• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA KEPOLISIAN SEKTOR KAWASAN PELABUHAN DALAM PENANGGULANGAN PENYELUNDUPAN DAGING CELENG MELALUI TOL LAUT ( Studi Di Kawasan Pelabuhan Panjang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA KEPOLISIAN SEKTOR KAWASAN PELABUHAN DALAM PENANGGULANGAN PENYELUNDUPAN DAGING CELENG MELALUI TOL LAUT ( Studi Di Kawasan Pelabuhan Panjang)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA KEPOLISIAN SEKTOR KAWASAN PELABUHAN DALAM PENANGGULANGAN PENYELUNDUPAN DAGING CELENG

MELALUI TOL LAUT

( Studi Di Kawasan Pelabuhan Panjang)

(Jurnal)

Oleh:

M. Edward Nugraha

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

UPAYA KEPOLISIAN SEKTOR KAWASAN PELABUHAN DALAM PENANGGULANGAN PENYELUNDUPAN DAGING CELENG

MELALUI TOL LAUT

(Studi Di Kawasan Pelabuhan Panjang) Oleh

M. Edward Nugraha, Eko Raharjo, S.H, M.H., Rini Fathonah, S.H., M.H. Email : Edwardnugrahaa@gmail.com

HP : 081278040796

Penyelundupan daging celeng merupakan tindak pidana yang masih sering ditemukan di wilayah Lampung, KSKP Panjang sebagai aparat penegak hukum yang berwenang dalam melakukan penyidikan terhadap kasus penyelundupan daging celeng telah melakukan berbagai upaya guna meminimalkan atau menanggulangi masalah yang kompleks ini, namun belum juga ada penurunan yang signifikan terkait kasus penyelundupan daging celeng. Permasalahan yang diteliti oleh penulis adalah bagaimanakah upaya Kepolisian dan apakah faktor penghambat Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) dalam menanggulangi penyelundupan daging celeng melalui tol laut di pelabuhan Panjang. Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang digunakan berupa data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa upaya Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Panjang dalam menanggulangi penyelundupan daging celeng melalui tol laut ini adalah melalui 2 (dua) cara yaitu upaya penal pada dasarnya dilakukan untuk menanggulangi terjadinya kejahatan setelah kejahatan tersebut dilakukan atau mengambil tindakan lebih lanjut agar tindak pidana penyelundupan secara berangsur-angsur dapat berkurang. Kedua adalah upaya non penal yaitu meliputi penggunaan sarana sosial untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu. Upaya non penal yang dilakukan pihak KSKP Panjang ini dapat berupa pengawasan dan juga pendampingan terhadap penahanan dan pemusnahan barang (daging celeng). Faktor penghambat dalam menanggulangi penyelundupan daging celeng adalah faktor hukum, aparat penegak hukum yang masih kurang kualitas dan kuantitasnya, sarana dan prasarana yang masih terbatas, budaya dan masyarakat yang masih kurang mendukung dalam melakukan penanggulangan penyelundupan daging celeng. Penulis menyarankan agar Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Panjang lebih memperketat pengawasan, meningkatkan intensitas patroli, serta menjalankan tugas dan fungsinya sebagai aparat penegak hukum di wilayah pelabuhan sebagaimana yang diatur dalam perundang-undangan.

(3)

ABSTRACT

THE EFFORTS OF PORT DISTRICT SECTOR POLICE IN TACKLING THE SMUGGLING OF BOAR MEAT THROUGH SEA TOLL

(A Study In Panjang Port Area)

