnya. Pemerkosaan di dalam rumah tangga yang termasuk dalam kategori pertama mengingatkan kita pada kasus pernikahan antara seorang dewasa yang bernama Pujiono Cahyo Widianto dari Semarang dengan seorang anak yang baru berusia 12 tahun, yang bernama lutfiana Ulfa. Dibebaskannhya Syekh Puji dari jerat hukuman dari aparat penegak hukum tampaknya disebabkan oleh kebingungan dari aparat penegak hukum untuk menghukum syekh Pujia karena sulitnya merumuskan hukuman berdasarkan ketentuan yang ada di dalam KUHP. Dan, secara de facto memang KUHP tidak tegas dalam melindungi anak dari kekerasan seksual di dalam rumah tangga.

Berbisnis seks anak di bawah usia 17 tahun dan tahun bagi para mucikari adalah bisnis yang sangat menggiurkan karena dari bisnis ini para mucikari dapat meraup keuntungan ratusan juta rupiah. Menurut KUHP memperjualbelikan atau membisniskan anak adalah perbuatan yang masuk dalam golongan tindak pidana yang diancam dengan hukuman penjar. Adapun ancaman hukum pidana tersebut sangatlah rendah, yakni hanya enam tahun. Terkait dengan kekerasan seksual terhadap anak dalam bentuk pelacuran anak, jika dicermati redaksi dari pasal 293 ayat (1) pasa ini adalah ketentuan yang menciderai rasa keadilan anak sebagai korban kekerasan seksual. Kenyataan yang terjadi dalam dunia pelacuran anak internasional dan lokal-Indonesia. Anak, dengan demikian adalah korban yang seharusnya dilindungi oleh KUHP bukannya justru diposisikan sebagai anak penggoda yang nakal yang perilakunya cacat.

Pedofilia adalah ketertarikan seksual orang dewasa terhadap anak-anak. Penyebab dari munculnya penyakit ketertarikan seksual ini bisa disebabkan pertama oleh pengalaman masa kecilnya yang tidak mendukung perkembangan kedewasaannya dan kedua bisa juga karena trauma pernah mendapatkan kekerasan seksual dari orang dewasa. Pedofilia adalah salah satu bentuk penyakit jiwa kelainan ketertarikan seksual. Tindakan kekerasan pada anak-anak umumnya akan direkam di bawah alam sadar mereka, dan akan dibawa sampai kepada masa dewasa, dan terus sepanjang hidupnya. Anak yang mendapatkan perlakuan kejam akan menjadi agresif, yang pada gilirannya akan menjadi orang dewasa yang agresif pula.

(5)

UU 23/2002 sebagai penjamin keberlangsungan bangsa dan negara, maka anak harus mendapatkan kesempatan yang seluasnya untuk tumbuh dan berkembang secar optimal, baik fisik, mental maupun sosial. Selain itu negara juga harus mendorong anak agar memiliki akhlak mulia. Berangkat dari alasan ini, maka perlu memberikan perlindungan terhadap semua anak.

Pada bab terakhir, penulis menjelaskan tentang kasus-kasus kejahatan kekerasan seksual terhadap anak dan sejauh mana penanganannya. Disini penulis memberikan informasi dengan memberikan beberapa kasus serta cara penyelesaiannya. Tindakan bagi orang tua untuk melindungi anak dari kekerasan seksual yaitu, tindakan antisipatif untuk mencegah hal-hal yang menakutkan itu terjadi para orang tua harus memiliki pengetahuan bagaimana cara mereka menjaga dan melindungi anak-anak mereka agar tidak terjadi korban dan terjerumus dalam perilaku yang menyimpang. Yang bisa dilakukan orang tua untuk mengantisipasi yaitu menciptakan sumber-sumber kebahagiaan pada anak. Hal itu dapat diciptakan oleh orang tua melalui cinta, persahabatan, permainan, dan berbagai sikap tidak materialistik lainnya, tentu saja orang tua harus memberikan contoh kepada anak, karena anak belajar kepada orang tua. Tak hanya itu orang tua alangkah lebih baiknya jika memberika pengetahuan tentang pendidikan seks di usia dini, dengan pengetahuan tersebut diharapkan anak memilik pengetahuan serta utuk menghindari terjadinya tindak kejahatan kekerasan seksual.