By

M. Edward Nugraha, Eko Raharjo, S.H, M.H., Rini Fathanah, S.H., M.H. Email : Edwardnugrahaa@gmail.com

HP : 081278040796

The smuggling of boar meat is a crime that is still commonly found in Lampung region; thus, KSKP (Port District Sector Police) of Panjang as law enforcement officers authorized in investigating cases of boar meat smuggling has made various efforts to minimize or overcome this complex problem, yet there has not been a significant decline related to the cases of boar meat smuggling. The problems investigated by the researcher are formulated as follows: what efforts have been done by the police and what are the inhibiting factors faced by Port District Sector Police (KSKP) in tackling the smuggling of boar meat through the sea toll at Panjang Port. The approaches in this research were done using normative and empirical approaches. The data sources consisted of primary and secondary data. The data collection technique was carried out through library research and field research. The data analysis was processed using qualitative data analysis. Based on the result and the discussion of the research, it showed that the efforts done by the Port District Sector Police (KSKP) of Panjang in tackling the smuggling of boar meat through sea toll have been done in 2 (two) ways, namely penal efforts which were basically done to overcome the crime after the crime occured or to take further steps so that the smuggling crime can gradually decrease. The second way was through non penal efforts that included the use of social means to improve certain social conditions. The non penal efforts made by KSKP Panjang can also be done in form of supervision as well as assistance to the detention and destruction of goods (boar meat). Among the inhibiting factors in overcoming the smuggling of boar meat were: legal factor, the lack of quantity and quality of law enforcement officers, the inadequate number of facilities and infrastructures, the culture of the society which were still less supportive in handling the smuggling of boar meat. The researcher suggested that the Port District Sector Police (KSKP) of Panjang should tighten the supervision, increase the patrol intensity, and perform its duties and functions as law enforcement officers in the port area as stipulated in the legislation.

(4)

I. PENDAHULUAN

Provinsi Lampung yang merupakan pintu gerbang pulau sumatera menjadi wilayah yang rawan untuk dijadikan oleh para pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab menyelundupkan daging celeng tersebut. Biasanya daging celeng tersebut dibawa dari daerah Jambi, Palembang dan Bengkulu pulau Sumatera untuk diedarkan ke daerah Jawa melalui pelabuhan-pelabuhan yang berada di Lampung, khususnya pelabuhan Panjang

Salah satu kasus yang terkait dengan penyelundupan daging celeng tersebut terdapat di daerah pelabuhan Panjang, dimana Kepolisian Sektor Kawasan

Pelabuhan (KSKP) berhasil

menggagalkan 3 ton daging celeng yang akan dibawa ke Jakarta melalui jalur tol laut di pelabuhan Panjang. Pihak KSKP selain mengamankan 3 ton daging celeng, petugas KSKP juga mengamankan 2 (dua) orang yang membawa daging celeng tersebut. Modus yang digunakan oleh kedua orang yang membawa daging celeng tersebut adalah dengan mengganti Plat kendaraan mobil yang mereka bawa dari Plat dengan nomor polisi BE menjadi Plat bernomor polisi BM yang berasal dari Jambi untuk mengelabuhi petugas. Selain mengganti plat mobil, bodi di dalam bak mobil truk itu sengaja dirubah dilapisi lempengan plat tebal agar darah atau air yang menetes tidak keluar disela-sela bak truk.

Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan atau yang disingkat KSKP merupakan aparat yang bertugas untuk membantu administrator pelabuhan dalam menyelenggarakan keamanan didaerah pelabuhan sepanjang mengenai

tata-tertib umum dalam rangka

pendayagunaan dan pengusahaan

pelabuhan. Kedudukan KSKP secara taktis operasional berada di bawah Administrator Pelabuhan dan secara hirarkhis fungsional serta teknis Polisional tetap berada di bawah kesatuan induknya. Apabila terdapat penyelundupan didalam kawasan pelabuhan, KSKP memilki hak untuk melakukan penahanan dan penangkapan yang diduga sebagai pelaku penyelundupan.

Kegiatan penahanan yang dilakukan selama tahun 2016 adalah penahanan terhadap media pembawa yang dilalulintaskan antar area atau domestik. Kegiatan penahanan terhadap media pembawa domestik daging babi hutan asal Sumatra Selatan, Jambi dan Bengkulu sebanyak 38.225kg (tiga puluh delapan ribu dua ratus dua puluh lima). Penahanan dilakukan karena tidak dilengkapi dokumen persyaratan dan tidak dilaporkan ke petugas karantina sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang karantina hewan, ikan dan tumbuhan Pasal 31.

“Barang siapa dengan sengaja melanggar yaitu mengirim media pembawa hama dan penyakit hewan karantina dari suatuarea ke área lain di dalam wilayah negara RI, wajib dilengkapi sertifikat kesehatan daari área asal bagi hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan serta wajib dilaporkan dan diserahkan kepada petugaas karantina di tempat-tempat pemasukan untuk keperluan tindakan karantina dipidana dengan penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah).”

(5)

mampu mengatasi permasalahan terkait dengan penyelundupan daging celeng secara signifikan. Bahkan pergerakan kegiatan penyelundupan daging celeng di indonesia masih terjadi, khususnya di daerah lampung. walaupun Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) berhasil menggagalkan penyelundupan daging celeng via tol laut, namun kasus-kasus penyelundupan daging celeng tersebut masih sering terjadi. Untuk itu diperlukan kerjasama antara aparat kepolisian dalam hal ini Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan dengan semua instansi terkait seperti Balai Karantina Pertanian, Administrator Pelabuhan dan juga masyarakat sekitar demi mencegah terjadinya praktek penyelundupan daging celeng tersebut agar tidak terjadi lagi.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Upaya Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan Dalam Menanggulangi Penyelundupan Daging Celeng Melalui Tol Laut di Pelabuhan Panjang (Studi Di Kawasan Pelabuhan Panjang).

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jabarkan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah upaya kepolisian sektor kawasan pelabuhan (KSKP) dalam menanggulangi penyelundupan daging celeng melalui tol laut di pelabuhan panjang?

2. apakah faktor penghambat kepolisian sektor kawasan pelabuhan (KSKP) dalam menanggulangi penyelundupan daging celeng melalui tol laut di pelabuhan panjang?

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data yang

digunakan berupa data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif.

II. PEMBAHASAN

A. Upaya Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) dalam Menanggulangi Penye-lundupan Daging Celeng Melalui Tol Laut

Pelabuhan merupakan pintu gerbang untuk masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara.1 Fungsi lain dari pelabuhan adalah sebagai tempat pertemuan (interface) dua moda angkutan atau lebih serta interface berbagai kepentingan yang saling terkait. Barang yang diangkut dengan kapal akan dibongkar dan dipindahkan ke moda lain seperti moda darat (truk atau kereta api). Sebaliknya barang yang diangkut dengan truk atau kereta api ke pelabuhan bongkar akan dimuat lagi ke kapal. Oleh sebab itu berbagai kepentingan saling bertemu di pelabuhan seperti perbankan, perusahaan pelayaran, bea cukai, imigrasi, karantina, syahbandar dan pusat kegiatan lainnya. Atas dasar inilah dapat dikatakan bahwa pelabuhan sebagai salah satu infrastruktur transportasi, dapat membangkitkan kegiatan perekonomian suatu wilayah karena merupakan bagian dari mata rantai dari sistem transportasi maupun logistik. Namun, dalam kenyataannya saat ini, pelabuhan menjadi tempat yang paling strategis dalam melakukan tindak kejahatan.

Berbagai kasus tindak kejahatan sering

1

(6)

ditemukan di kawasan pelabuhan, hal ini dikarenakan kurangnya pengawasan di daerah tersebut. Salah satu tindak kejahatan yang terjadi di kawasan pelabuhan adalah kasus penyelundupan. Penyelundupan menurut Andi Hamzah adalah semua perbuatan yang melanggar ordonansi bea dan diancam pidana”.2

Contoh kasus tentang penyelundupan terjadi di pelabuhan panjang Lampung. Bahwa telah terjadi penyelundupan 3 ton daging celeng yang akan dibawa ke Jakarta melalui jalur tol laut di pelabuhan Panjang. Pihak KSKP selain mengamankan 3 ton daging celeng, petugas KSKP juga mengamankan 2 (dua) orang yang membawa daging celeng tersebut. Modus yang digunakan oleh kedua orang yang membawa daging celeng tersebut adalah dengan mengganti Plat kendaraan mobil yang mereka bawa dari Plat dengan nomor polisi BE menjadi Plat bernomor polisi BM yang berasal dari Jambi untuk mengelabuhi petugas. Selain mengganti plat mobil, bodi di dalam bak mobil truk itu sengaja dirubah dilapisi lempengan plat tebal agar darah atau air yang menetes tidak keluar disela-sela bak truk.

Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Panjang merupakan aparat yang berwenang dan bertugas untuk membantu administrator pelabuhan dalam menyelenggarakan keamanan didaerah pelabuhan sepanjang mengenai tata-tertib umum dalam rangka pendayagunaan dan pengusahaan pelabuhan.

Mengatasi kasus penyelundupan daging celeng melalui tol laut yang terjadi di pelabuhan panjang, ada 3 hal yang mendasari tugas dan peran dari

2

Andi Hamzah, 1988, Delik-Delik Penyelundupan, Jakarta : Akademika Presinda, hlm 15

kepolisian dalam hal ini adalah KSKP Panjang selaku aparat yang berwenang melakukan penyidikan di kawasan pelabuhan tersebut yaitu pertama kedisiplinan dalam melaksanakan tugas pengawasan dan pelayanan terhadap masyarakat, adanya dasar hukum yang kuat untuk melaksanakan otoritas dalam mengambil tindakan yang diperlukan terutama dalam menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi ini, dan mengantisipasi perubahan sesuai dengan tuntutan dunia perdagangan internasional. Selain dari 3 hal yang mendasari tugas dan peran KSKP. Ada 2 upaya yang ditempuh untuk menanggulangi tindak pidana penyelundupan ini, yaitu :

1. Upaya Penal

Upaya atau saran penal adalah penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana yang didalamnya terdapat dua masalah sentral, yaitu perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana dan sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada pelanggar3.

Upaya penal ini pada dasarnya dilakukan untuk menanggulangi terjadinya kejahatan setelah kejahatan tersebut dilakukan atau mengambil tindakan lebih lanjut agar tindak pidana penyelundupan secara berangsur-angsur dapat berkurang, dimana pada saat ini diterbitkannya Undang-Undang Nomor UU No 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan untuk menindak lanjuti kasus penyelundupan.

Hamimi Efendi menyatakan bahwa

dalam upaya menangulangi

penyelundupan daging celeng melalui tol laut ini maka pihak KSKP berkoordinasi dengan pihak balai Karantina Lampung

3

(7)

dalam melaksanakan penyidikan.4 Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1 Ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Cukai bahwa, penyidik Polri dapat melakukan penyidikan tindak pidana Kepabeanan atau tindak pidana penyelundupan dalam situasi tertentu dan dalam pasal 10 Undang-Undang Nomor 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan, penyidik Balai Karantina Pertanian berwenang melakukan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penahanan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan terhadap penyalahgunaan dan pengiriman tanpa dokumen berdasarkan undang-undang ini.

Upaya penal ini, pada prakteknya dilaksanakan oleh pihak penyidik KSKP Panjang yang telah berkoordinasi dengan pihak balai karantina guna mengungkap kasus penyelundupan daging celeng via tol laut di pelabuhan Panjang. Dalam melaksanakan tugasnya, pihak KSKP seringkali menggantungkan pada adanya laporan yang didapati dari seksi intelejensi dan juga dari pihak balai karantina yang sebelumnya telah melakukan penyelidikan terhadap oknum yang diduga melakukan penyelundupan, untuk kemudian di tindak lanjuti ketahap penyidikan dalam rangka penemuan alat bukti dan tersangkanya.

Kewenangan penyidik dalam melakukan penyidikan terhadap penyelundupan daging celeng sebagaimana dimaksud dalam pasal menunjukan adanya pelaksanaan tugas dan fungsi dan

wewenang penyidik dalam

penggungkapan kasus atau tindak pidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagai aspek yuridis pelaksanaan peran tersebut.