Hindari melakukan tindakan kekerasan terhadap anak. Orang tua sering melakukan kekerasan terhadap anak menyebabkan anak akan mencari tempat pelarian terhadap orang yang dianggap sayang. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik anak-anakny tanpa kekerasan. Berpikir positif dan jauh ke depan untuk kepentingan anak adalah salah satu yang efektif untuk mencegah melakukan kekerasan pada anak.

Ketika anak-anak menjadi korban kekerasan seksual, yang bisa dilakukan orang tua yaitu memberikan dukungan dan melakukan pemulihan pada mental anak. Anak yang menjadi korban kekerasan seksual apabila dimarahi oleh orang tuanya, bukan merupakan solusi, tetapi bencana bagi anak. Tindakan selanjutan adalah segera bawa anak untuk memeperoleh pengobatan secara medis, melaporkan peristiwa itu kepada pihak kepolisian, dan meminta lembaga perlindungan anak atau lembaga lainnya untuk membantu dan menyembuhkan trauma dari peristiwa yang dialaminya.

(6)

libido itu di kontrol tidak saja melalui pembentukan norma-norma sosial tetapi yang terpenting adalah kontrol secara kolektif.

KEKURANGAN DAN KELEBIHAN

Pada buku Penerapan Hukum dalam Kasus Kekerasan Seksual terhadap Anak, penulis mampu menyampikan informasi secara runtut, rinci serta jelas. Bahasa yang digunakan pun mudah untuk dipahami pembaca. Pada buku ini penulis memberikan contoh beberapa kasus mengenai kekerasan terhadap anak yang disertai dengan gambar dan keterangan yang jelas, sehingga sangat membantu pembaca dalam mencari informasi. Tak hanya itu penulis memberikan informasi yang bisa dinikmati khalayak umum, baik remaja, orang tua maupun yang lainnya. Buku ini dilengkapi dengan catatan kaki, sehingga akan memudahkan pembaca. Penulis juga melampirkan Kejahatan terhadap Kesopanan Kitab Undang – Undang Hukum Pidana ; Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang dijelaskan secara rinci. Kekurangan pada buku ini yaitu tidaka adanya indeks, sehingga menyulitkan pembaca ketika ingin mencari informasi secara cepat.

SARAN

Alangkah lebih baiknya jika pada buku ini ada penyampaian informasi kekerasan di luar negeri, sehingga pembaca dapat menjadikan perbandingan antara Indonesia dengan Luar negeri.

KESIMPULAN

(7)

PENUTUP

Referensi

Dokumen terkait

IMPEMENTASI PENDEKATAN OPEN-ENDED DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V Studi Multi Kasus di MI Miftahul Ulum Kota Batu dan

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai suatu bentuk konstribusi dalam pengembangan ilmu Matematika terapan, khususnya aplikasi metode beda hingga eksplisit

Tim II di koordinir oleh Bidan Aldina Ayunda Insani bersama mahasiswa Prodi S1 Kebidanan. ibu hamil yang hadir ada 6 orang yang terdiri dari ibu primipara dan multi

Perkembangan zaman membuat manusia menjadi lebih berkembang dan kebutuhan untuk memenuhi kepuasan juga semakin meningkat. Hadirnya banyak toko kecil, mall, supermarket

sangat penting untuk memperkuat positioning produk ramah lingkungan Pertamax ini. Kedua, hasil penelitian juga menemukan bahwa sikap memediasi pengetahuan lingkungan terhadap

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Penelitian ini menggunakan populasi berupa perusahaan manufaktur terdaftar di BEI pada periode waktu

Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan yang ditetapkan oleh Bupati Honorarium Tim Pelaksana Kegiatan dapat diberikan kepada pegawai negeri/non pegawai negeri yang diberikan tugas

Penggandaan formulir ini meliputi kegiatan penggandaan dan pencetakan formulir apabila jumlahnya banyak. Jenis formulir yang digandakan sesuai dengan ketentuan