4

Hasil Wawancara dengan Hamimi Efendi Selaku Kanit Reskrim KSKP Panjang, Pada Tanggal 31 Agustus 2017, Pukul 10.00 WIB

Peranan dalam kaitannya dengan kewenangan menunjukan adanya kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tindakan hukum yang diberikan oleh undang-undang. Kewenangan menunjukan adanya hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan ketentuan yang ada bahwa penyidik Kepolisian dan penyidik Balai Karantina Pertanian melakukan koordinasi dan hubungan kerja sama yang saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya dalam upaya mengungkap kasus penyelundupan daging celeng tanpa dokumen. Hal ini disebabkan karena pengiriman daging celeng tanpa dokumen merupakan masalah yang kompleks, sehingga diperlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan kerja sama multidispliner, multisektor dari pihak-pihak yang berwajib serta membutuhkan adanya partisipasi masyarakat yang dilaksanalan secara berkeseimbangan dan konsisten agar pengiriman daging tanpa dokumen tidak semakin banyak dilakukan.

(8)

2. Upaya Non Penal

Kebijakan penanggulangan kejahatan dengan sarana non penal hanya meliputi penggunaan sarana sosial untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu, namun secara tidak langsung mempengaruhi upaya menanggulangi terjadinya kejahatan5.

Berdasarkan data yang diperoleh pihak Balai Karantina Pertanian Provinsi Lampung pada tahun 2015 telah melakukan penahanan dan pemusnahan daging celeng yang berasal dari Sumatera Utara, Baturaja Bengkulu, Palembang yang hendak di selundupkan ke daerah Jawa dengan total 20.340 kg daging celeng. Pada tahun 2016 pihak Balai Karantina Pertanian Provinsi Lampung juga telah melakukan kegiatan penahanan dan pemusnahan daging celeng dari wilayah sumatera yang hendak diselundupkan ke daerah Jawa dengan total 38.225 kg daging celeng.

Erna Dewi menyatakan bahwa ada 2 upaya yang dapat ditempuh oleh Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Panjang dalam menanggulangi tindak pidana penyelundupan daging celeng di kawasan pelabuhan Panjang yaitu dengan upaya penal dan non penal. Upaya penal ini adalah upaya penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana. Contohnya dengan menerapkan pasal pidana yang terdapat dalam UU No 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan atau dengan menerapkan pasal pidana yang terdapat pada Pasal 31 UU No 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan terhadap seseorang yang telah melakukan tindak pidana penyelundupan daging celeng. Yang kedua adalah upaya non penal yaitu upaya yang dilakukan sebelum

5

Ibid.Barda Nawawi Arief. hlm:159

terjadinya tindak pidana (mencegah), contohnya dalam kaitannya dengan kasus penyelundupan ini yaitu dengan melakukan pengawasan dalam bentuk razia rutin. Razia rutin tersebut bisa dilakukan oleh pihak KSKP dan berkoordinasi dengan pihak Balai Karantina Pertanian untuk memudahkan dalam memberantas tindak pidana penyelundupan daging celeng dikawasan pelabuhan.

(9)

dilaksanakan oleh pihak KSKP dan juga pihak Balai Karantina Pertanian Provinsi Lampung di daerah atau rute-rute sepanjang pelabuhan dan juga di pintu masuk pelabuhan panjang. Selain pengawasan pihak KSKP Panjang juga melakukan pendampingan terhadap penahanan dan pemusnahan barang (daging celeng) yang dilakukan oleh pihak Balai Karantina Pertanian Provinsi Lampung.

B. Faktor-Faktor Penghambat Upaya Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan dalam Menanggulangi Penyelundupan Daging Celeng Melalui Tol Laut Di Kawasan Pelabuhan Panjang Menurut Soerjono Soekanto penegakan hukum bukan semata-mata hanya pelaksanaan perundang-undangan saja, namun terdapat juga faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu subtansi hukum, petugas, sarana dan prasarana, masyarakat, dan kebudayaan. Faktor-faktor penghambat upaya Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Panjang dalam menanggulangi kasus penyelundupan daging celeng melalui tol laut adalah sebagai berikut :

1. Substansi Hukum (Undang-Undang)

Dalam praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebabkan oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang telah ditentukan secara normatif. Justru itu, suatu kebijakan atau tindakan yang tidak sepenuhnya berdasar hukum merupakan sesuatu yang dapat dibenarkan sepanjang kebijakan atau tindakan itu tidak bertentangan dengan hukum. Analisis penulis bahwa pihak Balai Karantina Pertanian Provinsi Lampung dalam

mengungkap kasus penyelundupan daging celeng telah mengumpulkan alat bukti yang sah, baik keterangan saksi, keterangan ahli, barang (daging), namun dalam pelaksanaan pemidanaannya tidak dapat dilakukan penahanan terhadap pelaku.

2. Faktor Aparat Penegak Hukum Faktor aparat penegak hukum yang dapat menghambat dalam menanggulangi penyelundupan daging celeng ini adalah Lemahnya koordinisi dan kerja sama antar petugas dan antar instansi terkait di lapangan memberikan peluang bagi penyelundup. Dengan melihat lokasi daerah rawan penyelundupan yang dari waktu ke waktu tidak berubah, dapat diduga bahwa petugas penegak hukum yang ada dilokasi tersebut kurang “kemauan” maupun “kemampuan” untuk menanggulangi masalah penyelundupan tersebut.

3. Sarana dan Prasarana

Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan prasarana yang memadai maka penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak mungkin menjalankan perannya sebagaimana mestinya.

Berdasarkan hasil yang diperoleh analisis penulis bahwa faktor sarana dan prasarana yang lengkap sangat diperlukan dalam proses penyidikan kasus, sehingga kurang memadainya sarana dan prasarana yang tersedia dapat menghambat proses penyidikan dan menghambat penanggulangan tindak pidana penyelundupan daging celeng melalui tol laut. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai akan sangat

(10)

penanggulangan tindak pidana penyelundupan daging celeng melalui tol laut, sebab sarana dan prasarana tersebut akan menunjang kinerja penyidikan oleh pihak Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Panjang.

4. Masyarakat

A Agung Oka Mantara menyatakan bahwa faktor masyarakat yang menghambat upaya Balai Karantina Pertanian Provinsi Lampung dalam menangugalangi penyelundupan daging celeng adalah masih adanya ketakutan atau keengganan masyarakat untuk menjadi saksi dalam proses penegakan

hukum terhadap pelaku

pembawa/pengiriman daging babi hutan tanpa dokumen. Oleh sebab itu diketahui bahwa masyarakat yang takut atau tidak melaporkan adanya tindak pidana penyelundupan daging celeng kepada penegak hukum dapat menghambat proses pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana penyelundupan daging celeng.6 Bardasarkan penjelasan tersebut maka dapat dianalisis bahwa masyarakat diharapkan memiliki kepedulian dan keberanian dalam melaporkan apabila mengetahui tindakan penyelundupan daging celeng maka pelaku akan semakin sulit untuk melakukan tindakan seperti itu. Penjelasan diatas menunjukan peran serta masyarakat secara aktif akan sangat mendukung keberhasilan proses penegakan hukum, sebab dengan semakin aktifnya dukungan dari masyarakat maka akan semakin optimal pula upaya penanggulangan terhadap penyelundupan daging celeng melalui tol laut di kawasan pelabuhan Panjang.

6

Wawancara dengan AAgung Oka Mantara Selaku Kasi Wasdak Balai Karantina Pertanian Provinsi Lampung, Tanggal 30 Agustus 2017, Pukul 09.00 WIB

5. Budaya

A Agung Oka Mantara menyatakan bahwa faktor budaya yang menghambat upaya Balai Karantina Pertanian Provinsi Lampung dalam menanggulangi penyelundupan daging celeng adalah adanya sikap individualisme dalam kehidupan masyarakat perkotaan, sehingga mereka bersikap acuh tidak acuh dan tidak memperdulikan apabila menjumpai atau mengetahui adanya pelaku pelanggaran tindak pidana penyelundupan daging celeng.7 Diketahui bahwa masyarakat yang tidak peduli dengan adanya pelanggaran tindak pidana penyelundupan daging celeng akan menjadi penghambat sebab apabila sikap individualisme dan tidak peduli telah menjadi bagian dari budaya masyarakat kota pada khususnya, maka pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku pelanggaran tindak pidana penyelundupan daging celeng akan mengalami hambatan karena kurangnya partisipasi atau dukungan dari masyarakat yang telah memiliki nilai-nilai individualisme dalam kehidupan. hal ini berarti bahwa sistem kebudayaan yang baik akan sangat berpengaruh pada terciptanya tatanan kehidupan masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat diketahui bahwa faktor yang menjadi penghambat dalam menanggulangi penyelundupan daging celeng yang dilakukan oleh Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Panjang adalah dari aparat penegak hukum yang jumlahnya masih sedikit sehingga mengharuskan aparat Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Panjang

7

(11)

melakukan koordinasi dengan instansi lain dalam penyidikan kasus penyelundupan daging celeng. Dari sarana dan prasarana yang masih kurang seperti kurangnya alat detector dll, dari masyarakatnya sendiri yang masih kurang berpartisipasi dalam membantu pihak Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Panjang untuk menanggulangi tindak pidana penyelundupan daging celeng di kawasan pelabunan Panjang. Serta dari Budaya yang berada di masyarakat yang cendrung ingin mendapatkan keuntungan besar tanpa memikirkan unsur kesehatannya.

Berdasarkan dari ke lima faktor yang

menjadi penghambat dalam

menanggulangi kasus penyelundupan daging celeng di kawasan pelabuhan Panjang ini, maka factor yang paling dominan yang menghambat pihak KSKP

dalam menanggulangi kasus

penyelundupan daging celeng ini menurut penulis adalah faktor budaya masyarakat itu sendiri yang menginginkan keuntungan besar dengan cara apapun dalam hal ini yaitu dengan menyelundupkan daging celeng dari pulau sumatera ke daerah jawa. Hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan harga yang cukup besar antara daging sapi dengan daging celeng ini. Oleh karena itu, oknum-oknum tertentu memanfaatkan keadaan ini demi mendapatkan keuntungan dengan jumlah yang besar tanpa melihat dampak dari mengkonsumsi daging celeng ini.

III. PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Upaya Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Panjang dalam

menanggulangi penyelundupan daging celeng melalui tol laut di kawasan pelabuhan Panjang sudah cukup baik, yaitu dengan melalui 2 (dua) cara, yaitu pertama, upaya penal, yaitu upaya penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana. Upaya penal ini pada dasarnya dilakukan untuk menanggulangi terjadinya kejahatan setelah kejahatan tersebut dilakukan atau mengambil tindakan lebih lanjut agar tindak pidana penyelundupan secara berangsur-angsur dapat berkurang, dimana pada saat ini diterbitkannya dengan UU No 16 tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan untuk menindak lanjuti kasus penyelundupan. Tindak lanjut dari Peraturan Perundang-undangan tersebut berupa pelaksanaan penyidikan yang dilakukan oleh pihak KSKP Panjang terhadap suatu peristiwa yang diduga merupakan tindak pidana penyelundupan daging celeng. Yang kedua adalah upaya non penal yaitu meliputi penggunaan sarana sosial untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu, namun secara tidak langsung mempengaruhi upaya menanggulangi terjadinya kejahatan. Upaya non penal yang dilakukan pihak KSKP Panjang ini dapat berupa pengawasan. Pengawasan tersebut berupa razia rutin yang dilaksanakan oleh pihak KSKP dan juga pihak Balai Karantina Pertanian Provinsi Lampung di daerah atau rute-rute sepanjang pelabuhan dan juga di pintu masuk pelabuhan panjang. Selain pengawasan pihak KSKP Panjang juga melakukan pendampingan

terhadap penahanan dan

(12)

Karantina Pertanian Provinsi Lampung.

2. Faktor yang menjadi penghambat

dalam menanggulangi

penyelundupan daging celeng yang dilakukan oleh pihak KSKP Panjang adalah sebagai berikut:

a. Faktor Sarana dan Prasarana, yaitu kurang memadainya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh KSKP Panjang seperti alat detektor, alat pengindraan jarak jauh, alat komunikasi dan sarana transportasi kapal Indonesia. b. Faktor Masyarakat, yaitu dalam

usaha penanggulangan Tindak Pidana Penyelundupan daging celeng sering dirasakan kurangnya partisipasi dari warga masyarakat.

c. Faktor Budaya, yaitu kesadaran hukum masyarakat masih lemah dan krisis ekonomi sebagian masyarakat tidak mempedulikan barang dari kualitas yang dibelinya, yang penting membeli dengan harga murah.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Kepolisian Sektor Kawasan

Pelabuhan (KSKP) Panjang diharapkan agar lebih memperketat pengawasan, meningkatkan intensitas patroli, serta menjalankan tugas dan fungsinya sebagai aparat penegak hukum di wilayah pelabuhan sebagaimana yang diatur dalam perundang-undangan. Mengingat tindak pidana penyelundupan daging celeng sangat merugikan negara dari sektor kesehatan masyarakat dan diharapkan akan memberikan efek jera bagi pelaku dan menjadi pelajaran bagi masyarakat yang lain

untuk tidak melakukan tindak pidana penyelundupan.

2. Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan (KSKP) Panjang diharapkan dalam penegakan hukum dan penanggulangan tindak pidana penyelundupan daging celeng harus dilaksanakan secara integral dan komprehensif melibatkan seluruh institusi terkait, mencegah tumbuhnya permasalahan yang berkaitan dengan tindak pidana penyelundupan barang (daging celeng) dan meningkatan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas dengan menegakkan hukum dengan tegas, adil, dan tidak diskriminatif;

3. Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh KSKP Panjang sangat kurang, oleh sebab itu pengawasan yang dilakukan oleh KSKP Panjang masih kurang efektif, hal ini mengakibatkan masih sering ditemukan adanya penyelundupan daging celeng dikawasan Pelabuhan Panjang. Oleh sebab itu pemerintah diharapkan dapat menambahkan sarana dan prasarana yang dapat menunjang

KSKP dalam melakukan

pengawasannya sehingga

pewngawasan tersebut dapat berjalan efektif dan meminimalkan ataupun dapat menanggulangi terjadinya penyelundupan daging celeng di kawasan Pelabuhan Panjang.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Barda Nawawi. 2011. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. Bndung. PT Citra Aditya Bakti.

Hamzah, Andi. 1988. Delik-Delik Penyelundupan. Jakarta : Akademika Presinda.

Triatmodjo, Bambang. 2009. Perencanaan Pelabuhan, Yogyakarta: Beta Offset.

http://epublikasi.setjen.pertanian.go.id/e publikasi/outlook/2015/Peternakan/ Outlook%20Daging%20Sapi%2020 15/files/assets/common/downloads/ Outlook%20Daging%20Sapi%2020 15.pdf,

https://perantara.net/konsumsi-daging-

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mengenai koleksi bidang Pendidikan Agama Islam yang berada pada kelas 2X7.3 dengan metode conspectus pada perpustakaan Universitas

Dapat digunakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah untuk menentukan alokasi anggaran yang dibutuhkan dalam menyediakan pelayanan yang terstandar.. Alat akuntabilitas

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesimetrisan klasifikasi Molar dan gangguan STM pada mahasisiwi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Contoh lembar pernyataan dapat dilihat pada Lampiran 5 untuk skripsi yang ditulis dalam Bahasa Indonesia, dan Lampiran 6 untuk Bahasa Inggris.. Lembar pengesahan memuat nama

Recently, researches concerning to this area are Archimedean screw has also found a new application operating in reverse as an energy converter for low head differences [17],

Dalam proses pembangunannya membutuhkan kemampuan teknologi yang tinggi pada masa itu. Selain kemampuan teknologi, dibutuhkan pula pengerahan tenaga kerja yang sangat

Terdapat persamaan antara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu: variabel independen yang digunakan yaitu kebijakan utang dan profitabilitas yang menjelaskan